Saturday, June 15, 2013

Legislator: Peremajaan Alutsista Hindari Insiden Kecelakaan

(Foto: KOMPAS/Hendra Cipto)

14 Juni 2013, Jakarta: Peremajaan alat utama sistem persenjataan (Alutsista) menurut Anggota Komisi I DPR, Susaningtyas Nefo Handayani Kertopati penting guna menghindari terjadinya kecelakaan yang berpotensi menimbulkan korban.

Meski demikian, Susaningtyas ini mengingatkan pemilihan Alutsista baru juga harus hati-hati dan berkwalitas. "Tidak semata-mata bicara harga. Saya rasa harus segera ada peremajaan bagi Alutsista TNI meski tentu harus disesuaikan dengan dana yang terbatas dan harus diseimbangkan dengan pembinaan, pendidikan serta kesejateraan prajurit," katanya di Jakarta, Jumat(14/6).

Jatuhnya helikopter latih jenis Hughes 300 HL 4094 milik TNI AD di landasan Bandara Ahmad Yani Semarang, Jawa Tengah, Selasa (11/6) lalu membuat Anggota Komisi I DPR, prihatin, "Ini risiko yang harus diambil dari alutsista yang sudah renta," tandasnya.

Sementara pengamat militer Universitas Indonesia, Andi Widjajanto menjelaskan, sejak 2009 sebenarnya TNI telah melakukan pemetaan untuk konsep toleransi 0 kecelakaan (zero accident). Hal ini dapat terlihat dari berkurangnya angka kecelakaan Alutsista sejak 2011 silam.

Dirinya meyakini TNI tidak akan menggunakan Alutsista yang tak layak beroperasional. "Alutsista yang dipakai memang layak operasional. Jika tidak layak tidak akan dapat izin," tukasnya.

Renstra 2010 - 2014 pemerintah, menurutnya sudah mengalokasikan dana signifikan untuk pemerliharaan dan pembelian alutsista. Mestinya kalau ada kecelakaan bukan karena sistem, tapi hal-hal teknis, human error, cuaca, komunikasi. Lebih jauh Andi berpendapat peristiwa kecelakaan jatuhnya helikopter TNI AD di Semarang tidak menggambarkan rentannya usia alutsista. "Bisa dikarenakan berbagai macam hal seperti faktor cuaca, teknis ataupun miss komunikasi antara instruktur dengan siswa latih," imbuh Andi.

Sumber: Info Publik

KASAL Uji Coba Dua Kapal Patroli Produksi Dalam Negeri

(Foto: Kolinlamil)

15 Juni 2013, Jakarta: Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal), Laksamana TNI Dr. Marsetio melaksanakan peninjauan sekaligus mengikuti uji coba (sea trial) dua kapal patroli yang sedang sandar di dermaga Komando Lintas Laut Militer (Kolinlamil), Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (14/6).

Dua Kapal Angkatan Laut (KAL) 28 M yaitu KAL II-4-55 Sengiap dan KAL II-I-62 Sinabang, itu merupakan produksi dalam negeri.

Dalam kesempatan tersebut, Kasal beserta rombongan melakukan patroli singkat di sekitar perairan Teluk Jakarta dengan menempuh waktu kurang lebih satu jam dengan menggunakan KAL II-I-62 Sinabang.

(Foto: Koarmabar)

Kapal patroli itu memiliki kecepatan maksimal 28 Knots dan bobot 60,44 ton ini diproduksi oleh PT. Tesco Indomaritim. Kapal ini dilengkapi senjata mitraliur kaliber 12,7 milimeter dan mempunyai bahan kontruksi aluminium alloy sehingga mampu bermanuver secara lincah.

KAL II-I-62 Sinabang nantinya akan diserahkan ke Pangkalan Utama Angkatan Laut (Lantamal) I Belawan dan dioperasikan oleh Pangkalan Angkatan Laut (Lanal) Simeule, Kepulauan Nias, Sumatera Utara. Sedangkan KAL II-4-55 Sengiap akan diserahkan ke Lantamal IV Tanjung Pinang untuk dioperasikan oleh Lanal Ranai, Natuna Kepulauan Riau.

Menurut siaran pers Dinas Penerangan Angkatan Laut (Dispenal), kedua KAL ini nantinya akan bertugas untuk memperkuat kegiatan operasi dalam mengamankan wilayah laut yang menjadi kawasan Lanal Ranai dan Lanal Simeule.

Sumber: Jurnal Parlemen

PT PAL Bangun Kapal Cepat Rudal Ketiga



12 Juni 2013, Surabaya: Kami bersyukur pembangunan kapal tunda yang kedua dan Kapal Cepat Rudal (KCR) 60 M ketiga dapat dilaksanakan di PT. PAL Indonesia yang mana merupakan Badan Usaha Milik Negara Industri Strategis (BUMNIS), sehingga pada proses pengadaan dan pemeliharaan selanjutnya akan lebih mudah lagi bagi TNI AL serta dapat memberikan alternatif solusi untuk mengurangi ketergantungan kita pada Negara lain. Demikian dikatakan oleh Asisten Logistik Kepala Staf TNI Angkatan Laut (Aslog Kasal) Laksamana Muda TNI Sru Handayanto, di saat menyampaikan sambutannya pada peluncuran kapal tunda – 2 dan peletakan lunas KCR 60 M ke – 3 di galangan kapal PT PAL Indonesia, Surabaya. Rabu (12/6).

Dalam acara peluncuran kapal tunda kedua dengan kode produksi M 277 merupakan simbolisasi formal akan selesainya pekerjaan, dan peletakan lunas (Keel Laying) KCR 60 M ketiga dengan kode produksi W 275 yang merupakan simbolisasi formal dimulainya proses pembuatan Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) jenis Kapal Cepat Rudal 60 M ketiga.

Kapal Tunda – 2 memiliki data antara lain Loa 29.00 M, Laa 26.50 M, lebar kapal 10 M, tinggi geladak 5 M, Sarat air 3.30 M, kecepatan kapal 12 Knot (MCR), Klasifikasi Biro Klasifikasi Indonesia (BKI), Bollard Pull 30 ton, Towing Hook 40 ton, Kapasitas akomodasi 10 orang, main engine : Nigata 6L22HX (2 x 1200 HP), Propeller : 2 (Steerable Rudder Propeller) Main Generator : 2 x 125 kW, 50 Hz, 3 phase.



Sedangkan untuk KCR 60 M ke – 3 memiliki data sebagai berikut panjang keseluruhan 60 M, Lebar 8,10 M, tinggi geladak 4,85 M, sarat air 2,60 M, displacement (full Load) 460 ton, kecepatan maximal/ jelajah 28/20 knot, main engine 2x3860 HP, range at 20 kn (cruise) 2400 N mile, endurance 5 hari, jumlah ABK 55 orang. Stabilitas kapal memenuhi criteria standard IMO A (749), bentuk siluet kapal dirancang untuk meminimalkan Radar Cross Section (RSC) dan kapal memiliki kemampuan tempur pada sea state 4 dan bernavigasi pada Sea State 6.

Selain memiliki data tersebut di atas kapal jenis KCR 60 M ini memiliki kemampuan Anti Air Warfare (AAW), Anti Surface Warfare (ASW), Electonic Warfare (EW) dan Naval Gun Fire Support (NGFS) serta memiliki fungsi tambahan sebagai pengintai, Search And Rescue (SAR), lawan infiltrasi, operasi bakti TNI.

Kegiatan yang berlangsung di PT PAL Indonesia ini dihadiri oleh Pangarmatim Laksamana Muda TNI Agung Pramono, S.H., M. Hum, Kadismatal, Kadisadal dan Komandan Satgas, serta Dirut PT PAL Ir. M. Firmansyah Arifin, M.M dan para pejabat teras PT PAL lainnya.

Sumber: Dispenarmatim

Wednesday, June 12, 2013

Indonesia Segera Bangun Infrastruktur Pembuatan Kapal Selam dan Pesawat Tempur

Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro (kanan) berbincang dengan Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin usai Sidang Kesembilan Komite Kebijakan Industri Pertahanan di gedung Kementrian Pertahanan, Jakarta Pusat, Selasa (11/6). Pertemuan tersebut bertema "Membangun Sinergitas Menuju Kemandirian Industri Pertahanan" dan membahas Proyek Nasional Kapal Selam dan Pesawat Tempur. (Foto: ANTARA FOTO/Fanny Octavianus/mes/13)

12 Juni 2013, Jakarta: Menteri Pertahanan, Purnomo Yusgiantoro, menyatakan Indonesia segera membangun infrastruktur pembuatan kapal selam di Surabaya melalui PT PAL.

"Rencananya infrastruktur pembuatan kapal selam akan dibuat di Surabaya melalui PT PAL. Karena itu, dibutuhkan infrastruktur untuk pembangunan kapal selam," kata Menhan sekaligus Ketua KKIP usai Sidang ke sembilan KKIP "Membangun Sinergitas Menuju Kemandirian Industri Pertahanan", di Kantor Kemhan, Jakarta, Selasa.

Paling lambat, dalam dua hingga tahun ke depan, diharapkan Indonesia sudah memiliki infrastruktur industri pembuatan kapal selam, katanya.

Dijelaskannya, dalam sidang ke sembilan KKIP juga dibahas mengenai dijadikannya pembangunan infrastruktur kapal selam dan jet tempur sebagai proyek nasional. Oleh karena itu, agar tidak menemui hambatan, payung hukum sangat diperlukan agar rencana pembangunan infrastruktur kapal selam dan pesawat jet tempur tetap berjalan pada lintas parlemen. "Butuh dukungan parlemen karena program ini pasti akan melalui lintas parlemen. Dibutuhkan payung hukum agar menjadi proyek nasional," ucap Purnomo. Dijelaskannya, sebagai negara kepulauan keberadaan kapal selam dan pesawat jet tempur sangat diperlukan untuk menjaga kepulauan indonesia hingga batas luar. Jika infrastruktur ada, pembuatan kapal selam bisa dilakukan di Indonesia.

Untuk membangun infrastruktur pembuatan kapal selam, Indonesia akan bekerjasama secara khusus dengan Korea Selatan. Kerjasama kedua negara akan dilakukan mulai dari kesepakatan lisensi, enginering manufacturing development, hingga prototipe.

Dalam pembuatan KFX/IFX bersama Korsel, kata dia, tahap yang sudah selesai dilaksanakan mencakup tahap teknologi desain. Dua tahun ke depan, ditargetkan akan mencapai tahap `enginering manufacturing development` dan prototipe.

"Dari sisi teknis, kita juga sudah kirim 52 ahli untuk belajar teknologi design," ucap Purnomo.

Menhan menambahkan, pada tahun 2012 KKIP juga telah menghasilkan sejumlah produk kebijakan. Dalam hal penyusunan regulasi, diantaranya disahkannya UU No 16 tahun 2012 tentang industri pertahanan.

Sidang KKIP ke sembilan dipimpin langsung Menhan Purnomo Yusgiantoro selaku Ketua Harian KKIP, didampingi Wamenhan Sjafrie Syamsoeddin sebagai Sekretaris.

Dalam pembahasan tersebut juga dihadiri Ses Menristek, Dirjen Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi Kemenperin, Deputi II Kementerian BUMN, Kasum TNI dan Asrena Kapolri.

Sebelumnya, Pembangunan pabrik modern untuk pembuatan kapal selam TNI Angkatan Laut di Indonesia ditargetkan dapat direalisasikan pada tahun 2016 atau 2017 mendatang karena kapal selam pertama yang dibuat oleh Korea Selatan baru selesai pada tahun 2014.

"Pembangunan pabrik semua tergantung komitmen pemerintah. Pemerintah mutlak menyokong pendanaanya. Tanpa itu saya kira sangat sulit pembangunan kapal selam bisa direalisasikan di Indonesia," kata Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Laut Laksamana Pertama Untung Suropati, Rabu (10/4).

Ia berharap sudah ada perencanaan dari sekarang agar pada waktunya nanti pengerjaan kapal selam ketiga itu lancar tanpa kendala.

"Keberadaan pabrik modern untuk membuat kapal selam menjadi kendala serius kita saat ini," kata Untung.

Pembangunan pabrik modern ini, katanya, bukan persoalan sederhana karena selain membutuhkan banyak sumber daya manusia yang handal, pemerintah pun harus menyiapkan dana yang tidak sedikit.

Oleh karena itu, ia berharap sumber daya manusia yang sudah dikirim ke Korea benar-benar menyerap ilmu secara komprehensif. "Ketika secara keilmuan sudah memenuhi syarat, baru kemudian pemerintah mempersiapkan pabriknya," katanya.

Indonesia sudah sepakat melakukan transfer teknologi kapal selam dengan Korea Selatan, dimana akan dibuat tiga unit kapal selam. Untuk kapal selam pertama, pihak Indonesia hanya memantau pengerjaannya di Korea Selatan.

Selanjutnya, kata dia, pada pembuatan kapal kedua, teknisi di Indonesia dilibatkan dalam membuat kapal selam. Namun, pembuatannya tetap dilakukan di Korea Selatan.

Sementara untuk kapal selam ketiga, Indonesia akan membuat sendiri kapal itu di galangan kapal PT PAL. "Pada tahap inilah Indonesia harus mempersiapkan peralatannya. Termasuk membuat pabrik baru untuk mendukung pembangunannya," jelas Untung.

Ia juga memastikan Pangkalan Kapal Selam yang disiapkan di Teluk Palu, Sulawesi Tengah, bisa diresmikan pada akhir tahun ini. Pangkalan seluas 13 hektar inilah yang nantinya digunakan untuk menyimpan semua kapal selam yang dimiliki Indonesia, termasuk untuk menyimpan kapal selam baru yang saat ini dibuat di Korea Selatan.

Sumber: ANTARA News

Tuesday, June 11, 2013

Latihan Anti-teror di Latgabma Malindo Darsasa-8AB/2013

11 Juni 2013, Medan: Prajurit TNI dan Angkatan Tentera Malaysia berusaha melumpuhkan teroris yang membajak pesawat, di Bandara Polonia Medan, pada latihan pendahuluan, Latihan Gabungan Bersama Malaysia-Indonesia (Latgabma Malindo) Darat Samudera Angkasa (Darsasa)-8AB/2013 di Medan, Sumut, Senin (10/6). Latihan tersebut sebagai upaya penanggulangan teror yang dapat mengganggu stabilitas keamanan wilayah Malaysia dan Indonesia. (Foto: ANTARA/Irsan Mulyadi/ed/ama/13)

Kostrad dan USARPAC Gelar Latma Garuda Shield ke-7



11 Juni 2013, Depok: Panglima Divisi Infanteri 1 kostrad Mayjen TNI Daniel Ambat, dan Deputy Commanding General Of Usarpac, Maj Gen Gary Hara, membuka latihan Garuda Shield 2013 di lapangan madivif 1 kostrad, Cilodong-Depok, latihan Garuda Shield' melibatkan seluruh personel Kostrad dan Angkatan Darat Amerika Serikat berada di wilayah Asia Pasifik (USARPAC).Senin(10/6).

Pangdivif 1 Kostrad dalam sambutannya mengatakan, latihan bersama Garuda Shield 2013 merupakan salah satu wujud kerjasama latihan militer 2 negara antara personel TNI AD dengan Angkatan Darat Amerika Serikat, sehingga diharapkan dapat meningkatkan kemampuan dan profesionalitas para peserta latihan tentang berbagai materi dalam rangka penyelenggaraan operasi perdamaian dunia, operasi linud, operasi bantuan sosial dan kemanusian.

oleh karena itu, Pangdivif 1 Kostrad mengatakan, Garuda Shield ke 7 tahun 2013 akan memberikan pemahaman dan keseragaman bagi peserta latihan dalam pelaksanaan sebagai pasukan pemulihan keamanan PBB. Panggdivif 1 kostrad juga mengharapkan koordinasi dan kerja sama antara personel TNI AD dan Angkatan Darat Amerika Serikat akan semakin erat dan kokoh, sehingga terjalin hubungan yang lebih baik dan harmonis yang dilandasi rasa saling percaya dan menghormati.

Pangdivif 1 Kostrad juga berpesan agar dalam pelaksanaan kegiatan tetap melaksanakan protap pengamanan yang sudah melekat di manapun berada, jalin hubungan komunikasi dan kerja sama yang erat dan harmonis antara kedua belah pihak secara berkelanjutan.

Hadir dalam kegiatan tersebut Duta besar Amerika untuk Indonesia, Kasdivif 1 Kostrad, para Asisten serta para perwira TNI AD dan USARPAC.

Sumber: KOSTRAD

Monday, June 10, 2013

Para Penerbang Lanud Iswahjudi Latihan Penembakan Sasaran Darat

Para teknisi sedang memasang Bom Praktisi di pesawat F-16 Fighthing Falcon yang akan melaksanakan latihan penembakan Air to Ground di AWR Pulung Ponorogo, Senin (10/6). (Foto: Pentak Lanud Iswahjudi).

10 Mei 2013, Madiun: Latihan pengeboman Air to Ground yang dilaksanakan di AWR Pulung Desa Suren, Mlarak, Ponorogo, oleh penerbang tempur Lanud Iswahjudi bukanlah suatu rutinitas, akan tetapi dimaksudkan untuk lebih meningkatkan kemampuan sebagai penerbang tempur yang handal dan profesional.

Secara bergantian tiga jenis pesawat tempur yang ber-home base di Lanud Iswahjudi diantaranya pesawat F-16/Fighting Falcon, F-5/Tiger II dan Hawk MK-53, menguji kemampuan melakukan pengeboman dengan menggunakan bom praktisi BDU 33, dengan sasaran darat (Air to Ground) berupa skip yang berada di Air Weapon Range (AWR) Pulung di desa Suren, Mlarak, Ponorogo.

Sedangkan take off dan landing langsung dari landasan pacu Lanud Iswahjudi. Latihan pengeboman Air to Ground tersebut, merupakan Program Kerja Lanud Iswahjudi, khususnya bidang operasi dan latihan yang dilaksanakan mulai Senin (10/6) hingga Kamis (21/6).

Sedangkan maksud dari latihan tersebut untuk mengasah kemampuan para penerbang-penerbang muda sekaligus untuk meningkatkan profesionalitas sebagai penerbang tempur TNI Angkatan Udara.

Komandan Lanud Iswahjudi, Marsma TNI Yuyu Sutisna, S.E., berpesan kepada para penerbang dan ground crew maupun pendukung lainnya selama latihan berlangsung, selalu berhati-hati dan melakukan pengecekan ulang terhadap pesawat, sehingga latihan dapat berjalan lancar sesuai yang dijadwalkan. Perhatikan pula Keselamatan Terbang dan Kerja (Lambangja), sehingga hal-hal sekecil apapun yang tidak diharapkan tidak terjadi dan Zero Accident tetap menjadi prioritas utama. Demikian penekanan Dalanud Iswahjudi kepada para penerbang dan crew yang menjadi acuan dalam latihan tersebut.

Sumber : Penlanudiwj

Kemhan Ajukan Anggaran Pembelian Apache dan Hercules ke Parlemen

Apache UH-64A.

10 Juni 2013, Jakarta: Komisi I DPR RI dapat menerima penjelasan Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro soal pagu indikatif Kemhan Tahun 2014 sebesar Rp 80.497.980.000.000 (delapan puluh triliun empat ratus sembilan puluh tujuh miliar sembilan ratus delapan puluh juta rupiah).

"Komisi I juga dapat menerima usulan tambahan anggaran yang di ajukan Kemhan/TNI sebesar Rp 8.730.522.000.000," ujar Ketua Komisi I DPR RI Mahfudz Siddiq, menceritakan hasil raker Komisi I dengan Menhan dan Panglima TNI membahas Perubahan APBN 2013 dan RAPBN 2014 yang dilakukan secara tertutup, Senin (10/6).

Mahfudz pun menjelaskan, pihak Kemhan juga mengajukan tambahan anggaran khusus untuk pengadaan Helikopter Serang Apache beserta persenjataannya dan pesawat Hercules C-130 eks RAAF, Australia sebesar Rp 6 triliun, yang berasal dari dana on top atau pinjaman dari luar negeri.

"Kalau pesawat Hercules itu sendiri dari Australia dalam bentuk hibah, sebanyak enam unit dari Australia. Tapi ini masih akan dibahas secara mendalam dalam rapat terpisah nantinya, jika penggunaan dana on top untuk keperluan hal ini dapat dipenuhi," katanya.

Sementara, untuk rencana pembelian pesawat serbu Apache dari AS oleh TNI AD itu, kata Mahfudz, nantinya masih perlu didalami juga bersama Kepala Staf TNI AD.

"Soal jumlah berapa unitnya yang akan dibeli, baru atau bekas dan speknya seperti apa saja, dalam rapat tadi belum dibahas. Itu perlu dibahas lanjut nantinya, kalau usulan penggunaan anggaran on topnya disetujui," jelasnya.

Kata Mahfudz, memang sebelumnya secara informal pihak TNI AD berencana membeli helikopter serbu Apache, tetapi terganjal soal sumber pendanaannya. Karena pihak Kemenkeu meminta alokasi anggaran pembelian Apache itu diambil dari pos anggaran TNI AD sendiri.

"Pihak TNI AD keberatan kalau untuk belanja Apache itu menggunakan anggaran reguler TNI AD, sendiri, karena jelas akan sangat membebani anggaran untuk pembiayaan rutin. Karena mereka usulkan di 2014, pengadaan Apache sumbernya dari dana on top. Juga pengadaan Hercules TNI AU, sama sumber pembiayaannya dari dana on top, yang jumlahnya masih sangat besar, yaitu masih tersisa sekitar Rp 30 triliun, dari alokasi dana on top 2010-2014 sekitar Rp 50 triliun," tegasnya.

Sumber: Jurnas Parlemen