Saturday, August 13, 2011

Pemerintah Dorong BUMN Alutsista untuk Perluas Pasar

Amunisi produk PT. PINDAD. (Foto: Berita HanKam)

11 Agustus 2011, Jakarta (Kontan): Pemerintah terus mendorong industri alat utama sistem persenjataan (Alutsista) di dalam negeri untuk memperluas pasarnya. Tak hanya untuk pasar di dalam negeri (TNI), ke depannya, industri alat pertahanan ini juga didorong untuk mengembangkan pasar di luar negeri.

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Mustafa Abubakar mengatakan pemerintah saat ini tengah memperkuat manajeman dan pengelolaan (governance) industri alutsista yang strategis seperti PT Pindad, PT PAL dan PT Dirgantara Indonesia (PT DI). "Saya optimis bahwa di dalam hal alutsista, keberpihakan pada produksi dalam negeri luar biasa," ujarnya Kamis malam (11/8).

Seperti diketahui, selama ini sebagian alat persenjataan yang dimiliki TNI memang diproduksi oleh BUMN alutsista di dalam negeri. Tapi, yang lebih menggembirakan, hasil produksi industri alutsista di tanah air sudah banyak dipesan oleh negara lain.

Mustafa mencontohkan, Malaysia sudah membeli persenjataan dari Indonesia misalnya SS-2. Beberapa negara ASEAN kini juga tengah negosiasi untuk pemesanan panser bikinan PT Pindad. Misi perdamaian di Libanon juga telah membeli panser 6x6 jenis Anoa. "Yang seperti inilah yang akan kita perluas pasarnya," ujarnya.

Bahkan, Mustafa mengakui saat ini pesawat jenis CN 235 versi militer lebih laris ketimbang pesawat sejenis untuk sipil (penumpang). Ini menandakan pasar untuk alutsista masih cukup besar.

Hanya saja, Mustafa bilang Indonesia tidak akan membidik pasar negara yang sedang berkonflik. "Kita produksi ini untuk proses perdamaian, menjaga keseimbangan. Makanya black market diusahakan untuk di-zero kan," katanya.

Sumber: KONTAN

Kapal Induk Cina Uji Coba Pendaratan Jet Tempur

Kapal induk Shi Lang (eks-Varyag) sedang dibangun di galangan kapal di Dalian. (Photo: huanqiu.com)

13 Agustus 2011, Jakarta (Berita HanKam): Kapal induk China pertama Shi Lang yang sedang melakukan pelayaran perdana melakukan simulasi pendaratan jet tempur, Sabtu (13/8) diberitakan Harian Global Times.

Pendaratan jet tempur dilakukan bila kondisi cuaca memungkinkan, tetapi jet tempur segera lepas landas sesaat mendekati kapal induk menggantikan pendaratan nyata, menurut sumber terpecaya dikutip Harian Global Times, Jumat (12/8).

Sumber menambahkan jet tempur yang digunakan produksi lokal J-15 Flying Shark.


Kapal induk Shi Lang (eks-Varyag) sedang dibangun di galangan kapal di Dalian. (Photo: huanqiu.com)

Simulasi ini ditujukan menguji sistem radar dan optical landing kapal induk, setelah meninggalkan galangan kapal Dalian untuk memulai pelayaran uji coba.

Seorang staf Humas Kementrian Pertahanan Nasional menolak memberikan komentar pemberitaan Global Times, ia mengatakan tidak ada pemberitaan mengenai kapal induk.

Administrasi Keamanan Maritim Liaoning mengeluarkan pengumuman Rabu (10/8), melarang komunikasi navigasi dan radio pada radius 31,5 km pada Sabtu (13/8) disekitar Timurlaut Laut Bohai. Hal ini merebakan spekulasi jet tempur akan diuji coba di kapal induk.

Sumber: Global Times

Kemhan: Cadangan Devisa untuk Alutsista

(Foto: Dispenarmatim)

12 Agustus 2011, Jakarta (Jurnas.com): Kementrian Pertahanan mentargetkan penggantian dana pinjaman luar negeri agar bisa dipenuhi dari dalam negeri. Proses itu saat ini sedang dalam pembicaraan antara Presiden dengan Kementerian Pertahanan.

"Kami bicarakan dengan Presiden bagaimana supaya pinjaman ini mengurangi kredit ekspor. Presiden menekankan, pinjaman jangan memakai dana dari luar. Harus memakai uang dari dalam negeri," kata Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro di Kementerian Pertahanan di Jakarta, Jumat (12/8).

Jika dilakukan pengurangan kredit ekspor, maka harus dibuka kelonggaran pinjaman dari dalam negeri. Menhan optimis hal itu bisa dilakukan mengingat besarnya cadangan devisa negara saat ini. "Devisa kita sangat besar, mencapai US$122 miliar. Itu cukup bisa untuk tidak usah meminjam dari luar negeri," kata Menhan.

Kemhan mengalokasi dana US$6,5 miliar untuk pemenuhan minimum essential forces (MEF) alutsista. "Dana itu untuk pembiayaan alutsista selama lima tahun," katanya.

Sumber: Jurnas

Friday, August 12, 2011

DPR: Jangan Beli Alutsista dengan Dana Pinjaman

Pesawat latih KT-1 Wong Bee dibeli dari Korsel. (Foto: Pentak Lanud Adisutjipto)

12 Agustus, Jakarta (TEMPO Interaktif): Anggota Komisi I DPR Tubagus Hasanudin meminta Kementerian Pertahanan tidak memaksakan diri menggunakan pinjaman luar negeri untuk membeli alat utama sistem persenjataan (alutsista) Tentara Nasional Indonesia. Meskipun dalam rencana anggaran kementerian yang sudah disetujui DPR, ada rencana penambahan sebesar Rp 50 triliun.

"Rencana membeli alutsista harus benar-benar realistis dan jangan terlalu dipaksakan," katanya melalui pesan pendek, Jumat, 12 Agustus 2011. Sebelumnya, Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro menyatakan akan menggunakan pinjaman luar negeri sebesar US$6,5 miliar atau setara Rp 50 triliun untuk pembelian alutsista.

Hasanudin mengatakan, dalam rencana anggaran kementerian periode 2010-2014, memang disepakati penambahan untuk Kementerian Pertahanan sebesar Rp 50 triliun. Penambahan anggaran dilakukan bertahap mulai 2011 sebesar Rp 11 triliun, lalu berturut-turut Rp 12 triliun (2012), Rp 13 triliun (2013) dan Rp 14 triliun (2014).

Namun kenyataannya, untuk merealisasikan penambahan anggaran itu tak mudah. Sebagai contoh tahun ini, dari penambahan sebesar Rp 11 triliun yang diproyeksikan, hanya terealisasi sebesar Rp 4,485 triliun yang diperoleh dari APBN-Perubahan. "Tidak terpenuhinya anggaran itu karena uangnya memang tak ada," katanya.

Dengan keuangan pemerintah yang terbatas seperti tahun ini, pemerintah, kata Tubagus, diharapkan lebih jeli dalam memilih alutsista sesuai prioritas. Hasanudin menyarankan pemerintah sebaiknya fokus membeli alutsista untuk pengamanan perbatasan, patroli laut dan patroli udara di daerah-daerah yang dikategorikan rawan.

Sumber: TEMPO Interaktif

Thursday, August 11, 2011

KRI Todak Laksanakan Latihan Gladi Tugas Tempur Tingkat II


Jakarta, 11 Agustus 2011 (Koarmabar) -- Kapal Republik Indonesia (KRI) Todak–631 dengan Komandan Letkol Laut (P) Eka Satari, salah satu Kapal perang dibawah pembinaan Satuan Kapal Cepat (Satkat) Komando Armada RI Kawasan Barat (Koarmabar) melaksanakan Gladi Tugas Tempur Tingkat II (L-II) yang dilaksanakan di perairan Laut Jawa, demikian dikatakan Komandan Sakat (Dansatkat) Koarmabar Kolonel Laut (P) Denih Hendrata saat dihubungi di Mako Satkat Koarmabar Tanjung Uban.

Lebih lanjut dikatakan Dansatkat Koarmabar, L-II merupakan latihan dasar bagi personil KRI untuk mengukur tingkat kemampuan dalam melaksanakan tugas secara profesional. Latihan tersebut dilaksanakan untuk melihat kesiapan dan kemampuan personil melalui peran-peran, diantaranya peran tempur bahaya udara, peran tempur bahaya permukaan, peran kebakaran, peran orang jatuh dilaut. Selain itu, juga untuk uji material dan kesiapan perangkat lunak dihadapkan kepada tugas-tugas operasi sesuai fungsi asasinya.

Pengawak KRI yang profesional merupakan sebuah tuntutan dalam melaksanaan tugas yang diemban oleh KRI untuk melaksanakan fungsi asasi di bidang pertahanan, diplomacy dan constabulary. Dengan pengawak yang profesional dapat mendukung program zero accident yang telah dicanangkan oleh Komando atas.

Lebih lanjut dikatakan Dansatkat Koarmabar, selama dilaksanakan L-II dilaksanakan penilaian untuk menilai tingkat kesiapan seluruh personil KRI Todak-631 mulai dari komandan hingga kepada Anak Buah Kapal (ABK) dengan pangkat terendah. Kegiatan penilaian dilakukan oleh Tim dari Komando Latihan Koarmabar (Kolatarmabar).

Kegiatan latihan Gladi Tugas Tempur Tingkat II (L-II) yang melibatkan seluruh personil KRI Todak-631 diharapkan dapat menunjukkan kesungguhan dan kesigapan dalam melaksanakan setiap kegiatan sambil tetap memperhatikan keselamatan material dan personel.

Sumber: Koarmabar

Rusia Bangun Frigate Project 11356 Kedua

Frigate Admiral Grigorovich sedang dibangun di galangan kapal Yantar. (Foto: RIA Novosti/Igor Zarembo)

11 Agustus 2011, Kaliningrad (Berita HanKam): Rusia mulai membangun frigate kedua Project 11356 yang diberi nama Admiral Essen di galangan kapal Yantar di Kaliningrad.
Frigate dijadwalkan dioperasikan Armada Laut Hitam Angkatan Laut Rusia pada 2014.

Admiral Essen akan bergabung dengan Admiral Grigorovich frigate pertama yang sedang dibangun di galangan kapal Yantar.

Yantar sedang mempersiapkan pembangunan frigate ketiga Admiral Makarov, direncanakan dibangun pada musim gugur tahun ini. Kapal akan diserahkan ke AL Rusia pada 2014 kemudian mempersiapkan pembangunan tiga frigate lainnya.

Frigate berbobot 4000 ton, dipersenjatai sepucuk meriam 100 mm, satu unit sistem rudal permukaan-udara Shtil, dua unit sistem rudal/meriam pertahanan udara Kashtan, dua unit tabung torpedo kembar 533 mm serta satu unit helikopter anti kapal selam.

Yantar saat ini sedang membangun tiga frigate Project 11356 AL India dengan nilai kontrak 1,6 milyar dolar pada 2007. Frigate pertama telah diserahkan pertengahan 2011. Dua frigate lainnya diserahkan akhir 2012.

Sumber: ITAR TASS

Wednesday, August 10, 2011

Kapal Induk Pertama Cina Memulai Pelayaran Perdana

Varyag di galangan kapal di pelabuhan Dalian. (Foto: Xinhua)

10 Agustus 2011, Dalian (Berita HanKam): Kapal induk pertama China meninggalkan galangan kapal di pelabuhan Dalian, Provinsi Liaoning pada Rabu (10/8) pagi untuk memulai perlayaran pertama.

Sumber militer Cina mengatakan perlayaran pertama sesuai dengan jadwal yang ditetapkan dan tidak memakan waktu lama. Setelah kembali dari berlayar kapal induk akan direfit kembali dan diuji coba.

Kapal induk tersebut pada mulanya dibangun oleh bekas Uni Sovyet dan diberi nama Varyag. Pembangunan dimulai pada era-198o dan dihentikan pada 1992 setelah kejatuhan Uni Sovyet. Varyag ditempatkan di galangan kapal di Ukraina dan dibeli oleh perusahaan Cina berbasis di Makao senilai 20 juta dolar pada 1998. Perusahaan ini mengklaim kapal induk akan diubah menjadi wahana hiburan. Kapal induk tiba di galangan kapal Dalian untuk diperbaiki Maret 2002, diharapkan kapal induk akan dioperasikan Angkatan Laut sekitar 2012.

Sumber: Xinhua

Komandan Skuadron Kapal Selam Thailand Kunjungi Kobangdikal


9 Agustus 2011, Surabaya (ANTARA News): Komandan Skuadron Kapal Selam Angkatan Laut Thailand, Rear Admiral Suria Pornsuriya, mengunjungi Komando Pengembangan dan Pendidikan TNI Angkatan Laut (Kobangdikal) di Surabaya, Selasa.

Dalam kunjungan itu, delegasi "Submarine Squadron Royal Thai Navy (RTN)" itu disambut Komandan Kobangdikal Laksamana Muda TNI Sadiman.

Mereka mendapat suguhan tentang profil Kobangdikal dan sistem pendidikan TNI-AL yang diterapkan di lembaga tersebut.

Pihak RTN dan Kobangdikal juga melakukan dialog tentang perkembangan teknologi kapal selam. "Peluang kerja sama di bidang pendidikan dan latihan juga dibicarakan dalam pertemuan tadi," kata Sadiman.

Bahkan, pihak RTN dan Kobangdikal bersedia meningkatkan hubungan kerja sama strategis dalam mendidik calon prajurit matra laut itu.

"Kami bersedia untuk terus membina hubungan dan meningkatkan kerja sama yang telah terjalin selama ini," kata laksamana bintang dua itu.

Dalam kunjungannya ke Kobangdikal, Suria Pornsuriya didampingi beberapa pejabat Skuadron Kapal Selam Thailand, yakni Captain Willers Samabut (Deputy Comander), Captain Surapong Phuaknoi (Director of Enginering), Captain Wirote Sangkamies (Deputy Chief of Staff Submarine Squadron).

Rombongan asal negeri "Gajah Putih" itu juga didampingi Atase Pertahanaan Thailand di Indonesia, Captain Apichat Punyakitiwat.

Sementara itu, Sadiman didampingi Kodikopsla Laksamana Pertama TNI Didik Wahyudi, Direktur Pendidikan Kolonel Laut (P) Eko Purwanto, dan perwira lainnya.

Setelah beramah tamah di ruang tamu Gedung Ki Hadjar Dewantara, rombongan mengunjungi beberapa tempat pendidikan di Kobangdikal.

Sumber: ANTARA News

Indonesia Mandiri Membuat Satelit

Persiapan peluncuran satelit. (Foto: Lapan)

10 Agustus 2011, Jakarta (KOMPAS.com): Tim perekayasa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional tengah menyelesaikan desain dan rancang bangun satelit mikro Lapan A2. Pembuatan satelit komunikasi dan pengindraan jauh ini di Pusat Teknologi Satelit Lapan di Rancabungur, Bogor, Jawa Barat, akan selesai pada September 2011.

"Keberhasilan ini menjadi bukti kemajuan kita untuk mencapai kemandirian dalam pembuatan satelit," kata Kepala Lapan Bambang Tedja Sumantri, Selasa (9/8/2011).

Menurut rencana, satelit Lapan A2 akan diluncurkan dari tempat peluncuran roket di India pada Januari 2012. Satelit ini akan ditumpangkan pada peluncuran satelit milik ISRO-India. Untuk pengiriman satelit ini ke India juga telah dipersiapkan kargo khusus.

Satelit ini akan beredar di orbit khatulistiwa dan memiliki jangkauan lebih lebar. Berbeda dengan generasi terdahulu, Lapan A2 telah dilengkapi dengan sistem identifikasi otomatis. "Dengan sarana ini, satelit dapat memantau pergerakan kapal laut yang lewat wilayah Indonesia berdasarkan sinyal yang dipancarkannya," tutur Bambang.

Deputi Bidang Teknologi Dirgantara Lapan Soewarto Hardhienata menambahkan, pihaknya telah melakukan pengujian komponen muatan satelit tersebut.

Sementara itu, untuk peluncuran berikutnya dipersiapkan pula satelit pencitra di orbit polar. Semula satelit mikro yang menggunakan sistem optik ini akan diluncurkan bersamaan dengan satelit Lapan A2, tetapi karena kendala teknis, diputuskan perubahan ke orbit polar.

Satelit mikro ini dilengkapi dengan kamera high density television (HDTV). Pengujian kamera ini telah dilakukan dengan menumpangkannya pada pesawat terbang.

Terkait dengan pengoperasian satelit ini, dilakukan pula modifikasi rekayasa stasiun penerima agar mampu menangkap sinyalnya pada S-band.

Sumber: KOMPAS.com

Athan Amerika Serikat Kunjungi Lanal Pontianak

Komandan Pangkalan TNI AL Pontianak, Kolonel Laut (P) Parno (kanan) bersama Atase Pertahanan (Athan) Angkatan Laut Amerika untuk Indonesia, Kolonel Adrian J Jansen (kiri) melakukan peninjauan ke dermaga kapal saat kunjungan persahabatan di Mako Lanal Pontianak, Kalbar, Selasa (9/8). Kunjungan persahabatan tersebut, bertujuan untuk meningkatkan kerjasama antara Angkatan Laut Indonesia dan Amerika yang selama ini telah terjalin dengan baik. (Foto: ANTARA/Jessica Wuysang/ss/11)

Tuesday, August 9, 2011

Pertemuan Joint Committee Program KF-X/IF-X


8 Agustus 2011, Jakarta (Ristek): Pemerintah Indonesia dan Korea Selatan telah menandatangani nota kerjasama pengembangan pesawat tempur Korean – Indonesia Fighter (KF-X/IF-X). Pesawat ini didisain lebih unggul dari pesawat F-16 buatan Amerika dimana radius penyerangannya lebih luas, sistim avionik dan sistem radar lebih canggih, serta tidak tertangkap radar musuh (stealth technology).

Kerjasama tersebut akan meliputi kerjasama pengembangan teknologi (technology development) selama 2 tahun dari tahun 20011.

Kemudian dilanjutkan kerjasama dengan engineering dan manufacturing Development yang akan membutuhkan waktu 10 – 15 tahun hingga mendapatkan prototipe yang sudah mendapatkan sertifikat. Setelah itu baru akan di produksi secara masal baik untuk digunakan oleh masing-masing angkatan udara kedua negara maupun untuk dijual ke negara lainnya. Tahun 2020 KF-X/IF-X ditargetkan sudah siap untuk di operasikan oleh kedua negara dan dijual ke negara lainnya.

Untuk memulai kerjasama pengembangan teknologi tersebut diatas, pada tanggal 2 Agustus 2011 lalu telah dilakukan pertemuan pertama joint committee antara pejabat kedua negara (the first joint committee meeting).

Dalam kesempatan tersebut juga telah diresmikan fasilitas Combined Research & Development Center (CRDC) di kota Daejeon sebagai fasilitas bersama pengembangan teknologi KF-X/IF-X. Pejabat Indonesia yang terlibat pada saat peresmian CRDC adalah Sekjen Kemhan, Duta Besar RI untuk Korsel, Dirjen Pothan Kemhan, Ka. Balitbang Kemhan, dan Deputi Relevansi dan Produktivitas Iptek Kementerian Riset dan Teknologi. Sedangkan dari Korea Selatan adalah pejabat dari DAPA (Defence Acquisition Procurement Administration), Presdir ADD (Agency for Defence Development), Presdir KARI (Korea Aerospace Research Institute), Presdir KAI (Korean Aerospace Industry), Presdir LIG, dan Marsekal Madya dari Airforce Korsel.

Dengan diresmikannya CRDC maka kerjasama pengembangan teknologi sudah dimulai. Tim engineering Indonesia yang sudah ada di Daejeon-Korsel saat ini sejumlah 21 orang dari total rencana 35 orang. Sisanya akan dikirim dalam waktu dekat ini.

Adapun komposisi tim engineering lengkap nantinya adalah 21 orang dari PT DI, 4 orang dari ITB dan 7 orang dari TNI-AU, serta 3 orang dari Kemhan. Mereka akan bekerjasama dengan tim engineering (lebih kurang 150 orang) Korsel selama 3-6 bulan. Setelah itu akan dikirim kembali tim engineering lanjutan beberapa gelombang hingga tahun 2012.

Sumber: Humas Ristek

AL Vietnam Akan Diperkuat 6 Kapal Selam Kelas Kilo

Kapal selam kelas Kilo dalam perjalanan menuju Cina. (Foto: DID)

9 Agustus 2011, Jakarta (Berita HanKam): Angkatan Laut Vietnam akan memiliki satu brigade kapal selam terdiri dari enam kapal selam kelas Kilo 636 dalam 5-6 tahun mendatang ditegaskan Menteri Pertahanan Vietnam Phung Quang Thanh saat jumpa pers di Hanoi, Rabu (3/8) dikutip harian Tuoi Tren.

Vietnam juga membeli jet tempur, rudal serta perangkat militer lainnya guna mempertahankan kedaulatan Vietnam, tambah Menhan Thanh.

Menhan Thanh yakin pembelian ini tidak memicu perlombaan senjata di kawasan, tetapi hal yang wajar untuk suatu negara meningkatkan pertahanan guna mempertahankan kedaulatannya. Menjaga keamanan di laut dan kedaulatan merupakan salah satu tugas Angkatan Darat, Angkatan Laut, Polisi Maritim dan Penjaga Pantai Vietnam.

AB Vietnam akan melindungi para nelayan sesuai hukum dan juga membantu masalah teknis, insiden dan resiko lainnya saat bekerja di lautan.

Pesawat patroli maritim C212-400 diserahkan Airbus Military pada Vietnam awal bulan ini. (Foto: Airbus Military)

Menurut Center for Analysis of Strategic and Technologies (CAST), Vietnam menjadi pembeli senjata terbesar Rusia pada 2009. Pembelian enam kapal selam diesel-elektrik kelas Kilo 636 merupakan pembelian kedua terbesar, setelah pembelian 8 kapal selam oleh Cina.

Rusia akan mulai mengirimkan kapal selam ke Vietnam pada 2014. Rusia dan Vietnam meneken kontrak senilai 3,2 milyar dolar pada Desember 2009. Saat kunjungan kerja Perdana Menteri Vietnam Nguyen Tan Dung ke Rusia.

Kapal selam akan dipersenjatai sistem rudal jelajah Club-S, diungkapkan Oleg Azizov pejabat Rosoboronexport.

Frigate kelas Gepard 3.9. (Grafis: DID)

Vietnam memesan juga dua frigate kelas Gepard 3.9 Project 1166.1 pada 2006. Frigate dirancang menghancurkan kapal permukaan, kapal selam dan sasaran udara. Dipersenjatai sistem rudal anti kapal Uran-E, tabung torpedo 533 mm, sistem artileri pertahanan udara Palma, satu pucuk meriam 76,2 mm AK-176M, dua pucuk meriam 30 mm AK-630M serta satu unit helikopter Ka-28 atau Ka-31 Helix.

AU Vietnam akan diperkuat 24 Sukhoi Su-30MK2 yang terbagi dalam dua kontrak pembelian. Pesawat dibangun di Komsomolsk-on-Amur. Polisi Maritim Vietnam telah menerima satu pesawat patroli maritim C212-400 buatan Airbus Military awal bulan ini, pesawat kedua diserahkan akhir tahun dan pesawat ketiga pada awal tahun depan.

Sumber: Tuoi Tren

Koarmabar Tingkatkan Kemampuan Peralatan IMSS di KRI


9 Agustus 2011, Jakarta (Koarmabar): Dalam rangka meningkatkan kemampuan operasional peralatan Integrated Maritime Surveillance system (IMSS) yang dipasang di unsur kapal perang Jajaran Komando Armada RI Kawasan Barat (Koarmabar) dilaksanakan kegiatan Preventive Maintenance peralatan IMSS di KRI pada saat sandar di Dermaga Pondok Dayung Jakarta Utara, kemarin.

Kegiatan Preventive Maintenance tersebut dipimpin langsung oleh Kepala Dinas Informasi dan Pengolahan Data (Kadisinfolahta) Komando Armada RI Kawasan Barat (Koarmabar) Kolonel Laut (E) Sigit Winarko, ST bekerja sama dengan teknisi dari mitra kerja diantaranya di KRI Silas Papare (SRE-386) dan KRI Patimmura (PTM-371).

Kadisinfolahta Koarmabar Kolonel Laut (E) Sigit Winarko ST dalam kesempatan tersebut mengatakan bahwa kegiatan ini dilaksanakan secara periodik selama tiga bulan sekali dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan operasional peralatan IMSS maupun personel pengawak yang bertugas mengoperasionalkan secara teknis peralatan yang berbasis Information and Technologi (IT) dalam menunjang keberhasillan tugas-tugas Koarmabar.

Lebih lanjut dikatakan pemasangan peralatan IMSS di unsur-unsur kapal perang jajaran Koarmabar sebagai salah satu bagian dalam organisasi IMMS yang secara terpusat dioperasikan di Puskodal Gugus Keamanan Laut Komando Armada RI Kawasan Barat dengan markas komando di Batam.

Pemasangan peralatan IMSS sebagai salah satu upaya TNI Angkatan Laut yang dilaksnakan Koarmabar dalam mengembangkan sebuah system operasi berbasis Information and Technologi (IT ) yang saat ini sudah tergelar mulai dari Batam sampai dengan Sabang dalam rangka meningkatkan pengamanan dan pengendalian perairan Indonesia secara optimal khususnya di jalur pelayaran internasional di sepanjang Selat Malaka

Lebih lanjut Kadisinfolahta Koarmabar mengatakan, Operasional IMSS yang digelar Koarmabar menunjukkan peningkatan Maritime Domain Awareness dalam mengamankan perairan khususnya di Selat Malaka dari tindak pelanggaran laut diantaranya illegal logging, fishing, migrant, arm smuggling dan sebagainya

Pada kesempatan tersebut juga, Kadisinfolahta Koarmabar memberikan penekanan kepada personel pengawak peralatan IMSS di KRI (Shipboard Surveillance System/SSS), bahwa peralatan IMSS syarat dengan tehnologi dan personel militer rawan mutasi, untuk itu diperlukan kaderisasi dalam mengoperasikan peralatan tersebut.

Selain itu dikatakan pengawak peralatan harus memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi terhadap perlatan IMSS serta harus memaksimalkan penggunaan peralatan IMSS secara optimal dan profesionalisme dalam rangka mendukung tugas-tugas Komando Armada RI Kawasan Barat.

Sumber: Koarmabar

Monday, August 8, 2011

TNI Ciptakan Prototipe Kendaraan Taktis 4 X 4

Rantis milik TNI ini dapat digunakan di medan yang berat seperti tanjakan terjal, jalan licin ataupun jalan yang berlumpur. (Foto: Puspen TNI)

8 Agustus 2011, Jakarta (ANTARA News): Tentara Nasional Indonesia berhasil menciptakan prototipe kendaraan taktis dengan tenaga penggerak empat roda 4x4, untuk dikembangkan dan digunakan mendukung tugas pokok TNI.

Kepala Subdinas Materiil Utama (Kasubdismatut) Dinas Penelitian dan Pengembangan TNI AD (Dislitbangad) Kolonel Kav Rihananto selaku Kepala Pelaksana Kegiatan (Kalakgiat) Rantis 4 x 4 TNI menyerahkan prototipe itu kepada Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono di Jakarta, Senin.

Ia mengatakan kendaraan tersebut dapat digunakan di medan yang berat seperti tanjakan terjal, jalan licin ataupun jalan yang berlumpur.

"Beberapa negara telah mengadopsi kendaraan taktis 4 x 4 untuk kepentingan militernya seperti AS (HUMVEE), Italia (IVECO), China (DongFeng Hummvee), Spanyol (EURO VAMTAC), Brazil (AV-VB4 RE 4 x 4 GUARA), Peancis (SHERPA) dan beberapa negara lainnya," tuturnya.

Rihananto memaparkan cara kerja dari kendaraan 4 x 4 adalah mesin dihubungkan dengan differensial tengah ("transfer case") yang membagi tenaga ke roda belakang dan roda depan. Karena pada saat menggunakan penggerak empat roda, penggunaan energi lebih tinggi.

"Biasanya penggerak empat roda hanya digunakan pada saat dibutuhkan saja, dengan mengaktifkan melalui tombol atau tuas tertentu," ucapnya, menjelaskan.

Rihananto menambahkan kendaraan taktis yang dimiliki itu masih dibuat dari beberapa komponen dari beberapa produk seperti CJ-7 (USA), BEIJING (China), ISUZU OZ (Jepang), KIA KM-420 (Korea), LANDROVER (Inggris), UAS (Rusia) dan OVERLAND (Inggris) buatan 1979 -1981.

"Konsekuensi dari keanekaragaman tersebut berdampak terhadap rumitnya pengoperasionalan dan pemeliharaan, termasuk tukar alih suku cadang, sehingga berpengaruh juga terhadap biaya pemeliharaan satuan," ujarnya

Untuk mengantisipasi hal tersebut maka dibentuklah kelompok kerja TNI guna mewujudkan suatu prototipe kendaraan taktis 4 x 4 yang dapat mengakomodasi kebutuhan operasional satuan-satuan manuver maupun untuk kepentingan pengamanan TNI.

"Selain itu pula diharapkan ke depan terdapat keseragaman/standarisasi kendaraan taktis TNI. Mengacu kepada konsep `Minimum Essential Forces` (MEF) diharapkan TNI pada 2014 dapat memenuhi kebutuhan alutsista dengan prioritas produksi dalam negeri serta dalam rangka kemandirian alutsista," ucap Rihananto.

Ia menambahkan, pembuatan prototipe kendaraan taktis TNI juga melibatkan mitra industri yakni PT. Autocar, PT. Pindad, PT. Yudistira, PT. Petrodrill, PT. Gajah Tunggal, PT. Krakatau Steel, PT. Pilar Mas Kursindo, PT. Indo Pulley Perkasa dan PT. Alam Indomesin Utama.

"Tampilan Rantis 4 x 4 tetap mengacu pada filosofi Hummvee USA, karena terbukti cukup tangguh, stabil dan flexible," tutur Rihananto.

Sumber: ANTARA News

TNI Lebih Pilih Impor daripada Pindad

Amunisi produk PT. PINDAD. (Foto: Berita HanKam)

7 Agustus 2011, Bandung (KOMPAS.com): PT Pindad, Badan Usaha Milik Negara yang bergerak dalam produksi persenjataan perang, mengaku kesulitan menjual produk buatannya pada pemakai terbesar di dalam negeri, yakni Tentara Nasional Indonesia (TNI).

Untuk beberapa jenis senjata, TNI memilih impor daripada membelinya dari dalam negeri, PT Pindad.

"Contohnya, bom tajam BT-250. Kami sudah menawarkan produk ini sejak 10 tahun, tetapi belum juga diambil sampai sekarang," ujar Direktur Utama PT Pindad Adik Avianto Soedarsono di Bandung, Jawa Barat, Minggu (7/8/2011), saat memaparkan materi tentang Dukungan PT Pindad (Persero) Dalam Membangun Pertahanan dan Keamanan Negara kepada Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa.

Menurut Adik, tahun 2011, Pindad belum menandatangani satu kontrak pembelian pun dengan TNI, akibat lambatnya proses anggaran. Padahal, TNI adalah pangsa pasar Pindad yang terbesar, yakni 80 persen dari total penjualan.

"Kami perkirakan penjualan ke TNI bisa mencapai Rp 900 miliar, sedangkan ke Polri hanya Rp 8 miliar. Sehingga total penjualan mencapai Rp 1,4 triliun," ujarnya.

Adik menyebutkan, harga jual senjata yang ditawarkan rata-rata masih jauh lebih murah dibandingkan senjata yang dibeli TNI. Sebagai contoh, senjata khusus penembak jitu (sniper) yang dimiliki TNI mencapai Rp 450 juta per unit, padahal Pindad punya yang nilainya Rp 150 juta per unit.

"Ini sempat dijadikan dengan anggaran yang sama besar, dari 30 unit bisa menjadi 100 unit kalau beli dari Pindad," katanya.

Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa menegaskan, Pindad termasuk industri strategis yang membutuhkan dukungan. Pemerintah sudah menegaskan, seluruh persenjataan yang bisa dibuat di dalam negeri harus dibeli dari industri dalam negeri.

"Sinergi antar-BUMN dan pengembangan riset akan dapat memecahkan masalah yang dihadapi Pindad," ujarnya.

Sumber: KOMPAS

Mematangkan Perencanaan Menuju Pemantapan Kinerja Pertahanan


8 Agustus 2011, Jakarta (Suara Karya): Sebagaimana diatur Keputusan Menteri Pertahanan (Kepmen) Nomor: Kep/268/M/ XII/ 2009, visi-misi Perencanaan Pertahanan Kementerian Pertahanan (Renhan Kemhan) adalah, mewujudkan pertahanan negara yang tangguh, dengan misi menjaga kedaulatan dan keutuhan wilayah NKRI, serta keselamatan bangsa.

Sementara itu, dalam konteks pertahanan negara, diperlukan anggaran yang memenuhi unsur-unsur pertahanan negara. Dalam hal ini dirumuskan oleh Direktorat Jenderal (Ditjen) Renhan Kemhan dengan tugas yaitu, merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standarisasi teknis di bidang perencanaan pertahanan (Permen Nomor: Per/01/M/VIII/ 2005 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kemhan).

Menurut Dirjen Renhan Kemhan Marsda BS Silaen SIP, di Jakarta, kemarin, alokasi anggaran pertahanan 2011 sebesar Rp 47.498,50 miliar atau sebesar 0,68 % terhadap produk domestik bruto (PDB). "Rencana kebutuhan alokasi pagu anggaran pertahanan negara sesuai postur pertahanan negara tahun 2010-2014 sebesar 1,8 % sampai 2,1% PDB. Sedangkan ketersediaan alokasi anggaran pertahanan sesuai RPJMN (base line) tahun 2010-2014 sebesar Rp 279.862,47 miliar yang belum mencapai target 1,8 % sampai 2,1 % dari PDB," ujarnya.

Dia menyebutkan, kebijakan untuk mencukupi atau menaikkan pagu indikatif pertahanan negara pada Rencana Strategis (Renstra) 2010-2014, dalam rangka pemenuhan alat utama sistem persenjataan (alutsista) TNI terdiri atas beberapa hal.

Yaitu, Rencana Percepatan Pemenuhan Kekuatan Pokok Minimal Alutsista TNI Tahun 2011-2014 sebesar Rp 50 triliun. Dan esuai direktif Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tanggal 4 Mei 2010 yakni, pertama anggaran pertahanan akan ditingkatkan menjadi 1,0-1,5 % PDB tahun 2015. Kedua, pengembangan personel mengikuti konsep zero growth (dinamis) dan right sizing.

Ketiga, pengadaan alutsista diutamakan produksi dalam negeri. Keempat, pengadaan alutsista dari luar negeri hanya jenis yang betul-betul belum dapat diproduksi di dalam negeri dan sebanyak-banyaknya melakukan transfer teknologi.

Selanjutnya, soal APBN perubahan (APBN-P), Dirjen Renhan mengatakan, dalam percepatan pemenuhan kekuatan pokok minimal alutsista TNI 2010-2014, Kemhan dan TNI memerlukan anggaran sebesar Rp 149,78 triliun untuk pengadaan dan perawatan serta pemeliharaan alutsista. "Sementara alokasi anggaran base line yang tersedia sesuai RPJMN Tahun 2010-2014 hanya sebesar Rp 99,78 triliun, sehingga terdapat kekurangan sebesar Rp 50 triliun,"ucapnya.

Menurut dia, hasil rapat dengar pendapat Komisi I DPR dengan Menteri Pertahanan, Menteri Keuangan, Menteri PPN/Kepala Bappenas, dan Panglima TNI tanggal 19-20 Oktober 2010, di antaranya adalah, pertama, Komisi I DPR dan pemerintah bersepakat untuk memenuhi kebutuhan anggaran modernisasi alutsista Renstra Tahap I (2011-2014) yang masih ada gap sebesar Rp 50 triliun dari kebutuhan total Rp 150 triliun (untuk pengadaan, pemeliharaan dan perawatan alutsista).

Kedua, Untuk Tahun Anggaran 2011, alokasi anggaran percepatan pemenuhan alutsista mendapat tambahan dari dana optimalisasi sebesar Rp 2,0 triliun dan masih ada kekurangan sebesar Rp 9 triliun yang diupayakan dipenuhi dalam APBN-P 2011 melalui mekanisme pembahasan anggaran antara pemerintah dan Badan Angaran DPR.

Berkaitan dengan hal tersebut, tutur dia, Kemhan dan TNI pada 2011 mengajukan usulan tambahan anggaran sebesar Rp 9.278,96 miliar, percepatan MEF sebesar Rp 9 triliun dan tambahan anggaran mendesak non-MEF sebesar Rp 278,96 miliar. Dari ajuan tersebut sesuai RAPBN-P 2011, Kemhan dan TNI direncanakan didukung sebesar Rp 2.485,4 miliar. "Ini diprioritaskan untuk pengadaan dan perawatanserta pemeliharaan alutsista TNI serta pembangunan lanjutan PMPP TNI," katanya.

Kesejahteraan Prajurit

Mengenai alokasi anggaran Kemhan yang diterima dalam RAPBN 2012, kebutuhan pembangunan pertahanan, dan komposisi ketiga Matra TNI (AD, AL dan AU) dan UO Mabes TNI dan Kemhan, B Silaen menjelaskan, dalam RAPBN 2012, Kemhan mendapat alokasi pagu anggaran sebesar Rp 64.437,00 miliar.

"Ini belum mencukupi, karena anggaran belanja pegawai lebih besar dibandingkan belanja barang maupun belanja modal," ujarnya seraya menyebutkan rinciannya. Yaitu, belanja pegawai Rp 27.181,42 miliar (42,18 %), belanja barang Rp 10.186,80 miliar (15,81 %), belanja modal Rp 27.068,78 miliar (42,01 %), total Rp 64.437,00 miliar.

Meski demikian, Kemhan memiliki komitmen besar untuk terus meningkatkan kesejahteraan prajurit. Menurut Dirjen Renhan, dalam rangka perbaikan kesejahteraan anggota TNI dan PNS, Kemhan/TNI setiap tahun berupaya meningkatkan kesejahteraan prajurit melalui beberapa hal.

Pertama, perbaikan gaji pokok TNI dan PNS serta pensiunan rata-rata 13 % dalam enam tahun terakhir, dan dalam TA 2012 direncanakan naik sebesar 10 %. Kedua, Pemberian gaji ke-13. Ketiga, peningkatan uang lauk pauk (ULP) TNI (2006 Rp 25.000, 2011 Rp 40.000, dan rencana 2012 sebesar Rp 45.000).

Keempat, pemberian tunjangan operasi keamanan bagi prajurit TNI dan PNS yang bertugas di wilayah pulau-pulau kecil terluar. Ini diberikan mulai tahun 2010 dengan besaran sebagai berikut. Pertama, sebesar 150 % dari gaji pokok bagi yang bertugas dan tinggal di wilayah pulau-pulau kecil terluar tanpa penduduk.

Kedua, sebesar 100 % dari gaji pokok bagi yang bertugas dan tinggal di wilayah pulau-pulau kecil terluar berpenduduk. Ketiga, sebesar 75 % dari gaji pokok bagi yang bertugas dan tinggal di wilayah perbatasan. Keempat, sebesar 50 % dari gaji pokok bagi yang bertugas mobile di wilayah udara dan laut perbatasan. Kelima, memberikan perbaikan remunerasi (tunkin) terhitung Juli 2010 untuk mendukung program reformasi birokrasi.

Selain itu, pemanfaatan industri pertahanan dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan alutsista TNI juga terus digalakkan. "Dalam pemenuhan kebutuhan alutsista TNI, diprioritaskan hasil produksi industri pertahanan dalam negeri," kata Dirjen Renhan.

Oleh karena itu, tutur dia, dalam pelaksanaan pengadaan melibatkan Badan Usaha Milik Negara Industri Pertahanan (BUMNIP) yaitu PT Pindad, PT Dirgantara Indonesia, PT PAL, PT LEN, PT Inti, PT Dahana Indonesia, dan BUMN lainnya serta perusahaan swasta nasional.

Sumber: Suara Karya

Malaysia Pesan 23 Unit Panser Pindad

Deretan panser Anoa sebelum diserahkan PT. PINDAD pada Kemhan. (Foto: Berita HanKam)

7 Agustus 2011, Bandung (TEMPO Interaktif): Pemerintah Malaysia memesan 23 unit panser buatan PT Pindad tahun ini. "Prosesnya sudah sampai Perdana Menteri Malaysia, Departemen Pertahanan mereka sudah oke," kata Direktur Utama Pindad Adik Avianto Soedarsono di Bandung Ahad 7 Agustus 2011.

Panser yang dibanderol Rp 7 miliar per unit itu, menurut Adik, makin diminati setelah diakui oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa. Adik mengatakan panser buatan putra-putri Indonesia itu telah digunakan dalam menjaga perdamaian di Lebanon. "Sebanyak 13 unit telah digunakan di Lebanon," katanya.

Panser pesanan Malaysia, katanya, perangkat mesinnya tidak lagi menggunakan buatan Renault, melainkan menggunakan mesin Mercedes-Benz. “Karena Renault kini menjadi pesaing PT Pindad dalam memasok kendaraan ke Malaysia, sehingga harus mengganti komponen mesin,” ujarnya.

Namun demikian, PT Pindad belum memastikan apakah panser yang akan dijual ke Malaysia akan menggunakan mesin Benz. Adik mengemukakan ada dua pilihan mesin yang akan dipakai untuk panser tersebut, yaitu Mercedes-Benz atau Deutz yang hampir sama dengan mesin Renault berkapasitas 7.000 cc dan berkekuatan 320 tenaga kuda.

Juli lalu, rencana pembelian itu disampaikan Panglima Angkatan Tentera Malaysia Jenderal Tan Sri Datu Sri Zulkifli Mohammad Zein saat bertemu dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono di Istana Kepresidenan.

Anggota Komisi Pertahanan Dewan Perwakilan Rakyat Teguh Juwarno mengatakan Pindad harus pintar-pintar dalam menerima permintaan luar negeri. "Jangan sampai alutsista (alat utama sistem pertahanan) kita sama atau malah lebih bagus mereka (Malaysia)," ujarnya. Menurut Teguh Pindad harus mengutamakan permintaan dari Tentara Nasional Indonesia.

Sumber: TEMPO Interaktif