Anggota Komisi I DPR Edi Baskoro Yudhoyono, Yahya Sacawiria dan Rd Adjeng Ratna Suminar saat melakukan peninjauan pembuatan Panser 6x6 APS Anoa di PT Pindad Kota Bandung. (Foto: ANTARA/Syarif Abdullah/Ir)
10 Maret 2010, Bandung, 10/3 (ANTARA) - Komisi I DPR RI mendorong PT Pindad untuk melakukan restrukturisasi dan terobosan pasar untuk bisa menembus pasar "alutsista" dalam dan luar negeri.
"Potensi Pindad luar biasa dengan aset dan pasar yang masih terbuka, hanya saja perlu restrukturisasi terutama dalam memperkuat pendanaan proyek," kata Ketua Tim Komisi I, Kemal Azis Stamboel di sela-sela kunjungannya ke PT Pindad Bandung, Rabu.
Dalam pertemuan itu, Komisi I DPR diterima oleh Dirut PT Pindad Adik Aviantono serta sejumlah jajaran direksi perusahaan produsen "alutsista" itu.
Pertemuan yang berlangsung lebih dari satu jam itu, Tim Komisi I DPR lebih banyak mengorek pembiayaan produksi serta strategi pemasaran PT Pindad yang cenderung masih banyak mendapatkan hambatan teknis maupun non teknis.
Pihak PT Pindad sendiri mengeluhkan permodalan dan bunga bank yang cukup besar dalam membiayai produksi "alutsista" yang nilainya tidak kecil. Meski dari sisi penawaran modal dari perbankan tak ada persoalan, namun di lain pihak tidak ada jaminan pembayaran bunga.
Pindad mengharapkan adanya pembelian produk oleh pemerintah secara "multy years" dan tidak lagi per tahun anggaran seperti saat ini.
Di lain pihak, dipaparkan pula sejumlah kendala PT Pindad mengikuti tender pengadaan "alutsista" di luar negeri.
Dirut PT Pindad Adik Avianto menyebutkan, produksi "alutsista" saat ini mencapai 70-78 persen produk Pindad. Selain alutsista PT Pindad juga memproduksi beberapa komponen untuk perangkat kereta api, kapal laut, tabung kompor gas serta sparepart.
"Kunjungan ke PT Pindad ini memberikan banyak masukan bagi Komisi I DPR untuk menindak lanjuti secara politis untuk mendorong pengembangan industri strategis ini sehingga ke depan, terutama dalam mendorong pemerintah dalam hal ini Dephan untuk menggunakan produksi Pindad lebih banyak lagi," kata Kemal Azis Stamboel.
Sementara itu, anggota Komisi I DPR lainnya, Enggartiasto Lukito menyebutkan resstrukturisasi PT Pindad mutlak dilakukan baik di sektor manajemen, pembiayaan hingga strategi pemasarannya.
"Pemerintah hendak menaikan anggaran pertahanan sebesar 100 triliun, kami berharap produk BUMN strategis bisa lebih banyak menjual produknya. Namun di lain pihak PT Pindad jangan manja dengan prioritas itu," kata Enggartiasto.
Ia menyebutkan, Pindad memiliki potensi yang besar. Kebutuhan "alutsista" TNI masih cukup besar, namun di lain pihak terkendala anggaran yang tidak memadai.
Meski demikian, PT Pindad hendaknya mampu menjaga dan mengikuti kebutuhan pasar alutsista khususnya dalam pemenuhan "alutsista" di dalam negeri.
Pada kesempatan itu para anggota Komisi I DPR mengapresiasi prestasi PT Pindad yang telah mampu memproduksi panser dalam jumlah massal. Namun diharapkan BUMN strategis itu juga terus meningkatkan kualitas dan mengoptimalkan kandungan lokal dari produknya itu.
Selain panser, "alutsista" yang diproduksi PT Pindad senjata serbu SS-1 dan SS-2, senjata berat kelompok, amunisi kaliber besar dan kecil, granat tangan serta sejata gengga atau laras pendek.
"Komisi I akan mendorong agar pemerintah dalam hal ini Dephan meningkatkan penggunaan produk Pindad serta produk BUMN Strategis lainnya," kata Anggota Komisi I DPR lainnya Ny Adjeng Ratna Suminar.
ANTARA JAWA BARAT
No comments:
Post a Comment