Saturday, November 20, 2010

DSME Ikuti Tender Pembelian 11 Kapal Perang AL Brasilia

KDX-II. (Foto: ROKN)

20 November 2010 -- Perusahaan Korea Selatan Daewoo Shipbuilding and Marine Engineering (DSME) mengajukan proposal kontrak pengadaan kapal perang senilai 4 milyar dolar pada pemerintah Brasilia, ucap seorang pejabat militer, Kamis (18/11).

Brasilia berencana membeli 11 kapal perang terdiri dari 5 perusak, 5 frigate dan kapal pendukung, guna meningkatkan pertahanan maritim yang kaya akan cadangan minyak bumi.
“Angkatan Laut Brasilia sedang mempertimbangkan pembelian 11 kapal perang melalui proyek pemerintah-ke-pemerintah sejak Juni,“ ucap sebuah sumber. “Detil spesifikasi untuk tender belum dipublikasikan.”

Proyek akan dimulai setelah pemerintahan baru Brasilia dilantik pada Januari, tambah sumber. Presiden Brasilia Luiz Inacio Lula da Silva akan digantikan akhir tahun ini dan Presiden terpilih Dilma Roussef dijadwalkan mulai memerintah pada 1 Januari.

Italia, Perancis, Inggris dan beberapa di Eropa akan menjadi pesaing Korsel dalam tender ini.
Perusak KDX-II 4500 ton, panjang 150 meter dan lebar 17 meter, kecepatan 29 knot akan diajukan dalam proyek ini. Kapal dipersenjatai rudal Harpoon, rudal anti serangan udara RAM Mk 31, CIWS Goalkeeper 30 mm, sejumlah torpedo serta dua helikpoter anti kapal selam Lynx.

AL Korsel memiliki 6 perusak KDX-II, satu kapal dioperasikan di perairan Somalia dalam misi anti perompak.

Korea Times/Berita HanKam

Suka Duka KRI Dewa Ruci

KRI Dewa Ruci. (Foto: Dispenal)

20 November 2010, Jakarta -- Penerbit Buku Kompas, Jumat (19/11/2010) di TB Gramedia Matraman, Jakarta, meluncurkan dan sekaligus membedah buku Dewa Ruci Pelayaran Pertama Menaklukkan Tujuh Samudra, kisah nyata yang ditulis Cornelis Kowaas. Buku ini sebelumnya berjudul Sang Saka Melanglang Jagad dan menjadi best seller hingga tahun 1967.

Bersamaan dengan peluncuran buku, Jumat pukul 10.00 WIB, KRI Dewa Ruci yang merupakan kapal layar buatan tahun 1952 itu merapat di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, setelah melakukan perjalanan keliling 21 negara dan menyinggahi 29 kota selama 285 hari untuk mengikuti sejumlah festival dan lomba layar.

Sejak pelayaran muhibah keliling dunianya yang pertama, KRI Dewa Ruci kerap mengundang decak kagum berbagai bangsa dan meraih berbagai penghargaan dalam aneka lomba kapal layar internasional. Terakhir, pada bulan Juli 2010, Dewa Ruci meraih tiga penghargaan dalam festival The Tall Ship Race 2010 yang berlangsung di Antwerpen, Belgia. Dalam festival yang diikuti 74 kapal layar tiang tinggi dari sejumlah negara itu, KRI Dewa Ruci terpilih sebagai kapal terbaik dalam peran parade memasuki Pelabuhan Antwerpen (The Spectacular Ship in Entering Parade to The Harbour) dan sebagai kapal yang berasal dari negara terjauh (Vessel Furthest from Home Port).

Buku tentang pelayaran pertama KRI Dewa Ruci mengelilingi dunia ini merupakan kisah lengkap tentang manusia Indonesia sebagai insan bahari. Penerbit Buku Kompas menerbitkan kembali buku kisah nyata yang ditulis Cornelis Kowaas, yang terbit pertama tahun 1965, dengan judul baru, Dewa Ruci Pelayaran Pertama Menaklukkan Tujuh Samudra, untuk mengenang kembali suka duka KRI Dewa Ruci beserta segenap awaknya dalam pelayaran keliling dunianya yang pertama, yang bertujuan memperkenalkan eksistensi Indonesia kepada dunia internasional dan ikut mengharumkan nama bangsa ke seluruh penjuru jagat. Sebuah usaha historis yang digagas langsung oleh Presiden Sukarno.

Sempat hilang

Penulis Cornelis Kowaas mengatakan, setelah menjadi buku laris hingga tahun 1967, tiga tahun kemudian buku Dewa Ruci Pelayaran Pertama Menaklukkan Tujuh Samudra yang dulunya berjudul Sang Saka Melanglang Jagad sempat hilang dari rak-rak toko buku tahun 1970-an.

"Tahun 1980-an mau diterbitkan ulang, tapi karena ada syarat yang berkaitan dengan urusan politik, akhirnya syarat itu saya tolak dan buku tak jadi terbit ulang. Tahun 1986 , diterbitkan lagi oleh Pustaka Sinar Harapan dengan judul baru Dewa Ruci Melanglang Buana, tapi buku tak boleh keluar gudang karena waktu itu koran Sinar Harapan dibredel," cerita Cornelis Kowaas yang kini berusia 78 tahun. Waktu jadi awak KRI Dewa Ruci, tahun 1957, usianya ketika itu 25 tahun.

"Semoga buku yang diterbitkan ulang Penerbit Buku Kompas dengan judul baru Dewa Ruci Pelayaran Pertama Menaklukkan Tujuh Samudra dapat menggugah kembali semangat cinta Tanah Air dan semangat cinta laut wawasan bahari warisan nenek moyang, yang adalah orang-orang pelaut yang kita bangga-banggakan sejak dulu kala," katanya.

Wakil Dekan FISIP Universitas Indonesia Edy Prastyono yang membahas buku tersebut mengakui, alur kisah buku tersebut sangat menarik dan ditulis dalam bahasa yang sangat ringan. "Kunjungan kapal KRI Dewa Ruci merupakan diplomasi kebudayaan yang luar biasa. Bisa singgah di berbagai tempat di belahan dunia dan berintegrasi dengan masyarakat setempat," katanya.

Menurut Edy, Indonesia harus menata kembali fungsi lautnya. Jika selama ini pendidikan tidak diarahkan ke laut, maka mulai sekarang pendidikan harus diarahkan ke laut. "Kita harus belajar dari sejarah, kerajaan Nusantara, seperti Sriwijaya dan Majapahit menjadi besar karena kekuatan lautnya," katanya.

Mantan Kapten KRI Dewa Ruci angkatan ke-14, Capt Gita Ardjakusuma, mengatakan, Pak Cornelis Kowaas sangat berjasa untuk menuliskan pengalamannya. "Ketika saya menjadi kapten KRI Dewa Ruci, buku yang ditulis Pak Cornelis Kowaas jadi salah satu acuan," katanya.

KOMPAS.com

Usai Sudah Perjalanan Panjang Duta Bangsa...

KRI Dewa Ruci (kanan), yang sejak 12 Maret lalu melakukan muhibah ke 29 kota di 21 negara, Jumat (19/11), tiba kembali di Jakarta dan berlabuh di Komando Lintas Laut Militer, Tanjung Priok, Jakarta. Dalam muhibah itu, kapal legendaris yang sudah berusia 58 tahun tersebut mengikuti dua perlombaan dan tiga festival kapal layar serta menyabet 23 penghargaan. (Foto: KOMPAS/C Wahyu Haryo PS)

20 November 2010 -- "Rasanya tidak sabar lagi ingin bertemu istri dan anak di Surabaya.” Sersan Kepala (Navigasi) Adrian Alexander mengungkapkan perasaannya itu sesaat setelah KRI Dewa Ruci merapat di dermaga Komando Lintas Laut Militer, Jakarta Utara, Jumat (19/11).

Terhitung sudah 254 hari awak KRI Dewa Ruci, yang sehari-hari bertugas mengabadikan momen di kapal itu, turut dalam pelayaran muhibah keliling Eropa. Jika dihitung lama perjalanan hingga kembali ke pangkalannya di Surabaya, muhibah kali ini yang membutuhkan waktu sekitar 260 hari merupakan rekor terlama dalam 58 tahun pelayaran Dewa Ruci.

Komandan KRI Dewa Ruci Letnan Kolonel Laut (Pelaut) Suharto lebih puitis dalam mengungkapkan kerinduannya. ”Sejauh 27.537 mil adalah jarak rasa rindu terhadap istri, anak, keluarga, dan para sahabat. Jarak yang terbentang dari Surabaya hingga Kristiansand (Norwegia), yang berhiaskan kibaran Sang Merah Putih dan nyanyian ’Indonesia Raya’,” katanya.

Perasaan kangen itu hampir pasti melingkupi 88 prajurit TNI Angkatan Laut yang mengawaki KRI Dewa Ruci. Sejak diberangkatkan dari Surabaya pada 12 Maret 2010, KRI Dewa Ruci telah menyinggahi 29 kota di 21 negara di Benua Asia, Afrika, dan Eropa. Dalam menjalankan misi persahabatan dan duta wisata budaya, KRI Dewa Ruci mengikuti dua perlombaan dan tiga festival kapal layar.

Tentu banyak pengalaman dan suka-duka yang dirasakan awak Dewa Ruci, termasuk 83 kadet Akademi Angkatan Laut serta puluhan orang yang sempat onboard di Dewa Ruci. Mulai dari kenangan bergaul dengan warga dunia, mengunjungi tempat wisata di luar negeri, pengalaman menghadapi badai terparah sepanjang 25 tahun terakhir pelayaran Dewa Ruci, hingga kenangan melewatkan Idul Fitri dan Idul Adha di laut.

”Semua serasa terbayar lunas saat semua awak menyelesaikan tugasnya dan kembali ke Tanah Air,” kata Suharto.

Dosen Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, Edy Prasetyono, dalam diskusi peluncuran buku Sebuah Kisah Nyata Dewa Ruci — Pelayaran Pertama Menaklukkan Tujuh Samudra terbitan Penerbit Buku Kompas di Toko Buku Gramedia Matraman, Jakarta, kemarin, mengatakan, perjalanan KRI Dewa Ruci merupakan diplomasi yang luar biasa. Ini wujud diplomasi yang efektif dan berinteraksi langsung dengan masyarakat negeri yang dikunjungi. Diplomasi budaya berlangsung baik karena KRI Dewa Ruci dan awaknya berhubungan dengan masyarakat yang dikunjungi.

”Perjalanan KRI Dewa Ruci merupakan simbol eksistensi bangsa Indonesia,” kata Edy, yang aktif dalam pelbagai kajian maritim untuk pertahanan.

Penulis buku itu, Letnan Kolonel (Purn) Cornelis Kowaas, mengingatkan, keberadaan Dewa Ruci telah membentuk banyak pimpinan TNI AL sejak tahun 1953 hingga sekarang. ”Generasi muda harus sadar akan kebanggaan nasional kita lewat kedaulatan di lautan,” ujar Kowaas.

KOMPAS

Friday, November 19, 2010

Fayakhun – Kemenlu dan Kemenhan Patut Dievaluasi


19 November 2010 -- Anggota Komisi I DPR Fayakhun Andriadi mengatakan, kinerja Kementerian Pertahanan, Kementerian Luar Negeri maupun Badan Intelijen Negara patut dievaluasi mengingat kondisi pertahanan, jalinan diplomasi serta sistem intelijen yang cenderung lemah.

“Hingga menjelang akhir tahun 2010 ini, atau lebih dari setahun masa Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono, ketiga institusi tersebut menjadi sorotan publik atas berbagai kasus serta kejadian yang mengancam tatanan hubungan luar negeri maupun kedaulatan bangsa,” kata Fayakhun Andriadi, di Jakarta, Jumat.

Komisi I DPR RI selama ini bertugas membidangi masalah luar negeri, pertahanan keamanan, intelijen negara, informatika dan telekomunikasi, serta Badan Sandi Negara.

Politisi Muda Partai Golkar itu juga menambahkan, setelah wacana publik disibukkan dengan insiden penangkapan tiga petugas Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) oleh Polisi Maritim Malaysia, pembatalan kunjungan Presiden Yudhoyono Belanda, beredarnya video penyiksaan oknum berseragam militer atas warga sipil Papua, kembali kita terhenyak dengan kasus biadab terhadap TKI bernama Sumiati di Arab Saudi.

“Insiden-insiden ini setidaknya mencoreng kapasitas dan profesionalitas matar pertahanan, luar negeri dan intelijen,” tandas Fayakhun Andriadi yang tengah menyelesaikan studi doktor ilmu politiknya di Universitas Indonesia (UI) itu.

Ironisnya, menurut Ketua Badan Informasi dan Komunikasi (BIK) DPP Partai Golkar tersebut, hingga saat ini tidak ada gebrakan khusus yang signifikan dari ketiga lembaga selaku mitra kerja Komisi I DPR RI itu.

“Yang ada cenderung aksi-aksi retorik yang menghiasi media massa dengan kuatnya nuansa mencari pencitraan bagi para pejabatnya semata,” katanya.

Khusus Kementerian Luar Negeri (Kemenlu), demikian Fayakhun Andriadi, hingga kini telah berulang kali mempertahankan argumennya tentang kemampuan diplomasi yang terus mereka tingkatkan.

“Namun dalam realitasnya, kita selalu ‘kecolongan’ oleh berbagai tindakan negara lain yang merugikan harkat dan martabat bangsa,” ujarnya.

Di samping itu, menurutnya, kinerja intelijen belum juga terkoordinasi dengan baik.

“Ini dibuktikan dengan berbagai informasi intelijen yang masih carut-marut dan sulit dipertanggungjawabkan,” tegasnya.

Terkait kasus penyiksaan warga Papua oleh oknum berseragam militer di Papua, ia mengatakan, ternyata tidak hanya menjadi wacana nasional, tetapi juga mengundang reaksi pihak luar.

“Malah dengan secara tegas reaksi internasional itu menuduh Pemerintah Indonesia belum serius mengubah watak militeristiknya dan menyelesaikan persoalan separatisme dengan asas demokrasi dan penghormatan atas hak asasi manusia,” katanya.

Fayakhun Andriadi berpendapat, semua persoalan itu sangat serius untuk dibenahi, baik di Kemenlu, Kemenhan maupun BIN, dan hendaknya menjadi perhatian serius untuk dibenahi melalui evaluasi ketat.

ANTARA Maluku

The Roulettes Visit Indonesia

Roulettes fly over one of the many volcanoes that populate the countryside on their way to Jakarta.

19 November 2010 -- The Roulettes visit Indonesia to visit the Aerobatic Display Team called the Jupiters. The intent is to show the Indonesian display team the way the Roulettes do business and exchange ideas on technique and safety in regard to the performance of an aerial display.

The Roulettes are the Royal Australian Air Force’s aerobatic display team based at RAAF Base East Sale. They will perform a mixture of ‘high show’ and ‘special venue’ displays in 6 Pilatus PC-9A aircraft, a two-seat single-engine turboprop aircraft that is the advanced training aircraft of the Australian Defence Force. The PC-9A, designed by Pilatus Switzerland and built under license by Hawker de Havilland in Sydney, Victoria, and was introduced to the Air Force in 1987.

Throughout the display each pilot will maintain their aircraft only 3m from each other, using only hand eye coordination and flying at speeds up to 590km/h.

The team comprises seven members, six of whom fly the display and Roulette Seven who provides commentary from the ground at the location and will be available to answer questions on the Roulettes and their display.

Roulettes in a holding pattern on arrival to Jakarta.

Lieutenant Colonel Pamot Sinaga of the Jupiters aerobatic display team gets fitted for a flight with the Roulettes by Corporal Jason Dangerfield.

Corporal Mapleson cleans the canopy of the Roulettes aircraft before flight.

From left: Corporals Mapleson and Kendall clean the canopy of the Roulettes aircraft before the show in Jakarta.

Major Budi Susro or the Jupitors prepared to fly with one of the RAAF Roulettes. Corporal Doug Leckie gives the thumbs up.

The ground crew stand ready to assist with pre-taxi checks as the Roulettes start engines.

The Roulettes and Jupiters pilots together at Jakarta after a flying display. Jupiters from left: Major Budi Susro, Lieutenant Colonel Kamot Sinaga and Major Onesmu.

The Roulettes and Jupiters join hands for a quick photo.

Australia DoD

Athan Perancis Kunjungi Korps Marinir

19 November 2010 -- Kunjungan Courtessy Call (Atase Pertahanan Perancis) Capitaine de Fregate Alexis Brossollet ke Brigade Infanteri 2 Marinir, Cilandak, Jumat (19/11). Kedatangan Atase Pertahanan Perancis beserta stafnya disambut hangat oleh Komandan Korps Marinir Mayjen TNI (Mar) M. Alfan Baharudin.

Didalam bincang-bincangnya, akan ada kunjungan Kapal Perancis berupa Kapal Amphibi pada bulan Mei 2011. “Diharapkan akan ada kerjasama pelatihan yang dilakukan antara Marinir Indonesia dan Perancis”, tegas Atase Pertahanan Perancis.

Ia juga menambahkan akan dijajakin pengiriman personil Detasemen Jala Mangkara (Denjaka) ke pusat pendidikan dan latihan Marinir di Perancis untuk belajar Under Water Demolition.

Selanjutnya juga akan dijajakin kemungkinan pengiriman Marinir Perancis ke Indonesia untuk melaksanakan latihan bersama di Pusat Latihan Tempur (Puslatpur) Marinir, Karang Tekok.

Marinir

Keamanan Kawasan , Kemhan Jajaki Kerja Sama Pengadaan Kapal Selam

ROKS Jang Bogo kapal selam kelas 209. (Foto: ROKN)

19 Nopember 2010, Jakarta -- Komando Armada Republik Indonesia Kawasan Barat (Koarmabar) masih memprioritaskan penjagaan di Selat Malaka walaupun keja hatan di wilayah ini sudah menurun drastis. Menurunnya kejahatan di Selat Malaka menunjukkan bahwa operasi yang digelar Koarmabar cukup efektif.

“Keberhasilan ini tidak terlepas dari penyelenggaraan manajemen pemeliharaan kapal, pembekalan, dan fasilitas pangkalan yang baik,” kata Kepala Staf TNI AL (Kasal) Laksdya TNI Soeparno pada acara serah terima jabatan Panglima Armada RI Kawasan Barat (Pangarmabar) dari Laksdya TNI Marsetio kepada Laksda TNI Hari Bowo di Lapangan Koarmabar, Jakarta, Kamis (18/11).

Kasal berharap Pangarmabar baru, Hari Bowo, mampu meneruskan keberhasilan pendahulunya. Jika perlu, Hari bisa lebih baik. Selat Malaka merupakan kawasan kunci bagi Koarmabar dalam menjaga stabilitas keamanan maupun perekonomian. Kawasan Selat Malaka dilewati kapal yang mengangkut lebih dari 11 juta barel minyak bumi per hari dari Timur Tengah ke Jepang hingga negara-negara Asia Timur.

Hal ini menjadikan Selat Malaka merupakan selat kedua terpenting setelah Selat Hormuz yang membelah Iran dan Uni Emirat Arab. Menurut dia, di Selat Malaka, sekitar 600 kapal dagang melintas setiap harinya. Selain itu, perdagangan Eropa dan Asia Timur sangat bergantung pada keamanan Selat Malaka. Tak heran jika TNI AL mengembangkan formulasi untuk pengamanan di Selat Malaka.

Seperti yang dikatakan Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro, Indonesia mengembangkan patroli terkoordinasi untuk menjaga Selat Malaka. Patroli ini bekerja sama dengan Malaysia, Singapura, dan India. Selain itu, diwadahi dengan pengamanan oleh negara sekawasan dalam bentuk Malacca Strait Sea Patrol (MSPP). Dengan terpilihnya Hari Bowo sebagai Pangarmabar, Kasal berharap Hari mampu me ngemban tugas mengamankan kawasan wilayah barat Indonesia, khususnya Selat Malaka.

“Karena tanggung jawab Pangarmabar di masa mendatang akan semakin berat dan kompleks,” ujar Kasal. Hari mengaku siap mengemban amanah yang diberikan. “Saya akan bertanggung jawab sepenuhnya menjaga kawasan barat,” ujarnya singkat. Hari Bowo merupakan lulusan Akademi Angkatan Laut Angkatan ke-27 tahun 1982. Penugasan pertamanya adalah sebagai perwira muat di KRI Teluk Saleh dan pernah menjadi Komandan KRI Harimau.

Jabatan terakhir sebelum menjadi Pangarmabar adalah Gubernur Akademi Angkatan Laut. Kapal Selam Kasal belum menentukan dengan negara mana TNI AL akan bekerja sama dalam pengadaan kapal selam. Saat ini Kementerian Pertahanan masih menjajaki empat negara, yakni Jerman (Kapal Selam tipe U-209), Korea Selatan (Changbogo), Rusia (Kelas Kilo), dan Prancis (Scorpen).

Pengadaan kapal selam sangat penting karena wilayah Indonesia heterogen dan banyak dilintasi kapal dari negara lain. Keberadaan kapal selam tentu sangat membantu menjaga pertahanan Indonesia. “Minimal kita harus menambah sepasang kapal selam lagi,” kata Kasal. Saat ini, Indonesia hanya memiliki dua kapal selam buatan tahun 1981.

Kasal berharap tahun ini tender kapal selam bisa selesai agar tahun 2014 kapal selam tersebut sudah bisa dioperasikan. Asisten Perencanaan Kepala Staf TNI AL Laksda Among Margono mengatakan untuk tender pengadaan kapal selam, yang berwenang adalah Kementerian Pertahanan. “Saya belum tahu dengan negara mana kita akan bekerja sama untuk mengadakan kapal selam,” katanya.

Koran Jakarta

TNI AL Tempatkan Dua Kapal Perang di Nunukan

KRI Tedung Selar. (Foto: Koarmatim)

19 November 2010, Nunukan -- TNI Angkatan Laut bertindak serius terhadap dugaan penyiksaan yang dilakukan Polis Gerakan Am (di Indonesia sama dengan Brimob) terhadap empat nelayan Indonesia Senin (15/11/2010) lalu di perairan perbatasan RI-Malaysia, sekitar Pulau Sekaca, Nunukan.

Komandan Pangkalan TNI Angkatan Laut Letkol Laut (P) Rachmad Jayadi mengatakan, selain meningkatkan intensitas patroli, pihak TNI AL juga menambah kekuatan dengan menurunkan dua kapal perang.

Saat ini satu Kapal Republik Indonesia (KRI) yakni KRI Sorong 911 sudah bertambat di Pelabuhan Tunon Taka, Nunukan. "Sekarang KRI Tedung Selar 824 sedang meluncur dari Surabaya ke Nunukan," kata Danlanal melalui Pasop Lanal Nunukan Kapten Laut(P) Ghofar.

Seperti diberitakan sebelumnya, empat nelayan Indonesia Ermansyah, Budi Sabadri, Janirun dan Randi diduga disiksa Polis Gerakan Am Malaysia saat memancing di perairan perabatasan RI-Malaysia.

Selain ditampar dan direndam di laut serta dipaksa berenang ke Pos Pamtas TNI AD Pulau Sekaca, para WNI itu juga diminta menyerahkan uang senilai Rp 5 juta dan dua senapan angin.

Tribun News

Rudal Brahmos Jadi Inspirasi Pengembangan Alutsista

Rudal Brahmos platform darat dipamerkan di Naval Defence 2009. (Foto: Berita HanKam)

19 November 2010 -- Apa yang tersisa dari sebuah pameran alat utama sistem senjata (alutsista) bagi Indonesia. Sebuah inspirasi. Paling tidak begitulah yang tersirat dari semangat Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro saat mengelilingi pameran Indo Defence, Indo Aerospace, dan Indo Marine 2010 (IDAM) Expo and Forum 2010 di Jakarta International Expo, Kemayoran, Kamis (11/11) sore lalu. Dia meniti dari satu stan ke stan lain. Hampir semua stan dia kunjungi.

Takjub. “Ke depan Indonesia harus bisa meniru teknologi ini,” ujar Purnomo. Salah satu senjata yang tak henti-hentinya membuat Purnomo takjub adalah rudal penjelajah supersonik Brahmos buatan BrahMos Aerospace, sebuah perusahaan hasil patungan India dan Rusia. Brahmos sendiri merupakan akronim dari nama sungai Brahmaputra di India dan Moscova (Moskwa) di Rusia. Purnomo sebenarnya sudah pernah melihat aksi Brahmos tahun lalu pada ASEAN Defence Ministers’ Meeting (ADMM) di Bangkok, Thailand.

Pada pertemuan para Menteri Pertahanan se-Asia Tenggara ini, rudal Brahmos menampakkan diri dan beraksi. Setahun kemudian, saat Brahmos dipamerkan lagi di Indonesia, ketakjuban Purnomo masih tinggi. Dia tetap takjub saat menatap layar televisi yang menampilkan aksi rudal seharga 3 juta dollar AS atau 27 miliar rupiah ini menghancurkan target. Bagaimana tidak takjub, rudal ini diklaim sebagai rudal tercepat di dunia.

Dalam brosurnya, Brahmos Aerospace dengan bangga mengedepankan jargon “Misil yang Teristimewa”. Dengan kecepatan maksimal 2,8 mach atau setara dengan 3.430 kilometer per jam, Brahmos memang yang terdepan. Rudal supersonik tercanggih buatan Amerika, Harpoon, pun tiga kali lebih lambat dari Brahmos. Mengerikan. Tambah menakjubkan lagi, Brahmos memiliki jangkauan maksimal 290 kilometer dan dapat membawa hulu ledak konvensional hingga 300 kilogram.

India sudah sukses meluncurkan rudal ini di landasan laut dan darat. Ke depan, BrahMos Aerospace akan mencoba memperluas landasan dengan mencoba menempelkannya di badan Sukhoi Su-30MKI Flanker-H (udara) maupun di badan kapal selam (bawah laut). Bakal tambah mengerikan. “Indonesia saja baru bisa mengembangkan rudal dengan jangkauan maksimal 14 kilometer,” kata Purnomo. Itu pun baru akan diluncurkan pada 2014.

Namun begitu, Purnomo bangga bisa mendatangkan teknologi alutsista terbaik di dunia. Setidaknya, keberadaan IDAM Expo akan membuat Indonesia berkaca pada perkembangan persenjataan negara lain.

Alih Teknologi

Proses alih teknologi industri pertahanan yang diperkirakan berlangsung hingga 2025 mendatang diharapkan sempurna. Dan Indonesia dalam rentang 15 tahun itu diharapkan mampu menyamai prestasi yang saat ini ditorehkan India. “Selain bisa olah raga mengelilingi setiap stan, saya banyak belajar dari pameran senjata ini. Kita lihat kemajuan yang kita punya kemudian kita lihat juga kemajuan yang mereka punya. Setelah itu, kita bisa mengukur kekuatan sendiri,” jelasnya.

Tak pelak, pameran yang diikuti lebih dari 400 peserta dari 38 negara ini benar-benar membuat inspirasi untuk terus meningkatkan kelengkapan alutsista kita. Tujuannya bukan semata-mata untuk berperang, tetapi memperkuat pertahanan Indonesia.

Koran Jakarta

Persiapan Konsorsium Rancang Bangun Kapal Perusak Kawal Rudal Nasional


19 November 2010 -- Pembangunan kekuatan pertahanan dan keamanan nasional bangsa Indonesia bukan diarahkan untuk maksud berperang, namun pada masa damai dimanfaatkan untuk kepentingan membangun kemandirian nasional serta kemampuan melakukan operasi militer selain perang (OMSP), operasi tanggap darurat bencana, ikut berperan serta dalam misi menjaga perdamaian dunia. Kemampuan teknologi dan industri pertahanan dan keamanan menjadi ujung tombak yang secara bertahap harus dapat membangun kemandirian. Kemandirian yang ditopang dengan kemampuan sumberdaya nasional yang bebas dari ketergantungan luar negeri. Ketergantungan pada berbagai produk luar negeri dapat dikurangi dengan penguasaan dan penguatan Ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang pertahanan dan keamanan yang berfungsi ganda meningkatkan efek ganda multiplier effect dan spin-off teknologi yang dimanfaatkan bagi tumbuh kembangnya sistim inovasi nasional (SIN) membangun kesejahteraan dan peradaban bangsa Indonesia.

Penguasaan dan penguatan Ilmu pengetahuan dan teknologi dapat dicapai dengan memposisikan aktivitas penelitian, pengembangan, dan penerapan Ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai unsur utama dalam pembangunan sistim inovasi nasional bangsa dalam rangka mencapai kemandirian secara bertahap dalam hal ini di bidang pengembangan teknologi pertahanan dan keamanan.

Model PKR. (Foto: Berita HanKam)

Melalui sinergi kebijakan dan program yang diwadahi dalam Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP) peran perencanaan dan koordinasi pelaksanaan penelitian, pengembangan, dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi langsung diorientasikan kepada penguatan kapasitas iptek sistim produksi industri pertahanan sehingga mampu menunjukan hasil produk teknologi yang strategis alat utama sistim persenjataan (alutsista), diantaranya adalah program rancang bangun kapal perusak kawal rudal nasional yang menjadi prioritas KKIP saat ini.

Untuk itu, Staf Ahli Menristek bidang Teknologi Pertahanan dan Kemananan, Hari Purwanto bersama-sama Staf Ahli Panglima TNI bidang Industri Teknologi Militer, Mayjen Mar Baharuddin serta Staf Ahli Menhan, Eddy Siradj, melakukan koordinasi dan diskusi teknis lapangan dengan Panglima Armada Timur TNI AL – Laksamana Muda TNI , Bambang Suwarto beserta jajarannya pada hari Jumat, 12 November 2010 di Mako Armatim TNI AL Surabaya, guna mensukseskan persiapan program rancang bangun kapal perusak kawal rudal nasional tersebut.

Hal strategis yang harus menjadi perhatian bagi para peneliti, perekayasa dan industri khususnya dalam rancang bangun produk teknologi pertahanan dan keamanan, setelah rombongan berdiskusi langsung dengan awak pada saat mengunjungi KRI 353 Yos Sudarso, KRI 354 Oswald Siahaan, KRI 367 Sultan Iskandar Muda, diantaranya adalah mendengar dengan saksama pengalaman teknis operasional serta berdiskusi dengan para pengawak alutsista, sehingga kedepan dapat diperoleh masukan-masukan teknis yang akurat guna meningkatkan inovasi jitu dalam melakukan rancang bangun produk alutsista yang berkualitas tinggi. Hasil kunjungan kerja tersebut langsung ditindaklanjuti dengan koordinasi teknis rencana kerja rancang bangun kapal perusak kawal rudal nasional dengan direksi PT PAL Surabaya, diantaranya adalah kesiapan meningkatkan kapasitas teknologi dan industri serta strategi transfer teknologi.

Ristek

BAE Systems - Navistar Defense - ArvinMeritor Team Delivers Enhanced Protection Joint Light Tactical Vehicle Prototype

BAE Systems JLTV entrant. (Foto: tundraheadquarters.com)

18 November 2010 -- STERLING HEIGHTS, Michigan - BAE Systems along with partners ArvinMeritor and Navistar Defense have delivered an Enhanced Protection configuration of the Joint Light Tactical Vehicle (JLTV) prototype to the U.S. Army and U.S. Marine Corps.

"The military looks to JLTV to provide the improvements in protection, performance, and payload needed to fill the capability gaps between the HMMWV and MRAP families of vehicles," said Ann Hoholick, vice president and general manager of New Vehicles and Amphibious Systems for BAE Systems' U.S. Combat Systems. "This vehicle is similar to the three Category A prototypes that were delivered earlier this year and has been further improved to allow for enhanced and scalable survivability without sacrificing essential expeditionary capabilities."

The team met this challenge by leveraging years of armor design and development experience, along with the innovative blast mitigation techniques that have been matured on BAE Systems' Mine Resistant Armored Protection (MRAP) family of vehicles.

"The advanced design and engineering of the Meritor ProTec Series 30 High Mobility Independent Suspension will provide advanced protection, mobility and ride quality for the JLTV platform," said Tim Burns, vice president of Defense and Specialty for ArvinMeritor.

This is the final prototype that the team will deliver during the 27-month technology development phase, which is expected to conclude in May 2011. The prototype vehicles will undergo continued government testing over the next several months to aid in the finalization of the requirements for the Engineering and Manufacturing Development phase of the program.

About BAE Systems

BAE Systems is a global defense, security and aerospace company with approximately 107,000 employees worldwide. The Company delivers a full range of products and services for air, land and naval forces, as well as advanced electronics, security, information technology solutions and customer support services. In 2009 BAE Systems reported sales of £22.4 billion (US $36.2 billion).


BAE Systems

Kodam II/Sriwijaya Buka Uji Siap Tempur Yonkav 5/Serbu

Pangdam II/Swj Mayjen TNI Agus Gunaedi Pribadi bertindak selaku Irup pada Upacara Pembukaan Uji Siap Tempur Yon Kav 5/Serbu TA. 2010. Kamis, 18 November 2010, bertempat di Mako Yon Kav 5/Serbu Karang Endah.

18 November 2010, Palembang -- Pangdam II/Sriwijaya dalam amanatnya mengatakan, bahwa tugas Kompi Kavaleri adalah melaksanakan pertempuran darat yang bersifat ofensif guna mendekati dan menghancurkan musuh dengan menggunakan daya gerak, daya tembak, daya kejut dan lindung lapis baja.

Kemampuan tersebut akan dapat terwujud apabila setiap personel Kavaleri sesuai dengan peran dan fungsinya memiliki tingkat pengetahuan teknologi yang memadai serta memiliki kemahiran dalam mengawaki Alutsista yang diorganikkan di satuannya.

Oleh karena itu kepada seluruh peserta latihan harus mampu memanfaatkan program Uji Siap Tempur ini sebagai sarana untuk mengasah olah keprajuritan guna pencapaian profesionalitas yang tinggi dilandasi dengan tingkat kemahiran teknik dan taktik dalam suatu dinamika operasi.

Pahami karakteristik Alutsista yang diawaki baik secara teknologi, teknik dan prosedur penggunaannya, agar Alutsista tersebut benar-benar mampu digunakan untuk menyelesaikan tugas pokok secara optimal.

Kesiapan dan kemampuan satuan dalam setiap pelaksanaan tugas sangat ditentukan oleh kualitas pembinaan prajurit dan pembinaan satuan dihadapkan dengan tuntutan tugas yang dibebankan. Dihadapkan dengan tuntutan tugas Kompi Kavaleri, hal tersebut dapat diwujudkan dengan mengukur kemampuan teknis dan taktis serta Kodal Satuan Kompi Kavaleri melalui suatu dinamika operasi pola pelaksanaan Uji Siap Tempur tingkat Kompi.

Terbatasnya medan latihan jangan dijadikan sebagai alasan pembenar untuk tidak melakukan latihan dengan benar, tingkatkan semangat, kesungguhan, ketulusan, disiplin dan kerja sama yang baik sehingga latihan yang dilaksanakan tidak sia-sia.

Laksanakan teknik dan taktik bertempur Kavaleri secara benar dan profesional dan adakan pengecekan personel dan materiil setiap saat untuk menghindari kerugian selama latihan. Perhatikan faktor keamanan selama pelaksanaan latihan untuk menghindari korban yang sia-sia dan hindari perusakan terhadap fasilitas/perkebunan milik masyarakat.

Dihadapkan dengan kondisi peralatan yang sudah tua tentunya akan berpengaruh terhadap pelaksanaan latihan sehingga peralatan yang ada harus dirawat dan dipelihara dengan baik.

Lebih lanjut Pangdam II/Swj mengatakan, kepada penyelenggara Uji Siap Tempur, saya berharap agar tugas ini dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab. Ciptakan suasana latihan yang kondusif, interaktif dan dinamis sehingga dapat meningkatkan motivasi peserta UST secara maksimal.

Kepada peserta UST, sekali lagi saya ucapkan selamat mengikuti, semoga latihan ini mampu memberikan kontribusi guna meningkatkan kemampuan prajurit yang handal dan profesional. Persiapkan diri dan mental serta jaga kondisi fisik dan kesehatan agar dapat mengikuti semua materi UST secara maksimal.

Pendam II/Swj

Pangdam Buka Gladi Lapangan Raider


18 November 2010, Singaraja -- Pangdam IX/Udayana Mayjen TNI Rachmat Budiyanto membuka gladi lapangan Yonif 900 Raider di markas batalyon tersebut di Singaraja, Bali, Kamis.

Menurut Pangdam, gladi lapangan dimaksudkan untuk memantapkan dan meningkatkan kemampuan teknis dan taktis satuan Raider, sehingga mereka mampu lebih memahami pelaksanaan tugas operasi yang bersifat khusus.

Melalui geladi lapangan, setiap prajurit Yonif 900 Raider juga diharapkan mampu dan trampil melaksanakan tugas, baik dalam pembebasan tawanan maupun gerakan penghancuran, penanggulangan teror, pertempuran jarak dekat, penyeberangan sungai serta mampu melaksanakan mobil udara.

Sedangkan materi yang diberikan meliputi bidang komando, pengendalian, serta bidang taktik dan teknik.

Dalam bidang komando dan pengendalian, kata Pangdam, para prajurit khusus ini akan dilatih cara mengorganisasi satuan sebagai satgas, termasuk merencanakan, mempersiapkan dan melaksanakan serta mengendalikan operaasi Yonif 900 Raider di lapangan.

Sedangkan dalam bidang taktik dan teknik, pasukan elit Kodam IX Udayana ini akan mendapatkan materi cara-cara meningkatkan kemampuan setingkat satuan sesuai persoalan yang dihadapi, termasuk mengaplikasikan setiap persoalan yang timbul di medan tugas.

Rachmat Budiyanto mengatakan bahwa pihaknya tidak ingin ada anggapan bahwa gladi lapangan ini hanya sekadar menyelesaikan program, melainkan benar-benar untuk meningkatkan kemampuan dan profesionalisme prajurit Yonif 900 Raider.

Kepada ANTARA, Pangdam Udayana menegaskan, jajarannya siap menghadapi segala bentuk ancaman dan gangguan terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia.

"Tugas TNI adalah menjaga agar NKRI tetap tegak dan utuh, termasuk menyelamatkan masyarakat dari segala gangguan dan ancaman keselamatan," ujar Pangdam.

Gladi lapangan yang berlangsung selama 14 hari itu, tercatat melibatkan 635 prajurit TNI dari satuan Yonif 900 Raider.

Pada kesempatan itu juga Pangdam Udayana langsung melakukan ramah tamah dengan para anggota batalyon tersebut. Di hadapan mereka panglima menegaskan, sebagai prajurit TNI, anggota Yonif 900 Raider harus siap ditugaskan kapan saja dan di mana saja untuk membela nusa dan bangsa.

ANTARA Bali

Rosoboronexport Jual Mesin Jet dan Jet Tempur ke China

Prajurit AU Pakistan menutupi jet tempur JF-17 yang dipamerkan di Zhuhai Airshow 2010 di Provinsi Guangdong, Senin (15/11). JF-17 hasil kerjasama Cina dan Pakistan, mesin yang digunakan RD-93 buatan Rusia. (Foto: AP)

19 November 2011 -- Rosoboronexport akan meneken kontrak pengiriman tambahan mesin jet RD-93 ke Cina, ungkap seorang pejabat senior Rosoboronexport, Rabu (16/11).

Beijing dan Moskow sepakat penjualan 100 mesin jet RD-93 senilai 238 juta dolar pada 2005 dengan opsi 400 mesin untuk dipasang pada jet tempur hasil kerjasama Cina dan Pakistan FC-1 Fierce Dragon.

“Kami sedang melakukan pembicaraan baru dengan China National Aero-Technology Import & Export Corporation [CATIC] terkait opsi untuk penambahan 100 mesin RD-93,” menurut wakil direktur Rosoboronexport Alexander Mikheyev di pameran dirgantara di Zhuhai, China.

“Kami berharap kontrak ini akan diteken,” tambah Mikheyev.

Mesin RD-93 merupakan varian RD-33 yang dikembangkan untuk jet tempur MiG-29. RD-93 dikembangkan oleh biro disain Rusia Klimov khusus untuk FC-1 atau JF-17 Thunder.

Perusahaan pertahanan Rusia keberatan penjualan mesin RD-93 ke China, karena akan menjadi pesaing dalam pemasaran jet tempur ke negara-negara berkembang.

China akan beli Su-35

Sukhoi Su-35. (Foto: Sukhoi)

Roboronexport mengumumkan bersiap melakukan pembicaraan dengan China terkait pembelian jet tempur canggih Su-35.

Jet tempur Sukhoi Su-35 Flanker-E pertama kali ditampilkan di pameran udara MAKS 2007 di luar kota Moskow.

Su-35 merupakan modifikasi dari Su-27 Flanker, termasuk penembur kelas berat, jarak jauh, serba guna. Pesawat ditenagai dua mesin 117S dengan thrust vectoring, dirancang dapat mengotong persenjataan seberat 8 ton sejauh 3550 km dengan mengandalkan bahan bakar didalam tanki internal.

Sejumlah negara tertarik mengakuisisi Su-35 untuk angkatan udaranya.

RIA Novosti/Berita HanKam

Amankan Maritim, RI Masih Butuh Dua Kapal Selam

Kapal Selam mini rancangan Dislitbangal. (Foto: Berita HanKam)

19 Nopember 2010, Jakarta -- Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Soeparno menyatakan, TNI Angkatan Laut (AL) membutuhkan tambahan dua unit kapal selam sebagai alat pertahanan dan keamanan seluruh perairan Indonesia.

"Dua unit kapal selam ini memang masih jauh dari kebutuhan ideal apabila dibandingkan dengan luas perairan yang kita miliki," ujar Soeparno kepada wartawan usai memimpin upacara serah terima jabatan Panglima Komando Armada RI Kawasan Barat (Pangrmbar) dari Laksdya TNI Marsetio kepada Laksda TNI Hari Bowo, di Mako Armabar Jakarta, Kamis (18/11). Sementara, Marsetio menempati pos baru sebagai Wakil KSAL.

Setidaknya, dua unit itu patut dipenuhi dalam menghadapi antangann dan ancaman ke depan yang semakin kompleks. Soeparno mengatakan, pemenuhan dua unit kapal selam yang akan ditempatkan di wilayah timur Indonesia tetap mengacu pada minimum essential force (MEF).

"Untuk jumlah dan dari negara mana pengadaan kapal selam tersebut, kita menyerahkan sepenuhnya kepada pemerintah. Tentunya, itu akan disesuaikan dengan anggaran yang ada," ujar KSAL.

Dinamika lingkungan strategis masih diwarnai dengan masalah perbatasan negara, pengamanan alur pelayaran, pelanggaran hukum di laut dan penanggulangan bencana alam. Persoalan ini juga masuk wilayah tanggungjawab Koarmabar, yang memiliki permasalahan keamanan maritim yang kompleks dan heterogen.

Fokus ke Laut

Secara terpisah dihubungi Suara Karya, Direktur The National Maritime Institute (NMI) Siswanto Rusdi, mengatakan, orientasi pembangunan tak perlu terfokus pada sektor darat. Seharusnya, pemerintah intensif melakukan pembangunan pada sektor laut.

"Pemerintah kita masih setengah hati untuk mendongkrak pembangunan nasional melalui sektor laut. Pasalnya, pembangunan kita monoton di daratan," ujarnya.

Menurut dia, untuk fokus pada pembangunan maritim harus dimulai dari mengubah cara pandang dan pola fikir pada strategi dan kebijakan pembangunan. Hampir setengah abad, perhatian pemerintah Indonesia larut di sektor darat.

Seharusnya, dikatakan Siswanto, kebijakan pembangunan Indonesia tetap seimbang di darat dan laut sehingga menjadi elaborasi pembangunan yang utuh darat dan laut.

"Yang terjadi sebaliknya. Pasca era pemerintahan Soekarno, pemerintah kita seakan mengabaikan sektor laut. Pembangunan yang dilakukan pemerintah pada sektor maritim terkesan setengah hati atau pelengkap pembangunan saja, ujarnya.

Suara Karya

Catatan Indo Defence Aerospace Marine 2010

Deretan panser Anoa baru dipajang di Indo Defense 2010. (Foto: Berita HanKam)

19 November 2010 -- Deretan panser Anoa 6 x 6 buatan PT Pindad di pelataran Jakarta International Expo Kemayoran, Jakarta, menjadi primadona bagi masyarakat yang berkunjung ke Indo Defence Aerospace Marine 2010. Hampir selalu ada yang berfoto di sana selama pameran, 10-13 November 2010.

Pameran keempat yang diselenggarakan dua tahun sekali ini memang lebih diperuntukkan bagi industri, militer, dan pemerintah. Warga yang boleh menikmati pameran ini pada hari terakhir, selain menatap kagum teknologi militer dari sekitar 400 perusahaan dari 38 negara, tentu tidak melewatkan industri milik negara ini.

Panser Anoa, misalnya. Walaupun tanpa atraksi, PT Pindad menampilkan APC Anoa V2 6 x 6 atau armored personal carrier Anoa V2 6 x 6 yang merupakan keluaran terbaru. Versi terbaru ini mendapat beberapa perubahan, seperti sistem kontrol persenjataan yang menggunakan joystick, seperti bermain game. Pelindung kaca samping dan depan juga bisa dibuka-tutup dari dalam sehingga lebih memudahkan tentara yang sebelumnya harus buka dan tutup dari luar. Dengan sistem senjata Smoke Shield kaliber 66 milimeter (mm) dan Armaments 7,62 mm dan 12,7 mm, APC Anoa V2 6 x 6 ini memang baru hadir dalam bentuk prototipe.

Anoa memesona. Selain digunakan TNI di dalam negeri, Anoa juga mengembara ke berbagai misi perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), seperti di Lebanon. Tidak heran, Menteri Pertahanan Malaysia Datuk Seri Dr Ahmad Zahid saat mengunjungi pameran, Kamis (11/11), mengakui, Malaysia mengkaji rencana pembelian Anoa, menggantikan kendaraan tempur Condor. Sebelumnya Malaysia menandatangani kontrak pembelian 32 Anoa.

SS2-Bullpup. (Foto: Berita HanKam)

Selain panser, PT Pindad juga memamerkan Senapan Serbu (SS)2 yang versi terbarunya menggunakan bullpup. SS2-Bullpup ini, walau masih menggunakan laras 46 cm sebagaimana SS2-V1, dimensinya berkurang seperempat dari SS2-V1. Beratnya pun kurang dari 3 kilogram. Pengembangan ini diharapkan memberikan keuntungan karena bentuknya lebih ringkas. Ia juga punya sistem bidik laser dan tactical light yang terintegrasi dan ada di handguard. Pengembangan lebih lanjut, termasuk dari segi materi, akan menuju generasi ketiga dari SS.

Dari stan Litbang TNI, ada Kartika yang adalah prototipe hovercraft—kapal berbantalan udara—yang dibuat TNI Angkatan Darat. Kapal yang mampu melayang sekitar 15 sentimeter dari permukaan tanah, air, atau lumpur ini bisa ”terbang” di atas gelombang setinggi 1,2 meter. Dengan dibuat dari struktur material gabungan-komposit, muatan maksimum yang tertera bisa sampai 3 ton.

Pada Litbang TNI Angkatan Udara, yang menjadi produk unggulan tentunya bom Sukhoi, P 100 dan PL 100. Pengunjung bisa melihat isi dalam bom itu, yang terdiri dari serpihan logam yang mematikan. Kalau selama ini deretan 10 pesawat Sukhoi Indonesia diibaratkan macan ompong karena kita tak mampu membeli senjata, bom yang diuji coba sejak setahun belakangan ini pun membuat terperangah. Seorang petinggi militer Australia, misalnya, sampai bertanya sangat detail.

Akan tetapi, kendala pengembangan persenjataan justru dari dalam negeri. Masih ada birokrat yang menghambat serta adanya kepentingan ekonomi dari petinggi militer dan keterikatan dengan rekanan.

KOMPAS

Thursday, November 18, 2010

SAF tests new urban operation concept

A Guardsman using a modified iPhone to check out the surrounding terrain as his team members are on the alert, looking out for potential "enemy" troops.

18 November 2010 -- The prospect of facing increasingly urbanised operational environments has prompted the Singapore Armed Forces (SAF) to examine new war-fighting concepts in a series of experiments dubbed the SAF Innohub Experiment (InnoX). Held over five days starting from 8 Nov, InnoX brought stakeholders - soldiers, concept developers and technologists - together to conduct trials of a new operational concept.

At the heart of these experiments are new operational guidelines and technological tools which enable soldiers to better handle urban operations. For example, soldiers using modified commercially-available electronic gadgets are able to call up images captured by small Unmanned Aerial Vehicles (UAVs) monitoring the locations of their targets, as well as remote ground sensor-shooters. Also tested at InnoX were new Command and Control (C2) guidelines, such as empowering junior commanders to make more decisions in the field.

Explaining the rationale behind the conduct of InnoX was Senior Lieutenant Colonel (SLTC) James Tan, Assistant Director, Future Systems Directorate. "We want to understand the enablers as well as the tactics that we need to equip our troops with for urban operations because we have discovered that the ability for a small unit to be tactically proficient and empowered is critical for our troops to survive in urban combat," said SLTC Tan.

When cyberpioneer observed the proceedings on 11 Nov, the soldiers from the Guards formation seemed to have an uncanny sense of their surroundings as they moved towards their objective - a building held by "enemy" forces.

"The UAVs provide me and my men with a real-time situational picture and we are able to able to move in with greater accuracy," said Staff Sergeant Muhd Bukhari, a Platoon Sergeant from the Guards Formation.

Foreign observers of the experiment proceedings were also impressed with what they saw. "Small tactical formations are at the front of the war-fighting spear, so any experiment that aims to make them better is the right thing to do. What I saw was a well-planned and well-executed experiment," said Mr Vince Goulding, Director, Experiment Division of the United States Marines Corps.

"It's pushing the envelope and it's going to force people to think about changes in manpower, training and equipment," added Mr Goulding.

Also part of InnoX was the Marketplace: an area where defence-related products from Singapore Technologies, the Agency for Science, Technology and Research, the Nanyang Technological University and several other innovative companies were showcased to SAF personnel and visiting officers from foreign armed forces.

Held at the Murai Urban Training Facility, InnoX is held twice a year. This second edition of InnoX saw participating forces engage in five runs over the five-day period and the results are still being evaluated.

Mindef

DPR Dukung Kajian Hibah F-16 dari AS

F-16 Fighting Falcon USAF dari 8th Fighter Wing, Kunsan Air Base, South Korea. (Foto: U.S. Air Force/Capt. Shannon Collins)

18 November 2010, Jakarta -- Anggota Komisi I DPR RI Nurhayati Ali Assegaf mengatakan bahwa Komisi I akan mendukung apa pun kajian pemerintah terkait dengan hibah atau bantuan pesawat F-16 dari Amerika Serikat.

"Komisi I akan dukung upaya pemerintah untuk melakukan kajian terkait hibah tersebut, apa pun keputusan pemerintah nantinya," kata Nurhayati di Jakarta, Kamis.

Menurut dia, pemerintah tentu punya pertimbangan matang dalam persoalan tersebut.

"Kalau dari hasil kajian, pemerintah mengatakan bantuan itu tidak pantas diterima, kita (Komisi I) juga akan terima (sikap itu)," kata Nurhayati.

Nurhayati mengingatkan bahwa upaya mengkaji hibah F-16 itu jangan sampai membebani negara.

"Bantuan apa pun kalau tidak kita perlukan buat apa. Hibah atau bantuan, kalau memang kita butuhkan, kita akan terima dengan senang hati. Tapi kalau ada keinginan pemerintah untuk mengkaji, tak masalah. Jangan sampai bantuan akhirnya membebani kita. Kalau kita punya anggaran, ya kita beli baru saja," kata Wakil Ketua Badan Kerjasama Antar Parlemen DPR itu.

Memang diakui adanya pemikiran yang berkembang, apakah Indonesia membutuhkan pesawat tempur atau pesawat angkut untuk misi kemanusiaan, terutama ketika menghadapi bencana.

Masyarakat dunia sudah mengetahui bahwa Indonesia adalah garis terdepan dari perubahan iklim serta memiliki daerah yang luas sehingga dibutuhkan peralatan perang yang memadai.

"Memang ada pemikiran bahwa alat utama sistem persenjataan ini juga harus dipersiapkan untuk menjaga keamanan wilayah NKRI untuk melindungi rakyatnya. Tapi ketika bencana juga bisa difungsikan," kata Nurhayati.

Bantuan Mentawai

Sementara terkait tawaran dari negara lain seperti China untuk membantu korban bencana Mentawai, Nurhayati mengatakan, bantuan asing tersebut bisa diterima asalkan pengelolaannya dilakukan oleh pemerintah Indonesia.

"Kalau asing cepat sekali untuk memberikan bantuan itu dan langsung datang. Tapi apakah kita siap? Lebih baik kita atasi sendiri, oleh pemerintah sendiri. Kalau untuk Mentawai tidak perlu dulu lah karena ini beda dengan Aceh," ujarnya.

ANTARA News

Pesawat Hibah dari AS Masih Dipertimbangkan

F-16A/B TNI AU. (Foto: Dispenau)

18 November 2010, Jakarta -- Rencana hibah 24 unit pesawat tempur F-16 dari Amerika Serikat untuk memperkuat skuadron pertahanan udara Indonesia masih dipertimbangkan. Kementerian Pertahanan masih mempelajari untung ruginya dibanding membeli pesawat baru. "Plus minusnya itu yang sedang kita kaji secara cermat," kata Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro di Jakarta, Rabu (17/11).

Harga sebuah pesawat F-16 baru yakni US$ 70 juta. Sedangkan biaya untuk meng-upgrade atau menaikkan kemampuan pesawat hibah setiap pesawat dibutuhkan berkisar US$ 5 juta hingga US$ 7 juta.

Tim teknis Kementerian Pertahanan saat ini berada di AS melihat kondisi fisik pesawat. Mereka juga mengalkulasi angka perbandingan untuk menerima hibah dengan segala konsekuensinya atau membeli pesawat tempur

Liputan6

HMS Manchester Kapal Perang Inggris Pertama Kunjungi Kuba Sejak 1967

(Foto: Reuters)

16 November 2010 -- Kapal perusak tipe 42 Angkatan Laut Inggris HMS Manchester-D95 berlabuh di pelabuhan laut Havana Senin (15/11), menjadikan kapal perang pertama AL Inggris mengunjungi Kuba sejak 1967, diumumkan Kedutaan Besar Inggris di Havana.

HMS Manchester berlabuh selama lima hari di Havana, sebagai bagian tugas di Karibia dan meningkatkan kerja sama antara Inggris dan Kuba, terutama memerangi narkotika dan penangganan bencana alam.

HMS Manchester berlayar ke Laut Karibia pertama kalinya pada Mei dengan membawa 250 orang, termasuk warga negara Australia, Dominika, Fiji, Jamaika, Nepal, St. Vincent dan Grenada serta Spanyol.







(Foto: Reuters)

LAHT/Berita HanKam

Chief of Army Exercise 2010

16 November 2010 -- Lieutenant General J. Suryo Prabowo, Vice Chief of the Indonesian Army Staff, delivers an address about "Whole Government Responses to National Security Challenges" to the attending senior Army leaders and key stakeholders to the Chief of Army Exercise 2010, at the Brisbane Convention Centre.

Brigadier David Mulhall, Chief of Staff Army Headquarters (Right) and Lieutenant General J. Suryo Prabowo, Vice Chief of the Indonesian Army Staff (centre), answers questions via his interpreter, from the attending senior Army leaders and key stakeholders to the Chief of Army Exercise 2010, at the Brisbane Convention Centre.

Australia DoD

Boeing Delivers UK Royal Air Force's 7th C-17 Globemaster III


16 November 2010, LONG BEACH, Calif. -- The Boeing Company [NYSE: BA] delivered the United Kingdom’s seventh C-17 Globemaster III to the Royal Air Force (RAF) today during a ceremony at Boeing’s final assembly facility in Long Beach.

"The addition of a seventh C-17 to our fleet is a significant milestone that strengthens our support of operations worldwide, especially in Afghanistan," said Peter Luff, UK Minister for Defence Equipment, Support and Technology. "And next year, in May, we’ll mark the 10th anniversary of the delivery of the RAF's first C-17, which continues to perform superbly -- anytime and anywhere."

The United Kingdom's fleet of C-17s has logged more than 60,000 flight hours, and this year supported humanitarian and disaster-relief missions to Pakistan, Haiti and Chile. Assigned to 99 Squadron at RAF Brize Norton near Oxford, C-17s provide critical airlift capability for the nation’s Joint Rapid Reaction Force. Brize Norton is the RAF's main operating base for strategic air transport and air-to-air refueling.

RAF Air Marshal Kevin Leeson, UK Chief of Materiel (Air) in Defence Equipment and Support, thanked C-17 employees and suppliers for delivering an airlifter that provides "exceptional performance, versatility and reliability."

The C-17 is the world's only tactical airlift aircraft with strategic capabilities that allow it to fly between continents and land on short, austere runways.

"The C-17 provides rapid-response capability for relief missions where no other strategic airlifter can land," said Rick Heerdt, Boeing vice president and C-17 program manager. "We are proud to be your partner on every one of those missions."

Boeing supports the RAF's C-17s through the C-17 Globemaster III Sustainment Partnership, a Performance-Based Logistics program. The arrangement provides the RAF with the benefits of complete "virtual fleet" access and an extensive support network. The virtual fleet concept enables C-17 customers, especially those with smaller numbers of aircraft, to benefit from worldwide parts availability and economies of scale when purchasing materials.

Boeing has delivered 224 C-17s worldwide, including 20 with international customers. The U.S. Air Force -- including active National Guard and Reserve units -- has taken delivery of 204. Other customers include the Canadian Forces, the Royal Australian Air Force, the United Arab Emirates Air Force and Air Defence, the Qatar Emiri Air Force, and the 12-member Strategic Airlift Capability initiative of NATO and Partnership for Peace nations. U.S. President Barack Obama announced this month that India and the United States have reached a preliminary agreement for the Indian Air Force to acquire 10 C-17s.

Boeing

Blok Timur Pernah Bikin Indonesia Disegani

MiG-17 Fresco AURI. (Kredit foto: Kuwadhial, Jateng)

18 November 2010 -- Pada awal dekade 1960-an Perang Dingin sedang memanas. Di tengah kekacauan tersebut, Indonesia bisa mempertahankan posisi netral. Bahkan Blok Barat dan Timur berlomba-lomba memasok senjata kepada pemerintahan Soekarno demi mendapat simpati.

Ketika itu Indonesia sedang menghadapi kampanye dekolonisasi untuk merebut Irian Barat dari Belanda. AS dan Uni Soviet berlomba-lomba merebut hati Indonesia. Walhasil TNI pun memiliki pasokan senjata canggih pada zamannya dan menjadi salah satu kekuatan utama di bumi selatan.

Misalnya, ada kapal selam dari Rusia, kapal penjelajah KRI Irian, pesawat strato-bomber TU-16, Ilyushin, hingga pesawat tempur Mig 21. AS memasok pesawat-pesawat transportasi seperti C-130 Hercules. Inggris pun memasok pesawat intai Gannet yang membuat Belanda murka. Sebagai sesama anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), Belanda merasa dikhianati oleh Inggris.

Singkatnya, negara tetangga, termasuk Australia, pun enggan berurusan dalam konflik terbuka dengan Indonesia. Pada satu kesempatan satuan bomber TNI AU pernah mengedrop sampah-sampah dengan merek barang buatan Indonesia di atas Benua Australia sebagai penangkal agar Australia tidak ikut campur mendukung Belanda dalam persoalan Papua. ”Itu sebagai peringatan. Sampah saja kita bisa drop, apalagi bom,” kata seorang purnawirawan TNI-AU dalam satu kesempatan.

Saat bersikap netral, postur pertahanan Republik Indonesia pun menjadi kuat.

Kemunduran Orde Baru

Situasi berubah drastis seiring dengan munculnya rezim Orde Baru. Indonesia secara tak resmi menjadi bagian dari Blok Barat. Praktis semua kebutuhan persenjataan pun mengandalkan pasokan AS, Inggris, dan sekutu.

Pesawat-pesawat asal Blok Timur pun tak bisa dipakai karena pasokan suku cadang dan senjata baru terhenti pada awal tahun 1970-an.

Indonesia melengkapi diri dengan arsenal buatan Blok Barat. Namun, Indonesia tak memiliki keleluasaan dalam menggunakan peralatan senjata itu. Saat rangkaian operasi militer di Timor Timur berlangsung, AS langsung menjatuhkan embargo atas sejumlah peralatan TNI.

Laksamana Pertama (Purn) Hussein Ibrahim, yang aktif di Departemen Pertahanan semasa kepemimpinan Jenderal Edi Sudrajat (almarhum), mengisahkan, pembelian senjata dari Blok Timur tidak mengenakan persyaratan yang memberatkan.

”Sebagian senjata selalu ditawarkan agar dapat dibuat dengan lisensi lokal di Indonesia. Mereka juga tidak melarang jika senjata tersebut digunakan dalam konflik melawan kepentingan Blok Timur,” kata Hussein.

Pada awal tahun 1990-an, setelah Perang Dingin berakhir, barulah TNI kembali membeli persenjataan dari Rusia. Salah satu arsenal yang dibeli adalah varian tank-tank BTR yang kini digunakan Marinir TNI AL.

Kondisi itu sungguh kontras jika kita bandingkan dengan penggunaan tank-tank Scorpion buatan Inggris dalam Darurat Militer di Aceh tahun 2003. Ketika itu Inggris memprotes penggunaan tank-tank Scorpion.

Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro seusai seminar ASEAN Defense Minister Meeting (ADMM) di Kementerian Pertahanan, Senin (15/11), menegaskan, strategi pertahanan Indonesia berpegang pada prinsip bebas dan aktif.

”Kita sedang menyiapkan pembangunan kapal selam dan kapal perang dengan mitra asing. Demikian pula rencana kerja sama pasukan khusus dengan pasukan China. Prinsip bebas dan aktif kini kita kedepankan,” kata Purnomo menjelaskan rencana pembuatan kapal selam dan kapal perang dengan salah satu negara Blok Timur.

Bersikap netral dan didekati negara-negara kuat memang menjadi solusi bijak strategi pertahanan Indonesia, tetapi independensi harus dijaga.

Aero Expo ITB 2010: Open Hangar MiG-21, Menilik Kembali Warisan Dirgantara Indonesia

Open Hangar MiG-21 turut memeriahkan Aero Expo ITB 2010. Beberapa orang mungkin masih asing mengenai MiG-21. Namun dengan adanya acara Open Hangar MiG-21, pengunjung yang datang bisa tahu sejarah kepemilikan pesawat buatan Rusia ini. Open Hangar MiG-21 berlangsung selama Aero Expo ITB 2010 pada Jumat-Sabtu (29-30/10/10).

Pada Open Hangar ini pengunjung yang datang akan memperoleh penjelasan mengenai sejarah pesawat MiG-21, cara menerbangkan pesawat, dan komponen-komponen dalam pesawat ini. "Selain itu, pengunjung bisa juga duduk di kokpit pesawat MiG-21 untuk merasakan bagaimana menjadi pilot sehari," ujar Dea panitia Aero Expo 2010.

Ketua Aero Expo 2010 Saladin Siregar berharap, "Open Hangar dapat menumbuhkan cinta bangsa Indonesia terhadap dunia penerbangan sehingga bisa terus maju." Selain itu, agar masyarakat khususnya generasi muda mengetahui pada masa Presiden Soekarno, Indonesia pernah memiliki pesawat yang canggih pada masa itu, tambahnya.

Sekilas Sejarah Pesawat MiG-21

Fatwa, panitia Open Hangar ITB, menuturkan, "Pesawat MiG-21 meruapakan pesawat buatan Rusia tahun 1959. Pada tahun 1962 Indonesia mampu membeli 20 unit pesawat tempur jenis ini." Saat itu pesawat ini sangat diminati. Penjualannya bahkan menembus angka 15.000 unit di seluruh dunia, ungkapnya.

MiG-21 di ITB kini jadi alat peraga untuk perkuliahan sistem dasar pesawat udara. Dari pesawat itu mahasiswa teknik penerbangan ITB dapat mempelajari sistem kendali hydro-mekanikal, sistem elektrik, sistem roda pendarat, sistem propulsi, dan sistem avionika. Saat ini pesawat karya duo Mikoyan-Gurevich ini hanya tersisa tiga unit di Indonesia, yakni terdapat di Museum Dirgantara Jakarta, Museum Dirgantara Bandung, dan di ITB.

KOMPAS/ITB

Wednesday, November 17, 2010

Airshow China 2010

17 November 2010 -- Jet tempur buatan China J-10 lepas landas untuk demontrasi udara di Zhuhai Airshow ke-8 di Provinsi Guangdong, Selasa (16/11). Pameran berlangsung dari 16 hingga 21 November. (Foto: AP)

Jet tempur buatan China J-10 saat demontrasi udara di Zhuhai Airshow ke-8 di Provinsi Guangdong, Selasa (16/11). (Foto: AP)


Jet tempur buatan China J-10 mendarat setelah demontrasi udara di Zhuhai Airshow ke-8 di Provinsi Guangdong, Selasa (16/11). (Foto: AP)


Jet tempur FC-1 Xiao Long AU Pakistan turut berdemontrasi udara. (Foto: Getty Image)

Rudal buatan China CM-802 AKG. (Foto: AP)

Rudal panggul anti serangan udara (kiri) dan peluncur roket multi laras. (Foto: AP)

Pesawat pembom buatan China H-6H turut dipamerkan. (Foto: AP)

Berita HanKam