Saturday, October 6, 2012

TNI AD dan PINDAD Kembangkan Senapan Multi Laras

Senapan multi laras 7,62mm. (Foto: Berita HanKam)

6 Oktober 2012, Jakarta: Dinas Penelitian dan Pengembangan TNI AD (Dislitbangad) dan PT Pindad mengembangkan prototipe senapan mesin multi laras kaliber 7,62mm.

Berat senapan mesin 90 kg dengan panjang 962, 5 mm dan tinggi 320,3 mm. Senapan mempunyai enam laras yang mampu memuntahkan peluru 2500 butir/menit dengan jarak efektif 1000-1500 m. Sistem pengisian peluru disintegrated link. Senapan digerakan sumber arus DC sebesar 24 volt.

Prototipe dibuat selama dua bulan dan direncanakan uji tembak pada waktu dekat.

Senapan mesin multi laras dapat dipasang di helikopter, kendaraan tempur, atau kapal perang.

@Berita HanKam

CAESAR® Alutsista Terbaru TNI AD

CAESAR® (CAmion Equipé d'un Système d'ARtillerie) alutsista terbaru TNI AD. (Foto: Berita HanKam)

6 Oktober 2012, Jakarta: CAESAR® (CAmion Equipé d'un Système d'ARtillerie) atau truk dipersenjatai dengan sistem artileri adalah howitzer kaliber 155 mm dipasang di truk 6x6, dikembangkan oleh Nexter Systems, Versailles, Perancis sejak 1994.

Harian Perancis La Tribune (18/09/2012) memberitakan, Indonesia telah memesan CAESAR® 37 unit. Angkatan Darat Perancis mengoperasikan 77 unit CAESAR®, Arab Saudi 132 unit dan Thailand 7 unit. India, Malaysia, Denmark dan Polandia berpotensi mengakuisisi CAESAR®.

TNI AD berencana menempatkan CAESAR® di dua batalyon Artileri Medan di wilayah Jawa Barat dan Jawa Timur.

(Foto: Berita HanKam)

Sistem CAESAR® merupakan modernisasi dari penggunaan model roda rantai yang terlalu berat (lebih 30 ton) dan meriam tarik yang lemah dalam kemampuan lintas medan.

Truk Renault Sherpa 10 atau Unimog U2450 dapat digunakan oleh sistem CAESAR®.

CAESAR® yang dipamerkan oleh TNI AD menggunakan truk Renault. Hanya Arab Saudi yang menggunakan Unimog U2450.

Platform Renault dipilih TNI AD untuk sistem CAESAR®. (Foto: Berita HanKam)

Sistem CAESAR® dengan platform Renault mempunyai berat tempur 18 ton menjadikan CAESAR® teringan dikelasnya. CAESAR® mempunyai jarak jelajah 600 km dan dapat diangkut dengan pesawat C-130 Hercules.

Penembakan dengan amunisi standar mampu menjangkau 38 km dan amunisi khusus (VLAP) hingga 55 km dengan akurasi tinggi yang dilengkapi sistem komputer balistik diatas kendaraan dan sistem penjajaran otomatis.

Satu unit sistem CAESAR® mampu membawa 18 butir amunisi menjadikan pelayanan tembakan lebih terjamin.

Dua unit CAESAR® yang dipamerkan dalam Pameran Alutsista TNI AD 2012 di Lapangan Monas, belum diserahkan ke pemerintah Indonesia. Sistem kemudi masih disebelah kiri, akan dilakukan modifikasi sistem kemudi ke sebelah kanan sebelum diserahkan.

(Foto: Berita HanKam)

Spesifikasi Umum:
1. Kaliber: 155 mm
2. Kecepatan tembak: 6 butir/menit
3. Jarak capai maksimal: 38 km (standar), 55 km (khusus)
4. Elevasi: -3 derajat sd 66 derajat
5. Arah samping: 300 mils
6. Jumlah awak: 5 orang
7. Sistem penjajaran otomatis (komputerisasi)
8. Mampu membawa amunisi 18 butir diatas kendaraan
9. Dilengkapi computer balistik Pibak MV Radar dan navigasi INS

Spesifikasi Kendaraan:
1. Dimensi
a. Panjang: 10 m
b. Lebar: 2.55 m
c. Tinggi: 3.7 m
2. Berat tempur: 18 ton
3. Daya jelajah: 600 km
4. Kecepatan: On road 80 km/jam, off road 50 km/jam

@Berita HanKam

Mistral Komodo Akan Memperkuat Arhanud 2014

Ranpur Komodo dipersenjatai rudal Mistral akan diserahkan ke TNI AD pada 2014. (Foto: Berita HanKam)

6 Oktober 2012, Jakarta: Artileri Pertahanan Udara (Arhanud) TNI AD akan dipersenjatai rudal Mistral buatan Perancis pada 2014. Mistral telah digunakan TNI AL untuk melindungi kapal perang dari serangan udara.

Mistral dipasang di ranpur Komodo produksi PT. PINDAD. Sistem rudal Mistral yang dibeli oleh TNI AD dari tipe Atlas, dimana penembakan rudal dilakukan oleh seorang prajurit yang duduk di sistem peluncur dan dibantu tiga prajurit.

Sistem peluncur dapat dicopot dari ranpur, jika medan operasi tidak dapat dijangkau oleh ranpur pembawa sistem peluncur.

Sistem peluncur rudal Mistral. (Foto: Berita HanKam)

Peluncuran rudal dipandu oleh radar MCP, dimana mampu mendeteksi sasaran awal 30 km dan menangkap 20 sasaran pada waktu bersamaan. Radar dirancang berkemampuan anti-jamming, penindaan teman atau musuh dan dapat dioperasikan siang dan malam di segala medan serta cuaca. Radar MCP dioperasikan oleh tiga prajurit.

Rudal Mistral mempunyai jarak tembak effektif 6,2 km dan ketinggian 4 km. Kecepatan rudal mencapai 2,5 mach dan diklaim probabilitas melumat sasaran hingga 97%.

Arhanud akan juga dipersenjatai rudal Starstreak jarak tembak effektifnya lebih jauh dari Mistral. Kedua jenis rudal ini akan menggantikan peran rudal RBS-70 dan Rapier dalam menjaga kedaulatan NKRI.

@Berita Hankam

Friday, October 5, 2012

Prajurit TNI Bertugas di Perbatasan Dapat Tunjangan Khusus

Sejumlah prajurit Korps Marinir memeriksa persenjataan pasukan, usai pelepasan Satgas Ambalat XV di Brigif-1 Marinir, Gedangan Sidoarjo, Kamis (4/10). Sebanyak 130 prajurit Korps Marinir dari lingkungan Pasmar-1 diberangkatkan untuk mengamankan perairan Ambalat, sebagai bagian dari NKRI. (Foto: ANTARA/Eric Ireng/ed/nz/12)

5 Oktober 2012, Biak: Markas besar TNI memberikan kesejahteraan tunjangan khusus sebesar 100% hingga 150% bagi prajurit TNI yang bertugas di kawasan pulau terluar dan daerah perbatasan di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Komandan Korem 173/PVB Biak, Brigjen TNI FX Bangun Pratiknyo di Biak, Jumat (5/10), mengatakan, kesejahteraan prajurit TNI secara bertahap pemerintah telah meningkatkan penghasilan tambahan bagi anggota TNI yang melaksanakan tugas pengabdian di daerah pulau terluar dan perbatasan Negara tetangga.

"Tambahan tunjangan khusus prajurit TNI yang bertugas di pulau terluar merupakan wujud nyata perhatian pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan anggota," ungkap Danrem Brigjen TNI Bangun Pratiknyo.

Ia mengatakan, khusus pengabdian prajurit TNI di pulau terluar Mapia, Brasi, Paneroto, Kabupaten Supiori, hingga sekarang telah ditempatkan sekitar 60 prajurit Korem 173/PVB untuk membantu pengamanan kekayaan asset alam laut di pulau bersangkutan.

"Penugasan prajurit TNI ke pulau terluar dan daerah perbatasan merupakan program rutin Mabes TNI, karena itu setiap anggota yang terpilih setiap enam bulan sekali dilakukan pergantian," kata Danrem Brigjen FX Bangun.

Menyinggung keamanan di wilayah Biak sekitarnya, menurut Danrem Brigjen Bangun, hingga saat ini tetap aman dan kondusif sehingga semua warga dapat beraktivitas dengan lancar seperti hari biasanya.

"Biak merupakan daerah yang aman, karena itu kita patut menjaganya supaya tetap mendukung kegiatan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan kemasyarakatan di daerah ini," harap Brigjen FX Bangun didampingi Panglima Kosek Hanudnas IV Marsma TNI Deddy N.Komara seusai HUT TNI ke-67, Jumat.

Puncak peringatan HUT TNI ke-67, Jumat 5 Oktober 2012 dilakukan upacara militer dipimpin Komandan Korem 173/PVB Brigjen TNI FX Bangun dengan menampilkan atraksi senam militer prajurit Paskhas TNI AU.

Sumber: Investor Daily

Kemenristek Kembangkan Pesawat Udara Nirawak

Wulung pesawat nirawak produksi dalam negeri. (Foto: Ristek)

5 Oktober 2012, Yogyakarta: Indonesia terus mengembangkan teknologi kedirgantaraan. Salah satu yang tengah diteliti adalah teknologi pesawat nirawak.

Menteri Riset dan Teknologi Gusti Muhammad Hatta saat di Yogyakarta, Jumat (5/10), mengungkapkan pengembangan pesawat nirawak dinilai sangat mendesak karena daerah di Indonesia memiliki banyak gunung berapi.

Dengan daerah yang luas dan punya topografi pegunungan, kata Gusti, banyak wilayah yang sulit dijangkau manusia, terutama untuk melakukan sebuah penelitian. Sebab itu pesawat nirawak diperlukan.

Selain itu, lanjut dia, pembuatan pesawat tanpa awak sejalan dengan pengembangan pesawat tempur yang bekerja sama dengan Korea Selatan. "Pesawat ini nantinya juga dapat digunakan oleh Polri," jelas Gusti.

Gusti mengakui, secara keseluruhan pengembangan teknologi alat utama sistem persenjataan (alutsista) di Indonesia tertinggal dari negara lain. Itu terjadi lantaran perusahaan yang ada belum diberi kesempatan.

Namun, setelah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memerintahkan membeli alutsista produk dalam negeri, terlihat perkembangan yang sangat pesat. Salah satu yang membanggakan, sambung dia, adalah panser Anoa buatan PT Pindad yang antara lain telah dipesan oleh Malaysia.

"Itu suatu kemajuan yang cukup pesat bagi industri alutsista di Indonesia," tegasnya.

Sumber: MetroNews

TNI AD Beli Alutsista Skema G to G untuk Maksimalkan Anggaran

Anggota TNI menyiapkan alat berat untuk persiapan Pameran Alutsista TNI AD di Lingkar Monas, Jakarta Pusat, Kamis (4/10). Pameran itu akan berlangsung 6-8 Oktober 2012 dalam rangka menyambut HUT TNI ke-67. (Foto: ANTARA/Fanny Octavianus/nz/12)

5 Oktober 2012, Jakarta: TNI AD akan memaksimalkan anggaran alat utama sistem senjata (alutsista) yang dialokasikan negara. Untuk itu, dalam pembelian alutsista dengan skema goverment to government (G to G) dan TNI AD tidak mau jika skema pembelian melibatkan pihak ketiga.

"Sayai ingin kerja sama pembelian alutsista langsung berhubungan dengan produsen. Anggaran alutsista untuk TNI AD boleh paling kecil, tetapi kalau saya bisa memaksimalkannya. Saya yakin alutsista yang akan kita beli dengan anggaran yang ada akan sangat mumpuni," kata Kepala Staf TNI AD (Kasad) Jenderal Pramono Edhie Wibowo saat memaparkan kesiapan alutsista TNI AD, di Markas Besar TNI AD, Jakarta, Kamis (4/10).

Menurut Kasad, anggaran alutsista bagi TNI AD hanya 14 triliun rupiah. Bandingkan dengan anggaran alutsista untuk TNI AL dan TNI AU yang lebih dari 20 triliun rupiah. Namun, dengan skema G to G, TNI AD bisa membeli alutsista lebih banyak dari perkiraan. Seperti pembelian meriam multiple launch rocket system (MLRS) Atros yang direncanakan bisa membeli 1 batalion dengan anggaran 405 juta dollar Amerika Serikat (AS).

Nyatanya, dengan pendekatan G to G, TNI AD bisa mendapatkan 2 batalion lebih dengan anggaran yang sama. Sama halnya dengan pembelian meriam 155 milimeter/ Caesar dari Prancis. Anggaran sebesar 170 juta dollar AS yang diperkirakan hanya bisa membeli 1 batalion, tambah Kasad, justru berlipat dua dengan tanpa melibatkan pihak ketiga.

Bahkan, jumlah itu sudah termasuk dengan amunisinya. Kasad menegaskan, pihaknya tak akan menoleransi tindakan korupsi yang dilakukan oleh prajurit tingkat bawah hingga yang sudah berpangkat sekalipun. "Karena cikal bakal yang kecil itu yang bahaya. Kami harus setia pada aturan yang berlaku. Apalagi berkaitan dengan pembelian alutsista," tegas dia.

Berkomitmen

Untuk itu, Kasad berkomitmen sekecil apa pun adanya penyimpangan, harus ditindaklanjuti. "Pengadaan alutsista ini transparan," ujar dia. Oleh sebab itu, setiap pembicaraan mengenai alutsista selalu dipimpin Wakil Kasad dan membawa tim ahli. Pengoptimalan anggaran tersebut, ujar mantan Panglima Kostrad ini, semata-mata untuk menyiasati masih minimnya alokasi anggaran untuk sektor pertahanan.

Anggaran untuk pertahanan Indonesia saat ini belum menyentuh angkat 1 persen dari produk domestik bruto (PDB). Idealnya, mencapai 2 persen dari PDB. Tak heran, TNI AD memprioritaskan pembelian senjata jarak jauh dengan tidak meninggalkan kemampuan prajurit. "Kenapa kita beli alat-alat semacam itu, karena ke depan kita butuh senjata jarak jauh," ujar dia.

Kasad juga menjelaskan dasar pengadaan alutsista mutlak harus berdasarkan pantauan peta kawasan, perkembangan kawasan, dan alutsista negara sahabat. "Yang miris, kita tidak bisa latihan kavaleri dengan negara sahabat karena alutsista kita tak seimbang," kata dia. Untuk tank, misalnya, saat ini Indonesia baru memiliki tank ringan.

Itu sebabnya, TNI AD ngotot ingin membeli tank Leopard agar setidaknya bisa mengimbangi alutsista negara tetangga. Sebelumnya diberitakan, bahwa TNI AD berencana memamerkan alutsista koleksinya. Alutsista yang akan dihadirkan mulai dari produk lama hingga yang terbaru. Pameran akan dilakukan pada Sabtu (6/10) hingga Senin (8/10) di Lapangan Monumen Nasional, Jakarta.

"Pada pameran yang terbuka untuk umum itu, juga akan dihadirkan alutsista terbaru kami, yakni roket MLRS/Astros dari Brasil dan meriam 155 mm/Caesar dari Prancis," kata Kepala Dinas Penerangan TNI AD (Kadispenad), Brigjen Sisriadi. Roket MLRS dibeli dari produsennya di Brasil.

Roket ini sudah teruji di berbagai arena pertempuran, terutama dalam perang teluk. Roket ini memiliki jangkauan tembak 85 kilometer. Sementara meriam 155 mm/Caesar yang dibeli dengan harga 170 juta dollar AS itu memiliki daya hancur, akurasi, dan daya geraknya yang mengagumkan. Tank Leopard dari Jerman batal dipamerkan.

Padahal, TNI AD berencana memamerkannya se kaligus mem perkenalkan tank tersebut kepada masyarakat. "Karena sesuai perjanjian dengan pemerintah, tank itu baru tiba ke Indonesia pada November 2012," tambahnya.

Sumber: Koran Jakarta

Presiden: Pembelian Alutsista Harus Bermanfaat 25 Tahun ke Depan

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono selaku inspektur upacara melakukan pemeriksaan pasukan pada HUT ke-67 TNI di Bandara Halim Perdanakusumah, Jakarta Timur, Jumat (5/10). Peringatan HUT TNI tersebut bertema "Dilandasi Profesionalisme, Semangat Juang dan Soliditas TNI Bersama Segenap Komponen Bangsa Siap Menjaga Kedaulatan dan Keutuhan Wilayah NKRI". (Foto: ANTARA/Widodo S. Jusuf/Koz/Spt/12)

5 Oktober 2012, Jakarta: Dalam upacara peringatan hari ulang tahun Tentara Nasional Indonesia (TNI) ke-67 di Bandar Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Jumat (5/10), Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menekankan pentingnya modernisasi alat utama sistem persenjataan (alutsista) TNI yang akan bermanfaat bagi pengembangan postur pertahanan negara hingga 25 tahun ke depan.

“Kita ingin setiap alutsista yang kita beli bermanfaat bagi pengembangan postur pertahanan negara kita saat ini dan 25 tahun ke depan. Kita juga terus melakukan pengadaan alutsista dari dalam negeri. Pengembangan industri pertahanan dalam negeri juga terus kita lakukan, untuk memperkuat kemandirian kita,” ujar Presiden Yudhoyono.

“Di samping itu, untuk kepentingan tertentu, kita juga membangun kerjasama dengan industri pertahanan negara-negara sahabat, dengan skema yang saling menguntungkan. Dengan cara itulah, Insya Allah, dalam beberapa tahun ke depan ini, kita akan menyaksikan hadirnya alutsista TNI yang semakin lengkap dan modern.”

Dalam pengadaan alutsista itu, Presiden Yudhoyono meminta agar prosedur pembelian dapat dipertanggungjawabkan, tidak menyimpang dan tidak mengalami kebocoran.

“Setiap rupiah anggaran pertahanan kita, tidak saja harus bermanfaat namun juga harus dapat dipertanggungjawabkan kepada rakyat.”

Terkait hal itu, Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), Taufik Kiemas, yang hadir dalam acara itu memastikan MPR telah meminta kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) agar tidak ragu-ragu dalam meloloskan anggaran pembelian alutsista TNI.

“Saya sudah bilang pada DPR, kalau soal ideologi dan senjata, kita tidak usah ragu-ragu,” ujarnya.

Sementara itu, Wakil Ketua III Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) Mayjen TNI Purn. Sukotjo Tjokroatmodjo menegaskan DPR harus segera mencairkan anggaran untuk pembelian alutsista, karena itu semua menurutnya adalah berasal dari uang rakyat.

“Itu tergantung rakyat, punya uang atau tidak? DPR itu tinggal mengeluarkan, tidak usah pikir-pikir lagi. Semua itu kan uang rakyat.”

Dua pesawat tempur Super Tucano melintas ketika berlangsungnya HUT ke-67 TNI di Bandara Halim Perdanakusumah, Jakarta Timur, Jumat (5/10). (Foto: ANTARA/Widodo S. Jusuf/Koz/Spt/12)

Untuk TNI Angkatan Darat, dalam waktu dekat ini akan segera hadir beberapa unit alutsista diantaranya 2 batalion tank tempur utama, kendaraan tempur panser Canon, meriam artileri medan dan pertahanan udara sampai dengan kaliber 155 mm, roket multi laras taktis dan strategis, peluru kendali pertahanan udara, serta sejumlah helikopter serang dan helikopter serbu.

Untuk Angkatan Laut, akan segera hadir antara lain kapal perang Korvet Klas Sigma, kapal selam diesel elektrik, kapal cepat rudal, pesawat patroli maritim dan roket multilaras taktis.

Sementara itu, sejumlah alutsista baru TNI Angkatan Udara adalah pesawat angkut sedang CN 295, pesawat latih, helikopter full combat SAR, sejumlah pesawat angkut Hercules C130 H, pesawat tempur Super Tucano, Sukhoi-27 MK-2, pesawat tempur T50, serta 24 unit pesawat tempur F-16.

Sumber: VOA

TNI AD Belum Final Memesan Apache

AS550 C3 Fennec in Marignane (France) dilengkapi Machine Gun POD HMP 400 ; Flir ; Stubwing.  TNI AD telah memesan AS550 Fennec mempekuat satuan udaranya. (Foto: Eurocopter/PENNA Patrick)

4 Oktober 2012, Jakarta: KSAD Jenderal TNI Pramono Edhie Wibowo menjelaskan bahwa pihaknya belum membuat keputusan final soal pemesanan heli serang Apache. Pihaknya masih terus berkoordinasi dengan Puspenerbad sebagai operator heli tersebut.

"Kami masih menimbang-nimbang antara Apache atau Blackhawk UH-60, Yang jelas kita pilih mana yang lebih murah tapi kualitas tetap baik," ujarnya tadi pagi di Mabes AD, Jakarta Pusat (4/5/2012).

Pramono juga memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi masyarakat yang ingin memberikan kritik dan masukan terhadap alutsista-alutsista terbaru yang akan dipesan TNI AD. Hal ini terkait dengan upaya TNI AD yang terus menggenjot program modernisasi alutsistanya.

"Silahkan komplain,misalnya kenapa pilih A, kenapa tidak B saja yang lebih unggul. Tapi jangan komplain karena ‘pesanan pihak tertentu’," jelasnya.

Beberapa alutsista yang telah dipesan TNI AD diantaranya Tank Leopard RI dari Jerman, roket MLRS Astros II, Fennec AS 550, dan teropong Trijicon untuk senapan SS 2 yang dipakai oleh Infanteri.

Dalam program modernisasi tersebut TNI AD berprinsip untuk memprioritaskan produk-produk buatan dalam negeri. TNI AD terus mendorong pihak-pihak terkait seperti PT Pindad dan PT DI untuk bisa mengembangkan produknya masing-masing hingga dapat digunakan oleh internal AD.

Pramono juga menjamin transparansi dalam pemilihan rekanan dan penggunaan budget. “Rekanan tetap kita pakai tapi kita pilih yang paling masuk akal harganya,” tegasnya.

Sumber: Angkasa

PT DI Siap Membuat Tiga CN-295 untuk TNI AU

Pesawat CN 295 milik TNI AU di Pangkalan Udara Lanud Halim Perdanakusuma, 4-10, 2012. (Foto: TEMPO/Wisnu Agung Prasetyo)

4 Oktober 2012, Jakarta: PT Dirgantara Indonesia menyatakan siap membuat tiga unit pesawat angkut CN-295 pada 2014. Tiga unit itu merupakan pesawat ketujuh, kedelapan, dan kesembilan. “Proses perakitan akhir dan bagian ekor akan dibuat PT Dirgantara,” kata Direktur Aerostruktur PT Dirgantara Indonesia, Adi Alisjahbana, di Skuadron II Landasan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Kamis, 4 Oktober 2012.

Dalam kerja sama dengan Airbus Military Spanyol, Adi menjelaskan, porsi pekerjaan Dirgantara semakin meningkat. Dari sembilan unit pesawat, enam unit dibuat di Airbus Military Spanyol dan tiga unit lainnya dibuat di Indonesia. "Nantinya ada kolaborasi, 40 persen konten lokal, yakni bagian ekor pesawat, dan final assembling," kata Adi.

Pesawat CN-295 merupakan pesawat angkut sedang generasi baru dengan perlengkapan seperti digital avionic dan full glass cockpit. Pesawat versi militer ini mampu membawa 9 ton kargo dan 71 personel.

Pesawat ini mampu terbang sampai ketinggian 25.000 kaki dengan kecepatan jelajah maksimum 260 knot atau 480 kilometer per jam. Dengan dua mesin Turboprop Pratt dan Whitney Canada, pesawat ini mampu lepas landas dan mendarat di landasan pendek, yaitu 670 meter.

Menteri Pertahanan, Purnomo Yusgiantoro, mengatakan pesawat CN-295 akan menambah kekuatan operasi militer perang dan operasi militer selain perang. Ia berpesan agar TNI Angkatan Udara bisa memelihara armada militer ini.

Sumber: TEMPO

Anggaran Alutsista TNI AD Terkecil

Senapan serbu SS2 produksi PT PINDAD telah mengantarkan TNI AD meraih berbagai tropi kejuaraan menembak militer di luar negeri. (Foto: Berita HanKam)

4 Oktober 2012, Jakarta: Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal (TNI) Pramono Edhie Wibowo mengatakan bahwa anggaran belanja AD untuk pengadaan alat utama sistem senjata (alutsista) merupakan yang paling kecil di antara matra TNI yang lain.

"Anggaran alutsista AD paling kecil daripada AL atau AU, tapi itu tidak boleh membuat kecil hati. Justru bagaimana caranya supaya semaksimal mungkin digunakan," kata Edhie Wibowo di Jakarta, Kamis.

Jumlah anggaran untuk AD senilai Rp14 triliun, lebih kecil dari dua matra TNI yang bernilai Rp20 triliun dan Rp22 triliun, lanjutnya.

Dengan anggaran tersebut, TNI AD berencana untuk memperkuat dan memperbaharui alutsista, dengan membeli sejumlah peralatan persenjataan baru.

TNI AD Bangga Pakai Alutsista Dalam Negeri

Prajurit Tentara Nasional Indonesia (TNI), matra Angkatan Darat (AD) khususnya, bangga menggunakan peralatan dan perlengkapan senjata buatan dalam negeri, kata Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad) Jenderal Pramono Edhie Wibowo di Jakarta, Kamis.

"...alat-alat yang diproduksi dalam negeri, itu harus kita gunakan," tegas Kasad.

Meskipun demikian, sempat ada perasaan tidak percaya diri dalam diri para prajurit ketika menggunakan senjata produksi PT Pindad.

Dia bercerita pernah bertemu dengan salah seorang prajurit yang secara terus terang lebih memilih menggunakan senjata lama buatan asing daripada senjata baru buatan PT Pindad.

"Dalam hal itu, si prajurit tidak bisa disalahkan karena dia memang terbiasa dengan senjata produk asing. Namun, ada juga beberapa prajurit yang mau menggunakan senjata produksi dalam negeri, tetapi harus disesuaikan dengan senjata asing yang sudah dimilki," jelasnya.

Kebanggaan para tentara AD dalam menggunakan senjata buatan dalam negeri muncul saat perlengkapan pertahanan itu berperan penting dalam sebuah kejuaraan tingkat ASEAN.

Ketika prajurit AD untuk pertama kalinya menggunakan senjata buatan PT Pindad di perlombaan menembak se-ASEAN, TNI AD berhasil membawa pulang sembilan dari 15 trofi yang diperebutkan di ajang tersebut.

"Hal itu belum pernah diraih oleh negara mana pun. Oleh karena itu, di sini saya ingin menegaskan bahwa sebetulnya jika kita mau mengoreksi diri, kita pasti bisa," katanya.

Sejak saat itu, TNI AD menggunakan senjata ringan produksi dalam negeri.

Namun, untuk alat utama sistem pertahanan (alutsista) yang berat, seperti tank, TNI AD masih membelinya dari pihak asing.

Pemerintah melalui Kementerian Pertahanan membeli 103 unit tank Leopard, 50 unit tank Marder dan 10 unit tank pendukung guna memperkuat sistem alutsista pertahanan Indonesia.

Salah satu dari peralatan persenjataan yang dibeli TNI AD dari pihak asing adalah tank Leopard yang akan tiba di tanah air sebanyak 44 unit pada November.

Sumber: ANTARA News

Dua CN-295 Resmi Perkuat TNI AU

(Foto: DMC)

4 Oktober 2012, Jakarta: Dua unit pesawat CN-295 resmi memperkuat alat utama sistem senjata (Alutsista) di jajaran TNI Angkatan Udara, khususnya Skadron Udara 2 Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta.

Hal tersebut ditandai dengan penandatanganan berita acara serah terima kedua pesawat itu dari Kementerian Pertahanan kepada Mabes TNI, dan selanjutnya diterima Mabes TNI AU, di Base Ops Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Kamis siang.

"Penyerahan dua pesawat hasil kerja sama Airbus Military Spanyol dengan PT Dirgantara Indonesia itu merupakan bagian dari sembilan unit yang dipesan Kemhan pada 14 Februari 2012 lalu," kata Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro usai menyerahkan pesawat itu.

Tujuh pesawat sisanya bakal diserahterimakan paling lambat akhir 2014 mendatang.

Hadir dalam serah terima itu, pihak PT Dirgantara Indonesia, Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono, Kepala Staf TNI Angkatan Udara Marsekal TNI Imam Sufaat, serta sejumlah pejabat di jajaran Kemhan, Mabes TNI, dan Mabes TNI AU. Hadir pula beberapa perwakilan dari Anggota Komisi I DPR.

Menhan mengatakan, porsi pekerjaan yang dilaksanakan PT Dirgantara Indonesia dalam pembuatan pesawat ini meningkat secara signifikan dari pesawat pertama hingga pesawat ke sembilan.

"Proses produksi tujuh pesawat dilakukan di Airbus Military dan dua unit lainnya dibuat di PT Dirgantara Indonesia," kata Purnomo. Selain itu, komponen maupun vendor items yang dibuat di Airbus Military, akan dikirim ke PT Dirgantara Indonesia untuk diintegrasikan.

Purnomo mengatakan, pesawat CN-295 sangat efektif untuk melakukan operasi militer selain perang, seperti penanggulangan bencana alam.

Pesawat CN-295 adalah pesawat angkut taktis (medium airfilter) generasi terbaru yang sudah menggunakan full glass cockpit, digital avionic dan sepenuhnya kompatibel menggunakan night vision googles (NVG).

Pesawat ini akan menggantikan pesawat Fokker-27 yang sudah dilarang terbang oleh pemerintah pascakecelakaan di Halim beberapa bulan lalu. CN-295 merupakan pesawat pengembangan dari tipe CN-235 yang juga telah dioperasikan di Skadron Udara 2 Lanud Halim Perdanakusuma.

CN-295 mampu membawa 71 personel atau total 9 ton cargo. Pesawat ini mampu terbang hingga ketinggian 25 ribu kaki dengan kecepatan jelajah maksimal 260 knot atau 480 kilometer perjam. Pesawat ini juga dapat diterbangkan dan dikendalikan dengan aman dan sangat baik pada kecepatan rendah hingga 110 knot atau 203 kilometer perjam.

Dengan menggunakan dua mesin Turboprop Pratt dan Whitney Canada (PW 127G), pesawat ini mampu melaksanakan lepas landas dan melaksanakan pendaratan pada landasan pendek sekitar 670 meter atau setara 2.200 kaki dengan berat tertentu.

Kemampuan CN-295 dinilai sangat cocok dengan tugas dan misi yang diemban TNI Angkatan Udara, yakni mengangkut logistik, menerjunkan pasukan dan logistik, evakuasi medis udara, patroli udara terbatas, dan mampu melaksanakan penugasan militer maupun misi kemanusiaan.

Kehadiran pesawat ini dinilai sebagai batu loncatan untuk meningkatkan kemampuan produksi industri pertahanan di Indonesia.

Sumber: ANTARA News

Thursday, October 4, 2012

UU Inhan Perkuat Industri Pertahanan Indonesia

Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro (kanan) saat sidang paripurna DPR di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Selasa (2/10). Rapat paripurna tersebut diantaranya membahas pembicaraan tingkat II/pengambilan keputusan tentang RUU Industri Pertahanan dan RUU Veteran. (Foto: ANTARA/Puspa Perwitasari/nz/12)

3 Oktober 2012, Jakarta: DPR optimistis dalam dua tahun sejak diberlakukannya UU tentang Industri Pertahanan, industri pertahanan dalam negeri akan berkembang pesat. Itu terwujud jika UU tersebut bisa segera diberlakukan. Pemberlakuan UU ini tinggal menunggu tanda tangan dari presiden. "Kami yakin dengan regulasi yang baru disahkan ini industri pertahanan dalam negeri mampu mempercepat pengembangan teknologi pertahanan," kata Ketua Komisi I DPR RI, Mahfudz Siddiq, kepada Koran Jakarta, seusai rapat paripurna pengesahan UU Industri Pertahanan di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (2/10).

Keberadaan UU ini memang sebagai instrumen hukum untuk mendorong peningkatan produksi industri pertahanan. Dia menargetkan dua tahun ke depan pemerintah bisa menyehatkan industri pertahanan dalam negeri sehingga sejumlah industri pertahanan, baik milik pemerintah maupun swasta, bisa mengoptimalkan kapasitasnya.

Pembahasan RUU Industri Pertahanan dilakukan sejak 12 Januari 2012. RUU inisiatif DPR ini dirumuskan bersama dengan Menteri Pertahanan, Menteri Hukum dan HAM, Menteri Perindustrian, Menteri Keuangan, dan Menteri Negara BUMN. "RUU ini dibentuk untuk memberikan landasan hukum dalam penyelenggaraan industri pertahanan nasional," kata Wakil Ketua Komisi I, Tubagus Hasanuddin, dalam laporan hasil pembahasan RUU Industri Pertahanan. Pengesahan UU ini diharapkan dapat memajukan pertumbuhan in dustri yang mampu mencapai kemandirian pemenuhan alat peralatan pertahanan dan ke amanan. "Di samping itu, RUU ini juga memberikan pengaturan kepada semua pihak yang terlibat dalam kegiatan produksi industri pertahanan agar dapat bekerja secara sinergis," jelasnya.

Menteri Pertahanan, Purnomo Yusgiantoro, menambahkan pengesahan UU Industri Pertahanan dinilai sangat strategis dan fundamental untuk membangkitkan kembali industri pertahanan. "Ke depan, kemampuan memproduksi dan pengembangan jasa pemeliharaan akan semakin berkembang," katanya.

Tak dimungkiri, kekuatan pertahanan dan ke amanan Indonesia menjadi andal. "UU ini juga akan menguatkan aspek kelembagaan, penyelenggaraan, Komite Kebijakan Industri Pertahanan, dan industri pertahanan itu sendiri untuk mandiri dan memproduksi produk alutsista secara berkesinambungan," jelasnya.

Dengan begitu, Menhan yakin lapangan kerja akan terbuka lebar dan perekonomian Indonesia akan bergerak. Selain RUU Industri Pertahanan, DPR dan pemerintah juga menyetujui untuk mengesahkan RUU tentang Veteran. Aturan baru tentang veteran diharapkan bisa memberikan penghargaan dan penghormatan kapada para veteran yang telah berjuang membela dan mempertahankan kedaulatan Indonesia. Meskipun pengaturan mengenai veteran sudah diatur dalam UU Nomor 7 Tahun 1967, UU tersebut belum sepenuhnya mencerminkan pemberian penghargaan terhadap jasa veteran.

Sumber: Koran Jakarta

Pangkalan Kapal Selam di Teluk Palu Segera Dioperasikan

(Foto: Dispenarmatim)

3 Oktober 2012, Palu: Pangkalan kapal selam TNI AL di Teluk Palu, Sulawesi Tengah, akan selesai dibangun pada akhir 2012, dan segera beroperasi.

"Pada awal 2013, kapal selam dari Armatim (Armada RI Kawasan Timur) sudah bisa singgah di Teluk Palu," kata Komandan Pangkalan TNI AL Palu, Kolonel Pelaut Boedi Oetomo, di Palu, Rabu.

Dia mengatakan saat ini pembangunan tahap dua sudah selesai sekitar 80 persen. Tahap dua itu bangunan fisik di sekitar pangkalan. Selanjutnya masuk ke tahap tiga, yakni pengerjaan fisik yang ringan seperti pembuatan pagar dan proses pengecatan.

Salah satu alasan pemilihan Teluk Palu karena teluk ini cukup strategis di nusantara. Teluk Palu memiliki lebar 10 kilometer dengan lingkar garis pantai sepanjang 68 kilometer. Kedalaman Teluk Palu mencapai 400 meter dan dinilai sangat strategis. "Perlindungan alam" terhadap arus laut yang ekstrim juga dinilai sangat memadai dan menguntungkan untuk dijadikan pangkalan kapal selam.

Sebagai gambaran, pada Perang Dunia II, Angkatan Laut Kerajaan Inggris pernah mengandalkan pangkalan kapal selam Scapa Flow di Kepulauan Orkney, Skotlandia. Walau sempat ditembus flotila kapal selam U-boat Jerman namun eksistensi Scapa Flow tetap dipertahankan.

Boedi mengatakan, di pangkalan kapal selam itu nantinya akan diperkuat dengan pasukan pertahanan pangkalan dengan jumlah personel sebanyak satu peleton atau sekitar 24 orang.

Pangkalan kapal selam TNI AL sendiri berada di lahan seluas 13 hektare di Kelurahan Watusampu, Kota Palu.

Pada awal 2012, Komandan Pangkalan Utama TNI AL IV Makassar, Brigadir Jenderal Marinir M Suwandi Thahir, meninjau pembangunan pangkalan khusus kapal selam di Teluk Palu.

Saat itu, ia mengemukakan bahwa keberadaan pangkalan tersebut sangat strategis untuk pengamanan wilayah NKRI terutama di Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) II Selat Makassar sampai ke perbatasan dengan negara tetangga Malaysia di Laut Sulawesi.

Sumber: ANTARA News

Wednesday, October 3, 2012

44 Unit Leopard Akan Tiba di Indonesia November 2012

MBT Leopard milik Bundeswehr. (Foto: ©Bundeswehr/Schneider)

3 Oktober 2012, Jakarta: Sebanyak 44 unit Main Battle Tank Leopard yang dibeli dari Jerman akan segera tiba di Indonesia, sebagai upaya memperkuat alat utama sistem senjata (Alutsista) dalam membangun kekuatan pokok minimum (Minimum Essential Force/MEF) di tubuh Tentara Nasional Indonesia (TNI).

"Kami ingin mendatangkan tank Leopard dalam HUT TNI Ke-67 ini, namun karena prosesnya agak panjang, sehingga November 2012 baru bisa tiba di Indonesia sebanyak 44 unit," kata Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal TNI Pramono Edhie Wibowo saat jumpa pers Peringatan HUT TNI Ke-67 di Halim Perdanakusuma, Jakarta, Rabu.

Selain itu, TNI AD juga akan menambah dua batalyon Multiple Launch Rocket System (MLRS) buatan Brasil, satu batalyon Mistral Rudal Antipesawat Terbang dan dua batalyon Meriam 155 mm/Caesar buatan Perancis.

Dalam upaya membangun MEF, TNI Angkatan Laut juga akan membangun tiga kapal selam dari Korea Selatan, yang bekerja sama dengan PT PAL, tiga unit Kapal Cepat Rudal (KCR)-60M dan dua unit Kapal Tunda 2400 HP.

"Kami juga mau mendatangkan satu skadron helikopter antikapal selam dari Amerika Serikat," ujar Kepala Staf TNI AL Laksamana TNI Soeparno.

Sementara TNI Angkatan Udara akan menambah dan mengupgrade pesawat Hercules hibah dari Australia. "Hercules kami cuma 13 unit. Kami akan upgrade lagi dan akan membeli 10 unit pesawat Hercules lagi dari Australia," kata Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal TNI Imam Sufa`at.

Di tempat yang sama, Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono mengatakan penambahan alutsista itu harus diimbangi oleh kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM) TNI.

"Kami menyadari, secanggih apa pun alutsistanya, namun SDM yang ada tidak memadai, maka alat secanggih apa pun tidak ada artinya," ujar Agus.

Sebelumnya, Kementerian Pertahanan (Kemhan) menyatakan, sebagian tank tempur utama (Main Battle Tank/MBT) Leopard dan tank tempur medium Marder dijadwalkan akan tiba di Indonesia pada awal November 2012 nanti, dengan pengiriman dilakukan melalui angkutan udara dan laut.

"Leopard akan dikirim bersama dengan Marder pada awal November 2012," kata Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Pertahanan Mayjen TNI Hartind Asrin di Makodiv-1 Kostrad, Cilodong, Depok, Jawa Barat, Selasa (25/9).

Staf ahli menteri pertahanan bidang keamanan itu mengatakan, dipersiapkan dua unit pesawat yang akan digunakan khusus mengangkut tank-tank tersebut.

"Tapi nanti kombinasi pengirimannya, ada yang melalui pesawat, ada juga melalui kapal," jelas Hartind.

Pengiriman ini molor dari rencana semula pada Oktober 2012 mendatang karena terkendala administrasi. Pada November mendatang, tank-tank tersebut akan ditunjukkan kepada publik.

Pemerintah sendiri akan membeli tank Leopard sebanyak 103 unit, tank Marder sejumlah 50 unit dan membeli 10 tank pendukung.

Sumber: ANTARA News

Parlemen Setuju Penambahan Anggaran Kemhan Rp 18,3 Triliun

Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro (dua kanan), Panglima TNI Agus Suhartono (kanan) dan Direktur Anggaran III Kemenkeu Sambas Mulyana (dua kiri) dan Wamenhan Sjafrie Sjamsoeddin saat mengikuti rapat kerja dengan Komisi I DPR di kompeks MPR DPR Senayan, Jakarta, Rabu (5/9). Rapat kerja tersebut membahas dana optimalisasi Kementerian Pertahanan tahun anggaran 2012 sebesar Rp 678 miliar serta pemberangkatan tiga unit Mi-17 ke Kongo dalam rangka penguatan pasukan perdamaian Indonesia di Kongo. (Foto: ANTARA/Rosa Panggabean/ed/ama/12)

3 Oktober 2012, Jakarta: Anggota Komisi I DPR RI Fayakhun Andriadi mengatakan, usulan penambahan anggaran dari Kementerian Pertahanan (Kemhan) sebesar Rp 18,325 triliun di luar pagu definitif Kemhan tahun 2013 sebesar Rp 77,7 triliun berpotensi untuk disetujui.

Sebab, pengajuan tambahan anggaran Kemhan sebesar Rp 18,3 triliun untuk 2013 itu merupakan bagian anggaran alutsista Minimum Essential Force (MEF) untuk 2010-2014 yang mencapai Rp 156 triliun, terdiri atas Rencana Pembangunan Jangka Menengah 2010-2014 sebesar Rp 99 triliun dan alokasi on top berdasar arahan rapat kabinet terbatas 4 Oktober 2010 sebesar Rp 57 triliun.

"Saya rasa ajuan penambahan anggaran. Kemenhan untuk 2013 sebesar Rp 18,3 triliun itu kita akan dukung, karena itu merupakan anggaran yang masuk dalam on top. Cuma yang perlu kita dalami nantinya soal sumbernya bagaimana. Memang itu uangnya dari APBN juga, cuma untuk program MEF yang alokasi pencairannya secara bertahap itu, memang tidak secara jelas disebutkan," ujar Fayakhun Andriadi kepada Jurnalparlemen.com, Rabu (3/10).

Hal ini disampaikan Fayakhun terkait Raker dengan Menhan di Komisi I, Senin (1/10), yang membahas RKA/KL 2013. Saat itu, Kemhan mengajukan dana tambahan sebesar Rp 18,3 triliun. Fayakhun yang juga anggota Banggar dari Fraksi Partai Golkar ini mengatakan, yang perlu dipertajam dalam rapat berikutnya adalah tambahan itu digunakan untuk apa saja. Usulan tambahan anggaran 2013 sekitar Rp 18,3 triliun ini sendiri terdiri dari penambahan anggaran untuk Kemhan Rp 672,34 miliar, Mabes TNI Rp 1,260 triliun, TNI AD Rp 9,283,93 triliun, TNI AL Rp 3,237 triliun, dan TNI AU Rp 3,871 triliun. Total Rp 18,325 triliun.

Sementara, Ketua Komisi I DPR Mahfudz Siddiq menyatakan tidak optimistis, jika program MEF 2010-2014 dengan anggaran lewat on top sebesar Rp 57 triliun akan terserap semua. "Justru seharusnya untuk anggaran on top di 2013 diajukan lebih besar lagi. Karena dikhawatirkan pada tahun terakhir 2014, dana yang tersisa masih besar, tidak terserap secara maksimal. Harusnya ajuan tambahan anggaran di 2013 ya Rp 22 triliun," ujarnya.

Seperti diketahui, Pemerintah menganggarkan Rp 156 triliun untuk penyediaan alat utama sistem persenjataan (alutsista) TNI pada periode 2010-2014. Menteri Keuangan Agus Martowardojo sebelumnya menjelaskan bahwa anggaran alutsista untuk memenuhi MEF untuk 2010-2014 mencapai Rp 156 triliun yang terdiri atas Rencana Pembangunan Jangka Menengah 2010-2014 sebesar Rp 99 triliun dan alokasi on top berdasar arahan rapat kabinet terbatas 4 Oktober 2010 sebesar Rp 57 triliun.

Dari alokasi Rp 99 triliun tersebut, Rp 32,5 triliun digunakan untuk belanja barang dan Rp 66,6 triliun untuk belanja modal. Dana belanja modal itu terdiri atas pinjaman luar negeri sebesar 6,5 miliar dolar AS dan sisanya berasal dari pinjaman dalam negeri. Pemerintah, kata Menkeu, sudah menerbitkan penetapan sumber pembiayaan (PSP) sebesar 5,7 miliar dolar AS. Artinya, masih ada sekitar 0,8 miliar dolar AS belanja modal yang belum didukung pembiayaannya, dan menurut Menkeu masih akan dievaluasi dalam pengajuan pembiayaan.

Menteri PPN/Kepala Bappenas Armida Alisjahbana menambahkan, inisiatif baru pengadaan alutsista sebesar Rp 57 triliun tersebut sudah ditetapkan dalam Keppres 35/2011 tentang Percepatan Pemenuhan Kekuatan Pokok Minimal Alutsista TNI Tahun 2010-2014, yang ditandatangani oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, 27 Desember 2011.

Kata Armida, alokasinya bertahap yaitu Rp 7 triliun pada 2010, Rp 4 triliun pada 2011, Rp 6 triliun pada 2012, dan Rp 40 triliun pada 2013-2014. Semuanya disesuaikan dengan kemampuan anggaran negara dan dengan mekanisme yang berlaku.

Sumber: Jurnal Parlemen

Tuesday, October 2, 2012

Bangkai KRI Klewang Ditarik ke Galangan Kapal

(Foto: North Sea Boats)

2 Oktober 2012, Banyuwangi: Bangkai KRI Klewang yang terbakar Jumat 28 September 2012 lalu, kini mulai dipindahkan dari dermaga Pangkalan TNI AL Banyuwangi.

Penarikan bangkai kapal dimulai Selasa, 2 Oktober 2012 pukul 11.30 WIB menggunakan satu unit kapal tunda (tugboat) dan sekoci. Dari bangkai kapal itu, terlihat bagian lambung bawah yang patah menjadi dua bagian.

Menurut karyawan PT Lundin Industry Invest yang ikut dalam penarikan, bangkai KRI Klewang akan dibawa ke galangan kapal perusahaan itu di Kelurahan Sukowidi, Banyuwangi. Jarak antara dermaga TNI AL ke galangan PT Lundin sekitar 3 mil. Kedua galangan tersebut masih berada di Selat Bali.

Proses penarikan bangkai kapal senilai Rp 114 miliar itu terhambat karena berlawanan dengan arah angin. Bangkai ditarik ke arah selatan, sementara angin di Selat Bali mengarah ke utara. Sehingga tugboat dan sekoci terlihat terombang-ambing di seputar dermaga.

Selain menarik bangkai KRI Klewang, PT Lundin juga mengerahkan pekerjanya untuk mengecat ulang dermaga TNI AL yang ikut hangus terbakar. Dermaga yang sebelumnya menghitam itu kini dicat dengan warna putih biru.

Direktur PT Lundin Industry Invest, Lizza Lundin, enggan menjelaskan soal penarikan bangkai KRI Klewang itu. "Saya masih rapat di Cilangkap," katanya saat dihubungi Tempo.

Kemarin, Lizza mengatakan mengerahkan 60 karyawannya untuk mengangkat bangkai KRI Klewang tersebut. Bangkai dibawa ke galangan milik PT Lundin guna dievaluasi lebih lanjut.

KRI Klewang terbakar pada Jumat sore, 28 September 2012. Berdasarkan hasil penyelidikan PT Lundin, kapal pesanan TNI AL itu terbakar karena korsleting listrik saat pemasangan mesin dan instalasi listrik dari galangan ke kapal.

Sumber: TEMPO

Delegasi Iraq Kunjungi Fasilitas Militer dan Industri Pertahanan

(Foto: DMC)

2 Oktober 2012, Jakarta: Melalui kunjungan delegasi Iraq ke Indonesia khususnya ke Kementerian Pertahanan diharapkan dapat mempererat atau memperkokoh kembali hubungan pertahanan antara Indonesia dan Iraq. Demikian harapan Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro saat menerima kunjungan kehormatan delegasi Iraq yang dipimpin Wakil Kepala Staf Angkatan Bersenjata Iraq Bidang Peralatan Militer Letjen Abdul Kareem Abdul Rahman Yousif, Selasa (2/10), di kantor Kemhan Jakarta. Sebelumnya pada hari yang sama, delegasi Iraq juga berkesempatan untuk bertemu dengan Wakil Menteri Pertahanan (Wamenhan) Sjafrie Sjamsoeddin yang dilanjutkan dengan bilateral meeting yang dipimpim Wamenhan di tempat terpisah.

Wakil Kepala Staf Angkatan Bersenjata Iraq menyatakan bahwa hubungan kedua negara telah terjalin lama semenjak perang kemerdekaan Indonesia tahun 1945, hal ini ditandai dengan adanya kesamaan historis antara Indonesia dan Iraq. Selain itu juga beberapa faktor turut memperkuat hubungan kedua negara seperti faktor ideologi serta keterbukaan terhadap setiap agama dan etnis. Hubungan kedua negara semakin meningkat setelah Wamenhan Indonesia Sjafrie Sjamsoeddin melakukan kunjungan ke Iraq beberapa waktu lalu dan diharapkan akan ada langkah-langkah konkret selanjutnya yang dapat memperkokoh hubungan pertahanan kedua negara.

Lebih lanjut dikatakan Wakil Kepala Staf Angkatan Bersenjata Iraq bahwa kemajuan perekonomian Indonesia sangat berdampak terhadap kemajuan militer di Indonesia. Diharapkan selama tujuh hari melakukan kunjungan ke Indonesia dari tanggal 30 September – 6 Oktober 2012, delegasi Iraq dapat melihat perkembangan militer dan kemajuan teknologi militer di Indonesia dengan mengunjungi berbagai industri pertahanan Indonesia.

Selama kunjungannya ke Indonesia direncanakan delegasi Iraq akan mengunjungi Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas), Pusat Teritorial Angkatan Darat (Pusterad), Seskoad, Kopassus, Den Jaka serta Kolinlamil. Selain itu delegasi Iraq juga direncanakan akan mengunjungi berbagai industri pertahanan Indonesia yang tersebar di beberapa kota di Indonesia seperti PT. Pindad, PT. Bali Mukti, PT. Dirgantara Indonesia di Bandung, PT. Persada Aman Sentosa di Jakarta yaitu pabrik pembuat helmet dan rompi serta ke PT. Sritex di Solo yaitu pabrik pembuat uniform militer.

Selama menerima kunjungan delegasi Iraq, Menhan didampingi Wamenhan Sjafrie Sjamsoeddin, Kasum TNI Marsdya TNI Daryatmo, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT) Irjen (Purn.) Ansyaad Mbai, Dirjen Strahan Kemhan Mayjen TNI Puguh Santoso, S.T., Kabaranahan Kemhan Mayjen TNI R. Ediwan Prabowo, Dubes Indonesia untuk Iraq Safzen Noerdin dan Dubes Iraq untuk Indonesia Dr. Ismieal S. Muhsin.

Sumber: DMC

Harga Apache Naik, Kemhan Lirik Super Cobra dan Blackhawk

AH-1W Super Cobra. (Foto: U.S. Navy/Mass Communication Specialist 3rd Class Michael Starkey)

2 Oktober 2012, Jakarta: Minat Pemerintah membeli helikopter serang Boeing AH-64/D Apache sedikit terganjal menyusul kenaikan harga yang disodorkan pihak AS. Untuk mengantisipasinya, Kementerian Pertahanan coba melirik Bell AH-1 Super Cobra dan Sikorsky UH-60 Blackhawk. Demikian hasil akhir rapat terbatas yang dilakukan Pemerintah dan Komisi I DPR di Gedung Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Senin (1/10) malam.

Rapat terkait rencana anggaran belanja 2013 ini dilakukan setelah Ketua Komisi I Mahfudz Siddiq meminta penjelasan mengenai rencana pembelian delapan helikopter Apache, menyusul tawaran yang disampaikan Menlu AS Hillary Clinton kepada sejawatnya Menlu Marty Natalegawa di Washington sepekan lalu.

Dalam perkembangannya, harga yang ditawarkan berulang-kali naik. Dari yang semula 25 juta dollar AS per unit, selanjutnya menjadi 30 juta dollar. Pemerintah yang masih harus memikirkan soal kesejahteraan dan krisis finansial pun berupaya mencari alternatif lain yang lebih terjangkau. Alternatif yang disasar adalah Super Cobra dan Blackhawk. Super Cobra, kabarnya, hanya dibandrol 15 juta dollar.

Sumber: Angkasa

Kemenhan Tetap Pesan KCR Trimaran

KRI Klewang. (Foto: North Sea Boats)

2 Oktober 2012, Jakarta: Peristiwa terbakarnya kapal cepat rudal pesanan TNI Angkatan Laut, KRI Klewang-625, di Banyuwangi, Jawa Timur, Jumat (28/9) pekan lalu tidak menyurutkan langkah Kementerian Pertahanan. Instansi ini akan tetap melanjutkan pengadaan kapal sejenis. Kemenhan berencana membeli empat unit kapal sejenis.

Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro menegaskan, pembelian kapal berjenis trimaran itu penting untuk memenuhi alutsista TNI AL. Apalagi kapal tersebut diproduksi di dalam negeri oleh putra-putri Indonesia. Dengan demikian, Kemenhan berupaya menghidupkan industri pertahanan dalam negeri.

Kasus terbakarnya KRI Klewang bukan jadi penghalang rencana pembelian kapal sejenis. Sebab, kata Menhan, "Tiga unit lainnya sudah diasuransikan. Sedangkan KRI Klewang belum diserahterimakan sehingga masih dalam tanggung jawab penjual."

Di Kompleks Parlemen Senayan, Senin (1/10), Menhan mengatakan bahwa pihaknya sudah menerima laporan tentang KRI Klewang. Berdasarkan penyelidikan sementara, kapal itu terbakar karena konsleting listrik.

"Saya sudah telepon langsung. Sudah kontak ke vendornya. Tidak masalah untuk dilanjutkan kembali," tegasnya.

Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono mengamini hal tersebut. Menurut dia, pihak yang bertanggung jawab atas kebakaran kapal tersebut adalah PT Lundin sebagai produsen. Sebab, kebakaran terjadi saat peluncuran atau ketika kapal belum diserahterimakan kepada TNI AL.

KRI Klewang adalah kapal jenis trimaran yang diklaim tidak bisa terdeteksi radar. Spesifikasinya, berbobot 53,1 GT, panjang 63 meter, menggunakan 4x marine engines MAN nomimal 1.800 PK yang dapat melaju hingga 35 knot. Kapal canggih ini diluncurkan pada 30 Agustus lalu dan direncanakan untuk diujicoba selama sebulan dengan 27 kru dari pasukan TNI AL.

Sumber: Jurnal Parlemen

Monday, October 1, 2012

Panglima Tolak Terbakarnya KRI Klewang Karena Sabotase

(Foto: VIVAnews)

1 Oktober 2012, Jakarta: Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono menolak anggapan sabotase dalam peristiwa terbakarnya KRI Klewang di Banyuwangi, Jawa Timur pekan lalu. Panglima menegaskan, kapal dengan kemampuan antideteksi rudal tersebut terbakar akibat arus pendek listrik.

Penyebab itu diketahui TNI seusai menerjunkan sejumlah personel untuk melihat penyebab terjadinya kebakaran. "Tidak ada sabotase. Karena kapal belum rapih dan ada korsleting listrik, jadi terjadi kebakaran," kata Panglima Agus saat ditemui di Kantor Kementerian Pertahanan (Kemhan), Senin (1/10).

Selain itu, ungkap dia, penyebab lainnya adalah belum berfungsinya sejumlah peralatan, sehingga penanggulangan tidak bisa dilakukan dan menghabiskan seluruh badan kapal.

Kendati demikian, Agus mengatakan bahwa peristiwa terbakarnya kapal seharga Rp 114 miliar tersebut masih menjadi tanggung jawab PT Lundin selaku pemilik.

Pasalnya kapal tersebut masih dalam proses pembangunan dan uji coba. Namun, TNI AL memastikan bahwa peristiwa tersebut menjadi pelajaran bagi produsen kapal untuk mengantisipasi kejadian serupa terulang, terutama pada pemasangan instalasi listrik dan pemaksimalan fasilitas kapal.

TNI AL Evaluasi KCR Trimaran

Kepala Staf TNI Angkatan Laut Laksamana Soeparmo menilai ada hikmah dari terbakarnya KRI Klewang di area dermaga TNI AL di Banyuwangi, Jawa Timur. Menurut dia, peristiwa itu menjadi bahan evaluasi bagi masa depan kapal tersebut.

"Ini memang peristiwa menyedihkan. Di balik itu ada hikmahnya buat TNI AL. Kita akan evaluasi," kata Soeparmo saat rapat membahas anggaran 2013 di Komisi I DPR di Gedung Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Senin (1/10/2012) malam.

Rapat itu dihadiri Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro, Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono, Kepala Staf TNI Angkatan Darat Pramono Adhie Wibowo, Kepala Staf TNI Angkatan Udara Marsekal Imam Sufaat, dan para petinggi TNI lainnya.

Soeparmo mengatakan, selain bisa menjadi bahan evaluasi, beruntung kebakaran terjadi sebelum kapal senilai Rp 144 miliar itu resmi diserahkan ke TNI AL. Dengan demikian, kapal masih menjadi tanggungjawab perusahaan pembuat sehingga akan diganti.

Soeparmo menjelaskan, awalnya kapal tersebut diluncurkan ke air pada 31 Agustus 2012 . Ketika itu, kapal masih ditangani oleh pekerja pabrik. Rencananya, tanggal 28 September akan dilakukan uji coba. Namun, karena belum ada persiapan peralatan, kata dia, uji coba ditunda.

Kapal kemudian terbakar Jumat pekan lalu. Ketika itu, kata dia, petugas pemadan kebakaran sudah berusaha memadamkan api. Namun, kencangnya tiupan angin dan aroma tiner membuat api membesar. Ketika itu, kata dia, kapal baru selesai dicat.

"Bahan itu kalau terbakar susah. Seperti bakar kemenyan, dibakar langsung habis. Sebab-sebab kebakaran masih diselidiki. Kemungkinan konslet listrik kemudian didukung oleh situasi kapal yang belum siap. Selama dua jam (terbakar) kapal enggak ada bekasnya karena langsung tenggelam," kata Soeparmo.

Soeparmo menambahkan, sebenarnya kapal itu belum diberi nama. Namun, publik sudah menyebut sebagai KRI Klewang. Nantinya, kata dia, kapal itu akan diberi nama oleh Menhan ketika diresmikan.

Sumber: Republika/KOMPAS

Bangkai KRI Klewang Masih Mengapung di Lanal Banyuwangi

Warga berkerumum melihat kebakaran KRI Klewang di galangan kapal milik TNI AL di Ketapang, Banyuwangi, Jawa Timur (28/9). (Foto: TEMPO/Ika Ningtyas)

1 Oktober 2012, Banyuwangi: Bangkai KRI Klewang yang terbakar Jumat, 28 September 2012 lalu hingga hari ini belum diangkat dari dermaga Pangkalan TNI AL Banyuwangi. Bangkai yang tersisa adalah lambung bawah kapal yang mengapung di samping selatan dermaga TNI AL di Selat Bali.

Komandan Pangkalan TNI AL Banyuwangi, Letnan Kolonel Muhammad Nazif, mengatakan pengangkatan bangkai KRI Klewang juga menjadi tanggung jawab perusahaan pembuatnya, PT. Lundin Industry Invest. "Secepatnya diangkat, tapi saya tidak tahu kapan jadwalnya," katanya kepada Tempo, Senin, 1 Oktober 2012.

Pemilik sekaligus Direktur PT Lundin Industry Invest, Lizza Lundin, mengatakan pengangkatan bangkai KRI Klewang masih menunggu sejumlah alat berat. PT. Lundin berencana mengerahkan 60 karyawannya untuk mengangkat bangkai kapal seharga Rp 114 miliar tersebut. "Belum tahu kapan, masih menunggu peralatannya," ujar Lizza.

Bangkai kapal rencananya akan dibawa ke galangan PT Lundin di Jalan Lundin No 1 Kelurahan Sukowidi, Kecamatan Kalipuro, Banyuwangi, untuk dievaluasi lebih lanjut.

KRI Klewang yang terbuat dari komposit karbon itu terbakar pada Jumat, 28 September 2012 sekitar pukul 15.00 WIB. PT Lundin mengatakan kapal sepanjang 63 meter itu terbakar karena hubungan pendek arus listrik listrik saat pemasangan mesin dan instalasi listrik.

Adapun pihak TNI AL masih mensterilisasi lokasi terbakarnya kapal tersebut. Warga maupun wartawan hanya dapat melihat bangkai kapal dari jarak 50 meter. Karena dilarang masuk ke dermaga melalui Pangkalan TNI AL, wartawan masuk melalui perkampungan warga untuk menuju pantai.

Sumber: TEMPO

Parlemen Desak Pemerintah Selidiki Terbakarnya KRI Klewang

Sejumlah warga menyaksikan kapal siluman, KRI Klewang 625 yang terbakar di dermaga Pangkalan TNI AL Banyuwangi, Jawa Timur, Jumat (28/9). Kebakaran KRI Klewang masih diselidiki penyebabnya. (Foto: ANTARA/HO/Seno S./ed/mes/12)

1 Oktober 2012, Jakarta: Ketua Komisi I DPR RI Mahfudz Siddiq menilai ada hal yang aneh dalam peristiwa terbakarnya KRI Klewang, kapal cepat rudal yang dipesan TNI AL dari PT Lundin Industry Invest, Jumat (28/9) sore di Pangkalan TNI AL Banyuwangi, Jawa Timur. KRI itu diluncurkan pada 31 Agustus silam.

Menurut Mahfudz, masih menjadi tanda tanya karena kejadian ini muncul saat RUU Industri Pertahanan (Inhan) akan segera disahkan dalam Rapat Paripurna, Selasa (2/10). "Apakah ada upaya-upaya untuk menjatuhkan industri pertahanan nasional atau tidak? Ini jadi dugaan yang berkembang, apakah ada unsur sabotase yang berkembang?" kata Mahfudz Siddiq di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Senin (1/10).

Mahfudz menambahkan, anggaran belanja alutsista memang besar. Dan, Komisi I dengan UU Inhan ini ingin memaksimalkan belanja ini tetap bisa di dalam negeri sehingga kita tidak belanja ke luar negeri.

Kata Mahfudz, Kapal KRI Klewang yang terbakar itu memang produk baru, prototipe, yang dikembangkan PT Lundin atas pesanan TNI AL pada 2012 ini. KRI Klewang dikembangkan sebagai kapal cepat rudal yang tidak bisa diidentifikasi radar. Jadi, ini betul-betul produk baru tapi belum serah terima. Nilai proyek Rp 114 miliar.

Menurut Mahfudz, penjelasan awal terbakarnya KRI Klewang itu karena korsleting. Namun ia mempertanyakan, apakah sesederhana itu insiden tersebut. "Kayak rumah kontrakan aja, korsleting lalu kebakar. Ini kan kapal canggih, apa iya cuma karena korsleting sampai kebakaran yang ledakan cukup tinggi. Nah ini yang kita minta TNI untuk melakukan penyelidikan itu," ujarnya.

Karena itu, kata Mahfudz, Komisi I DPR RI pun mendesak agar Kementerian Pertahanan dan Panglima TNI segera menyelidiki dan menuntaskan kasus ini. "Kita juga ingin memastikan karena biasanya pemesanan alutsista itu kan ada asuransinya itu juga akan kita konfirmasi. Karena jangan sampai produksi itu tanpa asuransi. Kalau itu, negara yang rugi," tegasnya.

Sebelumnya, Wakil Ketua Komisi I DPR RI dari Fraksi PDIP Tubagus Hasanuddin mengatakan, secara politik dan anggaran Komisi I telah mendukung dalam pengadaan kapal-kapal cepat rudal. "KRI Klewang itu prosedur antara Kemhan dan DPR RI, itu sudah selesai, tidak ada masalah. Mereka independen untuk memutuskan membeli kapal cepat rudal, dengan dibeli produk dari perusahaan dalam negeri," ujar Hasanuddin di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Senin (1/10).

Tetapi, dalam rangka mengaplikasikannya, kata Hasanuddin, diketahui kapal dari PT Lundin Industry Invest itu ternyata masih prototipe. "Saya baca terakhir misalnya, belum mendapatkan disposisi atau rekomendasi tentang frame yang akan dipakai dari Jerman. Jadi ya belum final. Jadi belum disebut kapal, itu sebagai kapal percobaan," ujarnya.

Mengapa kemudian TNI AL mendorong supaya segera dilaksanakan uji coba dan sebagainya? "Ya ini sesuatu yang perlu diinvestigasi, walaupun saya dengar PT Lundin akan mengganti dengan uang asuransi, tetapi saya tidak yakin, karena kecelakaan itu bisa jadi karena human error ya atau salah konstruksi."

Hasanuddin mengatakan, ia sangat menyesalkan dengan mudahnya TNI AL membeli kapal yang sedang dalam proses dan belum mengantongi sertifikasi dari negara pendahulunya (Jerman) walau ini dibuat di dalam negeri. "Ini kan produk masih setengah percobaan. Seharusnya mereka uji coba. Kalau sudah bagus, dijual. Kita uji coba user, baru dibeli. Ini kok malah kita masuk dalam urusan uji coba dan mengadakan kapal yang belum jadi," ujarnya.

Sumber: Jurnal Parlemen

ITS Tawarkan Uji Sistem dan Bahan Baku KRI Klewang

Kapal Cepat Rudal (KCR) KRI Klewang bernomor lambung 625, meluncur di Selat Bali, Kalipuro, Banyuwangi, Jawa Timur, Jumat (31/8). KRI Klewang tersebut mempunyai panjang 63 meter, berbahan dasar vinylester carbon fiber (infused), menggunakan teknologi maju di bidang pembuatan kapal perang antara lain kemampuan tidak terdeteksi oleh radar, tidak mengandung unsur magnet, serta tingkat deteksi panas dan suara yang rendah. (Foto: ANTARA/Seno S./ss/mes/12)

1 Oktober 2012, Surabaya: Para pakar perkapalan dan kelautan ITS Surabaya menilai terbakarnya KRI Klewang (28/9) akibat kurang didukung dengan uji sistem dan prosedur baku secara laboratoris, karena itu ITS siap membantu kelanjutan program itu.

"Kami memiliki tim konsorsium kapal perang yang bekerja sama dengan Kemhan sejak 2012 dan tim investigasi yang mendapat sertifikasi KNKT," kata pakar transportasi laut ITS Dr RO Saut Gurning ST MSc di Surabaya, Senin.

Dalam diskusi pakar di Rektorat ITS Surabaya itu, ia menjelaskan pihaknya siap membantu untuk melakukan uji sistem kapal dan prosedur baku secara laboratoris serta juga desain kapal ke depan untuk kelanjutan program itu.

"Ke depan, program itu harus dilanjutkan, tapi jangan semata-mata program, melainkan program itu harus berdampak pada dua hal yakni peningkatan kemampuan teknologi bangsa dan penguatan industri perkapalan di sektor hulu," katanya.

Senada dengan itu, anggota Konsorsium Kapal Perang ITS Dr Subchan menegaskan bahwa terbakarnya KRI Klewang hendaknya tidak membuat pemerintah dan TNI menjadi patah arang.

"Yang namanya tahap awal itu selalu ada kecelakaan, karena itu program itu harus terus dilanjutkan, apalagi teknologi yang dimiliki KRI Klewang itu hanya dimiliki 3-4 negara," katanya.

Namun, katanya, terbakarnya KRI Klewang itu harus memberi pelajaran berharga yakni pentingnya "SOP" sejak dari tahap desain, pemilihan material, pengerjaan, hingga uji coba kapal itu.

"Saya yakin prosedur mungkin sudah benar, tapi prosedur yang dilakukan itu kurang didukung uji laboratoris secara memadai, sehingga ada tahapan atau bagian yang tak sesuai standar," katanya.

Hal itu dibenarkan ahli permesinan kapal ITS Ir Surjo Widodo Adji MSc FIMarEST yang juga praktisi galangan kapal. "Kapal non-sipil memang memiliki tingkat kerahasiaan tertentu, tapi saya kira proses pengerjaannya harus sesuai `SOP`," katanya.

Ia mencontohkan bahan komposit karbon pada KRI Klewang yang memiliki keunggulan tidak terdeteksi oleh radar musuh itu memang "flammable" (mudah terbakar), tapi kalau proses pembuatannya sesuai "rules" maka tidak mungkin api akan cepat menjalar hingga ludes dalam waktu kurang dari dua jam.

Pandangan senada diungkapkan Ketua Pusat Studi Kelautan ITS Aries Sulisetyono ST MA Sc PhD. "Belum ada kebakaran kapal secepat itu, karena sebelumnya memang rasanya tidak mungkin badan kapal bisa terbakar begitu cepat," katanya.

Oleh karena itu, katanya, seharusnya dipastikan bahwa pemilihan material sudah sesuai "rules" dan diuji sebelumnya. "Kalau diminta, kami dari ITS siap melakukan uji material dan kelaikan, karena kami memiliki laboratorium untuk itu," katanya.

Tidak hanya itu, peneliti Laboratorium Kehandalan dan Keselamatan Kapal ITS Dr Trika Pitana menilai kebakaran yang terjadi juga menunjukkan tidak adanya koneksi antarkabel dari darat ke galangan dan dari galangan ke kapal.

"Koneksi air dari galangan ke kapal juga tidak cepat, karena itu SOP untuk perencanaan keselamatan dalam pengerjaan kapal itu tidak jalan," katanya, didampingi ahli keselamatan dan kebakaran ITS, Ir Alam Baheramsyah MSc FIMarEST.

Sumber: ANTARA News

Sunday, September 30, 2012

TNI Bentuk Satu Batalion Untuk Pengamanan Perbatasan di Kalimantan

(Foto: Aris/Yonif 611)

30 September 2012, Samarinda: Panglima Komando Daerah Militer VI Mulawarman Mayjend Subekti mengungkapkan, tahun 2013, pihaknya akan menambah satu batalion lagi untuk wilayah perbatasan RI-Malaysia di Kalimantan. Tujuannya untuk menambah pengawasan di garis perbatasan yang sering terjadi praktek ilegal, termasuk illegal logging.

"Biar pengawasan semakin rapat, jadi tak ada lagi pencurian (kayu) di perbatasan," kata Mayor Jenderal Subekti di Samarinda, Ahad, 30 September 2012.

Ia mengungkapkan, penambahan batalion nantinya akan difokuskan untuk menjaga garis antara Malinau-Kutai Barat. Saat ini, menurut dia, ada 44 pos jaga di Kalimantan yang menjaga wilayah perbatasan sepanjang 2.004 kilometer, membentang dari Kalimantan Barat hingga Kalimantan Timur. Tapi, untuk garis batas di Kutai Barat, menurut Subekti, masih terlalu jauh jaraknya. "Tahun depan juga akan dibangun 29 pos baru," katanya.

Soal pergeseran patok perbatasan, kata dia, sejak enam bulan terakhir tak pernah terjadi. Memang ada pergeseran, tapi terjadi karena faktor alam, seperti longsor, sehingga patok bergeser. Itu pun, katanya, dikembalikan ke koordinat awal secara bersama-sama. "Kalau digeser tidak ada," ujarnya.

Subekti menambahkan, kondisi perbatasan yang terisolasi sampai sekarang memang menjadi masalah sosial di sepanjang perbatasan. Warga masih sangat bergantung pada Malaysia untuk memenuhi kebutuhan hidup, termasuk BBM. "Harganya jadi mahal, tapi mau gimana lagi, mereka, ya beli juga," katanya.

Ia berharap pemerintah bisa menerapkan program yang menjawab kebutuhan rakyat. "Bangun infrastruktur di perbatasan sangat mendesak. Jangan dibandingkan dengan Malaysia, jauh tertinggal kita," katanya.

Sumber: TEMPO

TNI Kaji Kembali Pembelian KCR Trimaran

Sejumlah warga menyaksikan kapal siluman, KRI Klewang 625 yang terbakar di dermaga Pangkalan TNI AL Banyuwangi, Jawa Timur, Jumat (28/9). Kebakaran KRI Klewang masih diselidiki penyebabnya. (Foto: ANTARA/HO/Seno S./ed/mes/12)

30 September 2012, Jakarta: Panglima TNI, Laksamana Agus Suhartono mengatakan, investigasi terhadap insiden terbakarnya kapal cepat rudal Trimaran, KRI Klewang 625, di dermaga Pangkalan TNI AL Banyuwangi, Jawa Timur, Jumat (28/9) lalu masih dalam penyelidikan.

Ketika dikonfirmasi perihal kemungkinan adanya sabotase dalam peristiwa itu, Panglima TNI mengaku belum dapat memberikan pernyataan apapun. "Di sana sedang dilaksanakan investigasi. Karena kapalnya masih dalam proses pembangunan. Karena itu, semuanya (termasuk kemungkinan adanya sabotase), bisa saja terjadi," kata Agus di Halim PK, Jakarta, Minggu (30/9).

Agus menjelaskan, pihaknya akan mempertimbangkan lebih lanjut apakah akan membeli lagi kapal sejenis diwaktu mendatang. "Tentu akan kita evaluasi kembali. Kalau yang ini pasti tentu dari pihak terkait akan mengupayakan penggantian itu, akan dibuat ulang. Setelah itu baru akan kami evaluasi," ujarnya.

Seperti diberitakan, kapal cepat rudal Trimaran, KRI Klewang 625, terbakar di dermaga Pangkalan TNI AL Banyuwangi, Jawa Timur, Jumat (28/9). Hampir tiga perempat badan kapal yang panjangnya 62 meter hangus terbakar. Kebakaran kapal terjadi saat para pekerja sedang menyelesaikan interior bagian dalam kapal.

Humas PT Lundin Industries selaku produsen kapal tersebut, Rusty, sebelumnya menyatakan penyebab kebakaran diduga akibat hubungan arus pendek listrik. Akan tetapi, kepastian penyebab terbakarnya kapal akan diketahui setelah dilakukan penyelidikan.

KRI Klewang 625 seharga lebih dari Rp100 miliar itu terbuat dari bahan komposit karbon yang tidak terdeteksi radar. Menurut Kapuspen TNI, Laksamana Madya Iskandar Sitompul, kapal tersebut belum diserahkan produsennya ke TNI.

Sumber: Jurnas

PT Lundin Siap Buat KRI Klewang Kedua

KRI Klewang terbakar di galangan kapal milik TNI AL di Ketapang, Banyuwangi, Jawa Timur (28/9). (Foto: TEMPO/Ika Ningtyas)

29 September 2012, Banyuwangi: PT Lundin Industry Invest, pembuat KRI Klewang 625 yang terbakar, siap membuat kapal kedua dengan spesifikasi yang sama. Pemilik sekaligus Direktur PT Lundin Lizza Lundin berjanji waktu pembuatan KRI Klewang kedua akan lebih cepat.

"Kapal pertama dibuat dalam 2 tahun. Nanti kapal kedua akan lebih cepat dari itu," kata dia saat jumpa wartawan di kantornya, Sabtu, 29 September 2012.

Menurut Lizza, pembuatan kapal kedua lebih cepat karena seluruh riset sudah dilakukan pada 2007. Pihaknya juga telah memesan seluruh bahan baku dari sejumlah negara untuk membuat kapal kedua.

Seluruh biaya kapal kedua akan ditanggung lembaga asuransi. Namun Lizza enggan menjelaskan lembaga asuransi yang dipakai. Pembuatan kapal kedua akan dimulai setelah hasil penyelidikan diketahui. "Sekarang penyelidikan belum tuntas," katanya.

Lizza menjelaskan, teknologi KRI Klewang didesain tidak mampu terbakar karena dilengkapi sprinkler yang dapat keluar otomatis bila terjadi kebakaran. Hanya saja, pada Jumat kemarin, 28 September 2012, kapal belum selesai seratus persen, termasuk belum terpasang springkel.

Saat proses belum rampung seluruhnya, TNI AL meminta supaya KRI Klewang segera diuji coba pada Jumat sore kemarin. PT Lundin pun segera memasang sejumlah mesin dan listrik dengan mengerahkan 30 teknisi.

Namun nahas, sebelum kapal akhirnya bisa dioperasikan, pada pukul 15.00, api membakar dengan cepat dan menghanguskan seluruh badan kapal. Diduga api muncul karena korsleting saat memasang listrik dari darat menuju kapal.

Sumber: TEMPO