Saturday, May 23, 2009

TNI AL Jajaki Pemusnahan Persenjataan Tua

KRI Teluk Tomini digunakan oleh AL Amerika Serikat saat pendaratan di pantai Normandia Juni 1944. (Foto: kolinlamil)

22 Mei 2009, Jakarta -- Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Tedjo Edhy Purdijatno mengatakan, pihaknya akan melakukan pengkajian dan penjajakan pemusnahan persenjataan atau alat utama sistem senjata (alutsista) berusia di atas 25 tahun.

"Ya saya kira, kita akan jajaki untuk kemungkinan melakukan hal itu," katanya, usai menerima kedatangan KRI Frans Kaisiepo-368 di Markas Komando Lintas Laut Militer (Kolinlamil) Tanjung Priok, Jakarta, Jumat.

Kasal mengatakan, saat ini rata-rata kesiapan alat utama sistem senjata TNI AL termasuk kapal perang, kapal patroli dan lainnya mencapai 60 persen. "Itu masih memadai untuk menjaga wilayah perairan nasional yang cukup luas," kata Tedjo.

Sebagian besar persenjataan TNI AL memang telah berusia lebih dari 25 tahun dan hingga kini masih dioperasikan. Pemeliharaan dan perawatan persenjataan dan alat utama sistem senjata dilakukan melalui program peremajaan yang dapat memperpanjang usia pakai hingga 15 tahun.

Di dalam postur TNI AL 2007, kondisi alutsista masih memprihatinkan. Dari jumlah 143 kapal tak lebih dari separuh yang siap operasi, hanya sekitar 60 persen yang siap operasi.

(ANTARA News)

RAAF Berpartisipasi Latihan Militer Bersama Shield 2009

Awak 5/11 kembali ke pangkalan setelah melakukan penerbangan dalam latihan militer Bersama Shield 2008 di Pangkalan Udara TUDM Butterworth. (Foto: defence.gov)

23 Mei 2009 -- Personil dan pesawat Royal Australian Air Force (RAAF) tiba di Malaysia untuk berpartisipasi latihan militer Bersama Shield 2009.

Latihan bertujuan melatih kemampuan operasi melibatkan kekuatan udara, darat dan laut dibawah komando Auspices bagian dari Five Power Defence Arrangements, terdiri dari Australia, Malaysia, Singapura, Inggris dan Selandia Baru.

Delapan pesawat F/18 Hornet dari skuadron 75 dari pangkalan RAAF Tindal, diperkirakan sekitar 50 personil akan bekerja di pangkalan TUDM Butterworth selama latihan.

AP-3C Orion dilibatkan dalam latihan ini juga, Orion akan digunakan untuk peperangan anti permukaan, anti kapal selam, pengamatan dan penyerangan langsung.
C-17A Globemaster digunakan sebagai pengangkut personil RAAF beserta peralatannya ke Malaysia serta pengangkut strategis.

Bersama Shield 2009 akan berlangsung di Semenanjung Malaysia dan Laut Cina Selatan hingga 29 Mei.

(Defence of Ministry/Beritahankam.blogspot)

Pemerintah Belum Lunasi Pembayaran 134 Panser

Panser Pindad 6 x 6 (Foto: kaskus)

23 Mei 2009, Bandung -- Pemerintah belum melunasi pembayaran uang muka pemesanan 134 unit panser kepada PT. Pindad (Persero). Menurut kontrak, uang muka sekitar Rp 190 miliar seharusnya dilunasi tahun 2009. Keterbatasan anggaran menyebabkan pembayaran tersebut kemungkinan tertunda hingga 2010.

Sebelumnya, pemerintah telah melunasi pembayaran 20 unit panser tipe 6 x 6 sebesar Rp 150 miliar. Panser itu diserahterimakan kepada pemerintah pada Februari 2009. Masih tersisa 130 unit lagi panser tipe serupa dan empat kendaraan intai tipe 4 x 4 yang sedang digarap PT. Pindad. Nilai total kontrak pemesanan 154 unit kendaraan tempur itu adalah Rp 1,129 Triliun.

Wakil Presiden Jusuf Kalla ketika meninjau perkembangan pemesanan kendaraan tempur tersebut, Jumat (22/5) di Bandung, mengatakan, meski pembayaran tertunda, PT. Pindad diminta agar tetap berproduksi sesuai dengan jadwal pemesanan. “Memang anggaran tertunda dan itu antara lain juga disebabkan keterbatasan kedatangan mesin impor dari Renault, Perancis,” katanya.

Kalla dalam kesempatan itu juga memuji kinerja PT. Pindad yang dinilainya cepat dalam menyelesaikan pemesanan kendaraan tempur.

Siap Operasi

Penari menyambut kedatangan KRI Frans Kaisiepo -368 jenis korvet di Komando Lintas Laut Militer (Kolinlamil) Tanjung Priok, Jakarta Utara, Jumat (22/5). Kapal seharga 135,12 juta Euro itu dikerjakan Sechelde Naval Shipbuilding, Belanda dan merupakan kapal terakhir yang tiba di tanah air dari empat kapal sejenis yang dipesan. (Foto: ANTARA/Fanny Octavianus/nz/09)

Ditemui seusai menyamput kehadiran korvet terbaru dari kelas Sigma buatan Schelde Naval Shipbuilding, Vlissingen, Belanda, KRI Frans Kaisiepo, Jumat (22/5), Kepala Staf TNI Angkatan Laut Laksamana Tedjo Edhy Purdijatno mengatakan, 60 persen alutsista yang dikelola TNI Angkatan Laut siap operasi. Kekuatan itu saat ini diprioritaskan untuk mengontrol wilayah perbatasan, pulau-pulau terluar dan kawasan yang rawan penyeludupan.

Untuk mengontrol seluruh wilayah Indonesia, Tedjo Edhy Purdijatno mengakui kekuatan itu belum cukup memadai dan tidak ideal. Namun, untuk ukuran minimal kesiapan 60 persen alutsista sudah dianggap memadai.
Memang melihat kondisi itu, TNI Angkatan Laut harus bersikap realistis. Tidak mengherankan jika masih banyak kapal tua yang dioperasikan. Salah satu kapal tua tersebut adalah KRI Teluk Tomini. Kapal angkut militer dari jenis pendarat tank dengan nomor lambung 508 itu merupakan buatan era tahun 1940-an. Kapal tersebut tergabung dalam armada Amerika Serikat dalam pendaratan legendaries di pantai Normandia, Juni 1944.

(Harian Kompas, Sabtu 23 Mei 2009)

CN-235 Siap Gantikan Fokker-27 AU

CN-235 (Foto: fas.org)

22 Mei 2009, Bandung -- Pesawat CN-235 siap menggantikan "tugas" Foker-27 milik TNI-AU yang saat ini usianya sudah tergolong tua.

"Pesawat CN-235 akan menggantikan pesawat-pesawat Foker-27, yang saat ini dioperasikan oleh TNI-AU," kata Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia, Budi Santoso, di sela-sela kunjungan Wapres Jusuf Kalla di PT Pindad Bandung, Jumat.

Menurut Budi, CN-235 merupakan pesawat yang cocok untuk angkutan penumpang jarak pendek dan angkutan cargo yang selama ini diperankan Foker-27 milik TNI AU.

Keputusan untuk menggunakan pesawat CN-235 dalam peremajaan pesawat Foker itu, menyusul pabrikan Foker saat ini sudah tutup sehingga kesulitan dalam perawatan dan pemeliharaanya.

"Setahu saya saat ini sudah tak ada lagi maskapai penerbangan yang mengoperasikan Foker-27. Pesawat itu hanya dioperasikan TNI-AU," katanya.

Rencana order pesawat CN-235 itu, kata Budi, akan direalisasikan pada tahun anggaran antara 2010 hingga 2014.

Namun demikian, ia belum mengetahui berapa pesawat yang akan dipesan untuk menggantikan foker itu.

"Memang peran Hercules A130 belum bisa tergantikan, tapi untuk jenis di bawahnya pesawat cargo kecil lebih efektif. Saat ini hanya dua industri pesawat cargo propeler di dunia yakni G-222 di Italia dan CN-235 buatan PTDI," kata Budi.

Terkait spesifikasi CN-235, kata Budi, memang hampir sama namun diakuinya dari kecepatan masih di bawah Foker karena jenis mesin penggeraknya yang berbeda.

Namun secara umum, spesifikasi CN-235 sebagai pesawat cargo sangat memadai. Selain itu peran Foker-27 sebagai pesawat transportasi dan angkutan barang atau perlengkapan TNI.

"Bila order sudah ada, kami siap mengerjakannya. Namun sejauh ini belum jelas berapa pesawat yang kemungkinan dipesan ke PTDI," katanya.

Saat ini, PTDI tengah menyelesaikan order empat pesawat CN-235 versi MPA dan VIP pesanan Korea Selatan. Korea Selatan selama ini menjadi pengguna CN-235 buatan PTDI.


Kerugian
Sementara itu, musibah jatuhnya pesawat Foker-27 milik TNI-AU pada April 2009 di atas hanggar pemeliharaan PTDI mengakibatkan kerugian sekitar 15 juta dollar AS.

Kerugian itu akibat ikut rusaknya dua pesawat yang sedang dalam perawatan yakni pesawat Batavia Air dan N-212 milik Deraya. Kedua pesawat itu tertimpa pesawat yang jatuh itu.

"Kerugian akibat kerusakan di kedua pesawat itu sekitar 15 juta dollar AS, Belum termasuk bangunan," kata Budi.

Ia menyebutkan, kedua pesawat itu sebenarnya sudah hampir rampung dan akan diserahkan kepada maskapai penerbangan pemiliknya.

Namun dengan peristiwa itu, hingga kini pesawat itu masih dalam perbaikan. Peristiwa nahas itu sendiri mengakibatkan 18 prajurit TNI-AU tewas.

"Pasca kejadian itu, kami memindahkan kegiatan maintanance pesawat ke hanggar sebelahnya, Perbaikan hanggar yang rusak masih dihitung oleh pihak asuransi," kata Budi
Meski demikian, proses perawatan dan maintenance pesawat saat ini tak terganggu.

(ANTARA JAWA BARAT)

Kendala Kabut Rendah atau Mesin Bermasalah

Bangkai pesawat Hercules C-130 yang jatuh di Desa Geplak, Kecamatan Karas, Kabupaten Magetan, Jatim posisinya sudah dibalik dari posisi waktu terjadi kecelakaan terbalik, Jumat (22/5). Petugas gabungan dari TNI AU, TNI AD dan Polri melakukan pembersihan keping-keping pesawat nahas itu. (Foto: ANTARA/Fikri Ali/ss/nz/09)

23 Mei 2009, Magentan – Ground fog, kondisi berkabut di bawah ketinggian 1.000 kaki dari permukaan tanah, yang terjadi Rabu (30/5) pagi sekitar Pangkalan Udara Iswahjudi, Magetan, Jawa Timur, diduga telah membuat jarak pandang pilot Hercules C-130/A-1325, Mayor (Pnb) Danu, terbatas sehingga kecelakaan terjadi.
Kemungkinan kedua adalah mesin pesawat yang bermasalah sehingga pilot berusaha mendarat darurat.

Demikian dikemukakan Kepala Dinas Operasi Lanud Iswahjudi Kolonel Nanang Santoso dan Komandan Lanud TNI AU Iswahjudi Marsekal Pertama Bambang Samoedro di tempat terpisah, Jumat di Kantor Lanud Iswahjudi.

“Analisis-analisis ini hanya analisis awal. Harus ada data pendukung lain untuk menguak kecelakaan pesawat itu,” ujar Bambang Samoedro.

Nanang mengibaratkan kabut yang terjadi itu seperti asap hasil pembakaran yang menutupi jarak pandang pengguna jalan di ruas jalan tol yang sangat mengganggu.
Kontak terakhir dengan pilot Danu dari tower Lanud Iswahjudi terjadi saat pesawat berada di ketinggian 1.000 kaki (305 meter) pukul 06.27.

Setelah itu, ketika tower berusaha menghubungi kembali pesawat Hercules, tidak ada jawaban sampai akhirnya pesawat diketahui jatuh di Desa Geplak. Sebelum kontak terakhir itu, tidak ada keluhan dari pilot terkait dengan pesawatnya.

Nanang menduga, ketika pilot mengetahui tempatnya mendarat bukan landasan Lanud Iswahjudi, ia mencoba meninggikan lagi pesawatnya. Hal ini berhasil, tetapi tidak maksimal karena sayap patah dan bagian pesawat lain rusak terkena pepohonan di wilayah RT 03 RW 02 Geplak. Akibatnya, pesawat jatuh di lokasi sekitar 700 meter dari RT 03 RW 02 Geplak.

Di wilayah RT 03 RW 02 Geplak, selain terlihat pohon-pohon jati dan randu terpotong bagian atasnya, juga ditemukan banyak material dari pesawat. Salah satunya bagian sayap dari pesawat yang berada di atap rumah Samsudin.

Menyangkut kemungkinan mesin pesawat bermasalah, Bambang Samoedro menduga, pada saat tahu lokasi tempat mendarat adalah perumahan warga, pilot mencoba menaikkan lagi pesawatnya. Ketika itu dilakukan, sayap sudah patah dan bagian pesawat lain rusak karena terkena pepohonan sehingga pesawat jatuh.

Loncatan ini bias terlihat dari tidak adanya pohon yang terpotong pada bagian atas atau rumah yang gentengnya rusak dari jarak antara pohon yang terpotong dan lokasi pesawat jatuh.

Penguakan kecelakaan tersebut sendiri diserahkan sepenuhnya kepada Panitia Penyidik Kecelakaan Pesawat Udara (PPKPU). PPKPU akan mengecek lokasi kecelakaan pada 21-23 Mei 2009.

Kepala Dinas Keselamatan Terbang dan Kerja TNI AU Marsekal Pertama I Wayan Suwitra menjelaskan, pesawat Hercules tersebut tidak memiliki kotak hitam (black box) seperti halnya pesawat komersial. Meskipun demikian, ada cara lain untuk mengungkapkan penyebab kecelakaan.

Menurut Suwitra, ada lima hal yang akan diselidiki, yaitu faktor manusia, material pesawat, misi penerbangan, media terbang, dan manajemen penerbangan Hercules.

(Harian Kompas, Sabtu 23 Mei 2009)

Friday, May 22, 2009

Australia Miliki Teknologi Superjet


22 Mei 2009, Sdyney -- Ilmuwan Australia dan Amerika sukses menguji coba pesawat berteknologi hipersonik. Mereka mengklaim teknologi ini dapat memperbaharui dunia penerbangan internasional.

Para ilmuwan melakukan sepuluh macam uji coba yang dilaksanakan di gurun Woomera. Uji coba ini sejatinya merupakan bagian dari operasi militer antara Australia dan Amerika.

Proyek bernama Hypersonic International Flight Research Experimentation (HIFiRE) ini menganalisa teknologi hipersonik dan beragam potensinya bagi kemajuan dunia penerbangan di masa yang akan datang, demikian keterangan yang dikutip dari AFP, Jumat (22/5/2009).

"Studi mengenai hipersonik menganalisa penerbangan yang kecepatannya melampaui kira-kira lima kali kecepatan suara. Rupanya kami sukses menguji sistem pengendali misi dan penerbangan dengan menggunakan teknologi ini," kata Menteri Pertahanan Divisi Sains Australia, Warren Snowdon.

Peluncuran pesawat uji coba dari Woomera dibantu oleh sebuah roket angkasa. Kemudian pesawat itu dikendalikan kembali ke atmosfer bumi untuk mengetahui kekuatan teknologi hipersoniknya.

"Katup gas nitrogen digunakan sebagai pendorong untuk memanuver pesawat di angkasa. Selain itu, katup gas nitrogen juga membantu menempatkan pesawat pada posisi yang tapat untuk masuk kembali ke atmosfer. Teknologi ini sangat kaya akan data baru bagi para ilmuwan," kata Snowdon.

Pada 2007, Australia pernah melakukan eksperimen serupa. Pada waktu itu Departemen Pertahanan mengklaim bahwa teknologi ini dapat mempersingkat waktu dan jarak tempuh dari Sydney ke London. Hanya membutuhkan waktu sekira dua jam untuk menempuh jarak penerbangan sejauh 17.000 kilometer.

(okezone)

KRI Frans Kaisiepo -368 Tiba Di Tanah Air

22 Mei 2009, Jakarta -- KRI Frans Kaisiepo -368 jenis korvet tiba di Komando Lintas Laut Militer (Kolinlamil) Tanjung Priok, Jakarta Utara, Jumat (22/5). Kapal seharga 135,12 juta Euro itu dikerjakan Sechelde Naval Shipbuilding, Belanda dan merupakan kapal terakhir yang tiba di tanah air dari empat kapal sejenis yang dipesan.

(Foto: ANTARA/Fanny Octavianus/nz/09).

(Foto: ANTARA/Fanny Octavianus/nz/09).

(Foto: ANTARA/Fanny Octavianus/nz/09).

Bank BUMN Siap Biayai Alutsista

22 Mei 2009, Bandung -- Wapres Jusuf Kalla (kiri) didampingi Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan (kanan) meninjau Interior dalam Panser APV 6x6 di PT PINDAD, Bandung, Jawa Barat, Jumat (22/5). PT PINDAD telah menyelesaikan 85 buah Panser Pesanan Departemn Pertahanan dari 154 buah Panser, Dan sisanya akan diselesaikan hingga Akhir Desember 2009.Dengan menggunakan Produk dalam negeri Indonesia dapat menghemat untuk pembelian Alusista Pertahanan hingga 1,5 Triliun. (Foto: ANTARA/Rezza Estily/ss/nz/09)

22 Mei 2009, Jakarta -- Kementerian Negara BUMN menyatakan bank-bank BUMN siap membiayai pengadaan alat utama sistem pertahanan (alutsista), jika ada jaminan dari pemerintah dalam APBN.

"Bank BUMN selalu siap membiayai pembelian alutsista, namun selama ini tidak didukung jaminan pemerintah," kata Sekretaris Menneg BUMN, Said Didu, di Jakarta, Jumat.

Pernyataan Said tersebut sekaligus membantah anggapan sejumlah kalangan bahwa sinergi BUMN terutama pada BUMN Industri Strategis tidak berjalan dengan baik.

Tidak adanya sinergi itu juga disebut-sebut menjadi salah satu penyebab jatuhnya pesawat Hercules baru-baru ini.

Menurut Said, selama ini dalam pengadaan alusista di Departemen Pertahanan pemerintah cenderung hanya membiayai barang atau senjata yang berasal dari impor.

"Produk (senjata) luar negeri umumnya dibiayai dalam janka panjang melalui APBN. Padahal senjata yang serupa dapat diproduksi di dalam negeri oleh BUMN Industri Strategis)," ujarnya.

BNI dan Mandiri misalnya, telah membiayai pengadaan sekitar 100 unit tank untuk kebutuhan militer. "Bahkan harganya setengah lebih murah dibanding produk impor dengan kualitas yang juga bagus," ujarnya.

Pesawat produksi Dirgantara Indonesia, kapal tanker dan kapal perang produksi PAL Indonesia serta senjata produksi Pindad, banyak dipesan negara lain. "Mengapa kita justru banyak memasoknya dari luar negeri," tegasnya.
(ANTARA News)

Patroli Terkoordinasi Tekan Perompakan


22 Mei 2009, Jakarta -- Kerja sama TNI dan Angkatan Bersenjata Singapura dianggap mampu mengatasi kejahatan di sepanjang pantai Selat Malaka. “Patroli terkoordinasi bisa menekan perompakan,” kata Panglima TNI Jenderal Djoko Santoso saat menerima Panglima Singapura Letnan Jenderal Desmond Kuek di Markas TNI, Cilangkap Rabu (20/5).

Desmond berkunjung ke Indonesia dalam rangka Forum Tahunan Sidang Ke-12 Combined Annual Report Meeting. Pertemuan membahas kinerja militer kedua negara satu tahun terakhir. Pengamanan selat terpadat di dunia tersebut menjadi salah satu pokok bahasan.

Di tengah tantangan yang makin meningkat, kata Djoko, pengamanan di Selat Malaka bersama-sama Malaysia dan Thailand berjalan semakin padu. Upaya pengamanan negara-negara wilayah pantai di Selat Malaka diapresiasi negara pengguna.

“Harus diakui Selat Malaka punya nilai strategis,” kata dia. Djoko mengatakan, militer kedua negara sepakat meningkatkan kerja sama ke depan menjadi lebih produktif dan konstruktif. Selama ini kedua pihak telah melakukan kerja sama bidang intelijen dan pertukaran personel, pendidikan, latihan, serta latihan bersama dan patroli terkoordinasi.

Atas jasa Desmond Kuek dalam meningkatkan kerja sama angkatan bersenjata kedua negara, Pemerintah Indonesia menganugerahi Bintang Kehormatan "Yudha Dharma Utama". Penyematan Bintang Kehormatan itu dilakukan Menteri Pertahanan Juwono Sudarsono di kantor Departemen Pertahanan. Juwono berharap, hubungan kedua negara semakin baik di masa mendatang.

Menurutnya, tanpa Kesepakatan Kerja Sama Pertahanan (Defence Cooperation Agreement/DCA), kontak militer RI-Singapura telah berjalan baik. “Lebih praktis direncanakan tiap angkatan kedua negara,” kata dia.

(Jurnal Nasional)

India Segera Menerima Kapal Selam Bertenaga Nuklir Dari Rusia


22 Mei 2009 -- Nerpa K-152 kapal selam serang bertenaga nuklir kelas Akula II (Project 971A/971M Shuka-B) akan melakukan uji pelayaran 15 – 20 Juni, dilaporkan harian Rusia Kommmersant, Rabu (13/5).

Saat ini Nerpa sedang dalam proses perbaikan di dok Vostok dibagian Timur Jauh Rusia, sebelum diserahkan ke Angkatan Laut India. India dilaporkan telah membayar USD650 Juta untuk biaya sewa Nerpa selama 10 tahun. Kontrak sewa ditandatangani 2004 oleh Rusia saat kunjungan Menteri Pertahanan Rusia Sergei Ivanov ke India.

Delegasi India telah menginspeksi kapal selam tersebut dan bertemu para ahli yang bekerja di dok selama dua hari kunjungan, (11/1). Pusat Pelatihan Khusus telah dibangun di Sosnovy Bor, dekat St. Petersburg.

INS Chakra kapal selam kelas nuklir kelas Charlie yang disewa AL India Januari 1988 hingga Januari 1991. (Foto: globalsecurity)

Kapal selam ini akan diberinama INS Chakra saat bertugas di AL India. Sebelumnya INS Chakra digunakan untuk kapal selam bertenaga nuklir Rusia kelas Charlie I yang disewa AL India dari 1988 sampai 1991.

Perbaikan kapal selam Nerpa sudah hampir rampung, ujar general manager galangan kapal Amur Nikolai Povzyk kutip Kommersant. Perbaikan dapat selesai akhir tahun ini jika mendapatkan pendanaan cukup ditambahkan Povzyk.

AL India mengharapkan menggunakan Nerpa akan memperbaharui pengalaman mengoperasikan kapal selam bertenaga nuklir, sebelum menggunakan kapal selam bertenaga nuklir produksi dalam negeri yang sedang dalam proses pembangunan dibawah program ATV di Visakhapatnam.

Insiden Di Laut Jepang

Prosesi pemakaman korban gas freon di kapal selam Nerpa (Foto: daylife)

Nerpa mengalami kecelakaan saat melakukan uji pelayaran di laut Jepang 8 November 2008. Tiga orang awak kapal selam dan 17 orang sipil sebagai teknisi spesialis tewas serta sedikitnya 21 orang terluka, setelah menghirup gas Freon 112. Para korban terluka dipindahkan ke kapal lain dan dikirim ke Vladivostok guna pemulihan. Saat itu 208 orang dalam kapal selam, 81 orang diantaranya awak kapal selam. Menurut yang selamat, para korban saat kejadian sedang tidur.

Penyebab kecelakaan disebabkan kesalahan penangganan sensor temperatur mengakibatkan gas Freon 112 yang mematikan terlepas. Pelaut Dmitry Grobov dinyatakan melakukan kelalaian memasukan data temperatur menyebabkan sistem pemadam api melepaskan gas Freon 112. Gas Freon yang digunakan sebagai sistem pemadam api bekerja dengan menempati oksigen disekitar api, sehingga mencegah kebakaran membesar. Struktur kapal selam dan reaktor nuklir sebagai pembangkit tenaga dinyatakan tidak mengalami kerusakan dalam insiden. Kapal selam kemudian dilabuhkan di Vladivostok.

Menurut para ahli, korban akan selamat bila menggunakan masker oksigen karena dibutuhkan waktu sekitar 15 menit sebelum jatuh koma, waktu yang cukup untuk menggunakan oksigen bila tersedia. Tidak jelas apakah tersedia atau tidak masker oksigen di Nerpa saat kejadian terjadi.

Insiden ini yang terburuk dialami AL Rusia sejak peristiwa tenggelamnya kapal selam Kursk tahun 2000, karena gagal fungsi sebuah torpedo mengakibatkan tewasnya 115 orang yang berada di kapal selam tersebut.

Kapal Selam Serang Bertenaga Nuklir Nerpa


Nerpa termasuk kapal selam project 971A/971M Shuka-B, NATO memberi kode Akula II, merupakan kapal selam serang bertenaga nuklir paling senyap sehingga mengejutkan intelijen barat. Pembangunan kontruksi Nerpa dimulai 1991 tetapi terhenti lebih dari satu dekade dikarenakan kekurangan pembiayaan.

Kapal selam kelas Akula dibangun di galangan kapal Amur Shipbuilding Plant Joint Stock Company di Komsomolsk-on-Amur dan Severodvinsk. Tujuh kapal selam Akula I (Projet 971 Shuka-B): Puma K-248; Del’fin K-263; Kashalot K-322; Bars K-480; Kit K-391; Pantera K-317; Narval K-331 bertugas antara 1986 dan 1992, tiga kapal selam Akula I Improved (Project 971U Shuka-B) bertugas antara 1992 dan 1995, dan tiga kapal selam Akula II dengan lunas dilebarkan 4m dan teknologi suara mesin lebih senyap dari yang pernah dibuat. Vepr kapal selam Akula II yang pertama mulai bertugas 1995, kedua Nerpa bertugas Desember 2000 dan ketiga Gepard bertugas Agustus 2001.

Akula II mempunyai panjang 110m, berat dipermukaan 5700 – 7500ton, saat menyelam 7900 – 9500ton, kecepatan dipermukaan 20knot dan saat menyelam 28 – 35knot dengan kedalaman maksimal 600m. Dipersenjatai 4 tabung torpedo 650mm dengan 12 torpedo, 4 tabung torpedo 533mm dengan 28 torpedo. Torpedo dapat digantikan dengan ranjau kapal selam, misil jelajah, roket pendorong torpedo dan berbagai macam variasi senjata.
AL Rusia melengkapi kapal selam Akula II dengan 28 misil jelajah berkemampuan nuklir berdaya jangkau 3000km. AL India mengharapkan dipersenjatai misil Club berkemampuan nuklir dengan daya jangkau 300km.

berbagai sumber/@beritahankam

Anggaran Pertahanan RI tidak Masuk Akal

OV-10 Bronco digrounded TNI AU setelah serangkaian kecelakaan dialami, penggantinya telah ditentukan Super Tucano tetapi realisasinya belum jelas.

22 Mei 2009, Jakarta -- Anggaran dan pengelolaan pertahanan negara tidak masuk akal sehingga kini mulai muncul banyak masalah krusial, termasuk kecelakaan beruntun pesawat milik TNI AU.

"Kecelakaan pesawat Hercules ini memang belum diketahui sebabnya. Tapi ini tidak seharusnya membuat pemerintah mengingkari kenyataan tentang minim dan tidak masuk akalnya anggaran pertahanan kita. Saya adalah orang yang memegang palu dalam setiap sidang anggaran Departemen Pertahanan (Dephan) di Komisi I DPR RI dan saya tahu jumlah anggaran itu dengan rinci," kata Wakil Ketua Komisi I (bidang pertahanan) DPR RI Yusron Ihza Mahendra di Jakarta, Kamis (21/5) malam.

Ia mengatakan itu menanggapi silang pendapat sejumlah pihak, termasuk kalangan pemerintah sehubungan kecelakaan beruntun. Terakhir pada Rabu (20/5) kecelakaan Hercules menewaskan sekitar 101, terdiri dari prajurit dan keluarga sipil di di Magetan, Jawa Timur.

"Tahun 2009 ini Dephan mengajukan anggaran kebutuhan minimun pertahanan sebesar Rp127 triliun, tapi pemerintah hanya sanggup memenuhi sebesar Rp33,6 triliun atau sekitar 26 persen. Dari angka itu, sekitar Rp27 triliun adalah untuk gaji dan biaya kantor sehingga sisa anggaran
untuk peremajaan dan pemeliharaan alat utama sistem persenjataan (Alutsista) kita memang amat minim," katanya.

Yusron Ihza Mahendra menambahkan, dengan berulangnya kecelakaan, pemerintah seharusnya dapat menarik pelajaran dan jangan baru ribut setelah musibah kembali terjadi.

Adik mantan Mensesneg Yusril Ihza Mahendra ini menyatakan, kita memang belum sanggup membuat pesawat Hercules sendir. "Tetapi kita sesungguhnya cukup memiliki kesanggupan untuk memroduksi Alutsista jenis lain, baik untuk kebutuhan AU, AL atau AD seperti panser,
helikopter dan lain-lain," katanya.

Masalahnya, kata Yusron, sejauh ini keberpihakan serta komitmen pemerintah untuk membangun industri pertahanan dalam negeri masih amat minim.

"Malah terkesan Dephan masih lebih senang menghamburkan devisa membeli Alutsista dari luar negeri ketimbang memesan produksi dalam negeri. Bahkan, sekadar memperbaiki pesawat ataupun kapal-kapal perang. Lebih dari itu, sekadar bahan peledak dan senjata genggam untuk kepolisian saja, pemerintah lebih gemar mengimpor," katanya.

Dari pertemuan Komisi I DPR RI dengan sejumlah pimpinan BUMN Industri Strategis (BUMNIS) minggu lalu, ketidakseriusan pemerintah dalam mendukung industri pertahanan nasional terungkap secara jelas.

"Tidak hanya itu. Tidak adanya cetak biru pertahanan nasional selama sekian tahun (kecuali baru ada setahun yang lalu), jelas pula mengisyaratkan bahwa pertahanan kita (termasuk pembelian Alutsista) memang dilakukan serampangan dan tanpa perencanaan," kata Yusron Ihza.

(Media Indonesia)

Iran Berhasil Uji Coba Penembakan Misil Sejjil-2


22 Mei 2009 -- Republik Islam Iran kembali mencatatkan kemajuan teknologi misilnya, setelah sukses melakukan uji coba penembakan misil Sejjil-2 berdaya jangkau sekitar 1200 mil (2000 km), Rabu (20/5). Sejjil merupakan generasi terbaru misil permukaan ke permukaan, jauh lebih baik dibandingkan generasi Shahab.

Shahab (bahasa Farsi) berarti menembak bintang adalah misil balistik jarak sedang berdaya jangkau 800 mil (1300 km), setelah ditingkatkan mampu mencapai 1200 mil (2000 km) di tahun 2005. Misil menggunakan bahan bakar cair, sanggup membawa hulu ledak 1 hingga 760 kg.


Keberhasilan pengujian penembakan Sejjil-2 disampaikan langsung oleh Presiden Mahmoud Ahmadinejad saat kunjungan ke Propinsi Senman, lebih kurang 200 km dari Tehran.

Misil menggunakan bahan bakar padat, diluncurkan dari Senman dan mengenai sasaran seperti diinformasikan Menteri Pertahanan Iran Mostafa Mohammad-Najar. Sebelumnya, Iran telah melakukan uji penembakan Sejjil berdaya jangkau 1200 mil (2000 km) pada November 2008.

Misil Sejjil-2 mempunyai dua tingkat serta membawa dua mesin, bahan bakar padat yang digunakan membuat misil lebih akurat mengenai sasaran dibandingkan bahan bakar cair. Mampu mencapai ketinggian sangat tinggi sehingga mampu mencapai jarak lebih jauh dibandingkan Shahab-3.

Pembuatan misil Sejjil akan meningkatkan secara signifikan kemampuan misil Iran, ujar Menhan Mostafa (11/4) seperti dikutip Mehr News Agency. Ditambahkannya pembuatan misil Sejjil oleh para ahli Iran yang masih muda menaikkan kekuatan misil Republik Islam Iran.

Amerika Serikat mengkhawatirkan keberhasilan pengujian ini akan membuat kawasan Timur Tengah menuju perlombaan senjata seperti yang diutarakan Menteri Luar Negeri AS Hillary Rodham Clinton.

Dibawah kekhawatiran ancaman program nuklir Iran di kawasan Timur Tengah, industri pertahanan AS aktif mencapai kesepakatan penjualan peralatan militer milyaran dollar dengan negara-negara di pesisir Teluk Persia.

Awal tahun 2008, Kongres AS menyetujui kesepakatan paket militer senilai USD 7 Milyar dengan Uni Emirat Arab untuk pembelian sistem Terminal High Altitude Area Defense (THAAD). Sistem THAAD didisain mencegat misil balistik jarak pendek dan menenggah didalam maupun diluar atmosfir Bumi.

Pemerintah Iran menggatakan program nuklirnya merupakan proyek sipil dan tidak bertujuan mengancam negara manapun.

PressTV/Mehr News/Fars News Agency/@beritahankam

Wapres: Jangan Beli Alutsista Luar Negeri


22 Mei 2009, Bandung -- Wakil Presiden Jusuf Kalla menegaskan Pemerintah tidak melakukan pembelian alat utama sistem pertahanan (Alutsista) dari luar negeri bila kebutuhan itu bisa dipenuhi di dalam negeri.

"Apresiasi untuk PT Pindad karena selama ini telah mampu memenuhi kebutuhan alutsista bagi TNI dan Polri. Pindad telah membuktikan menjadi produsen panser terbaik di kawasan ASEAN," kata Wapres di sela-sela peninjauan ke PT Pindad Bandung, Jumat.

Dalam peninjauan itu, Kalla didampingi Dirut PT Pindad Adik Aldvianto dan Ketua DPRD Jawa Barat HAM Ruslan.

Dalam kesempatan itu, Jusuf Kalla menyebutkan BUMN strategis nasional itu selain mampu memproduksi panser juga memasok amunisi, senjata berat serta ringan yang handal untuk memperkuat alutsista.

Wapres menyampaikan salut bagi PT Pindad karena sanggup memenuhi pesanan Panser jenis APS 6x6 dan 4x4 pesanan Departemen Pertahanan sebanyak 154 unit dalam waktu dua tahun.

"Saya kira ini pencapaian luar biasa dari PT Pindad, bisa memproduksi dalam waktu cepat. Lebih cepat lebih baik," kata Wapres.

Pembelian alutsista produksi dalam negeri, kata Jusuf Kalla, mampu menghemat pengeluaran belanja alutsista hampir setengahnya dibandingkan membeli alutsista dari luar negeri.

Ia mencontohkan, pembelian 154 Panser jenis APS totalnya hanya Rp1,127 triliun.

"Kalau beli panser dari luar negeri anggarannya bisa dua kali lipat, jelas ini penghematan yang signifikan. Kualitas Panser dalam negeri tak kalah dan lolos tes uji dan kualifikasi. Tak hanya TNI, Polri juga tak perlu beli dari luar," kata Jusuf Kalla.

Sementara itu penyelesaian pesanan 154 Panser PT Pindad yang harus selesai akhir 2009 ini terancam molor. Namun demikian Wapres meminta Pindad terus menuntaskan pengerjaan sisa Panser hingga akhir tahun.

Sementara itu Direktur PT Pindad, Adik Alvianto menyebutkan menyebutkan, hingga saat ini PT Pindad telah menyerahkan 20 unit panser dari total pesanan 154 unit. Sedangkan Juni mendatang ditargetkan 40 panser lainnya akan diserahkan kepada Dephan.

"Sebanyak 40 Panser yang ada saat ini masih dalam pengujian tahap ke dua, tinggal sekali lagi pengujian. Semuanya diserahkan bulan depan," kata Adik.

Terkait keterlambatan penyelesaian order Panser itu, Adik mengakui karena tersendat pasokan mesin dari Renault.

"Pembelian mesin kan tidak bisa cepat-cepat, semuanya disesuaikan dengan kesiapan dari pemasok. Itu salah satu kendala, namun kami akan berusaha menuntaskannya tepat waktu," kata Adik.

Kunjungan ke PT Pindad merupakan salah satu dari sejumlah rangkaian kunjungan Wapres di Kota Bandung.

Di PT Pindad, JK berkesempatan meninjau pembuatan dan penyelesaian 40 Panser pesanan Dephan yang tinggal menunggu hasil pengujian dari tim penguji itu.

Wapres berkeliling mengecek satu persatu panser yang sudah rampung itu, serta mengaku puas dengan kinerja dari PT Pindad.

"Siapa sangka kompleks pabrik ini yang dulu penuh besi tua, kini menjadi industri Panser yang bisa dibanggakan," kata Wapres.

(ANTARA News)

Thursday, May 21, 2009

Konsekuensi Penggunaan Alutsista Tua

Sejumlah anggota TNI AU mengikuti prosesi kedatangan jenazah Praka Alfons Rumansara (30), salah satu penumpang pesawat TNI AU Hercules C 130, di Lanud Supadio Pontianak, Kalbar, Kamis (21/5). Praka Alfons Rumansara yang sebelumnya bertugas di Bagian Logistik Lanud Supadio Pontianak tersebut, adalah salah satu korban jatuhnya pesawat TNI AU Hercules C 130 di Desa Ngeplak, Magetan, Jatim. Korban meninggalkan istri, Immaculata Netty dan dua anak Jenny dan Justine. (Foto: ANTARA/Jessica Wuysang/mes/09)

20 Mei 2009, Jakarta -- Anggota Komisi I (bidang pertahanan dan luar negeri) DPR RI Yuddy Chrisnandi menyatakan peristiwa jatuhnya pesawat Hercules TNI AU di Desa Geplak, Magetan, Jawa Timur Rabu (20/5) pagi merupakan konsekuensi penggunaan alat utama sistem persenjataan (Alutsista) yang sudah tua.

"Kita prihatin. Jatuhnya pesawat hercules adalah musibah yang bila dirunut sebagai konsekuensi menggunakan Alutsista udara yang sudah berumur tua serta ketidakcukupan biaya perawatan," katanya.

Tiga hal yang menjadi faktor peristiwa jatuhnya Hercules C-103 menurut Yuddy, karena umur alutsista tua, minimnya anggaran perawatan dan adanya kemungkinan suku cadang pesawat yang dikanibal. Menurut Yuddy, minimnya anggaran pertahanan, menyebabkan TNI tidak bisa memiliki peralatan perang, termasuk pesawat angkut baru apalagi modern, yang dapat meminimalisir terjadinya resiko kecelakaan. "Bahkan,TNI juga tidak memiliki anggaran perawatan Alutsista yang memadai untuk menjaga kontinuitas keamanan pengoperasian alat-alat pertahanannya," katanya.

Yuddy mengatakan, anggaran pemerintah kepada TNI. Pemerintahan kedepan, seharusnya memproyeksikan anggaran pertahanan sekurangnya 75 persen dari kebutuhan minimalnya, untuk mengurangi resiko penggunaan alutsista dan meningkatkan kesejahteraan prajurit TNI. Ia juga menjelaskan, sebenarnya anggaran pertahanan yang diperlukan untuk pertahanan sebesar Rp174 triliun, sementara itu minimum esential requirement budget yang pernah diajukan sebesar Rp76 triliun.

Tetapi, menurut dia, negara tidak memiliki anggaran bidang pertahanan sebesar itu dan hanya mampu menganggarkan Rp35 triliun. Menurut Yuddy, jumlah itu sangat minim. "Anggaran TNI yang hingga saat ini baru dapat dipenuhi negara sekitar 45 persen dari kebutuhan minimal adalah cermin ketidakberpihakan politik," kata Yuddy seraya mengimbau agar politik anggaran pemerintah seharusnya pro pertahanan, demi mencegah terulangnya kecelakaan seperti ini.

Pesawat Hercules C-130 bernomor A-1325 jatuh di persawahan dan menimpa dua rumah warga di Desa Geplak, Kecamatan Karas, Kabupaten Magetan, Jawa Timur,. Pesawat ini melakukan kontak terakhir pukul 06.25 WIB dari ketinggian 10.000 meter terus merendah mendekati landasan Lanud Iswahyudi, Madiun, dimana saat itu cuaca satu kilometer menjelang landasan berkabut tipis.
(Media Indonesia)

RI-Singapura Sepakat Tingkatkan Kerja Sama Militer

KASAD TNI Jenderal Agustadi Sasongko Purnomo dan KASAD Singapura Mayjen Neo Kian Hong menyaksikan latihan SAFKAR INDOPURA setingkat batalion.

21 Mei 2009, Jakarta -- Militer Indonesia dan Singapura sepakat untuk meningkatkan kerja sama kedepan menjadi lebih produktif dan konstruktif. Kesepakatan itu tercapai dalam Forum Tahunan Sidang ke 12 CARM (Combined Annual Report Meeting), di Jakarta, Rabu (20/5).

Panglima TNI Jenderal Djoko Santoso mengatakan, kerja sama angkatan bersenjata kedua negara selama ini telah berjalan baik dan akan ditingkatkan menjadi lebih luas, konstruktif dan produktif. "Selama ini telah banyak yang dihasilkan dalam kerja sama kedua angkatan bersenjata, terutama di Selat Malaka," ujarnya.

Tingkat kejahatan laut di Selat Malaka, lanjut dia, dapat ditekankan semaksimal mungkin mengingat posisi strategis dari selat terpadat di dunia tersebut. Selama ini kedua pihak telah melakukan kerja sama di bidang intelijen dan pertukaran intelijen, melakukan operasi bersama yang difokuskan pada bidang kelautan, kerjasama di bidang pendidikan dan latihan, dan kerjasama di bidang logistik untuk penanganan pemeliharaan.
(Media Indonesia)

Belum Ada Perintah "Grounded" Hercules


21 Mei 2009, Malang -— Komandan Pangkalan Udara (Lanud) Abdulrachman Saleh Marsekal Pertama Ida Bagus Anom Manuaba, Kamis (21/5), menuturkan bahwa hingga saat ini belum ada perintah grounded atau tidak menerbangkan pesawat Hercules, menyusul jatuhnya pesawat Hercules, Rabu lalu di Magetan.

"Hingga saat ini, belum ada perintah untuk meng-grounded Hercules. Buktinya, pesawat Hercules kami, 1315 dan 1312, yang ada di sini sedang melakukan kegiatan operasi," ujar Ida Bagus Anom sebelum memimpin upacara pemakaman jenazah Serka Agus Indra Kurniawan, anggota skuadron 31 Halim Perdanakusuma, Jakarta, yang turut menjadi korban jatuhnya pesawat Hercules C-130 pada Rabu lalu. Menurutnya, kebijakan melakukan grounded pesawat murni kewenangan pimpinan TNI AU.

Namun yang jelas, menurut Ida Bagus Anom, saat ini hanya lima pesawat Hercules di skuadron 32 Malang yang bisa beroperasi. Sebuah pesawat Hercules juga sedang menjalani retrovit atau perawatan dan pembenahan di Singapura.

"Pesawat Hercules yang bisa beroperasi di Skuadron 32 Lanud Abdulrachman Saleh Malang sebanyak lima pesawat, yaitu empat pesawat kargo, dan sebuah pesawat tangker," ujarnya.

Menurut Ida Bagus Anom, pesawat tidak beroperasi biasanya karena menjalani perawatan ringan, sedang, dan berat. Dengan adanya sebagian pesawat dalam perawatan itu, menurut Ida Bagus Anom, maka dilakukan sirkulasi pesawat.

Perbaikan pesawat tersebut bukan kanibal, melainkan, dia mengatakan, merupakan pemanfaatan berdasarkan sasaran kesiapan yang dibuat setiap tahunnya di suatu skuadron.

Masih menurut Ida Bagus Anom, yang juga mantan komandan Skuadron 31 (Skuadron Hercules di Lanud Halim Perdanakusuma Jakarta), keberadaan pesawat Hercules di Indonesia berlangsung secara bertahap sejak tahun 1963, 1970-an, dan 1980-an.
(KOMPAS)

Indonesia Pertimbangkan Empat Hercules Baru

C-130J Hercules (Foto:lockheedmartin)

20 Mei 2009, Jakarta -- Menteri Pertahanan (Menhan) Juwono Sudarsono mengatakan, pihaknya masih mempertimbangkan penawaran empat pesawat C-130 Hercules dari produsen pesawat angkut berat itu, Lockheed Martin.

"Kami masih menunggu pula hasil penelitian dari tim investigasi Mabes TNI AU tentang kecelakaan yang terjadi di Wamena dan Magetan baru-baru ini," katanya, usai menyematkan tanda kehormatan kepada Panglima Angkatan Bersenjata Singapura, di Jakarta, Rabu.

Ia menambahkan, pihaknya juga masih akan melihat kemungkinan pembelian empat pesawat C-130 Hercules tipe H buatan tahun 1980, dari sejumlah negara di Asia yang telah menggunakannya, termasuk yang berkaitan dengan harga mengingat anggaran yang sangat terbatas.

Juwono mengatakan, ada kemungkinan pesawat Hercules yang telah lama digunakan akan dikandangkan, jika memang secara teknis sudah tidak layak.

"Jika, dari hasil penelitian ada sebab teknis yang mengakibatkan kecelakaan tersebut, maka tidak menutup kemungkinan kita grounded, dan ganti dengan yang baru," ujarnya.

Menhan menegaskan, anggaran pertahanan yang turun dari tahun ke tahun mengakibatkan pengadaan alat utama sistem senjata baru bagi TNI tidak dapat dilakukan. Sedangkan untuk pemeliharaan dan perawatan alat utama sistem senjata yang ada, hanya tersedia di bawah sepuluh persen dari alokasi yang diberikan.

"Idealnya, untuk pemeliharaan dan perawatan dananya sekitar 20 hingga 25 persen dari alokasi anggaran yang ada. Sekarang nyatanya hanya di bawah sepuluh persen," ungkap Juwono.

Saat ini Indonesia memiliki sekitar satu skadron C-130 Hercules berbagai tipe, yakni C-130 Hercules VIP, C-130 H/HS, C-130 B/H dan C-130 BT dengan tingkat rata-rata kesiapan 60 persen atau sekitar sembilan unit.

Sebagian besar dari Hercules milik TNI AU itu telah mengalami peremajaan (retrovit) baik di Singapura maupun di dalam negeri.

ANTARA News

Wednesday, May 20, 2009

Latihan Bersama Kopaska Dan NDU Dimulai

Naval Diving Unit AL Singapur sedang beraksi dalam latihan (Foto: atobe-album)

20 Mei 2009, Jakarta -- Untuk meningkatkan profesionalisme prajurit Komando Pasukan Katak TNI AL (KOPASKA) kembali menggelar latihan bersama dengan Naval Diving Unit (NDU) Republic of Singapore Navy (RSN) dengan sandi PANDU EODEX 9-09 Senin (18/5).

Upacara pembukaan tanda dimulainya latihan bersama tersebut dilaksanakan di Markas Komando Satuan Pasukan Katak Armada RI Kawasan Barat (Satpaskaarmabar) Pondok Dayung Tanjung Priok Jakarta Utarta, Menurut Komandan Satpaskaarmabar Letkol Laut (T) Andy Kriswanto, S.E Latihan yang akan dilaksanakan selama 6 hari dimulali tanggal 18 – 24 Mei ini dikuti 115 personel masing-masing 98 personel dari Kopaska Armatim dan Armabar serta 17 personel dari NDU RSN.

Sementara itu tujuan diselenggarakannya latihan antara Kopaska dan NDU RSN untuk terus meningkatkan kemampuan individu maupun tim serta menyamakan standar, prosesdur manuvra di lapangan sehingga dapat mengembangkan teknik maupun taktik sehingga terbentuk suatu tim yang solid, dengan demikian pada saatnya nanti bila diperlukan kehadiran kedua tim dalam melaksanakan tugas-tugas bersama menjaga keamanan dan stabilitas kawasan regional kedua negara yang berhubungan dengan ancaman dan sabotase bawah air dapat dilakukan dengan baik, cepat dan benar.

Sedangkan materi latihan yang akan dikembangkan oleh kedua Pasukan Khusus adalah Latihan Penyelaman Ranjau (MCM Diving), Latihan Ships Boarding, Taktik Satuan Kecil/Small Unit Tactics, Latihan Respon EOD (Ordonance Disposal) dan IEDD (Improvised Explosive Disposal), Latihan Bobby Traps, Latihan Menembak pistol dan laras panjang, FTX/FMP (Field Training Exercise/ Full Mission Profile).
(Dispenarmabar)

KRI Frans Kaisiepo Tiba Di Tanah Air


19 Mei 2009, Jakarta -- Kapal Perang KRI Frans Kaisiepo dengan nomor lambung 368 (KRI FKO-368) yang dikomandani Letkol Laut (P) Wasis Priyono telah tiba di Indonesia pada Senin (18/5) dan saat ini sedang menuju Dermaga Komando Lintas Laut Militer (Kolinlamil), Jakarta. KRI FKO-368 merupakan Kapal korvet keempat atau yang terakhir dipesan oleh pemerintah Indonesia dari galangan kapal Schelde Naval Shipbuilding, Belanda.

Sejak meninggalkan Pelabuhan Vlissingen, Belanda awal April lalu, KRI FKO-368 telah melaksanakan pelayaran selama 46 hari melalui Spanyol (Malaga), Italia (Napoli), Mesir (Alexandria), Arab saudi (Jeddah), Oman (Shalala) dan India (Kochin). Di Jeddah, sejumlah ABK berkesempatan melakukan ibadah umroh selama empat hari. Setelah itu, mereka kembali melakukan perjalanan menuju India, Sabang, Jakarta dan Surabaya. Kapal jenis Korvet Sigma ini diharapkan dapat memperkuat kekuatan Armada TNI AL dalam menjaga kedaulatan wilayah laut negara Republik Indonesia .

Tidak berbeda dengan ketiga kapal sejenis sebelumnya, yakni KRI Diponegoro-365, KRI Hasannudin-366 dan KRI Sultan Iskandar Muda-367, KRI FKO-368 memiliki dimensi berat 1.692 ton dengan panjang 90,71 meter dan lebar 13,02 meter. Kapal korvet sigma generasi keempat itu mampu melaju dengan kecepatan maksimal 28 knot. Kapal itu dilengkapi misil penangkis serangan udara 2 kali Quad MBDA Mistral TETRAL. Anti-surface missile 4 kali MBDA Exocet MM40 Block II dan senjata Oto Melara kaliber 76 milimeter.

Nama Frans Kaisiepo diambil dari nama seorang pahlawan nasional Indonesia dari Papua yang lahir di Wardo, Biak, Papua pada tanggal 10 Oktober1921 dan wafat pada tanggal 10 April1979. Frans terlibat dalam konferensi Malino (1946) yang membicarakan mengenai pembentukan Republik Indonesia Serikat sebagai wakil dari Papua. Ia mengusulkan nama Irian, yang berasal dari bahasa Biak yang berarti beruap. Selain itu ia juga pernah menjabat sebagai Gubernur Papua periode 1964 sampai dengan 1973. Beliau dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Cendrawasih, Papua Barat.

Rencananya kapal ini akan dikukuhkan di Papua Barat sesuai dengan kelahiran Pahlawan Nasional Frans Kaisiepo.
(DISPENAL)

"IFR" Akan Hadirkan 29 Kapal Perang dari Berbagai Negara

Kapal induk bertenaga nuklir milik AL Amerika CVN George Washington akan hadir di IFR.

20 Mei 2009, Jakarta -- "Indonesia Fleet Review" (IFR) sebagai rangkaian kegiatan "Sail Bunaken" 2009 akan menghadirkan 29 kapal perang dari berbagai negara.

"Total akan ada 29 kapal perang yang ikut `fleet review` di Manado. Termasuk kapal induk George Washington dan tiga kapal destroyer milik Amerika Serikat," kata Wakasal Laksdya TNI Moekhlas Shidik, pada peluncuran "Sail Bunaken" di Jakarta, Selasa malam.

Ke-29 kapal perang yang hadir atas undangan dari Indonesia antara lain dari Rusia, China, India, Australia, Amerika Serikat, Korea Selatan, dan Pakistan.

"Mereka begitu menghormati undangan yang diberikan. Bahkan Rusia mau hadir, padahal butuh waktu 54 hari untuk sampai di Manado," ujar Wakasal.

TNI AL sendiri, menurut dia, akan mengirimkan 10 kapal perangnya, ditambah dua "tall ship". Polisi Airud akan mengirimkan dua kapal, Ditjen Perhubungan Laut mendatangkan dua kapal, Ditjen Pengawasan dan Pengendalian Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (P2SDKP) akan mengirimkan 10 kapal pengawas.

Menurut dia, pelaksanaan "fleet review" memakan dana cukup besar, tidak heran lebih dari 10 tahun acara tersebut tidak lagi dilaksanakan.

Ia mengatakan untuk mengoperasikan satu kapal perang saja minimal menghabiskan bahan bakar 6.000 hingga 7.000 ton per hari. Karena itu pelaksanaan IFR tidak boleh gagal.

"Sebenarnya di dunia `Navy Brotherhood` tidak dapat dipisahkan antara satu negara dengan lainnya. Karena itu kehadiran mereka merupakan bentuk penghargaan atas undangan Indonesia," kata dia.

Wakasal mengatakan bahwa IFR selain diramaikan oleh parade kapal perang, kapal layar, dan yacht, juga akan diramaikan dengan Festival Bahari dan Festival Kesenian Tradisional.

"Kita juga mengadakan bhakti sosial selama tiga minggu di pulau-pulau kecil terluar di Indonesia," tambah dia.

Pelasanaan puncak "fleet review" yang dihadiri Presiden Susilo Bambang Yudhoyono rencananya akan diadakan pada 19 Agustus 2009. Berbagai atraksi pesawat tempur juga akan dilakukan.

"Pesawat-pesawat tempur AS akan melakukan atraksi yang lepas landas dari kapal induk mereka. Selain itu pesawat tempur Indonesia juga akan melakukan atraksi yang sama," ujar dia.

Rombongan "fleet review" sendiri diperkirakan akan menghabiskan waktu lebih dari 180 menit. Kegiatan itu akan disaksikan langsung oleh Presiden.
(ANTARA News)

Hercules TNI AU Jatuh Di Magetan Jawa Timur

Bangkai Hercules Naas (Foto: detikFoto/Muchus Budi R)

20 Mei 2009 -- Belum hilang dari ingatan jatuhnya pesawat angkut Fokker 27 Troopship milik TNI AU, 6 April 2009 di Lanud Hussein Sastranegara, Bandung. Kembali TNI AU ditimpa musibah, sekitar pukul 06:30 WIB, Rabu (20/5) diberitakan telah jatuh dan langsung terbakar pesawat angkut C-130 Hercules A-1325 milik TNI AU di persawahan Desa Nggeplak, Kecamatan Karas, Kabupaten Magetan, Jawa Timur, lebih kurang 4 km dari Lanud Iswahyudi. Pesawat membawa 110 orang, 11 awak pesawat dan 99 penumpang sipil serta militer, diantaranya 10 orang anak-anak.


Pesawat sedang dalam proses mendarat di Lanud Iswahyudi. Dimana pilot dan kopilot sudah melihat landasan, namun sebelum pendaratan terjadi kerusakan mesin, ujar Kepala Pusat Penerangan TNI Marsekal Muda Sagom Tambuoen di Gedung Departemen Pertahanan, Jakarta kutip OkeZone, Rabu (20/5). Ditambahkannya jarak pandang antara 100 – 500 meter dan cuaca disekitar Madiun cukup baik.

Ban pesawat di tengah rumah warga yang hancur. (Foto: detikFoto/Muchus Budi R)

Pesawat menyambar dua rumah penduduk, mengakibatkan tiga orang penduduk tewas atas nama Ny Rosdi, Wasnen dan satu anaknya. Kondisi pesawat sangat mengenaskan yang tersisa hanya badan pesawat bagian tengah dan ekor pesawat dalam keadaan terbelah, bagian lainnya terbakar termasuk kokpit dan sayap hancur berkeping berdasarkan pantaun detikcom. Sebagian badan bagian depan pesawat terjerembab ke tanah.

Penumpang pesawat sempat terguling-guling dalam pesawat dan pesawat mengeluarkan bunyi gemuruh sesat sebelum jatuh, diungkapkan Serka Agus Juarsa salah seorang korban selamat kutip DetikNews, Rabu (20/5).

Pesawat dalam misi rutin pengadaan logistik untuk wilayah Indonesia Timur, ujar Kepala Dinas Penerangan TNI AU Marsekal Madya Bambang Sulistyo kepada detikcom, Rabu (20/5). Rute pesawat dari Bandara Halim Perdanakusumah-Lanud Iswahyudi Madiun-Makassar-Kendari-Pattimura-Biak.

Panglima Komando Sektor Pertahanan Udara Nasional (Pangkosekhanudnas) IV Biak Marsekal Pertama Harsono beserta istri berada dalam pesawat naas ini. Beliau dan istri dalam perjalanan kembali ke Biak setelah bertugas beberapa hari di Jakarta, ujar Kolonel (Pnb) Yadi Indrayani Komandan Lapangan Udara Supadio Pontianak. Keduanya tewas dalam kejadian ini, jumlah keseluruhan korban tewas 98 orang.

Para korban dibawa ke Rumah Sakit TNI AU Iswahyudi yang terletak di Pangkalan TNI AU Iswahyudi, Madiun dan RSUD DR. Soedono Madiun, Jl. DR. Soedono No. 9 Madiun.

Hercules C-130 A-1325

C-130 Hercules milik TNI-AU (Foto: TNI-AU)

C-130 Hercules A-1325 baru satu tahun diremajakan di Depo Pemeliharaan 10 Pangkalan Udara Husein Sastranegara,dan sudah membukukan 800 jam terbang. Pesawat masih layak untuk diterbangkan, rilis ANTARA mengutip pernyataan Komandan Pemeliharaan Material TNI Angkatan Udara (Koharmatau) Marsekal Muda Sunaryo di Jakata (20/5).

Mabes TNI AU memiliki program peremajaan sembilan unit pesawat Hercules, empat dilakukan di Singapore Technical Industry (STI) Singapura. Sisanya dilakukan di Depo Pemeliharaan 10 dan 30 Pangkalan Udara Abdulrahman Saleh, oleh para teknisi TNI AU yang sebelumnya dikirim ke Singapura untuk meningkatkan kemampuan dalam memeliharan dan memperbaiki Hercules.

Peremajaan Hercules meliputi perbaikan badan pesawat (airframe), modifikasi avionik dan modifikasi mesin.

Pesawat A-1325 merupakan pesawat yang pertama diremajakan mesinnya dari T56-7 ke T56-15 atau ditingkatkan dari tipe B ke tipe H, disamping A-1327 dan A-1328.

Menurut Kapuspen TNI Marsekal Muda Sagom Tambuoen status pesawat masih laik terbang dengan data-data pendukung antara lain, pesawat buatan tahun 1980, masuk jajaran TNI AU 1994, pemeliharaan terakhir 28 September 2000 dengan rincian pemeliharaan tingkat sedang 22 November 1999, pemeliharaan ringan 19 Mei 2009. Sedangkan kondisi mesin pesawat rata-rata memiliki jam terbang yang mencukupi sedangkan baling-baling keempatnya memiliki jam terbang memadai, kutip OkeZone, Rabu (20/5).

(dirangkum dari OkeZone/Detikcom/ANTARA/Beritahankam.blogspot)

Tuesday, May 19, 2009

Qatar Tertarik Beli CN 235

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (kanan) dan Amir Qatar Sheikh Hamad Bin Khalifa Al-Thani (kedua kiri) menyaksikan pertukaran naskah Nota Kesepahaman antara Menlu Hassan Wirajuda (kedua kanan) dan Menteri Negara Urusan Kerjasama Internasional Qatar, Khaled Mohamed Al-Attiyah seusai penandatanganan di Istana Merdeka, Jakarta, Selasa (19/5). Nota Kesepahaman antara kedua negara tersebut soal kerjasama di bidang ekonomi dan teknik. (Foto: ANTARA/Widodo S. Jusuf/Koz/hp/09)

19 Mei 2009, Jakarta -- Emir Qatar Sheikh Hamad Bin Khalifa Al-Thani tertarik untuk membeli pesawat CN 235 produksi PT Dirgantara Indonesia.

Hal tersebut disampaikan Sheikh Hamad saat bertemu dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Istana Merdeka Jakarta, Selasa, sebagai salah satu topik pembicaraan dalam pertemuan bilateral di sela-sela kunjungan Emir Qatar itu.

"Tadi saat Presiden bicara dengan Emir tentang CN 235, Emir langsung bilang mau beli dan instruksikan asistennya untuk hubungi Menteri BUMN atau perusahaan sehingga bisa segera order atas pesawat tersebut," kata Juru Bicara Kepresidenan bidang luar negeri Dino Patti Djalal kepada pers usai pertemuan kedua pemimpin itu.

Meski demikian belum dibicarakan jumlah pesawat yang akan dibeli karena, menurut Dino, hal itu akan dibicarakan lebih lanjut antara pihak Qatar dengan departemen terkait dan PT Dirgantara.

"Jumlah pesawat tidak disebutkan hanya akan beli, Emir memang sedang mencari pesawat kapasitas 12 hingga 35 penumpang," katanya.

Sementara itu, utusan khusus Presiden soal Timur Tengah Alwi Shihab usai mendampingi Presiden Yudhoyono dalam pertemuan itu mengatakan pembelian pesawat akan dilanjutkan dengan pembicaraan teknis.

"Sudah disampaikan mereka tentu saja kan mau melanjutkan dengan pembicaraan teknis dengan Menneg BUMN, artinya ada interest," kata Alwi.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Selasa pagi menerima kunjungan kehormatan Amir Qatar Sheikh Hamad Bin Khalifa Al-Thani di Istana Merdeka Jakarta.

Presiden yang didampingi oleh Ibu Ani Yudhoyono menerima kedatangan Sheikh Hamad Bin Khalifa Al-Thani beserta istri, Sheikha Mozah Bint Nasser Al Missned di Istana Merdeka pukul 10.00 WIB.
(ANTARA News)

Dua Perwira Marinir AS Kunjungi Mako Pasmar


18 Mei 2009, Surabaya -- Dua perwira Korps Marinir Amerika Serikat atau United State Marine Corps (USMC), Senin, mengunjungi Markas Komando (Mako) Pasukan Marinir (Pasmar)-1 di Gedangan, Sidoarjo, Jawa Timur.

Kedua perwira Korps Marinir AS itu diterima Aslog Kaspasmar-1 Kolonel Marinir Enjang Suryana mewakili Komandan Pasmar-1 Brigjen TNI (Mar) I Wayan Mendra, sedang perwira dari USMC adalah Letkol Domingue dan Mayor Chorzelewski.

Perwira dari US Marsoc (Pasukan Khusus USMC) itu berada di Indonesia dalam rangka latihan bersama dengan Korps Marinir RI yang bertajuk "Latern Iron 09-1 JCET 2009" di Pusat Latihan Tempur (Puslatpir) Korps Marinir Baluran di Asembagus, Situbondo, Jatim pada 20 April hingga 15 Mei 2009.

Dalam kunjungan ke Mako Pasmar-1, Mayor Chorzelewski memaparkan struktur organisasi USMC, tugas, dan kedudukan USMC.

"USMC dipimpin oleh seorang Jenderal Marinir dan kedudukannya sejajar dengan Kepala Staf Angkatan," katanya.

Sesuai wilayah, katanya, USMC dibagi menjadi dua kekuatan yakni U.S Marine Corps Forces Command (MARFOC) yang meliputi wilayah Eropa, Afrika dan Amerika, sedangkan U.S Marine Coprs Forces Pacific (MARFOFAC) meliputi wilayah Pasifik dengan markas di Hawaii.

Dalam latihan di Situbondo itu, USMC diwakili oleh US Marsoc (U.S Marine Cops Forces Special Operations Command) yang merupakan pasukan khusus Korps Marinir AS, sedangkan dari Korps Marinir RI diwakili Denjaka dan Taifib yang juga pasukan khusus Korps Marinir RI.

"U.S Marsoc yang melakukan latihan bersama di Indonesia merupakan pasukan khusus marinir yang dibentuk pada tahun 2006 dengan dipimpin seorang Mayor Jenderal Marinir," katanya.

Senada dengan itu, Letkol Domingue mengaku sangat senang bisa mengikuti latihan dengan Marinir Indonesia dan mengharapkan kerja sama akan dapat berlanjut terus.

"Dengan kerja sama itu, kami dapat tukar menukar ilmu dan pengalaman," katanya.

Penerimaan kunjungan yang diakhiri dengan tukar menukar cenderamata dan foto bersama itu juga dihadiri Asops Kaspasmar-1 Kolonel Marinir I Made Wahyu Santoso, Asrena Kaspasmar-1 Kolonel Marinir Abdul Rachman, Aspers Kaspasmar-1 Letkol Marinir Amir Faisol, dan Asintel Kaspasmar-1 Letkol Marinir Edi Juardi.

Latihan bersama Korps Marinir RI-AS di Situbondo itu diakhiri dengan simulasi tentang skenario pembebasan sandera yang ditahan teroris di Surabaya, kemudian dilanjutkan dengan perlawanan terhadap serangan teroris terhadap kantor Konsulat Jenderal (Konjen) AS di Surabaya, pelabuhan Gapura Surya Surabaya, dan Bandara Internasional Juanda, Surabaya.
(ANTARA JATIM)

Suhu Kongo 42 Derajat, TNI Tinggal Di Rumah Semak

19 Mei 2009, Jakarta -- Pasukan TNI yang bertugas di Kongo berpindah markas. Mereka bergeser dari wilayah Beni, kini pindah ke wilayah Dungu. Ini adalah sebuah kota kecil di wilayah perbatasan Negara Kongo dengan Sudan.

Sambil menunggu Kompi Zeni dari Kontingen Negara Bangladesh yang akan menggantikan posisi IEC di Beni, 44 personel Satgas Garuda XX-F masih tinggal di Soeharto camp melaksanakan tugas perawatan Bandar Udara Mavivi-Beni.

"Saat ini 123 personel Satgas telah bergabung di lokasi base camp baru di Dungu," ujar Kapten inf Leo Sugandi pada Jawa Pos melalui email kemarin. Jarak perjalananannya dari basecamp sebelumnya, 90 menit menggunakan helikopter jenis MI-8.

Wilayah Dungu merupakan dataran relatif rata dengan lingkungan hutan hujan tropis. "Suhu udara pada siang hari bisa mencapai 42 derajat celcius dan pada malam hari sekitar 17 derajat celcius," jelas Leo.

Untuk mensiasati suhu yang cukup menyengat di siang hari, personel TNI membuat saung beratapkan alang-alang yang ditempatkan diantara tenda satu dengan tenda lainnya. Menurut Leo, panas matahari yang menyengat tidak dapat menembus atap alang-alang dan menyebabkan suhu dibawah saung lebih dingin.

"Harga alang-alang itu sekitar 100 Franc (mata uang Kongo) atau setara dengan Rp. 1.250 perikat," katanya. Prajurit tni juga bertemu dan berdiskusi dengan tokoh masyarakat Dungu, pastor Lucien Fortin, seorang misionaris yang berasal dari Quebec-Kanada.

Pastor Lucien tergabung dalam FIC, lembaga persekutuan Kristen Katholik dari negara Perancis). Lucien bersama pastor lainnya dari negara Belgia, Belanda dan Perancis bergabung untuk menyebarkan agama Katholik di Kongo, khususnya wilayah Dungu dan sekitarnya.

"Pastor Lucien sangat berterima kasih kepada kontingen Indonesia atas dedikasinya melaksanakan mandat PBB," kata Leo.Tugas pasukan berikutnya adalah membangun infrastruktur seperti pembangunan dan perawatan bandar udara, pembangunan dan perawatan rute-rute utama pengerahan personel dan penyaluran suplai logistik, pembangunan jembatan, pembangunan rumah penduduk dan sarana air bersih.
(Cendrawasih Pos)

Denjaka, Taifib Dan US Marfoc Bebaskan Sandera


18 Mei 2009, Jakarta -- NLF (New Lanun Front Of Lanun) yang merupakan Teroris dari Negara Lanun melancarkan aksi Serangan terhadap Pengamanan Kantor Konsulat Kadubes Amerika Serikat di Indonesia, meledakkan Bom terhadap fasilitas Operasional Pelabuhan Surabaya dan Bandara Internasional Juanda. Bukan itu saja, NLF juga menculik banyak Warga Negara di Indonesia, baik Warga Negara Indonesia maupun Warga Negara Amerika yang berada di Konsulat Amerika.

Akibat kejadian Sabotse tersebut, Presiden RI mendapat permintaan dari pihak negara Amerika Serikat untuk melaksanakan Misi Pembebasan Sandera terhadap Warga Negara yang diculik NLF, yang pada akhirnya Presiden RI menyetujui mendukung permintaan tersebut.

Pada saat melaksanakan Misi Pembebasan Sandera, pihak TNI AL / Korps Marinir dengan Denjaka dan Taifib dan US Marsoc (United States Marine Corps Forces Special Operations Command) dengan Tim Marine Special Operations 414 telah berada di Indonesia.

Dalam Misi Pembebasan Sandera, pada akhirnya Denjaka, Taifib dan US Marsoc berhasil membebaskan Sandera dari Teroris NLF. Dengan berhasilnya Misi Pembebasan Sandera, maka berakhir pula Latihan Bersama bertajuk Latma Laternt Iron 09-1 JCET 2009 antara US Marsoc dan Korps Marinir, yang selanjutnya dilaksanakan Upacara Penutupan oleh Komandan Komando Latih Marinir Kolonel Marinir Siswoyo H S. di Lapangan PLP Baluran pada tanggal 15 Mei 2009, serta dihadiri para pejabat teras TNI AL, Marinir, Muspida Setempat dan pihak US Marsoc.

Aksi NLF yang melancarkan Serangan Kedubes AS, peledakan Bom dan Penculikan Warga Negara yang berada di Indonesia diatas, merupakan Skenario Kegiatan Latihan Bersama antara Korps Marinir dan US Marsoc.

Latihan Bersama yang berlangsung dari tanggal 20 April sampai dengan 15 Mei 2009 di Pusat Latihan Tempur Baluran, Asembagus, Situbondo ini, sebelumnya juga telah melaksanakan beberapa latihan bersama lain, meliputi Kegiatan Medical, CQB dan Sniper.

Pada kegiatan Medical sendiri, Us Marfoc membagikan pengalaman pengobatan dan peran penyelamatan kawan dalam pertempuran, sedangkan dalam CQB Marinir melaksanakan penyerangan atau pembersihan di rumah-rumah atau gedung yang masih ditempati oleh musuh, untuk Sniper menembak sasaran dengan “One Shot One Kill” (satu tembakan satu nyawa).

Latihan yang pelaksanannya berlangsung secara berkelanjutan dan berkesinambungan antara Indonesia dan Amerika ini, selain bertujuan untuk meningkatkan dan mengasah kemampuan prajurit, juga untuk menjalin kerjasama militer antara negara Indonesia dan Amerika.
(Marinir)

RAN Menggagalkan Aksi Bajak Laut di Teluk Aden

Perahu yang digunakan bajak laut menyerang kapal niaga. (Foto: defence.gov.au)

19 Mei 2009 -- HMAS Sydney dan HMAS Ballarat membantu kapal niaga MV Dubai Princess, Minggu malam (17/5), setelah kapal tersebut mengirimkan tanda bahaya di teluk Aden. MV Dubai Princess mengabarkan sedang diserang bajak laut dengan menembakan RPG (Rocket Propelled Grenades) dan berusaha naik ke atas kapal dengan paksa.

Insiden terjadi di perairan internasional sekitar pukul 18.00 waktu Australia, kira-kira 170km Utara Yaman. HMAS Sydney dan Ballarat menerima tanda bahaya tersebut ketika sedang transit di teluk Aden sebagai bagian operasi Northern Trident 2009.



Kapal niaga MV Dubai Princess menghidupkan peralatan anti bajak laut saat perahu mendekatinya. (Foto: defence.gov.au)

Pada saat bersamaan MV MSC Stella sedang diganggu oleh kapal-kapal kecil disekitar tempat yang sama.

HMAS Sydney dekat dengan kapal niaga tersebut menerbangkan helikopter Sea Hawk untuk mengamankan situasi. Pada saat bersamaan HMAS Ballarat bergabung dan mendukung MV MSC Stella. Aksi kedua kapal perang yang cepat dan tegas berhasil menghentikan aksi bajak laut.

HMAS Sdyney (Foto: defence.gov.au)

HMAS Ballarat (Foto: defence.gov.au)

HMAS Ballarat kemudian mengawal kedua kapal niaga tersebut dan ditambah enam kapal niaga lainnya. Sedangkan HMAS Sydney tetap berada disekitar lokasi kejadian beberapa jam untuk melaporkan situasi kepada sebuah kapal perang dari Gugus Tugas 151 yang bertugas memerangi aksi bajak laut.

Saat ini HMAS Sydney dan Ballarat melanjutkan perjalanan dan meneruskan misi Northern Trident.

Northern Trident merupakan misi diplomatik internasional bertujuan membangun dan meningkatkan kerjasama internasional, keamanan global dan memperkenalkan industri pertahanan Australia.
(Ministry of Defence/Beritahankam.blogspot)