Saturday, August 7, 2010

33 Orang Siswa Diktaifib Marinir Berhak Kenakan Brevet Para

Seorang siswa dari Pendidikan Intai Amfibi (Diktaifib) Marinir akan mendarat di tempat sasaran mendarat saat mengikuti latihan dan praktek keparaan (Lattek Keparaan) atau wing day di lapangan Moeljadi, Komando Pengembangan dan Pedidikan Angkatan Laut (Kobangdikal) Surabaya, Jumat (6/8). Wing day tersebut diikuti 8 dari 33 siswa Diktaifib angkatan ke XXXVI tahun ajaran 2009 dari 6000 feet dengan tujuan untuk mengasah kemampuan terjun tempur. (Foto: ANTARA/M Risyal Hidayat/hp/10)

06 Agustus 2010, Surabaya -- Setelah menjalani latihan Keparaan yang melelahkan selama 1,5 bulan, akhirnya 33 orang siswa Pendidikan Intai Amfibi angkatan ke-36 (Diktaifib) yang berada di Sekolah Khusus Pusdik Infantri Marinir Kobangdikal berhak mengenakan Brivet Para.

Penyematan dilaksanakan setelah demontrasi penerjunan yang diwakili 8 orang siswa Diktaifib yang terjun dari ketinggian 6000 vit dan mendarat Lapangan Moeljadi sekaligus tempat pelaksanaan upacara penyematan. Wakil komandan Kobangdikal Brigadir Jendral TNI Marinir P. Verry Kunto. G, SH meyematkan brivet para kepada para peserta latihan, Jumat (6/8).

Menurut Komandan Sekolah Khusus (Dansesus) Pusdikif Marinir Letkol Mar Nur Azis mengatakan bahwa pelaksanaan latihan keparaan ini merupakan tahap terakhir dari rangkaian pendidikan Taifib yang berlangsug 10 buan.

“Sebelumnya mereka telah menjalani tahap hell week, tahap menembak berbagai jenis senjata ringan, tahap kelautan, tahap komando hutan, intai amfibi, grilya lawan grirya, intelijen, renang dan penyelaman,” terang pamen melati 2 lulusan AAL 38 ini.

Sementara itu Komandan Kobangdikal dalam amanatnya yang dibacakan Wadan Kobangdikal mengatakan Latek tahap akhir yang dilaksanakan selam 1,5 bulan ini, bertujuan untuk member bekal pengetahuan, keterampilan dan kemampuan siswa Diktaifib terhadap teknik pelaksanaan terjun payung bebas (Free Fall) sehingga siap melaksanakan tugas operasi/ infiltrasi melalui media udara baik secara perorangan maupun tim.

Sebagai pasukan khusus, lanjutnya tentu membutuhkan tampilnya prajurit yang handal dan memiliki disiplin tinggi. Ini berarti profesionalme merupakan focus utama dari lahirnya prajurit yang bermoral, professional dan berani. Oleh karena itu kemampuan khusus yang telah dimiliki yang ditandai dengan brevet didada, harus diimbangi dengan meningkatnya profesionalisme serta rasa tanggungjawab sebagai pasukan elit Korps Marinir.

“Kebanggaan itu harus dijawab dengan memberikan kontribusi yang fositif dalam pelaksanaan tugas nanti,” pinta orang nomor satu Kobangdikal ini.

Dalam menghadapi tantangan tugas kedepan yang semankin konpleks dan luas, tambah mantan Danpuspenerbal ini- usai melaksanakan latihan keparaan bukan berarti selesai, tetapi harus diasah terus dan diharaapkan mampu melaksanakan berbagai tugas sebagai tim di dropping zone dalam rangka pelaksanaan operasi pendaratan amfibi untuk penyiapan penerjunan dalam menggunakan parasut static maupun terjun bebas sekala besar maupun kecil dan pas berada di titik pendaratan/ sasaran dalam keadaan aman.

Kobangdikal

Percepat Pembangunan Alutsista dan Militer


07 Agustus 2010, Jakarta -- Penataan kekuatan alat utama sistem senjata (alutsista) dan profesional TNI sebagai alat pertahanan negara perlu dipercepat dan terkonstruksi dalam program pembangunan pertahanan jangka panjang. Kekuatan militer Indonesia jauh tertinggal dibandingkan dengan negara-negara tetanggai di kawasan Asia Tenggara.

Hal itu dikatakan pengamat militer Universitas Indonesia (UI) Connie Rahakundini Bakrie, dan pengamat hubungan internasional Universitas Gadjah Mada (UGM) Dafri Agussalim di Jakarta, Jumat (6/8).

Pada umumnya, teknologi alutsista yang dimiliki TNI Angkatan Darat (AD), AU dan AL sudah masuk ketegori sangat tua. Khsusus TNI AL, KRI dan kapal angkut yang dimiliki sebagiannya berusia di atas 50 tahun. Kondisi yang sama juga dialami TNI AU memiliki pesawat tua yang masih dipaksakan untuk terbang.

Sedangkan, industri pertahanan yang belum setahun dibangun pemerintah Indonesia belum menunjukan perkembangan karena ketidakseriusan intansi-instansi yang terlibat di dalamnya, seperti Kemenhan, Kemen BUMN dan Kemenkeu. Gema kemandirian alutsista hanya terdengar pada awal pemerintahan Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) II.

Jika dibandingkan dengan negara tetangga Singapura yang hanya mempunyai luas wilayah sebesar 648 km2 atau sama dengan luas DKI Jakarta, Connie menilai, kekuatan TNI pun relatif jauh tertinggal.

"Memang, kekuatan pertahanan kita tidak usah dibandingkan negara-negara adi daya, seperti AS maupun Rusia. Tapi, bila dibandingkan dengan Singapura kita masih tertinggal," ujarnya.

Ia menambahkan, alokasi anggaran TNI di dalam anggaran pendapatan belanja negara (APBN) dibanding anggaran pos lainnya, termasuk rendah untuk memenuhi belanja kebutuhan pertahanan. Idealnya, belanja pertahanan mendapat alokasi anggaran 5,7 persen dari produk domestik bruto (PDB) agar terhindar dari berbagai ancaman seperti kehilangan wilayah hingga separatisme.

"Anggaran TNI tidak pernah lebih dari satu persen atau rata-rata hanya 0,98 persen dari PDB, bahkan tahun ini malah turun jadi 0,6 persen karena ada Pemilu," kata Connie.

Minimnya anggaran itu mempersulit TNI untuk menata kekuatan dalam konteks ideal sebagai alat pertahanan negara. "Sebagai benteng pertahanan negara, pemerintah sebaiknya melakukan percepatan pembangunan pertahanan baik terhadap sumber daya manusia maupun terhadap faktor pendukung, seperti alutsista," ujarnya.

Macan Asia

Sementara itu, Dafri Agussalim cukup prihatin atas kekuatan pertahanan RI yang belum mengalami kemajuan siginifikan apabila dibandingkan dengan negara-negara tetangga, seperti Singapura dan Malaysia. Padahal, Indonesia merupakan negara terbesar di Asia Tenggara dan sempat dijuluki "macan Asia".

Saat ini, menurut dia, negara-negara di kawasan Asia Tenggara saling berlomba dalam satu persaingan terselubung untuk memperkuat pertahanan negaranya. Adanya persaingan ini dinilai wajar karena sesama anggota Asean masih sering terjadi konflik. Mereka saling mengintai persenjataan masing-masing negara.

"Persaingan senjata di kawasan Asia Tenggara memiliki efek spiral. Jika ada salah satu negara memperkuat militernya, maka negara lain pun tidak akan mau kalah, maka terjadilah perlombaan pengadaan persenjataan untuk memperkuat pertahanan negara mereka," katanya.

Suara Karya

Tindakan Satgas Yon Mekanis Konga XXIII-D Unifil Saat Konflik IDF dan LAF

(Foto: Reuters)

06 Agustus 2010, Lebanon -- Prajurit Satgas Yon Mekanis Kontingen Garuda XXIII-D/Unifil (Indobatt) dengan sigap bertindak profesional dan imparsial dalam mengemban tugas serta tanggung jawabnya selaku Peacekeeper saat terjadi ketegangan antara IDF (Israeli Defence Forces) dan LAF (Lebanese Armed Forces) di salah satu Observation Post (OP) di daerah Al-Adaisse yang terkenal dengan sebutan ”Panorama Point” dan masih dalam Area of Responsibility (AOR) Indobatt di Lebanon Selatan, Selasa (3/8).

Menurut Komandan Satuan Tugas Batalyon Mekanis Kontingen Garuda XXIII-D/Unifil (Indonesian Battalion/Indobatt), Letkol Inf Andi Perdana Kahar, tindakan menengahi yang sangat berani dilakukan oleh prajurit TNI berawal dari rencana kegiatan pemotongan batang pohon cemara yang tumbang dan mengenai pagar/Technical Fence oleh pihak IDF (Israeli Defence Forces). Kegiatan IDF ini tidak disetujui LAF (Lebanese Armed Forces) dan mendapat tentangan, karena menurut LAF pohon tersebut berada di wilayah negaranya. Walaupun kegiatan ini telah dipantau dan mendapatkan ijin dari UNIFIL (United Nations Interim Force In Lebanon) selaku pemegang mandat pemelihara perdamaian di wilayah Lebanon Selatan, namun pada kenyataannya kegiatan IDF di lapangan ini mendapatkan tentangan yang sangat keras dari LAF serta memicu ketegangan antara kedua belah pihak.

Lebih lanjut Komandan Indobatt menyatakan, sebagai pasukan penjaga perdamaian, Kompi A Indobatt telah melakukan segala upaya prosedural se-maksimal mungkin untuk meredakan situasi. Upaya negosiasi kedua pihak di lapangan yang dimediasi oleh Indobatt dan Liaison Officer (LO) dari markas UNIFIL, telah dilakukan selama kurang lebih 4 (empat) jam. Demi meredakan ketegangan yang terjadi, Danki A Indobatt Kapten Inf Fardin Wardhana mengambil resiko meloncati pagar pengaman jalan, kemudian turun mendekat ke area Blue-Line yang belum sepenuhnya bersih oleh ranjau (UXO), dengan mengibar-ngibarkan bendera PBB dan berdiri di tengah-tengah kedua belah pihak yang sedang berhadap-hadapan dengan bersenjata lengkap (pointing). Bukan hanya itu saja, anggota Tim Kompi A Indobatt yang saat itu berjaga-jaga di Observation Post (OP) tersebut, seluruhnya membantu dengan mengibarkan bendera sambil mengangkat tangan serta meminta kepada kedua pihak agar dapat menahan diri dan dapat mencari kata sepakat mengenai pemotongan pohon cemara tersebut.

Menurut keterangan yang diperoleh dari saksi mata Lettu Inf Arief Widyanto, selaku Perwira Force Protection Indobatt yang saat itu berada di tempat kejadian, dijelaskan bahwa situasi menjadi makin menegangkan dan sangat tidak terkendali saat salah satu pihak melepaskan tembakan. Tembakan tersebut selanjutnya memicu terjadinya kontak tembak antara IDF dan LAF. Sesuai prosedur, prajurit Indobatt melakukan tindakan taktis mencari tempat perlindungan di sekitar lokasi kejadian saat terjadi baku tembak antara LAF dan IDF. Sesuai dengan perintah Komando, prajurit Indobatt kemudian melaksanakan pengunduran diri mencari posisi berlindung yang aman dan menunggu perintah lebih lanjut. Baku tembak ini melibatkan dua pesawat Heli Apache dan 3 (tiga) Tank ”Markava” IDF, yang melepaskan tembakan ke arah kedudukan pasukan LAF.

Situasi pertempuran yang makin hebat dan membahayakan personel Unifil dalam hal ini Indobatt, memaksa Markas Komando Sektor Timur Unifil mengambil keputusan dan memerintahkan Komandan Indobatt untuk menarik personel Indobatt yang berada di lokasi kontak tembak ke posisi yang lebih aman sambil tetap memonitor keadaan. Dalam proses penarikan pasukan tersebut, personel Kompi A Indobatt terpecah menjadi dua kelompok yang terpisah satu sama lain karena gencarnya tembakan yang dikeluarkan oleh kedua pihak dalam pertempuran tersebut. Satu kelompok ke arah Al-Adaisse dan kelompok yang lain ke arah Kafer Kela. Dari hasil pengecekan personel, didapati masih ada dua personel yang belum diketahui keberadaannya dan putus kontak dengan induk pasukan.

(Foto: AP)

Selama satu jam lebih, keberadaan dua prajurit tersebut ternyata masih berada di lokasi peristiwa kontak senjata. Kedua prajurit Indobatt ini, terjebak dalam kontak senjata kedua belah pihak dan hanya bisa berlindung di balik bangunan tanpa dapat malakukan pengunduran dari daerah pertempuran. Setelah kontak tembak sedikit mereda Kopda Zulkarnain dan Praka Oksa berusaha mencari pasukan kawan ke arah Kafer Kela yang merupakan Area of Responsibility (AoR) Spain Battalion. Kedua prajurit ini tidak bertemu dengan satupun anggota Peacekeeper yang diharapkan berada di pos pengamatan Spainbatt, karena telah ditarik mundur oleh Komando Atas.

Dari keterangan kedua prajurit tersebut, mereka memutuskan untuk menuju ke arah Fatima Gate, persimpangan jalan dimana terdapat OP (Observation Post) Spainbatt lainnya. Sama seperti kejadian pada pos sebelumnya, mereka tidak menemukan satupun anggota UN yang siaga di tempat tersebut. Dalam keadaan putus hubungan komunikasi dengan pasukan induk serta tanpa mengetahui situasi terakhir, mereka menerima bantuan salah satu masyarakat Lebanon yang bersedia mengantarkannya ke markas Indobatt UN Posn 7-1 desa Adshit Al-Qusayr yang berjarak 15 Km dari Fatima-Gate.

Dari peristiwa kontak tembak antara LAF dan IDF telah jatuh korban dari kedua belah pihak. Dari pihak Lebanon, tiga anggota LAF dan satu orang jurnalis AL-Akhbar Lebanese tewas di tempat. Sedangkan dari pihak IDF, dua orang Perwiranya menjadi korban dan meninggal dunia. Untuk pihak Indobatt sendiri, tidak ada kerugian personel maupun material. Hal ini dikarenakan kesigapan prajurit Indobatt dalam melaksanakan tindakan pengunduran pasukan sesuai dengan STIR (Standardize Tactical Incident Reaction) yang dilakukan berdasarkan perintah Komando Atas dalam hal ini oleh Sektor Timur UNIFIL.

Puspen TNI

Friday, August 6, 2010

Kemhan Serah Terimakan Digital Radio Trunking System EADS Tetra kepada Mabes TNI


05 Agustus 2010, Jakarta -- Kementerian Pertahanan (Kemhan) melalui Direktorat Jenderal Sarana Pertahanan (Ditjen Ranahan) Kemhan yang diwakili oleh PLT Dirjen Ranahan Laksma TNI Susilo melakukan penyerahan secara simbolis Digital Radio Trunking System EADS Tetra dari Kemhan kepada Mabes TNI selaku pengguna, Rabu (4/8), di gedung Ditjen Ranahan Kemhan, Jakarta. Dalam acara serah terima dan penandatanganan settlement agreement tersebut, pihak Mabes TNI diwakili oleh Waas Komlek Panglima TNI Brigjen TNI Supriyadi dan pihak EADS Perancis (European Aeronautic Defence and Space Company) diwakili oleh Head of Representative Laurent Godin.

Dalam sambutannya PLT Dirjen Ranahan menyampaikan harapannya agar Digital Radio Trunking System dapat bermanfaat untuk meningkatkan kesiapan operasional sistem pengamanan garnisun ibukota maupun untuk mendukung kegiatan dan tugas-tugas operasional Mabes TNI lainnya.

Selaku wakil dari Kemhan, PLT Dirjen Ranahan menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang tinggi kepada pihak-pihak yang telah memberikan dukungan, bantuan dan rekomendasinya dalam pelaksanaan instalasi, pelatihan, commisioning, dan uji fungsi dari Digital Radio Trunking System EADS Tetra.

Dalam kesempatan yang sama Waas Komlek Panglima TNI saat membacakan amanat Askomlek Panglima TNI menyampaikan bahwa pelaksanaan pembangunan Digital Tetra EADS didukung oleh peralatan modern yang ditempatkan di lima lokasi, telah berfungsi dengan baik serta siap operasional untuk digunakan oleh TNI khususnya Kodam Jaya dan jajarannya dalam rangka untuk mendukung pengamanan ibukota Jakarta.

Satu hal yang patut menjadi perhatian adalah masih rendahnya kesiapan dan penguasaan prosedur operasional Tetra EADS oleh Sumber Daya Manusia (SDM) yang akan mengawaki peralatan tersebut. Mengingat peralatan tersebut tergolong canggih dalam pengoperasionalannya, serta komplesitas keseluruhan fitur-fitur yang ada didalamnya, maka diharapkan agar rencana penataan ulang oleh pihak EADS terhadap operator Satkomlek TNI, Hubdam Jaya, Hubrem dan Kodim tentang penggunaan sistem komunikasi data dapat dilaksanakan secepat mungkin. Sehingga penggunaan peralatan trunking EADS dan Network Management System oleh Kodam Jaya beserta jajarannya dapat berjalan dengan optimal.
Sekilas Mengenai Teknologi Tetra

Aplikasi monitoring pergerakan pasukan sistem komunikasi digital tetra merupakan salah satu aplikasi pada Sistem Komunikasi Digital Tetra yang merupakan teknologi komunikasi digital termodern saat ini yang akan segera digunakan oleh TNI. Aplikasi Monitoring Pergerakan Pasukan menggunakan fitur GPS yang ada pada terminal Tetra baik Handled Radio maupun Mobile Radio.

Aplikasi ini sangat membantu komando di pusat kendali (Command Control) melakukan pengendalian pasukan di lapangan pada situasi kerusuhan atau gangguan keamanan lainnya. Setiap Radio Tetra yang digunakan oleh pasukan di lapangan memiliki identitas yang khas (ID) yang kemudian diterjemahkan pada digital map yang ada di komando dengan identitas warna tertentu sesuai fungsinya di lapangan, misalnya: warna hijau untuk pasukan pemukul, warna merah untuk agen penyusup dan warna ungu untuk penembak jitu (sniper).

Aplikasi ini memungkinkan Komandan lapangan untuk melokalisir daerah sasaran (agen penyusup), mengetahui posisi unit penindak dan mengetahui pergerakan pasukan (auto personal tracking).

DMC

TNI Siapkan Satgas Yon Mekanis ke Lebanon

Dalam amanatnya Asops Panglima TNI mengatakan bahwa keikutsertaan bangsa Indonesia pada misi pemeliharaan perdamaian merupakan implementasi dari cita-cita bangsa Indonesia yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945. (Foto: Puspen TNI)

06 Agustus 2010, Bandung -- TNI kembali menyiapkan Satuan Tugas (Satgas) Bataliyon Infanteri Mekanis Konga XXIII-E/Unifil, Satgas Kompi Polisi Militer (MPU) XXV-C/Unifil, dan Satgas Force Protection Company Konga (FPC) XXVI C-2/Unifil Tahun 2010/2011, untuk mengantikan Satgas Yonif Mekanis Konga XXIII-D/Unifil, Satgas MPU XXV-B/Unifil dan Satgas FPC XXVI C-1/Unifil di Lebanon, yang akan berakhir masa tugasnya.

Latihan penyiapan Satgas tersebut dilaksanakan selama kurang lebih 1 bulan dan secara resmi dibuka oleh Asisten Operasi (Asops) Panglima TNI Mayor Jenderal TNI Tono Suratman., di Pusat Pendidikan Infanteri Cipatat Bandung, Jumat (6/8).

Dalam amanatnya, Asops Panglima TNI mengatakan bahwa keikutsertaan bangsa Indonesia pada misi pemeliharaan perdamaian merupakan implementasi dari cita-cita bangsa Indonesia yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945 Alenia-4 yang berbunyi “Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial”, dan dijabarkan melalui Undang-Undang RI Nomor 34 Tahun 2004 tentang TNI, dimana pada pasal 20 ayat 3 secara jelas ditegaskan bahwa TNI melaksanakan tugas perdamaian dunia sesuai dengan kebijaksanaan politik luar negeri.

Keikutsertaan bangsa Indonesia khususnya TNI dalam misi perdamaian dunia di bawah bendera PBB diawali sejak tahun 1957 di Mesir, kemudian pada tahun 1960 mengirimkan Kontingen Garuda II ke Kongo, yang diikuti oleh Kontingen Garuda berikutnya sampai sekarang. Bahkan ke depan PBB mengharapkan TNI untuk lebih berperan sebagai Troops Contributing Country (TCC) dengan menambah kekuatan Kontingen Garuda. Pemerintah telah mengambil kebijakan akan mengirimkan 1 (satu) kapal perang Republik Indonesia yaitu KRI Frans Kaisiepo 368 ke Lebanon dan 1 Kompi Zeni ke Haiti tambahnya.

Pasukan yang akan dikirim ini adalah Satgas Bataliyon Infanteri Mekanis Konga XXIII-E/Unifil, Satgas Kompi Polisi Militer (MPU) XXV-C/Unifil, dan Satgas Force Protection Company Konga (FPC) XXVI C-2/Unifil. (Foto: Puspen TNI)

Latihan tersebut dibuka oleh Asisten Operasi (Asops) Panglima TNI Mayor Jenderal TNI Tono Suratman. (Foto: Puspen TNI)

Latihan penyiapan Satgas tersebut dilaksanakan selama kurang lebih 1 bulan. (Foto: Puspen TNI)

Asisten Operasi (Asops) Panglima TNI Mayor Jenderal TNI Tono Suratman melakukan inspeksi pasukan. (Foto: Puspen TNI)

Lebih lanjut Asops mengatakan, para peserta latihan dituntut memiliki pengetahuan yang mendalam tentang konflik yang terjadi dan bagaimana menyikapinya. Dan juga harus mampu dan dapat menjadi penengah antara pihak-pihak yang bertikai secara imparsial, sehingga tidak dianggap memihak pada salah satu kelompok oleh para pihak yang bertikai. Serta harus mampu memahami tentang Minimum Use Of Force atau penggunaan senjata seminimum mungkin karena semuanya sudah diatur di dalam Rules of Engagement (ROE) dan Standart Operating Procedures (SOP) yang merupakan pedoman bagi peacekeepers dalam setiap langkah dan tindakan.

Sebelum mengakhiri amanatnya Asops memberikan beberapa penekanan : Pertama , Tingkatkan iman dan taqwa kepada Tuhan YME, sehingga benar-benar siap melaksanakan latihan dan tugas operasi dimanapun berada dengan berpedoman pada ajaran agama dalam sikap dan perbuatan; Kedua, Laksanakan latihan dengan penuh rasa tanggung jawab, kesungguhan, dedikasi dan disiplin yang tinggi.

Ketiga, Pelihara realisme latihan dengan situasi daerah operasi yang dihadapi sehingga didapat kemampuan yang sesuai dengan tuntutan tugas; Keempat, Manfaatkan latihan ini untuk meningkatkan profesionalisme; dan Kelima, Tingkatkan kemampuan berbahasa Inggris karena akan digunakan sebagai alat komunikasi di daerah operasi.

Turut hadir pada acara tersebut, di antaranya Kepala Pusat Pemeliharaan Perdamaian Dunia (KA PMPP )TNI, Brigjen TNI I Gede Sumertha KY, PSC; dan Kepala Pusat Kesehatan (Kapuskes) TNI Marsma TNI dr. Mariono R. Sp.OG., Sp.Kp.

Puspen TNI/Pos Kota

Panglima Bantah TNI Tinggalkan Pertempuran Israel-Lebanon

Pasukan Perdamaian PBB dari Indonesia menggunakan paser Anoa mengawasi alat berat pasukan Israel yang beroperasi dekat garis perbatasan dengan Lebanon, di desa Adaisseh, Rabu (4/8). Pasukan Israel dan Lebanon baku tembak diwilayah ini, setelah tentara Israel menebang pohon Cypress yang diklaim berada di wilayah Lebanon. Insiden ini menewaskan dua prajurit Lebanon, satu perwira Israel berpangkat Letkol serta seorang jurnalis. (Foto: AP)

05 Agustus 2010, Bogor (ANTARA News) - Panglima TNI, Jenderal TNI Djoko Santoso, membantah prajurit TNI yang tergabung dalam United Nations Interim Force in Lebanon (Unifil) meninggalkan medan pertempuran saat terjadi kontak senjata antara pasukan bersenjata Israel dan Lebanon.

"Bukan kabur, sampai kemarin pasukan kita berlindung di bangunan di situ," kata Djoko ketika ditemui di sela-sela rapat kerja nasional di Istana Bogor, Kamis.

Pasukan perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa/PBB untuk Lebanon (Unifil) yang melibatkan sejumlah militer profesional, termasuk batalyon TNI, menjalankan misi di Lebanon Selatan


Prajurit TNI anggota Pasukan Penjaga Perdamaian PBB bersama Prajurit Lebanon berdiri di perbatasan Lebanon-Israel di desa Adaisseh, Selasa (3/8) saat terjadi baku tembak. Satu helicopter Israel menembak dua rudal ke pos AD Lebanon dekat desa Adaisseh menghancurkan kendaraan lapis baja pengangkut pasukan. (Foto: Reuters)

Menurut Djoko, pasukan TNI justru telah melakukan upaya menjaga perdamaian dengan melaporkan kontak senjata itu.

Sesaat setelah kontak senjata, pasukan TNI langsung melapor ke pos komando dan ke pihak yang bertikai. Melapor dan berlindung, kata Djoko, adalah prosedur yang tepat yang harus dilakukan oleh pasukan TNI.

Sebagai anggota pasukan penjaga perdamaian, pasukan TNI tidak boleh terlibat dalam kontak senjata.

"Iya, kita kan peace keeping, ada mekanismenya, dilaporkan ke atas," kata Djoko.

Ia menyampaikan hal itu menanggapi maraknya pemberitaan media luar negeri tentang kaburnya tentara Unifil asal Indonesia dalam kontak tembak di Lebanon beberapa hari lalu.

Kontak senjata itu terjadi antara pasukan bersenjata Israel dan Lebanon di perbatasan kedua negara tersebut.

Bahkan, sebuah pernyataan menyebutkan bahwa pasukan Indonesia melarikan diri menggunakan taksi untuk menghindari insiden itu.

ANTARA News

Perwira TNI AU dan TNI AL Belajar SAR di RAAF

06 Agustus 2010 -- Perwira TNI AL dan TNI AU dari berbagai skuadron mengunjungi Pangkalan AU Australia di Ediburgh. Rombongan TNI mempelajari persamaan dan perbedaan prosedur SAR di 92 Wing Air Life Support Section, serta melihat kemampuan pesawat intai maritim AP-3C Orion yang dapat digunakan untuk misi SAR. Para perwira sebagai penanggung jawab masalah SAR di satuannya.


Flying Ofice Joshua Williams dan Sersan Palmer dari Skuadron 10 memandu rombongan perwira TNI AL dan TNI AU saat meninjau 92 Wing di Pangkalan AU Australia, Edinburgh. (Foto: Australia DoD)

Kurush Bilimoria anggota 92 Wing memperlihatkan kit SAR yang digunakan di AP-3C Orion pada Mayor Budiono Sugeng (kiri) pilot skuadron 32 dan Mayor B. Sudewo pilot skuadron 5. (Foto: Australia DoD)

Thursday, August 5, 2010

Oman Borong 18 F-16 Block 50/52

F-16D AU Kesultanan Oman. (Foto: Lockheed Martin)

05 Agustus 2010 -- Kesultanan Oman mengajukan pembelian 18 jet tempur F-16 Block 50/52 berikut perlengkapannya senilai 3,5 milyar dolar, termasuk upgrade 12 F-16 Block 50/52 yang dioperasikan AU Oman.

Oman akan membeli juga 20 mesin jet F100-PW-229 or F110-GE-129, 36 LAU- 129/A Common Rail Launchers, 24 set radar APG-68(V)9, 20 kanon M61 20mm Vulcan, 22 AN/ARC-238 Single Channel Ground and Airborne Radio Systems dengan HAVE QUICK I/II, 40 Joint Helmet Mounted Cueing Systems, 36 LAU-117 MAVERICK Launchers, 22 ALQ-211 Advanced Integrated Defensive Electronic Warfare Suites (AIDEWS) or Advanced Countermeasures Electronic Systems (ACES) (ACES includes the ALQ-187 Electronic Warfare System and AN/ALR-93 Radar Warning Receiver), Advanced Identification Friend or Foe (AIFF) Systems dengan Mode IV, 34 Global Positioning Systems (GPS) dan Embedded-GPS/Inertial Navigation Systems (INS), 18 AN/AAQ-33 SNIPER Targeting Pods atau sistem lain serupa kemampuannya, 4 DB-110 Reconnaissance Pods (RECCE), 22 AN/ALE-47 Countermeasures Dispensing Systems (CMDS), dan 35 ALE-50 Towed Decoys.

Pada Mei 2002, Oman menandatangani pembelian 12 F-16 Block 50/52, terdiri dari 8 F-16C kursi tunggal dan 4 F-16 kursi tandem dibawah program Peace A'sama A'safiya. Pesawat menggunakan mesin buatan General Electric F110-GE-129. Pesawat pertama diserahkan di Lockheed Martin, Fort Worth, Texas pada 5 Agustus 2005. Pesawat terakhir diterima 2006.

Pembelian ini menempatkan AU Oman sebagai pengguna F-16 ke-23 di dunia dan ke-5 di Arab.

DCSA/Berita HanKam

Jabatan Wadan Lantamal IX Diserahterimakan

04 Agustus 2010, Ambon -- Jabatan Wakil Komandan (Wadan) Pangkalan Utama Angkatan Laut (Lantamal) IX Ambon diserahterimakan Rabu dari Kolonel Laut (P) Edy Sugiatmo kepada Kolonel Laut (P) Aswoto Saranang.

Upacara serah terima jabatan Wadan Lantamal IX berlangsung secara sederhana di Desa Halong, Ambon dengan pemimpin upacara Komandan Lantamal IX, Laksamana Pertama TNI Dadang S. Wirasuta.

“Melalui pergantian pejabat ini, diharapkan dapat tumbuh gagasan-gagasan baru dalam aspek pembinaan kemampuan dan kekuatan demi pencapaian tugas pokok TNI AL secara optimal, baik sebagai inti pertahanan di laut maupun sebagai salah satu komponen pembangunan bangsa,” kata Laksamana Pertama TNI Dadang S. Wirasuta.

Selain serah terima Jabatan Wadan Lantamal IX, dalam upacara tersebut juga berlangsung serah terima jabatan Komandan kapal perang KRI Barakuda-814 yang berfungsi sebagai kapal kepresidenan dalam Sail Banda, dari Mayor Laut (P) Eka Prabawa kepada Mayor Laut (P) Setyo Widodo.

Komandan Lantamal IX Laksamana Pertama TNI Dadang S. Wirasuta menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang tinggi kepada Eddy Sugiatmo atas pengabdiaanya kepada Lantamal IX, terutama dalam kapasitasnya sebagai Komandan Satgas bhakti sosial Surya Bahskara Jaya (SBJ) dalam Sail Banda yang berhasil menyukseskan kegiatan tersebut.

Ucapan yang sama juga disampaikan kepada Mayor Laut (P) Eka Prabawa atas pengabdiannya menjalankan tugas, mengawaki KRI Barakuda 814 dengan Loyalitas yang tinggi terhadap semua anak buahnya.

Menurut Kepala Dinas Penerangan Lantamal IX, Mayor Laut (E) Wahyu Broto, setelah meningalkan Lantamal IX, Edy Sugiatmo akan menempati jabatan baru sebagai Perwira Menegah Staf Ahli Opslat Bidang Dokstraops Staf Ahli Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal).

Sementara Eka Prabawa akan menjabat sebagai sebagai Komandan KRI Keris-624.

“Pergantian jabatan merupakan hal yang rutin sebagai bagian dari upaya pembinaan personil. Namum di sisi lain, pergantian itu diharapkan dapat membawa suasana penyegaran dalam tubuh organisasi, sekaligus memberikan kesempatan bagi pejabat baru untuk berkarya,” kata Wahyu Broto.

ANTARA Maluku

Kopassus Akan Latihan Bersama Pasukan Khusus Australia


05 Agustus 2010, Jakarta -- Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus Mayjen TNI Lodewijk Freidrich Paulus, mengatakan, pihaknya akan kembali menggelar latihan bersama dengan pasukan khusus Australia pada September 2010.

"Latihan akan dilaksanakan di Bali, pada September 2010 setelah Hari Raya Idul Fitri," kata Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus (Kopassus) Lodewijk, menjawab ANTARA News di Jakarta, Kamis.

Lodewijk mengemukakan, hubungan Kopassus dan pasukan khusus Australia (SAS) semakin baik dengan menggelar latihan bersama secara rutin, untuk meningkatkan kemampuan dan profesional masing-masing sebagai pasukan khusus.

"Latihan dilakukan secara rutin, hanya tempatnya bergantian kadang di Indonesia, kadang di Australia. Tahun ini, kita akan adakan di Bali," ujarnya.

Tentang materi yang akan dilatihkan bersama, Lodewijk mengatakan, materi latihan akan difokuskan pada pemberantasan terorisme.

Kerjasama Kopassus- SAS sempat terhenti sejak 1999 menyusulnya terjadinya kerusuhan di Timor-Timur (kini Timor Leste) seusai jajak pendapat.

Pemulihan kerja sama Kopassus-SAS, Australia berawal dari kunjungan Komandan SAS Australia yang kemudian diikuti kunjungan Kepala Staf Angkatan Darat Australia, Letjen Peter Leahy pada akhir 2002.

Langkah pemulihan diambil Australia, pasca ledakan Bom Bali I pada Oktober 2002 yang menewaskan sebagian besar warga negara Australia yang tengah berada di Pulau Dewata.

Selain Australia, Kopassus juga rutin mengadakan latihan bersama dengan Singapura dan Thailand. Kini Kopassus tengah merumuskan kembali latihan bersama dengan pasukan khusus Amerika Serikat (AS) yang juga sempat terhenti pada sekitar sebelas tahun silam, karena dugaan pelanggaran HAM oleh TNI di Timor-Timur.

ANTARA News

Kopassus Siap Latihan di AS

Detasemen Anti Teror Kopassus. (Foto: Getty Images)

05 Agustus 2010, Jakarta (ANTARA News) - Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus (Kopassus) Mayjen TNI Lodewijk Freidrich Paulus mengatakan, Kopassus bersiap untuk kembali menggelar latihan bersama dengan satuan khusus Amerika Serikat.

"Rumusan mengenai mekanisme, bentuk dan materi latihan sedang dirumuskan kementerian pertahanan dan militer kedua negara," kata Lodewijk kepada ANTARA di Jakarta, Kamis.

Lodewijk mengatakan, Kopassus menyambut positif keputusan Pemerintah AS yang membuka kembali latihan bersama dengan Kopassus.

"Ini sesuatu yang positif bagi kami dapat berlatih bersama dengan satuan khusus AS. Sehingga, kami pun siap untuk segala hal terkait latihan bersama itu," katanya.

Lodewijk mengatakan, Kopassus tidak mengusulkan apa-apa karena semua akan dirumuskan oleh kelompok kerja masing-masing negara yang kini tengah membahas hal itu.

Pemerintah AS membuka kembali latihan bagi Kopassus pada Juli 2010, setelah sempat ditutup karena klaim pelanggaran hak asasi manusia oleh TNI di Timor Timur.

Menteri Pertahanan AS Robert Gates usai bertemu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, di Jakarta, penghunjung Juli, mengatakan, pemberian kembali latihan bagi Kopassus akan dilakukan bertahap dan terukur.

Athan AS kunjungi Kopassus

Danjen Kopassus Mayjen TNI Lodewijk F. Paulus menerima kunjungan dari Atase Pertahanan Amerika Kolonel Bailley, bertempat di Ruang Kerja Danjen Kopassus Cijantung, Jakarta Timur, Kamis (29/07). Kunjungan Athan Amerika Kol. Bailey selain melakukan silaturrahmi juga merupakan forum perkenalan sebagai pejabat baru di lingkungan Dubes Amerika dan Indonesia pada umumnya.

Turut hadir dalam silaturahmi tersebut Letkol Inf Nyoman Cantiaca, Letkol Inf Saleh dan Mayor Inf Rudi Jan, Kolonel Bailey juga didampingi oleh staf kedubesan Amerika. Acara silaturahmi ini ditujukan untuk menciptakan soliditas antar kedua belah pihak serta lebih memantapkan Hubungan yang selama ini sudah terjalin dengan baik.

ANTARA News

Brigjen (YNI) Agus Gunaedi Jabat Pangdam II/SWJ

Kepala Staf Angkatan Darat, Jenderal TNI George Toisutta (tengah) melakukan salam komando dengan Pangdam II Sriwijaya, Brigjen Agus Gunaedi Pribadi (kanan) dan Mayjen TNI Mochammad Sochib yang baru melepas jabatannya, di Lapangan Parkir Sriwijaya Palembang, Sumsel, Kamis (5/9). (Foto: ANTARA/Nila Fuadi/Koz/hp/10)

05 Agustus 2010, Palembang -- Brigjen TNI Agus Gunaedi Pribadi resmi menjadi Pangdam II/Sriwijaya ke-32 menggantikan Mayjen TNI Mochammad Sochib.

Sertijab sudah dilaksanakan dibawah komando Kasad Jenderal TNI George Touisutta di Lap Parkir Stadion Bumi Sriwijaya Palembang, Kamis (5/8).Agus sendiri saat ditemui usai acara sertijab mengatakan, siap melanjutkan tongkat komando Pangdam dengan visi dan misi mengabdi dan membangun bangsa.

Selain itu, sepenuh hati ia mendukung setiap program pemerintah daerah, termasuk turut mensukseskan Sumsel sebagai tuan rumah SEA Games 2011 mendatang.

"Semoga amanah ini bisa saya jalankan, dan tentu harapannya menjadi lebih baik," tegasnya. Acara Sertijab dimulai sekitar pukul 09.00 dalam kegiatan upacara yang dipimpin Kasad dan dihadiri segenap unsur muspida.

Usai sertijab, acara dilakukan dengan demonstrasi Yong Moodo oleh 232 prajurit. Selain itu digelar juga simulasi penyelamatan sandera.

Srwijaya Post

A400M Wing Passes Critical Test


03 August 2010 -- The highly advanced all-composite wing of the Airbus Military A400M new airlifter has passed the ultimate-load up-bend test – the critical static test required for certification.

During the test, performed in the presence of two representatives of the European Aviation Safety Agency (EASA), the wing was subjected to a load equal to 150% of the maximum bending load (limit load) predicted to be encountered in service.

The wingtips of the full-size A400M static test specimen moved upwards 1.41m (4.6ft) during the test which was completed at Airbus Military's Getafe, Madrid facility on 22nd July.

Senior Vice President A400M Chief Engineer Alain Cassier said: “This successful test represents a major achievement for the A400M programme on its route to certification. We are all delighted to have passed this key milestone in the structural test programme, which further confirms the soundness of the A400M design.”

The A400M wing is assembled at the Airbus plant at Filton, Bristol (UK). The static test programme will continue in Madrid, (Spain) until mid-2011, while full-scale fatigue tests will be conducted on another test specimen in Dresden, (Germany) beginning later this year.

About the A400M

The A400M is an all-new military airlifter designed to meet the needs of the world’s Armed Forces in the 21st Century. Thanks to its most advanced technologies, it is able to fly higher, faster and further, while retaining high manoeuvrability, low speed, and short, soft and rough airfield capabilities. It combines both tactical and strategic/logistic missions. With its cargo hold specifically designed to carry the outsize equipment needed today for both military and humanitarian disaster relief missions, it can bring this material quickly and directly to where it is most needed. Conceived to be highly reliable, dependable, and with a great survivability, the multipurpose A400M can do more with less, implying smaller fleets and less investment from the operator. The A400M is the most cost efficient and versatile airlifter ever conceived and absolutely unique in its capabilities.


Airbus Military

Kemenhan Berdayakan Ekonomi Masyarakat Perbatasan

Lapang terbang Pitu di Kabupaten Morotai. (Foto: halmaherautara.com)

05 Agustus 2010, Morotai -- Lampu Precision Approach Path Indicator (PAPI) di landasan pacu lapangan terbang Pitu, Morotai tampak menyorot ke arah Hercules C-130 yang melayang di atasnya pada Senin (2/8) sore lalu. Penerbangan yang menyertakan Sekretaris Jendral Menteri Pertahanan Eris Herryanto itu akan menguji coba kelayakan landasan sepanjang 2,4 km itu untuk pendaratan malam hari.

Landasan tersebut sudah ada di Kabupaten Morotai, area perbatasan Indonesia-Filipina, sejak 1942. Amerika Serikat membuat tujuh landasan pacu di area tersebut untuk mempersiapkan penyerangan atas Jepang, musuhnya dalam Perang Dunia II.

Pemanfaatan kembali lapangan terbang itu, sebagaimana dikatakan Eris, adalah salah satu upaya Kementerian Pertahanan (Kemenhan) untuk mendukung sektor perekonomian. "Jadi istilahnya, defence supporting economy. Artinya, aset-aset apa dari Kemenhan yang kira-kira bisa digunakan untuk mendukung ekonomi masyarakat, kita berdayagunakan," tutur Eris di Bandara Babullah, Ternate, Senin (2/8) lalu.

Sasaran itu juga menjadi tujuan Eris dan Kemenhan bagi masyarakat di Morotai. Menurut penuturan Sukemi Sahab, pelaksana tugas Bupati Morotai, kehidupan masyarkatnya yang berjumlah 64 ribu orang sangat bergantung pada hasil laut dan industri pariwisata.

Laut Morotai mampu menghasilkan ikan tuna, kerapu dan juga rumput laut dalam jumlah besar. Bahkan PT Morotai Maritim Culture (MMC), satu-satunya perusahaan perikanan di Morotai, bisa melakukan ekspor hingga ke Hongkong.

"Setiap kali ekspor jumlahnya mencapai 12 ton. Tahun ini MMC sudah ekspor dua kali, bulan Januari dan Maret," ungkap Ismail, kepala dinas Perikanan, Kelautan dan Pertanian Kabupaten Morotai.

Masyarakat Morotai, termasuk Sukemi pun berharap, pemanfaatan kembali Lapangan Terbang Pitu bisa menyokong ekspor hasil laut yang juga akan berimbas pada pemasukan daerah. "Karena saat ini kalau mau ekspor ikan perlu 8 hari untuk sampai ke Cina. Kalau bisa pakai (lapangan) ini, mungkin perusahaan bisa sewa pesawat cargo untuk ekspor," kata Sukemi.

Berdasar keterangan Komandan Pangkalan Udara Pitu (Danlanud), Mayor Sadewo, dari tujuh landasan pacu yang terdapat di Lapangan Terbang Pitu, hanya empat saja yang layak untuk digunakan. "Selama ini, pangkalan yang merawat landasan, dengan anggaran dari pusat," ucap Sadewo yang juga ikut dalam uji coba terbang malam ke Morotai.

Mengenai pesawat apa saja yang nantinya akan memanfaatkan Lapangan Terbang Pitu, Eris tak banyak berkomentar. "Belum dibicarakan pesawatnya apa saja. Tapi nanti kita akan mendiskusikannya lagi dengan Dinas Perhubungan," kata Eris.

Lapangan Udara Pitu dikategorikan dalam kategori D. Hal ini dipengaruhi oleh pangkat Danlanud dan juga berbagai fasilitas yang terdapat di landasan tersebut.

"Memang masih banyak yang harus ditambah di (bandara) sini. Seperti avication aid

, radar cuaca, radio komunikasi, dan lain sebagainya," imbuh Sadewo.

Saat menghadiri jamuan makan malam di kediaman Sukemi Suhab, Eris sempat meluangkan waktu untuk melakukan dialog dengan masyarakat Morotai. Banyak di antara mereka yang berharap agar pihak Kemhan memberikan dukungan berupa fasilitas seperti perahu boat

dan anggaran lainnya sebagai kelanjutan dari kunjungan tersebut.

"Saya tidak bisa menjanjikan apa-apa. Tapi yang barusan bapak-ibu sampaikan, akan saya teruskan kepada pihak-pihak yang terkait, seperti Dinas Kelautan dan Perikanan, dan sebagainya," tutur Eris, diplomatis.

Eris tak menampik, wilayah perbatasan menjadi salah satu fokus utama Menteri Pertahanan, Purnomo Yusgiantoro dalam masa kepemimpinannya saat ini. Selain Morotai, dalam beberapa pekan ke depan Kemhan berencana untuk menyambangi wilayah perbatasan lainnya, salah satunya, pulau Natuna.

MI.com

Pangdam VI/Mlw Tinjau Latihan Menembak Armed 18/Buritkang

05 Agustus 2010, Balikpapan -- Panglima Kodam VI/Mulawarman Mayjen TNI Tan Aspan selasa (3/8) meninjau latihan penembakan artileri medan yang dilaksanakan oleh satuan Batalyon Artileri Medan 18/Buritkang di Pusat Latihan Pertempuran Darat (Puslatpurad) kompleks Amborawang Kec. Samboja Kutai Kartanegara. Dalam kesempatan tersebut Pangdam VI/Mlw didampigi oleh Asisten Operasi (Asops) Kasdam VI/Mlw Kolonel Inf Eko Budi S. Wakil Asisten Intelijen (Waasintel) Kasdam VI/Mlw Letkol Inf Hardani.

Latihan penembakan artileri dari Yonarmed 18/Brk tersebut dipimpin langsung oleh Danyon Armed Letkol Arm Radimin serta menurunkan 6 pucuk senjata artileri yang merupakan salah satu alutsista yang dimiliki oleh Batalyon Artileri Medan.

Dalam kesempatan tersebut Pangdam VI/Mlw juga berkesempatan melaksanakan latihan penembakan senjata artileri. Tidak hanya Pangdam Asops beserta Waasintel yang mendampingi juga berkesempatan melaksanakan latihan penembakan.

Pendam VI/Mlw

Satkat Koarmatim Latihan Jungle Survival


05 Agustus 2010, Surabaya -- Satuan Kapal Cepat Komando Armada RI Kawasan Timur (Satkat Koarmatim) mulai kemarin hingga hari ini, Kamis (5/8) menggelar latihan Jungle Survival (melatih ketahanan hidup di darat yang dilaksanakan di Puslatpur Marinir Karang Tekok Situbondo. Kegiatan ini merupakan kelanjutan dari latihan Sea Survival (melatih ketahanan hidup di laut) yang sudah dilaksanakan beberapa waktu silam dan akan berakhir hingga besok, Jumat (6/8).

Dalam latihan ini diikuti oleh 70 personel ABK (Anak Buah Kapal) di jajaran unsur Satkat Koarmatim dengan melibatkan 31 orang pelatih dan pendukung lainnya. Selama latihan berlangsung dilaksanakan di kelas dan di lapangan dengan materi latihan meliputi, keterampilan dasar prajurit perorangan, keterampilan teknik darat, jungle survival, perkelahian perorangan, sea survival, cast and recovery perahu karet, harbouring, navigasi laut dan darat serta PPPK.

Latihan dilaksanakan di daerah basis TNI AL Surabaya dan Puslatpur Marinir Karang Tekok Situbondo. Komandan Satkat Koarmatim Koarmatim Kolonel Laut (P) Yudo Margono mengatakan, bahwa tujuan digelarnya latihan ini untuk memberikan keterampilan pada ABK KRI dalam mempertahankan hidup di laut dan di hutan apabila kapal mengalami kedaruratan di daerah musuh, serta membentuk sikap dan mental yang tangguh untuk bertahan hidup di laut, baik secara perorangan maupun kelompok sampai mendapatkan pertolongan.

Dispenarmatim

Boeing CH-47F Chinook Fielded by US Army's 10th Mountain Division


03 August 2010, RIDLEY TOWNSHIP, Pa. -- The Boeing [NYSE: BA] CH-47F Chinook helicopter was fielded July 30 by the U.S. Army's B Company, 3rd General Support Aviation Battalion, 10th Combat Aviation Brigade, 10th Mountain Division, Fort Drum, N.Y. The 10th Mountain Division is the sixth Army unit to be trained and equipped with the aircraft.

"I am extremely excited that Boeing and the New Equipment Training Team were able to field and train the company on the F model Chinook so quickly," said Capt. Michael Farrell, Company B commander. "With such a short period of time between deployments, this really helped us focus on collective training."

With fielding complete, the unit will begin advanced mission training in the new aircraft, conducting simulated assault, troop-transport and cargo-movement exercises. The 10th also will practice high mountain operations that use the advanced features of the CH-47F.

"Fielding and training the 10th Mountain Division is a proud moment for all of us at Boeing," said Leanne Caret, vice president, Boeing H-47 Programs. "Everyone on the program is focused on the needs of the warfighter, and that is reflected in the aircraft we build and deliver every day."

The Chinook is built at Boeing’s Ridley Township, Pa., facility and features a newly designed, modernized airframe, Common Avionics Architecture System (CAAS) cockpit and Digital Automatic Flight Control System (DAFCS). The CAAS greatly improves aircrew situational awareness, and DAFCS provides dramatically improved flight-control capabilities through the entire flight envelope, significantly improved performance, and safety in the harshest of environments.

A unit of The Boeing Company, Boeing Defense, Space & Security is one of the world's largest defense, space and security businesses specializing in innovative and capabilities-driven customer solutions, and the world’s largest and most versatile manufacturer of military aircraft. Headquartered in St. Louis, Boeing Defense, Space & Security is a $34 billion business with 68,000 employees worldwide.


Boeing Company

Indobatt Saat Konflik Lebanon-Israel

Prajurit Israel menggunakan crane memotong pohon di wilayah Lebanon diperbatasan antara Lebanon-Israel di desa Adaisseh, Selasa (3/8). Aksi pemotongan ini memicu baku tembak antara tentara Lebanon dan Israel, menewaskan empat orang, dua prajurit Lebanon, satu letkol Israel dan seorang jurnalis. (Foto: AP)

Pasukan Penjaga Perdamaian PBB dari Indonesia memberikan isyarat pada pasukan Israel yang berpatroli di sepanjang perbatasan di desa Adaisseh. Pasukan Lebanon menyandang RPG, Selasa (3/8). (Foto: AP)


Pasukan Penjaga Perdamaian PBB dari Indonesia memberikan isyarat pada pasukan Israel yang berpatroli di sepanjang perbatasan di desa Adaisseh. Selasa (3/8). (Foto: AP)

Pasukan Penjaga Perdamaian PBB dari Indonesia mengawasi pasukan Israel yang berpatroli di sepanjang perbatasan di desa Adaisseh. Pasukan Lebanon dalam posisi tiarap dan siap menembak, Selasa (3/8). (Foto: AP)

Pasukan Penjaga Perdamaian PBB dari Indonesia mengawasi crane pasukan Israel sepanjang perbatasan Lebanon-Israel saat dilakukan operasi menebangi pohon dekat desa Adaisseh, Selatan Lebanon, Rabu (4/8). (Foto: Reuters)

Pasukan Penjaga Perdamaian PBB dari Indonesia patroli di sebuah jalan yang dipasangi poster pemimpin Hezbollah Sayyed Hassan Nasrallah saat pasukan Israel menebangi pohon dekat desa Adaisseh, Selatan Lebanon, Rabu (4/8). (Foto: Reuters)

Air to Ground Upaya Mengasah Penerbang Tempur


04 Agustus 2010, Madiun -- Sebagai bagian dari upaya mengasah kemampuan tempur para penerbang Lanud Iswahjudi, selama empat hari (2-6/8) melaksanakan latihan penembakan “Air To Ground” di Air Weapon Range (AWR) Pulung, Ponorogo dengan melibatkan pesawat tempur F-16/ Fighting Falcon dari Skadron UDara 3, F-5/Tiger dari Skadron Udara 14 dan Hawk- MK-53 dari Skadron Udara 15.

Kegita jenis pesawat tempur untuk bombing menggunakan bom latih asap BDU 33 dan Rokecting menggunakan FFAR 2,75 inch, dan terbang diatas ketinggian antara 4000-4500 kaki. Dalam latihan menembak ketepatan tersebut ada beberapa factor yang mempengaruhi seperti kecepatan pesawat, sudut penembakan, arah angin dan jarak pandang.

Dengan adanya Latihan penembakan “Air To Ground” diharapkan akan semakin meningkatkan profesionalisme dalam menembak dari udara ke darat yaitu dapat menembak sasaran dengan tepat. Jadi latihan ini dapat meningkatkan kemampuan para penerbang yang sudah ada, sehingga suatu saat ketika mendapat tugas menghancurkan musuh dengan sasaran di darat tidak ragu lagi.

Dalam setiap briefing penerbangan yang dilaksanakan setiap pagi sebelum operasi latihan penembakan “Air To Ground” dimulai, para penerbang selalu mendapat penekanan dari Komandan Lanud Iswahjudi, Marsma TNI Ismono Wijayanto, agar latihan tersebut dilaksanakan secara maksimal dengan tidak meninggalkan unsure-unsur Keselamatan Terbang dan Kerja (lambangja), sehingga operasi latihan tetap dapat berjalan dengan lancer dan keselamatan seluruh personel baik peenrbang maupun “Ground Crew” serta alutsistanya tetap terjaga dengan baik pula.

Lanud Iswahjudi

Pesawat Tempur TNI AU Paksa Mendarat Pesawat Asing di Lanud Medan

05 Agustus 2010, Medan -- Pesawat tempur TNI AU jenis Hawk 100/200 melakukan pemaksaan mendarat (force down) terhadap pesawat asing di Pangkalan TNI AU Lanud Medan, Rabu (4/8). Setelah mendarat pesawat tempur asing dengan 1 awak, lalu di giring oleh pasukan Khas TNI AU, POM AU Lanud Medan beserta petugas lain menuju Appron kelapa sawit lanud Medan di bawah todongan senjata oleh POM AU dan pengawalan ketat oleh Paskhas AU. Pilot asing tersebut digeledah oleh POM AU, selanjtnya digiring menuju kesatu ruangan yang ada di Baseops Lanud Medan untuk menjalankan proses interogasi yang di laksanakan oleh petugas Inteligent udara lanud Medan.

Demikian scenario jalannya latihan kesiap siagaan pertahanan udara nasional dengan nama sandi “ LATIHAN OPERASI HANUDNAS PERKASA C 2010 “ yang di gelar Komando Sektor Pertahanan Udara Nasional III Medan yang dilaksanakan di Lanud Medan.

Dalam puncak latihan yang di gelar di wilayah Kosek Hanudnas III Medan, tidak saja melaksanakan pemaksaan mendarat terhadap pesawat tempur asing, namun juga dilaksanakan scramble pesawt tempur TNI AU guna menghalau pesawt asing yang memasuki wilayah NKRI tanpa izin yang terdeteksi oleh satuan radar di jajaran Kosek Hanudnas III Medan, yang berlangsung dari tanggal 2-5 agustus 2010.

Dalam latihan Operasi Hanudnas Perkasa C 2010 kali ini melibatkan pesawat tempur jenis Hawk 100/200 dari Skadron Udara 1 Lanud Supadio, Skadron Udara 12 Lanud Pekan Baru, selain itu juga melibatkan helicopter Colibri dari Skadron Udara 7, di dukung sarana operasi penerbangan oleh Danlanud Medan Kolonel Pnb Taufik Hidayat SE beserta Staf.

Pen Lanud Medan

Kapal Perang AL Singapura Merapat di Surabaya

RSS Tenacious. (Foto: Australia DoD)

05 Agustus 2010, Surabaya -- Dua kapal perang Angkatan Laut Singapura (Republic Singapore Navy) merapat di Dermaga Gapura Surya, Tanjung Perak, Surabaya, Selasa.

Kepala Sub-Dinas Penerangan Umum Komando Armada RI Kawasan Timur (Koarmatim) Mayor Laut Kariono di Surabaya mengatakan, kedatangan dua kapal perang, yakni RSS Tenacious dan RSS Vigour itu, untuk diikutsertakan dalam latihan bersama yang digelar TNI-AL dan RSN.

Kedua kapal perang itu di bawah komando Wakil Kepala Staf RSN Kolonel SG Son. Begitu merapat dan bersandar di Dermaga Gapura Surya, para tamu dari RSN itu disambut Komandan Satgas Latihan Bersama "Ex-Eagle 21/10" Kolonel Laut (P) Dadi Hartanto.

"Latihan bersama ini sudah digelar sebanyak 21 kali," kata Dadi yang sehari-hari menjabat sebagai Komandan Satuan Patroli Koarmatim.

Latihan tersebut digelar di tiga tempat, yakni di Singapura, Laut Jawa dan markas Koarmatim di Surabaya.

Selain kedua kapal perang tersebut, RSN juga mengirimkan satu unit pesawat F50-MPA, sedangkan di TNI-AL mengerahkan KRI Hasanuddin-366, KRI Fatahilah-361 dan satu unit pesawat jenis Cassa.

"Pembukaan latihan ini berlangsung pada 28 Juli lalu dengan meninjau fasilitas pangkalan RSN di Changi Naval Base dan melaksanakan Eagle Cup I di tempat yang sama di Singapura," katanya.

Kemudian pada tahap manuver lapangan dilaksanakan di sekitar perairan Selat Singapura, Laut Jawa dan Alur Pelayaran Barat Surabaya (APBS).

Untuk tahap akhir dilaksanakan pada 3-5 Agustus 2010 di Koarmatim Surabaya dengan rangkaian kegiatan, meliputi "Courtesy Call", "Community Services", "Eagle Cup II", pengkajian ulang dan penutupan.

Kariono menambahkan, selama ini Eagle 21/10" terbukti saling menguntungkan bagi kedua belah pihak, baik dari segi teknis maupun taktis matra laut.

"Latihan ini juga memberikan dampak positif di masa yang akan datang guna membina dan meningkatkan hubungan diplomatik antara Indonesia dengan Singapura," katanya.

Sasaran yang ingin dicapai dalam latihan itu, di antaranya, meningkatkan hubungan antarkedua negara, terutama armada laut dalam memantapkan keamanan regional.
Selain itu, latihan bersama tersebut diharapkan dapat meningkatkan koordinasi dan kerja sama taktis antarunsur angkatan laut kedua negara.

Materi latihan bersama itu, meliputi kemampuan mengaplikasikan dan mengembangkan doktrin, taktik, dan prosedur operasi Laut.

Kemampuan mengaplikasikan prosedur "Maritime Interdiction Operation" (MIO) terhadap kapal-kapal yang dicurigai dan kerja sama taktis dalam melaksanakan "Search and Rescue" (SAR) juga turut diaplikasikan dalam program latihan itu.

ANTARA Jatim

Asrena KSAL dan Pangarmatim Terima Brevet Satkopaska

anglima Armada Timur Laksamana Muda TNI Bambang Suwarto (kiri) mendapat ucapan selamat dari Angkatan Laut Amerika usai penyematan Brevet US Navy Seals dalam latihan bersama (Latma) dengan sandi "Flash Iron 10-2 JECT 2010" di Pangkalan TNI AL Banyuwangi, Jawa Timur, Rabu (4/8). Latma Kopaska TNI AL dengan Angkatan Laut Amerika Serikat (US Navy Seals) dengan penghancuran teroris yang menguasai kapal ferri di perairan selat Bali.(Foto: ANTARA/Seno S./pd/10)

05 Agustus 2010, Banyuwangi -- Asisten Perencanaan dan Anggaran (Asrena) Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Muda TNI Among Margono dan Panglima Armada RI Kawasan Timur Laksamana Muda TNI Bambang Suwarto, menjadi warga kehormatan Kopaska TNI AL dan "US Navy Seals" di Pangkalan TNI AL Banyuwangi, Rabu malam.

Penerimaan kedua perwira tinggi Angkatan Laut (AL) tersebut sebagai warga kehormatan Satuan Komando Pasukan Katak (Satkopaska) dan US Navy Seals itu ditandai dengan penyematanan "Brevet" yang dilakukan secara bergantian oleh Komandan Satkopaska, Letkol laut Pelaut Yeheskiel. K, dan Komandan US Navy Seals dalam latihan bersama TNI AL, Lievtenant Commander Arthur Castiglia.

Sebelum menerima Brevet, Asrena KSAL Laksamana Muda TNI Among Margono dengan didampingi Pangarmatim Laksamana Muda Bambang Suwarto, sempat memimpin simulasi penyergapan Kapal Feri Pottre Koneng yang sedang disandera kelompok teroris.

Dengan bantuan tim udara yang seluruhnya anggota Satkopaska TNI AL serta dua unit tim laut gabungan Satkopaska TNI AL bersama US Navy Seals, penyergapan kapal

Pottre Koneng dilakukan tepat di ajungan Pangkalan Angkatan Laut Banyuwangi.

Assisten Perencanaan dan Anggaran (Asrena) Kasal Laksamana Muda TNI Among Margono(kanan berdiri) menaiki kendaraan anti teror Cheetha usai saat laihan bersama (Latma) dengan sandi "Flash Iron 10-2 JECT 2010" di Pangkalan TNI AL Banyuwangi, Jawa Timur, Rabu (4/8). (Foto: ANTARA/Seno S./pd/10)

Panglima Armada Timur Laksamana Muda TNI Bambang Suwarto (kiri), Assisten Perencanaan dan Anggaran (Asrena) Kasal Laksamana Muda TNI Among Margono dipanggul prajurit satuan komando pasukan katak. (Foto: ANTARA/Seno S./pd/10)

Beberapa personil satuan komando pasukan katak TNI AL menaiki lambung Kapal Ferri. (Foto: ANTARA/Seno S./pd/10)

Jadwal penyergapan sempat molor, yang sebelumnya akan dilakukan pukul 15.00 WIB, namun baru terlaksana pukul 18.00 WIB. Penyergapan berlangsung cepat diawali dari tim udara yang menggunakan helikopter jenis BELL yang melakukan manuver dengan meluncur menggunakan tali ("fast rooping') ke bagian anjungan kapal feri yang disandera kelompok teroris. Tidak lama kemudian giliran dua dua unit kapal cepat ("sea ridder") yang melakukan "ship boarding" dibagian lambung kapal feri Pottre Koneng.

Setelah itu terdengarlah baku tembak diatas kapal feri yang disandera kelompok teroris. Selain terdengar bunyi tembakan silih berganti, terdengar beberpa kali bunyi ledakan sebagai gambaran betapa tegangnya adegan penyergapan tersebut.

Hampir selama 15 menit terjadi baku tembak, suasana kembali tenang disusl teriakan Margono yang menyatakan kelompok teroris telah berhasil dilumpuhkan serta menguasai keamanan kapal feri yang disandera tersebut.

Margono seusai acara penyematan Beveret, menjelaskan serangkaian kegiatan yang dilaksanakan bersama US Navy Seals merupakan perwujudan kerjasama diantara kedua angkatan laut yang pada tahun ini mengambil tajuk "Latma Flash Iron 10-2 Joint Combined Exercise Trainning (JECT) 2010".

Latihan bersama antara TNI AL dengan US Navy Seals sendiri sudah berlangsung sejak 12 Juli hingga 5 Agustus 2010. Adapun materi selama latihan bersama itu antara lain, Latihan Praktek VBSS, latihan pembebasan kapal feri yang sedang dibajak di peraiaran Selat Bali dan Urban Warfare, yakni latihan peperangan dalam kota disimulasikan Pangkalan AL (Lanal) dikuasai musuh dan tim Satkopaska berhasil merebut kembali.

Menurut Margono, kerja sama antara TNI AL dengan US Navy Seals yang sudah berjalan selama 30 tahun ini telah menguntungkan bagi kedua belah pihak sehingga diharapkan mampu berdampak positif di masa yang akan datang guna membina serta meningkatkan hubungan diplomatis antara Indonesia dengan Amerika Serikat.

ANTARA Jatim

Tuesday, August 3, 2010

Kontrak Persenjataan Domestik Diperpanjang


03 Agustus 2010, Jakarta -- Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin mengatakan, penandatanganan kontrak pengadaan alat utama sistem senjata TNI dan Polri dari dalam negeri diperpanjang hingga akhir tahun.

"Kita beri waktu hingga akhir tahun," katanya ketika di konfirmasi ANTARA di Jakarta, Selasa, menjawab mengenai batas akhir penandatanganan kontrak pengadaan alat utama sistem senjata TNI dan Polri dari dalam negeri yang berakhir 20 Juni 2010.

Menurut dia, jika ada pengadaan peralatan utama TNI yang sudah dapat ditandatangani kontraknya sebelum akhir tahun, hal itu akan segera ditindaklanjuti.

Ia mengatakan, sebagai komitmen pemerintah untuk memberdayakan industri pertahanan dalam negeri maka pihaknya telah menyiapkan daftar belanja peralatan utama sistem persenjataan TNI dan Polri yang tertuang dalam 13 kontrak dengan dana yang disiapkan Rp 800 miliar.

"Dana tersebut diambil dari APBN 2010 sebagai bentuk komitmen kami untuk mendukung pemberdayaan atau revitalisasi industri pertahanan dalam negeri," kata ujar Sjafrie.

Ia menambahkan, 13 kontrak pengadaan peralatan itu dari dalam negeri meliputi persenjataan ringan dan menengah yang telah dapat diproduksi industri pertahanan nasional.

"Secara rinci, jenisnya apa saya tidak tahu. Tetapi kira-kira secara umum meliputi persenjataan ringan dan menengah," kata Sjafrie.

ANTARA News

Monday, August 2, 2010

Panglima Divif 2 Kostrad Periksa Kesiapan Satgasla PPRC


02 Agustus 2010, Surabaya -- Panglima Divif 2 Kostrad Mayor Jenderal TNI Geerhan Lantara memeriksa kesiapan gelar lapangan 1 Kompi Korps Marinir TNI AL yang tergabung dalam Satuan Tugas Laut (Satgasla) Pasukan Pemukul Reaksi Cepat (PPRC) TNI Tahun 2010 di Dermaga Koarmatim Ujung Surabaya, Senin (2/8).

Kegiatan tersebut dihadiri Kepala Staf Koarmatim Laksamana Pertama TNI Arief Rudianto, para Asisten Pangarmatim, Komandan Satuan Kapal, dan Komandan Unsur Koarmatim. Dalam amanat Panglima Divif 2 Kostrad mengatakan, bahwa satuan PPRC TNI merupakan Komando Tugas Gabungan TNI yang dibentuk khusus dan berkedudukan langsung dibawah Panglima TNI, dengan tugas pokok melaksanakan tindakan cepat terhadap ancaman nyata di wilayah darat tertentu, dalam rangka menangkal, menyanggah awal dan menghancurkan musuh atau lawan yang mengganggu kedaulatan NKRI.

“Untuk itu, Satuan PPRC TNI mengemban tugas tanggung jawab yang sangat strategis, sehingga melekat prinsip-prinsip pelaksanaan tugas yang cepat, tepat dan singkat. Cepat dalam mnuver atau gerakan, tepat menentukan sasaran, serta singkat dalam proses dan waktu yang dibutuhkan,”tegas Panglima Divif 2 Kostrad.

Dispenarmatim

Boeing P-8A Poseidon Aircraft T3 Enters Flight Test


2 August 2010, SEATTLE -- Boeing [NYSE: BA] P-8A Poseidon aircraft T3 successfully completed its first flight test in Seattle on July 29. T3 is the P-8A program's mission-system and weapon-certification aircraft.

During the two-hour and 48-minute flight from Boeing Field, Boeing and U.S. Navy test pilots performed airborne systems checks including engine accelerations and decelerations, autopilot flight modes, and auxiliary power unit and engine shutdowns and starts.

In the coming weeks, T3 will join the two P-8A test aircraft currently at Naval Air Station Patuxent River, Md., and complete additional ground and flight tests.

"At Pax River, the Boeing and Navy team will use some of the ground test data we've gathered in Seattle for in-flight separation and delivery accuracy tests that will occur later this year," said Chris Ahsmann, P-8A chief engineer for Boeing.

T3 is one of six flight-test aircraft that are being assembled and tested as part of the U.S. Navy System Development and Demonstration contract Boeing received in 2004. Airworthiness-test aircraft T1 entered flight test in October 2009 and arrived at the Navy's Patuxent River facility in April of this year. T2, the primary mission-system test aircraft, arrived at Pax River in June.

The Navy plans to purchase 117 P-8A anti-submarine warfare, anti-surface warfare, intelligence, surveillance and reconnaissance aircraft to replace its P-3 fleet. Initial operational capability is planned for 2013.

A unit of The Boeing Company, Boeing Defense, Space & Security is one of the world's largest defense, space and security businesses specializing in innovative and capabilities-driven customer solutions, and the world's largest and most versatile manufacturer of military aircraft. Headquartered in St. Louis, Boeing Defense, Space & Security is a $34 billion business with 68,000 employees worldwide.

Boeing Company

Sunday, August 1, 2010

Kopaska TNI AL “Serbu” Teroris di Kapal Ferry


30 Juli 2010, Surabaya -- Pagi itu, Jumat (30/7), dua Tim Komando Pasukan Katak (Kopaska) TNI AL dengan menggunakan kendaraan tempur air “Sea Reader” berhasil menyerbu masuk (ship boarding) ke kapal Ferry Wicitra yang dikuasai “teroris”.

Kapal yang sarat dengan penumpang tersebut seketika itu terasa mencekam, dan semua penumpang merasa was-was bakal terjadi ensiden berdarah. Tidak lama kemudian, penyerangan ke kapal ini menjadi semakin tegang dan berdebar, ketika satu Tim prajurit Kopaska TNI AL ini melakukan fastroping (meluncur) dari Helikopter kemudian menyerbu ke kapal.

Dalam sekejap, prajurit elit TNI AL ini dapat menguasai ruangan-ruangan vital di kapal yang dikuasai musuh, yaitu di ruang mesin, ruang kemudi dan anjungan. Dalam “serbuan” tersebut, prajurit Kopaska TNI AL dapat meringkus kawanan teroris dan dalam ensiden ini tidak ada korban jiwa dari penumpang kapal.

Skenario serbuan ke kapal Ferry yang dilakukan oleh prajurit Kopaska TNI AL tersebut, adalah serangkaian dari materi latihan yang digelar antara TNI AL dengan Angkatan Laut Amerika Serikat dari jajaran US Navy Seal dengan sandi “Latma Flash Iron 10-2/JCET, dan latihannya itu sendiri digelar mulai 12 Juli silam. Pasukan yang terlibat dalam latihan itu dari Kopaska TNI AL 92 personel sedangkan dari pihak US Navy Seal 19 personel.

Latihan yang digelar hingga 5 Agustus tersebut akan melaksanakan beberapa materi latihan diantaranya pengamanan VVIP, materi lain yang juga dilatihkan diantaranya MIO (Martime Interdiction Operation), Markmanship and Skills, CQC (Closed Quarter Combat), Urban Warfare dan TCCE (Tactical Combat Casualiv Care).

Dispenarmatim

Lockheed Martin Manufactures and Delivers 1,000th Decoy Payload for Ship Self-Defense System

30 July 2010, MARION, Mass. -- Lockheed Martin [NYSE: LMT] has manufactured and delivered the 1,000th payload for the Nulka decoy program, a joint effort between the U.S. and Royal Australian navies that uses a hovering decoy to lead an incoming missile away from a ship.

Nulka is an integral part of a ship’s layered defense system against incoming missile threats. It is installed on several classes of U.S. Navy and Canadian navy ships, as well as on every Australian surface combatant.

“This joint effort has yielded extraordinary benefit and has fostered an exceptional spirit of cooperation between the U.S. and Australian navies,” says Ed Settle, the U.S. Navy’s program manager for the Joint U.S. / Australia MK 53 (Nulka) decoy program.

Lockheed Martin has worked with BAE Systems Australia, the Nulka decoy prime contractor, since 1994. The payloads are manufactured by Lockheed Martin in Marion, Mass., and the decoys are assembled by BAE Systems in Australia.

“Our commitment to Nulka goes beyond the investments we’ve made in this program over the years,” says Donna Edwards, Lockheed Martin’s Nulka program manager. “We know that every payload we manufacture must perform flawlessly to help keep our sailors safe.”

Headquartered in Bethesda, Md., Lockheed Martin is a global security company that employs about 136,000 people worldwide and is principally engaged in the research, design, development, manufacture, integration and sustainment of advanced technology systems, products and services. The Corporation’s 2009 sales from continuing operations were $44.5 billion.

Lockheed Martin