Sejumlah anggota TNI yang tergabung dalam Indobatt dengan menggunakan dua kendaraan tempur (ranpur) BTR-80A saat melakukan patroli di area operasi Kompi Charlie, Indobatt, di desa Az Ziqiyah dan Deir Syirien Deir, Lebanon Selatan, Jumat, (13/5). Kegiatan patroli ini rutin dilakukan setiap saat, dengan tujuan memantau situasi keamanan di area operasi Indobatt sebagai upaya preventif untuk mencegah segala hal yang tidak diinginkan. (Foto: ANTARA/HO-Puspen TNISertu Mar Kuwadi/ed/NZ/11)
19 Mei 2011. Surabaya (ANTARA News): Satgas Yonmek Kontingen Garuda (Konga) XXIII-E/UNIFIL atau Indonesia Battalion (INDOBATT) akhirnya dapat mengendalikan massa pasca-bentrok antara warga sipil Palestina dengan tentara Israel (Israel Defence Force/IDF).
Perwira Penerangan (Papen) INDOBATT Mayor Pasukan Banu Kusworo kepada ANTARA melalui surat elektronik dari Lebanon, Kamis, melaporkan bentrok itu sendiri terjadi di area operasi Kontingen Perancis (FCR) pada 14-15 Mei lalu saat Peringatan Nakba (Hari Kelahiran Israel pada 14 Mei 1948).
"Komandan Satgas Yonif Mekanis Konga XXIII-E/UNIFIL Letkol Inf Hendy Antariksa sudah mengantisipasi situasi itu dengan menempatkan pasukan BMR (Battalion Mobile Reserve) di wilayah Flag Point (wilayah sensitive area blue line)," katanya.
Selain anggota Kompi Alfa yang setiap hari bertugas di sana, katanya, kerja sama antara pasukan INDOBATT dengan tentara Lebanon (Lebanese Armad Forces/LAF) dan kepolisian Lebanon juga mampu mengendalikan konsentrasi massa dari mahasiswa American University Beirut.
"Unjuk rasa berhasil diredam oleh pasukan INDOBATT hingga massa mulai membubarkan diri pada pukul 21.00 waktu setempat," katanya.
Sejak tanggal 11 Mei 1948, warga Palestina kehilangan tanah kelahirannya karena wilayahnya telah didaku (diklaim) sebagai wilayah Israel, sehingga Peringatan Nakba itulah yang memicu warga Palestina berunjuk rasa menentangnya, karena Hari Nakba merupakan Hari Bencana bagi warga Palestina.
Selain di perbatasan Syria yaitu di wilayah ketinggian Bukit Golan, unjuk rasa juga terjadi di sepanjang wilayah "sensitive area blue line" yang merupakan perbatasan antara Israel dengan Lebanon.
"Kasiops INDOBATT Mayor Inf Hendriawan Senjaya melaporkan peristiwa unjuk rasa terjadi mulai tanggal 14 Mei 2011 pukul 19.00 waktu setempat dan massa mulai membubarkan diri pada pukul 21.00 waktu setempat," katanya.
Peristiwa unjuk rasa kembali terjadi keesokan harinya yaitu pada tanggal 15 Mei, namun konsentrasi massa terbesar terjadi di luar wilayah operasi INDOBATT, yaitu di wilayah area operasi Sektor Barat atau tepatnya di daerah Marun Ar `Ras yang merupakan wilayah Kontingen Perancis (Force Commander Reserve/FCR).
"Unjuk rasa di wilayah itu berlanjut menjadi sebuah bentrokan antara warga sipil Palestina dengan IDF yang memakan korban di pihak sipil Palestina sebanyak 10 orang meninggal dunia, tiga luka parah, dan 118 luka-luka," katanya.
Informasinya, hal itu dipicu warga Palestina yang mencoba menyeberang "technical fence" (pagar pembatas wilayah Israel-Lebanon) dan ditanggapi secara represif oleh Israel dengan mengeluarkan tembakan ke arah warga sipil Palestina.
"INDOBATT telah meningkatkan penjagaan di sepanjang blue line dengan cara menempatkan TMOP (Temporary Observation Post) dan setiap saat pasukannya selalu memantau perkembangan situasi yang terjadi," katanya.
Selain itu, INDOBATT bekerja sama dengan LAF juga menerapkan konsep pagar betis di sepanjang "sensitive area blue line" untuk mengantisipasi pembubaran massa yang melintasi dua jalur utama wilayah operasi INDOBATT yaitu Ganduriyah dan El Addaisse.
"Dengan langkah antisipasi yang diterapkan oleh INDOBATT di bawah komando Letkol Inf Hendy Antariksa itu, massa akhirnya tidak melanjutkan kegiatan unjuk rasa di wilayah ini dan secara berangsur-angsur mereka kembali dan membubarkan diri," katanya.
Sumber: ANTARA News
No comments:
Post a Comment