Saturday, May 21, 2011

ASEAN Alokasikan US$ 25 Miliar Untuk Industri Pertahanan

Dari kiri Menteri Energi Brunei Darussalam YB Pehin Datu Singamanteri Col (Rtd) Dato Seri Paduka Hj Moh. Yasmin bin H. Umar, Menhan Kamboja General Tea Banh, Menhan Laos Douangchay Phichith, Menhan Malaysia Dato' Seri Ahmad Zaahid bin Hamidi, Menhan Myanmar Jenderal Hla Min, Menhan RI Purnomo Yusgiantoro, Sekretaris Pertahanan Nasional Filipina Hon. Voltaire T. Gazmin, Second Minister for Defence Ng Eng Hen, Menhan Thailand General Prawit Wongsuwon, Menhan Vietnam General Phung Quang Thanh, dan Deputi Sekjen Politik dan Keamanan Sekretariat ASEAN Sayakane Sisouvong berpose saat pertemuan ASEAN Defence Ministers Meeting di Balai Sidang Jakarta, Kamis (19/5). Rapat tersebut antara lain membahas isi-isu keamanan non-tradisional seperti terorisme, perompakan, dan imigran gelap serta penguatan keamanan kawasan ASEAN. (Foto: ANTARA/Andika Wahyu/ed/mes/11)

20 Mei 2011, Jakarta (Jurnas): Para Menteri Pertahanan Se-ASEAN menyepakati untuk mengalokasikan anggaran sekitar US$ 25 miliar untuk membangun industri pertahanan di ASEAN. Demikian dikatakan Menteri Pertahanan, Purnomo Yusgiantoro di Kantor Presiden, Jumat (20/5) usai bertemu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bersama para menteri Pertahanan Se-ASEAN.

Menurut Purnomo, terkait kerja sama industri pertahanan, para Menteri Pertahanan Se-ASEAN bersepakat untuk memaksimalkan membangun industri pertahanan. Negara-negara di ASEAN memang berbeda-beda tingkatan industri pertahanannya, namun ada kesamaan pendapat tentang perlunya memaksimalkan untuk membangun industri pertahanannya. “Kalau kita lihat tiap tahun US$ 25 miliar budget pertahanan untuk pembelian Alutsista di ASEAN. Kebanyakan dibeli dari negara-negara di luar ASEAN,” katanya.

Prinsip kita, lanjut Purnomo, bagaimana setiap tahun US$ 25 miliar bisa dimanfaatkan untuk industri pertahanan ASEAN. Kalau ini bisa, hasilnya akan luar biasa sekali. “Tapi kita juga menyadari 10 negara ASEAN tingkat industri pertahanannya berbeda-beda. Jadi kita akan lakukan bagaimana caranya nanti untuk mereka berkembang. Sementara mereka belum berkembang. Tentu ada negara-negara ASEAN yang sudah mampu membangun industri pertahanannya, itu yang mesti ada suatu kolaborasi,” kata Purnomo.

Sumber: Jurnas

Malaysia akan Operasikan Dua Kapal Selam di Perbatasan


21 Mei 2011, Jakarta (MI.com): Angkatan Laut Kerajaan Malaysia (RMN) mulai mengoperasikan Kapal selam KD Tunku Abdul Rahman dan KD Tun Abdul Razak di perairan perbatasannya pada tahun ini.

Demikian disampaikan Menteri Pertahanan Malaysia Ahmad Zahid Hamidi saat ditemui di Hotel Shangri-La, Jakarta, Jumat (20/5)

"KD Tunku Abdul Rahman dan KD Tun Abdul Razak sudah beroperasi pada tahun ini. Mereka bertugas mengawasi wilayah perairan," ujar Ahmad Zahid Hamidi.

Sebelumnya diberitakan, KD Tunku Abdul Rahman adalah kapal selam Malaysia pertama yang dibeli dari Prancis pada 2007. Tahun 2010, kapal itu dikabarkan sempat mengalami kerusakan teknis. Meski begitu, Ahmad Zahid Hamidi mengatakan KD Tunku Abdul Rahman kini siap beroperasi di perairan Malaysia. Begitu pula kapal KD Tun Abdul Razak yang diboyong dari Prancis pada 2010.

Ahmad Zahid Hamidi sendiri mengelak saat ditanya apakah kedua kapal selam itu secara spesifik ditugaskan memantau blok Ambalat. Ia hanya mengatakan kedua kapal selam akan berpatroli di wilayah perairan Malaysia. Selain itu, Ahmad menambahkan pemerintah RI juga akan segera merakit kapal selam.

"Indonesia juga mau bikin kapal selam," tutur dia.

Juru bicara Kementerian Pertahanan (Kemenhan) RI Brigjen Hartind Asrin menyatakan Pemerintah tidak tinggal diam untuk menjaga perbatasan RI-Malaysia tersebut. Akhir tahun ini, Kemenhan berencana memesan dua kapal selam dari pihak asing. Hartind mengatakan salah satu kapal selam itu akan dirakit di PT PAL Indonesia.

"Sementara kita belum bisa bilang dari negara mana, nanti ribut sama pabrikannya. Soalnya persaingan ketat, kita ingin kapal selam generasi terakhir yang spesifikasinya bagus untuk menjaga perbatasan. Prosesnya hampir final, nanti kita kabari lagi," cetusnya.

Menanggapi itu, Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia (UI) Hikmahanto Juwana mempertanyakan langkah yang diambil Malaysia dengan mengoperasikan dua kapal selam. Hikmahanto mencatat, kapal selam tidak lazim digunakan dalam patroli perbatasan. Kapal selam lebih sering dipakai untuk melumpuhkan kekuatan maritim lawan di dalam perang antarnegara. Pengoperasian kapal selam pun terkesan ingin memata-matai daerah perbatasan secara diam-diam.

"Tetapi yang kita mau, karena blok Ambalat ini masih sengketa, janganlah status quo atau quo vadis itu dirusak," tukasnya.

Hal itu ditimpali pakar pertahanan UI Andi Widjajanto. Menurut dia, perencanaan strategis (renstra) Malaysia pada tahap kedua yang mencakup gelaran kekuatan maritim memang berpusat di Kalimantan Utara. Hampir bisa dipastikan kapal selam itu akan beroperasi di perairan Filipina, Laut China Selatan, Laut Sulawesi, dan blok Ambalat.

"Daerah itu ideal untuk menggelar kapal selam karena itu laut dalam. Hampir bisa dipastikan, 90%, manuver-manuver itu akan ada juga di blok Ambalat," ucap Andi.

Ia menambahkan, tindakan penambahan kekuatan kapal selam Malaysia sebenarnya merupakan reaksi dari rencana Indonesia membeli empat kapal selam pada zaman kepemimpinan Megawati Soekarnoputri. Dalam realitanya, Indonesia batal membeli kapal selam dan diganti dengan perakitan domestik di PT PAL Indonesia.

"Indonesia harus merealisasikan pembelian empat kapal selam itu, karena kalau hanya di PT PAL tidak akan cukup. Indonesia juga harus meminta kepada Malaysia untuk tidak melakukan gelaran kapal selam di perbatasan yang memprovokasi. Malaysia bisa meniru Indonesia yang menggelar kapal selam di daerah dalam seperti di Laut Jawa. Malaysia dapat menggelar kapal selam di semenanjung mereka supaya tidak memprovokasi," pungkasnya.

Sumber: MI.com

Kemhan RI Bantah Kolaborasi Dengan Malaysia


20 Mei 2011, Jakarta (VIVAnews): Kementerian Pertahanan Indonesia belum mengetahui adanya rencana kolaborasi antara Indonesia-Malaysia-Thailand untuk memproduksi senapan serang M4. Kemhan mengatakan Indonesia masih bisa memproduksinya secara mandiri.

Hal ini disampaikan oleh juru bicara Kemhan, Hartind Asrin, yang dihubungi VIVAnews, Jumat, 20 Mei 2011. Hartind mengatakan bahwa memang ada rencana kolaborasi industri pertahanan antara negara-negara ASEAN, namun belum dibicarakan secara teknis jenis kerja sama tersebut.

"Saya belum dengar masalah itu," ujarnya.

Rencana kolaborasi tiga negara disampaikan oleh Menteri Malaysia, Ahmad Zahid Hamidi, pada konferensi pers hari ini. Dia mengatakan bahwa Indonesia, Thailand dan Malaysia akan bersama-sama mengumpulkan komponen persenjataan M4 dan membuatnya di Indonesia. Hal ini, ujar Hamidi, bertujuan untuk penghematan anggaran pertahanan di ASEAN.

"Memang ada pembicaraan mengenai kolaborasi, namun belum sejauh itu," ujar Hartind.

Hartind mengatakan bahwa konsep kolaborasi disampaikan Malaysia pada berbagai kesempatan, termasuk dalam pertemuan ASEAN Defence Ministerial Meeting (ADMM) kemarin. Inti dari konsep tersebut adalah jual-beli senjata antar negara ASEAN saja.

"Inti dari konsep itu adalah bagaimana pasar ASEAN direbut oleh ASEAN sendiri," ujar Hartind.

Namun jika memang kolaborasi tersebut terlaksana, Hartind mengatakan bahwa Indonesia dengan PT. Pindad siap menjadi pelaksana produksi. "Negara lain akan menjadi supporting unit, sharing dana, dan pengada komponen," ujar Hartind.
http://www.blogger.com/img/blank.gif
Jikapun memang kolaborasi tidak jadi dilakukan, tambah dia, Indonesia sendiri sudah mampu membuat senjata semacam itu. "Indonesia juga mampu kok membuatnya sendiri," ujarnya.

Kolaborasi industri pertahanan ditaksir akan menghemat anggaran pertahanan negara-negara ASEAN hingga 12,5 miliar (Rp106,8 triliun) dari anggaran keseluruhan US$213 triliun. Hal ini dikarenakan, dana yang biasanya dipergunakan untuk mengimpor senjata dari luar kawasan akan berputar di Asia Tenggara saja.

Sumber: VIVAnews

KRI Banda Aceh-593 Ikuti Imdex Asia di Singapura

KRI Banda Aceh-539 saat diresmikan. (Foto: Kabar Bisnis)

21 Mei 2011, Jakarta (Pelita): Salah satu unsur kapal perang TNI AL dari jajaran Komando Lintas Laut Militer (Kolinlamil) KRI Banda Aceh-593 mengikuti The International Maritime Defence Exhibition & Conference Asia 2011 (Imdex Asia 2011) yang diadakan selama tiga hari, Rabu-Jumat (18-20/5) di Changi Exhibition Centre,Singapura.

Selain kapal perang dari Indonesia, pameran juga diikuti kapal perang dari beberapa negara yang ikut berpartisipasi seperti Australia, Perancis, India, Republik Korea, Rusia,Inggris, dan Amerika Serikat.

Menurut Kepala Dispen Kolinlamil Letkol Laut (Kh) Maman Sulaeman, KRI Banda Aceh-593 merupakan kapal perang jenis Landing Platform Dock (LPD) buatan dalam negeri PT PAL Surabaya. Kapal perang di bawah pembinaan Satuan Lintas Laut Militer (Satlinlamil) Jakarta dengan komandan Letkol Laut (P) May Franky Pasuna Sihombing ini bertolak dari dermaga Kolinlamil, Tanjung Priok Jakarta, Sabtu (14/5) menuju Singapura.

Sebelum bertolak ke Singapura, Panglima Komando Lintas Laut Militer (Kolinlamil) Laksda TNI Didit Herdiawan, MPA, MBA memerintahkan kepada Komandan KRI beserta seluruh ABK agar senantiasa memerhatikan keselamatan personel dan material. Selain itu, agar memelihara dan menjaga kebersihan kapal selama mengikuti pameran, guna menjaga nama baik bangsa dan negara.

KRI Banda Aceh-593 adalah kapal keempat jenis LPD yang dipesan dari Korea Selatan, namun pembuatannya dilaksanakan di Indonesia yaitu di PT PAL Surabaya yang dikerjakan langsung oleh putra-putri Indonesia.

Kapal perang tersebut memiliki spesifikasi panjang 125 meter, lebar 22,044 meter, berat 7.286 ton. Memiliki kecepatan maksimum 15 knot, daya angkut mampu mengangkut 344 personel, lima helikopter jenis Mi-2/Bel 412, dua unit LCVP, tiga unit howitzer, dan 21 tank. Kapal perang ini juga dipersenjatai dengan meriam kaliber 57 mm dan dua unit kaliber 40 mm dan diawaki oleh 100 orang personel.

Sumber: Pelita

Menhan: RI-China Tingkatan Kerja Sama

KRI Layang tembakan rudal C-802 buatan Cina. (Foto: Dispenal)

21 Mei 2011, Jakarta (Suara Karya): Menteri Pertahanan RI Purnomo Yusgiantoro dan Menteri Pertahanan China Jenderal Liang Guanglie di Jakarta, Kamis (19) malam, mengadakan dialog bilateral membahas rencana peningkatan kerjasama bidang pertahanan antardua negara.

"Dialog bilateral kali ini adalah untuk menindaklanjuti yang telah diputuskan pada forum dialog yang telah dilaksanakan pada bulan Maret 2011 yang lalu. Dialog ini, sekaligus mengeratkan hubungan pertahanan kedua negara," ujar Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro dalam siaran pers yang diterima Suara Karya di Jakarta, Jumat (20/5).

Dalam dialog bilateral tersebut, Purnomo mengapresiasi dan berterimakasih kepada Menhan dan seluruh delegasi China karena memenuhi undangan pemerintah Indonesia dalam dialog bilateral Indonesia-China.

Kunjungan kehormatan Menhan China ke Indonesia mengonstruksikan semangat kerja sama kedua negara yang telahh terjalin dengan baik, khususnya dalam meningkatkan hubungan bilateral di bidang pertahanan.

Dialog bilateral itu juga dimakasimalkan Menhan kedua negara untuk bertukar pikiran serta membahas beberapa isu dan potensi kerjasama yang dapat dikembangkan oleh kedua negara.

"Kerja sama pertahanan kedua negara sebenarnya sudah berlangsung cukup lama, hingga pada tahun 2006 telah dirintis forum konsultasi bersama yang pertama di Jakarta dan dilanjutkan dengan forum konsultasi bilateral kedua pada tahun 2007 di Beijing," ujar Purnomo.

Menurut Purnomo, forum dialog itu sangat baik sehingga dapat membantu meningkatkan hubungan kerja sama pertahanan kedua negara, yang telah dibuktikan dengan dilakukannya penandatangan defence cooperation agreement (DCA) antara Indonesia-Tiongkok pada tahun 2007.

Kemajuan Kerja Sama

Sampai saat ini, Purnomo mengatakan, kerja sama bidang pertahanan Indonesia dengan China telah mengalami kemajuan, seperti pertukaran pendidikan, pelatihan maupun dalam pengadaan alat utama sistem persenjataan (alutsista).

"Bidang pendidikan pertahanan sudah banyak kemajuan, walaupun belum semua tawaran jenis pendidikan militer dapat dipenuhi oleh Indonesia," ujarnya.

Siswa militer China yang belajar di Indonesia tidak hanya menempuh pendidikan setingkat sekolah staf dan komando (sesko), namun tahun ini sudah ada yang mengikuti Lemhannas.

Ke depan, Menhan mengharapkan, kedua negara perlu memperbanyak kesempatan bagi siswa militer menimba ilmu di pendidikan militer masing-masing negara.

Sumber: Suara Karya

Friday, May 20, 2011

ASEAN Sepakat Bentuk Peacekeeping Center

Presiden SBY menerima 10 menteri pertahanan ASEAN di Kantor Presiden, Jumat (20/5) pagi. Mereka melaporkan hasil Pertemuan ke-5 Menteri Pertahanan ASEAN yang baru saja usai. Ada tiga hal utama yang dihasilkan para menhan tersebut. Salah satunya, menambah pusat pelatihan pasukan penjaga perdamaian di Sentul, Bogor, Jawa Barat. Ini akan menjadi pusat pelatihan terbesar. Pertemuan ke-5 Menhan ASEAN ini juga memutuskan untuk memperluas kerjasama dengan delapan negara mitra, yakni AS, Rusia, RRT, India, Jepang, Korsel, Australia, dan Selandia Baru. Para mitra ini akan dilibatkan dalam kerjasama di lima wilayah atau isu. Indonesia bersama AS akan menangani isu kontra terorisme. (Foto: abror/presidensby.info)

20 Mei 2011, Jakarta (Jurnas.com): Para Menteri Pertahanan Se-ASEAN menyepakati pembentukan peacekeeping center (Pusat Pelatihan Pasukan Penjaga Perdamaian). Kesepakatan tersebut diambil dalam ASEAN Defence Minister’s Meeting (ADMM) di Jakarta Convention Center, Senayan, Jakarta, Kamis (19/5).

Hal tersebut dikatakan Menteri Pertahanan RI, Purnomo Yusgiantoro di Kantor Presiden, Jumat (20/5) usai bertemu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bersama para menteri Pertahanan Se-ASEAN.

Menurut Purnomo, ada lima negara yang memiliki peacekeeping center di ASEAN yaitu Thailand, Malaysia, Indonesia, Laos dan Filipina. Peacekeeping center yang terbesar adalah di Indonesia.

“Nanti kami akan bangun lebih besar lagi di Sentul, kompleks peacekeeping center. Itu dibuka fasilitas negara-negara ASEAN apabila mereka ingin pakai untuk kegiatan mereka,” katanya.

Pada kesempatan itu, Menhan ASEAN yang ikut dalam pertemuan dengan Presiden SBY adalah Prawit Wongsuwon (Thailand), Ahmad Zahid Hamidi (Malaysia), Hla Min (Myanmar), Pung Quang Thanh (Vietnam), Voltaire T. Gazmin (Filipina), Dourangchay Phichith (Laos), Tea Banh (Kamboja), dan Purnomo Yusgiantoro (Indonesia). Sedangkan Singapura diwakili oleh Wakil Menhan Singapura Ng Eng Hen dan Muhammad Yasin bin Haji Umar (Menteri Energi Brunei).

Sumber: JURNAS

Pakistan Beli 50 JF-17

JF-17 milik AU Pakistan saat mengikuti pameran dirgantara Farnborough Juli 2010. (Foto: ChrisChen76)

20 Mei 2011, Beijing (Berita HanKam): Pakistan berharap mendapatkan 50 jet tempur JF-17 Thunder hasil kerjasama dengan Cina dalam enam bulan kedepan, ujar Menteri Pertahanan Ahmad Mukhtar, Jumat (20/5) saat kunjungan ke Beijing.

Perdana Menteri Yousuf Raza Gilani bertemu Presiden Hu Jintao saat kunjungan kerja selama empat hari ke Beijing dan Shanghai dimulai 17 Mei. Kedua negara menandatangani kerjasama dibidang ekonomi, teknologi dan pertahanan.

“Kami pikir kesepakatan tersebut bagus” ucap Mukhtar, harga satu unit JF-17 Thunder sekitar 20 juta dolar sampai 25 juta dolar dibandingkan harga F-16 80 juta dolar.
Detil kesepakatan tidak diungkap ke publik tetapi kesepakatan tersebut dibicarakan saat kunjungan Gilani ke Perdana Menteri Cina Wen Jiabao.

Armada Angkatan Udara Pakistan terdiri dari pesawat buatan Cina F-7PG dan A-5, F-16 buatan Amerika Serikat serta Mirage buatan Perancis.

Kedua negara mulai mengembangkan JF-17 pada 1999 dan Pakistan berencana membeli 250 unit. Islamabad merencanakan juga membeli rudal dan sistem penerbangan untuk JF-17 dari Cina, diberitakan surat kabar milik pemerintah Cina November lalu.

Sumber: AFP
Berita HanKam

Malaysia Ajak Indonesia Produksi Senapan M4

Karabin M4.

20 Mei 2011, Jakarta (TEMPO Interaktif): Malaysia mengajak Indonesia dan Thailand berkolaborasi untuk memproduksi senapan jenis Karabin M4. Karabin M4 dirancang oleh perusahaan Amerika untuk menggantikan senapan lama jenis M16 sejak 2010 lalu. Menteri Pertahanan Malaysia, Dato Seri Ahmad Zahid bin Hamidi, menyatakan kerjasama bisa dalam bentuk kepemilikan saham bersama.

"Malaysia sendiri sudah mencanangkan penggantian M16 ke M4," kata Ahmad Zahid di Jakarta, Jumat 20 Mei 2011. Salah satu perusahaan Malaysia telah mendapatkan lisensi untuk memproduksi M4 dari Colt, produsen senapan asal Amerika tersebut.

Ahmad mengatakan produksi pertama senapan M4 sudah dimulai dan diharapkan tahun ini bisa dihasilkan sebanyak 20 ribu laras senapan M4 untuk Malaysia saja. Tawaran kerjasama ini disampaikan sebagai langkah awal kerjasama industri pertahanan negara-negara ASEAN. Jika kerjasama ini bisa dikembangkan untuk mengisi pasar ASEAN, potensi produksinya akan lebih besar.

Kebutuhan akan senapan ini, di Malaysia saja mencapai 100.000 unit. Sementara di Thailand mencapai sekitar 300 ribu unit. Indonesia diperkirakan butuh lebih besar. Total kebutuhan senapan M4 untuk menggantikan M16 di seluruh ASEAN diperkirakan bisa mencapai satu juta unit.

Kerjasama yang ditawarkan Malaysia tak harus dalam dalam bentuk share equity. Malaysia juga menawari Indonesia dan Thailand kerjasama dalam bentuk lain, yakni memproduksi komponen senjata itu untuk dirakit di Malaysia. Bahkan salah satu komponen, yakni alat picu senapan akan diproduksi oleh Indonesia.

Senapan M4 Karabin memiliki panjang laras 37 sentimeter dan dirancang untuk digunakan dalam operasi infanteri, pasukan khusus maupun pasukan komando. Meski tak jauh berbeda dengan versi pendahulu M16, Karabin M4 memiliki bobot lebih ringan dan lebih fleksibel digunakan oleh pasukan dengan tinggi badan yang beragam.

Sumber: TEMPO Interaktif

Danlantamal VIII Tutup Corpat Philindo XXV 2011

Laksma TNI Sugianto, SE bersalam komando dengan Captain Romeo Santiago O Nebres.

Komandan Lantamal VIII Manado, Laksma TNI Sugianto, SE secara resmi menutup Latihan Patroli Terkoordinasi Philipina Indonesia (Corpat Philindo XXV 2011) di Gedung Serba Guna Lantamal VIII Manado, Rabu (18/5). Corpat Philindo XXV yang dilaksanakan dari tanggal 9 Mei s.d 16 Mei 2011 yang dibuka di Davao Philipina berhasil dan sukses.

Dalam Acara Penutupan tersebut, Laksma TNI Sugianto, SE menyatakan “ Corpat Philindo ini merupakan sebuah manifestasi dari hubungan baik bilateral kita dan sebuah berkat abadi untuk generasi sekarang dan yang akan datang, lebih dari itu makna terpenting dari kegiatan ini adalah untuk lebih meningkatkan semangat persahabatan antara kedua negara, khususnya antara kedua Angkatan Laut”

“Corpat Philindo yang baru dilaksanakan adalah implementasi dari upaya untuk meningkatkan kerjasama dalam saling percaya dan capasity building kedua negara yaitu Indonesia dan Philipina, tidak hanya pada aspek militer tapi juga aspek ekonomi dan sosial budaya termasuk juga transnational crime”, demikian Laksma TNI Sugianto, SE menyampaikan.

Lebih lanjut Danlantamal VIII menyampaikan, “Perairan perbatasan antara kedua negara merupakan jalur pelayaran penting dan strategis bagi kegiatan perdagangan maupun jalur internasional, khususnya untuk wilayah Asia Timur dan Asia Pasifik, sehingga wajar apabila upaya menciptakan stabilitas keamanan di perairan ini merupakan tanggung jawab ke dua Angkatan Laut,”

Diakhir sambutannya Laksma TNI Sugianto, SE menyampaikan bahwa hubungan kerja sama antara kedua Angkatan Laut dapat lebih ditingkatkan melalui kerja sama yang saling menguntungkan diberbagai bidang terutama dalam rangka memilihara keamanan dan stabilitas di kawasan perbatasan terseut.

Sementara itu dalam Ketua Delegasi Philipina Captain Romeo Santiago O Nebres, Deputy Commander of Eastern Mindano Command menyampaikan terima kasih atas kerja sama yang baik antara TNI AL dan FN (Filipine Navy) yang telah berjalan cukup baik selama ini dan akan terus dipertahankan guna mempererat hubungan bilateral ke dua negara. Segala permasalahan yang ada antar ke dua negara dapat diselesaikan dengan baik dengan komunikasi dan kordinasi yang baik.

Corpat Philindo XXV tahun 2011 yang dilaksanakan dari tanggal 9 Mei 2011 s.d. 16 Mei 2011 merupakan realisasi dari kesepakatan tentang pelaksanaan Corpat Philindo tahun 2011 yang telah ditetapkan pada saat sidang tingkat ketua pada bulan Pebruari 2011 di Manado. Kapal Perang TNI AL yang terlibat dalam Corpat Philindo XXV ini adalah KRI Tongkol-813 yang dikomandani Mayor Laut (P) Sumarji Bimoaji. Sedang Kapal Perang AL Philipina adalah BRP Miquel Malvar (PS-19) yang dikomandani Comander Ernesto O. Baldovino..

Adapun dalam acara CC (Courtesy Call) antara Danlantamal VIII dengan Delegasi Filipina dibahas untuk ke depan latihan latihan yang digelar akan diperbanyak lagi seperti praktek pertukaran informasi, pertukaran data intelejen, penghadangan, manuver kapal, pengejaran, pemblokiran serta penghadangan bila terjadi pelanggaran di laut latihan navy seal (pasukan katak), latihan SAR laut, counter terorisme dan penanggulangan bencana.

Sumber: Lantamal VIII

Thursday, May 19, 2011

Empat Jet Sukhoi ke Ambalat


19 Mei 2011, Tarakan (Batam Pos): Seringnya kapal-kapal angkatan laut Malaysia melanggar batas wilayah perairan Indonesia di Ambalat, membuat pemerintah RI kian waspada.

Bahkan, empat pesawat tempur milik TNI AU jenis Sukhoi dikerahkan untuk mengamankan wilayah Ambalat dan perbatasan utara Kalimantan Timur.

Empat jet tempur baru buatan Rusia itu, tiba di Bandara Kelas I Khusus Juwata Tarakan, sekitar pukul 10.20 Wita, Rabu (17/5) kemarin. Keempat pesawat tempur ini direncanakan akan melakukan operasi di perbatasan selama empat hari, mulai kemarin hingga Sabtu (21/5).

Selain empat pesawat tempur Sukhoi, dukungan operasi lainnya adalah satu unit pesawat angkut Hercules dan satu helikopter Puma untuk SAR.

Komandan Skadron Udara XI Wing 5 Lanud Sultan Hasanuddin Makassar, Letkol Pnb Tonny Haryono, membenarkan, kedatangan pesawat-pesawat tempur milik TNI AU ini dalam rangka melaksanakan operasi pengamanan pulau-pulau terluar yang berbatasan dengan negara tetangga Malaysia dan mengamankan wilayah alur laut kepulauan.

”Selain itu, kita juga melaksanakan profisiensi untuk mendukung pengoperasian sistem di Tarakan,” kata Tonny, kepada Radar Tarakan (Batam Pos Group) kemarin.

Kedatangan pesawat-pesawat tempur ini juga bagian dari operasi rutin yang dilakukan TNI AU. ”Tentunya semua sesuai perintah pimpinan. Kalau ada eskalasi (oleh pesawat Malaysia di perbatasan) di luar kewenangan kita. Pesawat Sukhoi apabila diperlukan dan diberi perintah untuk melaksanakan penindakan kami siap,” tegasnya.

Dijelaskannya, dalam operasi ini meski pihaknya membawa serta pesawat tempur Sukhoi, bukan berarti pihak TNI AU mencoba untuk menakut-nakuti Malaysia di perbatasan.

”Pelaksanaan operasi akan menyesuaikan perintah pimpinan. Kami (pilot Sukhoi) hanya unsur penindak, jika ada perintah atau penindakan kami siap,” tuturnya.

Sebelum mendarat di Tarakan kemarin, dirinya mengaku sudah memantau wilayah perbatasan Ambalat secara visual dari udara. ”Tadi hanya melaksanakan dan memantau secara visual saja, dan Alhamdulilah tidak ada masalah,” ungkap Tonny.

Pesawat Sukhoi ini mampu terbang sampai dengan 4,5 jam dengan ketinggian tertentu sesuai ancaman yang dihadapi. Empat pesawat Sukhoi yang menginap di Tarakan selama empat hari ini terdiri dari dua Sukhoi 30 yang diterima TNI AU tahun 2009 dan dua Sukhoi 27 SKM yang diterima bulan September 2010 lalu.

”Semuanya pesawat baru dan memiliki kelebihan yang baik. Avionic baru dan sudah standardisasi barat, mempunyai kemampuan air to ground gaet yang bisa diatur, termasuk radar yang bisa men-scanner target di atas permukaan laut,” jelasnya.

Lalu apakah Sukhoi akan melakukan patrol rutin selama empat hari di perbatasan? ”Tergantung perintah pimpinan, yang jelas TNI AU tidak akan memprovokasi, tapi kalau diprovokasi kita siap bertindak kalau komandan memerintahkan,” sebutnya.

Dijelaskannya, pulau Tarakan ini termasuk wilayah alur laut ALKI (alur laut kepulauan Indonesia) dua. Di Indonesia, ada tiga pembagian ALKI. Mulai Selat Malaka sampai Selat Sunda masuk dalam wilayah ALKI 1, Selat Lombok, Selat Bali, sampai pulau Tarakan masuk dalam ALKI 2 dan ALKI 3 meliputi Indonesia Timur sekitar Flores.

Meski baru pertama kali mendarat di Tarakan, diakui Tony sebenarnya pesawat-pesawat Sukhoi ini pernah terbang di atas Pulau Tarakan saat melakukan operasi perbatasan. Namun memang tidak diketahui oleh masyarakat luas karena hanya bersifat patroli dan pesawat langsung kembali ke Makassar.

”Tahun lalu kita sudah pernah melintas di Tarakan, tapi tidak landing hanya patroli,” akunya.

Lanud Tarakan, termasuk salah satu pangkalan yang sangat strategis posisinya, terutama untuk melakukan operasi perbatasan akan sangat efektif. Dengan adanya pangkalan satu ini, TNI AU bisa menjangkau operasi ke mana saja. ”Kalau dari Makassar langsung ke Ambalat kan serba terbatas, apalagi kalau ada ancaman yang segera harus ditindak,” ujarnya.

Untuk diketahui, dari Makassar ke Tarakan waktu tempuh yang dibutuhkan pesawat Sukhoi ini adalah 1 jam 5 menit, dengan kecepatan sekitar 800 km perjam.

Sumber: Batam Pos

Wakasal Kunjungi Kapal Perang India

INS Ranvijay D55.

19 Mei 2011, Jakarta (Dispenal): Wakil Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana Madya TNI Marsetio,M.M mengunjungi kapal Angkatan Laut India INS Ranvijay D55 yang berlabuh di JICT II Dermaga Tanjung Priok Jakarta Utara, Rabu (18/5). Kunjungan tersebut dalam rangka memenuhi undangan ramah tamah di atas kapal perang India dari Flag Officer In Commanding In Chief, Eastern Naval Command (Panglima Armada Timur India) Vice Admiral Anup Singh, PVSM, AVSM, NM, ADC.

Hadir dalam acara tersebut pejabat Markas Besar Angkatan Laut (Mabesal), pejabat Komando Utama TNI AL, para pejabat kedutaan negara sahabat, dan para atase pertahanan militer negara sahabat. Kunjungan Angkatan Laut India ini dalam rangka Goodwill Visit yang dilaksanakan selama 3 hari di Indonesia mulai tanggal 17 sampai dengan 20 Mei 2011, selain kapal INS Ranvijay-D55, AL India juga menyertakan dua kapal lainnya yaitu INS Ranvir-D54, dan INS Jyoti-A58.

Komandan Kapal Perang India Kunjungi Lantamal III


Tiga Komandan Kapal Perang India (Indian Navy Ships) INS Ranvijay, INS Ranvir dan INS Jyoti mengadakan kunjungan kehormatan ke Komandan Lantamal III Brigjen TNI (Mar) Arief Suherman di Markas Komando Lantamal III, Gunung Sahari, Jakarta, Rabu (18/5). Danlantamal III dalam menerima tamu dari Angkatan Laut India ini didampingi antara lain Wadan Lantamal III Kolonel laut (P) Deddy Muhibah Pribadi, SH, M.AP, Asops Kolonel Laut (P) Christ Paath, Aslog Kolonel Laut (T) Suhariyanto dan Kafasharkan Jakarta Kolonel Laut (T) Mugiono.

Ketiga Komandan Kapal perang tersebut Captain Dibag Singh (INS Ranvijay), Captain Sunil Balakrishnan (INS Ranvir), dan Captain Saleem Masood Anwer (INS Jyoti) berkunjung ke Mako Lantamal III dalam rangka untuk lebih mempererat hubungan antara AL India (Indian Navy) dan TNI AL yang selama ini telah terjalin dengan baik. Tiga Kapal perang India yang terdiri dari 2 kelas Destroyer (INS Ranvijay dan INS Ranvir) dan 1 jenis kapal Tangker (INS Jyoti) yang mengadakan muhibah ke Indonesia ini berasal dari Armada Timur AL India (Westeren Fleet of Indian Navy). Ketiga kapal tersebut tiba di Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta, Selasa (17/5) disambut upacara militer oleh Prajurit Lantamal III yang dipimpin Asop Danlantamal III Kol. Laut (P) Christ Paath.

Selain mengadakan kunjungan kehormatan ke Danlantamal III para komandan Kapal perang India ini juga akan mengadakan kunjungan kehormatan ke Walikota, Jakarta Utara. Selama di Indonesia 3 kapal perang India ini akan mengadakan kegiatan open ships serta mengadakan latihan passex (Passing Exercise) dengan kapal perang TNI AL.

Sumber: Dispenal/Lantamal III

Indobatt Kendalikan Massa Pascabentrok Palestina-Israel

Sejumlah anggota TNI yang tergabung dalam Indobatt dengan menggunakan dua kendaraan tempur (ranpur) BTR-80A saat melakukan patroli di area operasi Kompi Charlie, Indobatt, di desa Az Ziqiyah dan Deir Syirien Deir, Lebanon Selatan, Jumat, (13/5). Kegiatan patroli ini rutin dilakukan setiap saat, dengan tujuan memantau situasi keamanan di area operasi Indobatt sebagai upaya preventif untuk mencegah segala hal yang tidak diinginkan. (Foto: ANTARA/HO-Puspen TNISertu Mar Kuwadi/ed/NZ/11)

19 Mei 2011. Surabaya (ANTARA News): Satgas Yonmek Kontingen Garuda (Konga) XXIII-E/UNIFIL atau Indonesia Battalion (INDOBATT) akhirnya dapat mengendalikan massa pasca-bentrok antara warga sipil Palestina dengan tentara Israel (Israel Defence Force/IDF).

Perwira Penerangan (Papen) INDOBATT Mayor Pasukan Banu Kusworo kepada ANTARA melalui surat elektronik dari Lebanon, Kamis, melaporkan bentrok itu sendiri terjadi di area operasi Kontingen Perancis (FCR) pada 14-15 Mei lalu saat Peringatan Nakba (Hari Kelahiran Israel pada 14 Mei 1948).

"Komandan Satgas Yonif Mekanis Konga XXIII-E/UNIFIL Letkol Inf Hendy Antariksa sudah mengantisipasi situasi itu dengan menempatkan pasukan BMR (Battalion Mobile Reserve) di wilayah Flag Point (wilayah sensitive area blue line)," katanya.

Selain anggota Kompi Alfa yang setiap hari bertugas di sana, katanya, kerja sama antara pasukan INDOBATT dengan tentara Lebanon (Lebanese Armad Forces/LAF) dan kepolisian Lebanon juga mampu mengendalikan konsentrasi massa dari mahasiswa American University Beirut.

"Unjuk rasa berhasil diredam oleh pasukan INDOBATT hingga massa mulai membubarkan diri pada pukul 21.00 waktu setempat," katanya.

Sejak tanggal 11 Mei 1948, warga Palestina kehilangan tanah kelahirannya karena wilayahnya telah didaku (diklaim) sebagai wilayah Israel, sehingga Peringatan Nakba itulah yang memicu warga Palestina berunjuk rasa menentangnya, karena Hari Nakba merupakan Hari Bencana bagi warga Palestina.

Selain di perbatasan Syria yaitu di wilayah ketinggian Bukit Golan, unjuk rasa juga terjadi di sepanjang wilayah "sensitive area blue line" yang merupakan perbatasan antara Israel dengan Lebanon.

"Kasiops INDOBATT Mayor Inf Hendriawan Senjaya melaporkan peristiwa unjuk rasa terjadi mulai tanggal 14 Mei 2011 pukul 19.00 waktu setempat dan massa mulai membubarkan diri pada pukul 21.00 waktu setempat," katanya.

Peristiwa unjuk rasa kembali terjadi keesokan harinya yaitu pada tanggal 15 Mei, namun konsentrasi massa terbesar terjadi di luar wilayah operasi INDOBATT, yaitu di wilayah area operasi Sektor Barat atau tepatnya di daerah Marun Ar `Ras yang merupakan wilayah Kontingen Perancis (Force Commander Reserve/FCR).

"Unjuk rasa di wilayah itu berlanjut menjadi sebuah bentrokan antara warga sipil Palestina dengan IDF yang memakan korban di pihak sipil Palestina sebanyak 10 orang meninggal dunia, tiga luka parah, dan 118 luka-luka," katanya.

Informasinya, hal itu dipicu warga Palestina yang mencoba menyeberang "technical fence" (pagar pembatas wilayah Israel-Lebanon) dan ditanggapi secara represif oleh Israel dengan mengeluarkan tembakan ke arah warga sipil Palestina.

"INDOBATT telah meningkatkan penjagaan di sepanjang blue line dengan cara menempatkan TMOP (Temporary Observation Post) dan setiap saat pasukannya selalu memantau perkembangan situasi yang terjadi," katanya.

Selain itu, INDOBATT bekerja sama dengan LAF juga menerapkan konsep pagar betis di sepanjang "sensitive area blue line" untuk mengantisipasi pembubaran massa yang melintasi dua jalur utama wilayah operasi INDOBATT yaitu Ganduriyah dan El Addaisse.

"Dengan langkah antisipasi yang diterapkan oleh INDOBATT di bawah komando Letkol Inf Hendy Antariksa itu, massa akhirnya tidak melanjutkan kegiatan unjuk rasa di wilayah ini dan secara berangsur-angsur mereka kembali dan membubarkan diri," katanya.

Sumber: ANTARA News

Empat Pesawat Sukhoi Bikin Formasi Diamond di Udara


18 Mei 2011, Tarakan (tribunkaltim.co.id): Sebelum mendarat di Bandara Juwata, Rabu (18/5/2011), empat pesawat Sukhoi yang dipimpin Letkol Penerbang Tomy Haryono, Komandan Skuadron Udara Wing 5 Lanud Sultan melakukan beberapa formasi di udara. Mulai formasi leader dengan wingman kanan kiri, diamond dan esselon.

Formasi di udara ini menambah ketakjuban masyarakat yang melihat atraksi empat pesawat Sukhoi tersebut. Bahkan sebelum mendarat. empat pesawat ini melakukan formasi esselon yang belok ke kanan, sampai akhirnya satu persatu pesawat landing, dan jarak waktu selisih pesawat satu dengan yang lainnya hanya 15 detik.

Menurut Tomy, kedatangan timnya, ke Lanud Tarakan untuk melaksanakan operasi pengamanan ambalat yang berdekatan dengan pulau-pulau terluar di daerah perbatasan.

"Jadi kami ini melaksanakan operasi rutin yang diperintahkan pimpinan kepada kami. Ini sudah kedua kalinya kami melakukan partoli pengamanan ambalat ini. Tahun lalu kami pernah juga melakukan operasi ini, namun tidak landing di Lanud Tarakan, kebetulan waktu itu Lanud belum ada. Baru sekarang ini lah kami landing," ujarnya.

Tomy mengaku, sebelum mendarat di Tarakan, bersama timnya telah berpatroli melintasi perbatasan Ambalat. "Kami tadi pantau di wilayah perbatasan, ternyata tidak ada masalah," ucapnya.

Pesawat tempur super Sukhoi ada dua jenis. Pesawat Su-27 ini jenis pesawat yang memiliki tempat duduk tunggal, dan Su-30 memiliki dua tempat duduk. Pesawat ini bisa mengangkut 6.000 kilogram bahan bakar dan mampu mengadakan patroli sejauh 1.500 kilometer.

Walikota Tarakan pun Ikut Nonton Pesawat Sukhoi

Kehadiran pesawat Sukhoi, Hercules, dan helikpoter Puma di Bandara Juwata Tarakan, Kamis (19/5/2011) menarik perhatian Walikota Tarakan Udin Hianggio dan Wakil Walikota Suhardjo Trianto.

Mereka ini pun menonton dari dekat pesawat Sukhoi dan foto bareng bersama pejabat Muspida yang hadir berserta kru pilot pesawat tempur Sukhoi. Bahkan Udin menyempatkan dirinya naik ke dalam kokpit pesawat Sukhoi.

Tak hanya itu moment kehadiran pesawat dan helikopter milik TNI AU, juga dimanfaatkan Komunitas Pencinta Senifoto Tarakan. Sebanyak 10 dan anggota komunitas ini beramai-ramai memotret pesawat Sukhoi, Hercules dan helikpoter Puma yang ada di bandara.

Ketua Komunitas Pecinta Senifoto Tarakan, Alan mengaku, mereka hunting untuk foto, karena kebetulan mendapatkan kesempatan dari Lanud Tarakan untuk mengabdikan moment tersebut.

Sumber: Tribun Kaltim

Buat Jet Tempur Bersama Korsel, Indonesia Sertakan 30 Insinyur


18 Mei 2011, Jakarta (TEMPO Interaktif): Pemerintah Indonesia akan mengirimkan 30 insinyur terbaik dalam bidang industri pertahanan ke Korea Selatan dalam rangka kerjasama pembuatan jet tempur Indonesia-Korea Selatan. "Ada 30 insinyur Indonesia yang akan terlibat dalam poyek ini," kata Direktur Teknologi Industri Pertahanan, Ditjen Potensi Pertahanan Kementerian Pertahanan, Agus Suyarso, usai Seminar Industri Pertahanan di Gedung Antara, Jakarta, Rabu 18 Mei 2011.

Menurut dia, kerjasama ini melibatkan 150 tenaga ahli/insinyur termasuk dari Korea. Karena Indonesia berpartisipasi sebesar 20 persen dalam proyek ini, maka 30 orang berasal dari Indonesia. 30 orang ini akan diambil dari PT Dirgantara Indonesia (DI), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), dan dari Institut Teknologi Bandung (ITB). "Sedang dikumpulkan. Paling lambat Juli nanti dikirim," ujarnya.

Namun tak hanya satu kelompok ini saja yang akan mempelajari cara, riset
dan pengembangan pembuatan lima prototype pesawat tempur multi-mission generasi 4,5 yang disebut Jet Fighter KF-X/IF-X ini. masih ada lima kelompok lain yang nantinya akan terlibat secara bergiliran. "Ada enam kelompok, jadi 30 kali 6 artinya ada sekitar 180 orang," kata Agus.

Rencananya sekelompok insinyur tersebut akan bergiliran setiap empat bulan sekali.

Indonesia Dapat Satu Jet Tempur Kerjasama dengan Korea Selatan

Kerjasama Indonesia-Korea Selatan dalam pengembangan industri pembuatan jet tempur terus berlanjut. Proyek yang pembagian pembiayaannya 80 persen Korea Selatan dan 20 persen Indonesia ini rencananya akan membuat lima prototipe jet tempur KF-X/IF-X, pesawat tempur multimission generasi 4,5.

"Empat prototipe untuk Korea dan satu untuk kita (Indonesia)," kata Direktur Teknologi Industri Pertahanan, Ditjen Pothan, Kementerian Pertahanan, Brigadir Jenderal TNI Agus Suyarso, dalam Seminar Industri Pertahanan di Gedung Antara, Jakarta, Rabu 18 Mei 2011.

Dengan komposisi pembiayaan total 80:20 ini, artinya pemerintah hanya menyumbang US$ 1,01 miliar atau sekitar 10,1 triliun dari total biaya sebesar US$ 5,05 miliar. Proyek ini akan berlangsung selama 10 tahun, tepatnya hingga tahun 2020. "Nanti rencananya kalau untuk trading-nya 250 pesawat, 200 untuk mereka, 50 untuk kita," kata dia.

Kerjasama pembuatan pesawat tempur ini menjadi salah satu cara Indonesia dalam rangka pengembangan alat utama sistem senjata (alutsista) untuk kebutuhan sekarang dan masa depan. Selain itu juga untuk meningkatkan kemampuan industri pertahanan dan meningkatkan kemandirian dan sistem pertahanan strategis.

Sumber: TEMPO Interaktif

Korsel Siap Tambah CN-235

Seorang pekerja menyelesaikan proses pembuatan pesawat CN235-110 Maritime Patrol Aircraft (MPA) pesanan Korea Coast Guard di hanggar PT Dirgantara Indonesia (PTDI) Bandung, Jawa Barat, Rabu (18/5). PTDI membutuhkan dana segar berkisar Rp600 miliar—Rp900 miliar dalam upaya restrukturisasi penyelematan BUMN tersebut dari keterpurukan industri dirgantara nasional. (Foto: Bisnis-Jabar.com)

19 Mei 2011, Jakarta (SINDO): Dalam acara Working Level Task Force Meeting antara Pemerintah Indonesia dan Korea Selatan di Nusa Dua, Bali, kemarin, selain menyatakan kesiapan untuk memperkuat kerja sama ekonomi, pihak Korsel juga menyatakan ketertarikannya untuk menambah penggunaan pesawat CN-235 produksi Indonesia di negara tersebut. Sejauh ini,kata Menko Perekonomian Hatta Rajasa, Korsel memang salah satu pengguna pesawat CN-235.

Dia mengatakan, ada harapan bahwa Korsel akan menambah penggunaan pesawat tersebut di negaranya. Korsel menilai pesawat CN-235 buatan Indonesia lebih baik dibandingkan dengan pesawat sejenis produksi Cassa,Spanyol.

Sumber: SINDO

Wednesday, May 18, 2011

Hasanuddin: RUU PPISP Fasilitasi Revitalisasi Industri Pertahanan

Peresmian penyerahan KRI Clurit produksi galangan kapal di Batam. (Foto: Kemhan)

18 Mei 2011, Jakarta (ANTARA News): Wakil Ketua Komisi I DPR TB Hasanuddin mengatakan, Rancangan Undang Undang tentang Pengembangan dan Pemanfaatan Industri Strategis untuk pertahanan (RUU PPISP) akan memfasilitasi revitalisasi industri strategis pertahanan.

"Saat ini, RUU tersebut yang merupakan inisiatif DPR tengah dibahas di tingkat panitia kerja di Komisi I. Kami harapkan ada masukan dari masyarakat dan instansi terkait," kata Hasanuddin saat seminar "Revitalisasi Industri Strategis untuk Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi" di Wisma ANTARA, Jakarta, Rabu.

Menurut dia, RUU Pengembangan dan Pemanfaatan Industri Strategis untuk pertahanan mewujudkan industri strategis pertahanan yang profesional, efektif, efisien, terintegrasi; mewujudkan kemandirian pemenuhan alat peralatan pertahanan dan keamanan.

Selain itu, meningkatkan kemampuan memproduksi alat peralatan pertahanan dan keamanan, serta mewujudkan kemandirian industri strategis pertahanan, yakni Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP) sebagai ujung tombak revitalisasi.

Selama ini, lanjut dia, alutsista yang dimiliki oleh TNI dan Polri masih ada ketergantungan pada pasokan dari pasal luar negeri. Akibatnya, industri strategis tidak dapat berkontribusi secara maksimal dalam pengembangan alutsista dalam negeri.

Selain itu, belum ada aturan mengenai prosentase minimum kebijakan offset (pembuatan/perakitan komponen) dari luar negeri ke industri strategis nasional, masih kurangnya perhatian/insentif terhadap aspek research and development dalam konteks teknologi alutsista inkonsistensi pemerintah (Kemhan/Polri) untuk membeli produk BUMNIS.

Oleh karena itu, pemerintah harus menunjukkan keseriusannya dalam konteks implementasi, sehingga revitalisasi industri strategis tidak hanya menjadi wacana belaka.

"Industri strategis nasional memerlukan landasan hukum, pengembangan organisasi dan SDM, dukungan modal dan komitmen pemerintah secara maksimal," katanya.

Ia menambahkan, dengan adanya RUU itu revitalisasi industri strategis diharapkan dapat melindungi kepentingan nasional, kemandirian, dan ketersediaan alutsista yang relatif murah.

Bahkan, ada kesempatan bagi industri strategis nasional untuk memperluas pasar ke luar negeri (export-oriented) namun tetap dalam prinsip bebas aktif.

Sementara itu, peneliti dari Pusat Penelitian Politik (P2P) LIPI, Riefqi Muna, mengatakan, untuk pengembangan industri pertahanan perlu mempertimbangkan beberapa aspek, yakni mengintegrasikan rencana industri pertahanan dalam negeri dengan pemetaan kebijakan pengembangan sains, teknologi dan industri nasional.

Kedua, perlu ada pengembangan kebijakan yang terintegrasi dari pendidikan (training), kajian teoritik dan inovasi secara objektif. Dan ketiga, industri pertahanan harus memusatkan kepada kebutuhan peralatan yang semestinya, sehingga perlu kajian yang objektif sebagai dasar pengembangan kapabilitas pertahanan.

Sumber: ANTARA News

Ketergantungan Alutsista ke Negara Lain Timbulkan Malapetaka

Menteri Pertahanan RI Purnomo Yusgiantoro (kiri) berfoto bersama Menteri Pertahanan Malaysia Ahmad Zahid bin Hamidi (tengah) dan Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono usai memberi sambutan dalam seminar "Revitalisasi Industri Pertahanan untuk Kemandirian Alutsista dan Perluasan Pembangunan Ekonomi" di Wisma Antara, Jakarta, Rabu (18/5). Purnomo menyatakan perlunya keberadaan industri pertahanan yang terspesialisasi di ASEAN agar memiliki posisi tawar yang kuat dalam percaturan global. (Foto: ANTARA/Fanny Octavianus/11)

18 Mei 2011, Jakarta (ANTARA News): Ketergantungan alat utama sistem senjata (alutsista) yang berlebihan pada negara lain dapat menimbulkan malapetaka, untuk itu pemerintah diharapkan bisa meningkatkan kebutuhan alutsista /non alutsista TNI demi terwujudnya percepatan kemandirian alutsista produksi dalam negeri dan perluasan pembangunan ekonomi.

"Kita semua memandang penting kemandirian alutsista dalam negeri," kata Pemimpin Umum Harian Sinar Harapan Laksamana Muda TNI Purn Rosihan Arsyad dalam seminar bertajuk "Revitalisasi Industri Pertahanan Untuk Kemandirian Alutsista dan Perluasan Pembangunan Ekonomi" di Wisma ANTARA, Jakarta, Rabu.

Ia mengatakan bahwa upaya revitalisasi industri pertahanan diperlukan khususnya untuk mempertemukan pandangan yang seragam akan alutsista dengan negara lain demi membangun Hankamnas (pertahanan keamanan nasional) dengan alutsista buatan dalam negeri.

"Nilai belanja alutsista ASEAN itu 25 miliar dolar AS, dan kita bisa menghemat jika membuat sendiri," katanya

Sementara itu panglima TNI Agus Suhartono mengatakan bahwa industri pertahanan merupakan salah satu industri strategis dalam rangka menangkal potensi ancaman negara kita.

Ia mengutarakan bahwa kendala pembangunan industri pertahanan adalah seringnya terjebak dalam dilema anggaran negara yang membuat kita harus terus mendorong revitalisasi industri strategis.

Menurut Panglima, demi mewujudkan percepatan industri pertahanan ada tiga hal yang harus diperhatikan, pertama, revitalisasi industri untuk menghilangkan tertinggalnya efisiensi perusahaan.

Kedua, horizon industri nasional sering terjebak oleh target laba jangka pendek yang sering mengganggu target jangka panjang. Ketiga revitalisasi keterkaitan dalam menjalin hubungan antar lembaga dengan pihak terkait lainnya serta adanya komitmen bersama.

Sumber: ANTARA News

ASEAN Bertekad Kurangi Ketergantungan Persenjataan Luar Kawasan

Menteri Pertahanan RI Purnomo Yusgiantoro (tengah), Menteri Pertahanan Malaysia Ahmad Zahid bin Hamidi (kanan), Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono (2kanan) diantar Dirut LKBN Antara Ahmad Mukhlis Yusuf (kiri) usai memberi sambutan dalam seminar "Revitalisasi Industri Pertahanan untuk Kemandirian Alutsista dan Perluasan Pembangunan Ekonomi" di Wisma Antara, Jakarta, Rabu (18/5). Purnomo menyatakan perlunya keberadaan industri pertahanan yang terspesialisasi di ASEAN agar memiliki posisi tawar yang kuat dalam percaturan global. (Foto: ANTARA/Fanny Octavianus/nz/11)

18 Mei 2011, Jakarta (ANTARA News): ASEAN bertekad mengurangi ketergantungan pengadaan alat utama sistem persenjataan dari luar kawasan, dengan merancang kemandirian industri pertahanan ASEAN yang ditargetkan selesai 2030.

Menteri Pertahanan Malaysia Ahmad Zahid Hamidi, pada seminar "Revitalisasi Industri Pertahanan untuk Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi" di Jakarta, Rabu, mengatakan, selama ini total belanja alat utama sistem senjata negara-negara ASEAN setiap tahun mencapai 25 juta dolar AS.

"Angka belanja itu harus kita kurangi secara bertahap hingga 12,5 juta dolar AS per tahun, dengan membangun kemandirian industri pertahanan ASEAN. Jadi produk industri pertahanan ASEAN dari dan untuk negara ASEAN," katanya.

Apalagi, tambah Hamidi, selama ini antar negara ASEAN sudah terjadi saling pembelian alat utama sistem senjata semisal Singapura telah menjual peluncur roketnya ke Brunei Darussalam dan kapal Landing Platform Dock (LPD) ke Thailand.

"Pembelian alat utama sistem senjata antar negara ASEAN dapat menjadi embrio bagi terwujudnya industri pertahanan ASEAN yang mandiri dan kuat," katanya.

Terkait pembangunan industri pertahanan ASEAN yang mandiri itu, para menteri pertahanan ASEAN telah di bawah koordinasi Menhan Malaysia telah melakukan beberapa kali pertemuan untuk membahas rancangan kerja sama industri pertahanan ASEAN guna mendukung pertumbuhan ekonomi kawasan.

"Konsep dan formulasi baku diperlukan untuk mewujudkan kolaborasi industri pertahanan ASEAN yang mandiri di masa datang, mengingat tingkat kebutuhan, spesifikasi teknik, tekonologi persenjataan masing-masing negara ASEAN sangat beragam," kata Hamidi.

Ia menambahkan, "Kita membutuhkan komitmen dari masing-masing kepala pemerintahan negara ASEAN, kerja sama dari pemangku kepentingan dari masing-masing negara ASEAN, keseragaman, hingga dapat ditentukan standar baku produk industri pertahanan ASEAN yang dihasilkan bagi negara-negara ASEAN, seperti halnya negara-negara NATO yang telah memiliki standar baku untuk produk-produk pertahanan yang dihasilkan negara-negara NATO.

"Jika Inggris dan Perancis yang berbeda bahasa, budaya dan pandangan politiknya bisa bekerja sama dalam membangun industri pertahanan Uni Eropa, mengapa Indonesia dan Malaysia yang memiliki latar belakang budaya dan bahasa sama, tidak dapat bekerja sama mewujudkan industri pertahanan ASEAN yang mandiri, bahkan kalau bisa dipercepat," kata Hamidi meyakinkan.

UAV mini Skyblade III produksi industri pertahanan Singapura. (Foto: Mindef)

Pada kesempatan yang sama Menhan RI Purnomo Yusgiantoro mengatakan, Indonesia masih berada dalam posisi lebih rendah dibandingkan Singapura, Thailand dan Malaysia dalam industri pertahanan nasional.

"Namun, bukan berarti kita tidak siap. ASEAN, termasuk Indonesia merupakan pangsa pasar yang cukup besar untuk komoditi persenjataan, meski dar sisi budget Indonesia masih relatif kecil," katanya.

Ia mengatakan, Indonesia termasuk empat negara ASEAN yang industri pertahanannya relatif stabil setelah Singapura, Thailand dan Malaysia.

"Pangsa pasar yang besar ini dapat dikelola oleh ASEAN sendiri, akan lebih baik. Jadi, kedepan kita, umumnya ASEAN tidak akan lagi menjadi pengimpor penuh persenjataan dari luar kawasan. Selama dua hingga tiga dekade ASEAN pengimpor penuh untuk peralatan dan persenjataan, dirgantara, maritim, otomotif, teknologi komunikasi dan informasi," ungkap Purnomo.

Sumber: ANTARA News

"Industri Pertahanan Jangan Seperti Ilusi"

Upacara penyerahan KRI Clurit di Batam, kapal cepat rudal produksi galangan kapal dalam negeri. (Foto: Kemhan)

18 Mei 2011, Jakarta (VIVAnews): Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono menilai Indonesia perlu melakukan percepatan industri pertahanan. Hal ini untuk menjawab masalah aktual dalam negeri, seperti rendahnya sistem persenjataan dan embargo dari negara-negara industri utama.

“Revitalisasi industri harus strategis dan terus diagendakan agar tidak merosot. Jangan sampai industri pertahanan hanya seperti ilusi,” kata Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono dalam acara Revitalisasi Industri Pertahanan untuk Kemandirian Alutsista dan Perluasan Pembangunan Ekonomi di Autorium Adhiyana, Wisma Antara, Rabu, 18 Mei 2011.

Untuk menghindari ilusi ini, ujar Agus, revilitisasi industri, terutama pertahanan, jadi penting untuk dilakukan dengan disiplin dengan melibatkan semua kalangan, termasuk akademisi.

"Isu besar dalam negera ini adalah semakin tertinggalnya mesin-mesin industri nasional dan semakin kalah dari efisiensi dari negara lain,” jelasnya.

Selanjutnya, Agus menilai horison industri nasional jangan terjebak pada industri jangka pendek karena bisa menghancurkan rencana jangka panjang.

Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro menambahkan empat hal yang perlu diperhatikan dalam revitalisasi pertahanan. “Adanya penyatuan lembaga pembina dengan membentuk KKIP, menerbitkan

roadmap revitalisiasi industri pertahanan, mempercepat proses alih teknologi untuk meningkatkan kandungan lokal,

memprioritaskan penyelesaian UU revitilitisasi industri pertahanan dengan DPR, dan mendorong kegiatan ekonomi dalam negeri,” jelas Purnomo.

Sumber: VIVAnews

Menhan: Kolaborasi Pertahanan ASEAN Wujudkan Kemajuan Kawasan

Menteri Pertahanan RI Purnomo Yusgiantoro memberi sambutan dalam seminar "Revitalisasi Industri Pertahanan untuk Kemandirian Alutsista dan Perluasan Pembangunan Ekonomi" di Wisma Antara, Jakarta, Rabu (18/5). Purnomo menyatakan perlunya keberadaan industri pertahanan yang terspesialisasi di ASEAN agar memiliki posisi tawar yang kuat dalam percaturan global. (Foto: ANTARA/Fanny Octavianus/11)

18 Mei 2011, Jakarta (ANTARA News): Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengatakan, kolaborasi pembangunan industri pertahanan di kawasan ASEAN mutlak diperlukan guna mewujudkan terciptanya kemandirian alutsista (Alat utama sistem senjata) dan perluasan pengembangan ekonomi dan Kemajuan di kawasan ASEAN.

"Harus ada yang bersedia membeli alutsista dalam negeri beserta kekurangan dan kelebihannya demi memajukan industri pertahanan dalam negeri sebelum berkolaborasi di ASEAN," kata Menteri Pertahanan RI Purnomo Yusgiantoro dalam pidatonya di seminar Industri Pertahanan di Wisma ANTARA, Jakarta, Rabu.

Purnomo mengatakan bahwa industri pertahanan RI yang berdiri sejak 1958 dengan menasionalisasi industri pertahanan bekas peninggalan asing seperti Inggris dan Belanda, runtuh pada tahun 1997 - 1998. Pada tahun 2010 pemerintah telah memprioritaskan pembangunan industri pertahanan hingga 2024.

"Tidak ada negara di dunia ini yang kuat kalau hanya ekonominya saja yang kuat," kata Purnomo

Ia mengatakan bahwa negara yang kuat itu tak hanya ditopang oleh ekonominya yang kuat namun juga harus memiliki industri pertahanan yang kuat pula dan pertahanan itu tidak bisa sukses hanya bergantung pada industri pertahanannya saja tetapi komitmen untuk mewujudkannya.

Prinsip pembangunan Alutsista harus mencakup pengutamaan produk dalam negeri, pengadaan alutsista dari luar negeri yang mengadopsi alih teknologi, pengadaan alutsista mengikuti proses berjenjang (pengguna dan penentu kebijakan).

"Kapal cepat rudal sudah dibuat di dalam negeri, kita berharap lokal konten akan meningkat," ujarnya

Ia mengungkapkan bahwa jika industri pertahanan di dalam negeri maju maka hal itu bisa menciptakan multiplayer effect.

"Berdasarkan obrolan saya dengan Dirut PAL pembuatan satu kapal selam itu bisa menyerap 2.500 tenaga kerja, jadi bayangkan saja jika kita buat seribu kapal selam, maka akan banyak sekali menyerap tenaga kerja," kata Purnomo

Purnomo menyebutkan bahwa ada empat negara di di ASEAN yang industri pertahanannya berkembang yaitu Indonesia, Malaysia, Singapura dan Thailand.

"Menhan Malaysia mendukung penuh pembangunan panser kita," katanya.

Sementara itu dalam kesempatan yang sama Menteri Pertahanan Malaysia Datuk Ahmad Zahid Hamidi mengatakan bahwa kolaborasi industri pertahanan ASEAN itu penting.

"Kita mempunyai batasan dan tantangan yang berbeda, dan kita memerlukan kerjasama secara kolektif antar pemerintah," kata Hamidi.

Hamidi mengutarakan bahwa negara-negara ASEAN harus memiliki standar terhadap industri pertahanan yang bisa diwujudkan lewat kolaborasi.

"Bentuk kerjasama kita dalam bidang pertahanan antara Indonesia dan Malaysia itu bersifat G to G, dan kita harus melayani kebutuhan negara kita ini secara bersama-sama" ujar Hamidi.

Kolaborasi di ASEAN, menurut Hamidi, diyakini akan mampu meningkatkan perdagangan di ASEAN, dan belanja alutsista ASEAN senilai 25 miliar dolar AS setahun bisa dikurangi hingga menyusut pada tahun 2030 menjadi 12,5 miliar dolar dengan adanya kolaborasi industri pertahanan.

Hamidi mencontohkan bahwa di Eropa, Prancis dan Inggris juga saling berbeda paham dan pendapat satu sama lain, tetapi mereka bisa bekerjasama dalam hal membuat produk pertahanan yang canggih, dan Indonesia beserta Malaysia diharapkan bisa mewujudkan hal yang serupa itu di ASEAN.

Sumber: ANTARA News

Tahun 2012 Alutsista Baru Memperkuat TNI AU

EMB 314 Super Tucano akan memperkuat TNI AU pada 2012. (Photo: Embraer)

18 Mei 2011, Bandung (Pen Korpaskhasau): TNI Angkatan Udara kedepan akan semakin bertambah kekuatannya, sampai dengan kwartal pertama tahun 2012 mendatang, diharapkan beberapa alut sista akan datang memperkuat jajaran TNI Angkatan Udara seperti pesawat Super Tucano dan Radar yang akan ditempatkan di Saumlaki dan Timika.

Hal tersebut disampaikan Kepala Staf TNI Angkatan Udara dalam sambutan tertulisnya yang dibacakan Komandan Korps Paskhas Marsekal Pertama TNI Amarullah, pada upacara bendera 17an, dilapangan merah Markas Komando Korpaskhas, Lanud Sulaiman, Bandung (18/5).

Menurut Marsekal TNI Imam Sufa’at, perencanaan tersebut, dilakukan berdasarkan analisis dan pengkajian secara logis, sehingga dapat memproyeksikan kebutuhan TNI AU berdasarkan persepsi ancaman dihadapkan pada keterbatasan kemampuan negara dalam membangun kekuatan udara. kekuatan minimal tersebut harus dimiliki dan difokuskan untuk dapat melaksanakan tugas TNI AU dalam mengendalikan wilayah udara nasional secara efisien, mengatasi dua trouble spot, dan mengamankan wilayah Alki.

Kasau Mengingatkan kepada seluruh personel, TNI AU sebagai salah satu komponen pertahanan negara, terus tumbuh dan berkembang seiring dinamika pembangunan nasional dan perkembangan lingkungan strategis. kekuatan Angkatan Udara merupakan salah satu komponen kekuatan yang dapat menjadi “detterent power” dalam upaya menyelesaikan konflik antar negara.

Membangun sebuah angkata udara yang kuat tentunya tidak mudah dan memerlukan dukungan anggaran tidak sedikit. keterbatasan anggaran negara dan tingginya tingkat ketergantungan teknologi, menjadi salah satu penyebab tersendatnya upaya pembangunan TNI Angkatan Udara kedepan. Tambah Kasu.

Mencermati keterbatasan anggaran dan suku cadang, TNI Angkatan Udara telah mengantisipasi dengan beberapa langkah konkrit yang telah disiapkan. diantaranya adalah penggunaan jam terbang saat ini diprioritaskan pada kepentingan operasi dan maintaining skill para awak pesawat, paling tidak dapat mencapai minimum safety flying hours, tuturnya.

Kondisi kedepan Kasau menambahkan, program pembangunan Angkatan Udara kedepan telah disusun dalam postur pembangunan Angkatan Udara sampai tahun 2024 serta kekuatan pokok minimum. dari situlah rencana program TNI Angkatan Udara dilaksanakan, program kerja untuk tahun kedepan telah dibuat sehingga tinggal menentukan kebijakan apa yang akan diambil untuk suksesnya rencan tersebut. kita tidak boleh terlena dan hanyut terhadap keberhasilan yang telah kita capai, akan tetapi kita perlu terus melaksanakan evaluasi terhadap setiap pelaksanaan tugas serta mengidentifikasi permasalahan yang timbul untuk segera dicarikan solusi pemecahannya terbaik.

Menyinggung situasi nasional saat ini Kasau mengingatkan. Integrasi nasional saat ini sedang mengalami ujian yang tidak ringan, beberapa kejadian seperti teror bom buku maupun kasus pencucian otak terhadap para pelajar dan mahasiswa telah meresahkan masyarakat serta dapat menjadi ancaman terhadap persatuan dan kesatuan bangsa apabila tidak segera diselesaikan secara tuntas.

Kasau mengharapkan, seluruh komponen bangsa telah sepakat bahwa negara kesatuan republik indonesia adalah harga mati dan tidak bisa ditawar, untuk itu komitmen tersebut harus tetap kita pegang sampai kapan pun dan dimana pun. kita harus berani bertindak tegas jika ada wacana dan pemikiran yang menginginkan lepas dari nkri, karna hal itu akan menjadi benih bagi daerah lain untuk melepaskan diri dari negara kesatuan republik indonesia.

Mencermati kondisi tersebut, diperlukan peran serta secara aktif seluruh kompenen bangsa, adanya kemauan dari semua unsur untuk bekerja sama dalam menyelesaikan permasalahan bangsa, dengan dilandasi cinta tanah air, rasa kebangsaan, kerelaan berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan individu atau golongan, serta saling bahu membahu menyelesaikan masalah ini, Tegasnya.

TNI Angkatan Udara sebagai salah satu komponen bangsa yang menjaga integritas keutuhan wilayah NKRI, sangat berkepentingan dalam menyikapi masalah-masalah yang timbul, saya mengajak kepada seluruh prajurit TNI Angakatan Udara, PNS dan keluarganya untuk selalu waspada serta terus mengikuti perkembangan secara seksama, sehingga tidak terjerumus dalam kegiatan yang dapat merugikan diri sendiri, keluarga, satuan serta organisasi Angkatan Udara. kita yakin dengan kerja keras, bangsa indonesia, akan mampu untuk berdiri tegak menjadi bangsa yang besar, bangsa yang bersatu dalam bingkai Negara Kesatuan Repulik Indonesia.

Upacara diikuti pejabat TNI AU dilingkungan Lanud Sulaiman, Wadankorpaskhas, Danlanud Sulaiman, Komandan Insub Lanud Sulaiman, para jebat dan seluruh prajurit dan PNS dilingkungan Lanud Sulaiman.

Sumber: TNI AU

Inilah Strategi 'Psy War' TNI Hadapi Perompak Somalia

(Foto: Dispenal)

17 Mei 2011, Jakarta (TEMPO Interaktif): Tak hanya diberangkatkan untuk operasi pembebasan awak Kapal Kargo Sinar Kudus, Satuan Tugas "Merah Putih" TNI yang dipimpin Komandan Marinir Mayor Jenderal (Mar) Alfan Baharudin ternyata juga menyiapkan strategi "psy war" alias perang urat syaraf menghadapi para perompak.

Strategi ini sebenarnya akan dilakukan setelah pasukan elite TNI, gabungan Detasemen Jala Mengkara (Denjaka) Marinir TNI Angkatan Laut, dan Satuan Penanggulangan Teror Komando Pasukan Khusus TNI Angkatan Darat berhasil menduduki kampung perompak Ceel Dhahanaan (El Dhanan). Kampung yang menjadi basis para bajak laut itu akan diduduki untuk mencegah mereka mengerahkan bantuan saat kapal Sinar Kudus disergap pasukan TNI.

“Jaraknya sangat dekat untuk mengerahkan bantuan,” ujar Alfan kepada Tempo, Jumat 13 Mei 2011. Jarak Sinar Kudus yang tengah lego jangkar hanya sekitar 3,5 Nautical Mile saja dari bibir pantai El Dhanan. Hanya sekitar 15 menit, bala bantuan perompak bisa mencapai Sinar Kudus.

Selain untuk menutup bantuan, menduduki kampung perompak yang hanya berjarak 500-600 meter saja dari bibir pantai itu juga sebagai langkah mengambil bargaining position (posisi tawar) dengan para perompak. Apalagi, menurut Alfan, jika perompak sampai menggunakan 20 awak kapal Sinar Kudus menjadi tameng hidup saat pasukan TNI menyerang.

Seperti apa pernyataan provokasi itu? "Bodoh-bodohnya begini, elu mau bunuh 20 orang Indonesia di kapal? gue habisin nih satu kampung," kata Alfan. "Di sini ada anak, istri lu di situ. Saya yakin dia punya rasa kemanusiaan juga, ada rasa takut.”

Menurut Komandan Korps Marinir TNI AL ini, “Saya ambil (cara) psikologis itu. Kami akan punya posisi tawar yang sangat tinggi apabila El Dhanan diduduki. Sayangnya itu tidak terjadi.”

Menurut Alfan, pasukan di bawah pimpinannya tak akan menghancurkan kampung perompak El-Dhanan. Kampung itu hanya akan diduduki untuk memberi ultimatum kepada para perompak agar membebaskan kapal Sinar Kudus dan 20 awaknya. “Saya yakin, saya manusia, kalau disuruh milih antara (melepas) keluarga atau sandera, saya pilih (melepas) sandera,” ujar Alfan.

Menurut Alfan, secara taktis militer, menduduki daratan itu dibenarkan sebagai upaya menutup bantuan dari darat. “Karena pasti mereka (perompak) akan memberikan bantuan,” ujarnya. Lagi pula, Pemerintah Somalia juga sudah mengizinkannya.

Untuk mendukung strategi pendudukan Pantai El Dhanan dan menjalankan "psy war" itu, Satgas TNI juga membawa sejumlah peralatan tempur di KRI Yos Sudarso dan KRI Halim Perdana Kusuma yang diberangkatkan ke Somalia. Dua kapal perang TNI AL ini di bawah pimpinan Komandan Gugus Tempur Laut Armada Barat TNI AL, Kolonel (Laut) Taufikurrahman.

Peralatan tempur yang dibawa itu antara lain lima unit tank BMP-3F buatan Rusia dan empat unit artileri holitzer milik Marinir. “Semuanya peralatan berat,” kata Komandan Denjaka, Kolonel (Mar) Suhartono, pemimpin operasi.

Geregetan Tak Kunjung Serang Bajak Somalia, Drum pun Jadi Sasaran

Berhari-hari terkatung di samudera menunggu kepastian operasi memang membosankan. Apa reaksi pasukan TNI begitu tahu opsi militer bukan menjadi prioritas utama pembebasan kapal Sinar Kudus? 185 orang pasukan yang tergabung dalam Satuan Tugas Merah Putih—nama satuan operasi pembebasan sandera awak Sinar Kudus—tentu saja kecewa.

Sebagai obat kekecewaan, mereka sempat melampiaskannya dengan menggelar latihan perang dan menembaki drum-drum sebagai sasaran yang sengaja dilemparkan ke tengah laut.

“Untuk mengobati kekecewaan, sekaligus agar mereka (pasukan) tetap berlatih,” kata Komandan Detasemen Jala Mengkara (Denjaka) Marinir TNI Angkatan laut, Kolonel (Mar) Suhartono kepada Tempo, Jumat pekan lalu. “Mereka tentu saja kecewa.”

Suhartono belum lama ini kembali dari Oman, usai memimpin satuan penindak operasi pembebasan sandera Sinar Kudus. Dia membawahi 185 orang pasukan elite TNI gabungan Denjaka, Komando Pasukan Katak dan Intai Amfibi Marinir serta Satuan Penanggulangan Teror Komando Pasukan Khusus TNI AD yang diberangkatkan ke perairan Somalia.

Hal senada diungkapkan Komandan Korps Marinir, Mayor Jenderal (Mar) Alfan Baharudin. Menurut Alfan, begitu mendengar kabar tuntutan dipenuhi oleh PT Samudera Indonesia, pemilik kapal Sinar Kudus, semua anggotanya di kapal berteriak: “Waduuh, tuntutan dipenuhi. gue nggak ada kerjaan nih,” ujar Komandan Satgas Merah Putih itu, menirukan ungkapan kekecewaan pasukannya.

Saat tuntutan dipenuhi, Alfan dan sebagian pasukannya tengah berada di atas kapal KRI Banjarmasin, yang sedang menempuh perjalanan menuju perairan Somalia. Sementara dua kapal lain, KRI Yos Sudarso dan KRI Halim Perdana Kusuma, sudah lebih dulu tiba.

Para anak buahnya bahkan sempat nyeletuk; “Hantam saja pakai (artileri) howitzer." “Mereka sudah geregetan,” ujar Alfan.

Untungnya, kekecewaan pasukan TNI itu “terobati.” Mereka menembak mati empat orang perompak yang berniat membajak kembali kapal Sinar Kudus. Empat perompak, yang diduga berasal dari kelompok berbeda, menumpang speed boat warna putih dan mencoba mengejar Sinar Kudus. Mereka mencoba menghadang Sinar Kudus setelah enam orang terakhir dari anggota perompak melepaskan sandera dan turun dari kapal.

“Pucuk dicinta ulam tiba. Waktu sandera dirilis, satu kelompok (perompak) mengejar lagi, mau menguasai kembali kapal itu. Kita sikat, habis empat orang,” kata Alfan, dengan berapi-api.

Sumber: TEMPO Interaktif

Tuesday, May 17, 2011

Kapal Yos Sudarso, Pelaksana Misi Penyelamatan MV Sinar Kudus Merapat di Padang

KRI Yos Sudarso-353 saat merapat di pelabuhan Colombo, Sri Lanka, untuk menjemput pasukan komando dan mengisi perbekalan sebelum melanjutkan pelayaran ke perairan Somalia. (Foto: Sri Lanka Navy)

16 Mei 2011, Padang (Republika): Kapal perang KRI Yos Sudarso yang melakukan pasukan misi penyelamatan penumpang kapal MV. Sinar Kudus ke perairan Somalia, merapat di Pelabuhan Teluk Bayur, Kota Padang, Sumatera Barat, Senin (16/5).

Berdasar pantauan di Pelabuhan Teluk Bayur, Kota Padang, Senin, sekitar pukul 10.00 WIB terlihat warga sekitar menyaksikan dari dekat Kapal Perang KRI Yos Sudarso saat merapat di pelabuhan.

Kepala Staf Gugus Tempur Laut Armada Barat, Kolonel Laut (P) Ariawan, mengatakan ada dua kapal yang pergi untuk melakukan penyelamatan penumpang kapal MV. Sinar Kudus yang disandra bajak laut di Perairan Somalia.

"Kapal yang ikut melakukan penyelamatan adalah KRI Yos Sudarso serta KRI Halim Perdana Kusumah," katanya. KRI Yos Sudarso bersama KRI Halim Perdana Kusumah pada 21 Maret 2011 diberangkatkan dari Kolinlamil Tanjung Priok menuju Kolombo, Sri Lanka.

Pada 29 Maret 2011, tim peneyelamat tiba di Kolombo, untuk melakukan pengisian bekal ulang. "Tim Penyelamat kembali melanjutkan perjalanan menuju Perairan Somalia untuk membebaskan penumpang kapal MV.Sinar Kudus yang di sandra bajak laut," katanya.

Dia menambahkan, dalam pembebasan sandera Sinar Kudus ini anggota yang berangkat merupakan gabungan KRI, pasukan Gultor, Kopasus, Denjaka, Kopaska, dibantu tim pendukung dinas penerangan dan tim khusus penyelam.

"Pasukan tersebut saat berangkat dari Kolinlamil Tanjung Priok, Jakarta bertekad untuk membebaskan penumpang kapal yang disandera para bajak laut di perairan Somalia," katanya.

Dia mengatakan, awalnya pihaknya membayangi para bajak laut yang berjumlah 80 orang dan MV Sinar Kudus yang sedang bergerak.

"Kami mencegah agar jangan sampai ada kelompok bajak laut lain yang mengambil kesempatan. Namun apa yang dikhawatirkan terjadi, dimana pembajak melepaskan tembakan," katanya.

Aksi baku tembak tak dapat dihindarkan lagi, Tim penyelamat berhasil menembak 4 orang bajak laut hingga jatuh ke laut di perairan Somalia, kata Ariawan.

Menurutnya, awak kapal MV.Sinar Kudus berjumlah 20 orang berhasil dibebaskan melalui tebusan oleh Tim penyelamat di perairan Somalia. "Para penumpang kapal MV.Sinar Kudus dibebaskan bajak laut pada 1 Mei 2011 setelah diberikan uang tebusan sesuai dengan permintaan," katanya.

Dia menambahkan, rencananya KRI Yos Sudarso tersebut akan ditempatkan untuk Lantamal II Teluk Bayur Kota Padang. "KRI Yos Sudarso ini ditempatkan di Kota Padang untuk melakukan pengawasan di Perairan Barat Pantai Sumbar," katanya.

Sumber: Republika

TNI AL dan AL Filipina Gelar Corpat Philindo XXV 2011

Salam Komando Dan KRI Tongkol-813 dan Dan BPR Miquel Malvar P-19.

17 Mei 2011, Bitung (Lantamal VIII): Danlantamal VIII/Manado diwakili oleh Asops Danlantamal VIII/MDO Kolonel Laut (P) Alex Firmansyah sambut kedatangan delegasi Corpat Philindo XXV 2011 terdiri dari dua Kapal Perang masing masing Angkatan Laut. TNI AL melibatkan KRI Tongkol-813 sedang AL Philipina melibatkan BRP Miquel Malvar (PS-19). Penyambutan dilaksanakan di Dermaga Angkatan Laut Samla Bitung, Senin (16/5).

Corpat Philindo XXV tahun 2011 dibuka 9 Mei 2011 di Davao City Philipina merupakan realisasi dari kesepakatan tentang pelaksanaan Corpat Philindo tahun 2011 yang telah ditetapkan pada saat sidang tingkat ketua pada bulan Pebruari 2011 di Manado. Kapal Perang TNI AL yang terlibat dalam Corpat Philindo XXV ini adalah KRI Tongkol-813 yang dikomandani Mayor Laut (P) Sumarji Bimoaji. Sedang Kapal Perang AL Philipina adalah BRP Miquel Malvar (PS-19) yang dikomandani Comander Ernesto O. Baldovino.

Penutupan Corpat Philindo XXV 2011 ini akan ditutup oleh Danlantamal VIII/MDO Laksma TNI Sugianto, SE pada Rabu 18 Mei 2011 di Mako Lantamal VIII/MDO di Kairagi Manado.

Sumber: Lantamal VIII

TNI AL dan AL Rusia Gelar Latma Anti Perompak

RFS Admiral Panteleyev (BPK 548). (Foto: RIA Novosti/Vitaliy Ankov)

17 Mei 2011, Moskow (Berita HanKam): Kapal perusak RFS Admiral Panteleyev (BPK 548) dari Armada Pasifik Rusia akan mengelar latihan bersama anti perompak dengan TNI AL. Kapal akan berlabuh di Pelabuhan Makassar, 25-27 Mei.

Admiral Panteleyev telah ditugaskan melakukan misi internasional anti perompak di perairan Somalia pada 2009. Kapal berhasil menangkap 29 tersangka perompak dan diduga kuat terlibat dalam usaha perompakan yang gagal kapal tanker milik Rusia.

Admiral Panteleyev menggagalkan juga usaha penyerangan sebuah kapal kargo Eide Trader ketika mengawal iring-iringan enam kapal dagang dari berbagai negara. Admiral Panteleyev melepaskan tembakan ketika dua speedboat berusaha mendekati Eide Trader.

Kapal perang akan singgah di Singapura untuk mengikuti pameran maritim dua tahunan International Maritime Defense Exhibition (IMDEX) pada 17-19 Mei. Admiral Panteleyev berada di Singapura hingga 20 Mei dan selanjutnya berlayar ke Makassar.

RFS Admiral Panteleyev perusak kelas Udaloy dipersenjatai rudal anti kapal, meriam 30mm dan 100mm serta dilengkapi dua helikopter Ka-27 Helix.

Sumber: RIA Novosti
Berita HanKam

Monday, May 16, 2011

Helikopter TNI Mendarat Darurat di Kenyam


16 Mei 2011, Jayapura (ANTARA News): Sebuah helikopter Bell-412 milik TNI dikabarkan mendarat darurat di Distrik Kenyam, Kabupaten Nduga, Provinsi Papua, Senin.

Helikopter, milik Kodam XVII Cenderawasih itu, diperkirakan mendarat darurat pukul 10.58 Wit setelah mengalami kerusakan di mesin utama sehingga harus mendarat di Distrik Kenyam.

Menurut informasi yang diperoleh ANTARA Jayapura, Senin, helikopter Bell-412 dengan nomor penerbangan H-5105 dengan rute Timika-Kenyam take off pukul 09.31 Wit dan diperkirakan mendarat darurat pukul 10.58 Wit di Distrik Kenyam.

Helikopter tersebut melewati Distrik Mapenduma, Kabupaten Jayawijaya, namun setelah lima menit sekitar pukul 10.35 Wit mengalami kerusakan di mesin utama.

Kemudian mendarat darurat di daerah Distrik Mapenduma posisi 04 derajat 18.54 S dan 138 derajat 14.70 E.

Kapendam XVII Cenderawasih, Letkol Ali Hamdan Bogra saat dikonfirmasi wartawan di ruang kerjanya, Senin, mengaku belum bisa memberi keterangan pasti mengenai insiden tersebut karena masih menunggu laporan dari satuan di Timika.

Sumber: ANTARA News

USGC Hamilton (WHEC 751) Diserahkan ke Filipina

Upacara mempensiunkan USGC Hamilton di San Diego, 28 Maret 2011, setelah beroperasi 44 tahun. (Foto: Petty Officer 2nd Class Sondra-Kay Kneen-Rivera)

16 Mei 2011, California (Berita HanKam): USGC Hamilton (WHEC 751) resmi diserahkan ke pemerintah Filipina oleh Amerika Serikat di Alameda, California, 13 Mei 2011. Kapal diterima oleh Duta Besar Filipina untuk AS Jose Cauisia Jr. mewakili pemerintah sedangkan Kapten Antonion Habulan Atase Pertahanan di Washington, mewakili Angkatan Bersenjata Filipina. USGC Hamilton saat ini berada di fasiltas US Coast Guard di Alameda, California. Kapal akan berlayar ke Filipina menyeberangi Samudera Pasifik pada Agustus tahun ini. Para awak kapal telah berlatih di Amerika Serikat sejak Februari hingga 30 Juni.

Angkatan Bersenjata Filipina mengeluarkan pernyataan resmi bahwa kapal perang akan dioperasikan Angkatan Laut Filipina sebagai “Patriol Frigate”. Nomer lambung kapal PF15 dengan klasifikasi sebagai kapal tempur permukaan dengan kode P, F kode Frigate sedangkan 15 jumlah inventori AL Filipina untuk kapal perang jenis PF.

Pemerintah Filipina mengeluarkan dana pembelian kapal 450 juta peso, dana operasional selama dua tahun diperkirakan 120 juta peso akan ditanggung oleh Kementrian Energi. Karena kapal ditugaskan menjaga keamanan ladang minyak bumi dan kegiatan eksplorasi di Palawan dan Laut Sulu.


USGC Hamilton dipensiunkan 28 Maret 2011 setelah bertugas 44 tahun di Coast Guard. Hamilton berukuran 378 kaki dan lebar 42 kaki, kapal terbesar yang pernah dibangun untuk Coast Guard. Ditenagai dua mesin diesel dan dua turbin gas. Turbin gas mampu menghasilkan 1800 tenaga kuda dan dapat menghasilkan kecepatan hingga 28 knot, sedangkan dua mesin diesel menghasilkan 3500 tenaga kuda dimana menghasilkan kecepatan 17 knot tanpa pengisian bahan bakar sejauh 9600 mil laut.

BRP Gregorio del Pilar (PF-15) akan menjadi kapal perang terbesar yang dimiliki AL Filipina, dipersenjatai meriam Oto Melara 76 mm, dikontrol sistem kontrol penembakan MK92. Serta mempunyai hanggar yang mampu menampung satu helikopter.

Komodor Miguel Jose Rodriguez juru bicara AB Filipina mengatakan Filipina berencana membeli dua kapal kelas Hamilton, sebagai bagian dari modernisasi AL Filipina.

Sumber: Philippine Navy
Berita HanKam

Tim Patroli Indobatt di Lebanon Selatan


14 Juni 2011, Lebanon Selatan (ANTARA News): Sejumlah anggota TNI yang tergabung dalam Indobatt dengan menggunakan dua kendaraan tempur (ranpur) BTR-80A saat melakukan patroli di area operasi Kompi Charlie, Indobatt, di desa Az Ziqiyah dan Deir Syirien Deir, Lebanon Selatan, Jumat, (13/5). Kegiatan patroli ini rutin dilakukan setiap saat, dengan tujuan memantau situasi keamanan di area operasi Indobatt sebagai upaya preventif untuk mencegah segala hal yang tidak diinginkan. (Foto: ANTARA/HO-Puspen TNISertu Mar Kuwadi/ed/NZ/11)

Sumber: ANTARA Foto