Saturday, April 11, 2009

Dubes Lepas Pelayaran KRI Frans Kaisiepo ke Indonesia


11 April 2009, Vlissingen, Belanda) -- Duta Besar Indonesia untuk Kerajaan Belanda, JE Habibie melepas pelayaran KRI Frans Kaisiepo 368, Sabtu di Pelabuhan Vlissingen dimana kapal ini secara resmi berlayar menuju ke Indonesia setelah dua tahun lebih lamanya, dibuat di Belanda.

Menurut Habibie, ini adalah kapal perang keempat milik TNI Angkatan Laut yang dibuat Belanda setelah KRI Diponegoro 365, KRI Hasanuddin 366, dan KRI Sultan Iskandar Muda 367. Kapal ini rencananya akan bertolak ke Indonesia dengan lama perjalanan sekitar 46 hari melalui Spanyol, Italia, Mesir, Jeddah, India, Sabang, Jakarta, dan Surabaya.

"Setidaknya kehadiran keempat kapal perang Indonesia ini, dapat memperkuat wilayah perairan tanah air kita dan negara-negara lain semakin segan dengan Indonesia," jelas Habibie.


Dia mengakui, saat ini, Indonesia masih mengalami kekurangan sejumlah armada kapal laut TNI untuk menjaga integritas, keamanan dan pertahanan serta kedaulatan wilayah perairan Indonesia. Hal senada diakui Komandan Satgas Yekda Korvet, Kolonel Laut pelaut Widodo. Dia memperkirakan bahwa Indonesia masih membutuhkan sekitar 270 unit kapal untuk mengcover keseluruhan wilayah parairan tanah air.

"Idealnya, untuk menjaga keseluruhan wilayah perairan Indonesia, dibutuhkan sepertiga untuk pangkalan, sepertiga untuk kebutuhan perbaikan dan sepertiga unit lainnya, digunakan untuk kegiatan operasi," jelas Widodo dan menambahkan bahwa jumlah kapal sebanyak itu, bisa memperkuat dan menjaga luas wilayah garis pantai Indonesia dari incaran para musuh yang ingin merongrong integritas tanah air.


Saat ini lanjutnya, jumlah kapal perang yang dimiliki TNI AL sekitar 150 unit, yang dimanfaatkan untuk menjaga dan mengamankan wilayah perairan Indonesia seluas 81.000 km. "Panjang garis pantai negara kita ini, merupakan yang terluas di dunia," jelas Widodo.

Lebih lanjut dia mengatakan, kehadiran keempat kapal perang milik TNI AL yang menelan biaya sekitar 1.700.000 euro per kapal ini, bisa lebih memperkuat integritas wilayah perairan Indonesia karena fasilitasnya didukung alat-alat tekhnologi yang lebih canggih.

Menurut Widodo, pembuatan keempat kapal ini (KRI Dipenogoro, KRI Hasanuddin, KRI Iskandar Muda dan KRI Frans Kaisiepo) merupakan program Departemen Pertahanan dan Keamanan yang dananya hasil kredit ekspor. Pengerjaan keempat kapal ini, dilakukan Damen Schelde Naval Shipbuilding sejak 2004.(ANTARA)

Kapal Perang Indonesia Gelar Simulasi "Sail Bunaken"

MANADO, 11/4. TINJAU LOKASI. Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Tedjo Edhy Purdijatno (tengan ) bersama gubernur Sulawesi Utara, S. H Sarundajang ( kanan) Serta Danlantamal VIII Laksamana Pertama Willem Rampangilei (kedua kiri) saat meninjau lokasi Indonesian Fleet Review (IFR) di Manado, Sulawesi Utara, Sabtu ( 11/4). IFR merupakan rangkaian kegitan Konferesi Kelautan Dunia yang akan yang akan melibtatkan sekitar 33 kapal Perang dari 11 negara pada Agustus 2009 mendatang.(Foto: Antara/Bahrul Haq/ED/pd/09)

11 April 2009, Manado -- Tujuh Kapal Perang Indonesia menggelar simulasi rute Parade "Sail Bunaken", di Manado, Sulawesi Utara (Sulut), Sabtu.

Simulasi tersebut disaksikan langsung Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana Tedjo Edhy Purdijatno, dan Gubernur Sulut SH Sarundajang, yang mengambil rute perairan kawasan bisnis Mega Mass menuju Pantai Malalayang.

Sail Bunaken sendiri akan dilaksanakan di Kota Manado, 12-20 Agustus 2009, yang akan dikuti sekitar 40 negara maritim lengkap dengan kapal perang.

Kepala Penerangan Lantamal VIII Manado, Kapten Laut Didi, mengatakan, simulasi tersebut guna mematangkan persiapan Sail Bunaken, sehingga kegiatan tersebut benar-benar matang dan optimal.

Selain Kota Manado yang menjadi pusat pelaksanaan Sail Bunaken, Pelabuhan Laut di Kota Bitung juga akan dilakukan kegiatan sama.

Sementara itu, Kepala Biro Pemerintahan dan Humas Pemprop Sulut, Roy Tumiwa, mengatakan, kegiatan Sail Bunaken, merupakan salah satu agenda internasional yang dipercayakan di daerah itu.

Menurutnya, selain parade kapal perang sejumlah negara, juga akan dilaksanakan berbagai kegiatan internasional menunjang kegiatan itu, seperti olahraga bahari internasional, "expo" dan sebagainya.(ANTARA)

Simulasi Pertempuran Kota TNI AD Lukai Seorang Warga

10 April 2009, Surabaya -- Simulasi pertempuran kota yang digelar Korem 804/Bhaskara Jaya Surabaya memakan korban. Seorang warga bernama Syamsul Arifin mengaku terkena tembakan peluru hampa milik seorang prajurit hingga mengalami luka memar di lehernya.

"Saat prajurit saling tembak di jalan kampung, tiba-tiba leher saya merasa panas. Setelah itu saya melihat ada selongsong peluru ada di bawah," ungkap Syamsul Arifin kepada wartawan di rumahnya seusai menjalani visum di Denpom V/Brawijaya, Jumat (10/4/2009).

Merasa lehernya merasa panas dan melihat ada selongsong peluru, Syamsul pun kemudian mendatangi pos komando pertempuran untuk memberitukan kejadian yang menimpanya.

Selain diduga membuat seorang warga terluka, latihan pertempuran ini juga membuat warga lainnya resah. Rani, seorang warga lainnya kepada wartawan mengaku hampir dua minggu ini dia bersama kedua anaknya takut tiap kali akan keluar rumah. Ketakutan itu terjadi karena di kampungnya saat ini banyak anggota TNI yang menenteng senjata tengah melakukan latihan perang.

Simulai pertempuran yang diikuti 160 personel TNI AD itu digelar di tengah pemukiman padat penduduk di kawasan Putat Jaya II sejak 16 Maret lalu, dan akan berakhir pada 16 April. Namun, karena terjadi insiden ini, maka latihan saat ini dihentikan oleh Komandan Kodim 0832 Surabaya Selatan. (detikSurabaya)

PBB Anugerahi Penghargaan Untuk TNI di Kongo

'Monuc Medal' diberikan oleh PBB melalui sebuah upacara militer di camp Guasfor (Guatemala Special Forces) di Buni, Kongo. puspen tni

11 April 2009, Jakarta -- Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menganugerahi "Monuc Medal" bagi Kontingen Garuda (Konga) XX-F/Monuc, karena berhasil melaksanakan misi perdamaian PBB di Kongo, selama enam bulan bertugas di wilayah tersebut.

Pemberian anugerah "Monuc Medal" itu dilakukan dalam upacara militer di camp Guasfor (Guatemala Special Forces) di Bunia, Kongo, Jumat, dipimpin Komandan Brigade Ituri Brigadir Jenderal Fachrudin Khaidir didampingi Komandan Kontingen Guatemala Kolonel Jorge Enrique Lopez Juarez dan Komandan Satuan Tugas Kontingen Garuda XX-F/Monuc-Mayor Czi Sugeng Haryadi Yogopranowo.

Perwira Penerangan Konga XX-F/Monuc dalam surat elektronik yang diterima ANTARA di Jakarta, Kapten Inf Leo Sugandi mengemukakan, Bintang Kehormatan Monuc diberikan kepada personel militer PBB yang telah melaksanakan tugas minimal enam bulan tanpa cacat di Negara Republik Demokratik Kongo.

Tanda Jasa Monuc memiliki karakteristik khas dengan dua pita berwarna biru khas PBB yang melambangkan kehadiran PBB di Kongo. Di sebelah dalam dari dua pita biru PBB terdapat dua pita lain berwarna kuning yang melambangkan terbitnya perdamaian dan kemakmuran di Kongo.

Sebuah pita biru tua di tengah-tengah Bintang Kehormatan melambangkan "Sungai Kongo" sebagai simbol persatuan bagi seluruh rakyat negri yang dulunya bernama Zaire itu.

Brigjen Khaidir menyampaikan penghargaan setinggi-tingginya kepada kontingen Indonesia atas dedikasinya melaksanakan mandat PBB membangun infrastruktur yang memiliki nilai strategis seperti pembangunan dan perawatan bandar udara.

Dedikasi lainnya kontingen Indonesia adalah pembangunan dan perawatan rute-rute utama pengerahan personel dan penyaluran suplai logistik, pembuatan kantor, markas maupun Kamp baru bagi kontingen dan staf Monuc, pembangunan lokasi DDRRR
(Disarmament, Demobilization, Repatriation, Resettlement, Reintegration) dan fasilitas lainnya yang secara tidak langsung berdampak positif pada pergerakan roda perekonomian di Kongo.

Kompi Zeni TNI Konga XX-F beranggotakan 174 personel merupakan bagian dari 17.000 pasukan penjaga perdamaian PBB di Kongo atau Monuc (Mission de l`Organisation des Nations Unies en Republique Democratique du Congo).(ANTARA)

Rusia Membeli Pesawat Nirawak Dari Israel

I-View

Kementrian Pertahanan Rusia menandatangani perjanjian pembelian sejumlah pesawat nirawak dengan sebuah perusahaan Israel, Jumat, 10 April 2009 ujar salah satu pejabat Kementrian seperti yang dilaporkan RIA Novosti.

Pembelian perangkat keras militer oleh Moskow dari Israel merupakan yang pertama kali dalam sejarah Rusia. Kementrian tidak menyebutkan perusahaan Israel tersebut, tetapi laporan jurnalis mengidentifikasi perusahaan tersebut Israel Aerospace Industries (IAI).

Bird Eye

Pesawat nirawak yang akan dibeli Bird-Eye 400 mini, I-view MK150 dan Searcher Mk II medium range, dengan nilai kontrak mencapai USD50 Juta. Sebagian dari nilai kontrak sudah dibayarkan untuk menutupi biaya bantuan teknis dan pelatihan personil yang akan mengoperasikan pesawat tersebut.

Saat konflik di Republik Ossetia Selatan, Agustus 2008, Georgia menerjunkan pesawat nirawak buatan Israel. Dimana Georgia membeli 40 pesawat nirawak senilai USD2 Juta antara tahun 2006 dan 2008. Kinerja pesawat-pesawat ini sangat baik, sehingga pesawat nirawak buatan dalam negeri Rusia menjadi inferior. Georgia menggunakan pesawat tersebut untuk misi penyerangan saat konflik, termasuk sebuah serangan kepada Komandan Rusia di Kaukakus Jenderal Anatoly Khrulev hingga menderita luka yang serius.

Angkatan Udara (AU) Rusia meluncurkan program pengembangan sejumlah pesawat nirawak untuk berbagai tujuan. Komandan AU Jenderal Kolonel Alexander Zelin mengatakan tahun lalu, Rusia akan mengoperasikan pesawat nirawak dengan jarak terbang hingga 400 Km dan waktu terbang mencapai lebih 12 jam tahun 2011.

Searcher MkII

Akan tetapi perusahaan pertahanan, termasuk MiG, pabrik helikopter Rusia dan Vega Radio Engineering Corp., gagal menyediakan pesawat nirawak yang effektif untuk pihak militer. Hingga bulan Januari, Kementrian Pertahanan mempertimbangkan membeli pesawat nirawak dari luar Rusia. Keputusan pembelian tertunda karena lobi dari kalangan industri pertahanan Rusia.

Menurut Vladimir Popovkin yang bertanggung jawab untuk penggadaan peralatan militer, pembelian pesawat mata-mata nirawak dari negara asing hanya sementara, dan pembelian ini dirancang untuk menunjukan kepada industri Rusia apakah pesawat mata-mata nirawak itu.

Ditinjau dari estimasi variasi, militer Rusia membutuhkan lebih dari 100 pesawat nirawak dan sekurang-kurangnya 10 sistem pandu untuk memastikan keeffektifitasan pengamatan di medan tempur dalam konflik militer.

Tipchak


Angkatan Darat (AD) Rusia telah mengoperasikan sistem pesawat nirawak Tipchak sejak akhir tahun lalu. Tipchak dibuat oleh Vega Radio Engineering Co, dimana suatu unit Tipchak dapat mengoperasikan hingga 6 pesawat nirawak yang dilontarkan menggunakan ketepel peneumatik. Setiap pesawat nirawak berdaya jelajah 25 km dan dapat menyajikan target sasaran untuk satuan artileri dan misil balistik hingga jarak 350 km.


Pesawat dilengkapi kamera infra merah dan video sensor serta sebuah jaringan data digital termuktahir untuk komunikasi unit-unit artileri bagi target panduan laser.

Searcher Mk II


Spesifikasi
Kinerja
Lama terbang = 20 jam
Jarak = 300 km
Ketinggian = 23.000 kaki
Berat
Maksimum berat lepas landas = 436 kg
Maksimum muatan = 120 kg
Dimensi
Panjang keseluruhan = 5.85 m
Wingspan = 8.55 m

I-View 150


Spesifikasi
Kinerja
Lama terbang = 8 jam
Jarak = 150 km
Ketinggian = 20.000 kaki
Berat
Maksimum berat lepas landas =250 kg
Maksimum muatan = 60 kg
Dimensi
Panjang keseluruhan = 4.1 m
Wingspan = 7.1 m

RIA Novosti/@beritahankam

Friday, April 10, 2009

Mendali PBB untuk Prajurit TNI

Bendera Merah Putih turut dikibarkan dalam upacara penyerahan medali ini.

Upacara militer digelar dalam rangaka peberian 'Monuc Medal' oleh PBB kepada prajurit TNI.

'Monuc Medal' merupakan sebuah kebanggan tersendiri bagi prajurit TNI karena tidak semua personel militer Indonesia memperoleh kesempatan untuk menerima penghargaan dari PBB.

'Monuc Medal' diberikan oleh PBB melalui sebuah upacara militer di camp Guasfor (Guatemala Special Forces) di Buni, Kongo. (puspen tni/detikFoto)

Sesaat Setelah Fokker F-27 Jatuh

Beginilah suasana sesaat setelah pesawat Fokker 27 TNI AU jatuh di Hussein Sastranegara Bandung. Hangar Aircraft Services (ACS) PT DI rusak berat, puing-puing berserakan.

Saat pesawat Fokker jatuh terdapat sejumlah pesawat yang tengah diparkir di dalam hangar. (Pool/detikcom)

Salah satu pesawat yang jadi korban jatuhnya pesawat Fokker itu adalah Batavia Air. (Pool/detikcom)

Atap hangar Aircraf Service (ACS) bolong akibat terbakar. (Pool/detikcom)

Petugas memadamkan api yang membakar atap hangar. (Pool/detikcom)

Suasana sesaat setelah kejadian. (Pool/detikcom)

Strategic Projection Ship Juan Carlos I Class: Gabungan Kapal Induk dan Kapal Amfibi


Spanyol telah meluncurkan tipe kapal baru yang disebut kapal proyeksi strategis atau Strategic Projection Ship(buque de proyeccion estragerica) yang dinamakan SPS Juan Carlos I. Uniknya kapal ini merupakan kapal serba guna, menggabungkan fungsi kapal induk ringan yang mampu membawa pesawat tempur dan atau helikopter angkut dengan kapal amfibi yang dapat membawa sekoci-sekoci pendarat.


Program kapal ini merunut pada pengalaman operasi laut pasca Perang Dingin dimana kapal-kapal angkatan laut lebih banyak dioperasikan untuk menghadapi konflik skala ringan, ancaman asimetris dan operasi bantuan kemanusiaan. Menurunnya ancaman secara alamiah juga berimbas pada penurunan alokasi pengembangan kekuatan angkatan laut terutama pengadaan kapal baru. Oleh karena itu para perencana Armada Espanola merancang sosok kapal serba guna yang diproyeksikan untuk penugasan-penugasan strategis. Sejak tahun 1980, angkatan laut Barat termasuk Spanyol sering terlibat dalam pasukan perdamaian dan operasi bantuan kemanusiaan di berbagai penjuru dunia.


Pada pelaksanaannya, angkatan laut melibatkan banyak kapal dengan fungsi yang berbeda seperti kapal induk untuk payung udara, kapal angkut amfibi sebagai badan utama, dan kapal perusak kawal sebagai pelindung armada. Padahal proyeksi sekian banyak kapal tersebut tidak sesuai dengan sasaran yang relatif lebih kecil. Tentunya pengoperasian ini memakan biaya operasi yang tidak ekonomis. Angkatan Laut Spanyol menginginkan sosok kapal besar seukuran kapal induk ringan yang bisa mengemban operasi tempur dan non tempur sekaligus. Spanyol memang hanya memiliki sebuah kapal induk ringan SPS Principe de Asturias.


Realisasi program kapal ini mulai dilaksanakan pada tahun 2005 di galangan IZAR, Ferrol Spanyol. Tiga tahun kemudian tepatnya 10 Maret 2008 kapal ini diresmikan oleh Ratu Dona Sofia. Kapal yang berbobot maksimal 27.563 ton ini memiliki landasan pesawat udara (flight deck) sepanjang 202 meter dan dock sepanjang 69,3 meter lebar 16,8 meter. Dengan struktur fisik tersebut Juan Carlos I mampu membawa 19 pesawat tempur AV-8 Sea Harrier atau 32 helikopter angkut sedang jenis NH-90 atau kombinasi 19 pesawat tempur 12 helikopter, serta empat sekoci pendarat jenis Landing Craft Machine (LCM) ber-panjang 23,3 meter yang tiap unitnya mampu membawa muatan seberat 100 ton. Ruang dalamnya dapat menampung 170 kendaraan atau 46 tank tempur ‘Leopard’ dan 50 buah kontainer.

Kapal ini diawaki oleh 247 ABK dan 107 perwira dan pada operasi amfibi mampu membawa 900 pasukan pendarat dan 172 awak pesawat udara. Sedangkan untuk men-jalankan operasi bantuan kemanu-siaan, kapal ini mampu mengungsikan 1000 warga sipil. Fasilitas untuk mendukung personel juga lengkap seperti perangkat pembuat air tawar dari air laut dan generator elektrik yang mampu mendukung kebutuhan 5000 orang.

Spanyol rencananya menambah satu unit kapal sejenis yang peletakan lunasnya telah dilakukan pada bulan Juli 2006. Jenis kapal seperti ini ternyata juga di-minati oleh Australia yang telah meneken kontrak pada tahun 2007. Perusahaan Tenix Australia sebagai kontraktor utama. Perusahaan Spanyol Navantia sebagai pihak yang membuat lambungnya, dan pemasangan seluruh sistem di-lakukan oleh Tenix. Kapal pertama direncanakan dikirim ke Australia pada tahun 2012 dan kapal kedua pada tahun 2013. Kapal pertama masuk jajaran dinas Royal Australian Navy pada tahun 2014 dan unit kedua pada tahun 2015. (Majalah Cakrawala/TNI AL)

Thursday, April 9, 2009

TNI AL Mendukung Pembentukan Coast Guard


Sampai saat ini Indonesia belum pernah memiliki manajemen penegakan keamanan dan hukum di laut secara efektif dan efisien. Tuntutan pembentukan Coast Guard sebagai badan tunggal pemegang kewenangan tugas-tugas keamanan laut semakin menguat, bahkan UU RI No.17 Tahun 2008 tentang Pelayaran sudah menyuratkan segera didirikan badan ini. TNI AL akan mendukung sepenuhnya penjaga laut dan pantai yang di masa perang merupakan kekuatan pengganda bagi pertahanan matra laut ini.

Kesiapan TNI AL ini disampaikan Kasal Laksamana TNI Tedjo Edhy Purdijatno dalam wawancara khusus dengan majalah Gatra, 4 Maret 2009 di Mabesal. Selama ini manajemen penegakan keamanan dan hukum di laut Indonesia menganut sistem koordinatif dengan melibatkan 13 badan dalam pelaksanaannya seperti TNI AL, Polair, KPLP dan Patroli DKP. Logikanya keamanan laut Indonesia menjadi lebih terjamin, namun pada kenyataannya gangguan keamanan di laut dari tahun ke tahun cenderung meningkat baik secara kualitas maupun kuantitasnya. Kondisi ini akan menghambat pembangunan ekonomi nasional dan menimbulkan citra negative Indonesia di forum internasional karena dianggap tidak serius menjamin keamanan perairan seperti yang diamanatkan oleh hukum laut internasional (UNCLOS 1983).

Sistem koordinatif ternyata tidak mampu mensinergikan kinerja badan-badan penegakan keamanan laut yang masing-masing memiliki payung undang-undang-nya sendiri. Para pengguna laut Indonesia pun mengeluhkan banyaknya pemeriksaan oleh patrol badan-badan tersebut padahal objek yang diperiksa sama. Berkaca dengan kesuksesan penegakan keamanan laut oleh banyak negara di dunia yang sebagian besar dilaksanakan dengan sistem eksekutif badan tunggal yakni Coast Guard.

Idealnya Coast Guard berbentuk Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND) yang independen langsung dibawah Presiden agar fokus pada tugasnya (bukan melaksanakan sebagian dari tugas-tugas organisasi di atasnya. Sifat Coast Guard adalah semi militer yang dapat melaksanakan pembinaan dan penggunaan kekuatan yang diarahkan sebagai komponen cadangan pertahanan negara matra laut.

Keberadaan Coast Guard tidak akan mengurangi tugas-tugas konstabulari angkatan laut yang berlaku universal dan ditetapkan dalam hukum laut internasional dan hukum nasional. Di masa damai TNI AL mendukung Coast Guard dalam mengamankan laut Indonesia dari pelanggaran hukum dan ancaman keamanan laut lainnya, di masa perang Coast Guard menjadi kekuatan pengganda pertahanan matra laut. (Majalah Cakrawala/TNI AL)

Kementerian Ristek Audit Pesawat TNI-AU

F-5 Tiger batas waktu pemakaian tahun 2010

8 April 2009, Jakarta -- Kementerian Negara Riset dan Teknologi (Ristek) akan mengaudit teknologi yang digunakan pesawat-pesawat TNI Angkatan Udara (AU), terutama yang sudah berusia di atas 20 tahun.

Menteri Ristek Kusmayanto Kardiman di Jakarta, Rabu, mengatakan, audit teknologi dilakukan hanya terbatas kemampuan kementerian Ristek.

"Kita memang tidak tahu, tentang teknologi pesawat, tetapi kita punya kemampuan untuk teknologi lainnya," katanya, usai penandatangan nota kesepahaman Kementerian Ristek dan Mabes TNI- AU.

Kusmayanto mengatakan, pihaknya bersama Mabes TNI- AU akan segera mendata pesawat apa saja yang akan diaudit teknologinya. Hasil audit tersebut, dapat menjadi rujukan atau rekomendasi apakah sebuah pesawat masih layak untuk digunakan atau diganti.

"Semua memang memerlukan pertimbangan matang, menyangkut skala prioritas, ketersediaan anggaran dan masalah lainnya," katanya.

Yang jelas, kata Kusmayanto, akan dikoordinasikan termasuk alokasi dana menyangkut audit teknologi alat utama sistem senjata (alutsista) TNI, khususnya TNI- AU dengan beberapa instansi terkait seperti Departemen Pertahanan, Bapennas, dan Departemen Keuangan.

Kusmayanto mengatakan, meski tidak ada payung hukum kerja sama antara TNI dan Kementerian Ristek, namun audit teknologi oleh Ristek sudah beberapa kali dilakukan terhadap alutsista TNI.

Pada kesempatan yang sama, Kepala Staf Angkatan Udara (Kasau) Marsekal TNI Subandrio mengatakan, pihaknya belum memutuskan pesawat apa saja yang akan diaudit teknologi oleh kementerian Ristek.

"Kita lihat dulu kemampuan teknologi yang dimiliki, untuk mengaudit teknologi pesawat-pesawat kita. Karena itu tidak mudah, apalagi pesawat tempur. Jadi, kita belum bisa pesawat apa yang dapat dijadikan sampel untuk mereka mengaudit teknologinya," katanya.

Yang jelas, lanjut Subandrio, kerja sama yang dibina antara Mabes TNI- AU dan Kementerian Ristek dapat meningkatkan kesiapan operasional TNI- AU untuk menjalankan peran dan tugasnya sebagai penjaga kedaulatan NKRI. (ANTARA)

TNI Belum akan Ajukan Pengganti Fokker-27


8 April 2009, Jakarta -- TNI Angkatan Udara menyatakan belum akan mengajukan percepatan penggantian pesawat Fokker 27 TS menyusul kecelakaan yang menimpa pesawat jenis itu di hangar PT Dirgantara Indonesia di Bandung beberapa hari lalu.

"Belum lah...yang sudah diajukan saja realisasinya masih sulit," kata Kepala Staf Angkatan Udara (Kasau) Marsekal TNI Subandrio usai menandatangani nota kesepahaman dengan Kementerian Ristek di Jakarta, Rabu.

Yang jelas, tambah dia, pihak produsen meski tidak lagi beroperasi, menjamin ketersediaan suku cadang dari pesawat buatan Belanda tersebut hingga 15 tahun mendatang.

"Suku cadang gak masalah, apalagi tipe mesin Roll Royce yang digunakan Fokker 27 TS kan masih banyak di pasaran, untuk jenis pesawat serupa atau sejenis. Jadi, belum akan kita percepat penggantiannya, sesuai jadwal yang tertera dalam rencana strategis kita saja," ujar Kasau.

Markas Besar TNI AU telah mengajukan penggantian sejumlah pesawat tempur yang telah berusia di atas 15 tahun kepada Dephan.

Beberapa jenis pesawat tempur yang akan diganti itu adalah OV-10 Bronco, F-5 Tiger, Hawk MK-53, pesawat angkut Fokker-27, dan Helikopter Sikorsky. Pesawat tempur jenis OV-10 Bronco dibuat pada 1976 dan mulai digunakan TNI AU sejak 1979. Dari sembilan unit pesawat tersebut, hanya empat yang dinyatakan siap terbang.

Sedangkan untuk Fokker 27 dari enam yang ada hanya lima yang dikategorikan siap. Fokker 27 TS termasuk pesawat TNI AU yang tidak lagi diproduksi, selain F-16 Fighting Falcon varian A/B dan OV-10 Bronco.

"Untuk saat ini TNI AU baru menghanggarkan OV-10 Bronco, menyusul Hawk MK-53," ungkap Kasau.

Fokker-27 TS dengan "tile number" A-2703 pertama kali bergabung dengan TNI AU pada 26 September 1976. Pesawat angkut ringan tersebut, memiliki dimensi rentang sayap 29 meter, panjang badan 23,56 meter, dan tinggi 8,5 meter.

Pesawat bermesin dua unit "turboprop" Rolls Royce Dart RDa Mk 536-7R, merupakan pesawat turboprop terlaris yang banyak digunakan baik untuk militer maupun komersial.

Pesawat Fokker-27 memiliki beberapa keunggulan yakni sayap utama berkonfigurasi High Wing menyebabkan pesawat ini dapat mendarat pada landasan pangkalan udara yang minim fasilitas, bahkan pesawat ini bisa mendarat dan tinggal landas pada landasan pendek.

Kapasitas pesawat ini mampu mengangkut pasukan payung bersenjata lengkap (paratroop) berjumlah 40 orang dalam misi penerjunan statik dan free fall.

Selain itu, pesawat ini mampu mengangkut kargo sipil maupun militer, evakuasi medis, SAR, maupun komando pengendalian pada operasi militer strategis. (ANTARA)

Sertijab Tiga Danyonmarhalan dan Dua Danlanal

MANADO, 8/4 - DANLANAL BARU. Komandan Lantamal VIII Laksamana Pertama TNI Willem Rampangilei (kedua kiri) melakukan salam komando bersama Danlanal Nunukan yang baru Letkol Laut (P) Djatmoko (kedua kanan), dan Danlanal Tarakan yang baru serta yang lama Letkol Laut (P) Bambang Irwanto (kiri) dan Kolonel Laut (P) Hadi Susilo (kanan), di Manado, Sulawesi Utara, Rabu, (7/4) (Foto: ANTARA/ Basrul Haq/ss/ama/09)

7 April 2009, Surabaya -- Tiga Batalyon Marinir Pertahanan Pangkalan (Yonmarhanlan) yakni V, VI, dan X mengalami pergantian komandan mulai Rabu.

Pergantian itu dilakukan dengan upacara resmi di lapangan apel Yonmarhanlan V Jalan Opak, Surabaya yang dipimpin Komandan Pasmar-1 Brigjen TNI (Mar) I Wayan Mendra.

Dalam upacara itu, Komandan Yonmarhanlan V yang berkedudukan di Surabaya diserahterimakan dari Letkol Mar Anif Hidayat kepada Mayor Marinir Rokhman.

Letkol Mar Anif Hidayat akan menempati jabatan baru di Staf Log Mako Kormar Jakarta, sedangkan Mayor Marinir Rokhman sebelumnya menjabat sebagai Pasintel Brigif-3 Mar.

Untuk Komandan Yonmarhanlan VI yang berkedudukan di Makassar diserahterimakan dari Mayor Marinir Agung Trisnanto kepada Mayor Marinir Arif Budiman.

Mayor Marinir Agung Trisnanto akan menempati jabatan baru sebagai Danyonif-9 Mar di Lampung, sedangkan Mayor Marinir Arif Budiman sebelumnya menjabat sebagai Wadan Yonif-1 Mar.

Untuk Komandan Yonmarhanlan X yang berkedudukan di Jayapura diserahterimakan dari Mayor Marinir Sugiyanto, S.sos kepada Mayor Marinir Muharam Ahmad Fauzi.

Mayor Marinir Sugiyanto, S.sos akan menempati jabatan baru sebagai Danyonif-3 Mar di Gedangan Sidoarjo, sedangkan Mayor Marinir Muharam Ahmad Fauzi sebelumnya menjabat sebagai Wadan Yonif-5 Mar.

Dalam amanatnya, Danpasmar-1 mengatakan Batalyon Marinir Pertahanan Pangkalan berstatus sebagai Komando Pelaksana Pasmar-1 yang dalam pembinaan profesi bertanggung jawab kepada Danpasmar-1.

"Dengan besarnya tanggung jawab tersebut, maka Danyon Marhanlan harus mampu menempatkan diri secara profesional," katanya.

Selain itu, Danyon Marhanlan memiliki tugas yang sangat berat, sehingga dibutuhkan kerja keras, kerja cerdas, inovasi, serta dedikasi yang tinggi agar semua unsur yang ada dapat mencapai tugas pokok Yonmarhanlan.

"Menghadapi masa depan yang sarat dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta perkembangan lingkungan strategis yang dinamis, maka setiap prajurit Yonmarhanlan dituntut lebih mawas diri dan antisipatif dengan meningkatkan profesionalisme dan kesiapan tempurnya sehingga mampu melaksanakan setiap tugas," katanya.

Sebelum mengakhiri amanatnya, Danpasmar-1 mengingatkan netralitas TNI dalam Pemilu 2009 sudah menjadi keputusan final, karena itu wajib hukumnya bagi semua prajurit untuk mentaati dan melaksanakannya.

Serah terima jabatan itu dihadiri antara lain Kepala Staf Pasmar-1 Kolonel Marinir L.W Supit, Danlanmar Surabaya Kolonel Marinir Amirudin Harun, Dankolatmar Kolonel Marinir Siswoyo H.S, Komandan Resimen AAL Kolonel Marinir Very Kunto, dan para Dankolak di jajaran Pasmar-1.

AntaraJatim

Wednesday, April 8, 2009

Kementerian Ristek-TNI AU Kembangkan Teknologi Dirgantara


8 April 2009, Jakarta -- Kementerian Negara Riset dan Teknologi (Ristek) dan Mabes TNI Angkatan Udara (AU) sepakat untuk menjalin kerja sama penelitian dan pengembangan teknologi dirgantara.

Kepala Staf Angkatan Udara (Kasau) Marsekal TNI Subandrio usai penandatangan nota kesepahaman Kementerian Ristek dan Mabes TNI AU, di Jakarta, Rabu, mengatakan, kesepakatan kerja sama tersebut merupakan momentum untuk makin mewujudkan kemandirian industri teknologi dirgantara.

"Hal itu selaras dengan kebijakan pemerintah untuk menggunakan dan memberdayakan produk dalam negeri, sehingga mengurangi ketergantungan kita dengan mancanegara," katanya.

Subandrio menambahkan, kerja sama itu menyangkut pengembangan dan pemberdayaan sumber daya, optimalisasi penelitian dan pengembangan, rancang bangun di bidang kedirgantaraan termasuk dalam peningkatan proses alih teknologi alat utama sistem senjata (alutsista) serta penerapan hasil litbang kedua pihak.

"Kesemua cakupan kerja sama itu dapat meningkatkan kesiapan operasional TNI AU dalam menjalankan peran, fungsi dan tugas pokoknya," katanya.

Sementara itu, Menristek Kusmayanto Kardiman mengatakan, kerja sama juga menyangkut audit teknologi pesawat-pesawat TNI AU baik angkut maupun tempur yang berusia diatas 20 tahun.

"Ada juga yang menyangkut alih teknologi antara kedua pihak. Jadi, terus terang kami memang tidak tahu teknologi pesawat, tetapi kami punya pengetahuan yang sama," katanya.

Beberapa pengembangan iptek yang telah dilakukan antara Kementerian Ristek dan TNI AU antara lain pengembangan roket 70 mm, pemanfaatan dan pengembangan pesawat nirawak, pengembangan bom tajam BT 250 dan pemanfaatan dan pengembangan blast effect bomb.

Kerja sama yang berlaku selama lima tahun itu juga berkerja sama dengan PT Dirgantara Indonesia (DI), PT LEN, dan PT Krakatau Steel. (ANTARA)

KRI Imam Bonjol-383 Melakukan Operasi Pengamanan Laut


8 April 2008, Pontianak -- Dua ABK siaga di atas KRI Imam Bonjol-383, saat akan berlayar dari dermaga Lanal Pontianak, Kalbar, Rabu (8/4). KRI Imam Bonjol-383 yang dilengkapi perlengkapan perang anti pesawat udara dan kapal selam serta tergabung dalam unsur Gugus Keamanan Laut Armada RI Kawasan Barat (Guskamlabar) tersebut, akan melakukan operasi pengamanan laut untuk menjaga keamanan laut dari praktek illegal fishing (pencurian ikan), illegal logging (pembalakan hutan secara liar) dan menjaga keutuhan NKRI. (Foto: ANTARA/Jessica Wuysang/Koz/nz/09)

Danlanal Pontianak Ingin Patroli Laut Bersama

8 April 2008,Pontianak -- Komandan Pangkalan TNI AL Pontianak, Kolonel Laut (P) Trikora Harjo berkeinginan menggelar patroli bersama dengan seluruh instansi jasa maritim yang ada di Kalbar. Niat baik yang sepatutnya direspon positif ini disampaikan mantan Komandan Pangkalan Udara TNI AL Juanda di Surabaya ini saat acara coffee morning di Gedung Malahayati, Pangkalan TNI AL Pontianak, Selasa (7/4) kemarin. Keinginan tersebut dicetuskannya di hadapan sejumlah pejabat instansi jasa maritim Kalbar, seperti Dir Polair Kalbar, Kepala Bea Cukai Wilayah Kalimantan, perwakilan DKP Kalbar, perwakilan Administrasi Pelabuhan, Kepala Kantor SAR Pontianak dan sebagainya.

Di hadapan para tamu dan undangan, Trikora menjelaskan tujuan yang ingin dicapai dari gelar patroli laut bersama ini adalah untuk mengukuhkan koordinasi lintas sektoral antar sesama instansi jasa maritim. Instansi yang dimaksud adalah Polair Polda Kalbar, Bea Cukai, Administrasi Pelabuhan, SAR, DKP dan lainnya.

Terkait mengenai waktu pelaksanaannya, tentunya perlu perencanaan yang matang. Mengapa? Karena hal itu menyangkut kesiapan personil, armada serta biaya. “Alangkah indahnya jika semua kekuatan yang ada itu bisa memberikan pengamanan yang maksimal di wilayah perairan NKRI,” kata Trikora.(Pontianak Post)

Ratusan Pelajar Serbu KRI Imam Bonjol

PONTIANAK, 8/4 - OPEN SHIP. Sejumlah siswa Sekolah Usaha Perikanan Menengah Negeri (SUPMN) Pontianak, menerima penjelasan dari anggota TNI AL tentang persenjataan tempur di atas KRI Imam Bonjol-383 yang sandar di Dermaga Lanal Pontianak, Kalbar, Selasa (7/4). Kegiatan dalam rangka Open Ship atau kunjungan ke kapal KRI Imam Bonjol-383 tersebut, bertujuan untuk menumbuhkan jiwa bela negara dan nasionalisme bagi masyarakat, terutama pada kalangan pelajar. (Foto: ANTARA/Jessica Wuysang/hp/09)

8 April 2009, Pontianak -– Ratusan pelajar kemarin beramai –ramai mendatangi markas Pangkalan Angkatan Laut (Lanal) Pontianak. Mereka ini mulai dari TK Hang Tuah, Al-Azhar, SMP Budi Baik dan Sekolah Usaha Perikanan Pontianak. Serbuan ratusan pelajar ini ternyata diundang jajaran Lanal yang dikomandani Kolonel Laut (P) Trikora Harjo. Mereka diajak melihat dan mempelajari salah satu armada laut yang sudah malang melintang mengamankan perairan NKRI. Mereka dibawa berkeliling menyusuri KRI Imam Bonjol. Undangan ini sekaligus sebagai upaya memperkenalkan kekuatan armada TNI AL yang ada di Indonesia.

PONTIANAK, 8/4 - OPEN SHIP. Sejumlah siswa Sekolah Usaha Perikanan Menengah Negeri (SUPMN) Pontianak, menerima penjelasan dari seorang anggota TNI AL di ruang kendali KRI Imam Bonjol-383 yang sandar, di Dermaga Lanal Pontianak, Kalbar, Selasa (7/4). (Foto: ANTARA/Jessica Wuysang/hp/09)

Undangan yang akan berlanjut ini ternyata diminati para pelajar. Merekapun memanfaatkan momen kunjungan tersebut dengan melontarkan berbagai pertanyaan berkaitan dengan kapal perang ini hinga seputar armada AL di Pontianak dan Indonesia umumnya.Namun yang paling menarik minat para pelajar ini tentunay berkaitan dengan KRI Imam Bonjol. Mereka sangat antusias melihat kapal perlengkapan perang. Prajurit TNI AL juga dengan ramah menerangkan kepada pengunjung setiap peralatan yang ada. Danlanal Pontianak Kolonel Laut Trikora Harjo, menegaskan, mengundang siswa dan masyarakat sekitar untuk melihat langsung KRI Imam Bonjol dan peralatannya sebagai harapan menumbuhkan rasa dan sikap bela negara mereka. “Kami ingin generasi muda memiliki rasa nasionalisme yang tinggi dan sikap bela negara melalui TNI AL,” tegasnya.

TNI AL kata Trikora, saat ini sudah cukup kuat dengan penambahan dan peningkatan peralatan dan persenjataan. Namun, hal itu masih dirasakan kurang jika dibandingkan dengan luas laut Indonesia. “Masih belum memadai kalau dilihat dari segi geografis. Peningkatan peralatan dan armada harus seiring dengan penambahan personel. Makanya, kami ingin generasi muda tertarik menjadi TNI AL,” harapnya. KRI Imam Bonjol, lanjutnya, dibuka untuk umum selama dua hari. Dimulai sejak kemarin sore dan akan ditutup hari ini pukul 15.00. “Kita sengaja membuka KRI pukul 15.00, agar tidak mengganggu aktivitas belajar siswa,” tuturnya.
KRI Imam Bonjol merupakan kapal buatan Jerman Timur tahun 1983 berjenisParchim.

Dibawa ke Indonesia pada 1994. Kapal ini merupakan perlengkapan perang TNI AL anti pesawat udara dan kapal selam. Dilengkapi berbagai senjata, diantaranya, AK 230 atau meriam 30 milimeter, RBU (Rocket Bom Under Water) 6000, chaaf PK 16, torpedo, meriam oerlikon 20 milimeter, bom laut, dan meriam 57 (AK 725). “Di Indonesia jumlahnya 32 unit. Untuk bagian barat terdapat delapan unit KRI sejenis,” jelas Trikora Harjo. “Selain senjata sebagai perlengkapan perang. Kapal ini juga disertai sistem navigasi dan radar. Radar surveyland MR 302 dan MR 103 tracking sebagai deteksi atas air serta sonar sebagai deteksi bawah laut,” tambahnya.(Pontianak Post)

Sertijab Komandan Skadron-11/Serbu Puspenerbad


8 April 2009, Semarang -- SKADRON-11/SERBU. Danpuspenerbad Brigjen TNI M.P. Poltak Sidabutar melakukan pemeriksaan pasukan, pada upacara penyerahan jabatan Komandan Skadron-11/Serbu Puspenerbad, di Pangkalan Udara Utama Ahmad Yani Semarang, Rabu (8/4). Komandan Skadron-11/Serbu Puspenerbad diserahkan kepada pejabat baru Letkol Cpn Johni Prastowo yang sebelumnya menjabat sebagai Komandan Satuan Pusat Pendidikan Penerbang Pusdik Penerbad. (Foto: ANTARA/R. Rekotomo/Koz/hp/09)

Penundaan Peremajaan Alutsista Harus Dievaluasi

0V-10 Bronco sudah digrounded TNI AU karena faktor usia, pesawat pengganti realisasinya terkatung-katung alasan dana

7 April 2009, Jakarta -- Selama ini anggaran untuk perejamaan alutsista terpaksa diminimalkan karena terbentur kondisi ekonomi negara. Namun, dengan kejadian jatuhnya pesawat Fokker 27 milik TNI-AU menuntut untuk introspeksi mengenai prioritas anggaran militer.

Demikianlah diungkapkan oleh Anggota komisi I dari FPKS Suryama kepada Media Indonesia di Jakarta, Selasa (7/4). "Kita juga tidak mau semua aset terbaik bangsa menjadi korban karena rentannya kondisi sarana pertahanan militer kita," tandasnya.

Apabila kondisi seperti ini terus dilanjutkan, kata Suryama, akan menjadi bumerang bagi kelangsungan prajurit kita. Bukan hanya mengenai titik rawan pertahanan, juga kerugian akibat kelihangan aset prajurit adalah perhatian utamanya.

Memang, dalam setiap rapat kerja dengan panglima TNI dan Menteri pertahanan selalu ada pembahasan mengenai peremajaan alusista. "Enam bulan yang lalu kami sudah memulai audit kondisi alutsista (alat utama sistem pertahanan). Perkembangannya terus kami pantau dalam setiap Raker dengan Menhan atau panglima," ujarnya.

Namun, sampai sekarang hasil laporan audit tersebut belum selesai. "Untuk laporan komprehensif semacam itu membutuhkan waktu lama. Tetapi, secara umum telah kami terima bahwa kondisi alutsista kita memang memprihatinkan," kata Suryama.

Mengenai hasil investigasi sementara kecelakaan pesawat Fokker 27 tersebut akibat cuaca buruk, namun faktor usia 34 tahun tidak bisa dikesampingkan.

Sementara itu, anggota dewan pakar Dewan Ketahanan Nasional (Wantanas) Wawan Purwanto menyatakan bahwa harus ada langkah strategis pemerintah untuk memperbaiki kondisi alutsista. "Memang anggaran dana tidak cukup, untuk itu harus dicari jalan keluar efisiensinya," tukasnya.

Dikatakannya, pengaktifan kembali industri pesawat terbang dalam negeri akan menjadi jalan keluar yang efisien. Selain lebih ekonomis, tentunya kita tidak akan tergantung pada importir. "Apalagi jika kita terkena embargo, maka tambah repot lagi," pungkasnya.

Sebenarnya kita mampu, ucap Wawan, kemarin PT Pindad berhasil membuat 150 tank. Dengan produksi dalam negeri, akan banyak keuntungan finansial dan teknologi yang didapat. "Hal ini bisa diwujudkan, tergantung political will pemerintah," tukasnya.

Sedangkan Direktur Jendral Sarana Pertahanan Departemen Pertahanan Eris Eriyanto menyampaikan, meskipun anggaran TNI terbatas, namun soal perawatan menjadi fokus utama. "Pesawat Fokker 27 tersebut dalam kondisi bagus, kami melakukan perawatan rutin. Tidak mungkin kami mengorbankan keamanan," ujarnya.

Ia juga mengungkapkan bahwa selama ini Dephan terus menerus melakukan pengajuan anggaran dana untuk memenuhi kebutuhan militer. "Namun kita menyadari kondisi ekonomi negara yang sedang ditimpa krisis. Jadi kami sendiri yang melakukan pengaturan prioritas anggarannya," tandasnya. (Media Indonesia)

TNI AL Waspadai Pencurian Ikan Saat Pemilu

KRI Ajak-653 salah satu kapal patroli TNI AL buatan PT. PAL

7 April 2009, Surabaya -- Sekitar 30 kapal perang TNI AL dari Komando Armada RI Kawasan Timur (Koarmatim) tetap berpatroli dan siaga saat pemilu, Kamis, 9 April 2009 untuk mewaspadai kapal asing yang mencuri ikan.

"Saat pemilu itu kan semua masyarakat, termasuk nelayan tidak ada yang bekerja. Biasanya situasi seperti itu dimanfaatkan oleh kapal asing untuk mencuri ikan. Makanya kami tetap waspada," kata Kadispen Koarmatim, Letkol Laut (KH) Drs Toni Syaiful kepada ANTARA di Surabaya, Selasa.

Ia mengemukakan, TNI AL sudah memiliki data di mana lokasi berkumpulnya ikan saat Bulan April. Wilayah perairan tersebut akan diawasi secara khusus oleh kapal patroli TNI AL agar tidak dijarah oleh kapal asing.

"Tapi saya tidak perlu sebut wilayah perairan tersebut. Ini merupakan rahasia operasi. Kami tahu dimana wilayah yang pada bulan-bulan tertentu ikan sedang melimpah," katanya.

Selain pencuri ikan asing, saat pemilu berlangsung, prajurit Koarmatim juga mewaspadai bentuk pelanggaran laut lainnya, seperti pengangkutan kayu hasil penjarahan dan lainnya.

"Kapal-kapal Koarmatim juga melakukan patroli untuk pengamanan perbatasan, seperti di Ambalat yang berbatasan dengan Malaysia dan perairan yang berbatasan dengan Filipina," ujarnya.

Selain prajurit yang bertugas di kapal perang, sekitar 1.000 personel lainnya bersiaga di Markas Koarmatim untuk berjaga-jaga jika sewaktu-waktu polisi membutuhkan bantuan pengamanan saat pemilu.

"Selama ini kan yang diperbantukan ke polisi adalah prajurit Marinir. Kami juga menyiapkan 1.000 prajurit pelaut untuk bersiaga jika sewaktu-waktu dibutuhkan untuk pengamanan," ujarnya. (AntaraJatim)

Kasau: Fokker Masih Layak Terbang Meski Tua


7 April 2009, Jakarta -- Kepala Staf Angkatan Udara (Kasau) Marsekal TNI Subandrio menegaskan, meski tergolong alat utama sistem senjata (alutsista) tua namun pesawat Fokker-27 milik TNI AU masih layak terbang.

"Jangan dilihat dari tua mudanya pesawat, tetapi masa pakainya," katanya, di Jakarta, Selasa, usai memimpin upacara pelepasan keenam jenazah awak pesawat Fokker 27 TS yang naas di Hanggar Skadron Udara 17 Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma.

Subandrio mengemukakan, berdasar hasil tim penilaian kelaikan alutsista TNI AU berusia 30 tahun ke atas, Fokker 27 TS yang bergabung dengan TNI AU pada 1976, masih layak diterbangkan.

"Jika pesawat tidak layak, saya suruh terbang, berarti saya membunuh anak buah saya. Tidak mungkin saya menerbangkan pesawat yang tidak layak," katanya.

Jadi, jangan dilihat dari usia pembuatannya, tetapi usia pakainya mengingat setelah mengalami peremajaan usia pakai pesawat dapat diperpanjang sepuluh hingga 15 tahun. "Pesawat Raptor Amerika Serikat yang tergolong baru saja bisa jatuh," ucapnya.

Tentang ketersediaan suku cadang, mengingat pesawat jenis tersebut tidak diproduksi lagi, Kasau mengatakan, di Skadron 2 Angkut Ringan, mengoperasikan dua jenis pesawat yakni CN-235 dan Fokker 27/28 yang menggunakan tipe mesin dan beberapa komponen yang mirip.

"Jadi, bisa saling menggantikan. Dan lagi masih banyak pesawat yang menggunakan tipe mesin yang sama, sehingga masih ada di pasaran," ungkap Subandrio.

Markas Besar TNI AU telah mengajukan penggantian sejumlah pesawat tempur yang telah berusia di atas 15 tahun kepada Dephan. Beberapa jenis pesawat tempur yang akan diganti itu adalah OV-10 Bronco, F-5 Tiger, Hawk MK-53, pesawat angkut Fokker-27, dan Helikopter Sikorsky. Pesawat tempur jenis OV-10 Bronco dibuat pada 1976 dan mulai digunakan TNI AU sejak 1979. Dari sembilan unit pesawat tersebut, hanya empat yang dinyatakan siap terbang.

Sedangkan untuk Fokker 27 dari tujuh yang ada hanya lima yang dikategorikan siap. Pabrik pesawat tersebut sudah tutup, namun masih bertanggung jawab untuk memproduksi suku cadang hingga 15 tahun.

Sejumlah pesawat jenis lain milik TNI AU juga sudah tak diproduksi, antara lain F-16 Fighting Falcon varian A/B dan OV-10 Bronco. "Untuk saat ini TNI AU baru menghanggarkan OV-10 Bronco, menyusul Hawk MK-53," ungkap Kasau.

Fokker-27 TS dengan "tile number" A-2703 pertama kali bergabung dengan TNI AU pada 26 September 1976. Pesawat angkut ringan tersebut, memiliki dimensi rentang sayap 29 meter, panjang badan 23,56 meter, dan tinggi 8,5 meter.

Pesawat bermesin berupa dua unit "turboprop" rolls Royce Dart RDa Mk 536-7R, merupakan pesawat turboprop terlaris yang banyak digunakan baik untuk militer maupun komersial.

Pesawat Fokker-27 memiliki beberapa keunggulan yakni sayap utama berkonfigurasi High Wing menyebabkan pesawat ini dapat mendarat pada landasan pangkalan udara yang minim fasilitas, bahkan pesawat ini bisa mendarat dan tinggal landas pada landasan pendek.

Kapasitas pesawat ini mampu mengangkut pasukan payung bersenjata lengkap (paratroop) berjumlagh 40 orang dalam misi penerjunan statik dan `free fall`.

Selain itu, pesawat ini mampu mengangkut kargo sipil maupun militer, evakuasi medis, SAR, maupun komando pengendalian pada operasi militer strategis.

Kasau mengatakan, penyebab kecelakaan pesawat Fokker 27 TS di Bandara Hussein Sastranegara, diduga kuat karena cuaca buruk. "Saya kemarin ke Bandung menggunakan jalan darat, karena memang cuacanya sangat buruk apalagi ketika berada di Bandung," ungkapnya.

Namun, Mabes AU tetap menurunkan Tim Penyelidik Kecelakaan Pesawat Terbang yang diketuai oleh Kepala Dinas Keselamatan Terbang dan Kerja (Lambangja). (ANTARA)

Tuesday, April 7, 2009

Korban Fokker Diajukan Naik Pangkat

BANDUNG, 7/4 - PELEPASAN JENAZAH. Sejumlah prajurit TNI AU mengusung peti jenazah rekan-rekan mereka saat upacara pelepasan jenazah di Lanud Husein Sastranegara, Bandung, Jawa Barat, Selasa, (7/4). 18 Jenazah anggota TNI AU yang tewas saat Kualifikasi Khusus Para Lanjut Tempur tersebut akan dibawa kedaerah asal mereka dengan menggunakan dua pesawat Hercules. (Foto: ANTARA/Rezza Estily/Koz/mes/09)

7 April 2009, Bandung -- Korp Paskhas merekomendasikan kenaikan pangkat satu tingkat bagi 24 korban kecelakaan pesawat Fokker 27 di Bandara Hussein Sastranegara. TNI AU memastikan tidak ada human error di balik musibah tersebut.

Rekomendasi kenaikan pangkat bagi korban Fokker 27 itu disampaikan Komandan Korpaskhas, Marsekal Pertama Harry Budiono, saat melepas 18 jenazah siswa Para Lanjut Tempur (PLT) di Lanud Hussein Sastranegara, Selasa (7/4).

Ke-18 jenazah itu diberangkatkan dengan menggunakan dua unit pesawat Hercules C130 dengan nomor seri 1310 dan 1320. Pesawat dengan nomor seri 1310 membawa 10 jenazah menuju Bandara Hasanuddin (Makasar), Iswahyudi (Malang), Ngurah Rai (Bali), dan Juanda (Surabaya). Sedangkan pesawat dengn nomor seri 1320 membawa delapan jenazah menuju Bandara Adi Sucipto (Jogjakarta) dan Padang.

Sementara jenazah enam awak pesawat, lebih dulu diberangkatkan dari Lanud Hussein Sastranegara ke Lanud Halim Perdana Kusumah, Senin (6/4) malam. Upacara keberangkatan enam jenazah itu dipimpin oleh Panglima TNI, Jenderal Djoko Santoso.

PASURUAN, 7/4 - PEMAKAMAN KORBAN FOKER. Upacara pemakaman dua anggota Paskhas TNI AU, korban Foker 27 yang jatuh di Bandung dimakamkam di Taman Makam Pahlawan Bangil, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, Selasa (7/4). Dua korban masing-masing Serda Erwan Susanto, warga Jl. Mayjen Sungkono No. 138, Pogar, Bangil, dan Prada Didik Cahya, warga Dusun Karangpanas, Desa Oro-oro Ombo Wetan, Rembang, Kabupaten Pasuaruan. (Foto: ANTARA/Musyawir/Koz/mes/09)

Harry menjelaskan, rekomendasi kenaikan pangkat bagi korban Fokker 27 tengah dibicarakan di internal TNI. Yang pasti, sambung dia, 24 korban pesawat tersebut berhak mendapat apresiasi dari kesatuannya.

''Sedang dibicarakan. Naik satu tingkat,'' ujarnya, Selasa (7/4) pagi. Dia menjelaskan, usulan kenaikan pangkat tersebut tidak hanya berlaku bagi siswa PLT. Dia mengaku, ke enam awak pesawat pun berhak mendapatkan kenaikan pangkat.

Menurut Harry, musibah tersebut harus dijadikan pemicu semangat pengabdian bagi prajurit, khususnya TNI AU. Kata dia, tidak ada human error dalam musibah tersebut. Dia mengaku, musibah itu disebabkan oleh cuaca buruk.

Meski sudah menelan korban, pihaknya tetap akan melanjutkan pola latihan bagi siswa PLT. Harry menjelaskan, kejadian tersebut merupakan musibah yang tidak diduga.

Kadispen Korpaskhas TNI AU Lanud Sulaeman, Letkol Nairiza, menambahkan, rekomendasi itu sudah disampaikan ke Panglima TNI. Dia menandaskan, rencananya korban akan dinaikan pangkatnya satu tingkat dari pangkat terakhir.

Menurut Nairiza, 24 personil TNI itu meninggal dunia saat dinas. Dia menjelaskan, latihan yang dilakukan oleh mereka merupakan bagian dari pengabdian kepada bangsa.

Kepala Staf Angkatan Udara (Kasau), Marsekal Subandrio menambahkan, musibah tersebut tetap akan diselidiki. Namun, pihaknya tidak akan melibatkan pihak di luar TNI AU.

Subandrio menjelaskan, akan menunjuk tim dari internal TNI AU untuk menyelidiki penyebab kecelakan tersebut. ''Untuk sementara, kecelakaan itu disebabkan faktor cuaca,'' ujarnya di Lanud Hussein Sastranegara, Senin (6/4) malam.

Menurut dia, dengan musibah itu, maka jumlah pesawat Fokker yang dimiliki TNI AU tinggal enam unit. Subandrio menegaskan, pesawat tersebut masih layak terbang. Bahkan, pihaknya kerap melakukan pemeliharaan pesawat tersebut.

Hasil pantauan Republika, hingga Selasa (7/4) sore, ratusan warga masih mengerumuni Lanud Hussein Sastranegara untuk melihat lokasi kejadian kecelakaan pesawat Fokker. Namun, petugas tidak diizinkan memasuki kawasan Lanud. (Republika)

Perbaikan Pesawat Nomad di Long Bawan Kabupaten Nunukan

LONG BAWAN, 7/4 - PERBAIKAN PESAWAT. Sejumlah anggota TNI AL yang tergabung dalam Base Maintenance Team (BMT) Wing Udara-1 Puspenerbal, melakukan perbaikan pada pesawat intai Nomad yang mengalami kerusakan di wilayah perbatasan dengan Malaysia, Long Bawan, Nunukan, Kaltim, Jumat (3/4). BMT Wing Udara-1 Puspenerbal dilatih khusus dalm hal perbaikan pesawat yang mengalami kerusakan dalam kondisi darurat dan di daerah terpencil dengan kecepatan waktu perbaikan sangat singkat. (Foto: ANTARA/Letkol Laut (P) Imam Musani/Koz/hp/09)


Heli Tua TNI AD Angkut Logistik Pemilu di Papua

7 April 2009, Wamena -- Pilot helikopter Lettu Siagian dari Penerbad berbincang dengan warga lokal saat perjalanan udara menuju daerah pedalaman distrik Wosak, Jayawijaya, Papua, untuk pendistribusian logistik Pemilu 2009, Selasa (7/4). Distribusi logistik Pemilu 2009 di daerah pedalaman Papua di lima Kabupaten yaitu Jayawijaya, Lanijaya, Nduga, Memberamo Tengah dan Yalimo telah selesai. (Foto: ANTARA/Prasetyo Utomo/Koz/hp/09)

4 April 2009, Jayapura -- Satu unit Helikopter milik TNI AD yang dianggap sudah tua tetapi masih laik terbang mengangkut logistik Pemilu di Papua namun diharapkan Mabes TNI segera mengirim Heli baru untuk lebih memperlancar angkutan logistik pesta demokrasi ini yang tinggal lima hari lagi.

"TNI di Papua mengoperasikan helikopter tua untuk angkut logistik Pemilu.Sungguh menakutkan jika sudah terbang membawa logistik ke daerah pedalaman dan terisolir," kata Ketua KPU Kabupaten Keerom, Aloisius Renwarin kepada ANTARA di Jayapura, Sabtu. Dia mengatakan, pada Jumat (3/4) dirinya benumpang helikopter milik TNI AD Kodam XVII Cenderawasih membawa logistic Pemilu ke wilayah Distrik Tohe Hitam.


Sejumlah warga menurunkan kardus dari helikopter TNI AD yang berisi Logistik Pemilu 2009 di daerah pedalaman distrik Wosak, Jayawijaya, Papua, Selasa (7/4).(Foto: ANTARA/Prasetyo Utomo/Koz/hp/09)

Heli yang ditumpanginya merupakan sebuah heli tua sehingga sangat menakutkan. Dia berharap, pucuk Pimpinan TNI secepatnya mengambil langkah konkret untuk menggantikan helikopter baru dari Jakarta atau yang berada di daerah lain di Indonesia untuk dioperasikan di Papua apalagi, hari H Pemilu sudah semakin dekat.

Alo mengakui kalau pihaknya mengalami kesulitan mengangkut semua logistik Pemilu ke daerah pedalaman karena keterbatasan helicopter dan bersamaan dengan itu masih begitu banyak TPS di pedalaman belum mendapatkan logistik Pemilu.

"Kami akan minta bantuan helicopter dari perusahaan lain apabila pihak TNI kesulitan mendapatkan tambahan helikopter baru dari Mabes TNI," katanya. Menurut Alo, jika kita hanya mengharapkan helikopter dari TNI dengan armada yang ada sekarang ini maka kemungkinan besar hingga hari H Pemilu pun logistic Pemilu tidak terangkut ke semua TPS di pedalaman Papua.

Menurut rencana, Sabtu petang ini, Gubernur Papua akan memimpin langsung rapat pengecekan pendistribusian logistik Pemilu untuk mengetahui sampai sejauh mana upaya KPU dan instansi terkait mengirimkan logistik Pemilu ke berbagai daerah pedalaman dan terisolir di seluruh tanah Papua.

"Petang nanti, Gubernur Barnabas Suebu kembali memimpin rapat koordinasi penanganan Pemilu untuk mengetahui kemajuan persiapan Pemilu terutama pendistribusian logitik Pemilu ke daerah pedalaman Papua," kata Kepala Biro Humas dan Protokol Setda Provinsi Papua, Fred Menufandu,SH.MM. (ANTARA)