(Foto: KOMPAS/Hendra Cipto)
14 Juni 2013, Jakarta: Peremajaan alat utama sistem persenjataan (Alutsista) menurut Anggota Komisi I DPR, Susaningtyas Nefo Handayani Kertopati penting guna menghindari terjadinya kecelakaan yang berpotensi menimbulkan korban.
Meski demikian, Susaningtyas ini mengingatkan pemilihan Alutsista baru juga harus hati-hati dan berkwalitas. "Tidak semata-mata bicara harga. Saya rasa harus segera ada peremajaan bagi Alutsista TNI meski tentu harus disesuaikan dengan dana yang terbatas dan harus diseimbangkan dengan pembinaan, pendidikan serta kesejateraan prajurit," katanya di Jakarta, Jumat(14/6).
Jatuhnya helikopter latih jenis Hughes 300 HL 4094 milik TNI AD di landasan Bandara Ahmad Yani Semarang, Jawa Tengah, Selasa (11/6) lalu membuat Anggota Komisi I DPR, prihatin, "Ini risiko yang harus diambil dari alutsista yang sudah renta," tandasnya.
Sementara pengamat militer Universitas Indonesia, Andi Widjajanto menjelaskan, sejak 2009 sebenarnya TNI telah melakukan pemetaan untuk konsep toleransi 0 kecelakaan (zero accident). Hal ini dapat terlihat dari berkurangnya angka kecelakaan Alutsista sejak 2011 silam.
Dirinya meyakini TNI tidak akan menggunakan Alutsista yang tak layak beroperasional. "Alutsista yang dipakai memang layak operasional. Jika tidak layak tidak akan dapat izin," tukasnya.
Renstra 2010 - 2014 pemerintah, menurutnya sudah mengalokasikan dana signifikan untuk pemerliharaan dan pembelian alutsista. Mestinya kalau ada kecelakaan bukan karena sistem, tapi hal-hal teknis, human error, cuaca, komunikasi. Lebih jauh Andi berpendapat peristiwa kecelakaan jatuhnya helikopter TNI AD di Semarang tidak menggambarkan rentannya usia alutsista. "Bisa dikarenakan berbagai macam hal seperti faktor cuaca, teknis ataupun miss komunikasi antara instruktur dengan siswa latih," imbuh Andi.
Sumber: Info Publik
No comments:
Post a Comment