Friday, July 17, 2009

KRI Teluk Sangkulirang-542 Periksa 4 Kapal Muat 25 Ton Ikan Tuna

KRI Teluk Sangkulirang 542.

17 Juli 2009, Surabaya -- Kapal Perang TNI Angkatan Laut KRI Teluk Sangkulirang (TSR)-542 yang sedang melaksanakan operasi keamanan laut di perairan timur Indonesia telah memeriksa 4 kapal dengan total muatan 25 Ton Ikan Tuna disekitar perairan utara Papua, belum lama ini, Rabu (15/7).

Ke empat kapal yang diperiksa tersebut yaitu, KM. Mahkota Abadi-03, Nahkoda kapal Thimotheos Dumolong, bobot 37 GT, jumlah ABK 12 orang WNI, 10 orang Taiwan, muatan 6 ton ikan Tuna. KM. Sinar Bali-18, Nahkoda kapal Kiwin Dolong Seda, bobot 75 GT, jumlah ABK 14 orang WNI, 2 orang Taiwan, muatan 4 ton ikan Tuna. KM. Lautan Lestari-01, Nahkoda kapal Yuliustan Katenggung, bobot 69 GT, jumlah ABK 10 orang WNI, 3 orang Taiwan, muatan 5 ton ikan Tuna. KM. Mahkota Abadi-12, Nahkoda Jeheskiel Nafali, bobot 109 GT, jumlah ABK 12 orang WNI, 2 orang Taiwan, muatan 10 ton ikan Tuna.

“Setelah dilakukan pemeriksaan, ke empat kapal ikan tersebut diijinkan untuk melanjutkan pelayaran. Karena dalam pemeriksaan tidak diketemukan adanya pelanggaran, semua surat maupun dokumen lengkap,”kata Komandan KRI Teluk Sangkulirang-542 Mayor Laut (P) Dwi Prasetyo menegaskan.

PENARMATIM

INS Arihant Kapal Selam Bertenaga Nuklir Buatan India

Kapal selam bertenaga nuklir Rusia kelas Charlie-1 digunakan India sebagai dasar perancangan dan pembuatan kapal selam bertenaga nuklir INS Arihant. (Foto: wikipedia)

16 Juli 2009 -- India akan meluncurkan kapal selam bertenaga nuklir rudal balistik buatan dalam negeri untuk pertama kalinya di galangan kapal Viskhapatnam, Minggu (26/7). Peresmian peluncuran kapal selam ini akan dilakukan Gursharan Kaur istri Perdana Menteri India Manmohan Singh, mengikuti tradisi peluncuran kapal angkatan laut selalu dilakukan oleh seorang wanita.

Keberhasilan ini menempatkan India kedalam lima negara di dunia yang mampu merancang dan membangun kapal selam bertenaga nuklir sendiri.

Setelah lebih satu dekade melingkupi ketidakpastian nama proyek, Advanced Technology Vessel (ATV) kapal selam bertenaga nuklir pertama buatan dalam negeri India mempunyai nama yaitu Arihant, menyisihkan nama Astra.

Pembangkit tenaga berbahan bakar nuklir dan sistem auxiliary dari INS Arihant akan diuji terlebih dahulu di pelabuhan sebelum uji pelayaran dan persenjataan di Bengal. Arihant dipersenjatai 12 rudal balistik K-15. Serangkaian uji coba ini akan memakan waktu 2 - 3 tahun sebelum kapal selam siap beroperasi.

Kapal selam ini dirancang berdasarkan kapal selam buatan Rusia kelas Charlie-1, dimana India menyewa satu kapal selam kelas Charlie dari bekas Uni Sovyet antara 1987 sampai 1991.

Angkatan Laut India segera menerima kapal selam serang bertenaga nuklir kelas Akula II, kapal selam ini disewa selama 10 tahun dibawah sebuah kesepakatan rahasia senilai 650 juta dolar yang ditandatangani pada Januari 2004. AL India memberi nama kapal selam tersebut INS Chakra, yang akan digunakan untuk melatih personil AL India mengoperasikan kapal selam bertenaga nuklir. Sebelum mengoperasikan kapal selam buatan dalam negeri.

RIA Novosti/@beritahankam

Thursday, July 16, 2009

Latihan Manyar Trampil Tingkatkan Lambangja

Komandan Lanud Ats Marsma TNI Bambang Agus Margono menyematkan tanda peserta latihan kepada perwakilan, di Apron Lanud Ats, Rabu (15/7).

16 Juli 2009, Kemang -- Latihan Manyar Trampil merupakan salah satu sarana meningkatkan penguasaan latihan operasi dalam perencanaan dan pengendalian SAR tempur, pertahanan pangkalan, dukungan penerbangan, peningkatan kemampuan penerbang, pendukung penerbangan dan Paskhas.

Komandan Pangkalan TNI Angkatan Udara Atang Sendjaja (Danlanud ATS) Marsma TNI Bambang Agus Margono mengatakan, sasaran latihan Manyar Trampil 2009 untuk meningkatkan mutu profesionalitas unsur heli SAR dan unsur pangkalan.

"Tujuannya mampu mengaplikasikan prosedur tetap dan melaksanakan tugas SAR tempur serta memberikan dukungan penerbangan dengan baik," tegas Bambang ketika memberikan sambutan pada upacara pembukaan latihan Manyar Trampil 2009 di Apron Lanud Ats, kemarin.

Menurut dia, tujuan lainnya untuk meningkatkan kerja sama atau koordinasi antartim. Sedangkan latihan yang baik harus benar-benar diatur profesional. Mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan serta tahap evaluasi di akhir latihan, sehingga mendapatkan gambaran nyata tentang kemampuan sebenarnya.

"Semua harus bisa mengembangkan semangat koordinasi, mengaplikasikan segala ketentuan dan peraturan yang berlaku, tertib administrasi serta menghayati arti penting keselamatan terbang dan kerja (Lambangja) dalam latihan ini," tuturnya.

Selain itu, jelas Bambang, kegiatan ini bisa dijadikan sebagai semangat baru untuk lebih meningkatkan mutu pengabdian yang dikemas dalam penuh keikhlasan dan tanggung jawab.

Tampak beberapa peserta pelatihan serius mengikuti simulasi penyelamatan korban dan dokumentasi negara serta mempertahankan pangkalan dari gempuran musuh.

RADAR BOGOR

Patroli Perbatasan Bersama Indonesia - Malaysia

16 Juli 2009, Entikong -- Sejumlah anggota TNI AD dan Tentra Diraja Malaysia (TDM) melakukan apel persiapan patroli gabungan di Pos Gabma tapal batas negara Kecamatan Entikong, Kabupaten Sanggau, Kalbar, Rabu (15/7). Patroli gabungan tersebut bertujuan untuk pengamanan bersama wilayah perbatasan Indonesia-Malaysia oleh kedua belah negara. (Foto: ANTARA/Jessica Wuysang/ED/mes/09)

Sejumlah anggota TNI AD dan Tentra Diraja Malaysia (TDM) melihat peta wilayah saat patroli gabungan di tapal batas negara Kecamatan Entikong, Kabupaten Sanggau, Kalbar, Rabu (15/7). (Foto: ANTARA/Jessica Wuysang/ed/mes/09)

Sejumlah anggota TNI AD dan Tentra Diraja Malaysia (TDM) patroli gabungan di tapal batas negara Kecamatan Entikong, Kabupaten Sanggau, Kalbar, Rabu (15/7). (Foto: ANTARA/Jessica Wuysang/ed/mes/09)


Seorang anggota TNI AD memberi pengarahan kepada sejumlah warga, terkait tapal batas negara di Sontas, Kecamatan Entikong, Kabupaten Sanggau, Kalbar, Rabu (15/7). Pengarahan tersebut selain untuk memberikan pengetahuan tentang tapal batas negara Indonesia-Malaysia, juga menumbuhkan rasa nasionalisme dan mengajak berperan aktif bersama TNI mengamankan wilayah NKRI. (Foto: ANTARA/Jessica Wuysang/mes/09)

Ketua Komisi I DPR RI, Theo L Sambuaga (2 kanan), Bupati Sanggau, Setiman H Sudin (kanan) dan Wagub Kalbar, Christiandy Sanjaya (kiri), melihat peta saat peninjauan di Pos Gabungan Bersama (Gabma) Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Tentra Diraja Malaysia (TDM) di Entikong, Kabupaten Sanggau, Kalbar, Rabu (15/7). Peninjauan tersebut bertujuan untuk memperkuat koordinasi pengamanan wilayah antara pemerintah dan TNI. (Foto: ANTARA/Jessica Wuysang/ed/mes/09)

Menhan: Kenaikan Anggaran Rp 7 T untuk Perawatan Alutsista

Fasilitas Perbaikan kapal atau yang biasa di kenal dengan Docking seperti halnya docking Kota Raja yang dimiliki TNI AL, merupakan fasilitas dibawah langsung oleh Komando Pemeliharaan Material (Koaharmat) yang bertugas menyelenggarakan perbaikan Kapal-kapal Perang agar selalu siap operasional. (Foto: dispenal)

16 Juli 2009, Jakarta -- Menteri Pertahanan (Menhan) Juwono Sudarsono menyatakan, kenaikan anggaran pertahanan Rp 7 triliun signifikan, tapi belum cukup memenuhi Minimum Essential Forces (MEF). Penambahan anggara itu lebih difokuskan untuk dana perawatan sejumlah alutsista.

"Kita sudah sepakat, kenaikan Rp 7 triliun kenaikan yang signifikan, tetapi masih tidak cukup untuk konsep Minimum Essential Forces (MEF), karena jumlah Rp 40,6 triliun itu masih sepertiga dari yang kita perlukan secara minimum, maka disebut Bare Minimum," kata Juwono di gedung Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Jl MH Thamrin, Jakarta, Kamis (16/7/2009).

Juwono menjelaskan, dana tambahan itu akan dialokasikan sementara untuk fokus perawatan pesawat angkut seperti Hercules. Alasannya, Hercules merupakan pesawat yang paling strategis yang sering dipakai multipurpose baik oleh TNI, Polri, maupun instansi lainnnya, termasuk untuk bantuan tanggap darurat.

Sementara, lanjut Juwono, sisanya untuk perawatan sejumlah alutsista milik TNI AD dan AL. Misalnya untuk perawatan kapal termasuk docking untuk AL dan perawatan kendaraan tempur sepert tank untuk AD.

"Jadi sementara tidak ada penambahan alat baru. Sesuai pesan Presiden, alat bartu apalagi mahal-mahal seperti kapal selam yang harganya Rp 3,5 triliun ditunda saja, meski itu pengadaannya melalui kredit ekspor, tapi kan masuk anggaran juga," jelasnya.

Juwono menyatakan, pembatalan pembelian kapal selam untuk AL tidak ada tekanan dari mana pun, termasuk dari Rusia. "Ini murni anggaran, karena kita masih mendahulukan tema dari rapat kabinet yang memperioritaskan pemulihan perekonomian dan kesra," ujarnya.

Juwono mengakui, pemulihan ekonomi memerlukan perangkat layanan publik yang namanya aparat keamanan. "Kalau polisi dan tentaranya tidak baik, maka lingkungan untuk mendukung tidak akan berjalan baik," ungkapnya.

Juwono membandingkan perimbangan kekuatan militer di seputar Asia Tenggara. Malaysia saat ini sudah memiliki dua kapal selam, dan Singapura juga punya dua kapal selam.

"Kita juga punya satu, tapi ngga bisa tenggelam, butuh tambahan. Tapi soal kapannya itu kita tunggu saja," pungkasnya.

detikNews

AL Malaysia Bangun Pangkalan di Perbatasan

KD Sri Indera. (Foto: TLDM)

16 Juli 2009 -- Angkatan Laut Malaysia (MMEA) akan membangun basis militer di Kudat, wilayah utara perairan Sabah, Malaysia awal tahun 2010.

Menurut Kepala Angkatan Laut Sabah dan Labuan, Marsekal Pertama Mohamad Taha Ibrahim, pangkalan baru akan mengintensifkan pertahanan dan pengawasan di area tersebut, seperti halnya di zona-zona lainnya. Saat ini Malaysia memiliki pangkalan Angkatan Laut di Kota Kinabalu, Sandakan, Tawau, dan Labuan.

"Kami berharap ini bisa memperkuat pengawasan di wilayah perairan dan mengurangi pelanggaran batas wilayah," kata dia seperti dimuat laman berita Malaysia, Bernama, Kamis 16 Juli 2009.

Mohamad Taha mengatakan kerja pihaknya sukses mencegah para pelanggar batas. Sampai kemarin, tambah dia, ada 80 kapal yang diberi sanksi termasuk kapal-kapal asing dengan berbagai pelanggaran, misalnya mengangkut para imigran gelap.

"Kami akan melanjutkan operasi dan pengawasan di wilayah perairan Sabah yang berbatasan dengan Indonesia dan Filipina, yang berpotensi jadi tempat penyelundupan manusia," tambah dia.

Soal perbatasan, Indonesia dan Malaysia saat ini sedang menyelesaikan sengketa perbatasan Ambalat, di perairan Sualawesi, dekat Sabah.

Malaysia mengklaim Ambalat sebagai wilayah kedaulatannya berdasarkan peta sepihak yang dibuat Malaysia pada 1979. Peta sepihak itu tak hanya memicu sengketa dengan Indonesia, tapi juga peta itu negara tetangga Malaysia lainnya yakni Singapura, Vietnam, Filipina, dan Brunei Darussalam.

Sengketa Ambalat memanas ketika kapal Perang TNI Angkatan Laut, KRI Untung Surapati-872 menghalau kapal perang milik Tentara Diraja Laut Malaysia, KD Yu-308 di perairan Blok Ambalat pada Senin 25 Mei 2009.

VIVAnews

Kisah Pilot Tempur TNI AU di Batam

Penggantian ban yang pecah dilakukan di Avron Kelapa Sawit, Pangkalan TNI Angkatan Udata Medan, yang berada di kawasan Bandara Polonia Medan. (Foto: detikFoto/Khairul Ikhwan)

16 Juli 2009, Batam -- Suara gemuruh memekak telinga ketika dua pesawat tempur Hawk buatan Inggris membelah langit Batam, Rabu (15/7). Sayangnya, lima pesawat tempur itu hanya dua trip melakukan penerbangan. Seharusnya, mereka tiga kali terbang dalam satu hari. Setiap terbang bisa menghabiskan waktu dua jam di udara untuk meningkatkan kemampuan profesional, baik perorangan maupun satuan dalam mengaplikasikan dan penerapan doktrin operasi pertahanan udara.

”Cuaca kurang bagus. Ada awan hitam yang tidak bisa kita lalui karena sangat berbahaya. Sehingga kita putuskan untuk berhenti latihan,” kata Mayor Pnb Jajang Setiawan, pilot pesawat tempur Hawk 209, di Hang Nadim, kemarin. Jajang, salah satu dari tujuh pilot yang mengendalikan lima pesawat tempur buru sergap (buser) Hawk 109/209 dari Skuadron Udara 12 Lanud Pekanbaru. Hawk 109/209 dari Skuadron 1 Lanud Supadio sebagai musuh.

Jajang,35, merupakan lulusan Akademi Angkatan Udara (AAU) yang sudah mengantongi 1.800 jam terbang. Selama berkarir menjadi pilot pesawat tempur, Jajang mengalami pengalaman yang sulit dia lupakan yakni mendarat darurat pesawat tempur jenis Hawk di Bandara Sultan Syarif Kasim (SSK) II Pekanbaru, 2004 yang lalu. Saat itu, Jajang bersama dengan rekannya tengah menggelar latihan rutin bersama tiga pesawat tempur lainnya. Tiba-tiba sistem hidrolik pesawat tempur itu mengalami kerusakan. Sehingga roda pesawat dan rem tidak bisa berfungsi saat mendarat. ”Akhirnya, saya menghabiskan bahan bakar sebanyak 2.100 liter yang ada di pesawat terbang selama dua jam di udara,” katanya.

Pengosongan bahan bakar itu dilakukan untuk menghindari terjadinya kebakaran. Setelah bahan bakar tersisa sekitar 150 liter, selanjutnya pesawat buatan Inggris tahun 1994 itu dipersilakan mendarat darurat tanpa roda. Ketika mendarat, pesawat tergelincir dengan mengeluarkan api yang disebabkan gesekan badan pesawat ke aspal sepanjang 600 meter. ”Hanya badan pesawat yang lecet,” katanya, seraya mengatakan kecepatan pesawat ketika mendarat sekitar 280 km melaju di landasan.

Saat di udara, Jajang sempat melihat rumahnya di Pekanbaru. ”Di udara saya bertanya dalam hati, apakah saya akan ketemu lagi dengan istri dan anaknya yang baru saja berusia 17 hari,” ujarnya. Jajang mengatakan, mendarat dengan selamat tanpa menggunakan roda merupakan kehendak Allah. Tetapi dibandingkan dengan pesawat umum seperti Boeing, tentu lebih berisiko. Karena bahan bakar pesawat jenis penumpang berada di bawah bodi pesawat. Sedangkan pesawat tempur berada di samping.

Setelah mendarat, dia tidak memberi kabar ke istrinya mengenai peristiwa yang paling mendebarkan dalam sejarah hidupnya. ”Saya takut istri pendarahan karen baru melahirkan kalau dikasi tahu,” kata pilot yang bernah belajar penerbangan di Australia itu. Keluarga Jajang mengetahui berita tersebut melalui koran dan informasi dari tetangga. ”Dia hanya menangis mengetahui kejadian tersebut,” imbuhnya.

Apakah tidak jera dan takut, apalagi melihat banyak pilot tewas karena pesawat sudah tua? Pria yang murah senyum itu mengatakan kalau mati sudah takdir dari Tuhan, di tempat tidur pun bisa mati. Banyak yang mati saat tidur. Bisa saja saat itu terjadi gempa, dan longsor. ”Kita harus percaya takdir yang sudah ditetapkan.”

Selagi pesawat sudah memenuhi unsur kelayakan terbang, lanjut Jajang, pilot harus menerbangkan. Walaupun tahun buatan pesawat sudah tua. Ada indikator yang diperhatikan sebelum terbang. Teman seangkatan Jajang di Sekolah Penerbang sudah dua orang yang menjadi almarhum karena kecelakaan. Yang sangat penting, lanjutnya, pilot harus menguasai sistem peralatan yang ada di pesawat. Dan yang diingat, ego tidak boleh mengalahkan sistem yang sudah diciptakan. ”Kalau sudah darurat, kita serahkan ke Tuhan saja,” imbuhnya.

Semua pilot, jelasnya, bisa mengendarai jenis pesawat tempur. Tetapi, penugasan atasan berdasarkan tes psikologi. Hasil tes, menempatkan Jajang menjadi pilot Hawk. Ia pernah mengemban tugas negara ketika operasi di Aceh. Tujuh pilot yang ikut dalam latihan terbesar TNI AU itu yakni Letkol Pnb Nana Resmana, Kapten Teddy Henbrata, Kapten Harisetiawan, Lettu Fardinal Umar, Lettu Putut Hangrio, dan Lettu Ridho yang lulus 2004. Sedangkan kata Ridho,26, yang sudah memiliki 300 jam terbang, merasa senang bisa mengikuti latihan Perkasa. ”Menambah keahlian kita mas,” ujarnya.

Komandan Pangkalan Udara Tanjungpinang Letkol Pnb Nandang Sukarna, Latihan Perkasa melibatkan 1.100 pasukan yang berada di wilayah Indonesia bagian barat. ”Semua siap dengan tugasnya masing-masing. Mudah- mudahan besok cuaca mendukung untuk latihan puncak,” katanya.

BATAM POS

Pemuda di Perbatasan Dilatih Militer

(Foto: TNI AL)

16 Juli 2009, Nunukan -- Sebanyak 80 pemuda perbatasan dari Kecamatan Nunukan, Sebatik, dan Sebatik Barat, mengikuti latihan dasar militer, yang digelar oleh DPD KNPI Nunukan bekerjasama dengan Kodim 0911/ASN di Makodim Nunukan.

Ketua DPD KNPI Nunukan Jabbar didampingi Ketua Panitia Haeruddin mengatakan, kegiatan yang berlangsung pada 12-16 Juli ini diisi berbagai materi, di antaranya, wawasan kebangsaan, bela negara, pengenalan alat persenjataan, dan how to fight (cara bertahan hidup), dengan narasumber dari Kodim, KNPI, dan akademisi.

“Kegiatan ini 60 persennya diisi oleh latihan mental dan fisik, serta 40 persen sisanya teori,” kata Jabbar.

Ditambahkannya, latihan ini merupakan tahap kedua, tahap pertama dilaksanakan beberapa waktu lalu. Pengenalan pendidikan bela negara diikuti oleh 140 orang.

“Sengaja kami kurangi jumlah pesertanya sekarang, karena latihan dasar militer ini sebagian besar fisik. Kemudian yang mengikutinya merupakan peserta hasil seleksi kesehatan tim dokter dari Kodim, hari Minggu lalu,” jelasnya.

Diharapkan, setelah mengikuti kegiatan ini, para peserta memiliki jiwa kebersamaan tinggi dan pandangan terhadap NKRI. Terlebih lagi, pemuda perbatasan wajib mempertahankan NKRI.

Dandim 0911/ASN Letkol Inf Basri menuturkan, kegiatan tersebut merupakan agenda rutin KNPI dan Kodim untuk meningkatkan jiwa kebangsaan di perbatasan dan patriotisme dalam rangka bela negara. “Sebagai pemuda perbatasan, akan menjadi garda terdepan jika terjadi sesuatu penyerobotan terhadap negara kita. Kita-kita di perbatasan inilah yang nantinya terdepan dalam mempertahankan negara kita,” imbuhnya.

Diakui, jiwa patriotisme pemuda perbatasan cukup tinggi. Momentum ini yang selalu dipelihara Kodim, selaku satuan kewilayahan yang memiliki Tupoksi utama dalam menyiapkan tenaga terlatih. “Jangan sampai jiwa nasionalisme pemuda di perbatasan terkikis,” tegasnya.

Peserta yang terdiri dari anggota OKP-OKP dibawah naungan DPD KNPI Nunukan, pelajar, hingga penjual cireng, dilatih disiplin oleh personel Kodim.

TNI

Simulator F-16 Efektif Tingkatkan Kemampuan Penerbang

Salah seorang siswa Transisi F-16 sedang mengoperasikan Simulator F-16, di Faslat, Wing 3 Lanud Iswahjudi, Kamis, (16/7). (Foto. Pentak Lanud Iswahjudi).

16 Juli 2009, Madiun -- Untuk meningkatkan kemampuan/skill para penerbang terutama penerbang yang sedang masa transisi dari pesawat latih dasar ke pesawat tempur F-16/Fighting Falcon, keberadaan Simulator F-16 sangat membantu. Demikian, penjelasan Kafaslat, Simulator F-16 Wing 3 Lanud Iswahjudi, Mayor Lek Sondhi, S.Sos, Kamis (16/7).

Sejak dioperasikan pada tanggal 17 Maret 1998, Simulator F-16 digunakan untuk membantu para penerbang dalam tiga hal, yaitu untuk transisi dari pesawat latih dasar ke pesawat F-16, konversi dari pesawat jet tempur ke pesawat F-16, serta profesiensi guna meningkatkan skill para penerbang pesawat tempur F-16.

Para penerbang bisa dinyatakan lulus terbang dengan menggunakan Simulator F-16, apabila mereka telah menguasai sistem operasional dalam menerbangkan pesawat sesuai prosedur yang telah ditentukan mulai dari “take off hingga landing” pesawat dengan aman, efektif dan selamat. Terbang menggunakan Simulator F-16 bisa dilakukan oleh seluruh penerbang F-16 dan lamanya terbang rata-rata kurang lebih satu jam/sortie.

Simulator pesawat F-16 tersebut berada dibawah kendali Wing 3 Lanud Iswahjudi dengan penanggungjawab Kafaslat Simulator F-16, Wing 3 Mayor Lek Sondhi, S.Sos,. Simulator tersebut sangat efektif untuk meningkatkan kemampuan para penerbang F-16 karena memiliki fasilitas yang sangat lengkap. Fasilitas tersebut diantaranya adalah General Flight, Basic Flight Maneuver, Air Intercept, Dog Fight (pertempuran udara satu lawan satu atau satu lawan dua).

Bagi penerbang transisi, simulator ini sangt efektif untuk memahami prosedur terbang karena dipandu dengan fasilitas Prosedur Operasional Umum (General Operation Procedure), fasilitas untuk Take off dan Landing (General Flight), dan Fasilitas terbang maneuver dasar (Basic Flight Manuver). Fasilitas lain yang memandu Penerbang transisi adalah Instrument Flight, Formation Flight, dan Emergency Situation.

Dari fasilitas-fasilitas tersebut, dipastikan para penerbang transisi akan segera dapat menguasai prosedur-prosedur yang harus dilakukan dalam menerbangkan pesawat F-16. Demikina pula bagi penerbang F-16 sendiri akan sangat terbantu bila sering menggunakan simulator tersebut, karena simulator tersebut dilengkapi dengan fasilitas tempur yang sangat bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan tempurnya.

PENTAK LANUD ISWAHJUDI

Menhan: Roket LAPAN Harus Berbahan Baku Lokal


16 Juli 2009 -- Beberapa waktu lalu Lembaga Antariksa dan Penerbangan (LAPAN) sukses meluncurkan roket di Garut, Jawa Barat. Menteri Pertahanan Juwono Sudarsono pun senang dan menyambut baik kesuksesan tersebut. Namun dia juga memberi kritikan membangun.

"Mungkin publikasi kesuksesan roket LAPAN ini kurang besar, sehingga masyarakat banyak yang tidak mengetahuinya. Tapi saya sih maklum, mungkin karena mendekati pilpres juga," tutur Juwono, usai membuka Semiloka Revitalisasi IPTeK Hankam untuk Membangun Kemandirian Industri Hankam 2025, di gedung BPPT 2, Jakarta, Kamis (16/7/2009).

Selain itu juga, Juwono memberikan saran agar ke depannya, LAPAN juga dapat membuat roket dengan bahan baku dari lokal. Ini untuk mencegah ketergantungan dari import.

Lebih lanjut, roket ini diharapkan mampu terus dikembangkan, terutama jaringan alat kontrol serta pengembangan hulu ledak agar dapat dimanfaatkan sebagai alat pertahanan dan keamanan (Hankam).

Juwono menyayangkan jika roket buatan LAPAN hanya dimanfaatkan untuk sipil saja.

IPTEK Hankam Harus Bebas dari Bahan Baku Asing



Ketergantungan bahan baku asing dalam membuat teknologi di bidang pertahanan dan keamanan (Hankam) harus segera ditinggalkan. Paling tidak dalam waktu 10 tahun ke depan.

"Perlu adanya keterpaduan teknis antarlintas sektoral agar penerapan teknologi di Hankam bisa mandiri, bebas dari asing," tukas Menteri Pertahanan Juwono Sudarsono, saat membuka Semiloka Revitalisasi IPTEK Hankam untuk Membangun Kemandirian Industri Hankam 2025, di gedung BPPT 2, Jakarta, Kamis (16/7/2009).

Lebih lanjut, dikatakan Juwono, hasil-hasil riset teknologi perlu mendapat security clean atau perlindungan yang tinggi. Ini untuk melindungi hasil riset tersebut, dari pembajakan atau pencurian.

"Di negara maju, penerapan ini sudah dilakukan sejak dulu. Terutama industri seperti, bioteknologi, elektronikal, capital energi, dan nuklir," tegas Menhan.

Keterbatasan anggaran, diakui Juwono, memang tergolong sangat kecil yaitu, sebesar 20 persen. Tapi, itu jangan menjadi halangan, namun sebagai tantangan untuk lebih maju.

okezone

Kapal Perang LPD Selesai September

LPD saat proses pembangunan di PT. PAL. (Foto: Mastekhi)

15 Juli 2009, Jakarta -- PT PAL tengah menyelesaikan pembangunan kapal perang jenis Landing Platform Dock (LPD). Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Tedjo Edhy Purdijatno mengatakan, PAL berjanji menyerahkan kapal angkut personel itu pada September mendatang.

Dia berharap, tidak ada lagi penundaan. "Karena sudah 11 kali penyerahannya ditunda," katanya usai menghadiri peluncuran buku mantan KSAL Laksamana (purn) Sumardjono di Jakarta, Selasa (14/7) malam.

Tedjo mengatakan, pembangunan LDP adalah realisasi alih teknologi senjata strategis dari negara maju.

Angkatan Laut memesan empat kapal LPD dari Korea Selatan. Dua kapal pertama, KRI Surabaya dan KRI Makassar, langsung dibuat di negeri ginseng tersebut dan telah hadir memperkuat jajaran matra laut.

Dua kapal terakhir dibangun di PT PAL, Surabaya, dengan asistensi penuh Korea. Dia menjelaskan, kapal terakhir direncanakan kelar Januari 2010.

Tedjo mengatakan, setelah LPD, diharapkan PAL membangun kapal perusak kawal rudal. Saat ini, TNI AL tengah menjajaki negara produsen yang berkomitmen memberikan alih teknologi. Beberapa calonnya, Prancis, Belanda, dan Italia. "Masih ditimbang mana yang terbaik," kata lulusan Akademi Angkatan Laut tahun 1975 itu.

Ukuran Kapal ini adalah sebagai berikut:


Length between perpendicular: 109.2 M
Breadth: 22.00 M
Depth Tank Deck: 6.7 M
Truck Deck
Draft: 4.9 M
Displacement: 7.300 Ton
Kecepatan maksimum: 15 knots
Endurance days: 30 Day
Cruising range: 10.000 miles
Max Embarcation: 344 person terdiri dari :
Crew: 126 person
Troops & Guest: 218 person
Helicopter: 5 unit
LCVP:2 unit

JURNAL NASIONAL/PT. PAL

Kapal Perang Israel Siap Serang Iran


16 Juli 2009, Yerusalem -- Dua kapal perang Israel melintas di Terusan Suez. Sepuluh hari setelah kapal selam bersenjata nuklir berada di lokasi yang dapat mencapai sasaran fasilitas nuklir Iran.

Demikian isi laporan surat kabar Inggris, The Times, yang mengutip pengakuan seorang pejabat tinggi militer Israel.

Pengerahan armada tempur laut itu merupakan sinyal bahwa Israel mungkin akan melakukan aksi militernya. Angkatan Udara Israel juga akan melakukan latihan di Amerika Serikat akhir bulan ini. Selain itu Israel juga akan menguji coba rudal pencegat di Samudra Pasifik.

Seorang diplomat Israel mengklaim, pihaknya telah mendapat dukungan dari negara-negara Arab yang juga merasa terancam dengan program nuklir Iran. Israel, lanjutnya, juga sedang mendekati Mesir untuk "bekerja sama mencegah" nuklir Iran.

Menteri Luar Negeri Mesir, Ahmed Aboul Gheit, mengatakan pemerintahnya secara eksplisit mengizinkan kapal-kapal perang Israel untuk melintas di perairannya.

Pejabat Israel itu mengatakan, kapal selam dan kapal perang akan melalui terusan Suez untuk mencari jarak serang ideal.

"Ini merupakan persiapan yang bisa saja menjadi serius. Israel sudah menginvestasikan banyak waktu untuk menyiapkan diri untuk menyerang Iran. Ini merupakan pesan bagi Iran bahwa Israel akan menindaklanjuti ancamannya," katanya.

Kapal selam Israel dilengkapi dengan rudal yang mampu menjangkau fasilitas nuklir Iran. Selain itu pesawat-pesawat tempur Israel juga disiagakan untuk menghancurkan belasan sasaran yang dicurigai sebagai lokasi program nuklir Iran. Pesawat-pesawat tempur Israel diklaim mampu menjangkau target sejauh 1.200 kilometer dari pangkalan udara di Israel.

Dilaporkan, dua kapal perang pengangkut rudal, Saar, dan kapal selam Dolphin sudah melintas di Terusan Suez. Israel memiliki enam kapal selam Dolphin. Tiga di antaranya diyakini membawa rudak berhulu ledak nuklir.

okezone

Israel Uji Coba Sistem Anti-Rudal

Rudal Iron Dome. (Foto: militaryphotos.net)

16 Juli 2009, Jerusalem -- Israel menuntaskan serangkaian uji coba sistem pertahanan rudal Iron Dome, yang dirancang untuk mempertahankan Israel dari serangan rudal dan roket jarak dekat.

Demikian kata Kementerian Pertahanan Israel, Rabu (15/7), yang dilansir Xinhua-OANA.

Sejumlah roket dicegat dalam uji coba sistem tersebut selama beberapa hari belakangan. Demikian laporan kantor berita lokal, Ynet, dengan mengutip keterangan beberapa pejabat pertahanan.

Sistem Iron Dome, yang dikembangkan oleh perusahaan negara, Rafael Defense Systems, terdiri atas radar, sistem pemantauan, peluncur, dan pencegat. Kementerian Pertahanan menyatakan semua bagian sistem itu bekerja dengan baik dalam uji coba.

Penembakan roket telah lama menjadi ancaman utama keamanan bagi negara Yahudi itu, yang bagian utaranya menjadi sasaran serangan dari Lebanon dan bagian selatannya sering kali diserang oleh roket dari Jalur Gaza.

Iron Dome diduga beroperasi pada 2010, dan Pasukan Pertahanan Israel telah membentuk batalyon khusus guna mengoperasikannya, yang akan menjadi bagian dari Angkatan Udara Israel (IAF), demikian laporan harian lokal Jerusalem Post.

"Sistem pertahanan banyak tingkat adalah sasaran strategis bagi Negara Yahudi dan akan menyediakan laporan perlindungan terhadap roket jarak dekat," kata Menteri Pertahanan Ehud Barak. "Ini akan memungkinkan IDF memenuhi kewajibannya melindungi Israel dengan cara terbaik yang dapat dilakukannya."

Seorang komandan senior IAF mengatakan pada suatu konferensi akademis pada Mei bahwa Israel akan memiliki sistem pertahanan rudal yang beroperasi pada tiga tingkat yang berbeda. Sistem Iron Dome akan beroperasi dan digelar di sepanjang perbatasan pada 2010. Sistem kedua, David`s Sling, yang dirancang untuk mencegat roket jarak menengah, akan beroperasi dalam waktu empat tahun.

Tak lama setelah itu, Arrow 3, versi canggih sistem rudal jarak jauh saat ini yang dioperasikan IAF, akan dinyatakan beroperasi penuh.

KOMPAS

Pemprov Perlu Perbanyak Bagang di Ambalat


12 Juli 2009, Samarinda -- Masyarakat Indonesia yang bermukim di Pulau Sebatik, Kabupaten Nunukan, Kaltim mendesak Pemprov Kaltim untuk memperbanyak pembangunan bagan di laut seputar Blok Ambalat. Bagan adalah tempat penangkapan ikan yang dibangun di laut. Cara itu menurut mereka dapat menunjukkan eksistensi NKRI sebagai pemilik Ambalat.

Hal tersebut dikemukakan sejumlah tokoh warga Sebatik saat berdialog dengan Gubernur Kaltim Awang Faroek di Hotel Queen Sebatik, pekan lalu."Masalah ambalat itu harga mati bagi warga masyarakat Sebatik. Tapi kami berharap Pemprov harus segera bangun bagan permanen karena kita takut kecolongan lagi seperti Sipadan," kata Herman, salah seorang tokoh masyarakat Sebatik.

Menurut Herman, masyarakat perbatasan hingga kini masih menyimpan trauma atas lepasnya Pulau Sipadan dan Ligitan dari Indonesia yang akhirnya diakui sebagai wilayah Malaysia. Belakangan, konflik yang terjadi antara Indonesia dan Malaysia di Blok Ambalat kembali membuat masyarakat Sebatik resah akan lepasnya daerah yang diyakini menyimpan potensi sumber daya alam yang besar.

Salah satu alasan lepasnya Sipadan ke Malaysia karena Malaysia banyak mendirikan bagan permanen di kepulauan Sipadan. Sedangkan Indonesia tidak memiliki bagan di Sipadan. "Sipadan lepas karena Malaysia membagun bagan di Sipadann sedangkan kita tidak bangun bagan di sana. Karena itu agar ini tidak lagi terjadi, mari, Pemerintah harus memperbanyak pembangunan bagan di Ambalat," lanjutnya.

Senada dikatakan tokoh masyarakat lainnya, H Sudirman. Menurut Sudirman, masalah ambalat bukan hanya masalah Pemerintah Indonesia saja, namun juga menjadi masalah masyarakat Sebatik karena lokasi blok Ambalat yang tidak jauh dari Sebatik. "Masalah Ambalat ini menjadi masalah kami juga. Kami tetap akan memegang merah putih untuk menjaga Ambalat," kata Sudirman. Namun demikian, Sudirman mengingatkan kepada Pemerintah untuk tidak lalai dan segera membangun bagan di daerah Ambalat. Menurutnya saat ini hampir 90 persen kebutuhan masyarakt di Sebatik masih bergantung dengan Malaysia, karena itu, jika Pemerintah lalai, ia khawatir rasa nasionalisme bisa luntur.

Wakil Butapi Nunukan, Kasmir Foret juga mengingatkan kepada Pemerintah Pusat untuk lebih memperhatikan daerah perbatasan, termasuk Blok Ambalat. Menurut Kasmir, jika bicara nasionalisme, ia yakin darah masyarakat Sebatik masih tetap Indonesia. "Kalau masalah nasionalisme, jangan khawatir. Jiwa nasionalisme mereka (masyarakat Sebatik,red) kuat untuk mempertahankan NKRI. Kami adalah Bangsa Indonesia, tumpah darah Indonesia," kata Kasmir. Ia mencontohkan masalah Ambalat. Kasmir mengatakan, sejak blok Ambalat bergejolak, tidak sedikit masyarakat Sebatik yang menggelar latihan perang untuk membantu TNI di perbatasan.(eza)

Tambah Patroli Udara

Pesawat Hawk yang dimiliki Skuadron Udara I Elang Kathulistiwa merupakan pesawat buatan British Aerospace (BAe). Pesawat tersebut didatangkan ke Indonesia sepanjang tahun 1999 hingga 2000. (Foto: detikFoto/Ramadhian Fadillah)

Danrem 091/ASN Kolonen Inf Musa Bangun yang mengikut kunjungan ke Sebatik bersama Gubernur Awang Faroek Ishak meminta kepada masyarakat Indonesia yang tinggal di perbatasan seperti di daerah Sebatik untuk tidak resah dengan kasus yang terjadi di blok Ambalat. Ia meminta kepada masyarakat di Sebatik untuk tetap tenang dan memberi kesempatan kepada Pemerintah untuk menyelesaikan konflik ini.

"Situasi Ambalat aman terkendali. Kalau masalah perbatasan memang harus diselesaikan antar kedua negara," kata Musa Bangun. Disinggung masalah patok perbatasan yang banyak hilang, ia mengatakan akan segera dibenahi. "Masalah patok perbatasan memang akan kita benahi, kan tipe-tipe patok itu ada jenisnya. Dan kami juga sudah lihat ada patok yang terpendam ditanah, itu tidak boleh terjadi. Tapi untuk membenahi ini harus ada kerjasama tim gabungan antara kedua negara (Indonesia - Malaysia). Jadinya semua temuan ini harus segera kita rapatkan dengan negara tetangga," ujarnya.

Musa menjelaskan, untuk pengamanan di darat digelar satu batayon untuk satuan tempur dan tiga Komando Distrik Militer (Kodim) untuk penjagaan teritorial. Ia menambahkan, untuk pos- pos penjagaan di seluruh perbatasan di Kaltim ada 25 pos. Sedangkan Pos yang berada di Sebatik ada 4 penjagaan. "Kalau jumlah personilnya ada sekitar 1.000 orang dari satu batalyon dan dari Satgas Teritorial. Dengan kondisi kemanan seperti sekarang saya rasa jumlah personil ini cukuplah," terangnya. Meski demikian Musa mengakui perlu adanya penambahan mobilitas udara. "Saat ini pos penjagaan kita sifatnya statis, perlu ada penambahan mobilisasi udara dengan helikopter. Karena itu menurut saya perlu ada penambahan heli kopter untuk patroli udara di perbatasan," pungkasnya.

TRIBUN KALTIM

Wednesday, July 15, 2009

Talisman Saber 2009

Humvees Marinir AS diturunkan dari Landing Craft Air Cushion (LCAC) AL AS di Freshwater Bay Beach, Queensland. (Foto: defence.gov.au)

15 Juli 2009 -- Marinir dari Marine Expeditionary Unit 31 menggunakan USS Essex, USS Tortuga, dan USS Denver mendarat di Bay Beach, Queensland.

Amphibious Assault Vehicles (AAV) AS di Freshwater Bay Beach,Queensland.(Foto: defence.gov.au)

Amphibious Assault Vehicles (AAV) mendarat ke pantai menuju posisi yang sudah ditentukan untuk melakukan latihan perang bersama dengan Angkatan Bersenjata Australia dengan tajuk Talisman Saber 2009.

Sedangkan Landing Craft Air Cushion (LCAC) membawa Humvee.

defence.gov.au
/@beritahankam

TNI AU Usir Pesawat Asing


15 Juli 2009, Batam -- Radar utama di wilayah Natuna menangkap sinyal masuknya pesawat tempur asing. TNI Angkatan Udara dibawah Komando Pertahanan Udara Nasional (Kohanudnas) wilayah Barat langsung melakukan pengejaran.

Lima pesawat buru sergap (Buser) yakni tiga pesawat dari Skuardron 12 Pekanbaru dan dua Skuadron I Supadio dari Pangkalan TNI AU di Pontianak pun melesat. Informasinya, pihak Radar di Natuna telah memperingati keberadaan pesawat tersebut, namun tidak diindahkan.

Itulah skenario dalam Latihan Tempur Gabungan TNI AU, TNI AL dan TNI AD yang terfokus di Bandara Hang Nadim Batam, Selasa (14/7). Latihan tempur ini langsung dipimpin Kolonel Pnb Barhim selaku Direktur Latihan.

"Melibatkan 1100 personil. Kebanyakan personil dari unsur Radar yang diutamakan. Ada satuan radar dari Pangkalan di Pekanbaru, Pontianak, Natuna, dan Tanjungpinang. Semua saling berkoordinasi untuk memberikan arahan kepada pesawat tempur TNI AU," ujar Komandan Lanud Tanjungpinang Lektol Pnb Nandang Sukarna.

Latihan juga melibatkan TNI AL dari KRI Hasanuddin dan TNI AD dari satuan khusus penembakan rudal. Mereka akan memeragakan kemampuan hingga 17 Juli nanti. Skenario latihan yakni TNI AU melakukan upaya pengejaran dan memberikan arahan secara presuasif. Pesawat asing tersebut kabur.

Namun, ketika Skuadron 12 Pekanbaru kembali, ternyata ada pesawat asing lainnya terpantau kembali. Dengan kekuatan berbeda, dua jet tempur Skuadron I dari Supadio Pontianak meluncur untuk mengantisipasi keberadaan pesawat asing tersebut.

Pesawat ini, ternyata mengalami masalah dengan kendali dan arahan dua pesawat pemburu ini, akhirnya pesawat asing tersebut diminta mendarat di Bandara Hang Nadim. Selain pesawat jet tempur jenis Hawk juga melibatkan Helikopter Super Puma. Peran heli adalah penyelamatan atau pencarian baik di darat maupun di udara.

"Sedangkan peralatan cangih yang digunakan dalam latihan ini adalah Fungsi Radar Master T yang ada di Satrad 213 Lanud Tanjungpinang. Radar ini memiliki jangkauan mendeteksi hingga 200 noutical mill atau dari Lanud Tanjungpinang hingga Semenanjung Malaysia," ujar Lektol Pnb Nandang Sukarna.

Baru-baru ini, keberadaan alat utama sistem senjata (alutsista) Indonesia tengah menjadi sorotan. Rentetan peristiwa jatuhnya pesawat TNI telah memakan korban jiwa. Beberapa kalangan sempat menilai, kecelakaan itu terkait dengan minimnya anggaran alutsista.

TRIBUN BATAM

Uji Coba Kedua RSM-54 Sineva Sukses

Kapal selam bertenaga nuklir Delta IV menembakan rudal. (Foto: dia.mil)

15 Juli 2009 -- Setelah berhasil uji coba penembakan pertama rudal balistik antarbenua RSM-54 Sineva (SS-N-23 Skiff) dari kapal selam strategis bertenaga nuklir Delta IV pada Minggu (13/7), Rusia berhasil melakukan uji penembakan kedua pada Selasa (14/7).

Kedua uji coba penembakan dilakukan kapal selam dari Armada Utara dari bawah lapisan es Kutub Utara. Amerika Serikat dilaporkan tidak dapat mendeteksi kehadiran kapal selam Rusia di daerah tersebut sebelum kapal selam tersebut menembakan rudal.

Radar Amerika Serikat mendeteksi peluncuran rudal tetapi lokasi kapal selam mengejutkan AS. Uji coba pertama rudal mengenai sasaran yang sudah ditentukan di Kura, Semenanjung Kamchatka, sedangkan uji coba kedua menghancurkan sasaran di Chizha di Laut Putih.

(Foto: globalsecurity.org)

Menurut sumber intelijen Rusia mengatakan wilayah sekitar Kutub Utara tempat yang sempurna untuk meluncurkan rudal balistik karena memungkinkan kapal selam yang datang ke sebuah daerah tersebut tidak terdeteksi dan waktu mengudara rudal mencapai sasaran lebih pendek.

Jenderal Nikolai Makarov mengatakan rudal balistik Bulava akan diuji coba dalam waktu dekat ini. Meskipun mengalami lima kali kegagalan dari 10 kali uji coba, Departemen Pertahanan Rusia merencanakan menuntaskan uji coba Bulava dan mengoperasikan sebagai rudal balistik antar benua akhir 2009.

RSM-54 Sineva (SS-N-23 Skiff). (Foto: globalsecurity.org)

Menurut militer Rusia Bulava dan rudal balistik Topol-M akan menjadi kekuatan utama triad nuklir Rusia. Triad terdiri dari sistem rudal balistik berbasis darat, kapal selam bertenaga nuklir dipersenjatai dengan rudal balistik berbasis peluncuran laut, dan pesawat pembom strategis membawa bom nuklir dan rudal jelajah berkemampuan nuklir.

Rusia berencana melengkapi kapal selam Delta IV sekurang-kurangnya 100 rudal Sineva.

Rudal RSM-54 Sineva, NATO menyebutnya SS-N-23-23 Skiff merupakan rudal balistik antar benua berbahan bakar propellant cair masuk jajaran Angkatan Laut pada Juli 2007. Rudal mampu membawa 4 atau 10 hulu ledak, tergantung modifikasi yang dilakukan.

RIA Novosti/@beritahankam

Latihan Antiteror Terbesar Singapura

Latihan antiteror ini merupakan latihan terbesar yang digelar Singapura. Latihan antiteror ini digelar 6 Juli dan 15 Juli 2009. (Foto: detikFoto/Reuters/Tim Chong)

15 Juli 2009, Singapura -- Polisi Singapura menggelar latihan antiteror terbesar. Dalam latihan itu, lebih dari 2.000 pasukan dikerahkan untuk mengantisipasi dan melumpuhkan teror yang mengancam Singapura.

Latihan digelar di hotel, mal dan stasiun kereta api bawah tanah yang terancam aksi teror. (Foto: detikFoto/AFP).

Para pasukan antiteror Singapura menuruni hotel untuk melumpuhkan kawanan teroris. Aksi ini menyita perhatian pengunjung hotel. (Foto: detikFoto/Reuters/Tim Chong)

Lebih dari 2.000 pasukan dikerahkan dalam latihan antiteror ini. (Foto: detikFoto/AFP).

Latihan juga digelar di perairan laut Singapura. (Foto: detikFoto/Reuters/Tim Chong)

Selat Sunda Jadi Prioritas


15 Juli 2009, Bandar Lampung -- Komandan Pangkalan Utama Angkatan Laut (Lantamal) III TNI AL Laksamana Pertama (Laksma) TNI Edy Yusuf menjelaskan Selat Sunda akan menjadi prioritas pengamanan jika eskalasi keamanan regional tidak mendukung.

"Saat ini saja beberapa negara besar sudah mengirimkan kapalnya ke wilayah tersebut, guna mengantisipasi kejahatan laut, seperti pembajakan kapal yang terjadi di Somalia," katanya, di Bandar Lampung, Rabu (15/7).

Namun, lanjutnya, karena masih adanya keterbatasan TNI AL menyangkut sarana keamanan seperti kapal patroli, sehingga pengamanan diprioritaskan kepada perairan yang krusial.

"Kebijakan saat ini mengutamakan pengawasan wilayah yang krusial seperti di Selat Malaka, Ambalat, dan wilayah yang berbatasan dengan Australia," terangnya.

Edy juga menjelaskan, bahwa pemerintah tidak melupakan peningkatan kemampuan antara lain dengan pengadaan kapal baru tipe sigma dari Belanda. Namun, hal itu belum bisa menjangkau seluruh wilayah perairan di Indonesia, sehingga tetap ada prioritas pengamanannya.

Komandan Pangkalan Utama Angkatan Laut (Lantamal) III, Laksamana Pertama (Laksma) TNI Edy Yusuf (tengah) melakukan jabat tangan komando dengan Komandan Pangkalan Angkatan Laut (Danlanal) Lampung yang baru Kol. Laut (P) Weddy Widya (kiri)) dan mantan Danlanal Lampung Kol. Laut (P) Hargianto (kanan), usai serah-terima jabatan dan pelantikan, di Dermaga E PT Pelindo Lampung, di Bandarlampung, Rabu (15/7). (Foto: ANTARA/Triono Subagyo/hm/hp/09)

Komandan Lantamal III tersebut hadir di Lampung dalam rangka memimpin upacara serahterima jabatan dan pelantikan Danlanal Lampung dari Kol Laut (P) Hargianto kepada Kol. Laut (P) Weddy Widya, di Dermaga E PT Pelindo Lampung.

MEDIA INDONESIA

Latihan Gabungan TNI Rutin Digelar di Kaltim

Latgab TNI 2008 di Singkawang. (Foto : detikFoto/Kolonel Caj Dr. Ahmad Yani Basuki)

15 Juli 2009, Jakarta -- TNI secara resmi memiliki daerah yang bersifat permanen untuk menggelar latihan gabungan. Pemerintah Daerah (Pemda) Provinsi Kalimantan Timur telah menyatakan kesediaan menjadikan sekitar 26 ribu hektare wilayahnya yang terletak di Kecamatan Bengalon dan Kecamatan Kaliorang, Kabupaten Kutai Timur, sebagai daerah latihan.

Persetujuan ditandai penyerahan surat Keputusan Bupati Kutai Timur tentang Penetapan Lokasi Latihan Gabungan TNI oleh Bupati Kutai Timur, Isran Noor, pada Panglima TNI Jenderal Djoko Santoso di markas TNI, Cilangkap, Jakarta, Selasa (14/7).

Kepala Pusat Penerangan TNI Marsekal Muda Sagom Tamboen mengatakan, Pemda Kalimantan Timur berpandangan latihan TNI secara rutin dapat meningkatkan keamanan dan ketahanan negara.

Terlebih, di provinsi ini terdapat garis perbatasan darat dengan Malaysia sepanjang 1.038 km. Belum lagi perbatasan laut yang terbuka, terutama di perairan Ambalat yang belakangan semakin gencar diklaim Malaysia sebagai bagian dari hak daulatnya.

Pada kesempatan tersebut Panglima Kodam VI/Tanjungpura, Mayor Jenderal Tono Suratman melaporkan rencana pembangunan pasar di perbatasan Jagol Babeng untuk mengurangi mobilitas penduduk ke wilayah Malaysia guna berbelanja keperluan sehari-hari.

JURNAL NASIONAL

Terjun Penyegaran Yonif Linud 328/KOSTRAD di Lanud Suryadarma


15 Juli 2009, Subang -- Sekitar 504 orang Prajurit TNI AD dari Batalyon Infanteri (Yonif) Lintas Udara (Linud) 328/Kostrad yang bermarkas di Cilodong, Depok mengadakan terjun payung penyegaran di Landasan Lanud Suryadarma, Subang, Selasa (14/7). Kegiatan terjun payung penyegaran dilaksanakan sebagai program latihan rutin prajurit TNI AD yang berkualifikasi lintas udara agar senantiasa trampil dan profesional melaksanakan terjun payung dari pesawat udara.

Terjun payung di Lanud Suryadarma ini didukung oleh satu pesawat Herkules dari Skadron Udara 31 Lanud Halim Perdana Kusuma, Jakarta yang take off dari Jakarta sekitar pukul 06.00 WIB. Sedangkan pasukan penerjun telah mempersiapkan diri dari home base sekitar pukul 01.00 WIB dini hari. Untuk menerjunkan sekitar 504 pasukan tersebut, dilaksanakan enam kali muat (sortie) berkekuatan 80-90 orang dari Pangkalan Udara Halim Perdana Kusuma dan empat kali run (putaran) untuk menerjunkan pasukan di landasan Lanud Suryadarma berkekuatan sekitar 20-25 penerjun. Penerjun selain dilengkapi senjata laras panjang juga payung cadangan.

Dalam kegiatan yang berlangsung lancar hingga sekitar pukul 12.00 WIB tersebut Komandan Yonif Linud 328/Kostrad Letkol Inf Joko Hadi P., ikut pula terjun di sortie dan run pertama. Sedangkan pejabat yang hadir antara lain Komandan Brigade Infanteri Lintas Udara 17 Kol Inf Muslimin Akib, pejabat Lanud Suryadarma dan para pendukung kegiatan terjun payung.

PENTAK LANUD SURYADARMA

KASAL: TNI AL Jajaki Pembuatan Kapal Perusak Kawal Rudal dan Kapal Selam di Dalam Negeri

Kapal selam kelas Chang Bogo buatan Korea Selatan ditawarkan ke Indonesia berikut alih teknologi. (Foto: nti.org)

15 Juli 2009, Jakarta -- Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Tedjo Edhy Purdijatno, S.H., mengungkapkan bahwa TNI AL tengah menjajaki kemungkinan pembuatan kapal perang jenis Perusak Kawal Rudal dan kapal selam mini produksi industri strategis di dalam negeri.

Hal tersebut diungkapkan Kasal Laksamana TNI Tedjo Edhy Purdijatno, S.H., Selasa (14/7) dalam sambutannya pada acara Bedah Buku Laksamana TNI (Purn) Sumardjono di salah satu hotel di Jakarta Pusat. Bedah Buku setebal 332 halaman tersebut berjudul ”Membangun Angkatan Laut Menuju Kemandirian” yang diterbitkan oleh Dinas Penerangan Angkatan Laut tahun 2009 dihadiri Menhan Prof. Dr. Juwono Sudarsono, M.A., Menneg PPN/Kepala Bappenas Kusmayanto Kadiman beserta sejumlah mantan Kasal dan pejabat TNI.

Menurut Kasal, TNI AL juga tengah membangun kapal patroli berukuran panjang 40 meter serta kapal cepat trimaran yang mempunyai panjang 60 meter dengan kecepatan 40 mil perjam yang akan dilengkapi persenjatan peluru kendali.

”Untuk mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap luar negeri, khususnya Alutsista, maka jalan satu-satunya dengan memberdayakan industri strategis dalam negeri yang diawali dengan alih teknologi atau transfer of technology ” jelas Laksamana TNI Tedjo Edhy Purdijatno, S.H.

Pandangan dan pemikiran tersebut, membuka tabir kemandirian Nasional dibidang industri pertahanan, khususnya dalam pemenuhan kebutuhan Alutsista Angkatan Laut. ”Dengan kemandirian ini, gerbang menuju TNI AL yang kuat dan menjadi kebanggaan bangsa Indonesia akan dapat terwujud,” tegasnya.

DISPENAL

Perlu Anggaran Khusus Bangun Perbatasan

Pos lintas batas di Kalimantan Barat. (Foto: burisrowo)

13 Juli 2009, Pontianak -- Anggota Komisi I DPR RI dari Fraksi PDIP, Sabam Sirait, mengatakan untuk percepatan pembangunan di kawasan perbatasan seperti perbatasan Indonesia di Kalimantan Barat - Malaysia Timur (Sarawak) memerlukan anggaran khusus.

"Tidak mungkin pemerintah daerah bisa membangun kawasan perbatasan menjadi beranda depan negara dengan anggaran daerah maupun stimulus dari pusat tanpa didukung anggaran khusus karena diperlukan anggaran yang cukup besar," kata Sabam Sirait, saat melakukan Kunjungan Kerja (Kunker) di Kantor Gubernur Kalbar, di Pontianak, Senin. Selain itu, pemerintah daerah Kalbar tidak perlu sampai mengajukan undang-undang khusus atau otonomi khusus seperti di Aceh dan Papua untuk membangun kawasan perbatasan.

"Tetapi jangan sampai rakyat lima sampai 10 tahun mendatang meminta otonomi khusus karena tidak diperhatikan," katanya. Ia menilai, pemerintah pusat sangat kurang perhatiannya dalam pembangunan segala bidang di kawasan perbatasan. "Sehingga jangan salahkan negara jiran yang tidak menanggapi rencana peresmian empat PLB (pos lintas batas,red) di Kalbar yang berbatasan dengan Malaysia," katanya.

Keempat PLB itu, di antaranya Aruk (Sambas), Jagoi Babang (Bengkayang), Jasa (Sintang) dan Badau (Kapuas Hulu), yang sarana infrastruktur jalan dan fasilitas pendukung lainnya sudah disiapkan oleh Pemerintah Indonesia, tetapi tertunda karena belum mendapat respon pihak Malaysia. Selain itu, Pemprov Kalbar juga harus berani meminta kepada pemerintah pusat sebesar 20 persen dari total pendapatan asli daerah supaya bisa mendukung pembiayaan pembangunan untuk kawasan perbatasan.

Ketua Tim Komisi I DPR RI, Theo L. Sambuaga, mengatakan tujuan Kunker Komisi I DPR RI ke Kalbar, untuk meninjau tiga PLB guna melakukan kajian atas kendala yang dihadapi karena hingga kini belum dapat diresmikan. Theo juga mempertanyakan permasalahan apa yang menyebabkan pihak Malaysia Timur (Sarawak) belum mau membuka ketiga PLB di tiga kabupaten itu. Berkaitan dengan, tim Komisi I DPR selama dua hari dimulai Selasa (14/7) akan berkeliling perbatasan, mengumpulkan informasi mengenai kendala pembukaan PLB tersebut.

"Padahal Indonesia sudah siap membuka tiga PLB itu, dari segi pembangunan infrastruktur dan lain sebagainya," katanya. Maka dari itu, menurut dia, Komisi I DPR RI melakukan kunjungan kerja ke tiga kawasan yang akan dijadikan PLB tersebut. Mencoba menyerap aspirasi masyarakat di kawasan perbatasan agar mengetahui apa-apa saja yang menjadi kendala peresmian.

"Tujuan kita untuk mewujudkan kawasan perbatasan sebagai beranda depan memerlukan pembangunan yang bersinergi dan kerja keras," katanya. Theo menambahkan, setelah melakukan kunjungan kerja tersebut maka pihaknya akan membawa permasalahan yang ditemukan di lapangan untuk dibahas pada persidangan IV tahun sidang 2008 - 2009 mendatang.

TRIBUN BATAM

Tuesday, July 14, 2009

AL dan Uspacom Jalin Kerja Sama Intelijen


14 Juli 2009, Surabaya -- TNI Angkatan Laut (AL) dan Komando Pasukan Asia Pasifik Amerika Serikat (United State Pasific Fleet Command/Uspacom ) menjalin kerja sama di bidang intelijen.

Kerja sama intelijen itu diwujudkan dalam latihan pengembangan personel melalui pertukaran informasi dan pengetahuan di bidang intelijen (Subject Matter Expert Exchange/SMEE) berlangsung selama tiga hari di Komando Pengembangan dan Pendidikan TNI Angkatan Laut (Kobangdikal) Surabaya.

Acara tersebut dibuka oleh Wakil Asisten Pengamanan Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL), Laksma TNI Amri Husaini di gedung Kodikopsla, Kobangdikal, Surabaya, Selasa.

"Kegiatan itu bertujuan untuk memberikan pembekalan kepada perwira TNI di bidang kemampuan analisis dalam menghadapi ancaman terorisme dan tugas manajerial yang bersifat strategis," katanya.

Kegiatan itu meliputi pengembangan personel melalui pertukaran informasi dan ilmu pengetahuan intelijen antara TNI AL dan Uspacom.

Materi yang dibahas dalam acara tersebut, antara lain keamanan Selat Malaka, tugas intelijen dalam mendukung tugas pokok TNI AL, dan paparan tentang organisasi dan tugas marinir.

"Kami berharap, kegiatan ini dapat memberikan tambahan wawasan intelijen bagi personel TNI AL dalam pelaksanaan tugas di satuan masing-masing," katanya.

Sebelum acara itu dibuka, Tim Uspacom yang dipimpin Letkol James Mc Andrew mengadakan kunjungan kehormatan terlebih dulu kepada Wakil Komandan Kobangdikal Brigjen TNI (Mar) Arif Suherman di markas Kobangdikal, Bumimoro, Surabaya.

Pada kesempatan itu, Tim Uspacom disuguhi tayangan profil Kobangdikal. Pada akhir kunjungan tersebut diadakan tukar-menukar cendera mata.

Selain itu, Tim Uspacom juga mengadakan kunjungan kehormatan kepada Wakil Komandan Kodikopsla Kolonel Laut (P) Erman Amir di Ujung, Surabaya.

ANTARA JATIM

Dua Kapal Selam Victor III Discrap

Kapal selam bertenaga nuklir kelas Victor III. (Foto: nti.org)

14 Juli 2009 -- Transshelf membawa dua kapal selam bertenaga nuklir kelas Victor III dari Armada Pasifik Rusia berpangkalan di Kamchatka, yang sudah tidak digunakan lagi ke galangan kapal Zvezda di Bolsoi Kamen, Timur Jauh Rusia untuk discrap.

Kapal selam kelas Victor III pertama kali diluncurkan di galangan Admiralty pada 1976. Jumlah total dibuat 26 Victor III antara tahun 1978 dan 1992.

(Foto: RIA Novosti/Vitaliy Ankov)

(Foto: RIA Novosti/ Vitaliy Ankov)

(Foto: RIA Novosti/ Vitaliy Ankov)

(Foto: RIA Novosti/ Vitaliy Ankov)

(Foto: RIA Novosti/ Vitaliy Ankov)

RIA Novosti/@beritahankam

Membangun Kemandirian TNI Angkatan Laut

Oleh Laksamana TNI (purn) Sumardjono (Kepala Staf TNI Angkatan Laut 2007-2008)

Berbicara tentang sistem pertahanan suatu negara, maka tidak cukup dengan melihat strategi, postur, serta doktrin pertahanannya. Juga tidak cukup bila sekedar melihat jumlah kekuatan, pengorganisasian, sarana dan prasarana pendukung kekuatannya.

Lebih dari itu harus dilihat kemampuan industri negara dalam mendukung, ataupun memproduksi sarana dan prasarana pertahanannya. Tidak berlebihan bila dikatakan kemampuan industri pertahanan suatu negara menjadi salah satu tolok ukur kemampuan pertahanan negara tersebut.

Lalu bagaimana dengan Indonesia? Adalah suatu kenyataan bahwa Indonesia adalah negara kepulauan, negara maritim, dengan luas wilayah lebih dari 50.000 km persegi. Panjang pantainya lebih dari 81.000 km, dengan dua pertiga dari luas wilayahnya berupa laut, dan sepertiga bagian dari luas wilayah itu adalah daratan berupa pulau-pulau besar maupun kecil yang tersebar di antara lautan.

Dalam konsep negara kepulauan, laut tersebut berfungsi sebagai penghubung atau penyambung keberadaan pulau-pulau, bukan sebagai pemisah pulau.

Undang Undang No. 3/2002 tentang Pertahanan Negara mengamanatkan penyusunan sistem pertahanan negara harus mengacu kepada bentuk geografi negara. Guna menopang sistem pertahanan tersebut, maka TNI-AL menetapkan visi menuju angkatan laut yang besar, kuat, profesional, dan solid, agar mampu menjamin kedaulatan dan keutuhan wilayah NKRI serta melindungi warga negara Indonesia khususnya masyarakat pengguna laut.

Dengan bentuk geografi sebagai negara kepulauan dengan wilayah NKRI yang sangat luas itu, tuntutan untuk memiliki angkatan laut yang besar, kuat, bukanlah kemewahan tetapi merupakan suatu kebutuhan.

Pada 1960-an pemerintah Indonesia membeli alat utama sistem pertahanan (alutsista) untuk Angkatan Laut dari Uni Soviet yang terdiri dari berbagai jenis kapal atas air, kapal selam, dan pesawat terbang, lengkap dengan persenjataan dan teknologi pada masa itu.

Alutsista yang cukup besar jumlahnya itu pada 1970-an telah menjadi besi tua, dan pada tahun 1980-an pemerintah membeli kapal-kapal baru dari Eropa seperti korvet, kapal selam, buru ranjau, Patrol Ship Killer, Landing Ship Tank, Fast Patrol Boat, diikuti dengan perencanaan yang sangat bagus mulai dari sistem penyiapan sumber daya manusia untuk pengawak alutsista, sistem pemeliharaan dan perbaikan, termasuk integrated logistic support disertai anggarannya.

Dengan dukungan anggaran yang ditetapkan, diharapkan kapal-kapal baru dari blok barat tersebut dapat beroperasi sampai 30 tahun ke depan dan berfungsi sebagaimana telah direncanakan.

Dalam perjalanannya, pemerintah menambah kapal-kapal yakni tiga fregat Tribal class dari Inggris, enam fregat Van Speijk class dari Belanda serta 39 kapal bekas dari Jerman Timur yang terdiri dari 16 korvet, 14 LST, dan 9 penyapu ranjau.

Bertambahnya kapal-kapal tersebut, memerlukan pembiayaan ekstra dalam pengoperasian, padahal anggaran tidak bertambah. Akibatnya, pengoperasian kapal-kapal terganggu, karena sebagian dana dipakai untuk perbaikan kapal-kapal bekas agar bisa melaut sesuai dengan fungsi asasinya.

Pada sisi lain, keberadaan badan penelitian dan pengembangan belum maksimal dalam menjalankan tugasnya, khususnya yang bersifat strategis, lagi-lagi karena hambatan dana. Anggaran untuk kegiatan penelitian dan pengembangan (litbang) sangat kecil. Dengan kondisi anggaran yang minim, badan-badan penelitian yang ada tidak bisa fokus menentukan kegiatannya.

Sementara itu, keberadaan industri yang mempunyai nilai strategis yang tergabung dalam Badan Usaha Milik Negara (BUMNIS), pada umumnya juga belum bisa menghasilkan produk sesuai harapan karena terbentur permodalan, manajemen, sumber daya manusia.

KRI Ajak kapal patroli buatan PT. PAL Surabaya salah satu BUMNIS.

Dengan kondisi perekonomian Indonesia yang belum membaik selama beberapa dasawarsa, sulit bagi pemerintah untuk menaikkan anggaran belanja negara guna mewujudkan kesejahteraan rakyat sekaligus membiayai sektor keamanan nasional secara maksimal.

Kebijakan pemerintah dalam membangun kekuatan pertahanan sebatas essential force (kekuatan minimum), hanya mampu memberikan anggaran kurang lebih 30 persen dari kebutuhan ideal kekuatan minimum.

Dari sisi TNI Angkatan Laut, keterbatasan anggaran yang disebabkan belum membaiknya perekonomian negara tersebut, memerlukan suatu rencana aksi; bagaimana mewujudkan misi TNI AL yang besar, kuat, profesional, dan solid dalam mendukung strategi pertahanan negara di laut di tengah keterbatasan anggaran yang tersedia.

Kemandirian


KRI Krait jenis Patroli Cepat (PC-40) yang dibuat oleh Fasilitas Pemeliharaan dan Perbaikan (Fasharkan) TNI AL Mentigi Tanjung Uban, Riau bekerja sama dengan PT Batam Express Shipyard (BES), Batam.

Anggaran hendaknya jangan dijadikan alasan pembenar untuk tidak bisa memenuhi kebutuhan alutsista dalam memperkuat postur pertahanan. Sistem pertahanan negara akan kuat bila didukung oleh industri pertahanan yang kuat, artinya Indonesia perlu melangkah menuju kemandirian nasional dalam memenuhi kebutuhan peralatan pertahanan.

Dengan terpenuhinya peralatan pertahanan dari dalam negeri, maka ketergantungan pada produk luar negeri secara bertahap akan berkurang. Selain itu terjadi penyerapan tenaga kerja, terciptanya standardisasi alutsista sehingga pengoperasiannya menjadi efisien dan efektif, memiliki kerahasiaan tinggi serta bebas embargo.

Suplai suku cadang juga terjamin, dan mudah melakukan pengembangan teknologi berbasis dari teknologi yang sudah dikuasai.

Semuanya itu bila dilakukan akan memutar roda ekonomi dalam negeri sekaligus menekan devisa ke luar negeri. Agar bisa dilakukan, perlu komitmen kuat dan konsisten dari para pemimpin negeri ini di setiap strata, mengingat bahwa kegiatan ini memerlukan waktu yang lama dan lintas generasi. Agar kemandirian bisa terwujud maka "keinginan untuk mandiri" harus lebih kuat daripada "keinginan untuk bergantung".

"Keinginan untuk meyakini produk sendiri", dan "keinginan untuk berkembang" harus lebih kuat daripada "keinginan pasar" sehingga perlu ada sosialisasi untuk "mencintai produk sendiri" dan "bangga menggunakannya".

Dari semua itu faktor yang sangat penting dan menjadi kunci keberhasilan menuju kepada kemandirian adalah: (1) semangat, (2) komitmen, dan (3) konsistensi para pemimpin.

Janganlah faktor anggaran yang kurang, menjadi alasan untuk tidak melakukan gerakan menuju kemandirian. Harus disadari bahwa anggaran akan selalu kurang, karena itu perlu dicari terobosan atau solusi: mengubah hambatan menjadi peluang.

Bagaimana cara menuju kemandirian? Pertama, melalui langkah penelitian dan pengembangan sebelum barang diproduksi berdasarkan spesifikasi teknis dari pembeli. Pola ini memerlukan waktu yang panjang serta perlu biaya mahal. Kedua, melalui alih teknologi saat pembelian barang dengan membuat rencana kerjasama antara pihak pembeli dengan pabrik pembuat.

Bentuk kerjasama alih teknologi tersebut bermacam-macam, tergantung keperluannya. Alih teknologi yang dikembangkan TNI-AL pada saat pengadaan kapal kombatan jenis korvet Sigma dari galangan kapal Royal Scheelde Belanda dan kapal angkut jenis Landing Platform Dock (LPD) dari Daewoo Korea Selatan misalnya, adalah dari empat kapal korvet Sigma maupun LPD yang dibeli, maka pembangunan kapal pertama dilakukan di pabrik asal, sedangkan kapal kedua dibangun di Indonesia dengan komposisi 50 persen tenaga ahli dari negeri pabrik kapal, dan 50 persen tenaga dalam negeri Indonesia.

Proses pengerjaan kapal jenis LPD pesanan Dephan yang dikerjakan di PT. PAL Surabaya. (Foto: mastekhi.com)

Kapal ketiga dibangun di tanah air dengan pihak negeri pabrik kapal sebagai pengawas, sedangkan tenaga pelaksananya adalah tenaga Indonesia. Kapal keempat, semua sudah ditangani putra-putri Indonesia, dengan pengawas juga orang Indonesia.

Namun apa yang telah direncanakan belum berjalan seperti apa yang diharapkan karena beberapa adanya sejumlah kendala, sehingga keempat kapal, dibangun di Scheelde Ship Building Belanda (korvet Sigma), sedangkan jenis LPD, dua dibangun di Korsel, dan dua dibangun di Indonesia

Demikian pula untuk rencana pengadaan dua kapal selam yang akan datang, diharapkan satu kapal dibuat di negeri pembuat (pemenang tender) dan kapal berikutnya sudah dibuat di dalam negeri.

Dengan demikian alih teknologi pada setiap pengadaan alutsista atau perlengkapannya, diharapkan akan bisa dilakukan dan dapat meningkatkan kemampuan industri dalam negeri sehingga pengadaan peralatan berikutnya sudah dilakukan oleh industri dalam negeri.

Alih teknologi dengan sendirinya juga akan peralatan serta alutsista secara otomatis terstandardisasi dan memudahkan pembinaan maupun pengoperasian alutsista dan perlengkapan tersebut yang akan berdampak pada penekanan penggunaan biaya (anggaran).

Di sisi lain, pengembangan terhadap hasil alih teknologi yang melekat pada alutsista dapat dikembangkan secara berlanjut. Sebagai contoh, Korea Selatan telah berhasil memproduksi kapal selam jenis U-209 hasil alih teknologi dari Jerman yang selanjutnya dikembangkan sendiri dengan memproduksi kapal selam jenis U-212 dan U-214.

Khusus untuk rencana pembangunan kapal selam, pihak TNI AL juga mengembangkannya melalui penelitian, bekerja sama dengan instansi terkait lainnya (Badan Penelitan dan Pengembangan Dephan), Perguruan Tinggi dalam negeri dan Kementerian Ristek, pada kenyataannya perlu waktu panjang selain dana yang tidak sedikit, karena pembuatan kapal selam memiliki tingkat kesulitan dan resiko lebih tinggi daripada kapal atas air.

Tahapan alih teknologi dalam pembangunan suatu kapal, bisa dimulai dari pelibatan saat rancang bangun, pembangunan kapal, dalam hal ini saat perakitan komponen komponen kapal, uji coba baik saat kapal masih ditambat di pangkalan maupun saat melaut, hingga finalisasi (uji fungsi).

Komponen komponen kapal tersebut mungkin didatangkan dari luar negeri sesuai tuntutan spesifikasi teknis pembeli/pengguna, namun secara bertahap harus bisa diganti dengan produk dalam negeri mulai dari peralatan yang sederhana (radio, alat navigasi, set perlengkapan dapur, mebel, pompa air, dll) dan secara bertahap peralatan dengan kandungan teknologi tinggi diharapkan juga sudah diproduksi di dalam negeri.

Dengan terlaksananya alih teknologi terhadap pengadaan alutsista, telah terbuka pintu menuju kemandirian dalam pemenuhan kebutuhan alutsista angkatan laut. Dengan kemandirian itulah gerbang menuju visi Angkatan Laut yang "besar", "kuat", "profesional", dan "solid" dapat diwujudkan.

Besar dalam kapasitas alutsista, dan hasil produk sendiri. Kuat menunjukkan kapasitas kekuatan dengan daya tangkal (deterrence) yang sulit diprediksi oleh lawan. Profesional, menunjukkan keahlian dalam pengawakan organisasi, pengoperasian alutsista, keuletan, kegigihan, dan percaya diri pada keberhasilan misi. Solid mengandung arti adanya ikatan yang kuat, kompak, tanggung jawab terhadap pencapaian tugas yang diemban.

ANTARA News