Saturday, December 17, 2011

Kemlu Perlu Klarifikasi Penempatan Kapal Perang AS di Singapura

Littoral Combat Ship USS Freedom (LCS 1). (Foto: U.S. Navy/Mass Communication 2nd Class Aaron Burden/Released)

16 Desember 2011, Senayan (Jurnal Parlemen): Setelah menempatkan 2.500 anggota pasukan marinir di Darwin, Australia, pemerintah Amerika Serikat dikabarkan akan segera menempatkan kapal perangnya di Singapura. Anggota Komisi I DPR Teguh Juwarno menilai, rencana kehadiran kapal perang angkatan laut AS di salah satu negara di kawasan ASEAN itu dapat menimbukan permasalahan serius dan ketegangan baru di kawasan Asia, apapun alasan dari penempatan kapal perang tersebut.

"Kementerian Luar Negeri RI harus segera memanggil Duta Besar AS di Jakarta untuk segera mengklarifikasi kebenaran informasi ini," ujar Teguh di sela-sela menghadiri sidang paripurna DPR, Jumat (16/12).

Teguh mengatakan, jika benar AS akan menempatkan kapal perangnya di Singapura, maka pemerintah Indonesia perlu mengajukan keberatan dan protes keras. Sebab, kondisi ini akan menyeret posisi Asia menjadi sulit terkait ketegangan soal tapal batas antara China dengan sejumlah negara ASEAN, seperti Filipina dan Taiwan. Di mana AS tampaknya akan mengambil peran dengan atas nama menjaga stabilitas kawasan Asia, menempatkan kapal perangnya tersebut.

"Ini semakin menunjukkan bahwa sesungguhnya AS tengah dalam kondisi panik menghadapi China. Dengan berusaha mengambil peran menjaga stabiltas kawasan Asia. Kita khawatir kalau sampai terjadi gesekan, jelas hal ini akan menempatkan kondisi ASEAN menjadi sulit dan terancam," tegas sekretaris Fraksi PAN DPR ini.

Menurut Teguh, pemerintah Indonesia perlu membahas persoalan ini di tingkat ASEAN. Negara-negara ASEAN sejak lama telah terjalin kerjasama dan komitmen bersama untuk melakukan pengamanan bersama di wilayah ASEAN dengan tidak melibatkan kekuatan militer negara lain.

"Kehadiran kapal perang AS di Singapura itu jelas hanya akan berusak hubungan kerjasama yang sudah terjalin dengan baik di tinggkat sesama negara ASEAN. Untuk itu pihak Singapura perlu juga mengklarifikasi hal ini," tegasnya.

Seperti diketahu, dalam kumpulan makalah ilmiah yang diterbitkan US Naval Institute terbaru menyebutkan bahwa Panglima Operasi Angkatan Laut AS Laksamana Jonathan Greenert mengatakan rencana itu merupakan bagian dari pemfokusan strategi militer AS di kawasan 'persimpangan jalur maritim' Asia Pasifik.

AS berencana menempatkan beberapa kapal tempur pantai (littoral combat ships/LCS) di fasilitas AL Singapura. LCS adalah jenis kapal perang terbaru yang dikembangkan US Navy yang dirancang khusus untuk beroperasi di kawasan perairan dangkal dekat pantai. Kapal ini mampu menghadapi berbagai ancaman, seperti ranjau laut, kapal selam diesel, dan perahu cepat bersenjata.

Selain menempatkan kapal-kapal LCS di Singapura, AS juga akan menempatkan pesawat patroli P-8A Poseidon atau pesawat pengintai tak berawak pada 2025. Pesawat-pesawat itu secara rutin akan diterbangkan di atas wilayah Filipina dan Thailand untuk membantu negara-negara itu meningkatkan kewaspadaan wilayah maritim.

Sumber: Jurnal Parlemen

TNI AU Pasang Tiga Radar di NAD

16 Desember 2011, Banda Aceh (ANTARA News) Gubernur Aceh Irwandi Yusuf (tengah) berbincang dengan Panglima Komando Pertahanan Udara Sektor-3 Wilayah Sumatera, Marsekal Pertama TNI-AU Bonar Hutagaul (kiri) bersama rombongan sebelum pertemuan tertutup, di Banda Aceh, Jumat (16/12). Kedatangan rombongan TNI-AU ingin melaporkan kepada Gubernur Irwandi Yusuf dalam rangka pemantuan wilayah udara pintu barat Indonesia, terkait telah dipasangnya tiga radar yang dikendalikan komando sektor-3 di Blang Bintang, Lhokseumawe dan Sabang. (Foto: ANTARA/Ampelsa/ed/hp/11)

Terlalu Dini Menilai Leopard Tidak Cocok


16 Desember 2011, Jakarta (ANTARA News): Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono mengatakan terlalu dini jika menilai Main Battle Tank (MBT) Leopard yang akan dibeli dari Jerman, tidak sesuai dengan kondisi geografis Indonesia. Harap diketahui, bobot tank besar ini dalam kondisi full gear sekitar 68 ton.

"Wilayah kita ini kan luas, bisa saja tidak cocok dengan kondisi geografis di Jawa tetapi sesuai dengan kondisi geografis di Kalimantan. Bisa saja kan itu terjadi...," katanya usai Rapat Paripurna TNI Manunggal Masuk Desa (TMMD) 2011 di Jakarta, Jumat.

Menurut anggota Komisi I DPR, Salim Mengga, MBT Leopard tidak sesuai dengan kondisi geografis di Indonesia. Dengan alam yang berbukit-bukit dengan sungai dan danau, Leopard yang berat itu tidak cocok. Leopard yang masuk kategori tank utama (berat) lebih cocok untuk kawasan gurun atau daerah yang rata.

Tank yang akan dibeli itu bekas Angkatan Darat Kerajaan Belanda yang sesungguhnya tidak pernah dipakai dalam misi perang sesungguhnya pun hanya sekali dua kali untuk berlatih di hutan Eropa Barat. Rencananya mereka melepas 150 Tank Leopard 2A6 yang dibuat pada 2003.

"Jadi, masalah cocok atau tidak, itu masih harus didiskusikan lagi antara TNI dan Komisi I DPR."

Pada kesempatan yang sama Kepala Staf Angkatan TNI-AD, Jenderal TNI Pramono Wibowo, mengatakan, pihaknya sudah membentuk tim yang khusus mengkaji dan menetapkan spesifikasi teknis dan kebutuhan operasional dari alat utama sistem senjata yang akan dibeli.

"Tim tersebut terdiri atas unsur kavaleri, arhanud dan lainnya. Mereka yang tahu secara teknisnya dan tentu tahu mengapa seperti itu," katanya menambahkan.

TNI-AD akan melengkapi sistem pertahanan dengan memborong arsenal dari lima pabrik di Eropa dan Amerika. Peralatan yang akan dibeli dengan dana APBN 2011 sebesar Rp 14 triliun itu dipastikan produk baru.

Dalam hal itu, kata Pramono, Indonesia diuntungkan dengan kondisi ekonomi Eropa yang tengah terbelit krisis sehingga banyak produk yang dihasilkan dijual dengan harga murah.

Alutsista yang akan dibeli tersebut, antara lain, main battle tank Leopard 2-A6 yang berbobot 62 ton. Indonesia akan membeli 100 unit tank yang sudah dipakai di 15 negara itu dengan harga per unit 280 juta dollar AS. TNI-AD juga akan membeli multiple launch rocket system untuk kekuatan 2,5 batalion.

Untuk meriam 155 buatan Perancis dan helikopter serang darat AH-64 Apache buatan Boeing, Amerika Serikat, TNI-AD juga mendapatkan harga khusus yang relatif murah. Khusus untuk delapan helikopter, Amerika Serikat memberikan diskon lima juta dollar AS sehingga harganya turun menjadi 25 juta dollar AS.

Pramono bersyukur karena dalam tiga tahun terakhir TNI-AD mendapatkan prioritas dalam hal pengadaan kebutuhan alutsista dan selalu mendapatkan anggaran berkisar Rp 14 triliun.

Sumber: ANTARA News

Angkatan Laut RI-AS Bahas Skenario CARAT 2012


16 Desember 2011, Surabaya (ANTARA Jatim): Angkatan Laut (AL) Republik Indonesia dan Amerika Serikat (AS) membahas skenario latihan bersama TNI AL dan US Navy bersandi "Cooperation Afloat Readiness And Training" (CARAT) yang direncanakan pada pertengahan tahun 2012.

"Rencana (skenario) latma (latihan bersama) CARAT-2012 itu telah dibahas secara intensif oleh kedua pihak selama tiga hari di Surabaya pada 13-15 Desember 2011 melalui rapat Initial Planning Conference (IPC) ," kata Paban III Sopsal Mabesal Kolonel Laut (P) Jan Rahir Simamora di Surabaya, Jumat.

Didampingi ketua kontingen US Navy Lieutenant Commander Robert A. Hochstedler, ia menjelaskan hasil rapat tersebut akan dibahas kembali dalam rapat keputusan Final Planning Conference (FPC) pada bulan Februari 2012.

"Beberapa poin kesepakatan secara garis besar antara lain bentuk latihan Sea Phase berupa manuvra dan peperangan laut oleh unsur-unsur Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) dan kapal perang milik US Navy," katanya.

Untuk tahap "Sea Phase" meliputi beberapa latihan di antaranya penanggulangan aksi kejahatan dan terorisme di laut "Visit Boarding Search And Seizure" (VBSS), droping pasukan dengan cepat melalui heli "Fast Ropping", dan pencarian korban kecelakaan di laut dengan "Search And Rescue" (SAR).

Selanjutnya, pembekalan dilaut Replanisment At Sea (RAS), menembak artileri menggunakan meriam kapal "Gunnery Exercise" (GUNEX) dan peperangan antikapal selam ("Anti Submarine Warfare"), latihan pertempuran bahaya udara serta pendaratan heli di atas geladak kapal perang (Cross Deck).

Untuk kegiatan di darat yaitu latihan pendaratan Marinir (Amphibious Operations) di Pantai Banongan, Tanjung Jangkar Situbondo, Jawa Timur dan latihan pertempuran kota (Urban Warfare) serta pertempuran di hutan (Jungle Warfare) oleh Marinir kedua negara.

"Selain menggelar latihan tempur, Latma CARAT-2012 juga akan melaksanakan kegiatan sosial berupa renovasi sarana umum oleh prajurit Zeni Marinir TNI AL dan US Marine Corp (US MC)," katanya.

Mereka juga akan melakukan pertunjukan seni dan kebudayaan dengan menampilkan grup musik dari (AL) kedua negara serta simposium ke beberapa sekolah di sekitar kota Surabaya.

IPC Latma CARAT-2012 ditutup dengan penandatanganan kesepahaman hasil pelaksanaan IPC oleh ketua kontingen dari TNI AL yaitu Paban III Lat Sopsal Mabesal Kolonel Laut (P) Jan Rahir Simamora, didampingi Komandan Task Group Latma CARAT-2012 Kolonel Laut (P) Rahmat Eko Rahardjo.

Dalam IPC yang juga diwarnai dengan penyerahan cendera mata dari Paban III Sopsal kepada ketua kontingen dari US. Navy Lieutenant Commander Robert A. Hochstedler itu, kedua pihak juga berencana melakukan survei lokasi bersama.

Sumber: ANTARA Jatim

Indonesia Segera Miliki Tiga Kapal Selam Baru

KRI Cakra salah satu dari dua kapal selam milik TNI AL. Tiga kapal selam baru buata Korea Selatan akan dibeli pemerintah Indonesia.

16 Desember 2011, Jakarta (ANTARA News): Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana TNI Soeparno mengatakan Indonesia segera memiliki tiga kapal selam baru untuk melengkapi armada tempurnya.

"Rancangan kontrak tiga kapal selam itu sudah selesai, dan kemungkinan ditandatangani pertengahan bulan," kata Kasal Laksamana Soeparno usai menghadiri Rapat Paripurna TNI Manunggal Masuk Desa 2011 yang dipimpin Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono di Jakarta, Jumat.

Kasal Laksamana Soeparno menambahkan dengan kehadiran tiga kapal selam baru itu, maka daya tempur dan daya tangkal TNI Angkatan Laut semakin kuat.

"Kita mengharapkan kita dapat memiliki enam kapal selam. Itu idealnya, jadi dengan enam kapal selam itu dapat diatur berapa yang berlayar, berapa yang siaga dan berapa yang menjalani pemeliharaan," katanya.

Soeparno mengemukakan kebutuhan kapal selam untuk memperkuat daya tempur di laut sangat diperlukan karena kapal selam merupakan alat utama sistem senjata strategis.

"Bayangkan, dalam sebuah perencanaan operasi kapal selam dapat diturunkan lebih dulu untuk keperluan mendeteksi peta kekuatan lawan, tanpa harus dikawal, karena dia sudah melengkapi diri persenjataan yang lengkap. Ibaratnya, satu kapal selam hanya dapat dilawan dengan tiga kapal fregat," ungkap Kasal.

Hasil tender
Tiga kapal selam tersebut diadakan dari Korea Selatan. Sebelumnya, untuk pengadaan kapal selam baru Untuk pengadaan kapal selam TNI AL ada beberapa negara yang menjadi pilihan seperti Jerman (U-209), Korea Selatan (Changbogo), Rusia (Kelas Kilo), dan Prancis (Scorpen).

Setelah melalui tender dan disesuaikan dengan spesifikasi teknis dan kebutuhan operasional serta anggaran yang ada, akhirnya diputuskan pengadaan dilakukan dari Korea Selatan.

Juru bicara TNI Angkatan Laut Laksamana Pertama Untung Suropati menambahkan dalam pengadaan kapal selam tersebut dipersyaratkan adanya alih teknologi, sehingga pada tahap selanjutnya secara bertahap Indonesia mampu untuk membuat kapal selam sendiri.

"Dari proses tiga pengadaan kapal selam tersebut, satu unit pertama seluruhnya dikerjakan oleh perusahaan galangan kapal Korea Selatan, pada pembuatan kedua mulai dikerjakan perusahaan galangan kapal kedua negara dengan adanya alih teknologi, dan pada pembuatan ketiga diharapkan sudah dapat dibuat oleh perusahaan galangan kapal Indonesia," katanya.

Sumber: ANTARA Jatim

Friday, December 16, 2011

Kasdam : 20 Tahun Alutsila TNI tidak Dimoderisasi


15 Desember, Mamuju (ANTARA News): Kepala Staf Kodam VII Wirabuana Makassar, Brigjend Hary Mulyono menyampaikan, sudah 20 tahun alat utama sistem persenjataan (Alutsista) TNI tidak pernah dimodernisasi sehingga tertinggal dari negara lain.

Saat menjadi pemimpin upacara pada peringatan Hari Juang Kartika yang dilaksanakan di anjungan pantai Manakarra, Mamuju, Sulbar, Kamis, ia menegaskan TNI akan melaksanakan modernisasi alutsista untuk tiga tahun kedepan.

"Perkembangan ekonomi Indonesia dewasa ini semakin baik, sehingga negara telah mengalokasikan dana cukup besar bagi TNI angkatan darat untuk melaksanakan modernisasi," ujarnya.

Upacara peringatan Hari Juang Kartika ini juga dihadiri langsung, gubernur Sulbar, Anwar Adnan Saleh, Wakil Gubernur Sulbar, Aladin S Mengga, Bupati Mamuju, Suhardi Duka, Wakil Bupati Majene, Fahmi Massiara dan para Dandim se-Sulbar.

Selain itu, turut hadir ketua DPD partai Demokrat Sulbar, H Aras Tammauni, para kepala SKPD lingkup Pemprov Sulbar dan para kepala SKPD lingkup pemkab Mamuju.

Dalam kesempatan itu, Kasdam menyampaikan, panglima Kodam VII Wirabuana tidak sempat hadir dalam acara ini karena harus menghadiri pelaksananaan yang sama di luar Sulawesi.

"Wajarlah jika negara telah memberikan alokasi anggaran yang besar untuk modernisasi alutsista untuk tiga tahun kedepan. Sebab, sudah 20 tahun alutsita tidak pernah dimodernisasi,"ucapnya.

Ia mengatakan, pemberian anggaran untuk alutsista tersebut dituujukan agar TNI angkatan darat dalam penguasaan alutsista mempunyai kesamaan teknologi dengan negara-negara tetangga.

"Jika kita memiliki kesamaan teknologi maka TNI pun bisa mengikuti latihan bersama yang selama ini dilakukan para negara sahabat,"jelasnya.

Kasdam juga menyampaikan jika di internal TNI telah melaksanakan reformasi. Keberhasilan itu ditandai dengan kehadiran TNI yang bisa diterima semua lapisan masyarakat.

"TNI adalah angkatan perang yang menjadi kebanggaan rakyat karena mampu melindungi kemerdekaan negara Indonesia dan menjamin keamanan rakyat," ucapnya.

Ia juga menambahkan, sejarah telah membuktikan bahwa efektivitas dan sinergitas TNI-AD dan rakyat merupakan satu kekuatan yang tak terpisahkan.

Itu dibuktikan kata dia, dengan keberhasilan mengatasi berbagai gangguan dan ancaman dalam perjalanan sebagai bangsa yang merdeka.

"Hendaknya kita pahami bersama bahwa persatuan bangsa ini merupakan syarat utama dalam memecahkan berbagai masalah yang dihadapi saat ini. Tanpa kesatuan dengan rakyat, mustahil tercipta TNI menjalankan perannya sebagai kekuatan penangkah, penindak, dan pemulih," paparnya.

Menurut Kasdam, integritas dan eksistensi NKRI harus dijaga oleh semua komponen bangsa. Maksudnya, setiap prajurit TNI harus mencerminkan tekad kuat, profesional, sekaligus memancarkan semangat untuk terus mengokohkan kerjasama dengan semua komponen.

"Saya berharap Hari Juang Kartika ini tidak sekadar menjadi penghias. Momen ini harus diimplementasikan dalam pola pikir, sikap, dan tindakan, sesuai tugas dan peran kita sebagai alat pertahanan negara," pesan Kasdam.

Sumber: ANTARA News

Atraksi "Pembebasan Sandera Teroris" Diperagakan TNI


15 Desember 2011, Mamuju (ANTARA News): Pasukan anti teror Kodam VII Wirabuana Makassar memperagakan aksi pembebesan sandera yang disekap teroris dalam rangkaian peringatan Hari Juang Kartika yang dipusatkan di anjungan pantai Manakarra, Mamuju, Sulbar.

Kegiatan atraksi ini dilakukan oleh pasukan anti teror setelah pelaksanaan upacara peringatan Hari Juang Kartika yang dipimpin langsung, Kasdam VII Wirabuan, Hari Mulyono.

Dalam aksinya, sebuah bus yang mengantar "Gubernur Sulbar" tiba-tiba dihadang dan dibajak teroris.

Mobil milik Dinas Perhubungan Pemprov Sulbar yang digunakan teroris ini menyekap "Gubernur" sehingga pasukan anti teror melakukan upaya pembebesan sandra.

Aksi yang dipertontonkan prajurit TNI ini sempat menyita perhatian ribuan masyarakat karena baru pertama kalinya menyaksikan atraksi yang dilakukan oleh prajurit TNI.

Bahkan, ribuan masyarakat yang ada di tenda pun sempat terkejut mendengarkan suara tembakan berkali-kali dalam atraksi itu.

Aksi penyenderaan itu sangat menegangkan, sebab para teroris juga menggunakan senjata berlaras panjang.

Namun dengan kemampuan khusus serta pengaturan strategi yang matang, pasukan khusus anti teror Kodam VII mampu melumpuhkan para teroris dan memebaskan "gubernur" dari sekapan teriris.

Sangat menegangkan ketika aksi pembebasan dimulai. Puluhan prajurit TNI yang menggunakan roda dua dan menggunakan mobil menghalau laju bus.

Saat bus berhenti, dua regu menggunakan dua kendaraan roda empat datang dari arah belakang dan mengepung teroris.

Sungguh luar biasa, aksi yang dipertontonkan prajurit TNI yang tangguh menyita perhatian semua orang. Betapa tidak, bus yang dibajak teroris dihacurkan kaca sampingnya.

Aksi tersebut seperti adegan sungguhan, apalagi beberapa kali senjata ditembakkan ke udara.

"Semua terkejut karena tiba-tiba suara tembakan berasal dari dalam tenda tamu undangan. Ternyata, itu hanya atraksi TNI yang diperagakan dalam membebaskan sandera yang dilakukan oleh teroris,"kata Irwan, salah seoranbg warga Mamuju yang ikut menyaksikan atraksi TNI.

Ia mengatakan, dirinya baru pertama kali menyaksikan atraksi yang dilakukan prajurit antiteror.

"Tegang juga karena suara tembakan tiba-tiba meledak disamping saya. Tetapi saya sadar ini hanya atraksi saja,"pungkasnya.

Sumber: ANTARA News

Persenjataan TNI AD Dimodernisasi

Sejumlah prajurit TNI AD berbaris pada upacara peringatan Hari Juang Kartika, di lapangan parade Kodam IV/Diponegoro, di Semarang, Jateng, Kamis (15/12). TNI AD akan melaksanakan modernisasi alat utama sistem persenjataan (alutsista) dalam tiga tahun kedepan, karena selama ini lebih dari 20 tahun TNI AD tidak melakukan modernisasi alutsistanya yang sudah cukup tua. (Foto: ANTARA/R. Rekotomo/Koz/mes/11)

15 Desember 2011, Cimahi (ANTARA Jawa Barat): Kepala Staf TNI AD (KSAD) Jenderal TNI Pramono Edhie Wibowo menyatakan, dengan berbekal alokasi anggaran sebesar Rp14 triliun, TNI Angkatan Darat akan memodernisasi alat utama sistem persenjataannya (Alutsista) dalam tiga tahun ke depan.

"Negara telah mengalokasikan anggaran cukup besar bagi TNI Angkatan Darat (AD) untuk melaksanakan modernisasi alutsista setelah 20 tahun lebih TNI AD tidak melakukan modernisasi alutsista sudah cukup tua usianya," kata Pramono Edhie Wibowo kepada wartawan setelah memimpin upacara peringatan Hari Juang Kartika ke-66 di Lapangan Mako Brigif 15 Kujang Kota Cimahi, Jawa Barat, Kamis.

Menurutnya, pembangunan TNI AD saat ini dan kedepan diarahkan pada terwujudnya kekuatan minimum atau Minimum Essential Force (MEF) yang dilakukan dengan meningkatkan kesiapan operasional satuan, kualitas sumber daya manusia, kesejahteraan prajurit dan PNS beserta keluarganya serta tertib administrasi.

Ini semua ditujukan agar TNI AD dalam penguasaan alutsista mempunyai kesamaan teknologi dengan AD negara tetangga. Sehingga latihan bersama yang selama ini dilakukan dengan negara-negara sahabat dapat terus ditingkatkan baik kualitas maupun kuantitasnya tidak terbatas pada kecabangan tertentu saja.

"Kesepakatan kita bersama negara-negara sahabat untuk menjaga keamanan kawasan serta melindungi negara. Hal ini sesuai dengan amanat Panglima Besar Jenderal Soedirman," ujarnya.

Terkait dengan itu, TNI AD telah melaksanakan reformasi internalnya dengan baik. Keberhasilan ini ditandai dengan keberadaan TNI AD di berbagai daerah yang senantiasa dapat diterima segenap lapisan masyarakat serta banyaknya permintaan pemerintah daerah untuk melaksanakan TNI Manunggal Masuk Desa (TMMD) skala besar.

"Saya ucapkan terima kasih atas perubahan sikap yang telah dilakukan sehingga membawa manfaat untuk kenpentingan bangsa dan negara. Namun demikian, hendaknya kita harus melanjutkan upaya reformasi internal guna menuju TNI AD yang profesional tanpa tergeser dari jati dirinya," ujarnya.

Lebih lanjut KSAD mengatakan, persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia merupalan prasyarat utama dalam memecahkan berbagai permasalahan yang dihadapi bangsa Indonesia. Tanpa kesatuan dengan rakyat, mustahil tercipta TNI AD yang mampu menjalankan perannya sebagai kekuatan penangkal, penindak dan pemulih.

"Sejarah telah membuktikan bahwa efektifitas sinergitas TNI dan rakyat sebagai satu kekuatan telah berhasil mengatasi berbagai ancaman, gangguan dan hambatan," ujarnya.

Sumber: ANTARA Jawa Barat

Perbatasan Cukup Dijaga Setingkat Batalyon


15 Desember 2011, Ngabang, Kalimantan Barat (ANTARA News): Garis perbatasan Indonesia dengan Negara Bagian Sarawak di Malaysia Timur itu sekitar 1.000 kilometer panjangnya. Walau sempat beberapa kali gejolak terjadi di sana, namun penjagaan perbatasan negara itu cukup dilakukan satuan setingkat batalion saja.

"Sampai saat ini belum ada kebijakan pimpinan menambah personil di perbatasan meskipun sempat terjadi ketegangan mengenai batas dua negara," kata Kepala Staf Kodam XII/Tanjungpura, Brigadir Jenderal TNI Robby Win Kadir, usai upacara Hari Juang Kartika 2011 di Mandor, Landak, Kamis.

Jika ada yang menganggap jumlah itu kurang --satu batalion sekitar 700 personel-- dia katakan, "Juga bahu-membahu dengan unsur lain. Dengan kerjasama seperti itu akan memudahkan koordinasi dalam menjaga secara bersama-sama tapal batas negara."

Seluruh perbatasan darat Indonesia dijaga batalion-batalion infantri dan pendukung lain dari TNI-AD melalui komando kewilayahan setempat. Di antaranya yang terjadi di perbatasan Indonesia dengan negara Timor Timur di Pulau Timor.

378 kilometer garis perbatasan negara di sana itu dijaga secara bergantian oleh tiga batalion infantri dari lingkungan Komando Daerah Militer IX/Udayana dalam periode penugasan tertentu. Kabarnya, rotasi penugasan itu akan dipercepat menjadi enam bulan saja setelah selama ini 12 bulan.

Sumber: ANTARA News

Thursday, December 15, 2011

Parlemen Belanda Tolak Penjualan Tank Leopard ke Indonesia


14 Desember 2011, Amsterdam (RNW): parlemen Belanda menyetujui mosi penolakan rencana penjualan tank ke Indonesia. Rencana penjualan sejumlah tank Leopard oleh Kementerian Pertahanan ditolak Parlemen Belanda karena Belanda tidak ingin terlibat dalam pelanggaran hak asasi manusia.

Mayoritas anggota parlemen menyetujui mosi yang diajukan partai Kiri Hijau (GroenLinks). Hanya partai memerintah CDA (Kristen Demokrat) dan VVD (Liberal Konservatif) yang menentang penolakan ini. Pengaju mosi, Arjan El Fassed, mengatakan track record Indonesia berperan kuat dalam pengambilan keputusan ini.

Track record


"Keputusan penolakan berkaitan erat dengan track record Indonesia. Kita tahu mereka telah memporakporandakan Aceh, Timor Timur. Baru-baru ini juga terjadi kerusuhan di Papua," ujar El Fassed.

Menurut anggota parlemen dari GroenLinks ini, penjualan tank kepada Indonesia berisiko besar terhadap pelanggaran hak asasi manusia. Tank kemungkinan besar bisa dipergunakan untuk menghabisi para demonstran.

"Kami di Eropa sudah menyepakati kriteria penjualan senjata dan alat-alat perang. Menjaga HAM adalah salah satu kriteria. Kami tidak ingin berpartisipasi jika kami merasa bahwa ada kemungkinan penyimpangan hak asasi manusia. Melihat situasi Indonesia saat ini, bagaimana mereka melecehkan hak asasi manusia, menurut kami sangatlah tidak bijaksana untuk menjual tank kepada Indonesia."

Akhir November lalu, Menteri Pertahanan Belanda, Hans Hillen mengatakan kepada parlemen, pemerintah Indonesia menyatakan minatnya membeli sejumlah tank Leopard Belanda. Kementerian Pertahanan berniat menjual 60 tank Leopard lamanya pada Indonesia sebagai bagian dari langkah penghematan drastis.

Menurut parlemen, penjualan alat utama sistem pertahanan (alusista), dalam hal ini tank, harus memenuhi kriteria internasional: penghormatan hak asasi manusia, patuhnya negara calon pembeli pada kewajiban internasional serta pada kondusifnya situasi politik dan kondisi keamanan negara.

Terkejut

Pengamat militer Indonesia, Dr. Salim Said menyatakan sangat terkejut dengan keputusan yang dikeluarkan parlemen Belanda. Dia menyatakan baru mengetahui minggu ini rencana TNI membeli tank buatan Jerman itu dari pemerintah Belanda.

"Saya pikir tidak ada masalah. Tapi ketika saya dengar Tweede Kamer (parlemen, Red.) Belanda menolak, nah ini berita yang mengejutkan. Lebih lagi, saya merasa hubungan kedua negara baik-baik saja. Menurut saya selama ini tentara Indonesia sudah bereformasi. Para pemimpinnya juga sudah generasi muda. Ini kan sudah lebih dari sepuluh tahun."

Dampak bilateral

Penolakan, menurut Salim Said bisa berakibat kurang sedap bagi hubungan kedua negara. Apalagi menurutnya, beberapa waktu lalu Presiden Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono sampai harus membatalkan kunjungannya ke Belanda.

"Pasti akan berdampak. Apalagi di tengah situasi Papua yang lagi menghangat. Banyak kecurigaan di Indonesia bahwa ada elemen-elemen Belanda yang masih bermain di Papua sana yang mempersulit Indonesia dan pembatalan kunjungan SBY kemarin. Saya tidak terlalu tahu seberapa jauh dampak itu. Mudah-mudahan tidak terlalu jauh."

Lebih jauh, Salim Said mengomentari penolakan parlemen atas dasar situasi politik dan keamanan Indonesia yang tidak kondusif sebagai "hal yang ajaib". "Indonesia aman-aman saja," ujarnya.

Ekor Papua

Salim Said tidak setuju jika alasan pelanggaran HAM di Indonesia menjadi alasan penolakan penjualan tank. Itu masa lalu. Kalaupun sekarang ada, tidak lagi seserius masa lalu, karena tentara sudah tidak terlibat.

"Bahwa ada pergolakan, ada demonstrasi tiap hari di berbagai kota, itu kan ciri khas dari sebuah demokrasi. Di Belandapun sering terjadi begitu. Lagian, semua urusan demonstrasi adalah urusan kepolisian. Militer sudah menarik diri dari semua urusan keamanan dalam negeri dan dari campur tangan politik."

Menurutnya ada kemungkinan informasi yang didapatkan pemerintah Belanda tidak akurat. Memang benar saat ini terjadi pergolakan di Papua, tapi ini harusnya dilihat sebagai campur tangan Belanda.

"Sejak KMB (Konferensi Meja Bundar, Red.), Belanda selalu campur tangan terhadap integrasi Papua ke Indonesia. Ekornya sampai sekarang."

Pembaharuan

Sebanyak 60 tank ingin dibeli Indonesia dari Belanda. Perlukan sebanyak itu?

Ya, menurut Salim. "TNI lemah sekali persenjataannya. Lama sekali tidak dilakukan pembelian. Ini tujuannya untuk upgrade, pembaharuan. Kita tidak agresif, kita menjaga negeri kita. Demikian, Salim Said kepada Radio Nederland.

Sumber: RNW

Kopassus Latihan Perang di Hutan Sekadau

Dua prajurit Kopassus menggiring pelaku separatis, saat simulasi penanganan anti separatis di hutan Desa Gonis Tekam, Kabupaten Sekadau, Kalbar, Kamis (15/12). Simulasi penanganan anti separatis yang digelar oleh Kopassus untuk memantapkan kemampuan tempur prajurit komando di daerah rawa dan hutan Kalbar tersebut, merupakan bentuk pengamanan terhadap kedaulatan NKRI dari gerakan separatis. (Foto: ANTARA/Jessica Wuysang/Koz/mes/11)

15 Desember 2011, Sekadau (Pontianak Post): Setelah melakukan latihan perang di kawasan hutan Kecamatan Belimbing, Kabupaten Melawi dan di Kabupaten Sintang. Komando Pasukan Khusus (Kopassus) akan melanjutkan kegiatan tersebut di Kecamatan Sekadau, Dusun Gonis Tekam, hari ini (15/12).

Kegiatan yang diikuti oleh 262 prajurit ini, akan melakukan giat yang senada pada hari sebelumnya. Dengan mengusung tema Satuan Tugas Pasukan Khusus Parakomando untuk operasi wilayah di seluruh Pulau Kalimantan. Wadanjen Kopassus Brigjen TNI, Doni Munardo menuturkan, latihan ini dalam rangka Operasi Pemulihan Keamanan. Bertujuan untuk meningkatkan dan menguji kemampuan serta ketersediaan operasional satuan jajaran Kopassus. Terutama dalam menghadapi tantangan tugas di masa mendatang.

Dia mengatakan, Kopassus harus terus memelihara kemampuan yang ada. Melalui pembinaan latihan secara bertahap, berharap akan meningkatkan latihan sebagai kebutuhan Kopassus itu sendiri. “Sebagai prajurit harus siap untuk mengemban tugas sesuai dengan fungsi,” cetusnya. Setelah melakukan latihan perang, Prajurit Kopassus juga akan diperintahkan untuk melakukan pengecekkan di seluruh patok batas yang ada di Kalimantan Barat.

Kemudian dibuntuti dengan ekspedisi. “Untuk kedepan, kami akan melanjutkan bhakti sosial di Camar Bulan, Kabupaten Sambas. Hal tersebut juga ditujukan untuk menjaga keamanan daerah sekitar. Begitu juga terhadap masyarakat sekitar. Kita akan melakukan pendekatan, demi mencapai persatuan dan kesatuan sebagai Warga Negara Indonesia,” terang Doni.


Sejumlah prajurit Kopassus meneriakkan yel-yel saat latihan simulasi penanganan anti separatis di hutan Desa Gonis Tekam, Kabupaten Sekadau, Kalbar, Kamis (15/12). (Foto: ANTARA/Jessica Wuysang/Koz/mes/11)

Sejumlah prajurit Kopassus menggiring pelaku separatis, saat simulasi penanganan anti separatis. (Foto: ANTARA/Jessica Wuysang/Koz/mes/11)

Perubahan lingkungan strategis pada lingkup global, regional dan nasional, senantiasa bergerak cepat. Dan diikuti segala dampak negatif yang dapat mempengaruhi seluruh aspek kehidupan berbangsa dan bernegara.

“Kegiatan ini, suatu bentuk latihan dengan melihat tren yang berkembang secara global di masa sekarang. Begitu juga terhadap operasi khusus perang yang bersifat Asymetric Warfare.Dinamika ini. Kami berusaha untuk mengimbangi,” tandasnya.

Sumber: Pontianak Post

Kasau : Lanud Medan Sangat Strategis


15 Desember 2011, Pelita (Medan): Kasau Marsekal TNI Imam Sufaat, SIP mengatakan, Lanud Medan mempunyai arti yang sangat strategis untuk Sumatra bagian utara. Karena itu, keberadaannya akan dipertahankan sesuai kebijakan dari Presiden RI.

“Beberapa pertimbangan bahwa Mako Lanud akan dipindahkan kedalam pangkalan. Namun untuk mempertahankan sejarah yang cukup panjang, dimana Lanud sebelumnya adalah kantor
Pangkodau I (Panglima Komando Daerah Udara) yang waktu itu membawahi wilayah Sumatra,” kata Kasau Marsekal TNI Imam Sufaat, SIP, pada peresmian Markas Komando Pangkalan Udara (Mako Lanud) Medan, Kemarin.

Menurutnya, dengan adanya Minimum Essensial Force (MEF) sampai tahun 2024, kedepan Lanud Medan akan ditingkatkan menjadi pangkalan operasi yang akan ditempati Skadron Pengintai atau Skadron Angkut, sehinggga keberadaan Malanud dan fasilitasnya sangat diperlukan.

“Seperti di Amerika Serikat dan Rusia, keberadaan landasan ditengah kota sangat diperlukan untuk kebutuhan dalam keadaan-keadaan tertentu seperti VVIP atau keadaan darurat”, ungkapnya.

Dikatakannya, jika Bandara Internasional Polonia sudah pindah ke Kuala Namu, maka Polonia operasionalnya akan berpindah ke TNI Angkatan Udara, sehingga operasi-operasi yang penuh kerahasiaan dan keluasan bergerak, maka Lanud ini dapat mendukung apa yang diinginkan.

Sumber: Pelita

Wednesday, December 14, 2011

TNI AL Siapkan Latihan Bersama Dengan US Navy


14 Desember 2011, Surabaya (Koarmatim): Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut menyiapkan rencana latihan bersama dengan Angkatan Laut (AL) Amerika Serikat (USN) yang dibahas dalam rapat Initial Planning Conference (IPC) bertempat di hotel JW. Marriott Surabaya, Selasa (13/12). Rapat tersebut dihadiri oleh masing-masing delegasi dari Angkatan Laut kedua negara yaitu dari pihak TNI AL berjumlah 35 orang, dipimpin oleh Kolonel Laut (P) Jan Rahir Simamora Paban III Lat Sopsal Mabesal. Sedangkan delegasi dari pihak US Navy berjumlah 17 orang, dipimpin oleh Lieutenant Commander Robert A. Hochstedler dari United States Command Logistic West Pacific (US COMLOG WESTPAC) pangkalan angkatan laut (AS) yang berada di Singapura.

Komandan Satuan Tugas (Dansatgas) Cooperation Afloat Readiness And Training (CARAT-2012) dipimpin oleh Kolonel Laut (P) Rahmat Eko Raharjo yang sehari-hari menjabat sebagai Komandan Satuan Kapal Patroli (Dansatrol) Koarmatim. Guna menyamakan persepsi mengenai teknis dan taktis pelaksanaan Latma CARAT-2012 maka ditunjuk beberapa perwakilan perwira (AL) kedua negara untuk mengikuti rapat IPC tersebut. Penentuan lokasi, serta daerah latihan masih dibahas dalam forum diskusi dengan membentuk tim bersama antara perwira TNI AL dan US Navy. Hasil dari rapat IPC ini nantinya akan menjadi masukan untuk dibahas kembali dalam Final Planning Conference (FPC) yang akan datang.

Dalam sambutannya Paban III Sopsal menyampaikan beberapa hal mengenai latihan bersama tersebut diantaranya, Latihan bersama Cooperation Afloat Readiness And Training (CARAT) merupakan program latihan yang rutin dilaksanakan setiap tahun sekali oleh TNI AL dan US Navy dengan melbatkan unsur-unsur laut berupa kapal perang, Marinir, pesawat udara dan helikopter. Kegiatan latihan secara umum meliputi manuvra dilaut (Sea Phase), patroli maritim melalui udara (Aviation), Komunikasi (Centrixs), pengamanan (Force Protection), simposium, pendaratan Marinir dan pertunjukan seni.

Tujuan latihan bersama ini untuk meningkatkan hubungan bilateral antara angkatan laut kedua negara dengan prinsip saling menghormati dan menghargai sebagai negara yang berdaulat. Selain itu juga untuk meningkatkan profesionalisme prajurit TNI AL dalam melaksanakan Operasi Militer Perang (OMP) dan Operasi Milter Selain Perang (OMSP). CARAT-2012 merupakan wahana untuk saling tukar menukar pengetahuan dan informasi mengenai doktrin peperangan laut yang selalu berubah mengikuti perkembangan jaman yang semakin kompleks.

Sumber: Koarmatim

Kopassus Berlatih Sambil Berbhakti pada Masyarakat Perbatasan

Komandan Grup 2 Kopassus, Kolonel Inf Teguh Arief Indratmoko (kanan), berbincang dengan warga yang mengikuti pengobatan gratis di Kabupaten Sekadau, Kalbar, Kamis (15/12). Pengobatan gratis yang digelar oleh Kopassus dan merupakan rangkaian dari kegiatan Tribuana Cakti ke-17 di wilayah Kalbar tersebut, bertujuan untuk memberikan pelayanan kesehatan secara langsung kepada masyarakat Kabupaten Sekadau. (Foto: ANTARA/Jessica Wuysang/ss/mes/11)

14 Desember 2011, Jakarta (ANTARA News): Ibarat kata sambil menyelam minum air atau mandi basah sekalian. Komando Pasukan Khusus TNI-AD juga begitu dalam program latihan terpadu mereka di satu desa perbatasan Indonesia-Malaysia di Provinsi Kalimantan Barat.

Adalah Dusun Telian, Desa Tingting Sligi, Kecamatan Badau, Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat, yang kali ini menjadi lokasi bhakti sosial pasukan Baret Merah itu. Tentu bukan cuma personel tentara saja yang terlibat, namun gabungan PMI, dinas kesehatan setempat, relawan, dan lain-lain.

"Baru kali ini, menurut penuturan masyarakat setempat, dilaksanakan kegiatan serupa. Jika mereka sakit, harus pergi ke Pos Pengamanan Perbatasan atau malah ke Lubuk Hantu di wilayah Sabah, Malaysia. Kami sangat bangga bisa menyumbang sesuatu pada masyarakat di perbatasan negara kita ini," kata Kepala Dinas Penerangan Komando Pasukan Khusus TNI-AD, Letnan Kolonel Infantri T Sobri, di Jakarta, Rabu.

Kegiatan itu sendiri, katanya, berlangsung dua hari lalu. Ratusan masyarakat setempat sangat antusias mendaftarkan diri atak anak-anaknya. Seorang paramedik relawan yang turut, Siwo, menyatakan, "Kebanyakan mereka menderita sakit terkait pencernaan, di antaranya maag atau penyakit bagian gigi dan mulut. Kami bersama personel tentara bahu-membahu menyuluh kesehatan dan gizi pada mereka."

Secara keseluruhan, jumlah pasien masyarakat setempat yang didominasi suku Daya Iban itu sebanyak 1.700 orang. Mereka juga menjadi subyek penerima bantuan sosial berupa bahan-bahan pangan dan kesehatan lain.

Karena ini kerja bersama, maka seluruh unsur di sana dilibatkan. Tim gabungan terdiri dari Kopassus (15 orang), Kodim Kapuas Hulu (20), personel Batalion Infantri 644/WS (24), Batalion Infantri 643/WNS (empat), Kesehatan Korem 121/Alam Bhannawannawai (14), Dinas Kesehatan Kapuas Hulu (tiga), dan PMI Pusat (dua).

Seorang tokoh masyarakat di desa itu, Tumenggung Yohannes Uban, "Kami sangat kesulitan jika ada masyarakat yang sakit. Jika sakit kami harus pergi jauh sekali, bahkan kalau perlu sampai ke Lubuk Hantu karena di sana lebih lengkap."

Karena ini program latihan yang penting bagi Komando Pasukan Khusus TNI-AD, maka Wakil Komandan Jenderal Kopassus, Brigadir Jenderal TNI Doni Munardo, memimpin langsung kedua aktivitas ini. Upacara adat untuk menghormati rombongan dari Jakarta digelar masyarakat setempat dan Munardo mendapat penghormatan tersendiri di halaman satu rumah betang (rumah besar) mereka.

Latihan terpadu mereka sendiri dilaksanakan di beberapa lokasi dan berujung di Singkawang. Bumi Kalimantan bukan tempat asing bagi Komando Pasukan Khusus TNI-AD, karena saat konfrontasi dengan Malaysia pada awal dasawarsa '60-an, mereka sudah mencicipi keganasan hutan belantara perawan pulau itu.

Saat itu, nama pasukan Baret Merah itu adalah Resimen Para Komando TNI-AD, yang ditugaskan merekrut dan menggalang kekuatan dari masyarakat setempat jauh di belakang garis pertahanan Malaysia. Bahkan, beberapa segmen pertempuran dalam skala terbatas dengan pasukan khusus Inggris, Special Air Forces, juga sempat mereka alami secara langsung.

Tidak kurang itu terjadi pada Mayor Infantri (saat itu) Leonardus Benyamin Moerdani yang lebih dikenal dengan nama LB Moerdani, di satu sungai di wilayah perbatasan Putussibau-Sabah. Puluhan tahun kemudian, personel-personel SAS yang nyaris kontak senjata terbuka dengan Moerdani bertemu dengan jenderal legendaris di dunia pasukan khusus Indonesia itu.

"Wakil Komandan Jenderal menegaskan, medan latihan di Kalimantan kali ini sangat ideal. Terutama untuk melatih para prajurit khusus muda agar mereka mengenal lebih jauh medan rawa, sungai dan hutan yang sesungguhnya," kata Sobri.

Sumber: ANTARA News

Pasukan TNI akan Disebar ke Luar Jawa

Suasana kepadatan antrian para prajurit yonif 142 saat memasuki kapal KRI 503 Ambonea, di Palembang, Sumsel, Jumat (9/12). Sekitar 650 prajurit yonif 142 Ksatria Jaya dikirimkan ke perbatasan Papua untuk menjalankan tugas pengamanan perbatasan selama kurang lebih 6 bulan lamanya. (Foto: ANTARA/Ndee/ss/11)

14 Desember 2011, Gorontalo (ANTARA News): Tentara Nasional Indonesia (TNI) akan melakukan dislokasi pasukannya dari pulau Jawa ke pulau-pulau yang berbatasan langsung dengan negara lain guna memperkuat pertahanan negara.

"Pasukan akan disebar ke daerah-daerah perbatasan mulai dari Aceh, Kalimantan, Sulawesi, hingga Papua," ujar Kol Tek Sigit Priyono, Kasubdit Pengembangan Kebijakan Pertahanan Negara, Ditjen Strategi Pertahanan, Kementerian Pertahanan, Rabu.

Dijelaskan, saat ini paradigma pertahanan negara telah berubah dari Jawa centris ke paradigma baru bahwa gangguan pertahanan dan keamanan di seluruh wilayah dapat mengancam eksistensi NKRI.

"Apalagi saat ini jumlah pasukan di Jawa jauh lebih besar daripada daerah-daerah perbatasan yang notabene lebih rawan gangguan hankamnya," ungkapnya.

Di Jawa jumlah pasukan dibandingkan luas wilayah sekitar 1:0,8 KM persegi, sementara di Sumatera sekitar 1:7,6 KM persegi, Kalimantan 1:27,3 KM persegi, Sulawesi 1:6,8 KM persegi, dan Papua 1:27,5 KM persegi.

Dikatakan, kebijakan dislokasi merupakan bagian dari strategi penguatan pertahanan negara yang sedang dijalankan Kemenhan.

"Berbarengan dengan itu Kemenhan juga melakukan revitalisasi dengan meningkatkan status dan penambahan satuan, ada yang dari kompi menjadi batalyon atau pos Angkatan Laut menjadi Lanal," jelasnya.

Kebijakan lain adalah pemenuhan alat utama sistem persenjataan (alutsista) untuk menjadi 100 persen sesuai dengan standard yang sudah ditetapkan.

"Pemerintah berupaya membangun industri pertahanan secara mandiri agar tidak tergantung ke negara luar," katanya.

Beberapa upaya yang sedang dikerjakan adalah pengembangan pesawat tempur KI-FX bekerja sama dengan Korea Selatan, pesawat ini di atas F16 dan di bawah Sukhoi, pengadaan beberapa jenis senapan serbu oleh Pindad, serta pengadaan beberapa heli dan pesawat angkut oleh PTDI.

Sumber: ANTARA News

Kasau: TNI AU Harus Siap Menghadapi Perang


14 Desember 2011, Bandung (Pelita): Sebagai organisasi perang, TNI Angkatan Udara harus mampu mengelola setiap unsur dari organisasinya untuk siap menghadapi perang. Oleh sebab itu mempelajari perang dan aplikasinya dalam dunia nyata adalah sebuah keharusan.

Pernyataan tersebut disampaikan Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal TNI Imam Sufaat, S.IP yang dibacakan Wakil Kasau Marsekal Madya TNI Dede Rusamsi pada pembukaan Latihan Angkasa Yudha tahun 2011 di Seskoau, Lembang Bandung, Selasa (13/12).

Dikatakannya, meskipun latihan Angkasa Yudha dilaksanakan dalam bentuk gladi posko dan TAMG (Tactical Air Manouvre Game), namun diharapkan setiap personel yang terlibat serius dalam melaksanakan tugas dan perannya. Hal ini merupakan sebuah tantangan bagi TNI AU untuk memanfaatkan latihan secara maksimal guna menguji doktrin yang telah ada.

“Latihan ini sebagai pijakan dalam penerapan prinsip “unity of command” yaitu dalam perang modern seluruh kekuatan udara harus berada dibawah satu kesatuan komando”, tegasnya.

Latihan sebagai ajang untuk meningkatkan sinergi kemampuan dan kekuatan melalui “interoperability” seluruh kekuatan tempur TNI AU ini, bertema “Komando Tugas Udara (Kogasud) bersama dengan Komando Pertahanan Udara Nasional (Kohanudnas) melaksanakan operasi Udara di wilayah NKRI dalam rangka mendukung tugas pokok TNI”.

Latihan Angkasa Yudha 2011 merupakan latihan puncak TNI AU dan akumulasi dari berbagai latihan yang telah dilaksanakan secara bertahap, bertingkat dan berlanjut. Sebagai latihan puncak TNI AU, maka konsekuensi hasil dicapai merupakan refleksi dan dari segala usaha maupun hasil pembinaan yang dilakukan dibidang intelijen, operasi, personel, logistik serta di bidang komlek.

Sumber: Pelita

Paskhas ”Jinakkan Bom” di Tubuh Sandera

Sejumlah anggota Paskhas TNI AU melakukan simulasi anti teror pembebasan sandera di Mall Bandung Indah Plaza (BIP), Bandung, Jawa Barat, Selasa (13/12). Simulasi pembebasan sandera merupakan kegiatan latihan taktis dari siswa Kontra Teror Bravo Angkatan VIII Wing III. (Foto: ANTARA/Agus Bebeng/ss/pd/11)

14 Desember 2011, Bandung (SINDO): ”Apabila pemerintah tidak menuruti apa yang diinginkan oleh kami, kami akan meledakkan bom yang telah terpasang di tubuh sandera dan pada genset mal ini, kapan pun kami mau,” kata seorang teroris terdengar keluar dari radio panggil milik salah satu anggota Tim Den Bravo 90 Paskhas TNI Angkatan Udara.

Mal yang dimaksud yakni Bandung Indah Plaza (BIP) di Jalan Merdeka,Kota Bandung. Rupanya tempat hang out anak-anak muda di Bandung itu sedang diancam diledakkan oleh sebuah kelompok teroris, kemarin. Sekitar 30 anggota tim itu langsung terbagi dalam dua titik koordinasi.

Tim pertama berusaha menyelamatkan kepungan teroris di Studio 5 Cinema XXI, sementara sisanya melakukan rappeling dari atas gedung untuk terus ke halaman parkir di basement. Dan menjinakkan bom yang dipasang di genset. Saat tim pertama tiba di studio 5, teroris telah menembaki pengunjung.

Mayat terlihat bergelimpangan di berbagai penjuru studio.Tujuh pengunjung disandera dan satu di antaranya seorang pejabat pemerintahan. Diwarnai aksi saling tembak antara teroris dan Tim Den Bravo 90, sebanyak tiga sandera berhasil dibawa oleh tim keluar melewati tangga darurat.

Rakitan bom yang menempel pada salah satu sandera dijinakkan, dan para sandera dibawa tim berikutnya yang telah sigap di halaman BIP Jalan Merdeka dengan mobilnya. Rangkaian penanganan Tim Den Bravo 90 Paskhas TNI AU itu dilakukan sebagai simulasi dari siswa Pendidikan Kontra Intelejen Bravo yang terdiri atas 30 orang.

”Kegiatan kontra teror bravo ini merupakan kegiatan akhir dari latihan taktik siswa Sekolah Kontra Teror Bravo angkatan ke-8,”ujar Komandan Wing III Paskhas TNI AU Kolonel Psk Yudi Bustami kepada wartawan. Menurutnya,skenario teror di tempat keramaian diharapkan dapat menunjukkan Tim Den Bravo 90 mampu menjinakkan ancaman bom dengan cepat.

Melancarkan skenario itu, pihaknya meletakkan empat orang teroris menguasai basement dan empat orang lagi di bioskop.Yudi menyatakan, ketigapuluh siswanya dibekali kemampuan dasar maupun khusus yang mumpuni menjadi tim penanganan ancaman bom.

”Mereka memiliki kemampuan dasar yang dilengkapi kemampuan bela diri,menembak, dan menguasai teknik penjinakkan bahan peledak,” kata dia.

Sumber: SINDO

Pasukan Katak Tangani Aksi Perompakan

Sejumlah prajurit gabungan dari TNI Angkatan Laut (AL) dan Udara (AU) beraksi saat simulasi anti perompak pada acara Dirgahayu Hari Nusantara di Dumai, Riau, Selasa (13/12). Dalam atraksi tersebut TNI juga menurunkan beberapa jenis pesawat seperti Hercules, Hawk dan F 16. (Foto: ANTARA/Viki Payoka/ed/11)

13 Desember 2011, Dumai (Jurnas.com): Unit Anti Perompakan Satuan Komando Pasukan Katak (Satkopaska) Armada RI Kawasan Barat tengah beraksi dalam latihan menangani aksi perompakan di atas kapal M.V. Intan Daya, pada peringatan Hari Nusantara di Pelabuhan Agro Bisnis, Dumai, Provinsi Riau, Selasa (13/12). Demikian siaran pers dari Dinas Penerangan TNI Angkatan Laut yang diterima Jurnal Nasional.

Selain peringatan puncak Hari Nusantara, kegiatan lain yang telah dilaksanakan dalam rangka Hari Nusantara 2011 di antaranya seminar Kemaritiman, Lomba Karya Tulis Ilmiah, Festival Olah raga Perairan, Bakti Sosial TNI AL Surya Baskara Jaya, Lintas Nusantara Remaja dan Pemuda Bahari, Sail Wakatobi Belitong, Seminar Kebangsaan Memperkokoh Persatuan dan Kesatuan, Pameran The 2nd Indonesia Blue Revolution, Lomba Masak Serba Ikan, dan Latihan Integrasi Taruna Wreda Nusantara (Latsitardanus), Latihan Gabungan (Latgab) TNI tingkat Batalyon, dan lain-lain.

Rangkaian acara tersebut dimulai sejak bulan Juni 2011 yang dibuka di Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), dan berujung pada puncak acara peringatan Hari Nusantara. TNI AL turut ambil bagian dalam menyemarakkan Hari Nusantara itu, antara lain dengan melakukan sailing pass bersama sejumlah kapal dalam maupun luar negeri.

(Foto: ANTARA/Viki Payoka/ed/11)

Peringatan Hari Nusantara ini sejalan dengan Deklarasi Juanda tanggal 13 Desember 1957, yang merupakan dasar dari Indonesia menjadi negara kepulauan.

Dengan perkembangan sosial ekonomi di Indonesia yang baik, maka tanggal 13 Desember ditetapkan sebagai Hari Nusantara melalui Kepres No. 126 tahun 2001.

Deklarasi Juanda pada 13 Desember 1957 mendasari perjuangan bangsa Indonesia menjadi Negara Kepulauan sebagai konsepsi kewilayahan untuk mewujudkan Wawasan Nusantara. Bertolak dari situ, maka pada 13 Desember dinyatakan sebagai “Hari Nusantara”.

Sumber: Jurnas

Tuesday, December 13, 2011

Latgab TNI Tingkat Batalyon


13 December 2011, Surabaya (Dispenarmatim): Kolonel Laut (P) I Nyoman Sudiartawan selaku Komandan Sub komando Tugas Gabungan Amfibi (KOGASGABFIB),melibatkan 941 personel, terdiri pasukan pendarat Marinir 469 personel dengan berbagai perlengkapan seperti 2 unit tank amphibi, 5 unit Kapa, 2 howitzer dan 2 unimobe. Sedang unsur laut yang terdiri dari KRI Makasar-590, KRI Banjarmasin-592, KRI Banda Aceh-593 serta KRISilaspapare-386. Adapun unsur udara terdiri 1pesawat terbang jenis cassa,1 heli jenis bell serta tim pendukung terdiri dari satu Tim Kopaska,satu Tim Taifib,satu Tim Penyelam serta satu Tim Divisi pantai.

Dalam latihan tersebut disekenariokan, dengan hasil penyelidikan Intelijen bahwa gerakan separatis bersenjata dengan penggalangan federasi Sonora yang berambisi menguasai sumber daya alam, obyek vital seperti gudang Besi, gudang minyak pelabuhan baru. telah melakukan berbagai terror, pembunuhan, sabotase maupun penyerangan terhadap aparat Pemerintah Daerah (PEMDA) serta satuan TNI/POLRI di wilayah Dumai Kepulauan Riau, sehingga mengakibatkan lumpuhnya pemerintahan kota Dumai.

Operasi serangan Amfibi yang bersandikan Lancang Kuning melaksanakan penyerbuan dipantai Mundang dan pantai Makmur Sabtu (10/12) pukul 05.00. Pendaratan pasukan ke daerah musuh dilakukan, dan sebelum fajar menyingsing daerah sasaran sudah dapat dikuasai oleh pasukan pendarat Marinir (Pasrat). Pada pukul 06.00 WIB.pasukan pendarat marinir telah berhasil mengguasai seluruh daerah sasaran, yaitu pantai Mundang, pantai Makmur, gudang minyak, gudang besi, pelabuhan baru dan wilayah obyek vital(OBVIT) di Kota Dumai Kepulauan Riau lainya.

Latihan gabungan TNI tingkat Batlyon 2011 bertujuan untuk meningkatkan dan menguji kemampuan dalam mekanisme kegiatan. Operasi gabungan dimulai dari kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian. Sedangkan sasaran yang dicapai dalam latihan gabungan TNI tingkat Batlyon ini, adalah untuk meningkatkan kemampuan perorangan maupun satuan dan kesiapan satuanTNI agar terwujudnya kordinasi, kerjasama antar matra sehingga kesiapan operasional satuan TNI dapat terjaga. Disamping itu juga agar teruji apakah organisasi latihan doktrin serta prosedur protap yang ada telah berlaku efektif dan efesien dalam menjamin kesiapan kerjasama antar angkatan pada suatu operasi gabungan. Penutupan latihan gabungan TNI tingkat Batalyon 2011 dilaksanakan pada tanggal 12 Desember di Bandara Dumai Kepulauan Riau Sumatera.

Pasukan Katak Koarmabar Latihan Tempur di Dumai



Satuan Komando Pasukan Katak (Satkopaska) Komando Armada RI Kawasan Barat (Koarmabar) melaksanakan Latihan Gladi Tugas Tempur setingkat K-2 dengan melaksanakan Manuver Sea Rider Ship Boarding (VBSS), fast rope dan stabo, di Dumai, Jumat (9/12) kemarin.

Kegiatan latihan diawali dengan upacara pembukaan pada tanggal 5 Desember 2011 di Pondok Dayung dengan Inspektur Upacara Komandan Satkopaska Koarmabar Kolonel Laut (P) R. Eko Suyatno. Selanjutnya melaksanakan pergeseran pasukan (Serpas) dengan menggunakan KRI Teluk Celukan Bawang (TCB) - 532 ke daerah latihan di Dumai. Setibanya di dumai, melaksanakan latihan drill VBSS, drill fast rope dan stabo.

Latihan Tempur setingkat K-2 diikuti beberapa detasemen Satkopaska Koarmabar. Tujuan pelaksanaan latihan gladi tugas tempur adalah untuk memelihara, meningkatkan dan memantapkan keterampilan dan kesiapan operasional prajurit Satkopaska Koarmabar. Selain itu untuk mewujudkan kemampuan baik perorangan maupun kerja sama tim agar mampu serta menguasai teknik maupun taktik prosedur di lapangan termasuk bekerjasama dengan unsur-unsur satuan lain guna mendukung tugas pokok TNI khususnya TNI Angkatan Laut.

Menurut Kadispen Koarmabar, Letkol Laut (KH) Agus Cahyono seperti dilansir dalam siaran persnya, Latihan Geladi Tugas Tempur Setingkat K2 Satuan Pasukan Katak Koarmabar dilaksanakan dua minggu pada pertengahan bulan Desember 2011 di Dumai Pekanbaru, Riau. Selama latihan materi yang diberikan antara lain latihan teori dan praktek meliputi VBSS, Fast Rope dan Stabo, terjun free fall serta demolisi bawah air.

Menurutnya, Pelaksanaan Latihan Geladi Tugas Tempur Setingkat K2 Satkopaska tersebut, sekaligus akan dilibatkan dalam demo memperingati Hari Nusantara tanggal 13 Desember tahun 2011 yang dipusatkan di Dumai, Pekanbaru Riau. Prajurit Satuan Komando Pasukan Katak (Satkopaska) Komando Armada RI Kawasan Barat (Koarmabar) melaksanakan Manuver Sea Rider Ship Boarding (VBSS) dalam Latihan Gladi Tugas Tempur setingkat K-2, di Dumai.

Sumber: Koarmatim/Jurnas

Monday, December 12, 2011

Utang Pembelian Alutsista, Pemerintah Diminta Buat Skala Prioritas

Muhammad Syahfan Badri Sampurno. (Foto: Facebook Muhammad Syahfan Badri Sampurno)

12 Desember 2011, Senayan (Jurnal Parlemen): Anggota Komisi I DPR RI Mohammad Syahfan Badri Sampurno meminta Kementerian Pertahanan/TNI untuk membuat skala prioritas terkait rencana melakukan pinjaman luar negeri dalam pengadaan alat utama sistem pertahanan. Tidak semua alutsista mesti dibeli, tetapi harus dipilah dan dipilih mana yang skala prioritas dan yang diperlukan, terutama sesuai dengan rencana minimum essential force (MEF).

Selain itu, politisi PKS itu mengingatkan, alutsista yang dibeli bukanlah barang rongsokan, tidak mengganggu atau membebani APBN serta ada proses alih teknologi (joint production). "Oleh karena itu, jika menguntungkan bangsa kita akan kita setujui. Tetapi kalau merugikan postur anggaran, kita tidak akan setujui. Karena hal ini menyangkut uang rakyat," kata Syahfan di gedung Kompleks Parlemen, Senayan, Senin (12/12).

Terkait kerjasama pertahanan dan pengadaan alutsista dengan Korea Selatan atau dengan negara lainnya, Syahfan meminta pemerintah RI harus mengutamakan negara yang menawarkan kerjasama untuk meningkatkan industri nasional dalam menguasai teknologi militer dan meningkatkan sistem pertahanan strategis serta meningkatkan kemampuan industri nasional dalam merancang, memproduksi dan mendukung pemeliharaan pesawat tempur.

"Terkait dengan kerjasama dengan Korsel dan negara sahabat lainnya. Komisi I tetap akan mengkritisi dan mengawasi guna tidak terjebak pada kesalahan dan merugikan bangsa kita di kemudian hari," tegas Syahfan

Di sisi lain, Syahfan menyatakan dukungannya terhadap besaran anggaran Kementerian Pertahanan/TNI sebesar Rp 7,6 triliun untuk remunerasi atau tunjangan kinerja di lingkungan Kemhan/TNI. Semoga dengan remunerisasi tersebut mampu meningkatkan kinerja, profesionalitas, dan kesejahteraan anggota TNI dan pegawai Kemhan.

"Saya sangat mendukung anggaran Kemhan/TNI sebesar Rp 7,6 triliun untuk remunerasi. Kita berharap semoga remunerasi ini akan mampu meningkatkan kinerja, profesionalitas dan kesejahteraan TNI/Kemhan" ujar Syahfan di DPR Senin (12/12).

Anggota Badan Anggaran DPR ini menegaskan bahwa Komisi I tetap akan memastikan dan terus mengawasi secara ketat agar anggaran remunerasi tersebut tetap berada pada koridor yang benar yaitu diperuntukkan bagi pegawai Kemhan dan anggota TNI bukan dialihkan ke program lain.

"Kita akan terus mengawasi dan memastikan bahwa Anggaran remunerasi Kemhan/TNI, tetap berada pada koridor yang benar dan tidak dialihkan ke program lain," pungkasnya.

Sumber: Jurnal Parlemen

Wakasad: Setiap Tahun Alutsista Ditambah

AH-64D RSAF melepaskan tembakan saat latihan. TNI AD berencana mengakuisisi helikopter AH-64. (Foto: Mindef)

12 Desember 2011, Bandung (Antara Jawa Barat): Setiap tahun anggaran baru, TNI Angkatan Darat akan terus melakukan penambahan alutsista (alat utama sistem persenjataan) guna menuju minimum esensial (essential force), kata Wakil Kepala Staf TNI Angkatan Darat (Wakasad) Letjen TNI Budiman.

"Untuk tahun 2012 kita akan mendatangkan 100 tank Leopard 2A6 buatan Jerman. Kita sengaja membeli tank jenis itu, karena saat ini jenis itu merupakan tank terbaik yang ada di dunia. Dan kemampuan alat tempur kita harus terus dibenahi," katanya kepada wartawan usai menghadiri gladi kotor upacara Hari Juang Kartika 2011 di Lapangan Mako Brigif 15 Kujang Cimahi, Jawa Barat, Senin.

Menurutnya, salah satu alasan TNI AD membeli alutsista dari luar negeri karena sejumlah BUMN (Badan Usaha Milik Negara) yang ada seperti PT Pindad, LEN, PAL dan Kojabahari belum mampu menciptakan sistem persenjataan serupa.

Meskipun terpaksa melakukan pembelian alutsista produk asing, pihaknya selalu menerapkan persyaratan "tranfer of technology."

"Kalau pun kita terpaksa harus membeli persenjataan dari luar, kita syarakatkan kepada produsennya untuk mau transfer ilmu pengetahuan kepada kita. Makanya, saat melakukan pembelian kita sengaja bawa tenaga ahli dari Pindad dan BUMN lainnya agar bisa mengadopsi teknologi yang telah negara lain gunakan," ujarnya.

Ditargetkannya, hingga 2014 mendatang sejumlah alutsista penting yang dibutuhkan TNI AD sudah bisa terpenuhi secara bertahap tiap tahun.

Menurutnya, pemenuhan alutsista merupakan tahap terakhir yang dilakukan TNI AD setelah fase pembangunan dan peningkatan SDM (sumber daya manusia) dilakukan dan kesejahteraan prajurit terpenuhi.

"Dalam rangka meningkatkan SDM kita benahi dengan peningkatan lembaga pendidikan yang ada. Latihan tempur dan anggaran pendidikan untuk hal ini sudah kita tambah. Meski demikian mengenai anggaran detail untuk pendidikannya tidak bisa saya sebutkan," ujarnya.

Begitu juga dengan kesejahteraan sudah dipenuhi oleh pemerintah. Prajurit telah diberi remunerasi yang cukup termasuk memperhitungkan bagi mereka yang telah berkeluarga dan biaya pendidikan anaknya.

Sedangkan mengenai peringatan Hari Juang Kartika 2011 yang digelar di Cimahi, menurutnya akan melibatkan sedikitnya 4.000 prajurit termasuk dari kalangan sipil seperti FKPPI dan Angkatan Muda Siliwangi.

Dijelaskannya, Hari Juang Kartika merupakan peringatan Hari Jadi Angkatan Darat.

"Meskipun hari jadi, dalam pelaksanaannya kita akan lakukan secara sederhana diberbagai bidang. Apa yang ada dan miliki akan kita tampilkan tanpa harus melebih-lebihkan," ujarnya

Sumber: ANTARA Jawa Barat

KASAD: Indonesia Beli 100 Leopard Eks-Belanda

Jenderal TNI Pramono Edhie Wibowo membaca sumpah jabatan saat pelantikannya sebagai Kepala Staf TNI Angkatan Darat di Jakarta, Kamis (30/6). (Foto: Biro Pers Istana Presiden/ Abror Rizki)

12 Desember 2011, Jakarta (TEMPO.CO): Tentara umumnya menyenangkan bila bikin janji: selalu tepat waktu. Persis pukul sebelas siang—seperti yang dijadwalkan— Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal Pramono Edhie Wibowo menerima Tempo di kantornya, Markas Besar AD, Jalan Veteran, Jakarta. Tempat itu hanya berjarak beberapa ratus meter dari kantor abang iparnya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, di Istana Negara.

Tidak seperti SBY yang jangkung dan besar, tinggi Pramono Edhie layaknya kebanyakan pria Indonesia, sekitar 165 sentimeter. Tubuh masih selangsing ketika dia lulus Akademi Angkatan Bersenjata RI pada 1980. Wajahnya, terutama mata, amat mirip ayahnya, Jenderal Sarwo Edhie Wibowo.

Sebelum pertanyaan pertama terlontar, dia mengajukan dua syarat. Pertama, dia tak mau fotonya ada di halaman wawancara. “Saya tidak mau dianggap lagi jualan,” kata dia. Syarat kedua: “Saya tidak mau ditanya soal politik.” Soal politik yang dimaksud adalah tentang isu bahwa dia akan dicalonkan dalam pemilihan presiden 2014.

Syarat ini juga berat, karena inilah salah satu hal penting yang ingin kami tanyakan sejak saat dia dilantik menjadi Kepala Staf, enam bulan lalu. Maklum, sebagai adik Ani Yudhoyono, banyak yang menganggapnya sebagai “putra mahkota” Cikeas.

Hal lain yang juga ingin kami tanyakan saat ini, yaitu soal pembelian senjata dan peralatan militer TNI Angkatan Darat secara besar-besaran tahun ini. Anggaran yang sudah disetujui parlemen untuk pembelian senjata selama tiga tahun ke depan Rp 14 triliun. Sebagian uang itu—US$ 280 juta (Rp 2,5 triliun) akan dibelikan seratus tank tempur (main battle tank) Leopard 2A6 buatan Jerman. Berbeda dengan para tetangga—Singapura, Malaysia, dan Thailand—yang telah memiliki puluhan bahkan ratusan tank besar sekelas itu, Indonesia hanya memiliki tank ringan.

Pembelian alat militer dalam jumlah besar seperti itu adalah gula yang terlalu menggiurkan untuk dilewatkan para makelar senjata. Bagi penghubung antara produsen senjata di luar negeri dengan TNI, rencana pembelian senjata besar-besaran ini adalah proyek yang bisa menjamin kesejahteraan tujuh turunan mereka. Bayaran untuk mereka cukup besar. Kalau 5 persen saja mereka bisa peroleh, maka Rp 700 miliar sudah pasti bisa dikantongi. Siapa tak ngiler? Soal fee untuk para perwira dan pejabat tinggi yang meloloskan, juga bukan rahasia lagi.

Untuk hal ini sang jenderal bersedia menjawab. Ia bahkan memilih topik ini sebagai “medan pertempuran” pagi itu. Selain meminta para perwira tinggi yang terlibat pembelian senjata menemani, di belakang kepalanya tersusun rapi dua buku—The Military Balance 2011 dan Leopard 2. Kacamata baca dan secarik kertas catatan tergeletak di atasnya, tanda dia baru saja mempelajari kedua buku itu.

Maka, proses pembelian senjata yang biasanya ditutup rapat-rapat, pagi itu ia beberkan.Perbincangan 89 menit yang amat menarik hingga kami—Tomy Aryanto, Setri Yasra, Fanny Febiana, Yogita Lal, Qaris Tajudin, dan juru foto Jacky Rachmansyah—lupa meminum teh hangat yang disediakan.

Leopard 2. (Foto: KMW)

Apa alasan TNI AD membeli sejumlah peralatan militer baru, termasuk tank Leopard?

Pertama, alhamdulillah kami mendapat anggaran yang cukup besar dari negara, sesuai dengan perkembangan ekonomi Indonesia yang baik. Tapi, kalau dibandingkan dengan pembelian peralatan dan senjata Angkatan Laut atau Udara, anggaran kami yang terkecil. Ini karena peralatan militer yang mereka butuhkan memang membutuhkan teknologi tinggi. Pesawat tempur, kapal laut, kapal selam, itu cukup mahal.

Kedua, untuk menentukan apa yang harus dibeli, saya harus melihat imbangannya pada kawan-kawan kami dari negara sahabat. Jangan diartikan, saya membeli untuk menyaingi mereka. Bukan. Saya membeli, untuk menyamakan kemampuan.

Malaysia, sudah punya puluhan main battle tank, demikian juga dengan Singapura. Thailand, sudah memiliki lebih dari 200 tank besar—meski sebagian adalah hadiah Amerika dari perang Vietnam. Kita, cuma punya light tank, tank ringan. Enggak imbang. Akibatnya, kita tidak pernah latihan bersama dengan teknologi yang sama.

Kapan terakhir kali membeli tank?

Cukup lama kita tidak membeli peralatan militer besar, karena keadaan ekonomi. Kalau dihitung, terakhir kita membeli peralatan militer dalam volume besar untuk Angkatan Darat itu 20 tahunan. Kalau hanya senjata dan alat infantri, ya tiap tahun kita perbarui. Kapan terakhir kali kita membeli tank? Scorpion, itu zaman Pak Harto, jauh sebelum dia turun.

Apakah tank itu memang kita butuhkan?

Membangun tentara itu, pertama adalah memilih personel. Saya di Angkatan Darat, tidak ada kendala memilih personel. Kalau ingin mendapatkan 200 tantama, yang mendaftar 4.000. Setelah personel dipilih, mereka dilatih, lalu dilengkapi. Nah, di situ masalahnya.

Seperti apa sih kondisi persenjataan kita saat ini dan idealnya itu seperti apa?

Pembangunan persenjataan itu sangat tergantung pada anggaran dari pemerintah. Ada kebijakan TNI untuk memberlakukan minimum essential force . Kelas kita memang masih minimal, bukan idealnya. Batalion kavileri Angkatan Darat itu ada lebih dari 10, yang baru saya mau belikan baru dua batalion. Itu minimum. Tapi kita kan harus mulai.

Tank yang Anda pilih besar sekali?

Ada beberapa orang yang memang menyampaikan kepada saya: "Tankmu kebesaran." Kok kita mau beli dibilang kebesaran, wong semua orang di kawasan ini sudah lama menggunakannya. Perang tank itu ya tank lawan tank. Kalau tank kita 76 (ton) dan di sana 105 atau 120, kita belum lihat tank mereka, sudah ketembak dulu he-he-he. Ya enggak imbang dong.

Tank kan macam-macam, ada Abrams dari Amerika, ada Leclerc dari Prancis, ada dari Rusia. Kenapa Angtan Darat memilih yang dari Jerman?

Leopard adalah tank yang dipakai 15 negara di dunia. Kalau orang pakai (mobil) Mercy, kita tidak perlu lagi uji-uji lagi. Mercy punya kelas tersendiri. Kalau Leclerc, memang besar, tapi yang pakai berapa negara? Tidak banyak.

Wakil Kasad Letjen Budiman: "Sebenarnya Leopard adalah tank terbaik di dunia, Abrams kalah. Saya pernah bawa Abrams waktu sekolah di Amerika. Leopard dari segi efisiensi bahan bakar, kelincahan manuver, ini terbaik. Saya kemarin pakai Leopard A5 saja, direktur Pindad geleng-geleng. Itu lebih sip dari mobil sedan, padahal dibawa ke medan yang luar biasa."

Bagaimana dengan Abrams?

Itu juga hanya sekutunya—seperti Israel atau Australia—yang diberi. Kita kan tidak dianggap bagian dari “sekutu” mereka. Kalau mereka membolehkan kita beli dan harga bersaing, ya saya mau.

Soal harga?

Untuk harga beliau (Wakil Kasad Letjen Budiman) yang menjawab.

Budiman menjelaskan bahwa harga Leopard 2 yang baru amat mahal, "Kita tidak mampu membelinya." Indonesia lalu membeli tank Leopard 2A6 bekas milik Belanda. Mereka akan melepas 150 Leopard buatan tahun 2003 itu. "Tank ini tidak pernah dipakai perang, tidak pernah dipakai latihan besar-besaran. Itu dalam garasi yang sangat terpelihara. Permintaan mereka: bersedia G to G (antar pemerintah, tanpa perantara)? Saya bilang ya. Bersedia tidak ada fee dan uang apa-apa? Saya bilang ya. Oke, kalau you bersedia, ini harga yang saya tawarkan."

Berarti ada anggaran yang tak terpakai?

Jadi awalnya itu kami mengajukan anggaran untuk 44 unit dengan harga US$ 280 juta. Kami laporkan kepada pemerintah, dialokasikan. Ternyata, setelah tim ini kembali, kami dapat 100. Wah, kita kayak ketiban rejeki, bukan ketiban duren. Kenapa tidak? Ya kan enggak salah toh kami. Saya tidak bisa bilang ini kelebihan, wong ini masih belum memenuhi untuk minimun essential force.

Bisa bayangkan, kalau dengan US$ 280 juta saya bisa membeli tank yang jumlahnya dua kali lipat, berarti kan keuntungan US$ 140 juta, Rp 1,3 triliun. Wah, saya beli apa saja bisa. Tapi kan saya jadinya durhaka. Enggak, enggak, enggak boleh begitu.

Jadi ini betul betul bebas broker?

Bebas sama sekali. Antar pemerintah.

Kenapa Wakasad yang memimpin tim pembelian?

Bukan saya tidak percaya orang lain, seperti Asisten Perencanaan dan Asisten Logistik. Ini karena kebijakannya bersifat sangat strategis. Sehingga harus wakasad yang memimpin. Saya yang menentukan kebijakan di belakang, supaya tidak terkontaminasi.

Tapi sebenarnya semua itu ada hitungannya. Jadi begini, kami semua di Angkatan Darat sepakat, untuk membangun TNI itu tidak murah, karena dana negara juga tidak banyak. Kami sepakat, ketika kita sudah diberi pangkat, remunerasi (penambahan gaji), semua penyimpangan itu harus dihilangkan. Sekarang yang ada hanyalah pengabdian. Tidak boleh lagi mengambil dari negara, karena negara sudah memberi.

Untuk peralatan lain juga begitu?

Saat saya di Komando Strategis Angkatan Darat (Kostrad), pernah membeli alat bidik untuk senjata Pindad. Karena alat bidiknya canggih, kita belum bisa buat, ya kita beli dari luar. Harganya, awalnya ditawarkan Rp 24 juta per unit. Saya merasa harga ini kemahalan, karena saya bisa buka di internet, harganya enggak segitu. Saya tidak mau, saya perintahkan staf saya telepon ke Amerika. Mereka bilang: "Kami sudah punya agen di Indonesia dan Singapura." Saya bilang, "Saya tidak mau, karena harganya kemahalan." Saat saya bilang harganya Rp 24 juta, dia bilang, "Waduh ya memang terlalu mahal." Allah memberi jalan. Saya jadi Kepala Staf AD, asisten logistik saya diundang ke Amerika. Saya tugaskan, cari pabrik alat bidik itu, ternyata harganya US$ 900 (Rp 8,2 juta). Bisa dibayangkan, kalau dinaikkan tiga kali lipat, saya hanya bisa membeli peralatan untuk 1 batalion, padahal seharusnya bisa untuk 3 batalion.

Artinya, seluruh kegiatan pengadaan alutista tanpa broker?

Kita usahakan.

Bagaimana dengan perawatannya? Kalau nanti kita butuh spare part, kan harus berhubungan dengan broker lagi?

Nah, ini kebijakan saya juga. Niatkan, 30 persen belikan spare part. Tiga tahun, empat tahun, lima tahun, ndak mikir aku. Sebenarnya sudah ada aturan kalau membeli barang, 30 persen sisakan untuk suku cadang. Tapi, selama ini belum dilakukan. Saya hanya mengembalikan aturan yang lama. Karena saya menganggap itu yang benar.

Sekarang, kalau membeli barang harus sekalian sama pelurunya dan suku cadangnya. Jadi, anak-anak enggak boleh berpikir lagi, baru sekian bulan dipakai sudah rusak, enggak bisa diperbaiki. Pelatihan driver, gunner, pemimpin kendaraan, sampai teknik bertempur, manuver, dan montir. Itu masuk dalam perjanjian.

Setelah tiga tahun bagaimana?

Saya pensiun ha-ha-ha.

Kapan tank Leopard datang dari Belanda?

Kalau didukung, proses pembayarn cepat, tahun depan sudah ada. Wong itu tank sudah ada di dalam gudang kok.

Akan ditaruh di mana saja?

Semuanya di Jawa, karena cukup besar.

Tidak di perbatasan?

Kalau di perbatasan kurang bijak, karena kok kayaknya mancing-mancing kekeruhan ha-ha-ha. Kita tidak pernah melihat kawan-kawan kita sebagai mush.

Dengan pembelian ini kita sudah bisa mengimbangi?

Alhamdulillah sudah. Malaysia punya 64 main battle tank dari Rusia T-91.

MLRS ASTROS produksi Avibras Brasil. (Foto: DID)

Selain tank, sisa anggaran akan diapakai untuk membeli apa?

Ada sejumlah peralatan yang juga akan diganti, yaitu arhanud, pertahanan serangan udara. Pesawat tempur sekarang sudah supersonic, senjata yang kita miliki masih peluru. Harusnya peluru kendali (rudal). Kami juga beli ini dari Prancis, mereknya Mistral. Mistral itu 95-99 persen pas di sasaran. Tapi cukup mahal.

Kami juga mengganti armed, meriam. Sampai saat ini kita belum punya kaliber 155 yang masuk kategori heavy caliber. Alhamdulillah, kami awalnya alokasikan untuk 1 batalion, tapi dapatnya 2 batalion. Jarak tembaknya akurat, produknya Prancis, combat proven, sudah dibawa ke Afganistan. Kita juga membeli MLRS, multi louncher rocket system. Ada dua negara yang kita dekati, Brazil dan Amerika Serikat. Rusia itu memang bagus, tapi harus lewat mafia yang harganya enggak tetap.

Wah, kayaknya siap perang. Kenapa beli meriam juga?

Meriam 76 itu adalah meriam Yugoslavia. Itu dari zaman Pak Karno. Ada seorang letnan, begitu lulus akademi militer menembakkan meriam 76. Ketika dia pensiun, meriamnya belum pensiun. Tiga puluh tahun! Kita enggak boleh dong begitu terus.

Dengan banyak merek, apa perawatan tidak repot?

Kita sudah terbiasa dengan perawatan produk yang bermacam-macam, karena teknologi berkembang.

Tidak ada penolakan dari parlemen negara produsen?

Dari Prancis tidak ada penolakan, Inggris tidak, Belanda segera menindaklanjuti, Jerman juga tidak masalah. Masalah hanya ada saat membeli helikopter Apache. Sebenarnya produsen Apache sudah memberi harga fix kepada kita, tapi parlemen Amerika Serikat masih mempertimbangkan soal keseimbangan kawasan. Singapura yang sekutu mereka baru punya dua, kita mau beli delapan.

Biasanya Amerika kan agak bawel soal aturan penggunaan senjata. Bagaimana mengatasinya?

Ya memang, seperti Amerika dulu ada aturan salah satu senjata berat mereka tidak boleh dipakai di Papua. Lah, buat apa juga kita menembak rakyat sendiri pakai roket? Jadi, aturan dari mereka sebenarnya juga tidak terlalu membatasi kita.

Tentang Papua, apakah ada perubahan kebijakan?

Yang signifikan tidak ada. Ada penambahan pasukan? Tidak ada, kami merasa cukup yang ada di sana. Kami merasa hal ini harus diselesaikan bersama-sama dengan pemerintah daerah dan masyarakat. TNI tidak bisa sendiri. Dengan adanya dialog, Anda maunya apa sih? Kita cari jalan keluar.

Bagaimana dengan penembakan yang dianggap melibatkan Kopasus?

Sampai saat ini kalau ada kejadian, saya bertanya, "Anggota saya atau tidak di sana?" Kalau bukan, saya ambil kesimpulan, ada satu tindakan yang dilakukan kelompok lawan kita. Tapi penanganannya kan tidak bisa langsung diserang. Kita juga tentara yang dilatih dengan benar, tidak boleh melakukan sesuatu yang tidak benar. Saya juga kemarin agak kaget manakala banyak yang jadi korban dalam pengibaran bendera bintang kejora. Dicek pelurunya bukan peluru organik kita. Kalau tuduhannya TNI merekayasa, silahkan cek.

Anda menganggap operasi militer akan bisa menyelesaikan Papua?

Tidak. Penanganannya harus menyeluruh. Coba, berapa dana yang sudah diberikan ke sana, ke putra daerah, lewat otonomi khusus? Ke mana saja dana itu? Sekian triliun rupiah tidak ada bentuknya. Kalau dulu, bukan sekarang, dana pemerataan uangnya dibawa bupati dan dibagi-bagi. Rakyat yang terima kan tidak dididik untuk menggunakannya dengan benar. Kalau saya kok ngeri ya korupsi seperti itu.

Kembali ke soal senjata. Bagaimana kami bisa yakin Anda tidak diuntungkan dalam pembelian senjata?

Saya mencoba untuk terbuka, siap diaudit setiap saat. Kalau sekarang saya berusaha terbuka, semua bisa terlihat. Boleh ditanya saya dapat berapa persen dari pembelian ini. Saya tidak punya beban untuk menyerahkan pembelian tank itu kepada orang lain jika mereka bisa mendapatkan jumlah yang lebih banyak dengan spesifikasi yang sama.

Empat tahun lalu, kami mebeli truk harganya Rp 600 juta. Sekarang saya beli truk dengan spesifikasi yang sama, pasti lebih mahal dong. Tapi, saya bisa dapatkan dengan harga yang sama, Rp 600 juta. Jumlah yang seharusnya disiapkan 79 truk, setelah mendapatkan harga yang lebih murah, menjadi 113 unit. Ini berarti waktu empat tahun lalu kita beli itu keuntungan mereka luar biasa.

Tapi jujur saya katakan, ini tidak mudah. Tapi kami sudah bertekad.

Wakasad: "Sekarang kami bertekad untuk menegakkan aturan. Kalau (pelaku penggelapan) harus dicopot ya dicopot, tidak peduli siapa, bahkan jika itu orang dekat beliau (Kasad)."

Selama enam bulan menjabat, berapa orang yang dicopot?

Belum ada, karena kan saya untuk sementara ini kalau ada yang tidak beres, saya bilang: "Cek ulang, kamu melakukan perhitungan yang salah." Saya tidak tuduh dia kongkalilkong dengan broker. Saya beri kesempatan lah. Tetapi kalau sudah saya ingatkan, tetap kau lakukan, oh tidak ada alasan, tak ada maaf. Saya tidak menunggu waktu, karena ini harus dilakukan. Ternyata saya beri aturan seperti ini, mereka jelas, ketemu kok. Saya sudah enggak utak-utik lagi, oh berarti kamu sudah mengerti kan? Tidak bijak juga kalau langsung dihantam. Saya juga harus keras kepada diri saya.

Maksudnya keras?

Saya tidak boleh macam-macam. Kalau saya dikasih duit, saya tanya ini dari mana? "Ya pak, sisa yang dulu." Tidak boleh. Tapi kesenangan saya juga enggak macam-macam kok, jarang karaoke, tidak main golf.

Hobi?

Naik sepeda. Sepeda saya cuma berapa perak. Saya tidak mau pakai sepeda mahal, kuatir hilang, malah stres, sakit jantung ha-ha-ha. Saya juga tidak hobi motor besar, karena tidak ahli naik motor. Kedua, saya kan tidak enak kalau naik motor sendiri. Harus ada istri saya. Kalau dia naik, enggak mampu dia, kerokan nanti, masuk angin ha-ha-ha. Tidak lah, saya yang biasa-biasa saja. Kalau sepeda kan enggak mungkin bonceng orang lain, berat. Sepeda juga mountain bike yang biasa, bukan downhill. Saya kan sudah tua (56 tahun, lahir 5 Mei 1955), sudah mulai ngukur kuburan berapa meter. Kalau enggak ingat begitu, pasti pengen-nya macam-macam.

Itu kan kata bapak, sudah tua, orang lain mungkin menganggap bapak 2014 masih bisa jadi presiden....

Oh, no-no-no. Saya sangat senang jadi jenderal. Saya hanya ingin menutup pengabdian ini dengan kehormatan. Sehingga anak cucu saya melihat saya bangga. Saya tidak mau bicara politik karena saya tentara.

Dulu tahun 2003 SBY juga ngomong gitu

Mungkin dulu jadi presiden enak, tapi sekarang enggak enak. Kalau tentara itu jelas pegangannya. Sapta marga enggak dijalanin, plak (tampar). Sumpah Prajurit enggak dijalanin, plak. Tapi, tuntutan rakyat, waaah bisa bikin kita sakit. Pernah enggak ada yang menanyakan bagaimana perasan SBY menahan itu semua?

Jadi, SBY sering curhat nih?

Lah, enggak boleh diceritain dong ha-ha-ha.

Sumber: Tempo