Thursday, July 1, 2010

Tujuh KRI Kolinlamil Segera Istirahat

KRI Teluk Bone (511) salah satu kapal perang jenis LST yang akan dimusnahkan karena faktor usia. (Foto: Dispenal)

10 Juli 2010 -- Hari ini, 1 Juli 2010 Komando Lintas Laut Militer (Kolinlamil) memperingati HUT ke-49. Selama kurun waktu itu telah banyak pengabdian, sumbangsih, dan kiprah yang dilakukan Kolinlamil dan jajarannya, terutama dalam pelaksanaan operasi militer selain perang. Seperti instansi yang lain, Kolinlamil juga dihadapkan dengan anggaran terbatas dari pemerintah, sehingga masih mengoperasikan kapal-kapal perang tua. Untuk mengetahui persoalan yang dihadapi Kolinlamil, Pelita melakukan wawancara dengan Panglima Kolinlanil Laksamana Muda TNI Slamet Yulistiyono, pekan lalu.

Wilayah yang menjadi tanggung jawab Kolinlamil sangat luas, sementara kapal perang atau KRI yang dioperasionalkan Kolinlamil terbatas. Demikian pula anggaran pemerintah juga masih terbatas, bagaimana Kolinlamil bisa melaksanakan tugas yang diembankan pemerintah agar tugas itu bisa terlaksana dengan baik?
Memang anggaran yang disiapkan pemerintah terbatas. Tapi, hal itu bukan berarti Kolinlamil lantas tidak berbuat apa-apa. Dengan keterbatasan yang ada, Kolinlamil berusaha keras untuk mengoperasionalkan unsur-unsur kapal perang yang disiapkan komando atas secara maksimal.

Kalau boleh tahu, berapa kapal perang saat ini yang dioperasionalkan oleh Kolinlamil dan jajarannya?
Untuk sementara ada 18 kapal peramg. Tujuh di antaranya akan diistirahatkan, karena telah dioperasikan lebih dari 60 tahun. Nah, kapal-kapal tua itu nantinya akan diisi dengan kapal-kapal baru yang perencanaannya disesuikan dengan anggaran pemerintah.

Dengan masih dioperasikannya kapal-kapal tua dan segera diistirahatkannya sebanyak tujuh unit kapal perang, apa tidak mengganggu kinerja dan operasional Kolinlamil?

Dalam kondisi sekarang, semua tugas pokok Kolinlamil bisa dilaksanakan dengan baik. Yang perlu diantisipasi adalah jika terjadi bencana alam yang sewaktu-waktu terjadi. Karena kapal-kapal Kolinlamil, selain untuk mengangkut pasukan dan menggeser personel ke daerah operasi dan pulau-pulau terdepan Indonesia, juga digunakan untuk mengangkut bantuan bagi korban bencana alam, seperti untuk mengangkut logistik dan material pada saat terjadi bencana alam.

Pimpinan TNI dan Angkatan selalu mengingatkan tentang pentingnya zero accident, tentu hal itu termasuk di Kolinlamil. Bagaimana Panglima Kolinlamil menyikapi hal itu, terutama dikaitkan dengan kapal-kapal yang sudah tua?

Ya, kewaspadaan seluruh anak buah kapal tentu harus ditingkatkan dan agar bisa menguasai setiap detil peralatan yang ada. Karena kapal-kapal tua, faktor risikonya lebih tinggi. Karena itu alat keselamatan, alat pemadam kebakaran, dan mengatasi kebocoran harus diutamakan. Secara terus menerus dilatihkan dan dikontrol, agar para anak buah kapal menguasainya dan peralatan siap digunakan.

Teroris terus berusaha untuk melakukan serangan. Juga tidak tertutup kemungkinan teroris menargetkan Alutsista TNI Angkatan Laut, termasuk Kolinlamil. Bagaimana jajaran Kolinlamil mengantisipasi hal itu?
Kami mengutamakan deteksi aparat intelijen dan melakukan koordinasi dengan berbagai pihak guna mengantisipasi kemungkinan serangan teroris. Kewaspadaan harus selalu ditingkatkan sesuai dengan kemampuan. Salah satu latihan yang kami lakukan di jajaran Kolinlamil adalah melakukan latihan lawan sabotase bawah air.

Beberapa waktu lalu ada kabar bahwa Kolinlamil harus pindah markas, karena lahannya akan digunakan kepentingan lain. Benarkah hal itu?

Kami sampai sekarang masih tetap di sini. Perlu diingat bahwa keberadaan Markas Kolinlamil di sini sangatlah strategis dan merupakan save house jika terjadi apa-apa di Jakarta. Nggak ada tempat lain, kecuali di Kolinlamil.

Pelita

No comments:

Post a Comment