Tuesday, August 11, 2009

Densus 88 Beli Rumah Rp 125 Juta dan Bongkar Beton

Beberapa anggota Densus 88 anti teror melakukan penyisiran di depan rumah yang diduga milik anggota teroris di perumahan Puri Nusaphala, Jati Asih, Bekasi, Jabar, Sabtu (8/8). Dalam aksi penyerbuan itu dua teroris tewas dan sejumlah bahan peledak disita polisi. (Foto: ANTARA/Saptono/Spt/09)

10 Agustus 2009, Bekasi -- Demi memburu jaringan Noor Din Mtop, pasukan Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror rela menjadi kuli bangunan dan membeli rumah di Puri Nusaphala, Jatiasih, Bekasi, seharga Rp 125 juta.

Tiga hari sebelum penggrebekan, empat orang Densus berpura-pura menjadi kuli bangunan. Mereka berulang kali merenovasi rumah yang dibeli itu dan tak pernah rampung. Itu untuk memantau gerak gerik tersangka teroris di rumah yang disewa Ahmad Feri.

Rumah tersebut milik Mulyono, yang berjarak satu rumah dari penyimpanan 500 kilogram bahan peledak. Rumah renovasi Blok D nomor 10, sementara rumah penyimpanan bom nomor 12. Menunur Sri Aman Indrati, yang tinggal di antara rumah teroris dengan rumah Densus, para 'kuli bangunan' terlihat aneh. "Mereka sepertinya tidak mau menyelesaikan bagian yang direnovasi," kata Sri, kepada Tempo, Senin (10/8).

Selama tiga hari itu, pasukan Densus yang menyamar sebagai kuli bangunan membongkar atap genteng bagian depan, lalu mamasangnya kembali, kemudian membongkarnya lagi.
Begitupula pagar tembok yang dibuatkan cor-coran semen, dipasang tetapi dibongkar lagi, begitu seterusnya. "Jadi tidak pernah rampung pekerjaannya," katanya.

Sri Aman baru mengerti Sabtu dini hari lalu, ketika pasukan Detasemen Khusus menembak mati Eko Joko Sarjono dan Air Setiawan, di lokasi itu. Empat orang 'kuli bangunan' yang dilihatnya sehari-hari mencampur semen, tiba-tiba ikut dalam aksi penggrebekan. "Saya sama sekali tidak curiga, tampangnya sangat mirip kuli bangunan," ujarnya heran.

Penampilan pasukan Densus yang melakukan penyamaran itu jauh dari petugas keamanan. Kulitnya hitam, tampilan kumel karena setiap hari berjemur di bawah terik matahari.

Setiap sore selesai bekerja, kata Sri, para 'kuli bangunan' itu selalu menggerombol di pinggir jalan persis di depan rumah yang disewa kaki tangan Noor Din M. Top.

TEMPO Interaktif

No comments:

Post a Comment