Anggota TNI menyiapkan alat berat untuk persiapan Pameran Alutsista TNI AD di Lingkar Monas, Jakarta Pusat, Kamis (4/10). Pameran itu akan berlangsung 6-8 Oktober 2012 dalam rangka menyambut HUT TNI ke-67. (Foto: ANTARA/Fanny Octavianus/nz/12)
5 Oktober 2012, Jakarta: TNI AD akan memaksimalkan anggaran alat utama sistem senjata (alutsista) yang dialokasikan negara. Untuk itu, dalam pembelian alutsista dengan skema goverment to government (G to G) dan TNI AD tidak mau jika skema pembelian melibatkan pihak ketiga.
"Sayai ingin kerja sama pembelian alutsista langsung berhubungan dengan produsen. Anggaran alutsista untuk TNI AD boleh paling kecil, tetapi kalau saya bisa memaksimalkannya. Saya yakin alutsista yang akan kita beli dengan anggaran yang ada akan sangat mumpuni," kata Kepala Staf TNI AD (Kasad) Jenderal Pramono Edhie Wibowo saat memaparkan kesiapan alutsista TNI AD, di Markas Besar TNI AD, Jakarta, Kamis (4/10).
Menurut Kasad, anggaran alutsista bagi TNI AD hanya 14 triliun rupiah. Bandingkan dengan anggaran alutsista untuk TNI AL dan TNI AU yang lebih dari 20 triliun rupiah. Namun, dengan skema G to G, TNI AD bisa membeli alutsista lebih banyak dari perkiraan. Seperti pembelian meriam multiple launch rocket system (MLRS) Atros yang direncanakan bisa membeli 1 batalion dengan anggaran 405 juta dollar Amerika Serikat (AS).
Nyatanya, dengan pendekatan G to G, TNI AD bisa mendapatkan 2 batalion lebih dengan anggaran yang sama. Sama halnya dengan pembelian meriam 155 milimeter/ Caesar dari Prancis. Anggaran sebesar 170 juta dollar AS yang diperkirakan hanya bisa membeli 1 batalion, tambah Kasad, justru berlipat dua dengan tanpa melibatkan pihak ketiga.
Bahkan, jumlah itu sudah termasuk dengan amunisinya. Kasad menegaskan, pihaknya tak akan menoleransi tindakan korupsi yang dilakukan oleh prajurit tingkat bawah hingga yang sudah berpangkat sekalipun. "Karena cikal bakal yang kecil itu yang bahaya. Kami harus setia pada aturan yang berlaku. Apalagi berkaitan dengan pembelian alutsista," tegas dia.
Berkomitmen
Untuk itu, Kasad berkomitmen sekecil apa pun adanya penyimpangan, harus ditindaklanjuti. "Pengadaan alutsista ini transparan," ujar dia. Oleh sebab itu, setiap pembicaraan mengenai alutsista selalu dipimpin Wakil Kasad dan membawa tim ahli. Pengoptimalan anggaran tersebut, ujar mantan Panglima Kostrad ini, semata-mata untuk menyiasati masih minimnya alokasi anggaran untuk sektor pertahanan.
Anggaran untuk pertahanan Indonesia saat ini belum menyentuh angkat 1 persen dari produk domestik bruto (PDB). Idealnya, mencapai 2 persen dari PDB. Tak heran, TNI AD memprioritaskan pembelian senjata jarak jauh dengan tidak meninggalkan kemampuan prajurit. "Kenapa kita beli alat-alat semacam itu, karena ke depan kita butuh senjata jarak jauh," ujar dia.
Kasad juga menjelaskan dasar pengadaan alutsista mutlak harus berdasarkan pantauan peta kawasan, perkembangan kawasan, dan alutsista negara sahabat. "Yang miris, kita tidak bisa latihan kavaleri dengan negara sahabat karena alutsista kita tak seimbang," kata dia. Untuk tank, misalnya, saat ini Indonesia baru memiliki tank ringan.
Itu sebabnya, TNI AD ngotot ingin membeli tank Leopard agar setidaknya bisa mengimbangi alutsista negara tetangga. Sebelumnya diberitakan, bahwa TNI AD berencana memamerkan alutsista koleksinya. Alutsista yang akan dihadirkan mulai dari produk lama hingga yang terbaru. Pameran akan dilakukan pada Sabtu (6/10) hingga Senin (8/10) di Lapangan Monumen Nasional, Jakarta.
"Pada pameran yang terbuka untuk umum itu, juga akan dihadirkan alutsista terbaru kami, yakni roket MLRS/Astros dari Brasil dan meriam 155 mm/Caesar dari Prancis," kata Kepala Dinas Penerangan TNI AD (Kadispenad), Brigjen Sisriadi. Roket MLRS dibeli dari produsennya di Brasil.
Roket ini sudah teruji di berbagai arena pertempuran, terutama dalam perang teluk. Roket ini memiliki jangkauan tembak 85 kilometer. Sementara meriam 155 mm/Caesar yang dibeli dengan harga 170 juta dollar AS itu memiliki daya hancur, akurasi, dan daya geraknya yang mengagumkan. Tank Leopard dari Jerman batal dipamerkan.
Padahal, TNI AD berencana memamerkannya se kaligus mem perkenalkan tank tersebut kepada masyarakat. "Karena sesuai perjanjian dengan pemerintah, tank itu baru tiba ke Indonesia pada November 2012," tambahnya.
Sumber: Koran Jakarta
Jelasin aj tanpa melibatkn calo gitu aja ko repot....d negara kita bkn rahasia lg klo calo ada d brbagai elemen masyarakat...kita msh ingt penyelundupan senjata yg trtangkp pihak Ameeika,ternyata ada orng Indonesia nya,yg mungkin jg melibatkn orng besar..nah itu Calo..
ReplyDeleteAturan yg salah bikin jadi lahan broker untuk bermain. Yg bikin aturan juga nyambi jadi broker. G to G untuk belanja militer sangat tepat dan menguntungkan rakyat. Ingat kasus MI 17 dan BMP 3 F. Jangan sampai terulang!
ReplyDelete