Saturday, November 14, 2009

Anggaran TNI dalam APBN 2010 Naik

Super Tucano akan mengantikan OV-10 Bronco yang sudah lama digrounded TNI AU. (Foto: Embraer)

14 November 2009, Surabaya -- Anggaran militer dalam APBN 2010 naik sekitar Rp7 triliun hingga Rp10 triliun dibanding APBN 2009. Anggaran ini akan dimanfaatkan untuk pengadaan alutsista dan pemeliharaannya, pengembangan kesiapsiagaan operasional, pendidikan dan latihan, serta kesejahteraan prajurit.

Hal ini disampaikan Panglima TNI Jenderal TNI Djoko Santoso dalam serah terima jabatan Kepala Staf TNI AL dari Laksamana TNI Tedjo Edhy Purdijanto kepada penggantinya Laksamana Madya TNI Agus Suhartono yang digelar di Markas Komando Armada Wilayah Timur (Koarmatim) di Dermaga Ujung Surabaya, Jumat (13/11).

Meski demikian, Djoko mengaku belum mengetahui alokasi untuk TNI, karena anggaran itu masuk dalam departemen pertahan. "Kita belum tahu dari seluruh anggaran militer itu berapa yang dialokasikan untuk TNI karena anggaran itu masuk di Dephan," katanya.

Menurut Djoko, pengadaan dan pemeliharaan alutsista dipandang penting karena untuk meningkatkan profesionalitas TNI serta mencapai zero accident dalam pengoperasian alutsista. Di lain sisi, kesiapsiagaan operasional, kata Djoko, juga membutuhkan biaya besar. Untuk itu kenaikan anggaran militer nanti akan dimanfaatkan seefisien mungkin untuk meningkatkan kesiapsiagaan personel dan alutsista.

Untuk diketahui, dalam Rancangan APBN 2010, pemerintah mengusulkan pada DPR untuk menaikkan anggaran pertahanan lebih dari 20 persen dari Rp33,6 triliun menjadi Rp40,6 triliun.

JURNAL NASIONAL

16 Perwira Terima Brevet Peperangan Ranjau

Kapal penyapu ranjau KRI Pulau Rusa. (Foto: TNI AL)

13 November 2009, Surabaya -- Sebanyak 16 perwira muda menerima brevet peperangan ranjau, dan dinyatakan layak menyandang predikat perwira ahli peperangan ranjau laut.

Brevet kebanggaan korps pelaut itu, secara simbolis disematkan Wakil Komandan Komando Pendidikan Operasi Laut (Kodikopsla) Kolonel Laut (P) Erman Amir kepada Kapten Laut (P) Marwell M.F.E Djoen di Gedung Betle Guese Pusdiklapa, Kobangdikal Surabaya, Jumat.

Seperti dikutip dari Kepala Bagian Penerangan Komando Pengembangan Pendidikan TNI AL (Kobangdikal) Kapten Laut Agus Setiawan, ke-16 perwira penerima brevet tersebut yang terdiri enam orang berpangkat kapten dan 10 orang berpangkat letnan satu.

Mereka telah mengikuti pendidikan selama empat bulan di Kodikopsla untuk mendapatkan keahlian tersebut.

Komandan Kodikopsla Laksamana Pertama TNI Toto Permanto dalam amanatnya, mengatakan, waktu empat bulan itu sangat singkat dan para perwira belum sepenuhnya dapat menerima pelajaran yang diberikan instruktur.

Ia minta mantan siswa peperangan ranjau lebih kreatif dalam mencari bahan pelajaran dan mengembangkan ilmu yang telah didapat, khususnya tentang peperangan ranjau.

"Pasti masih banyak kekurangan dan hal itu harus menjadi pemicu untuk menggali pengetahuan tentang peperangan ranjau sesuai dengan perkembangan teknologi yang sangat dinamis," ujarnya.

Mantan Komandan Lantamal Kupang itu menambahkan, untuk menghadapi tantangan ke depan yang lebih berat, para perwira diharapkan telah memiliki kemampuan dan ilmu yang dapat diandalkan, baik didapat dari instruktur atau media yang lain.

"Sebagai lulusan kursus peperangan ranjau, gunakan waktu luang untuk meningkatkan pengetahuan dan mempersiapkan diri dalam mentransformasikan penugasan di masa mendatang," tambahnya.

ANTARA JATIM

Gladi Bersih HUT Ke-64 Marinir

13 November 2009, Surabaya -- Komandan Korps Marinir, Mayjend TNI (Mar) M Alfan Baharudin ikut meneriakkan yel-yel Marinir bersama ribuan prajurit Korps Marinir, usai gladi bersih peringatan HUT Ke-64 Marinir di Bhumi Marinir Karangpilang Surabaya, Jumat (13/11). Hari Ulang Tahun Ke-64 Marinir yang digelar pada tanggal 15 November 2009 diikuti oleh 4.776 orang dan ratusan kendaraan tempur milik Korps Marinir. (Foto: ANTARA/Eric Ireng)


Sejumlah kendaraan tempur mengikuti defile saat gladi bersih peringatan HUT Ke-64 Marinir di Bhumi Marinir Karangpilang Surabaya. (Foto: ANTARA/Eric Ireng)

Sejumlah prajurit Korps Marinir unjuk kebolehan beladiri militer dengan tangan kosong, saat gladi bersih peringatan HUT Ke-64 Marinir di Bhumi Marinir Karangpilang Surabaya.(Foto: ANTARA/Eric Ireng)


Sejumlah prajurit Korps Marinir unjuk kebolehan beladiri militer dengan menggunakan samurai. (Foto: ANTARA/Eric Ireng/09)

Korsel Hibahkan 10 Tank Amfibi Buatan AS untuk RI


14 November 2009, Jakarta -- Mulai Jumat (13/11), sepuluh tank amfibi dengan jenis landing vehicle track-7A1 berangkat dari Korea Selatan. Tank buatan Amerika Serikat tahun 1983 itu merupakan hibah.

Hal itu disampaikan Direktur Jenderal Sarana Pertahanan Departemen Pertahanan Erris Herryanto di Jakarta.

Tank amfibi ini akan digunakan Marinir. Menurut Erris, tank ini diharapkan bisa mengisi kekurangan alat utama sistem persenjataan yang selama ini menghadapi kendala anggaran. ”Tiba di Jakarta sekitar tanggal 6 atau 7 Desember,” katanya.

Menurut Erris, landing vehicle track (LVT)-7A1 ini sama kelasnya dengan tank amfibi PT 76 dan tank amfibi BTR 60 yang sudah dimiliki Indonesia. Diharapkan, masih ada pengiriman LVT-7A1 lagi. Kerja sama ini berawal dari pembicaraan tahun 2007. Saat itu Korea Selatan telah menawarkan LVT-7A1 kepada Indonesia. Namun, karena menunggu izin dari AS, kesepakatan ini baru bisa diwujudkan. ”Perjanjiannya sebenarnya ada 35, tetapi belum ada kejelasan. Ini gelombang pertama. Nanti kalau sudah datang, kita lobi lagi,” kata Erris.

Erris menambahkan, dengan hibah tersebut pihak TNI AL akan mengirimkan 15 personel untuk mengikuti Maintenance dan Operational Training yang terdiri dari Maintenance Training sebanyak 5 personel selama 1 bulan dan 10 personel operasional training selama 1 minggu.

"15 Personel TNI AL dari Korp Marinir direncanakan berangkat ke Soel 21 November 2009," ungkapnya.

Tank amfibi LVT-7A1 merupakan hasil modifikasi dari jenis LVT yang dijuluki Alligator. Tank yang hingga kini masih digunakan Marinir Korea Selatan sama dengan yang digunakan dalam serangan ke Falkland, Perang Teluk, dan Perang Irak.

Korea Selatan juga memberikan satu paket suku cadang. LVT-7A1 beratnya 22,8 ton, panjang 7,94 meter, lebar 3,27 meter, dan tinggi 3,26 meter.

Ranpur LVT7A1 saat ini berada dibawah Komando Divisi 1 LVT7A1 RDK Marine Coprs di Pohang Korea Selatan.

Kendaraan ini juga bisa berputar 360 derajat saat berada di dalam air. ”Yang diberikan kepada kita tanpa persenjataan,” kata Erris.

10 ranpur itu nanti akan dibawa dengan menggunakan kapal jenis LPH Dokdo dan dikawal oleh satu Frigat dari Angkatan laut Korea Selatan.

Pernah tenggelam

Dibandingkan dengan PT 76 dan BTR 60 yang diproduksi Rusia tahun 1950-an, LVT-7A1 buatan AS ini jauh lebih baru. Bulan Februari 2008, satu unit BTR 60 tenggelam di Situbondo, Jawa Timur. Saat itu latihan puncak TNI AL ”Armada Jaya” XXVII.

TNI Angkatan Laut juga tengah menunggu 17 tank amfibi BMP 3F yang dipesan dari Rusia. BMP 3F adalah kendaraan tempur amfibi infanteri yang khusus dirancang untuk operasi di laut. BMP 3F dirancang dengan keterapungan di laut, termasuk untuk ketepatannya menembak.

”Kita sudah tanda tangan dan mendapat kesepakatan pembelian dari Rusia untuk kendaraan tempur dengan persenjataan ini,” ungkap Erris.

KOMPAS/VIVANews

Friday, November 13, 2009

TNI AU Segera Menerima Sukhoi

Sukhoi Su-30MK2 saat diserahterimakan kepada Indonesia di Makassar 2 Februari 2009. (Foto: english.people.com.cn)

13 November 2009 -- Rusia akan mengirimkan jet tempur Sukhoi terakhir ke Indonesia pada 2010 diberitakan RIA Novosti, Jumat (13/11).

Berdasarkan kontrak senilai 300 juta dolar yang ditandatangani 2007, Rusia akan mengirimkan 3 jet tempur Sukhoi Su-30MK2 dan 3 Su-27SKM ke Indonesia.

Tiga Su-30MK2 telah dikirimkan pada Januari 2009, sisanya 2 Su-27SK dikirimkan akhir 2009 dan satu pada 2010.

RIA Novosti/@beritahankam

AL Malaysia-Singapura Beli Kapal Banyuwangi

Teknisi PT Lundin Industry Invest menjelaskan pengoperasian kapal jenis sekoci cepat (rigid inflatable boat) di Pelabuhan Benoa, Denpasar, Bali, Kamis (12/11). Kapal yang diproduksi di Banyuwangi, Jawa Timur, itu dibeli TNI AL dan angkatan laut negara tetangga, seperti Singapura dan Malaysia. (Foto: KOMPAS/Benny Dwi Koetanto)

13 November 2009, Denpasar -- Kapal patroli produksi PT Lundin Industry Invest di Sukowidi, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, diminati sejumlah negara di Asia Tenggara. Angkatan Laut Singapura dan Malaysia membeli sekitar 24 unit. Kini negosiasi tengah berlangsung dengan Brunei.

Di Indonesia, TNI AL, Badan SAR Nasional (Basarnas), dan Badan Koordinasi Keamanan Laut juga membeli kapal dari PT Lundin.

Pelatihan pengoperasian kapal patroli produksi PT Lundin digelar di perairan sekitar Pelabuhan Benoa, Denpasar, Kamis (12/11). Ada tiga kapal jenis rigid inflatable boat (RIB) atau sekoci cepat yang digunakan. Pelatihan diikuti, antara lain, oleh tim dari Basarnas, Marinir TNI AL, serta personel Angkatan Laut Malaysia dan Singapura.

Pemilik PT Lundin Industry Invest, Lizza Lundin, menyatakan, pembelian kapal oleh TNI AL dan Angkatan Laut Singapura serta Malaysia adalah bukti kepercayaan institusi itu terhadap kualitas kapal produksinya.

”Sebagai warga asli Banyuwangi jelas kita bangga. Selain mampu memproduksi, hasil karya kita dipakai oleh angkatan laut negara asing. Bagi kami, kehormatan bekerja sama dengan TNI AL,” kata Lizza yang mengembangkan PT Lundin bersama suaminya yang asal Swedia, John Lundin.

Kontrak pembelian dan kerja sama PT Lundin-TNI AL dimulai tahun 2007. Selain membeli 10 kapal RIB dan 12 kapal Catamaran, kedua pihak juga sepakat bekerja sama dalam rangka penelitian dan pengembangan rekayasa kapal patroli cepat, peningkatan kemampuan sumber daya manusia, dan pembangunan fasilitas galangan untuk pembangunan kapal patroli. Kerja sama tersebut tertuang dalam piagam kesepakatan bersama yang ditandatangani Kepala Staf Angkatan Laut (waktu itu) Laksamana TNI Slamet Soebijanto dengan Lizza Lundin.

Kapal pengawas

Kepala Komando Pasukan Khusus 69 Angkatan Laut Diraja Malaysia Azizan Abdul Azis puas terhadap kualitas kapal jenis RIB produksi PT Lundin. Selain kecepatan dan kestabilan kapal, kapal PT Lundin juga menggunakan teknologi mutakhir dalam perangkat global positioning system dan radar. Dengan kecepatan mencapai 100 kilometer per jam dan daya jelajah hingga 250 mil laut, kata Azizan, kapal jenis RIB produksi PT Lundin cocok digunakan sebagai kapal pengawas maupun penyergap perompak. Angkatan Laut Malaysia telah memesan 6 kapal jenis RIB.

Selain memproduksi kapal militer, PT Lundin juga memproduksi kapal-kapal untuk keperluan sipil, seperti kapal untuk olahraga air, tamasya, dan menyelam. Jenis kapal RIB dan Catamaran juga termasuk dalam jenis kapal sipil ini.

Menurut Lizza, kapal-kapal jenis ini sudah terjual hingga Dubai (Uni Emirat Arab) dan sejumlah negara di Eropa. Produksi PT Lundin dilakukan sepenuhnya di Banyuwangi. Lizza menyatakan, sebagian besar dari total 150 karyawannya adalah warga negara Indonesia.

KOMPAS

Pemerintah Siapkan Aturan Pendukung Revitalisasi Industri Pertahanan


13 November 2009, Jakarta -- Revitalisasi industri pertahanan menjadi salah satu program prioritas seratus hari Departemen Pertahanan. Salah satunya, pemerintah sedang menyusun aturan yang mengatur agar legislasi yang ada tidak saling tumpang tindih. Pasalnya, pelaku industri pertahanan mengeluhkan bahwa aturan yang ada menghambat produktifitas mereka.

"Kita ini kan ada program pilihan nomor dua dari Kabinet Indonesia Bersatu II, yaitu revitalisasi industri pertahanan. Sehingga, ini menjadi perhatian dari Ranahan untuk mengatasi sumbatan-sumbatan pembinaan terhadap industri pertahanan bagaimana industri ini bisa maju," jelas Dirjen Sarana Pertahanan Marsekal Muda Eris Herryanto di Jakarta, Kamis (12/11).

Ia berharap seratus hari ke depan sudah ada perpres ataupun peraturan yang membuka sumbatan tersebut. Secara garis besar, peraturan akan mencantumkan siapa yang menjadi panglima atas pengaturan industri pertahanan. Alasannya, industri pertahanan ini harus bertanggung jawab pada banyak pihak.

"Industri pertahanan itu "bapaknya" banyak. Sekarang siapa yang menjadi panglima. Kalau bicara produk berarti Dephan, soal bisnisnya BUMN, bicara operasional Depperin, bicara teknologi Menristek, soal arahnya Bappenas, dan bicara keuangan Depkeu. Nanti, perpres itu akan menentukan panglimanya," jelasnya.

Program yang sedang dijalankan tersebut, sambungnya, akan selalu disupervisi per waktu tertentu. Sebagai waktu persinggahan, program seratus hari akan dibagi dalam empat waktu pengecekan.

MEDIA INDONESIA

Serah Terima Jabatan Kasal Tanpa Unjuk Kekuatan

KSAL Laksamana Madya TNI Agus Suhartono (kanan) berjabat tangan dengan pendahulunya dan Panglima TNI Jenderal Djoko Santoso. Agus Suhartono merupakan lulusan Akademi Angkatan Laut tahun 1978. (Foto: detikFoto/Zainal Effendi)

13 November 2009, Surabaya -- Serah Terima Jabatan Kepala Staf Angkatan Laut dari Laksamana TNI Tedjo Edhy Purdijanto kepada penggantinya Laksamana Madya TNI Purdianto yang digelar di Markas Komando Armada Wilayah Timur (Koarmatim) di Dermaga Ujung Surabaya, Jawa Timur, Jumat (13/11), berlangsung sangat sederhana.

Tak tampak, unjuk kekuatan alat utama sistem persenjataan seperti upacara-upacara lazimnya. Yang ada hanya defile pasukan yang dilengkapi dengan paduan suara di atas KRI Teluk Mandar yang memang disulap sebagai panggung serah terima jabatan.

Upacara yang dipimpin langsung Panglima TNI Djoko Santoso itu setidaknya juga dihadiri Kasad yang baru Letjen TNI George Toisutta, serta Kasau baru Marsekal TNI Imam Sufaat.

Dalam amanatnya, Djoko Santoso meminta seluruh personel di tubuh TNI baik itu Angkatan Laut, Darat, dan Udara untuk selalu meningkatkan upaya zero accident serta profesionalitas pengabdian.

"Anggaran alat utama sistem persenjataan memang masih tebatas, tapi zero accident dan profesionalitas harus tetap ditingkatkan," kata Djoko Santoso.

Acara ini dihadiri dua kepala staf TNI lainnya yakni KSAU Marsekal TNI Imam Supaat dan KSAD Letjen TNI George Toisutta. (Foto: detikFoto/Zainal Effendi)

Panglima TNI Jenderal Djoko Santoso hadir dan menjadi inspektur upacara. Djoko Santoso dalam sambutannya berharap zero accident di tubuh TNI AL. (Foto: detikFoto/Zainal Effendi)

Sertijab ini berlangsung secara sederhana hanya diisi dengan defile pasukan dan paduan suara dari atas kapal KRI Mandar yang untuk sementara disulap jadi panggung. (Foto: detikFoto/Zainal Effendi)

Djoko Santoso melakukan pemeriksaan pasukan.(Foto: detikFoto/Zainal Effendi)

TEMPO Interaktif

TNI akan Maksimalkan Penggunaan Anggaran

(Foto: ANTARA)

13 November 2009, Jakarta -- Tentara Nasional Indonesia (TNI) memaksimalkan kenaikan anggaran militer dalam APBN 2010 yang diperkirakan sebesar Rp7 triliun hingga Rp10 trilyun.

"Anggaran sebanyak itu kita prioritaskan untuk semua aspek ketahanan termasuk peralatan," kata Panglima TNI Jenderal TNI Djoko Santoso seusai menjari Inspektur Upacara serah terima KSAL Laksmana TNI Tedjo Edhy Purdijatno ke Laksmana Madya TNI Agus Suhartono di Armatim Surabaya, Jumat (13/11).

Menurut Panglima, TNI akan memprioritaskan lima hal yaitu pengadaan alat utama sistem persenjataan (alutsista), pemeliharaan alutsisa, pengembangan kesiapsiagaan operasional, pendidikan dan latihan, serta kesejahteraan prajurit. "Kita belum tahu dari seluruh anggaran militer itu berapa yang dialokasikan untuk TNI karena anggaran itu masuk di Dephan," katanya.

Menurutnya, pengadaan dan pemeliharaan alutsista dipandang penting menurut Panglima TNI untuk meningkatkan profesionalitas TNI serta mencapai zero accident dalam pengoperasian alutsista. Di lain sisi, kesiapsiagaan operasional juga membutuhkan biaya besar. Untuk itu kenaikan anggaran militer nanti akan dimanfaatkan seefisien mungkin untuk meningkatkan kesiapsiagaan personel dan alutsista.

"Misalnya, saat situasi di Ambalat membutuhkan kehadiran TNI. Maka personel dan alutsista yang terdekat harus siap dikerahkan," katanya.

MEDIA INDONESIA

Thursday, November 12, 2009

KSAD: Akan Ada Kodam Baru di Pulau Papua

Serah terima jabatan Kepala Staf Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat dari Jenderal Agustadi Sasongko Purnomo (kiri) kepada Letnan Jenderal George Toisutta berlangsung di Markas Besar TNI Angkatan Darat di Jakarta, Rabu (11/11). Panglima TNI Jenderal Djoko Santoso menjadi inspektur upacara dalam serah terima jabatan tersebut. (Foto: KOMPAS/Agus Susanto)

12 November 2009, Jakarta -- Kepala Staf Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (KSAD) Letnan Jenderal George Toisutta menyatakan akan diadakan komando daerah militer baru di Papua. Sementara itu, kodam di Kalimantan Barat juga sedang dalam perencanaan.

Hal itu disampaikan George seusai upacara serah terima jabatan dari Jenderal Agustadi Sasongko Purnomo di Jakarta, Rabu (11/11). Walaupun demikian, George menyatakan bahwa pihaknya masih menunggu keputusan dari pimpinan. ”Jadi, di Kalbar dan Papua akan ada kebijakan dari atas,” ungkapnya.

George tidak menjelaskan lebih jauh alasan pendirian komando daerah militer (kodam) di Papua. Mantan Panglima Komando Cadangan Strategis Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat ini menekankan pentingnya komando teritorial.

Saat ini TNI AD memiliki 12 kodam. Pertama, Kodam Iskandar Muda di Banda Aceh. Kedua, Kodam I/Bukit Barisan di Medan. Ketiga, Kodam II/Sriwijaya di Palembang. Keempat, Kodam III/Siliwangi di Bandung. Kelima, Kodam Jakarta Raya di Jakarta. Keenam, Kodam IV/Diponegoro di Semarang. Ketujuh, Kodam V/Brawijaya di Surabaya. Kedelapan, Kodam VI/Tanjungpura di Balikpapan. Kesembilan, Kodam VII/Wirabuana di Makassar. Ke-10, Kodam IX/Udayana di Denpasar. Ke-11, Kodam XVI/Pattimura di Ambon. Ke-12, Kodam XVII/Cendrawasih di Jayapura.

Sebelumnya, TNI menyatakan tengah melakukan studi untuk mendirikan kodam di Kalimantan Barat. Alasannya, panjang garis 2.004 kilometer terlalu panjang untuk hanya ditangani oleh satu kodam yang ada saat ini, yaitu Kodam VI/Tanjungpura. Saat itu Agustadi menyatakan belum ada rencana pengembangan kodam untuk pulau lain (Kompas, 15/10/2009). Menurut catatan Kompas, saat ini ada penambahan satu divisi pasukan tempur cadangan di Papua. Di Papua sendiri sudah terdapat dua provinsi, yaitu Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat.

Menanggapi hal ini, mantan Kepala Staf Teritorial TNI Letjen (Purn) Agus Widjojo mengatakan, kewenangan untuk menambah atau mengurangi kodam ada di tangan Panglima TNI.

Agus mempertanyakan apa pertimbangan sehingga harus diadakan kodam baru di Papua. Menurut dia, pertahanan itu berhubungan dengan negara di luar perbatasan, sementara masalah yang saat ini mencuat di Papua adalah masalah keamanan sehingga merupakan wilayah penegakan hukum.

KOMPAS

Malaysia Sukai Panser Buatan Indonesia

Panser Anoa buatan PT. PINDAD. (Foto: @beritahankam)

12 November 2009, Putra Jaya, Malaysia -- Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengatakan Pemerintah Malaysia tertarik membeli lagi panser buatan PT Pindad Indonesia setelah sebelumnya membeli sekitar 30 unit unit, namun rencana ini terhambat kapasitas produksi Pindad.

"Semalam ada pertanyaan, apa memang (ada) pembatasan dari pihak kita. Saya pikir tidak ada pembatasan, yang ada mungkin keterbatasan produksi kita. Lha kita kan juga sedang pesan 150 panser. Malaysia sudah impor dan mau tambah lagi," kata Purnomo selagi kunjungan kenegaraan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Malaysia, Kamis.

Menurut dia, kapasitas produksi PT Pindad masih terbatas dan diutamakan untuk memenuhi kebutuhan TNI sehingga apabila ada permintaan dari negara lain, hal itu sulit untuk dikerjakan.

"Jadi ini yang perlu diatur. Satu-satunya jalan ya kapasitas produksi yang diperluas. Tapi kan sekarang industri pertahanan kita mati hidup, mati hidup. Saya dengar masalah utama pendanaan dan tidak adanya kontrak jangka panjang. Maka itu yang akan dibenahi. Ini juga yang jadi program unggulan," katanya.

Purnomo melanjutkan, Pindad juga sedang mengembangkan produksi senjata serang (SS) 22 setelah sukses dengan SS 21, begitu pula dengan produks granat serta kebutuhan tempur prajurit.

Mengenai program prioritas Departemen Pertahanan, Purnomo mengatakan akan menyiapkan satu kekuatan TNI yang khusus bertugas untuk penangangan bencana alam.

"Dulu kita ada divisi 1 di Cilodong dan divisi 2 di Singosari. Dulu itu pasukan reaksi cepat buat perang dan sekarang buat bencana. Artinya maka buat itu batalyon zeni dan kesehatan harus kuat dan ditujukan untuk tujuan damai," katanya.

Untuk urusan ini, Dephan sudah berkoordinasi dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) agar memadukan program ini bersama pihak TNI, demikian Purnomo.

ANTARA News

Keceriaan Mereka yang Berjaga di Perbatasan Entikong

Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro, Sabtu (7/11) malam, diusung beramai-ramai oleh prajurit TNI Batalyon Infanteri (Yonif) 642/Kapuas yang bertugas di daerah perbatasan Indonesia-Malaysia di Entikong, Kalimantan Barat, saat berkunjung ke daerah perbatasan itu. (Foto: KOMPAS/Wisnu Dewabrata)

12 November 2009, Entikong -- Suasana Sabtu (7/11) malam di Pos Pengamanan Perbatasan Gabungan Bersama Indonesia-Malaysia di Entikong, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat, benar-benar meriah layaknya perayaan. Setelah sejumlah sambutan serta makan-makan nasi sayur lodeh berlauk ayam goreng dan sambal lalap, acara pun berlanjut dengan hiburan tari-tarian tradisional dan musik hidup.

Saat entakan musik dan lantunan tembang ”Cari Jodoh” karya grup band Wali dimainkan, suasana semakin menghangat. Sejumlah lagu dibawakan dengan energik oleh duet penyanyi electone cantik nan semlohei, yang khusus dihadirkan Menteri Pertahanan (Menhan) Purnomo Yusgiantoro ke kunjungan kerjanya itu.

Sejumlah prajurit Batalyon Infanteri 642/Kapuas dan 10 personel Tentera Diraja Malaysia (TDM), yang malam itu hadir dalam ramah-tamah dengan Menhan, beberapa waktu tampak belum berani maju berjoget. Mereka hanya bergoyang di dekat kursi masing-masing.

Sekonyong-konyong, Menhan yang baru dilantik beberapa hari itu berdiri menghadap belakang ke arah prajurit dan langsung melambaikan tangannya memberikan aba-aba. Ia meminta agar prajurit yang ingin berjoget tidak ragu-ragu untuk ke depan.

Sesaat suasana kian cair. Ditambah lagi, tanpa ragu-ragu, Purnomo ikut maju berjoget bersama prajurit. Selain bergoyang poco-poco, sejumlah prajurit pun menggendong sang menteri yang berperawakan mungil itu. Beberapa pejabat rombongan dari Jakarta pun satu per satu ikut menyumbangkan keahliannya bernyanyi.

Suasana makin gayeng dan akrab, tak ada lagi sekat protokoler. Namanya juga ramah-tamah. Kepala Staf Umum TNI Laksamana Madya TNI Didik Heru Purnomo menyumbang sebuah lagu dangdut ”Cucakrowo” dan perwira TDM Letnan Kolonel Nahar menyumbang dua lagu evergreen.

Setelah itu, masih ada pula Asisten Operasi Panglima TNI Mayor Jenderal TNI Supiadin ikut menyanyikan tembang lawas dengan diiringi tiupan flute oleh Direktur Jenderal Potensi Pertahanan Dephan Budi Susilo Supandji, yang malam itu tak mau kalah unjuk kebolehan.

Acara diakhiri dengan bersama-sama menyanyikan beberapa lagu bertema perjuangan dan cinta Tanah Air. Tidak lupa pula penyerahan bingkisan dari Dephan dan Mabes TNI bagi prajurit yang bertugas di sana.

Keramaian dan acara hiburan macam itu diakui sejumlah prajurit benar-benar momen yang teramat jarang. Hiburan macam itu terbilang sangat berarti buat mereka di tengah tugas pengawasan dan pengamanan perbatasan yang melingkupi wilayah yang luas.

Pos pengamanan

Bagaimana tidak, panjang jalur perbatasan dengan bagian timur Malaysia itu saja mencapai 1.020,8 kilometer, yang baru 80 persennya saja didirikan pos pengamanan perbatasan TNI. Sisanya, sekitar 200 kilometer, masih relatif belum terawasi.

Untuk menjaga sepanjang kawasan perbatasan itu didirikan 31 pos pengamanan perbatasan, yang rata-rata dijaga dua regu pasukan TNI Angkatan Darat. Mereka digilir dari batalyon di bawah Komando Daerah Militer (Kodam) VI/Tanjungpura.

Menurut Panglima Kodam VI/Tanjungpura Mayjen TNI Tono Suratman, mendirikan pos pengamanan perbatasan bukan perkara gampang. Sebelumnya harus dipastikan dahulu pos itu dilalui infrastruktur jalan, yang selain menjamin mobilitas pasukan juga memudahkan pasokan logistik.

Kawasan hutan di wilayah itu bukanlah daerah yang ramah. Selain bergunung-gunung dan rapat ditumbuhi tanaman hutan, jalur yang ditempuh pun kadang harus melalui sungai. Dengan medan seperti itu, mobilitas pasukan yang berpatroli mengalami hambatan besar.

”Untuk mengatasi kekurangan itu, rencananya TNI akan memasang satu radar tambahan lagi di kawasan Putusibau, yang sudah disetujui Panglima TNI dalam rencana strategis tahun 2010. Selama ini baru ada dua radar, di Balikpapan, Kalimantan Timur, dan Pontianak, Kalimantan Barat,” ujar Tono.

Dalam kunjungan itu, Purnomo menambahkan, Dephan juga tengah mengupayakan percepatan kenaikan remunerasi bagi prajurit TNI. Juga bagi mereka yang ditugaskan di wilayah perbatasan dan pulau terluar.

”Untuk kenaikan remunerasi, kami usahakan bisa dilaksanakan tahun 2010 atau setahun lebih cepat dari rencana sebelumnya. Selain itu, kami juga upayakan realisasi menaikkan tunjangan khusus bagi prajurit TNI yang ditugaskan di daerah perbatasan dan pulau terluar,” ujar Menhan.

Saat dihubungi terpisah, Kepala Pusat Penerangan Markas Besar TNI Marsekal Muda TNI Sagom Tamboen menyambut gembira jika benar pemerintah tengah mengupayakan perbaikan pendapatan prajurit TNI, terutama dalam konteks remunerasi dan tunjangan.

Hal itu, kata Sagom, sangat membantu menaikkan kesejahteraan prajurit TNI, yang sampai saat ini masih relatif kurang lantaran kemampuan anggaran negara masih terbatas. Akan tetapi, selama ini masih belum ada kebijakan tunjangan yang diberikan kepada prajurit yang bertugas di daerah perbatasan atau pulau terluar.

”Sepanjang yang saya tahu, yang ada hanya tunjangan untuk prajurit TNI di daerah terpencil. Besarannya sekitar Rp 600.000 per orang per bulan dan itu pun hanya di Papua. Kalau memang ada tunjangan khusus untuk prajurit yang tugas di perbatasan atau pulau terluar, kami tentunya menyambut baik karena sampai sekarang setahu saya itu belum ada,” ujar Sagom.

Akan tetapi, tetap juga harus dipertimbangkan soal rincian siapa saja prajurit TNI yang ditugaskan di kedua kawasan seperti itu. Apakah, tambah Sagom, hanya mereka yang sudah ditempatkan secara organik atau juga termasuk prajurit yang mendapat giliran penugasan dalam jangka waktu tertentu.

Sagom mengaku lebih menginginkan jika tunjangan bisa diberikan kepada kedua jenis prajurit TNI yang ditugaskan tadi, baik yang sudah melekat secara organik ditempatkan di kawasan teritorial itu maupun mereka yang mendapat giliran tugas dalam jangka waktu tertentu.

Malam pun kian larut di Pos Gabungan Bersama Indonesia-Malaysia di Entikong. Lagu perpisahan pun nyaris tuntas dinyanyikan.

KOMPAS

Patroli Laut Indonesia-Malaysia Sepakat Tak Saling Serang


12 November 2009, Putra Jaya -- Patroli laut tentara Indonesia dan Malaysia sepakat untuk tidak saling menyerang jika keduanya menemui kapal patroli mereka yang melewati batas wilayah laut seperti yang beberapa kali terjadi di perairan Ambalat.

“Yang penting kita hormati aturan main. Artinya jangan menembak duluan, kalau itu terjadi bisa pecah kekerasan,” kata Menhan Purnomo Yusgiantoro dalam kunjungan kenegaraan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Putra Jaya Malaysia, Kamis (12/11).

Menurut Purnomo, kesepakatan itu muncul setelah dia bertemu dengan Menhan Malaysia Ahmad Zahid Hamidi, Rabu (11/11)kemarin.

Purnomo mengatakan, sering kali kasus pelanggaran perbatasan laut terjadi karena hal-hal yang tidak subtansial dan tidak disengaja, sehingga perlu dicegah agar tidak menimbulkan masalah yang lebih besar.

“Kalau di laut itu kan susah, mungkin mereka lupa,” katanya.

Selain soal perbatasan, Indonesia dan Malaysia juga sepakat meningkatkan kerjasama patroli laut dengan Singapura, terutama di Selat Malaka.

“Intensitasnya akan kami tingkatkan, begitu juga jumlah pasukannya,” kata Purnomo.

SURYA

Marinir Jaga 12 Pulau Terluar

Sejumlah anggota Korps Marinir dengan kapal angkatan laut (KAL) milik Lanal Nunukan, tiba di Dermaga Binalawan, Pulau Sebatik, Nunukan, Kaltim, Kamis (2/4/09) sore. Anggota Marinir tersebut sebagai pasukan pengganti Satgas Ambalat di Pulau Sebatik, yang merupakan pulau terluar Indonesia berbatasan langsung dengan Malaysia, Korps Marinir TNI AL akan menambah lima Pos Pengamanan Perbatasan baru (Sei Bajo, Sei Taiwan, Balansiku, Tembaring dan Bambangan) untuk memperkuat pertahanan dan pengamanan demi keutuhan dan kedaulatan NKRI di sekitar perairan Blok Ambalat. (Foto: ANTARA/Eric Ireng/hm/hp/09)

12 November 2009, Sidoarjo -- Pasukan Marinir TNI Angkatan Laut dikerahkan untuk menjaga 12 pulau terluar tak berpenghuni yang berbatasan langsung dengan negara Thailand, Filipina, Malaysia, India, dan Singapura. Setiap pulau dijaga sekitar 34 personil berkemampuan khusus menjaga dan mengawasi keamanan pulau.

"Mereka berpatroli keliling pulau. Infrastuktur segera dibangun di sana," kata Kepala Staff Angkatan Laut, Laksamana Madya Agus Suhartono, seusai meresmikan markas Pasukan Marinir 1 di Sidoarjo, Kamis (12/11).
Ke-12 pulau terluar itu diantaranya: Pulau Rondo, Berhala, Miangas, Rote, Trala, dan Nipah. Pengamanan pulau tak berpenghuni ini dilakukan untuk menghidari konflik perbatasan dengan negara tetangga. Seperti kasus pulau Sipadan dan Ligitan oleh Malaysia beberapa waktu lalu.

Prajurit Marinir, katanya, memiliki keterampilan khusus untuk melakukan tugas laut dan darat. Pasukan ini terintegrasi dengan kapal perang yang dimiliki TNI Angkatan Laut. Pasukan ini memiliki kemampuan sebagai pasukan intai dan amfibi. Sedangkan, pulau yang berpenduduk berbatasan langsung dengan negara lain dijaga personil TNI Angkatan Darat.

Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Laut, Laksamana Madya Iskandar Sitompul mengatakan pasukan marinir disiagakan sejak lama. Mereka bertugas memantau kawasan laut dan darat yang berada di sekitar pulau. Termasuk mengantisipasi datangnya penyusup di kawasan ini.

"Pengamanan ini penting untuk menjaga wilayah negara," katanya.

TEMPO Interaktif

77 Satgas Kodam Jaya ke Lebanon


12 November 2009, Jakarta -- “Bagi seorang Prajurit, kebehasilan melaksanakan tugas operasi menempati derajat kehormatan dan kebanggaan yang paling tinggi. Tugas adalah perintah, dan dalam konteks penugasan yang akan kalian laksanakan kali ini berdasar pada perintah undang-undang yakni Undang-Undang No 34 Tahun 2004 tentang TNI”, jelas Pangdam Jaya, Mayjen TNI Darpito Pudyastungkoro,S.Ip.MM, dalam amanat tertulis yang dibacakan oleh Irdam Jaya Kolonel Inf Kembaren dalam upacara pemberangkatan Satgas Yonif Mekanis TNI Konga XXIII-D, Satgas Kompi Pom XXV-B/UNFIL dan Satgas FP COY TNI Konga XXVI-B/UNFIL dari Kodam Jaya ke Lebanon bertempat di lapangan upacara Makodam Jaya, Cililitan, Jakarta Timur, Kamis (12/11).

Hadir dalam upacara pemberangkatan itu, para asisten Kasdam Jaya, para Komandan Satuan dan Kabalak jajaran Kodam Jaya. Satuan tugas ini akan bergabung dengan satuan tugas dari satuan lain di Markas Besar TNI, Cilangkap, yang sebelumnya untuk gelar pasukan akan dilaksanakan di Halim Perdanakusuma dengan Irup Kasum TNI.

Satuan tugas dari Kodam Jaya berjumlah 77 prajurit yang terdiri dari Satgas Pom TNI 3 personil dipimpin oleh Letkol Cpm Eko Yarma Parnowo, Satgas Yonif Mekanis TNI berjumlah 42 personil dipimpin oleh Kapten Kav Arief Cahyo W dan Satgas FP Coy berjumlah 12 personil yang dipimpin oleh Serka Soegiri.

Selanjutnya Pangdam Jaya mengingatkan bahwa, tugas yang akan kalian emban merupakan bentuk implementasi tugas pokok TNI yang diamanatkan oleh Undang-undang dan dipertanggungjawabkan kepada dunia Internasional karena Indonesia tergabung dalam pasukan perdamaian PBB.

Alasan yang mengantarkan kalian bergabung masuk Force For Lebanon (UNFIFIL) adalah dikeluarkannya Resolusi PBB 1701, menyusul terjadinya konflik antara Israel melawan Hizbuloh yang sampai saat ini belum menunjukan situasi yang kondusif. Oleh sebab itu kalian harus mampu berkontribusi secara positif untuk menciptakan suasana perdamaian
selama melaksanakan tugas.

Pangdam juga mengharapkan kehadiran kalian sebagai Satgas Yon Mekanis harus benar-benar dapat memberi manfaat yang besar terhadap keberhasilan tugas Satgas Yon Mekanis Konga XXIII-D/UNIFIL, Satgas Kompi Pom XXV-B/Unifi dan Satgas FP Coy Konga XXVI-B/Unifil.

PENDAM/POS KOTA

TNI AL Tambah 17 Tank Amfibi BMF-3F dan Terima 10 Landing Vechile Hibah Korea

BMP-3F. (Foto: kurganmash.ru)

12 November 2009, Sidoarjo -- TNI Angkatan Laut merevitalisasi alat utama sistem persenjataan, terutama menggantikan persenjataan yang sudah udzur. Markas Besar TNI Angkatan Laut membeli 17 tank jenis BMP-3F dari Rusia. Proses administrasi pengadaan tank telah selesai, menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2009. "Diperkirakan Desember mendatang sudah tiba di Tanah Air," kata Kepala Staf TNI Angkatan Laut, Laksamana Madya Agus Suhartono, Kamis (12/11).

Tank produksi Rusia ini memiliki keunggulan di antaranya jarak tembak 20 kilometer, tank amfibi ini mampu berjalan di air dengan kecepatan 13 kilometer per jam atau sekitar 7 knot per jam. Sedangkan, kecepatan jalan darat hingga 70 kilometer per jam. Mampu berjalan di medan pegunungan mencapai 45 kilometer per jam, sambil mengeluarkan tembakan.

Harga setiap unit diperkirakan mencapai Rp 23 miliar. Tank ini juga dilengkapi dengan senjata kaliber 100 milimeter canon, serta 38 butir amunisi yang mampu menembak ke udara dengan sasaran pesawat maupun helikopter. Selain itu juga dilengkapi dengan senjata 7,62 milimeter yang merupakan senjata mesin ringan. Tank tercanggih saat ini, akan langsung bergabung dengan Resimen Kaveleri Marinir.

AAV Marinir Korea. (Foto: USN/Mass Communication Specialist Seaman Brandon Myrick)

Selain itu, TNI Angkatan Laut juga mendapat hibah 10 unit tank amfibi dari Korea Selatan. Tak jenis Landing Vehicle Tank tipe 7A1 ini, akan memperkuat dukungan alat persenjata TNI Angkatan Laut. Kepala Penerangan TNI Angkatan Laut, Laksamana Madya Iskandar Sitompul mengatakan selama ini jumlah tank di TNI Angkatan Laut mencapai 430 unit. Rata-rata berusia sekitar 20 tahun, 30 persen diantaranya berusia 30 tahun.

Karena tergolong peralatan berumur, maka persenjataan tersebut mulai diperbarui. Tank hibah tersebut, kata Iskandar, menjalani perawatan sehingga memiliki tingkat efisiensi 90 persen. Jika diperhitungkan dengan luasan wilayah, idealnya jumlah persenjataan jauh dari kebutuhan ideal. "Tapi disesuaikan dengan keuangan negara, serta prioritas pembelajaannya," jelasnya.





BMP-3F. (Foto: kurganmash.ru)

TEMPO Interaktif

Sebelum Sertijab, KSAL Gelar Admiral Inspection

Inspeksi diikuti Laksamana TNI Tedjo Edhy Purdijatno dan Laksamana Madya TNI Agus Suhartono. (Foto: detikFoto/Rois Jajeli)

12 November 2009, Surabaya -- Sebelum serahterima jabatan Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL) dari Laksamana TNI Tedjo Edhy Purdijatno ke Laksamana Madya TNI Agus Suhartono. Tedjo Edhy Purdijatno dan Agus Suhartono melakukan inspeksi kapal-kapal perang (admiral inspection) yang bersandar di Markas Koarmatim, Kamis (12/11/2009).

Kadis Penerangan Koarmatim Letkol Laut Toni Syaiful mengatakan Admiral Inspection merupakan salah satu tradisi di lingkungan TNI AL menjelang serah terima jabatan KSAL maupun pada saat pergantian Panglima Komando Armada Timur.

"Kegiatan ini juga sebagai ajang salam perpisahan dengan para prajuritnya serta kesempatan memperkenalkan pemimpin baru," kata Kadispen Koarmatim Letkol Toni Syaiful, Kamis (12/11/2009).

Dalam inspeksi itu, Tedjo dan Agus bersama pejabat dari Mabes TNI AL menumpang Kapal Angkatan Laut (KAL) Yudhistira yang dikomandani Lettu Laut (P) Andrian, berlayar dimulai dari Dermaga A kolam Koarmatim langsung menuju ke kapal sandar di dermaga seperti kapal-kapal Satuan Kapal Cepat, Satuan Kapal Bantu, Satuan Kapal Amfibi dan Satuan Kapal Selam.



Admiral Inspection merupakan salah satu tradisi di lingkungan TNI AL menjelang serah terima jabatan KSAL maupun pada pergantian Panglima Komando Armada Tim. Kegiatan ini juga sebagai ajang salam perpisahan dengan para prajuritnya serta kesempatan memperkenalkan pemimpin baru. (Foto: detikFoto/Rois Jajeli)

Serta kapal yang labuh jangkar di Selat Madura seperti, KRI Ahmad Yani-351, KRI Sultan Iskandar Muda, KRI Fatahillah-361, KRI Teluk Penyu-513, KRI Yos Sudarso-353, KRI Sutedi Senaputra-878, KRI Hasan Basri-882, KRI Soputan-923, KRI drSuharso-990, KRI Multatuli-561.

Selama menginspeksi kapal-kapal, kedua perwira tinggi itu mendapatkan penghormatan dari ABK serta disalami dengan teriakan 'Jalesveva Jayamahe' secara berulang-berulang.

KSAL, Laksamana TNI Tedjo Edhy Purdijatno (kiri) melakukan salam komando dengan Komandan Korps Marinir, Mayjend TNI (Mar) M Alfan Baharuddin, usai acara tradisi pelepasan Kasal di Bhumi Marinir Karangpilang Surabaya, Kamis (12/11). Laksamana TNI Tedjo Edhy Purdijatno akan digantikan oleh Laksamana Madya TNI Agus Suhartono. (Foto: ANTARA/Eric Ireng/ss/nz/09)


KSAL, Laksamana TNI Tedjo Edhy Purdijatno dan istri mengikuti tradisi pelepasan di atas kendaraan tempur Roket KPR BM di Bhumi Marinir Karangpilang Surabaya, Kamis (12/11). Laksamana TNI Tedjo Edhy Purdijatno akan digantikan oleh Laksamana Madya TNI Agus Suhartono. (Foto: ANTARA/Eric Ireng/ss/nz/09)

detikSurabaya

Perwira TNI AU Exchange Visit ke Malaysia

Para perwira TNI AU menerima penjelasan di Simulator pesawat MIG-29 Fulcrum saat mengadakan Exchange Visit ke Malaysia. (Foto: Dispenau)

12 November 2009, Jakarta -- Sebanyak 15 perwira TNI AU meliputi perwira menengah dan perwira pertama yang berdinas di Mabesau, Koopsau I, AAU, Seskoau dan Koharmatau, selama enam hari mengadakan Exchange Visit ke Malaysia, belum lama ini.

Exchange Visit yang dipimpin Letkol Sus Lilik Haryadi tersebut merupakan program yang telah disepakai bersama antara kedua angkatan udara dengan tujuan untuk lebih meningkatkan kerjasama antara TNI AU dengan TUDM dimasa mendatang.

Rombongan berangkat dari Lanud Halim Perdanakusuma menuju Pangkalan Udara Subang di Kuala Lumpur dengan menggunakan pesawat Hercules TUDM. Hari pertama mengadakan kunjungan ke Museum Negara yang mendapat penjelasan tentang asal usul sampai keadaan Malaysia saat ini.

Selanjutnya kunjungan di RMAF Regiment (Paskau), para perwira TNI AU mendapat penjelasan sejarah pembentukan Paskau, perkembangan, operasi, latihan dan menyaksikan demo latihan terjun dan scuba.

Hari ketiga kunjungan ke Kuantan Air Base, melihat static show pesawat MIG-29 Fulcrum dan pesawat Hawk MK-208, dan kunjungan ke ATSC ( Aerospace Technology System Corporation) yang merupakan fasilitas pemeliharaan terhadap pesawat MIG-29 Fulcrum Malaysia.

Kegiatan hari keempat mengadakan kunjungan ke Mabes TUDM dan Pangkalan Udara Subang dengan obyek adalah AIROD (Aircraft Inspection Repair and Overhoul Depot), merupakan perusahaan yang ditunjuk TUDM untuk pelayanan pemeliharaan seluruh pesawat yang dimiliki TUDM selain pesawat tempur. AIROD didirikan tahun 1976 dalam bentuk perusahaan bersama dengan Lockheed Aircraft System.

Hari kelima kunjungan ke Pulls-G Training Centre yang merupakan lembaga pelayanan kesehatan penerbangan serta hari keenam mengunjungi Air Force College di Alor Setar yang memiliki fasilitas dan simulator untuk para siswa jurusan penerbang.

DISPENAU

Panglima TNI Minta Kecelakaan Pesawat Diminimalisasi

Panglima TNI Jenderal Djoko Santoso (kiri) menyerahkan panji-panji TNI Angkatan Udara "Swa Buana Paksa" kepada pejabat baru Kepala Staf TNI AU Marsekal Madya TNI Imam Sufaat (tengah) pada acara serah terima jabatan di Pangkalan TNI AU Halim Perdana Kusumah, Jakarta Timur, Kamis (12/11). Marsekal Madya TNI Imam Sufaat resmi memangku jabatan Kepala Staf TNI Angkatan Udara menggantikan Marsekal TNI Subandrio. (Foto: ANTARA/Widodo. S. Jusuf/ed/nz/09)

12 November 2009, Jakarta -- Panglima TNI Jenderal TNI Djoko Santoso meminta jajaran TNI termasuk TNI Angkatan Udara mengintesifkan upaya peniadaan kecelakaan atau zero accident hingga meminimalkan kecelakaan pesawat.

"Saya meminta agar budaya mengutamakan keselamatan (safety first) terus dikembangkan dan diintensifkan agar tercapai peniadaan kecelakaan (zero accident), sehingga potensi kecelakaan dapat diantisipasi lebih dini," katanya di Jakarta, Kamis (12/11).

Berbicara saat memimpin serah terima jabatan Kepala Staf TNI Angkatan Udara (AU) ia mengatakan, TNI AU selaku penegak kedaulatan negara di udara harus menyiapkan seluruh kemampuan dan kekuatan udaranya.

Yakni pengendalian udara (control of the air), kemampuan serangan udara (air strike), dan kemampuan dukungan udara (air support) untuk mengantisipasi setiap tantangan dan dinamika tugas yang semakin kompleks.

Terkait itu, tambah Djoko, postur TNI AU harus dibangun secara betahap, berkesinambungan, tepat sasaran berdasarkan skala prioritas.

"Terkait itu, kebutuhan pokok minimum merupakan upaya nyata untuk mewujudkan pembangunan kekuatan dan kemampuan TNI Angkatan Udara, agar semakin handal menjalankan tugas pokoknya," tutur Panglima TNI.

Lebih penting lagi, tambahnya, peningkatan profesionalitas teknis keprajuritan bidang kedirgantaraan, pemantapan berjenjang disertai penyelenggaraan latihan secara bertingkat dan berlanjut mutlak dilakukan untuk memperkokoh TNI Angkatan Udara.

MEDIA INDONESIA

Kohanudnas Miliki Peran Strategis

Awak pesawat tempur F-16 bersiap melakukan Operasi Tetuka 2009 di pangkalan udara Samratulangi, Manado, Sulawesi Utara, Rabu (11/11). Operasi yang menggunakan 4 pesawat tempur F-16 tersebut dibawah Komando Pertahanan Udara Nasional (Kohanudnas) dengan skenario melakukan menyergap (intercept) pesawat asing yang memasuki wilayah Indonesia pada malam hari. (Foto: ANTARA/Basrul Haq/ed/pd/09)

12 November 2009, Jakarta -- Kohanudnas atau komando pertahanan udara nasional adalah komando gabungan Khusus sebagai salah satu komando utama operasi TNI, yang memiliki peran amat strategis dalam menghadapi tantangan dan ancaman terhadap wilayah udara nasional.

Kata Panglima TNI, Jenderal TNI Djoko Santoso, dalam amanatnya dibacakan oleh Kasum TNI, Laksdya TNI Y. Didik Heru Purnomo, pada penutupan Geladi Lapangan Hanudnas Tutuka XXXIII tahun 2009, di ruang Pusat Operasi Pertahanan Udara Nasional (Popunas) Mako Kohanudnas di Halim Perdanakusuma Jakarta, Kamis (12/11).

Panglima TNI mengatakan, geladi lapangan Hanudnas ”Tutuka” XXXIII tahun 2009 kali ini merupakan salah satu upaya dan jawaban untuk mengetahui sampai dimana tingkat kemampuan dan batas kemampuan Kohanudnas, bila dihadapkan dengan trend tantangan dan ancaman yang dihadapi. Sudah barang tentu, kesemuanya itu dituntut kesiapsiagaan TNI dalam menghadapi berbagai kemungkinan perlu adanya kesiapan yang matang dan sempurna dari semua unsur TNI sebagai alat dan komponen utama pertahanan negara.

Hal tersebut sejalan dengan UU RI Nomor 23/Prp Tahun 1959 tentang keadaan bahaya dan UU RI Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara. Akan tetapi, kata Panglima TNI, pada sisi lain dalam menghadapi ancaman kedirgantaraan yang tidak semakin ringan, seperti pelanggaran wilayah udara, peredaran satelit mata-mata dan perang elektronika baik dalam skala terbatas, luas dan terbuka yang pada akhirnya tidak menutup kemungkinan akan terjadi perbedaan persepsi sampai dengan pergesekan dan konflik kepentingan antar negara.

Sebelum mengakhiri amanatnya Panglima TNI memberikan penekanan agar latihan dilaksanakan secara berkesinambungan, efektif dan efisien, sehingga profesionalisme prajurit dan satuan TNI, dapat dipelihara dan ditingkatkan sesuai dengan hakekat dan ancaman yang kita hadapi; koordinasi secara matang dengan semua unsur dan institusi TNI, sehingga terwujud koordinasi dan singkronisasi dalam setiap penugasan; Laksanakan evaluasi dan konsolidasi paska latihan agar terwujud kesesuaian dan keserasian antara hasil latihan dengan kondisi riil kesatuan. Dengan demikian kita akan dapat melaksanakan pengembangan dan pembinaan satuan secara terus menerus dan berkesinambungan.

POS KOTA

KSAD: Pergantian Pangkostrad dalam Waktu Dekat

(ki-ka) KSAD baru Let jen TNI George Toisutta, Panglima TNI Jenderal TNI Djoko Santoso, dan KSAD lama Jenderal TNI Agustadi Sasongko Purnomo melakukan salam komando usai serah terima jabatan di Markas Besar Angkatan Darat, Jakarta, Rabu (11/11). George Toisutta resmi menggantikan Agustadi Sasongko Purnomo sebagai Kepala Staf TNI Angkatan Darat. (Foto: ANTARA/Rosa Panggabean/nz/09)

12 November 2009, Jakarta -- Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) Letjen TNI George Toisutta mengatakan, pergantian Panglima Komando Strategi Angkatan Darat (Pangkostrad) akan dilakukan dalam waktu dekat, setelah ada perintah dari Panglima TNI.

"Calonnya (Pangkostrad, red) belum tahu karena belum diusulkan," kata Letjen George Toisutta dalam jumpa pers usai serah terima jabatan KSAD di Mabes TNI AD, Jakarta, Rabu (11/11).

George Toisutta yang juga pernah menjabat sebagai Pangkostrad mengatakan, masih akan melanjutkan kebijakan pendahulunya, yakni Jenderal TNI Agustadi Sasongko untuk membangun TNI AD yang profesional. Sedangkan soal pemberantasan teroris, menurut George Toisutta, TNI AD siap bekerja sama dengan Kepolisian. "Kita tetap bantu polisi, dalam UU No 34 Tahun 2004 tentang TNI itu juga salah satu tugas kita TNI," kata dia.

Pada kesempatan yang sama, Panglima TNI Djoko Santoso mengatakan, pergantian kepala staf di lingkungan TNI merupakan proses yang wajar dan alamiah dalam sebuah organisasi. Proses ini juga merupakan bagian dari pembinaan organisasi sekaligus sebagai proses regenerasi dan kesinambungan kepemimpinan dalam organisasi TNI AD.

Panglima TNI juga menjelaskan, kecenderungan perkembangan lingkungan strategis saat ini memberikan gambaran adanya tantangan tugas TNI yang semakin dinamis dan kompleks. Di sisi lain, kemampuan negara masih terbatas untuk memenuhi kebutuhan alat utama sistem senjata, pemeliharaan perangkat keras, dan peningkatan profesionalisme serta kebutuhan peningkatan kesejahteraan prajurit.

Dalam kondisi seperti itu, katanya, TNI AD yang pilar utamanya terletak pada kualitas dan kuantitas sumber daya manusia, yang ditopang dengan alat utama sistem senjata harus mampu secara inovatif untuk terus-menerus melakukan pembinaan secara tepat, terarah, dan berkesinambungan.

"TNI AD harus mampu menyiapkan dan membangun kekuatan, kemampuan, dan gelar kekuatan ke arah yang benar terutama membangun kesiapan sumber daya manusia, kesiapan operasional, dan alutsista guna menjamin pelaksanaan tugas pokok TNI AD," kata Djoko Santoso.

Pembentukan Kodam Papua belum Jelas

Pembentukan Komando Daerah Militer di Papua belum diputuskan. TNI masih menunggu kajian yang diajukan oleh TNI AD.

Hal itu disampaikan Panglima TNI Jenderal Djoko Santoso di Jakarta, Kamis (12/11). "Itu adalah untuk membangun kekuatan dan TNI belum menerima kajian dari TNI AD. Tentunya, harus ada kajian dulu," kata Djoko.

Langkah selanjutnya, pihak Mabes TNI akan membuat tim yang akan menyurvei wilayah berdasarkan kajian tersebut. Setelah itu, pihak TNI baru akan membuat keputusan.

"Kami akan membuat tim, lalu akan membuat survei, baru akan ada keputusan," pungkasnya.

JURNAL NASIONAL/MEDIA INDONESIA

TNI AU Fokus Ganti Bronco dan Hawk

Super Tucano. (Foto: Embraer)

12 November 2009, Jakarta -- TNI Angkatan Udara fokus mengganti pesawat tempur taktis OV-10 Bronco dan Hawk MK-53, serta melanjutkan pengadaan pesawat jet tempur Sukhoi, kata Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal Madya TNI Imam Sufaat.

"Pesawat lain seperti F-5 Tiger belum akan diganti dalam waktu dekat," katanya usai menerima tongkat komando Kepala Staf Angkatan Udara dari Marsekal TNI Subandrio di Jakarta, Kamis.

Imam mengatakan, dalam program 100 harinya sebagai Kepala Staf Angkatan Udara, dia akan memokuskan penataan dan pembinaan personel, serta peningkatan kesiapan yang sangat bergantung pada tersedianya anggaran.

"Tidak akan ada perubahan kebijakan. Jadi kita tetap berpegang pada rencana strategis 2009-2014 disesuaikan ketersediaan anggaran. Untuk peningkatan profesionalisme akan tetap memantapkan pendidikan dan latihan," kata Imam.

Sedangkan, untuk pengadaan pesawat baru, TNI Angkatan Udara masih akan melanjutkan pengadaan jet tempur Sukhoi dari Rusia, mengganti OV-10 Bronco dan Hawk MK-53.

"Untuk penggantian OV-10 Bronco dan Hawk MK-53 kini tengah diproses bersama Departemen Pertahanan," tambahnya.

Mabes TNI AU sudah menetapkan Super Tucano dari Brazil sebagai pengganti Bronco, dan kini sedang digodok Departemen Pertahanan.

Sedangkan, untuk Hawk MK-53 Mabes TNI AU hingga kini masih merahasiakannya dan terus menggodok berbagai jenis pesawat yang menjadi kandidat pengganti pesawat buatan Inggris itu.

ANTARA News

Wednesday, November 11, 2009

F-16 Fighting Falcon Terbang Malam di Manado


11 November 2009, Manado -- Langit diatas Manado, Sulawesi Utara minggu (8/11) pada malam hari biasanya sunyi, namun mendadak terdengar gelegar suara pesawat tempur yang lepas landas dan mendarat. Pasalnya tiga jenis pesawat tempur yang mendukung operasi Tutuka 2009 yang ber-home base di Lanud Iswahjudi yaitu F-16 Fighting Falcon sedang melaksanakan terbang malam mulai pukul 18.00 WIB sampai 22.00 Wita yang dilaksanakan dalam2 sorti penerbangan. Bagi masyarakat umum, latihan terbang malam tersebut sangat menarik untuk menyaksikan pesawat tempur yang sedang lepas landas maupun mendarat.

Latihan terbang malam yang bertujuan untuk orientasi terhadap lingkungan sekitar wilayah sulawesi Utara dan meningkatkan profesionalisme dan kemampuan para penerbang ini, jelas Komandan Lanud Sam Ratulangi, Bagi para penerbang tempur, terbang malam bukan merupakan hal yang luar biasa namun perlu untuk pembiasaan terutama pada saat lepas landas dan mendarat yang sangat mengandalkan instrumen yang ada disamping visual dengan alat bantu lampu penerangan yang ada di dua sisi landasan, untuk itu para penerbang dituntut lebih teliti dan hati-hati dalam menerbangkan pesawat serta melakukan manuver-manuver tertentu.

PENTAK LANUD SAM RATULANGI

Kasad: Tidak Ada Perubahan Kebijakan

Bertindak sebagai inspektur upacara Panglima TNI Jenderal Djoko Santoso. Dalam sambutannya Djoko meminta George melanjutkan kepemimpinan di tubuh TNI AD dengan profesional. (Foto: detikFoto/Ramadhian Fadillah)

11 November 2009, Jakarta -- Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad) Letnan Jenderal TNI George Toisutta mengatakan, tidak ada kebijakan baru di TNI AD kendati terjadi pergantian pimpinan di matra darat itu.

"Saya akan teruskan apa yang telah ditetapkan oleh pejabat lama," katanya, usai menerima jabatan Kepala Staf Angkatan Darat dari Jenderal TNI Agustadi Sasongko Purnomo di Jakarta, Rabu.

George juga menegaskan, keberadaan komando teritorial tetap diperlukan agar seluruh wilayah Indonesia, dapat diawasi dan dijaga dari penyusup.

"Kalau Komando Teritorial ditiadakan, negara ini ini kosong dan mudah dimasuki dong," katanya.

Kasad menambahkan, salah satu kebijakan yang akan dilanjutkan adalah pembentukan Komando Daerah Militer di Kalimantan Barat dan Papua.

"Ya itu tetap, kodam di Kalimantan Barat dan menyusul Papua," katanya, singkat.

George juga menegaskan komitmen TNI Angkatan Darat untuk membantu Polri dalam pemberantasan terorisme.

George (kiri) menjadi KSAD yang ke-26. (Foto: detikFoto/Ramadhian Fadillah)

George Toisutta adalah lulusan Akademi Militer 1976 dan mengawali karir militer pada 1978 sebagai komandan pleton.

Sepuluh tahun kemudian, ayah tiga anak ini diangkat menjadi Kasi-2 Ops Brigif-1/PIK Kodam Jaya, dan satu tahun kemudian dipercaya menjadi Wakil Komandan Yonif-201/JYB Kodam Jaya.

Alumni Sesko Angkatan Darat 1992 itu lalu menduduki jabatan Kepala Staf Divisi 2 Kostrad, Kasdam Jaya pada 2003, Pati Mabes TNI pada 2003 dan pada 2004 dipromosikan menjadi Panglima Divisi 1 Kostrad.

Karir militernya terus menanjak ketika pada 2005 pria kelahiran Ujungpandang itu diangkat menjadi Pangdam XVII/Trikora, dan Pangdam III/Siliwangi pada 2006 dan terakhir Panglima Kostrad.

George juga sempat melaksanakan tugas dalam operasi militer di Timor Leste dan Nangroe Aceh Darussalam (NAD).

Pertama Kali Terjadi, Kapolri Hadiri Sertijab KSAD

Kapolri Jenderal Bambang Hendarso Danuri menghadiri upacara serah terima jabatan Kepala Staf Angkatan Darat dari Jenderal Agustadi Sasongko Purnomo kepada Letjen George Toisutta di Mabes TNI Angkatan Darat, Jakarta, Rabu (11/11).

Kapolri datang sekitar pukul 08:45 WIB di tempat lokasi serah terima jabatan yang dipimpin Panglima TNI Jenderal Djoko Santoso.

Kedatangan Kapolri ke acara serah terima jabatan KSAD merupakan hal yang pertama kali terjadi. "Sebelumnya, tidak pernah Kapolri hadir, baru kali ini beliau hadir pada acara ini," kata salah seorang perwira TNI Angkatan Darat. Keberadaan Kapolri pada acara serah terima itu juga menimbulkan tanda tanya sejumlah wartawan.

Acara ini dimeriahkan drum band akademi militer dan defile pasukan upacara yang terdiri dari unsur-unrur TNI AD, seperti Kostrad, Kopassus dan Raider. (Foto: detikFoto/Ramadhian Fadillah)

Kendaraan tempur milik TNI AD juga ikut ambil bagian dalam acara ini. (Foto: detikFoto/Ramadhian Fadillah)

Selain Kapolri, hadir dalam acara tersebut Kepala Staf Angkatan Udara baru Marsekal Madya Imam Sufaat dan Wakil kepala Staf Angkatan Laut Laksamana Madya Moeklas Sidiq. Hadir pula sejumlah mantan KSAD seperti Wismoyo Arismunandar, Hartono, dan Ryamizard Ryacudu serta para mantan panglima TNI seperti Wiranto dan Endriartono Sutarto.

Acara serah terima jabatan KSAD, dimeriahkan berbagai defile taruna Akademi Militer dan satuan-satuan TNI AD.

ANTARA News/MEDIA INDONESIA

Frigate Pesanan India Segera Diapungkan

Frigate kelas Talwar INS Tabar. (Foto: DID)

11 November 2009 -- Galangan kapal Yantar, Kaliningrad, Rusia merencanakan mengapungkan kapal pertama dari tiga frigate pesanan Angkatan Laut India akhir November, sedangkan uji coba pelayaran dimulai 2010 dan diserahkan ke AL India 2011 - 2012, diungkapkan juru bicara perusahaan Sergei Mikhailov, Selasa (10/11) kepada RIA Novosti.

India memesan tiga frigate Project 11356 modifikasi kelas Krivak III (dikenal dengan kelas Talwar) senilai 1,6 milyar dolar yang ditandatangani Juli 2006.

Sebelumnya Rusia telah mengirimkan tiga frigate kelas Talwar, INS Talwar, INS Trishul dan INS Tabar ke India. Kelas Talwar mempunyai bobot mati 4000 metrik ton dan mampu dipacu hingga 30 knot.

Sedangkan tiga frigate baru diberinama INS Teg, INS Tarkash dan INS Trikand oleh Presiden India Pratibha Patil

Frigate ini dapat digunakan berbagai misi maritim, sedangkan misi utamanya memburu dan menghacurkan kapal permukaan berukuran besar dan kapal selam.

Seluruh frigate baru akan dipersenjatai dengan 8 rudal jelajah supersonik BrahMos, sedangkan frigate sebelumnya dipersenjatai rudal anti kapal 3M-54E Klub-N. Selain itu dilengkapi satu meriam 100 mm, satu sistim pertahanan udara Shtil, dua meriam pertahanan udara/rudal Kashtan, dua tabung torpedo 533 mm dan satu helikopter anti kapal selam.

RIA Novosti/@beritahankam

Menengok Optimisme TNI di Perbatasan

Pos jaga TNI AL di Kabupaten Karimun Provinsi Kepri. (Foto: Muhammad Dzen)

Jakarta - Masalah klasik masih mengintai penegakkan kedaulatan dan keamanan perbatasan di Provinsi Kepulauan Riau. Mulai dari alusista yang kurang, terbatasnya bahan bakar hingga kesulitan komunikasi antarsatuan. Namun di balik segala kekurangan tersebut, masih ada rasa optimistis unsur-unsur TNI menjaga kedaulatan NKRI.

"Personel 100 persen kita siap. Unsur-unsur kejuangan TNI bersama rakyat siap menjaga perbatasan," ujar Komandan Pangkalan Utama Angkatan Laut (Lantamal) IV, Laksamana Pertama SM Darojatim saat menerima kunjungan wartawan seksi Dephan pekan lalu di Tanjungpinang, Kepri, Jumat (4/11/2009).

Darojatim menjelaskan, kendala utama adalah kurangnya bahan bakar untuk kapal-kapal milik TNI AL. Pemeliharaan kapal pun perlu ditingkatkan untuk meningkatkan kesiapan tempur TNI AL. Namun perwira tinggi berbintang satu ini menegaskan kesiapan personelnya untuk memberikan yang terbaik bagi kedaulatan NKRI.

Wilayah Kepri yang berbatasan dengan Singapura, Malaysia dan perairan vietnam itu memang 95 persen terdiri dari lautan. Luas wilayah Kepri 252.602 kilometer persegi, dari luas itu hanya 9.777 kilometer persegi yang berupa daratan. Sisanya 242.852 kilometer persegi merupakan wilayah perairan.

Kekuatan di darat, ada Korem 033 Wira Pratama yang membawahi Kodim 0315 Bintan, Kodim 0316 Batam, Kodim 0317 Tanjung Balai Karimun dan Kodim 0318 Natuna. Selain itu ada batalyon infanteri 134 yang diperkuat sekitar 1.500 personel.

Kendalanya, TNI AD mengaku kesulitan untuk melakukan penyebrangan personel antarpulau di wilayah Korem 033. TNI AD tidak memiliki perahu, sehingga untuk menyebrang masih mengandalkan bantuan kapal TNI AL atau kapal tradisional milik masyarakat. Tapi jika bertempur melawan pasukan negara tetangga, TNI AD mengaku masih yakin menang.

"Kalau dibandingkan dengan tentara negara tetangga, pasukan kita lebih unggul. Ini terlihat dari saat latihan bersama. Kemampuan pasukan kita lebih tinggi," jelas Danrem 033 WP Kolonel Arh Mardimin di tempat yang sama.

Untuk TNI AU, kekuatan di Kepri berpusat di Lanud Tanjungpinang. Walau tidak ada unsur pesawat tempur di lanud tipe C tersebut, namun sewaktu-waktu jika dibutuhkan, Lanud Tanjungpinang bisa menjadi pangkalan udara depan.

Permasalahan yang dihadapi, pesawat-pesawat Singapura masih sering memasuki wilayah Kepri. Selain itu penerbangan di Kepri masih diatur oleh Singapura melalui Flight Information Region (FIR) di Bandara Changi.

detikNews