Sunday, September 30, 2012

PT Lundin Siap Buat KRI Klewang Kedua

KRI Klewang terbakar di galangan kapal milik TNI AL di Ketapang, Banyuwangi, Jawa Timur (28/9). (Foto: TEMPO/Ika Ningtyas)

29 September 2012, Banyuwangi: PT Lundin Industry Invest, pembuat KRI Klewang 625 yang terbakar, siap membuat kapal kedua dengan spesifikasi yang sama. Pemilik sekaligus Direktur PT Lundin Lizza Lundin berjanji waktu pembuatan KRI Klewang kedua akan lebih cepat.

"Kapal pertama dibuat dalam 2 tahun. Nanti kapal kedua akan lebih cepat dari itu," kata dia saat jumpa wartawan di kantornya, Sabtu, 29 September 2012.

Menurut Lizza, pembuatan kapal kedua lebih cepat karena seluruh riset sudah dilakukan pada 2007. Pihaknya juga telah memesan seluruh bahan baku dari sejumlah negara untuk membuat kapal kedua.

Seluruh biaya kapal kedua akan ditanggung lembaga asuransi. Namun Lizza enggan menjelaskan lembaga asuransi yang dipakai. Pembuatan kapal kedua akan dimulai setelah hasil penyelidikan diketahui. "Sekarang penyelidikan belum tuntas," katanya.

Lizza menjelaskan, teknologi KRI Klewang didesain tidak mampu terbakar karena dilengkapi sprinkler yang dapat keluar otomatis bila terjadi kebakaran. Hanya saja, pada Jumat kemarin, 28 September 2012, kapal belum selesai seratus persen, termasuk belum terpasang springkel.

Saat proses belum rampung seluruhnya, TNI AL meminta supaya KRI Klewang segera diuji coba pada Jumat sore kemarin. PT Lundin pun segera memasang sejumlah mesin dan listrik dengan mengerahkan 30 teknisi.

Namun nahas, sebelum kapal akhirnya bisa dioperasikan, pada pukul 15.00, api membakar dengan cepat dan menghanguskan seluruh badan kapal. Diduga api muncul karena korsleting saat memasang listrik dari darat menuju kapal.

Sumber: TEMPO

3 comments:

  1. Okey sip..........semangat baru demi nkri buat lgi yg lbh canggih

    ReplyDelete
  2. mantap..adiknya klewang akan muncul..Parang 626...lebih hebat..& sempurna...Tetap semangat PT Lundin...

    ReplyDelete
  3. Subekti menambahkan, kondisi perbatasan yang terisolasi sampai sekarang memang menjadi masalah sosial di sepanjang perbatasan. Warga masih sangat bergantung pada Malaysia untuk memenuhi kebutuhan hidup, termasuk BBM. "Harganya jadi mahal, tapi mau gimana lagi, mereka, ya beli juga," katanya.

    Ia berharap pemerintah bisa menerapkan program yang menjawab kebutuhan rakyat. "Bangun infrastruktur di perbatasan sangat mendesak. Jangan dibandingkan dengan Malaysia, jauh tertinggal kita," katanya.

    ReplyDelete