Friday, January 31, 2014

Pembelian Tiga Korvet Buatan Inggris Perkuat Daya Tawar Diplomasi Indonesia

Calon Awak KRI Bung Tomo-357 ziarah ke makam Bung Tomo sebelum menjemput KRI Bung Tomo-357 di galangan kapal Lursen, Jerman. Kapal perang diperkirakan akan tiba di Indonesia pada bulan September 2014. (Foto:Koarmatim)

30 Januari 2014, Jakarta: TNI Angkatan Laut (AL) tengah menghitung hari menyambut datangnya KRI Bung Tomo-357. Rabu kemarin, tim TNI AL yang bertugas menjemput sudah melakukan ”ritual” sebelum terbang ke Jerman untuk membawa korvet ke Tanah Air yang diretrofit di galangan kapal Lursen.

KRI Bung Tomo sendiri adalah metamorfosa korvet milik Brunai Darussalam, KDB Nakhoda Ragam Class, yang dijual ke Indonesia dengan harga sangat murah, yakni USD300 juta untuk tiga kapal sejenis, belum termasuk biaya retrofit. Dua kapal lainnya, KDB Bendahara Sakam dan KDB Jerambak yang akan menyusul kemudian, konon juga akan dinamai pejuang pembela kemerdekaan, yakni KRI Usman-Harun dan KRI John Lie. Terlepas dari pro-kontra kenapa Brunai tidak jadi menggunakan kapal tersebut, Indonesia memandang kapal tersebut sangat layak.

Bahkan, sistem persenjataan dan komunikasinya lebih canggih dibandingkan korvet sigma yang dibeli dari Belanda. Untuk sistem senjata, misalnya, KRI Bung Tomo dicanteli Oto Melara, VLS Mica, Exocet Block II, dan torpedo Stinger. Kedatangan kapal dengan senjata canggih dan lengkap tentu akan memacu kepercayaan diri prajurit untuk mengawal kedaulatan NKRI. Kekuatan korvet ragam kelas yang disandingkan dengan kelas Sigma, kelas Van Speijk, KCR, kapal selam, dan aneka jenis kapal perang lainnya yang telah dimiliki bangsa ini, sudah barang tentu juga akan melambungkan daya tangkal Indonesia di lautan.

Namun sering luput dari pengamatan publik, kedatangan KRI Bung Tomo mengindikasikan meningkatnya daya tawar diplomasi bangsa ini di fora internasional. Mengapa demikian? Pembelian kapal tipe F2000 Corvette buatan BAE System Maritime-Naval Ships Inggris bisa disebut sebagai bukti konkret terbukanya kembali kerja sama militer Indonesia dengan negerinya Ratu Elizabeth tersebut, cara pandang baru mereka terhadap negeri ini.

KDB Nakhoda Ragam. (Foto: John Huggins)

Seperti diketahui, sebelumnya Inggris pernah mengembargo penjualan senjata terkait tuduhan Indonesia menggunakan pesawat Hawk untuk mengebom sipil saat konflik Timor Timur. Selain menyetujui penjualan ragam kelas, Inggris telah menjual rudal Startreak dan beberapa alutsista lain. Tidak dapat dimungkiri, keputusan Inggris kembali menjual alutsista ke Indonesia tidak terlepas dari pragmatisme ekonomi. Inggris yang tengah mengalami kelesuan ekonomi tentu ingin menikmati dana segar dari Indonesia yang sedang gencar-gencarnya meningkatkan kapabilitas persenjataannya.

Namun tak dapat dimungkiri pula, sikap baru Inggris itu mencerminkan pengakuan terhadap kekuatan diplomasi Indonesia negara bebas aktif yang mempunyai peran signifikan dalam membangun perdamaian dunia. Hal ini secara tidak langsung juga merupakan bentuk pengakuan bahwa Indonesia bukanlah negara pelanggar HAM dan berpotensi menjadi agresor. Hal ini bukanlah isapan jempol. Lihatlah peran Indonesia meredam konflik Laut China Selatan (LCS), konflik Suriah, dan lainnya. Pasukan TNI juga seolah sudah menjadi tulang punggung PBB dalam setiap misi peace keeping operation di beberapa konflik di berbagai belahan dunia.

Perspektif yang demikian sangat mungkin ada di benak Amerika Serikat. Negeri Paman Sam itu pelan namun pasti mulai mengobral senjatanya untuk Indonesia, dari hibah pesawat F-16, pembelian peluncur rudal anti-tank (ATGM) Javelin, helikopter Apache, hingga rencana pembelian Black Hawk. Jika negara-negara yang pernah menjaga jarak dengan Indonesia sudah demikian, apalagi negara-negara yang secara konsisten membangun hubungan baik dengan Rusia, China, Jerman, Prancis, dan lainnya sudah pasti akan ringan tangan memberikan alutsista terbaiknya karena sudah paham pembelian senjata bukan sekadar untuk alat pertahanan, melainkan juga memperkuat daya tawar Indonesia untuk mendorong terwujudnya perdamaian dunia.

Sumber: Koran SINDO

Menhan Serahkan 37 Unit Tank Amfibi BMP-3F ke Korps Marinir

(Foto: DMC)

28 Januari 2014, Situbondo: Menteri Pertahanan (Menhan) RI Prof. Dr. Ir. Purnomo Yusgiantoro memimpin upacara penyerahan 37 unit Tank Amfibi BMP-3F dari Pemerintah Rusia kepada Kementerian Pertahanan RI, di area titik tinjau T12 Pusat Latihan Pertempuran (Puslatpur) Korps Marinir, Karang Tekok, Asem Bagus, Situbondo, Jawa Timur, Senin (27/01/2014).

Penyerahan Tank Amfibi BMP-3F ditandai dengan penandatanganan oleh Pemerintah Rusia, Pemerintah RI (Kemenhan), Mabes TNI, Mabesal dan Komandan Korps Marinir Mayjen TNI (Mar) A. Faridz Washington, yang disaksikan langsung oleh Menteri Pertahanan (Menhan) RI Prof. Dr. Ir. Purnomo Yusgiantoro, Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko, Kasal Laksamana TNI Dr. Marsetio, Dubes Rusia untuk Indonesia, Duta Besar Indonesia untuk Rusia, Komisi 1 DPR RI, pejabat teras Kemhan RI, Mabes TNI, dan Mabesal, dilanjutkan dengan penyerahan replica Tank BMP-3F.

Seorang prajurit Korps Marinir TNI AL berbincang dengan teknisi tank asal rusia saat serah terima tank amfibi BMP-3F di Pusat Latihan Tempur Karang Tekok, Situbondo, Jawa Timur, Senin (27/1). Pemerintah Rusia menyerahkan 37 unit tank amfibi kepada Kementerian Pertahanan RI untuk digunakan Korps Marinir. (ANTARA FOTO/Seno/ed/Spt/14)

Dengan diserahkannya 37 unit Tank Amfibi BMP-3F, maka saat ini Korps Marinir telah memiliki 54 tank modern produksi Rusia, setelah sebelumnya pada 11 Desember 2010 menerima sebanyak 17 unit tank jenis yang sama dari Menhan RI.

Selesai upacara penyerahan, Menhan RI Prof. Dr. Ir. Purnomo Yusgiantoro, Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko, Kasal Laksamana TNI Dr. Marsetio, berkesempatan menyaksikan uji coba dan uji penembakan yang dilakukan tank tersebut, serta penembakan beberapa kesenjataan lain yang dimiliki Korps Marinir TNI AL dalam bentuk manuver di lapangan.

Sumber: Marinir

Menhan Tinjau Kandang Leopard di Yonkav 8

(Foto: DMC)

27 Januari 2014, Pasuruan: Menhan RI Punomo Yusgiantoro, Senin (27/1) meninjau kesiapan dari garasi khusus Tank Leopard di Batalyon Kavaleri 8 (Yonkav 8) Divisi 2 Komando Cadangan Strategis TNI Angkatan Darat (Kostrad), Pasuruan, Jawa Timur.

Sebelum meninjau, Menhan dengan didampingi Panglima TNI Jenderal TNI Dr. Moeldoko, Ketua Komisi I DPR Mahfudz Siddiq, dan Kasal Laksamana TNI Dr. Marsetio, menerima paparan dari Danyon Kav 8 Letkol Kav Otto Sollu terkait kesiapan Yonkav 8 untuk menerima kedatangan kendaraan tempur MBT baru Leopard buatan Jerman. Turut mengikuti paparan tersebut Panglima Divisi 2 Kostrad, Mayjen TNI Agus.K, Pangdam V Brawijaya, Mayjen TNI Ediwan Prabowo, dan Kabaranahan Kemhan, Laksda TNI Ir. Rachmad.Lubis serta para pejabat lainnya dari Kemhan, Komisi I DPR dan TNI.

Dalam paparannya Danyon Kav 8 mengungkapkan bahwa kesatuannya sudah membangun garasi serta sarana pendukung lain untuk operasional Tank MBT jenis Leopard.

Bangunan garasi khusus Tank Leopard yang tersedia saat ini sebanyak 33 unit. Masing-masing garasi ini dapat menahan beban sekitar 70 ton.

Selain itu secara umum Yonkav 8 juga memiliki garasi Tank Pendukung sebanyak 5 unit garasi, garasi Transporter sebanyak 8 unit, garasi untuk kegiatan workshop 1 unit serta gudang munisi 1 unit.

Sementara itu, kesiapan sumber daya manusia untuk mendukung operasional Leopard, Yonkav 8 telah menyiapkan personil terlatih yaitu 60 orang komandan kendaraan, 60 orang pengemudi, 41 orang penembak, serta 41 orang loader. Disamping itu telah disiapkan tim teknisi berjumlah 24 orang, terdiri dari teknisi mesin 8 org, teknisi alkom 8 org dan teknisi senjata 8 org.

(Foto:Yonkav 8)

Usai menerima paparan, Menhan beserta rombongan meninjau lokasi garasi Tank Leopard.

Disela-sela peninjauan tersebut Menhan mengatakan bahwa rencananya Tank Leopard yang akan ditempatkan di Satuan Yonkav 8 ini sekitar 40 unit. Menurut Menhan, garasi beserta sarana pendukungnya di YonKav 8 telah siap menerima Tank Leopard.

Sementara itu Panglima TNI, Jenderal TNI Moeldoko mengatakan masih terdapat beberapa hal yang harus dipersiapkan di satuan Yonkav 8 tersebut, diantaranya lahan yang akan dipergunakan khusus untuk medan latihan manuver ataupun menembak dari Tank Leopard.

"itulah yang sedang kita pikirkan medan untuk manuvernya kavaleri khususnya untuk Main Battle Tank. kalo tidak ya nanti bisa mengganggu lalu lintas atau lingkungan sekitarnya." ungkap Panglima TNI.

Yonkav 8 merupakan satuan kavaleri yang mendapat kehormatan dan kepercayaan untuk menerima dan mengoperasikan Tank Leopard ini dengan kekuatan 1 Batalyon lengkap.

Sumber: DMC