Monday, August 31, 2009

Menhan: Pengawasan Ekspor Senjata akan Diperketat

Presiden SBY mengadakan pembicaraan dengan Menhan Juwono Sudharsono dan Sudi Silalahi. (Foto: detikFoto/Abror Rizki/Setpres)

31 Agustus 2009, Jakarta -- Menteri Pertahanan Juwono Sudarsono mengatakan, pengawasan terhadap ekspor senjata akan lebih diperketat untuk menghindari penyimpangan oleh pihak lain yang tidak bertanggungjawab.

"Ya tentu kita akan perketat pengawasannya, termasuk pengiriman agar tidak ada lagi kejadian seperti ini," katanya, di Jakarta, Senin.

Usai menghadiri rapat kerja jajaran kementerian politik, hukum dan keamanan dengan Komisi I DPR, ia menegaskan, Menteri Pertahanan Juwono Sudarsono mengatakan, Departemen Pertahanan sebagai pihak yang berwenang memang sudah memberikan izin kepada PT Pindad untuk melakukan ekspor-impor dan penjualan senjata ke Filipina.

Izin itu dikeluarkan atas rekomendasi Panglima TNI pada bulan Desember. Sebanyak 100 pucuk senjata untuk Afrika Selatan, dan 10 pucuk tipe P2P-1 untuk Filipina.

"Kami sudah memberi izin atas rekomendasi Panglima TNI," ungkap.

Kontrak pembelian, ungkap Juwono, bersifat free on board. Ini berarti PT Pindad hanya bertanggung jawab atas pengiriman dari Bandung.

Pemilihan kapal pengangkut ditentukan pembeli. PT Pindad mengirimkan via pelabuhan Tanjung Priuk dan diserahkan kepada kapal yang ditunjuk.

"Terkait penemuan polisi Filipina bahwa sebelum kapal merapat ke Filipina sempat singgah di tempat lain, hal itu atas permintaan pemasok kepada kapten kapal. Tapi ini sekarang sedang diselidiki," tandas Juwono.

Menurut Juwono, kapal tersebut dianggap telah melanggar kesepakatan. Pasalnya, Pelabuhan Bataan tidak termasuk dalam jadwal yang ditetapkan sebelumnya.

"Kapalnya singgah di tempat lain yang tidak termasuk dalam jadwal yang sudah ditetapkan," lanjutnya.

Sementara itu, pihak Departemen Luar Negeri RI menyatakan, pihaknya masih menunggu konfirmasi dari pihak kementerian luar negeri Filipina tentang keberadaan senjata-senjata PT Pindad yang dipesan.

ANTARA News

Tim Latma Elang AUSINDO transit di Lanud El Tari


31 Agustus 2009, Kupang -- Minggu, 30 Agustus 2009 Tim Latma Elang AUSINDO transit di Lanud El Tari sebelum melanjutkan perjalanan ke Darwin, Australia. Danlanud Iswahyudi bertindak sebagai ketua rombongan tim yang pada kedatangannya di Lanud El Tari langsung disambut oleh Danlanud El Tari Letkol Pnb Joko Sugeng S.

Pada latihan bersama antara TNI Angkatan Udara dan Australian Air Force, TNI AU mengerahkan kekuatan 4 pesawat tempur F-16 dan 2 Pesawat C-130 Herkules sebagai pendukung serta personel sebanyak 87 orang. Tim transit semalam dan melanjutkan perjalanan ke Darwin tanggal 31 Agustus 2009.

Pada kesempatan yang sama Lanud El Tari melaksanakan “open house” kepada masyarakat kupang untuk melihat dari dekat pesawat – pesawat tempur yang di miliki oleh TNI Angkatan Udara yang akan melaksanakan latihan bersama dengan Australia. Masyarakat kupang sangat antusias sekali terhadap kegiatan ini karena dapat melihat dari dekat pesawat – pesawat tempur yang dimiliki oleh Indonesia.

PENTAK LANUD EL TARI

SLNS Sayurala Resmi Bertugas di AL Sri Lanka

SLNS Sayurala. (Foto: SLN)

31 Agustus 2009 -- SLNS Sayurala kapal patroli lepas pantai (Offshore Patrol Vessel) diresmikan bertugas di jajaran armada Angkatan Laut Sri Lanka di galangan kapal AL, Trincomalee, Jumat (28/8) oleh Sekretaris Pertahanan Mr. Gotabaya Rajapaksa, dihadiri KASAL Laksamana Thisara Samarasinghe serta sejumlah besar perwira tinggi AL.

Sekretaris Pertahanan Mr. Gotabaya Rajapaksa menginspeksi pasukan dengan latar belakang SLNS Sayurala. (Foto: SLN)

Papan nama Sayurala setelah dibuka selubungnya oleh Sekretaris Pertahanan Mr. Gotabaya Rajapaksa. (Foto: SLN)

SLNS Sayurala berlayar setelah diresmikan. (Foto: SLN)

SLNS Sayurala kapal bekas pakai Satuan Penjaga Pantai India Vigraha, bergabung dengan satuan AL Sri Lanka 23 Agustus 2008, diberi nomer lambung P 623. Kapal dibuat di galangan kapal Mazagon Dockyard Ltd., di Mumbai, India pada 1990. Kapal mempunyai panjang 74,10 meter, lebar 11,40 meter, kecepatan maksimal 21,5 knot, bobot bersih 750 ton sedangkan bobot kotor 1247 ton. Kapal dilengkapi dengan Radar pengamatan maritim untuk memantau ZEE Sri Lanka.

Sri Lanka Navy/@beritahankam

Pindad: Dokumen Ekspor Senjata Lengkap

Presiden SBY mencoba senapan serbu SS-2 produksi PINDAD.

30 Agustus 2009, Bandung -- Direktur Utama PT Pindad Adik Alvianto menyatakan, perusahaan pembuat senjata nasional itu selalu melengkapi dokumen penjualan dan ekspor senjata baik langsung kepada negara pemesan maupun penjualan melalui agen.

"Pindad perusahaan besar, tak mungkin gegabah dalam melakukan penjualan atau ekspor senjata. Semuanya selalu dilengkapi dengan dokumen resmi dan legal," kata Adik Alvianto ketika dihubungi ANTARA dari Bandung, Minggu.

Termasuk dalam ekspor senjata yakni senjata api genggam dan senjata serbu SS-1 yang saat ini "tertahan" dan dipermasalahkan di Filipina, menurut Adik sudah dilakukan sesuai dengan prosedur yang biasa ditempuh.

Menurut dia, pengiriman ratusan senjata itu dilakukan dengan perizinan baku dari Departemen Pertahanan RI dan juga melengkapi dokumen ekspor di Imigrasi.

Adik dengan tegas membantah ekspor senjata itu dilakukan ilegal karena pihaknya telah melengkapinya dengan dokumen yang resmi dan sesuai dengan prosedur ekspor senjata.

Ia menyebutkan, ekspor senjata genggam pesanan dari Perbakinnya Filipina dan senjata SS-1 untuk negara di Afrika itu melalui seorang agen yang biasa melakukan perdagangan senjata yang sudah dikenal.

Pengirimannya juga sudah mengikuti prosedur dan dokumen ekspor senjata yang berlaku.

"Bukan sekali ini saja kami mengekspor senjata. Dalam kasus ini pengiriman resmi melalui Pelabuhan Tanjung Priok, bila dokumennya tidak lengkap mungkin pihak Imigrasi tidak akan mengizinkan pengiriman itu," katanya.

Ia menegaskan, PT Pindad tidak mungkin melakukan penjualan senjata tanpa sepengetahuan pemerintah karena perusahaan pembuat senjata tersebut milik pemerintah.

Lebih lanjut, Dirut PT Pindad itu menyebutkan, ekspor senjata itu dilakukan dengan perantara agen asal Filipina yang biasa melakukan perdagangan senjata dan sudah dikenal.

Dari sisi pembayaran tidak ada kerugian bagi Pindad. Begitu barang pesanan sampai di Pelabuhan Tanjung Priok dan dikapalkan, langsung dilakukan pembayaran.

Menurut Adik, nilai ekspor senjata itu mencapai Rp1 miliar dengan harga per unit di atas penjualan untuk TNI.

"Dengan sistem penjualan SOB, jelas pembayaran tak masalah. Namun Pindad tetap mempunyai tanggung jawab moral dengan adanya kejadian ini dan kami terus mengikuti perkembangan," katanya.

Ia menyebutkan, pihaknya terus melakukan kontak dengan agen itu sekaligus menunggu permasalahan yang sebenarnya terkait senjata yang sudah dikirimkan dengan kapal berbendera Panama itu.

"Senjata genggam untuk Perbakin-nya Filipina tak menjadi masalah, tapi SS-1 untuk negara Afrika itu yang dipersoalkan," katanya.

Ia menambahkan, pihaknya masih menunggu informasi dan kemungkinan dokumen lainnya yang diperlukan.

Ia menyebutkan, ekspor senjata oleh PT Pindad dilakukan dalam rangka mengembangkan perusahaan itu dan juga untuk meningkatkan kesejahteraan karyawannya.

PT Pindad, kata Adik Alvianto merupakan BUMN Strategis yang memiliki potensi besar memasarkan produknya baik di dalam maupun ke luar negeri.

Selain memproduksi senjata dan amunisi, PT Pindad juga telah mampu memproduksi panser APS 6X6 untuk TNI-AD serta memproduksi berbagai suku cadang kendaraan tempur.

Ekspor Senjata Pindad Sesuai Prosedur


Direktur Jenderal (Dirjen) Bea dan Cukai, Anwar Suprijadi menyatakan, senjata yang ditahan otoritas Filipina merupakan barang ekspor legal sesuai dengan prosedur kepabeanan yang dilakukan PT Pindad.

"Itu (senjata) ada pemberitahuan ekspor barang (PEB) dari Tanjung Priok, Jakarta dan diberangkatkan tanggal 10 Agustus lalu. Jadi itu semua resmi karena dokumennya lengkap," ujarnya disela kunjungan ke Pelabuhan Belawan, Minggu.

Terkait kemungkinan kesalahan persepsi di pihak bea cukai Filipina, menurut dia, hal itu bisa saja terjadi.

Hal ini dapat disebabkan kurangnya komunikasi dengan pembeli dan laporan manifes kapal yang kurang lengkap atau tidak dilaporkan dalam daftar isi muatan kapal yang diangkut.

"Muatan di kapal adalah senjata. Jika tidak dilaporkan maka jadi permasalahan," katanya.

Namun, lanjut Anwar, secara resmi PT Pindad telah mengekspor dengan persyaratan yang ditetapkan.

Kendati demikian, jika dilakukan pergantian senjata di laut, kemungkinan itu bisa saja terjadi.

"Jika di laut ada pergantian kita tidak tahu, karena pengawasan kami hanya sampai di Tanjung Priok," tegasnya.

Sebelumnya aparat bea cukai Filipina telah menahan satu kapal kargo "Capt Ufuk" di Bataan, yang mengangkut sekitar 50 senapan, pada Kamis malam (20/8).

Setelah dicek, ditemukan senapan buatan Pindad berjenis SS1-V1, beberapa perlengkapan militer lainnya, dan senjata laras panjang bermerek Israel "Galil", sejenis senjata tipe serbu yang sangat akurat dalam jarak 300-800 meter.

Selain senjata-senjata itu, aparat Filipina juga menahan 14 awak kapal dari Georgia dan Afrika.

Kapal tersebut berangkat dari Pelabuhan Georgia dan singgah di Indonesia untuk mengambil barang, sebelum kemudian berlayar ke Pelabuhan Mariveles.

Pemerintah Indonesia masih menanti konfirmasi dari pemerintah Filipina terkait dengan temuan dari kapal berbendera Panama ini.

Sedangkan juru bicara PT Pindad, Timbul Sitompul, mengatakan, sejumlah senjata yang ditemukan di Filipina itu adalah pesanan dari pemerintah Filipina dan Mali.

"Filipina memesan senjata jenis pistol P2 sebanyak sepuluh unit dan Pemerintah Mali (Afrika Selatan) memesan sejumlah senjata laras panjang SS1-V2," katanya.

Ekspor Pindad Bermasalah Ditengarai Ulah Oknum

Penyitaan senjata buatan PT Pindad oleh Aparat Filipinan diduga terjadi karena ulah oknum tertentu. Oknum tersebut diduga sengaja menyelundupkan senjata ke Filipina terkait jual beli ilegal.

"Kalau ada penyimpangan seperti sekarang ini, itu wajar ditengarai karena oknum yang menyahgunakan kewenangan," kata anggota Komisi Pertahanan DPR, Yuddy Chrisnandy kepada okezone melalui sambungan telepon, Senin (31/8/2009).

Yuddy menegaskan, kasus ini harus segera diselidiki supaya akar permasalahan bisa diketahui. Koordinasi juga, lanjutnya, perlu dilakukan oleh Departemen Pertahanan, Badan Usaha Milik Negara dan Departemen Perdagangan.

"Termasuk meminta pertanggungjawaban dari Direktur PT Pindad," sambungnya.

Ekspor bermasalah ini bermula ketika petugas Filipina menemukan 50 senapan buatan Pindad jenis SS1-V1 beserta perlengkapan militer lainnya dalam sebuah kapal di Pelabuhan Mariveles pada 20 Agustus kemarin.

Aparat Filipina lantas menahan kapal tersebut karena melihat ada aktivitas bongkar pasang muatan. Setelah dipastikan, ternyata senjata di dalam kapal adalah buatan Indonesia.

Kejadian ini menurut Yuddy terjadi akibat lemahnya sistem pengawasan terhadap pelaksanaan prosedur serta etika kelaziman yang mestinya dilakukan Departemen Pertahanan. "Perdagangan senjata mestinya atas sepengetahuan Menteri Pertahanan," tuturnya.

ANTARA News/okezone

Sunday, August 30, 2009

Saudi Arabia Mendekati Kesepakatan Pembelian Senjata Dari Rusia

IFV BMP-3 Milik AB UAE. (Foto: DID)

30 Agustus 2009 -- Saudi Arabia mendekati kesepakatan pembelian senjata dan teknologi militer dengan Rusia senilai $2 milyar.

Arab Saudi merencanakan membeli hingga 150 helikopter terdiri dari 30 helikopter serang Mi-35 dan 120 helikopter angkut Mi-17, lebih dari 150 MBT T-90S, dan sekitar 250 IFV BMP-3 serta beberapa lusin sistem pertahanan udara, menurut sebuah sumber.

T-90. (Foto: fas.org)

Kontrak untuk pembelian tank dan helikopter “ dapat ditandatanggani segera tahun ini,” ditambahkannya ke Interfax.

Moskow dan Riyadh menandatanggani perjanjian militer pada 2008, dan tahun ini Raja Arab Saudi Abdullah menerima delegasi penasehat Kremlin tingkat tinggi dan pejabat dari Rosoboronexport.

AFP/@beritahankam

Jangan Salahkan PT Pindad


30 Agustus 2009, Jakarta -- WakilPresiden Jusuf Kalla menegaskan PT Pindad selaku pihak produsen senjata tidak bisa disalahkan karena menjual senjata kepada Israel.

"Baguslah Indonesia bikin senjata yang baik. Kalau kemudian ada yang beli ya baguslah. Pindad tidak bisa disalahkan," ujar Kalla kepada pers usai acara buka puasa bersama di kediaman Ketua MPR Hidayat Nurwahid di Jakarta, Sabtu (29/8).

Menurutnya, PT Pindad selaku pihak pembuat senjata tidak bisa disalahkan. Ia menambahkan, dalam kasus ini pihak yang seharusnya dipersalahkan adalah pihak distributor yang menjual senjata tersebut kepada Israel, selaku negara yang tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Indonesia.

"Masak Anda yang bikin, kemudian di bawa orang lalu Anda yang disalahkan. Yang bawanya yang salah, bukan Pindad," pungkas Kalla.

DPR Minta Keterangan Pemerintah Soal Senjata Pindad

Komisi I DPR akan meminta keterangan pemerintah tentang kasus senjata buatan PT Pindad yang disita oleh aparat bea cuka Filipina.

Ketua Komisi I DPR Theo Sambuaga, usai acara buka puasa bersama di rumah Ketua DPR Agung Laksono, di Jakarta, Sabtu, mengatakan DPR ingin mendengar pengetahuan pemerintah tentang masalah tersebut mengingat PT Pindad adalah perusahaan negara yang langsung berada di bawah Kementerian Negara BUMN.

DPR, lanjut dia, juga ingin mengetahui langkah-langkah apa yang telah dilakukan pemerintah untuk mengusut kasus tersebut.

"Senin mendatang kita akan mengadakan rapat dengan Menkopolhukam, ada juga Menteri Pertahanan, Panglima TNI dan jajarannya," ujarnya.

Permintaan keterangan itu tidak dilakukan dalam sesi khusus, tetapi pada acara rapat membahas penanganan terorisme yang digelar di Gedung DPR, Senin 31 Agustus 2009.

"Saya kira ini akan kita angkat karena ini masalah aktual dan menonjol di masyarakat," kata Theo.

Menurut dia, penjualan senjata oleh PT Pindad ke luar negeri harus mengikuti aturan yang berlaku, yaitu harus dilakukan secara terbuka serta harus dijual kepada otoritas berwenang seperti pemerintah dan angkatan bersenjata negara lain.

"Bahwa itu produk Pindad, itu yang perlu diteliti, apakah Pindad menjual secara resmi atau dicuri sehingga ilegal. Orang yang mencuri itu dari dalam atau tidak, itu yang harus diteliti," tuturnya.

Theo menilai perlu ada pengusutan dan sanksi yang tegas apabila senjata tersebut ternyata dijual secara ilegal dan melibatkan oknum dari PT Pindad sendiri.

Ia menengarai kecil kemungkinan penjualan senjata itu melibatkan TNI, karena semua senjata api yang dibeli TNI dari PT Pindad harus tercatat.

Sementara itu Panglima TNI Jenderal Djoko Santoso membantah keterlibatan TNI dalam penjualan senjata tersebut. Menurut dia, TNI hanya pemakai senjata yang dibeli langsung dari PT Pindad.

"TNI hanya pemakai, coba tanya Pindad, tanya BUMN. Kita kan pemakai saja, kita juga beli dari Pindad. Siapa yang beli di Pindad kan tidak lewat TNI," ujarnya.

Aparat bea cukai Filipina menahan kapal kargo "Capt Ufuk" yang mengangkut sekitar 50 pucuk senapan di Bataan, Kamis malam. Setelah dilakukan pemeriksaan, ditemukan senapan buatan PT Pindad berjenis SS1-V1, beberapa perlengkapan militer lainnya, serta senapan laras panjang bermerk Israel "Galil".

PT Pindad telah membantah bahwa penjualan senjata tersebut adalah ilegal. Perusahaan negara itu mengaku menerima pesanan 10 pucuk pistol P2 Pindad dari Persatuan Menembak Filipina.

Pesanan itu dikirimkan bersama dengan 100 pucuk senapan SS1-V1 yang dipesan oleh Mali. Pesanan tersebut dimuat dalam satu kargo, terdiri atas 20 kotak yang satu di antaranya adalah pesanan untuk Filipina.

Pihak Departemen Luar Negeri saat ini tengah melakukan pengecekan, apakah PT Pindad memang mempunyai kerja sama penjualan senjata dengan Filipina.

MEDIA INDONESIA/ANTARA News

Ribuan Prajurit Marinir Lepas Dankormar


29 Agustus 2009, Surabaya - Sebanyak 5.000 prajurit Marinir melepaskan kepergian Komandan Korps Marinir Mayor Jenderal TNI (Mar) Djunaidi Djahri dalam apel khusus Korps Marinir Wilayah Surabaya di Bhumi Marinir Karangpilang, Surabaya, Jumat malam.

Dalam apel khusus itu, acara diawali dengan parade yang diikuti 5.000 prajurit Marinir, lalu dilanjutkan dengan demo karate yang dilakukan 500 prajurit Marinir.

Setelah itu, defile pasukan dan kendaraan tempur yang dimiliki Korps Marinir, kemudian buka puasa bersama dan akhirnya ditutup dengan tradisi pelepasan Dankormar oleh seluruh prajurit.

Dalam pelepasan yang dihadiri Wadan Kobangdikal Brigjen TNI (Mar) Arief Suherman, Kasgartap 3 Surabaya Brigjen TNI (Mar) Triono Hadi, dan Danpasmar-1 Brigjen TNI (Mar) I Wayan Mendra itu, Dankormar menaiki Sea Reader milik Taifib dan ditarik perwira korps Marinir.

Dalam apel khusus itu, Dankormar berpamitan kepada seluruh prajurit Korps Marinir di wilayah Surabaya, karena dirinya dalam waktu dekat akan menyerahkan jabatan Dankormar kepada Brigadir Jenderal TNI (Mar) M. Alfan Baharudin.

"Setiap periode jabatan akan sangat dipengaruhi oleh situasi dan kondisi awal saat menjabat, serta perkembangan situasi pada saat berjalan, sehingga keberhasilan suatu periode jabatan tidak dapat untuk dijadikan tolok ukur untuk setiap periode jabatan," katanya.

Namun, katanya, kesinambungan dari program dan konsistensi akan tujuan dan sasaran pembinaan, akan menjadikan Korps Marinir itu terkenal, dihormati kawan, dan ditakuti lawan.

"Karena itu jagalah kesiapan, profesionalisme, soliditas, dan semangat untuk mencapai kemenangan, serta janganlah berbuat kesalahan karena kesalahan dapat menghancurkan apa yang sudah dicapai. Korps Marinir terlahir bersama revolusi kemerdekaan, sudah sangat dewasa, untuk itu dewasalah dalam menyikapi segala sesuatu," katanya, berpesan.

Dalam kesempatan itu, Dankormar juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan, baik dalam hubungan kedinasan maupun hubungan pribadi.

"Tanpa dukungan kalian semua, maka saya tidak akan mampu melaksanakan tugas terhormat sebagai Komandan Korps Marinir dengan baik," katanya.

ANTARA JATIM

Admiral Inspection


29 Agustus 2009, Surabaya -- Sehari menjelang serah terima jabatan (sertijab) Panglima Komando Armada RI Kawasan Timur (Pangarmatim) dari Laksamana Muda TNI Lili Supramono kepada penggantinya Laksamana Pertama TNI IGN Dadiek Surarto, Koarmatim menggelar admiral inspection (inspeksi laut) di sekitar Perairan Koarmatim, Ujung, Surabaya, Sabtu (29/8).

Admiral Inspection merupakan salah satu tradisi di lingkungan TNI AL yang dilaksanakan guna memeriksa kesiapan unsur-unsur Koarmatim untuk yang terakhir kalinya, sebelum tongkat estafet kepemimpinan Koarmatim diserahterimakan. Tradisi ini biasanya digelar menjelang pergantian jabatan Kepala Staf TNI AL (Kasal) maupun pada saat pergantian Panglima Komando Armada RI. Kegiatan tersebut, selain sebagai ajang salam perpisahan dengan para prajuritnya, juga merupakan kesempatan untuk memperkenalkan panglima yang baru.

Pangarmatim, Laksda TNI Lili Supramono (kiri) didampingi penggantinya Laksma TNI IGN Dadiek Surarto, memberi arahan saat Admiral Inspection di atas KRI Kalakay-818 yang berlayar di sekitar Perairan Koarmatim Ujung Surabaya, Sabtu (29/8). Admiral Inspection merupakan salah satu tradisi di lingkungan TNI AL untuk memeriksa kesiapan unsur-unsur Koarmatim untuk yang terakhir kalinya sebelum tongkat estafet kepemimpinan Koarmatim diserahterimakan. (Foto: ANTARA/Eric Ireng/ed/ama/09)

Pangarmatim, Laksda TNI Lili Supramono (kiri) didampingi penggantinya Laksma TNI IGN Dadiek Surarto, melambaikan tangan ke arah jajaran kapal perang saat Admiral Inspection di atas KRI Kalakay-818. (Foto: ANTARA/Eric Ireng/ed/ama/09)

Dalam Inspeksi Laut itu, Pangarmatim Laksamana Muda TNI Lili Supramono didampingi calon penggantinya Laksamana Pertama TNI IGN Dadiek Surarto, serta para para pejabat teras Koarmatim dengan menggunakan KRI Kalakay-818 dikomandani oleh Kapten Laut (P) R. Muhammad Candra,. Dibelakang kapal, dikawal dua kendaraan tempur air “Sea Rider” dari Satuan Pasukan Katak Koarmatim. Inspeksi laut diawali dengan berlayarnya KRI Kalakay-818 dari Dermaga ‘A’, kemudian bergerak ke arah selatan dengan menginspeksi jajaran KRI dari berbagai jenis yang tengah sandar di dermaga-dermaga Koarmatim, kemudian berputar menuju unsur-unsur KRI yang sandar di Dermaga Penjelajah serta dilanjutkan hingga Dermaga Semampir dan berakhir merapat di Dermaga Madura Koarmatim.

Gelar unsur yang turut dalam Inspeksi Laut kali ini melibatkan sekitar 2.500 orang prajurit ABK kapal perang dari berbagai tipe dan jenis yang tengah berada di Pangkalan Koarmatim. Saat KRI Kalakay-818 yang ditumpangi Pangarmatim dan penggantinya melewati setiap kapal perang, terdengar bunyi pluit diiringi dengan penghormatan para ABK yang melakukan penghormatan lambung dengan berbaris di reling kapal sambil serentak meneriakkan ’Jalesveva Jayamahe’ secara berulang-ulang.

Dalam kesempatan tersebut, diatas KRI Kalakay-818 Pangarmatim menyampaikan amanat yang ditujukan kepada seluruh prajurit jajaran Koarmatim, diantaranya mengatakan bahwa setelah melakukan admiral inspection ini Pangarmatim merasa bangga dan terharu seraya memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. “Saya menyaksikan bagaimana prajurit-prajurit Koarmatim sebagai benteng pengawal samudera nusantara, benar-benar siap siaga, tegar dan dapat dibanggakan. Semua itu tercermin dari keberhasilan saudara di dalam menyelesaikan tugas dan tanggung jawab dengan baik.

Penarmatim

Saturday, August 29, 2009

DPR Minta Pemerintah Usut Senjata Pindad

Senapan buatan Pindad jenis SS1-V1. (Foto: wikipedia)

29 Agustus 2009, Jakarta -- Dewan Perwakilan Rakyat mendesak pemerintah mengusut penyitaan puluhan senjata buatan PT Pindad oleh Bea Cukai dan Kepolisian Filipina.

"Ini harus diusut," kata Anggota Komisi I DPR Yusron Ihza Mahendra dalam diskusi di Jakarta, Sabtu.

Ia mengemukakan, instansi seperti Departemen Pertahanan, Kementrian Badan Usaha Milik Negara, Departemen Perdagangan, Departemen Perindustrian dan Badan Pemeriksa Keuangan harus berkoordinasi mengusut kasus itu.

"Agar jelas, apakah pengiriman itu legal atau tidak," tegas Yusron.

Ia menjelaskan, Filipina tidak mungkin mempermasalahkan pengiriman senjata itu, jika PT Pindad memiliki dokumen yang lengkap. "Masa pesanan sendiri dinyatakan penyelundupan," kata dia.

Petugas Bea Cukai Filipina menahan sebuah kargo berbendera Panama bernama Capt Ufuk yang sedang berlabuh di lepas pantai Mariveles, Kamis pekan lalu.

Petugas menemukan 50 senapan buatan Pindad sejenis SS1-V1 dan beberapa perlengkapan militer lainnya.

Tak hanya itu, petugas juga menemukan 10 peti kayu kosong. Mereka menduga isinya sudah dipindahkan sebelum aparat memeriksa kapal tersebut.

Polisi setempat menduga senjata tersebut akan digunakan sindikat internasional untuk kelompok teroris dan organisasi kriminal di Asia dan Afrika.

PT Pindad sendiri mengaku, senjata tersebut merupakan senjata pesanan Mali dan Filipina, serta membantah tudingan senjata itu dijual secara ilegal. Perusahaan negara itu menerima pesanan 10 pucuk pistol P2 Pindad dari Persatuan Menembak Filipina.

Bersamaan dengan itu, Pindad juga mengirimkan pesanan dari Mali berupa 100 pucuk senapan SS1-V1.

Pesanan tersebut dimuat dalam 20 kotak yang satu kotak diantaranya pesanan untuk Filipina. Seluruh pesanan dikirimkan dalam satu kapal kargo.

ANTARA News

Enam Kapal Vietnam Pencuri Akar Bahar Ditangkap

Seorang anggota Polair Polda Kalbar memeriksa sejumlah nelayan asal Vietnam di atas salah satu dari tiga kapal yang tertangkap dan diamankan di dermaga Polair Polda Kalbar, Rabu (1/7). (Foto: ANTARA/Jessica Wuysang/Koz/hp/09)

29 Agustus 2009, Tanjungpinang -- Tim gabungan dari Kecamatan Tambalen, Kabupaten Bintan, Provinsi Kepulauan Riau, dua bulan terakhir menangkap enam kapal nelayan Vietnam yang memasuki perairan Tambelan dan mengambil akar bahar (Antiphates SP).

"Bulan Juli sampai 28 Agustus lalu, kami sudah menangkap enam kapal nelayan Vietnam dengan jumlah anak buah kapal (ABK) sebanyak 74 orang," kata Kepala Kepolisian Resor (Kapolres) Bintan Yohanes Widodo, Sabtu (29/8).

Ia mengatakan, penangkapan yang dilakukan oleh gabungan aparat keamanan dan masyarakat nelayan Tambelan tersebut dilakukan di beberapapulau kecil yang tersebar di Kecamatan Tambelan.

"Mereka ditangkap di Pulau Bungin, Pulau Manggirai, dan terakhir Jumat (28/8) di Pulau Ibul sebelah selatan perairan Tambelan," ujarnya.

Yohanes juga heran dengan banyaknya nelayan Vietnam yang melakukan pencurian akar bahar di wilayah Indonesia. "Namun kami akan terus melakukan patroli bersama dan akan menindak
setiap penjarahan yang dilakukan oleh warga negara asing," ujarnya.

Ia mengatakan, saat ini 18 dari 74 orang ABK yang ditangkap sudah diserahkankan ke Kejaksaan Negeri Tanjungpinang. "Berkas-berkasnya sudah dinyatakan lengkap oleh Kejaksaan dan sekarang menunggu persidangan di Pengadilan Negeri Tanjungpinang," ujarnya.

Sebanyak 74 orang ABK tersebut diancam dengan Pasal 53 juncto 48 UU RI No 9 tahun 1992 tentang Keimigrasian dengan ancaman 10 tahun penjara.

MEDIA INDONEDIA

Cassa TNI-AL Alami Gangguan Saat Mendarat

Cassa 212 TNI AL. (Foto: detikFoto)

29 Agustus 2009, Jakarta -- Pesawat 212 Cassa TNI Angkatan Laut mengalami gangguan pada salah satu rodanya, saat mendarat di Bandara Dobo, Kepulauan Aru, Maluku Tenggara, Sabtu (29/8) pagi.

Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Laut Laksamana Pertama TNI Iskandar Sitompul ketika dikonfirmasi ANTARA di Jakarta, Sabtu mengatakan, gangguan pada roda pesawat kini tengah diupayakan diatasi oleh kru pesawat agar dapat segera diterbangkan kembali.

"Masih dalam perbaikan, dan diupayakan secepat mungkin agar tidak mengganggu arus penerbangan lainnya dari dan ke bandara itu," ujarnya.

Iskandar menambahkan, pesawat yang dipiloti Kapten Marpaung itu membawa sembilan personel TNI Angkatan Laut, Pangkalan Udara Angkatan Laut (Lanudal) Dobo yang akan menjalani rotasi enam bulanan.

Ia mengemukakan, tidak ada korban jiwa dalam kejadian itu dan tim kini masih berupaya memperbaiki bagian roda yang bermasalah.

Cassa TNI Angkatan Laut itu adalah bagian dari satuan intai maritim TNI Angkatan Laut wilayah Timur Indonesia. "Kemungkinan pesawat semula akan mendarat di Makassar atau Manado," tutur Iskandar.

Pesawat jenis angkut ringan yang diproduksi PT Dirgantara Indonesia pada 1995 ini terhenti di runway Bandara Dobo sehingga beberapa penerbangan seperti Merpati rute Dobo-Ambon tidak bisa terbang karena landasan terhalang pesawat Cassa itu. Pesawat 212 Cassa TNI Angkatan Laut mengalami gangguan pada salah satu rodanya, saat mendarat di Bandara Dobo, Kepulauan Aru, Maluku Tenggara, Sabtu (29/8) pagi.

Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Laut Laksamana Pertama TNI Iskandar Sitompul ketika dikonfirmasi ANTARA di Jakarta, Sabtu mengatakan, gangguan pada roda pesawat kini tengah diupayakan diatasi oleh kru pesawat agar dapat segera diterbangkan kembali.

"Masih dalam perbaikan, dan diupayakan secepat mungkin agar tidak mengganggu arus penerbangan lainnya dari dan ke bandara itu," ujarnya.

Iskandar menambahkan, pesawat yang dipiloti Kapten Marpaung itu membawa sembilan personel TNI Angkatan Laut, Pangkalan Udara Angkatan Laut (Lanudal) Dobo yang akan menjalani rotasi enam bulanan.

Ia mengemukakan, tidak ada korban jiwa dalam kejadian itu dan tim kini masih berupaya memperbaiki bagian roda yang bermasalah.

Cassa TNI Angkatan Laut itu adalah bagian dari satuan intai maritim TNI Angkatan Laut wilayah Timur Indonesia. "Kemungkinan pesawat semula akan mendarat di Makassar atau Manado," tutur Iskandar.

Pesawat jenis angkut ringan yang diproduksi PT Dirgantara Indonesia pada 1995 ini terhenti di runway Bandara Dobo sehingga beberapa penerbangan seperti Merpati rute Dobo-Ambon tidak bisa terbang karena landasan terhalang pesawat Cassa itu.

ANTARA News

“Latma Elang Ausindo 2009”, Dilaksanakan Di Australia

Danwing 3 Lanud Iswahjudi, Kolonel Pnb Tatang Harlyansyah. S.E., sedang memberikan arahan kepada Danskadron Udara 3,14 dan 15 seusai melaksanakan upacara pelepasan pemberangkatan latihan bersama Elang Ausindo di Skadron Udara 3, Jumat (28/8).

29 Agustus 2009, Madiun -- Profesionalisme selain diperoleh melalui pendidikan, juga bisa diperoleh melalui latihan-latihan yang dilaksanakan secara berjenjang, bertahap dan berlanjut. Seperti yang dilakukan TNI Angkatan Udara dengan Angkatan Udara Australia (Royal Australia Air Force (RAAF)) kali ini yang dilaksanakan di Darwin, Australia. Untuk mendukung Latihan Bersama dilaksanakan selama empat hari (1-4/9) tersebut, Lanud Iswahjudi memberangkatkan pesawat-pesawat tempur jenis F-16/Fighting Falcon dari Skadron Udara 3 beserta 57 personil pendukung latihan.

Latihan Bersama dengan sandi “Elang Ausindo 2009”, tersebut dilaksanakan selain untuk mempererat hubungan bilateral kedua Negara, juga dimaksudkan untuk meningkatkan profesionalisme dan kemampuan kerjasama para personel angkatan udara kedua Negara.

Komandan Lanud Iswahjudi dalam sambutannya yang dibacakan Danwing 3 Kolonel Pnb Tatang Harlyansyah. S.E., mengharapkan agar latihan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh dan penuh rasa tanggung jawab. Karena tempat latihan merupakan daerah baru, untuk itu seluruh personil latihan harus memperhatikan unsur-unsur keselamatan terbang dan kerja (lambangja) serta melaksanakan koordinasi dengan satuan-satuan terkait dengan baik, agar hal-hal yang tidak diinginkan tidak terjadi.

Sedang macam dan metode dalam latihan bersama “Elang Ausindo 2009” adalah latihan taktis dengan materi latihan meliputi Familirization, Dissimilar Basic Fighter Manouver (DBFM), Dissimilar Air Combat Manouver (DACM) serta Dissimilar Air Combat Taktic (DACT).

Upacara pemberangkatan Alutsista dan personil penduklung latihan dipimpin oleh Danwing 3 Lanud Iswahjudi Kolonel Pnb Tatang Harlyansyah. S.E., di Skadron Udara 3 Jumat (28/8). Hadir dalam upacara tersebut, Para Kepala Dinas, Para Komandan Satuan dan Para Pejabat Jajaran Lanud Iswahjudi.

PENTAK LANUD ISWAHJUDI

Jabatan Kasarmatim Diserahterimakan


28 Agustus 2009, Surabaya -- Jabatan Kepala Staf Komando Armada RI Kawasan Timur (Kasarmatim) diserahterimakan dari Laksamana Pertama TNI Slamet Yulistiono kepada penggantinya Laksamana Pertama TNI Arief Rudianto.

Upacara serah terima jabatan dipimpin langsung oleh Panglima Koarmatim Laksamana Muda TNI Lili Supramono di Gedung Gajah Madah, Ujung, Surabaya, Jumat.

Sebelum menjabat Kasarmatim, Arief Rudianto adalah Komandan Pangkalan Utama TNI Angkatan Laut (Lantamal) V Surabaya.

Sementara itu, Slamet Yulistiono selanjutnya akan menjabat perwira Staf Ahli Panglima TNI Tingkat III Bidang Pengawasan Khusus dan Lingkungan Hidup.

Dalam sambutannya, Panglima Koarmatim mengatakan, jabatan Kasarmatim merupakan jabatan yang strategis sebagai penyelenggara koordinasi dan pengarahan pada setiap tingkatan unsur staf dihadapkan dengan luas wilayah kerja, tanggung jawab, dan besarnya aset yang dibina Koarmatim.

"Oleh karena itu, Kasarmatim dituntut untuk mampu membina dan menajamkan fungsi setiap unsur dalam susunan organisasi Koarmatim, agar roda organisasi berjalan sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya," katanya.

Lili menambahkan, pelaksanaan koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi pada setiap kegiatan di semua jajaran, harus dapat diwujudkan dalam jalinan kerja sama yang terpelihara secara sinergis dan simultan dalam rangka pencapaian tugas pokok Koarmatim, baik dalam kedudukannya sebagai komando utama pembinaan, maupun operasional.

Sementara itu, jabatan Panglima Koarmatim akan diserahterimakan dari Lili Supramono kepada Laksamana Pertama TNI Ign. Dadiek Surarto.

Upacara serahterima jabatan itu akan dipimpin langsung Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Tedjo Edhy Purdijatno di Koarmatim, Ujung, Surabaya, Senin (31/8) sore.

ANTARA JATIM

KRI Teluk Ende Dilepas Lewat Lagu

KRI Teluk Ende.

29 Agustus 2009, Makassar -- Sebanyak 179 kadet (taruna) Akademi Angkatan Laut yang mengikuti pelayaran Kartika Jala Krida dengan menggunakan KRI Dewa Ruci akhirnya meninggalkan Makassar, Sabtu (29/8).

Pelepasan dilakukan tepat pukul 08.00 wita di dermaga Pangkalan Utama Angkatan Laut (Lantamal) VI Makassar. Kepergian mereka juga disaksikan warga setempat yang ingin melihat kapal tersebut dari arah dekat.

Namun tidak semuanya kadet meninggalkan Makassar dengan menggunakan KRI Dewa Ruci. Ada pula yang menggunakan KRI Teluk Ende.

Sesaat setelah meninggalkan dermaga, kelompok marching band dari Lantamal VI memainkan lagu-lagu perjuangan. Salah satunya lagu Nenek Moyangku Seorang Pelaut.

Musik mereka berbalas dengan lagu lain yang dimainkan para taruna dari atas dek KRI Dewa Ruci.

Tribun Timur

TNI AL Tambah 56 Personel Pasukan Elite

Anggota Intai Amfibi (Taifib). (Foto: marinir.mil.id)

28 Agustus 2009, Surabaya - TNI Angkatan Laut (AL) berhasil menambah 56 personel pasukan elite yang memiliki kemampuan khusus di bidang pertempuran laut.

Sebanyak 56 personel itu selesai menjalani penggemblengan di Komando Pengembangan dan Pendidikan TNI Angkatan Laut (Kobangdikal) untuk mendapatkan brevet sebagai prajurit Pasukan Katak dan prajurit Intai Amfibi (Taifib).

Upacara penyematan brevet di Kobangdikal, Bumimoro, Surabaya, Jumat, dipimpin langsung oleh Wakil Komandan Kobangikal, Brigjen TNI (Mar) Arief Suherman.

"Dalam penggemblengan selama 10 bulan, 56 prajurit calon pasukan elite TNI AL ini, telah menjalani pendidikan yang berbeda dengan pendidikan prajurit biasanya," katanya.

Tingkat kesulitan, bobot, dan risiko latihannya pun lebih tinggi bila dibanding dengan prajurit lainnya. "Hal ini harus dimaklumi karena pasukan elite memang disiapkan untuk melaksanakan tugas-tugas khusus dengan tingkat tekanan yang tinggi namun harus tetap cermat, tepat, dan akurat dalam pelaksanaan di lapangan," katanya.

Sebanyak 56 prajurit TNI AL itu terdiri atas 14 prajurit Pasukan Katak dan 42 prajurit Taifib. Mereka yang mengikuti pendidikan khusus itu diharapkan menjadi prajurit yang andal dan memiliki kemampuan khusus pada setiap operasi TNI AL atau operasi gabungan TNI.

"Harapan kami, pengorbanan dan kerja keras tersebut tidak sia-sia, karena brevet Paska dan Taifib harus diraih dengan kerja keras dan semangat tinggi," kata Arief.

Sebagai lembaga pencetak sumber daya TNI AL, Kobangdikal setiap tahun meluluskan prajurit dengan kualifikasi khusus. Ia mengingatkan agar seorang prajurit pasukan khusus harus lebih menyadari bahwa hanya dengan sikap dan perilaku disiplin, bermoral, dan profesional, TNI AL akan menuju terwujudnya pasukan laut yang besar, kuat, dan profesional.

Sejalan dengan pembangunan kekuatan TNI AL hingga 2013, lanjut dia, penyiapan pasukan khusus TNI AL tentunya juga dikembangkan mengikuti pembangunan kekuatan itu sendiri.

"Tidak semua ancaman di laut dapat langsung dihadapi dengan kekuatan kapal perang atau marinir. Ancaman terorisme, pembajakan di laut, perompakan di laut, dan sabotase terhadap objek vital di laut membutuhkan pasukan khusus untuk mengatasinya," katanya.

Meskipun demikian, Arief berpesan agar seluruh mantan siswa Dikpaska dan Diktaifib untuk menjauhkan sikap ego sektoral dan kebanggaan sempit sebagai pasukan khusus.

"Kekuatan dan kekhususan yang dimiliki anggota Kopaska dan Batalion Taifib Marinir harus disinergikan untuk memperoleh kemampuan tempur yang dapat dibanggakan," katanya.

ANTARA JATIM

Defile Pasukan Marinir Pelepasan Dankomar

28 Agustus 2009, Surabaya -- Komandan Korps Marinir (Dankormar), Mayjend TNI (Mar) Djunaidi Djahri (kanan) didampingi Danpasmar1, Brigjend TNI (Mar) I Wayan Mendra (2 kanan), Wadankobangdikal, Brigjend TNI (Mar) Arief Suherman (2 kiri) dan Kasgartap 3 Surabaya, Brigjend TNI (Mar) Triono, memberi penghormatan kepada pasukan defile, usai Upacara Pelepasan Jabatan Dankormar, di Bumi Marinir Karangpilang Surabaya, Jumat (28/8) sore. Selanjutnya, Dankormar akan dijabat oleh Brigjend TNI (Mar) Muhammad Alfan Baharudin. (Foto: ANTARA/Eric Ireng/pd/09)

Komandan Korps Marinir (Dankormar), Mayjend TNI (Mar) Djunaidi Djahri (kanan) memeriksa pasukan. (Foto: ANTARA/Eric Ireng/pd/09)

Sejumlah anggota Marinir mengikuti defile pasukan bersama 5000 pasukan Marinir lainnya, usai Upacara Pelepasan Mayjend TNI (Mar) Djunaidi Djahri dari jabatan Dankormar. (Foto: ANTARA/Eric Ireng/pd/09)

Anggota pasukan khusus Batalyon Intai Amfibi-1 (Taifib-1) Marinir bersama 5000 anggota Marinir, mengikuti defile pasukan. (Foto: ANTARA/Eric Ireng/pd/09)

Sejumlah anggota Marinir di atas alutsista tank amfibi, mengikuti defile pasukan. (Foto: ANTARA/Eric Ireng/pd/09)

Pindad: Pengiriman Senjata ke Filipina Legal


29 Agustus 2009, Jakarta -- PT Pindad menyatakan sejumlah senjata yang ditemukan otoritas Filipina merupakan pesanan resmi yang dilakukan melalui prosedur legal.

Juru Bicara PT Pindad Timbul Sitompul mengatakan,sejumlah senjata yang ditemukan di Filipina adalah pesanan dari Pemerintah Filipina dan Pemerintah Mali."Filipina memesan senjata jenis pistol P2 sebanyak sepuluh unit dan Pemerintah Mali (Afrika Selatan) memesan senjata laras panjang SS1-V2,"ungkap Timbul di Jakarta kemarin. Menurut dia,seluruh pemesanan dan pengiriman barang ke dua negara tersebut telah melalui persetujuan dan referensi dari negara pemesan, yakni Filipina dan Mali.

Selain itu,seluruh pemesanan senjata ke dua negara itu juga telah dilengkapi surat kontrak dari negara pengimpor, mendapat referensi dan persetujuan dari TNI,serta izin ekspor Departemen Pertahanan (Dephan)."Ketiga mekanisme itu telah kita lakukan untuk setiap ekspor senjata ke negara manapun, termasuk Filipina dan Mali," papar Timbul. Sebelumnya aparat bea cukai Filipina pada Kamis (20/8) menemukan sejumlah senjata dalam sebuah kapal berbendara Panama dengan nama MV Captain Ufuk di Pelabuhan Mariveles,Provinsi Bataan,utara Manila.

Dalam penggeledahan itu, ditemukan 20 kotak senjata laras panjang bermerek Israel "Galil", pistol, dan amunisinya. Selain itu ditemukan pula senjata berjenis SS1-VI yang diduga buatan Pindad. PT Pindad mengaku senjata bermerek "Galil" yang ditemukan di Filipina merupakan produksi mereka. Senjata tersebut semula direncanakan akan diekspor ke Mali. Namun, kapal pengangkut harus berhenti di Filipina karena harus menurunkan senjata laras pendek yang dipesan salah satu organisasi menembak di Filipina.

Menurut Timbul, dugaan penyelundupan senjata itu muncul karena sistem pengiriman senjata menggunakan mekanisme FOB, yaitu kapal yang digunakan ditentukan oleh pemesan dalam hal ini Filipina, yang ternyata berbendera Panama."Jadi,kita tidak tahu kapal itu dipesan dari mana, yang jelas dua pesanan senjata untuk Filipina dan Mali diangkut dengan kapal yang sama lengkap dengan dokumen resmi.Ketika sampai di Filipina, kemungkinan belum dikonfirmasi oleh pemilik kapal tentang keberadaan senjata lain, selain untuk Filipina,"paparnya.

Sementara itu, Juru Bicara Departemen Luar Negeri (Deplu) Teuku Faizasyah menyatakan Pemerintah Indonesia masih menunggu konfirmasi Pemerintah Filipina perihal penemuan senjata buatan PT Pindad tersebut. Deplu sudah menyampaikan surat kepada PT Pindad dan Pemerintah Filipina mengenai masalah ini. "Kita sedang meminta klarifikasi siapa yang memesan dan kenapa berhenti di Filipina.

Kita belum mendapat penjelasan resmi dari Filipina, sehingga kita masih mencari tahu kepada pihak-pihak yang berwenang,"ungkap Faizasyah.

okezone

Friday, August 28, 2009

Sertijab Danlanud Adi Sutjipto

27 Agustus 2009, Yogyakarta -- Komandan Kodikau, Marsekal Muda TNI Sukirno KS (Tengah), Marsekal Pertama TNI R. Agus Munandar (kiri) dan Marsekal Pertama TNI R. Hari Muljono (Kanan), melakukan salam komando setelah serah terima Jabatan (Sertijab) Danlanud Adi Sutjipto, di Lapangan Jupiter, Kompleks Lanud Adi Sutjipto, Yogyakarta, Kamis (27/8). Marsekal Pertama TNI R. Agus Munandar dilantik menggantikan Marsekal Pertama TNI R. Hari Muljono yang diangkat menjadi Wadan Seskoau di Bandung. (Foto: ANTARA/ Wahyu Putro A/ed/nz/09)

Kirab Taruna AAL di Makassar

27 Agustus 2009, Makassar -- Angkatan Laut (AAL) melakukan atraksi saat kirab di Gowa, Sulsel, Kamis (27/8). Kirab drum band AAL tersebut dilakukan dalam rangka kunjungan taruna AAL Angkatan 2009 Surabaya ke Makassar. (Foto: ANTARA/Yusran Uccang/ss/ama/09)



Mayor Wira Gantoro Jadi Danyon Marhanlan VII-Kupang


27 Agustus 2009, Surabaya -- Mayor Marinir R. Wira Gantoro HK dilantik menjadi Komandan Batalyon (Danyon) Marinir Pertahanan Pangkalan (Marhanlan) VII-Kupang yang baru di Karangpilang, Surabaya, Kamis.

Dalam upacara serah terima jabatan (sertijab) yang dipimpin Komandan Pasmar-1 (Danpasmar-1) Brigjen TNI (Mar) I Wayan Mendra itu, Mayor Marinir R. Wira Gantoro HK dilantik menggantikan pejabat lama Mayor Marinir Agus Dwi Laksana Putra.

Mayor Marinir R Wira Gantoro HK sebelumnya di Staf Pers Mako Kormar Jakarta, sedangkan Mayor Marinir Agus Dwi Laksana Putra sudah dilantik sebagai Komandan Batalyon Infanteri-5 Marinir pada 18 Agustus 2009.

"Yonmarhanlan memiliki posisi yang sangat spesifik atau khusus di jajaran Korps Marinir, karena Yonmarhanlan merupakan organinik pembinaan di bawah Korps Marinir," katanya.

Namun, Yonmarhanlan dalam pelaksanaan tugas harus melaksanakan tugas-tugas pertahanan pangkalan di bawah komando operasi, sehingga hanya Komandan Pangkalan Utama yang bisa memberikan tugas-tugas operasi, sekaligus membekalinya.

Menurut orang nomor satu di jajaran Marinir Surabaya itu,
posisi Yonmarhanlan berada di wilayah sehingga merupakan ujung tombak dan sekaligus merupakan representasi atau wakil-wakil dari Korps Marinir seluruh Indonesia.

"Karena itu, Komandan Yonmarhanlan harus mampu menjamin tampilan dari masing-masing pribadi secara utuh sehingga dapat menampilkan kinerja satuan secara outstanding," katanya.

Danpasmar-1 berharap Danyon Marhanlan yang baru segera adaptasi terhadap kinerja
Pasmar-1 dan segera merumuskan konsep-konsep pembinaan, selain itu juga memelihara dan meningkatkan prestasi-prestasi yang sudah dicapai oleh pejabat lama.

"Seorang Komandan Yonmarhanlan dituntut kedewasaan dan mampu membina satuannya, karena secara organisasi Korps Marinir, Pasmar memiliki kemampuan sumber daya yang sangat terbatas," katanya.

Pelantikan itu dihadiri Kepala Staf Pasmar-1 Kolonel Marinir LW Supit, Danbrigif-1 Mar Kolonel Marinir K Situmorang, Danmenart-1 Mar Kolonel Marinir FX Deddy Susanto, Danmenkav-1 Mar Kolonel Marinir Yuliandar, dan Danmenbanpur-1 Letkol Marinir Suhono.

ANTARA JATIM

Thursday, August 27, 2009

Jumlah Pulau RI akan Berkurang

Pulau kecil. (Foto: ksupointer.com)

27 Agustus 2009, Jakarta -- Menteri Kelautan dan Perikanan Freddy Numberi mengatakan jumlah pulau yang selama ini diketahui mencapai 17.480 akan berkurang.

"Jangan kaget kalau jumlah pulau kita berkurang. Karena angka sebelumnya itu hanya estimasi dengan menggunakan satelit," kata Freddy usai memaparkan Kinerja Lima Tahun Sektor Kelautan dan Perikanan di Jakarta, Rabu (26/8).

Berkurangnya jumlah pulau tersebut, menurut dia, salah satunya karena belum adanya pemahaman soal definisi pulau itu sendiri. Faktor lain yakni tidak akuratnya penggunaan satelit. Contohnya menganggap kumpulan mangrove sebagai sebuah pulau.

Sejak tahun 2005, lanjut Freddy, pemahaman tentang definisi sebuah pulau sudah ada, sehingga dilakukan pendataan langsung ke lapangan untuk menghindari kesalahan.

Pendataan dan penamaan pulau dilakukan sejak 2005 hingga 2008, dan memakan biaya hingga Rp6 miliar. "Semua pulau sudah kita namai sekarang masuk proses pembakuan saja," ujar dia.

Sejauh ini jumlah pulau milik Indonesia yang telah diberi nama dan terdaftar di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sebanyak 4.981. Sisanya, menurut dia, akan selesai diberikan nama dan didaftarkan ke PBB pada tahun 2012.

"Ini karena pendaftaran nama pulau ke PBB hanya ada lima tahun sekali," katanya.

MEDIA INDONESIA

Danrem 102/Panjung Kunjungi Kodim 1015/Sampit dan Kompi A Yonif 631/Antang Elang


27 Agustus 2009, Palangkaraya -- Danrem 102/Panjung Kol.Arm Rudiono Edi S. Sip beserta Ny Titi Rudiono Edi, Kasi Intel Letkol Inf Gema repelita beserta ibu dan Kapenrem 102/Pjg Kapten Inf Sukarjohan Sitompul tiba di sampit pukul 13.00 langsung menuju Rumah jabatan Bupati sampit M Wahyudi yang diawali dengan prosesi adat (tampung tawar), setelah itu rombongan Danrem disambut baik oleh unsure muspida Kotawaringin Timur termasuk prajurit kodim 1015/Sampit, Perwira Kompi A Yonif 631/Antang Elang dan ibu-ibu persit kodim. Dilanjutkan pada sore hari kegiatan Tenis Lapangan oleh unsure muspida dengan Danrem 102/Pjg, sedangkan Ny titi Rudiono edi melaksanakan tatap muka dengan seluruh pengurus persit Cab XLI. Pukul 19.00 dilaksanakan acara tatap muka dan ramah tamah dengan muspida, tomas, toga, toda sekaligus pemberian cendramata dari Danrem 102/Pjg ke Bupati Kotim dan sebaliknya.

Pada tanggal 21 Agustus 2009, pukul 07.00, Danrem beserta rombongan menuju Makodim 1015/Spt, dilanjutkan paparan Dandim 1015/Spt Letkol Inf Catur Gunanto, sedangkan Ketua Persit Koorcab Rem 102 besrta persit kodim cab XLI meninjau TK persit. Setelah itu dilanjutkan Pengarahan Danrem kepada seluruh prajurit dan persit kodim 1015/Spt.Usai pengarahan dilanjutkan penandatanganan prasasti rehab kantor persit cabang XLl oleh ketua persit KCK Koorcabrem 102 dan rehab mess kodim oleh Danrem. Dari Kodim, rombongan menuju kompi A yonif 631/Atg yang disambut dangan tarian adat dan pengalungan bunga kepada Danrem.

Usai memberikan pengarahan kepada seluruh anggota kompi, Danrem melaksankan sholat jumat, setelah meninggalkan kompi, rombongan danrem meninjau perumahan anggota Kodim yang sudah rusak berat karena usia pakai yang cukup lama.

Peneragan Korem 102/Pjg

Pangdivif 1 Kostrad Adakan kunjungan Kerja Ke Satgas Pamtas RI - PNG Yonif 321


27 Agustus 2009, Papua -- Kepentingan strategis pertahanan negara pada dasarnya untuk mewujudkan pertahanan negara yang mampu untuk menjaga kedaulatan dan melindungi keutuhan wilayah NKRI serta keselamatan bangsa Indonesia dari setiap ancaman, baik dari dalam maupun dari luar negeri sebagaimana diamanatkan dalam UU TNI Nomor 34 Tahun 2004 tentang TNI. Di dalam Pasal 7 UU TNI Nomor 34 Tahun 2004, diatur Tugas Pokok TNI diantaranya mengamankan wilayah perbatasan maupun mengatasi gerakan separatis bersenjata.

Wilayah Perbatasan RI-PNG yang membelah Pulau Papua merupakan wilayah yang harus dijaga dari kemungkinan ancaman yang mungkin timbul, baik yang berasal dari negara luar maupun ancaman yang datang dari dalam. Terhitung mulai Bulan Nopember 2008 Satgas Yonif 321/13/1 Kostrad melaksanakan Tugas Pengamanan Perbatasan RI-PNG khususnya di sepanjang Sektor A Kolakops Rem 174/ATW dan dalam waktu dekat Tugas Pamtas di wilayah sektor ini akan diserah terimakan kepada Satgas Yonif Linud 433/3/1 kostrad.

Sebagai Panglima Divisi yang merupakan Satuan Induk Pembinaan Kekuatan
Yonif 321/13/1 maupun Yonif Linud 433/3/1 Kostrad, Pangdivif 1 Kostrad didampingi Danbrigif 13/1 Kostrad, Asintel Kasdivif 1 Kostrad dan Asops Kasdam XVII/Cen, sejak tanggal 10 sampai dengan 13 Agustus 2009 melaksanakan peninjauan langsung ke daerah penugasan operasi Satgas Pamtas RI-PNG Yonif 321/13/1 Kostrad dalam rangka mengevaluasi pelaksanaan tugas Yonif 321 dan penyiapan tugas Yonif Linud 433/3/1 Kostrad.

Adapun tugas yang diemban Satgas Pamtas Yonif 321/13/1 Kostrad yaitu melaksanakan operasi pengamanan wilayah darat perbatasan RI – PNG; mengamankan dan menciptakan stabilitas keamanan di sepanjang Wilayah Perbatasan RI – PNG mulai Wilayah Koramil 1711-01/ Waropko sampai dengan Wilayah Koramil 1707-05/Muting; mencegah keluar masuk GSP/B di sepanjang perbatasan RI – PNG; mencegah pemindahan Patok Batas dengan melakukan Patroli dari pos menuju Patok Batas yang menjadi tanggung jawabnya; mencegah pelanggar pelintas batas wilayah kedua Negara melalui kegiatan patroli, pengendapan dan penempatan Pos pada titik kritis serta daerah rawan; mencegah terjadinya penyelundupan dan pencurian kekayaan alam di wilayah perbatasan; memberdayakan masyarakat sekitar perbatasan untuk menumbuhkan semangat bela Negara dan mematuhi hukum yang berlaku; mengamankan masyarakat dan lingkungannya dari pengaruh GSP; mengaktifkan Bintertas untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai skala prioritas; melaksanakan pergeseran Pos Perbatasan yang belum mencapai + 5 Km dari garis pebatasan RI – PNG sesuai kemampuan, mulai 1 Januari sampai dengan Desember 2009 selama 365 hari di sepanjang perbatasan RI – PNG dalam wilayah sektor Kabupaten Boven Digoel dalam rangka mendukung Ops Kolak Ops Rem 174/ATW.

Satgas menggelar 23 Pos Perbatasan dam selama penugasan dari bulan Nopember 2008 sampai dengan Juli 2009 sudah menemukan 8 patok perbatasan dari 11 patok perbatasan yang menjadi tanggung jawab Satgas Yonif 321/13/1 Kostrad. Hasil selama pelaksanaan operasi sampai dengan saat ini diperoleh 8 pucuk Senjata Rakitan jenis Engkel Loop dan 8 Butir Munisi Pacar Wutah (hasil penggalangan Pos Jajaran).

Pada kesempatan kunjungan, Pangdivif 1/Kostrad Mayjen TNI Hatta Syafrudin menyampaikan beberapa arahan agar unsur Pimpinan senantiasa memperhatikan tentang aspek pemeliharaan moril dan disiplin Anggota dalam penugasan serta aspek militasi keprajuritan. Selain itu, agar seluruh jajaran Satgas memanfaatkan keberadaan aparat maupun instansi terkait di daerah operasi dalam rangka pencapaian Tupok melalui koordinasi dan kerja sama yang baik; mengoptimalkan Sistem komunikasi yang ada untuk selalu berhubungan antar Kotis dan Pos maupun antar Pos dengan Pos ataupun dengan instansi terkait di daerah operasi serta menggunakan persandian dan tatacara komunikasi Militer; tetap waspada dan tetap mengutamakan faktor keamanan serta pengamanan, jangan terlena oleh situasi dan kondisi yang mungkin biasa-biasa/aman-aman saja; agar seluruh anggota memiliki kebanggaan untuk melaksanakan tugas dengan baik di daerah operasi.

PENKOSTRAD

Sea Harrier AL India Digrounded

Sea Harrier yang jatuh ke laut berhasil dievakuasi.

27 Agustus 2009 -- Angkatan Laut India menghentikan penerbangan armada pesawat tempur Sea Harrier yang berpangkalan di kapal induk setelah kecelakaan fatal satu Sea Harrier di Goa, Jumat (21/8), dilaporkan media lokal.

Pesawat sedang melaksanakan latihan rutin dengan kapal perang India, jatuh ke laut 15 kilometer dari peairan Goa. Insiden ini menewaskan pilot Lt. Cdr. Saurav Saxena. Pesawat tinggal landas dari bandara Dabolim sekitar pukul 10.00 waktu setempat dan jatuh ke laut pukul 11.57.

Keputusan grounded 8 pesawat Sea Harrier menyebabkan kapal induk INS Viraat praktis tanpa kekuatan udara. Akan tetapi menurut seorang pejabat senior AL, Sea Harrier tidak grounded tetapi anggota dewan menginginkan dilakukan pengecekan semua pesawat, inspeksi sedang dilakukan akan selesai 2 sampai 3 hari.

INS Viraat baru saja meninggalkan dok kering di galangan kapal Cochin setelah 18 bulan dilakukan peremajaan, dan diharapkan dapat bertugas kembali di AL India dalam dua bulan lagi.

AL India memperpanjang usia pakai kapal induk tua INS Viraat 5 tahun lagi karena terlambatnya konstruksi kapal induk pertama buatan dalam negeri India dan gagalnya pengiriman kapal induk Admiral Gorshkov yang sudah diremajakan sesuai jadwal pada 2008.

Kapal induk buatan dalam negeri berbobot 40.000 ton dibangun di galangan kapal Cochin akan selesai 2015, sedangkan Admiral Gorshkov yang sedang diperbaiki di galangan kapal Sevmash, Utara Rusia mungkin akan dikirimkan ke India pada 2013. Akan tetapi New Delhi dan Moskow masih menemui jalan buntu terkait kenaikan harga perbaikan Admiral Gorshkov.

RIA Novosti/ibnlive.in/@beritahankam

Lanud Suryadarma Uji Coba Senjata SS2-V1

Salah seorang prajurit TNI AU dari seksi senjata Lanud Suryadarma sedang melaksanakan uji coba senjata laras panjang terbaru jenis SS2-V1 di lapangan tembak Lanud Suryadarma, Kamis (27/9).

27 Agustus 2009, Subang -- Selama dua hari anggota Seksi Senjata Lanud Suryadarma mengadakan uji coba senjata laras panjang terbaru jenis SS2-V1 dengan jarak 100 meter di Lapangan Tembak Lanud Suryadarma, Kamis (27/8). Senjata buatan PT Pindad, Bandung tahun 2007 tersebut merupakan modifikasi akhir dari senjata laras panjang jenis sebelumnya yaitu SS1 buatan tahun 1998.

Menurut Kepala Seksi Senjata Lanud Suryadarma Kapten Tek Andi Suseno, beberapa kelebihan senjata jenis SS2-V1 adalah hentakkan saat menembak yang lebih kecil. Kemudian dari segi teknis terdapatnya pijera selektor yang berfungsi mengatur pijera ke arah naik-turun dan kiri-kanan, kunci otomatis hanya tiga, harus lepas magazen saat mengosongkannya dan terdapatnya handle untuk menenteng senjata dimana posisi pijera berada. Handle ini mirip dengan senjata laras panjang jenis M-16 buatan Amerika.

Ditambahkan oleh Kapten Tek Andi Suseno, senjata SS2-V1 yang diterima dari Depo Pemeliharaan 60 Lanud Iswahyudi pada awal Agustus 2009 tersebut setelah diuji coba, secara umum dapat digunakan semuanya dengan baik dan aman walaupun terdapat beberapa troubel kecil. Selain uji coba senjata baru, anggota seksi senjata juga melaksanakan uji coba terhadap senjata hasil perbaikan yang selama ini dirawat terhadap beberapa senjata laras panjang jenis G-3 dan pistol jenis FN 46.

PENTAK LANUD SURYADARMA

KASUM TNI Kunjungi Lanud Sultan Hasanuddin

Kasum TNI Laksaman Madya TNI Y. Didik Heru Purnomo didampingi Pangdam VII / Wirabuana, Pangkoopsau II, Danlantamal VI dan Komandan Lanud Sultan Hasanuddin sedang mendengarkan penjelasan dari Komandan Skadron Udara 11 Wing 5 Lanud Sultan Hasanuddin Mayor Pnb Toni Haryono.

27 Agustus 2009, Makassar -- Rombongan Kasum TNI yang bertolak dari Skadron Udara 17 Lanud halim Perdana Kusuma Jakarta menuju Kodam XVII / Cendarawasih dalam rangka pelaksanaan Latihan Geladi Mako Operasi Darat Gabungan, pada hari Selasa (25/8) transit di Lanud Sultan Hasanuddin dan menyempatkan berkunjung ke Skadron Udara 11 untuk melihat secara langsung kesiapan pesawat tempur Sukhoi.

PENTAK LANUD SULTAN HASANUDDIN

Selat Makassar Rawan Disusupi Kapal Asing

KRI Nuku 873 salah satu kapal perang TNI AL jenis korvet yang bertugas mengawasi alur perairan di Selat Makassar.

27 Agustus 2009, Makassar -- Selat Makassar masih rawan disusupi kapal-kapal asing dari arah selatan dan utara Tanjung Mangkaliat. Hal itu diungkapkan Asisten Operasi (Asops) Lantamal VI Letkol Laut Muhammad Ali di Makassar, Rabu (26/8).

"Arah selatan berasal dari selat Lombok. Ujung utara Tanjung Mangkaliat adalah Laut Sulawesi yang berdekatan dengan kawasan blok Ambalat," ujarnya.

Penyusupan kapal-kapal asing milik Malaysia, ungkap Ali beberapa bulan terakhir ini masih terus berlangsung di blok Ambalat. Bahkan, pelanggaran kapal-kapal asing yang masuk ke wilayah itu telah mencapai puluhan kali. "Mereka masih menganggap wilayah itu adalah milik mereka, sementara kita menganggap itu daerah kita. Jadi masih ada perbedaan," ujarnya.

Namun, TNI AL tetap menghindari adanya kontak senjata melalui jalur damai. Peringatan yang dilakukan hanya dilakukan dengan cara komunikasi. Sejauh ini, keamanan alur laut tersebut dibawah kordinasi Komando Armada Timur (Koartim) yang berpangkalan di Surabaya. Untuk mengamankan alur tersebut, hanya diturunkan lima kapal perang yang secara bergantian bertugas diantaranya KRI Nuku, KRI Hasanuddin, dan KRI Slamet Riyadi. "Kita menghindari kapal-kapal asing itu jangan sampai memasuki wilayah perairan ALKI 2," ungkapnya.

TNI AL Fokus Jaga Pulau Terluar

Permasalahan soal pulau kembali mencuat. Kasus kali ini tidak terkait dengan negara tetangga melainkan pelelangan pulau-pulau kecil di Kabupaten Mentawai.

Meski tugas penjagaan kedaulatan ada di tangan TNI, khususnya TNI AL, mereka mengatakan persoalan penjualan pulau bukan tanggung jawab mereka. Apalagi, ketiga pulau yang dilelang bukanlah termasuk dua belas pulau terluar yang menjadi fokus penjagaan marinir.

"Kalau Kepulauan Karimun, itu masuk zona aman karena termasuk pulau dalam, bukan pulau luar. Jadi, kalau ada isu penjualan itu, tanyakan pada pemdanya," kata Kepala Dinas Penerangan TNI AL Laksamana Pertama Iskandar Sitompul kepada Media Indonesia di Jakarta, Rabu (26/8).

Jika terkait pulau terluar, ia tegaskan bahwa TNI AL tentu mengerahkan kapal patroli untuk menjaga kedaulatan kawasan Indonesia. Selain itu, TNI AL menempatkan marinir ke-12 pulau strategis.

"Kapal itu berkeliling terus. Terutama, untuk daerah yang rawan. Misalnya, kita menempatkan enam kapal di wilayah Ambalat atau menempatkan kapal di wilayah barat," sahutnya.

Sementara itu, Direktur Jenderal KP3K Alex SW Retraubun menyatakan bahwa penjualan pulau dilarang di Indonesia. Namun, jika pulau tersebut disewakan, itu tetap diperbolehkan. "Kalau for hire oke, tapi for sale tidak ada," tandasnya.

MEDIA INDONESIA

Rusia Beli Kapal Amphibi Kelas Mistral Dari Perancis

LHD Tonnerre kelas Mistral milik AL Perancis sedang uji pelayaran. (Foto: DID)

27 Agustus 2009 -- Rusia merencanakan menandatanggani kesepakatan pembelian 3 -4 kapal serang amphibi kelas Mistral dengan Perancis akhir tahun ini, diungkapkan Kepala Staff AB Rusia Jenderal Nikolai Makarov saat digelar konferensi pers di ibu kota Mongolia Ulan Bator, Rabu (26/7).

“Kami sedang menegosiasikan pembelian sebuah kapal saat ini, dan kemudian dilanjutkan merencanakan mengakuisisi 3 - 4 kapal (kelas yang sama) dibangun bersama di Rusia,” ujar Jenderal Makarov.

Makarov tidak mengungkapkan jumlah nilai kesepakatan, tetapi menurut sumber seorang perwira tinggi Rusia yang berperan dalam negosiasi belum lama ini mengatakan harga kapal sekitar 300 - 400 milyar euro ($430 - 580 milyar).

Skema kapal amphibi kelas Mistral. (Foto: DID)

Bila pembelian berjalan sukses, akan menjadikan impor senjata dalam skala besar pertama oleh Rusia sejak bubarnya Uni Sovyet.

Rusia pertama kali tertarik membina hubungan bilateral dengan Perancis dalam peralatan dan teknologi angkatan laut pada 2008, ketika KASAL Rusia Laksamana Vladimir Vysotsky mengunjungi pameran senjata Euronaval 2008 di Perancis.

Menurut sumber militer lainnya, kemungkinan pembelian Mistral didiskusikan di pameran angkatan laut di St. Petersburg pada Juni tahun ini.

Program pengadaan persenjataan Rusia hingga 2015 tidak mencantumkan konstruksi atau pembelian kapal perang berukuran besar, jadi kemungkinan besar akuisisi kapal kelas Mistral terjadi dibawah program baru hingga tahun 2020, yang mana program ini masih dalam pengembangan.

RIA Novosti/@beritahankam

PT PAL Incar Proyek Kapal Pengawal Rudal TNI

Perusak Kawal Rudal 105 m, panjang kapal 105 m, lebar 14 m, berat 2400 ton, kecepatan maksimal 30 knot, jelajah 18 knot, ekonomis 14 knot, jarak jelajah 5000 nm, waktu berlayar 12 hari, jumlah awak 120 orang (sumber: PT PAL). (Foto: @beritahankam.blogspot)

26 Agustus 2009, Jakarta -- PT PAL Indonesia tengah mengincar proyek pembuatan kapal pengawal rudal milik TNI Angkatan Laut. Nilai kapal tersebut ditaksir mencapai EUR 170 juta.

"Ada rencana TNI AL membutuhkan kapal itu dan kami berharap bisa dibuat di PAL," ujar Direktur Utama PAL Indonesia Harsusanto di kantor Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta, Rabu, 26 Agustus 2009.

Menurut Harsusanto, Departemen Pertahanan (Dephan) telah membuat pembelian (procurement) tentang pengadaan kapal tersebut. Kebutuhan pendanaan untuk proyek kapal itu akan diperoleh dari kredit ekspor. "Belum ada perusahaan yang ditunjuk.Diharapkan ada alih teknologi dari perusahaan yang menang," katanya.

PAL tahun ini menargetkan produksi kapal sebanyak enam unit. Rencananya bulan ini, perusahaan akan menyerahkan satu unit kapal jenis Landing Platform Deck (LPD) dilanjutkan peluncuran kapal tanker tanker pada 3 September 2009.

Selanjutnya pada November-Desember 2009, PAL juga akan menyerahkan tiga unit kapal cepat 28 meter milik Bea Cukai dan dua unit kapal jenis escorttug untuk proyek Tangguh.

Lebih lanjut, Hersusanto mengatakan program restrukturisasi PAL sudah memperoleh persetujuan dari Menteri Keuangan. Saat ini pihaknya tinggal menyelesaikan administrasi antara PAL dan PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA).

"Kami akan mengundang PPA ke PAL minggu depan untuk merampungkan administrasinya," katanya.

Harsusanto menambahkan jika masalah administrasi tersebut dapat diselesaikan dalam waktu seminggu, proses pencairan suntikan modal dapat segera dilakukan pada awal September 2009.

PAL sendiri akan memperoleh tambahan modal sekitar US$44 juta yang akan digunakan untuk modal kerja pada divisi pemeliharan, perbaikan, engineering, dan divisi pembangunan kapal.

VIVAnews