Monday, September 27, 2010

Sistem Persenjataan Militer Indonesia Paling Minim di ASEAN


27 September 2010, Makassar -- Dibanding sejumlah negara di ASEAN, sistem persenjataan militer Indonesia (Alutsista) paling minim. Menurut Kepala Staf Angkatan Udara, Marsekal Imam Sufaat, keterbatasan anggaran pengadaan pesawat tempur tersebut menjadi kendala untuk mendatangkan pesawat-pesawat tempur tersebut.

Misalnya saja dianding Thailand dan Singapura, Indonesia masih kurang dalam jumlah pesawat tempur yang dimiliki. Sekarang, selain Sukhoi, yang kini berjumlah 10 unit, TNI AU hanya memiliki F-16 Fighting Falcon, dan F-5 Tiger. Pesawat tersebut saat ini terparkir di Skadron 3 dan skadron 14, Pangkalan Utama Iswajudi Madiun, Jawa Timur.

"Kita tidak bermaksud untuk berlomba-lomba dalam perkuatan pengadaan pesawat, namun lebih Penting adalah memprediksi ancaman keamanan," kata Imam usai penyerahan Sukhoi ke pemerintah Indonesia di Makassar, Senin 27 September 2010.

Secara bertahap, Imam mengatakan pengadaan pesawat akan terus dilakukan hingga mencapai 180 pesawat hingga tahun 2024. Jumlah tersebut sudah termasuk pesawat yang sudah dimiliki saat ini.

Kepala Staf Umum Angkatan Udara Marsekal Madya Edi Harjoko mengatakan, pesawat tempur Indonesia dengan negara tetangga punya kesamaan dan juga perbedaan, utamanya dari segi jumlah.

"Jelas dari segi jumlah kita masih kurang. Namun segi skill, kita sama dengan Malaysia, Singapura dan beberapa negara tetangga lainnya," ujar Edi.

Menteri Pertahanan, Purnomo Yusgiantoro optimistis target pengadaan 180 unit pesawat tersebut akan bisa tercapai. Jumlah itu nntinya akan dibagi dalam 10 skadron yang masing-masing skadron akan menampung 16 sampai 18 pesawat.

Kondisi ekonomi yang disebutnya kian membaik bisa mendukung hal tersebut. Untuk pengadaan itu, jelas Purnomo, pihaknya berusaha menempuh tiga upaya yakni APBN, kredit ekspor, dan perdagangan dalam negeri.

"Untuk mewujudkan pertahanan yang tangguh butuh anggaran yang sangat mahal. Karena sebagian alutsista tidak bisa dibuat dalam negeri maka harus meminta bantuan negara lain untuk menjaga kedaulatan," imbuh Purnomo.

TEMPO Interaktif

BPPH Kembangkan Sistem Control Ability Kapal Selam


27 September 2010 -- Isu-isu pertahanan dan keamanan berkaitan dengan masalah kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) semakin sering bermunculan. Untuk menanggapi masalah-masalah tersebut serta menjaga kedaulatan NKRI maka kehandalan dan kelengkapan alat utama sistem pertahanan (alutsista) TNI sangat diperlukan.

“Sebagai negara maritim, idealnya diperlukan alutsista laut yang handal dan lengkap, tetapi belum dapat diwujudkan karena keterbatasan dana dan adanya efek berantai yang timbul akibat embargo. Dampak embargo ternyata tidak selalu merugikan. Berkat embargo muncul semangat untuk mengurangi ketergantungan pembelian alutsista luar negeri”, ungkap Kepala Badan Pengkajian dan Penelitian Hidrodinamika (BPPH), Erwandi saat ditemui di ruang kerjanya, Surabaya (22/09).


Lebih lanjut, Erwandi mengatakan bahwa salah satu alutsista laut yang strategis dan sarat dengan muatan teknologi tinggi, serta mempunyai efek psikologis yang tinggi terhadap lawan adalah kapal selam. “Karena itulah, sejak tahun 2007 UPT-BPPH bekerjasam dengan Dinas Penelitian dan Pengembangan (Dislitbang) TNI-AL serta dukungan dari Departemen Pertahanan mulai melakukan desain kapal selam berukuran kecil dengan panjang 22 meter dan menguji modelnya di tangki uji tarik dan di tangki kolam lebar untuk percobaan maneuver di laboratorium BPPH”.

“Tahun 2010 ini kami berencana untuk merancang sistem control ability kapal selam. Sistem ini nantinya dapat berperan dalam mengontrol gerak kapal secara horizontal, vertikal, menyelam, atau naik ke permukaan laut kembali. Selain itu, rencana ke depan kami juga akan mengembangkan penelitian tentang sumber-sumber noise dari propeller kapal selam. Jadi dengan berkurangnya noise pada kapal selam maka gerakan kapal selam akan sulit terdeteksi oleh musuh”, jelas Erwandi.

“Saya berharap, nantinya Indonesia mampu membuat kapal selam sendiri. Hal itu tentunya akan menjadi kebanggan tersendiri bagi bangsa kita. Tapi memang tahapannya tidak bisa langsung membuat kapal selam yang besar, harus bertahap. Yang terpenting sekarang ini saya ingin berhasil mengembangkan sistem control ability kapal selam. Karena jika kita sudah memiliki teknologi control ability ini, maka kita dapat membuat kapal selam yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan baik untuk pertahanan keamanan maupun pariwisata. Tinggal bagaimana nanti desain kapal selamnya dibuat”, tegasnya.

BPPT

Menteri Pertahanan: Sukhoi Memang Mahal

(Foto: Dispenau)

27 September 2010, Makassar -- Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengakui harga pesawat Sukhoi dari Rusia cukup mahal. Namun ia meminta semua pihak memahami kalau anggaran mewujudkan sistem pertahanan juga sangat mahal.

"Untuk mewujudkan pertahanan yang tangguh butuh anggaran yang sangat mahal. Karena sebagian alutsista tidak bisa dibuat dalam negeri maka harus meminta bantuan negara lain untuk menjaga kedaulatan," kata Purnomo usai serah terima tiga pesawat Sukhoi di Makassar, Senin 27 September 2010.

Purnomo menegaskan ini karena sejumlah wartawan menanyakan soal anggaran pembelian 6 Sukhoi dalam kurun waktu 2005-2010. Anggaran pembelian alat temput canggih itu mencapai US$ 333 juta. Sementara TNI AU masih akan menganggarkan tambahan pesawat lagi untuk melengkapi 1 Skuadron.

Menurut Purnomo, harga pesawat ini tidak sebanding dengan ongkos pertahanan dan kedaulatan negara yang diinjak negara lain." Masalahnya kalau memang harus perang membela harga diri, sistem persenjataan kita belum lengkap" kata Purnomo.

Purnomo memaparkan, industri pertahanan Indonesia belum sepenuhnya bisa menyumbang peralatan perang.Terutama sekali, industri penerbangan. Kalau pun bisa membuat pesawat, Indonesia baru bisa membuat CN 235 yang kini sudah dibeli Malaysia dan Turki." Kita belum ada yang mampu membuat Sukhoi atau F-16. " ujarnya.

Ia menegaskan, kondisi ekonomi yang disebutnya kian membaik bisa mendukung hal tersebut. Untuk pengadaan itu, jelas Purnomo, pihaknya berusaha menempuh tiga upaya yakni APBN, kredit ekspor, dan perdagangan dalam negeri.

Sekjen Kementerian Pertahanan Marsekal Madya Eris Hariyanto, mengatakan pemerintah sedang menjajaki perakitan jet tempur generasi keempat F-35 pada tahun 2020. Proyek ini dibangun bersama pemerintah Korea Selatan. Perjanjian kerjasama antara kedua negara sudah diteken 15 Juli lalu. " Share nya negara kita 20 persen, Korsel 80 persen. Pada 2020 akan jadi 5 prototipenya. Pesawat yang akan dibuat itu adalah pengganti Hawk dari Australia. Sebagai langkah awal ada lima unit yang akan dibuat," beber Eris Herryanto.

Pembelian Sukhoi tanpa dilengkapi rudal

Tiga pesawat Sukhoi asal Rusia yang hari ini, Senin 27 September 2010 diserahkan ke Indonesia itu ternyata dibeli tanpa persenjataan. Tak ada peluru kendali yang biasanya melengkapi pesawat tempur itu.

Karenanya, TNI Angkatan Udara terpaksa melakukan pembelian rudal bagi Sukhoi. Pengadaan peluru kendali itu, kini sedang dalam pembahasan dengan pemerintah Rusia. " Dalam kontrak pembelian memang tidak dilengkapi dengan persenjataan" kata Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro di Makassar, Senin 27 September 2010.

Selain juga, pabrikan pesawat Sukhoi, Komsomolsk Amure Aircraf Production Association (KNAPO) berbeda dengan pabrikan senjata. "Karenanya, pembelian itu tidak bisa satu paket" kata Purnomo.

Sekretaris Jenderal Kementeriam Pertahanan, Marsekal Madya Eris Herryanto mengatakan saat ini Kementerian Pertahanan berupaya menghadirkan senjata tersebut dari pemerintah Rusia. Sejumlah perundingan, kata Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal Imam Sufaat, juga sedang dilakukan.

Namun ada sejumlah hal teknis yang kini harus dibicarakan, terutama dengan pabrik rudal." Karena misil tersebut harus sesuai dengan sistem komputer yang ada pada Sukhoi," ujarnya.

Meski begitu, kata KSAU, pembelian Sukhoi tetap satu paket dengan program pemeliharaan dan perawatan. Anggaran perawatan dan pemeliharaan, disesuaikan dengan instruksi Kementerian Pertahanan. Tahun ini, TNI AU mendapat anggaran pemeliharaan sebesar Rp1,3 triliun, sementara pada 2008, hanya menerima biaya perawatan dan pemeliharaan sebesar Rp500 juta.

TEMPO Interaktif

Menhan : 2020 Sudah Ada Generasi Pesawat Tempur

Mock up jet tempur KF-X.

27 September 2010, Makassar -- Menteri Pertahanan dan Keamanan Menhan, Purnomo Yusgiantoro, menyatakan pada 2020 Indonesia sudah generasi pesawat tempur atas kerjasama dengan Korea Selatan.

"Pada 2020 nanti sudah ada generasi pesawat tempur yang dihasilkan dari kerjasama indonesia dengan Korea Selatan," ujar Purnomo yusgiantor di Lanud Makassar, Senin.

Ia mengatakan, penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara Indonesia-Korsel itu sudah dilakukan pada tanggal 15 Juli 2010 yang lalu di Seoul-Korea Selatan.

Dalam kerjasama itu, Indonesia dilibatkan dalam pembuatan pesawat tempur KFX. KFX sendiri merupakan singkatan dari Korean Fighter experimental yang merupakan pesawat tempur desain dari Korea Selatan.

Sekjen Mentri Pertahanan dan Keamanan Marsekal Madya TNI Erris Herryanto juga mengaku jika dalam kerjasama itu, RI akan berusaha agar pembuatan KFX dapat dilakukan di Tanah Air, khususnya di PT Dirgantara Indonesia (DI).

"Kita berharap pesawatnya dapat dibuat di sini (Indonesia). Ini akan dibahas dalam kesepakatan selanjutnya," ujarnya.

Menurutnya, dalam kontrak kerja sama Indonesia-Korsel, lima prototipe ditargetkan untuk dibuat bersama. Satu dari lima prototipe itu akan dibuat di Indonesia sedangkan empat lainnya akan dibuat di Korsel. Setelah kontrak kerja sama itu akan ada fase produksi pesawat tempur yang akan diproduksi dalam negeri.

"Setelah kontrak kerja sama itu akan ada fase dimana pesawat tempur akan diproduksi dalam negeri," terangnya.

Dalam kesepakatan yang diteken Komisioner Kementerian Pertahanan Korsel dan Sekjen Kemhan RI Marsekal Madya TNI Erris Herryanto, Indonesia akan menanggung 20 persen biaya dan akan memperoleh 50 pesawat yang mempunyai kemampuan tempur melebih F-16 ini.

ANTARA News

AL Iraq Terima Kapal Patroli dari AS

Kapal patroli baru AL Iraq PB 301. (Foto: Getty Images)

27 September 2010 -- Iraq menerima kapal patroli buatan Amerika Serikat, Minggu (26/9), bagian dalam meningkatkan kemampuan angkatan laut dan menjamin keamanan ladang minyak setelah ditariknya pasukan AS dari Iraq tahun depan.

Upacara peresmian diadakan di Pangkalan AL Umm Qasr, sekitar 310 mil Utara ibu kota Baghdad. Kapal patroli diberinama PB 301.

AS akan mengirimkan 15 kapal cepat ke Iraq, tiga kapal akan tiba Desember sedangkan sisanya 11 kapal tiba tahun depan. Saat ini, para awak kapal sedang dilatih di AS.
Pasukan khusus AL Iraq mempertunjukan kebolehannya melakukan "stop and search" di atas kapal, dan 177 kadet AL Iraq lulus menjadi letnan.

AL Iraq sedang membangun kembali kekuatannya setelah hancur pada Perang Teluk 1991 dan invasi sekutu 2003. Saat ini AL Iraq memiliki 47 kapal perang.

Deretan kapal perang AL Iraq. (Foto: Getty Images)



Kapal AL Iraq berlayar berdampingan dengan kapal patroli baru. (Foto: Getty Images)

Pasukan khusus AL Iraq mendemontrasikan kemampuannya saat upacara peresmian kapal patroli cepat. (Foto: Getty Images)

Para penyelam AL Iraq mengibarkan bendera nasional Iraq saat upacara peresmian kapal patroli cepat. (Foto: Getty Images)

Pasukan khusus AL Iraq mempertunjukan kebolehannya melakukan "stop and search" di atas kapal. (Foto: Getty Images)

AFP/Berita HanKam

"Dawn Komodo-10" Kerja Sama Antiteror Indonesia-Australia

(Foto: Kopassus)

27 September 2010, Denpasar -- Komando Pasukan Khusus (Kopassus) TNI-AD bersama mitra Australianya, Special Air Service (SAS) Australia, akan menggelar operasi latihan bersama antiteror "Dawn Komodo-10".

"Relatif tidak ada yang baru dalam latihan ini karena prosedur operasi standar seperti ini sudah sama-sama dikuasai. Mungkin cuma medan latihannya saja yang baru dan Bali dipilih karena pulau ini telah menjadi pulau komunitas internasional," kata Kepala Dinas Penerangan Komando Pasukan Khusus TNI-AD, Letnan Kolonel Infantri Teguh, kepada ANTARA News, di Denpasar, Senin.

Kopassus TNI-AD bersama SAS Australia akan menggelar latihan itu pada Selasa pagi (28/9), di apron Terminal Internasional Bandar Udara Internasional Ngurah Rai Bali. Sebanyak 50 personel pasukan elit TNI-AD dan unsur pendukung bersama 20 personel SAS Australia akan terlibat dalam latihan bersama itu.

Beberapa pucuk pimpinan TNI-AD direncanakan menyaksikan langsung operasi latihan bersama itu, yaitu Komandan Komando Pasukan Khusus TNI-AD, Mayor Jenderal TNI Lodewijk Paulus, Panglima Komando Daerah Militer IX/Udayana, Mayor Jenderal TNI Rachmat Budiyanto, dan Wakil Kepala Staf TNI-AD, Letnan Jenderal TNI Suryo Prabowo.

Dari Angkatan Darat Australia, Komandan Komando Operasi Khusus Australia, Letnan Jenderal MacOwen, dengan beberapa perwira menengahnya juga hadir.

Skenario induk latihan itu adalah pembebasan sandera di dalam satu pesawat terbang komersial yang dipaksa 15 teroris mendarat di Bandar Udara Ngurah Rai, Bali. Penyanderaan itu sendiri telah terjadi dua hari sebelum perintah Panglima TNI dikeluarkan kepada Komando Pasukan Khusus TNI-AD untuk menanggulangi aksi teror itu.

Teroris menuntut pemerintah Indonesia memberikan pilot cadangan, bahan bakar, obat-obatan, dan makanan-minuman sebelum pesawat terbang komersial itu diterbangkan keluar negeri. Seluruh pemakai jasa penerbangan di dalam pesawat terbang dan awak pesawat terbang disandera.

"Mereka juga menuntut pembebasan para tahanan dan narapidana yang terlibat dalam aksi teror dibebaskan. Pemerintah kita menolak tegas dan langsung memerintahkan pasukan khusus untuk merancang operasi pembebasan sandera dan melaksanakannya dengan risiko seminimal mungkin," kata Teguh.

Karena sebagian besar pemakai jasa yang disandera adalah warga negara Australia, maka SAS Australia diminta pemerintahnya untuk dilibatkan. "Koordinasi langsung cepat bisa dilakukan karena sebagai prajurit profesional di aspek ini, telah terlatih dengan prosedur operasi yang sama. Bahkan bahasa yang dipakai adalah Bahasa Indonesia," katanya.

Setelah perintah diberikan, puluhan personel militer gabungan kedua negara langsung dikerahkan ke lokasi memakai dua helikopter Mil Mi-17, dua Bell B-412, dan dua NBO-205 dari Pusat Penerbangan TNI-AD. Tidak hanya itu, beberapa kendaraan perintis, kendaraan penjinak bahan peledak, ambulans, dan lain-lain.

"Seluruh operasi pelumpuhan dan pemusnahan teroris dari awal pasukan diterjunkan memakai helikopter hingga evakuasi akhir memakan waktu tidak lebih dari 15 menit saja. Bahkan aksi murni penanggulangan terornya cuma tiga menit saja," kata Teguh.

ANTARA News

AU Iran Terima Hercules Hasil Upgrade Industri Lokal

27 September 2010 -- Pesawat angkut militer C-130 Hercules AU Iran yang telah upgrade oleh industri dalam negeri Iran, diserahkan ke AU Iran oleh Menteri Pertahanan Iran Ahmad Vahidi, Senin (27/9).

Republik Islam menerima Hercules dari Amerika Serikat pertama kali pada 1970. Iran tidak dapat melakukan upgrade sejak diembargo oleh AS dan Tehran tidak dapat berhubungan dengan pabrik Hercules Lockeed Martin.









MEHR/Berita HanKam

Komandan Kapal Perang AL Australia Kunjungi Koarmatim

Tampak dalam gambar Kunjungan kerja Komandan Kapal Perang dari Royal Australian Navy (RAN) saat berjabat tangan dengan Perwira Jaga (Paga) KRI Sultan Hasanudin-366. Senin (27/9).yang sedang bersandar di Dermaga, Madura, Ujung, Surabaya.

27 September 2010, Surabaya -- Dua Komandan Kapal Perang Angkatan Laut Australia (Royal Australian Navy) HMAS Tobruk dan HMAS Toowoomba mengunjungi Markas Komando Armada RI Kawasan Timur (Mako Koarmatim). komandan kapal perang itu diterima oleh Kepala Staf Armada RI Kawasan Timur (Kasarmatim) Laksma TNI Arief Rudijanto, SE. diruang kerjanya. Senin (27/9).

Dalam kunjungan singkat tersebut, kedua komandan Kapal Perang Australia masing-masing Comander Paul Scot Komandan HMAS Tobruk dan Comander Ivan Ingham Komandan HMAS Toowoomba, diterima Kasarmatim yang didampingi oleh para Asisten, dan pejabat teras Koarmatim lainnya. Kedua kapal perang negara sahabat itu kini sedang bersandar di dermaga Umum Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya.

Usai menerima penjelasan sekilas tentang seputar profile Koarmatim, dilanjutkan dengan tukar menukar cindera mata. Kegiatan ini diakhiri dengan kunjungan ke Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) Sultan Hasannudin -366 yang merupakan kapal perang tipe Sigma Class, buatan Belanda. Kepala Dispenarmatim Letkol Laut Drs. Yayan Sugiana.

Penarmatim

Korps Pengawal Revolusi Islam Terima Rudal Fateh 110

27 September 2010 -- Rudal jarak pendek generasi ketiga Fateh 110 (Fateh A-110B) produksi dalam negeri Iran, sukses diuji coba 25 Agustus, dikirimkan ke Korps Pengawal Revolusi Islam 21 September. Upacara penyerahan rudal dihadiri Menteri Pertahanan Iran Ahmad Vahidi.

Panjang rudal 9 meter dan berat 3500 kg, menggunakan bahan bakar padat serta mempunyai akuratan tinggi dan kemampuan control yang baik.







(Foto: MEHR/Vahid-Reza Alaii)

MEHR/Berita HanKam

DPR Sahkan Laksamana Agus Suhartono sebagai Panglima TNI

Calon Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono, bersiap menjalani uji kelayakan dan kepatutan di Komisi I Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (23/9). Kepala Staf Angkatan Laut itu akan menempati jabatan Panglima TNI menggantikan Jenderal TNI Djoko Santoso bila berhasil lolos dari uji kelayakan dan kepatutan yang dilaksanakan Komisi I DPR. (Foto: ANTARA/Ismar Patrizki/Koz/mes/10)

27 September 2010, Jakarta -- Sidang paripurna DPR Senin (27/9) ini mengesahkan pengangkatan Laksamana Agus Suhartono sebagai Panglima TNI yang baru. DPR memberi perhatian terhadap sejumlah agenda yang harus menjadi prioritas Agus.

Pengesahan Agus sebagai Panglima dilakukan pada Paripurna yang dipimpin Wakil Ketua DPR Priyo Budi Santoso. Sebelum dilakukan pengesahan, Ketua Komisi I Mahfudz Siddik melaporkan proses fit and proper test terhadap Agus.

Dalam laporannya, Mahfud menyatakan Komisi I menyetujui pengangkatan Laksamana Agus Suhartono sebagai Panglima TNI dan memberhentikan Jenderal Joko Santoso sebagai panglima TNI.

Selain melakukan pengesahan, Komisi I menekankan sejumlah agenda yang harus jadi prioritas Agus. "Yakni pelaksanaan tugas dan fungsi Panglima dalam menuntaskan reformasi di lingkungan TNI yang selama ini sudah berjalan dengan baik," kata Mahfudz.

Selain itu, Komisi I meminta Agus melakukan strategi yang lebih pasti untuk memenuhi kebutuhan minimum essential force dengan memperhatikan secara sungguh-sungguh industri pertahanan dalam negeri.

Agenda lainnya adalah terkait postur anggaran TNI antara belanja rutin dan belanja modal dengan upaya terus meningkatkan kesejahteraan prajurit dan kebutuhan kebutuhan sarana perumahan dan kesehatan.

Komisi I juga meminta penguatan peran TNI di wilayah perbatasan, khususnya wilayah perbatasan maritim dan daerah-daerah rawan separatisme.

Usai Mahfudz melaporkan hasil fit and proper test, beberapa anggota Dewan melakukan interupsi. Bukan menggugat soal Agus sebagai Panglima TNI, tapi menekankan kembali sejumlah tugas yang harus diperhatikan Agus.

Setelah itu semua interupsi didengarkan, paripurna dengan suara bulat menyetujui Agus sebagai Panglima TNI.

Agus akan perhatikan pengamanan perbatasan

Laksamana Agus Suhartono menyatakan, prioritas tugasnya sebagai Panglima TNI sama dengan apa yang disampaikan Komisi I DPR. "Saya akan lebih memperhatikan daerah perbatasan dan kegiatan operasi yang telah dilakukan selama ini," kata Agus usai menghadiri Sidang Paripurna, Senin (27/9), di gedung DPR, Jakarta.

Sebagai Panglima TNI, Agus siap melaksanakan doktrin trimatra (laut, udarat dan darat) secara terpadu. "Itu yang paling penting," ujarnya. Khusus untuk pengamanan wilayan perbatasan, dia akan melibatkan ketiga angkatan tentara tersebut dengan sebaik-baiknya.

Terkait kesejahteraan prajurit, Agus akan melakukan perbaikan kesejahteraan sesuai dengan mekanisme.

Dia juga menyatakan rasa syukurnya pada Tuhan atas persetujuan DPR terhadap dirinya menjadi Panglima TNI. "Saya bersyukur pada Tuhan yang Maha Esa karena proses ini dapat dilalui sebaik-baiknya," ujarnya.

TEMPO Interaktif

Pasukan Elite Sisir Daerah Pantai

Seorang personel Brimob berjaga-jaga di lokasi Mapolsek Hamparan Perak, pasca penyerangan oleh kawanan bersenjata, di Kabupaten Deli Serdang, Sumut, Kamis (23/9). Mapolsek Hamparan Perak, Rabu (22/9) dini hari, diserang kawanan bersenjata yang terkait dengan aksi terorisme dan tindak kriminal sebelumnya, mengakibatkan tiga personel kepolisian tewas, dan hingga hari kedua pasca penyerangan tersebut, Mapolsek Hamparan Perak masih diberi garis polisi. (Foto: ANTARA/Irsan Mulyadi/ss/10)

27 September 2010, Medan -- Tim gabungan Detasemen Khusus (Densus) 88/Antiteror,Kepolisian Daerah Sumatera Utara (Poldasu),Komando Pasukan Khusus (Kopassus) dan Komando Daerah Militer (Kodam) I/Bukit Barisan (BB) menyisir kawasan pesisir timur Sumatera Utara untuk mengejar penyerang Markas Kepolisian Sektor Hamparan Perak.

Menurut informasi, tim gabungan memfokuskan pencarian di pesisir karena kuat dugaan kawasan itu menjadi tempat persembunyian penyerang yang juga diduga sebagai perampok Bank CIMB Niaga Cabang Jalan Aksara Medan. Apalagi, kawasan pesisir ini tak jauh dari Mapolsek Hamparan Perak yang diserang Rabu (22/9) lalu. “Belum ada hasil, mereka masih nyisir di sekitar pesisir pantailah,” ucap salah seorang petugas yang minta namanya tidak disebutkan. Seperti diketahui, pengungkapan pelaku penyerangan Mapolsek Hamparan Perak dan jaringan teroris di Sumut melibatkan pasukan khusus Mabes TNI, juga melibatkan Komando Pasukan Khusus (Kopassus), dengan ujung tombak Kepolisian.

Pasukan Kopassus,yang tiba di Medan, Sabtu (25/9) langsung bergabung dan ditempatkan di sejumlah wilayah yang dianggap rawan di Sumut. Mereka saling berkoordinasi dengan Densus 88 Antiteror dan Polda Sumut. Tim gabungan tersebut, dibagi tugas dan ditempatkan di beberapa daerah. Satu sama lainnya saling berkoordinasi untuk mengetahui perkembangan. Dalam tugas ini, seluruh anggota dilengkapi senjata lengkap dan alat komunikasi. Kepala Bidang Humas Poldasu Komisaris Besar (Kombes) Pol Baharudin Djafar mengatakan, tim masih mengejar pelaku penyerangan Mapolsek Hamparan Perak yang menewaskan tiga personel kepolisian.

Dia mengaku bukan kapasitasnya menyatakan bahwa penyerang adalah jaringan teroris Jantho,Aceh Barat. Menurut dia,Poldasu tidak memiliki wewenang untuk menetapkan hal itu. Namun, penyerang dinyatakannya terkait aksi perampokan Bank CIMB Niaga Cabang Aksara Medan,Agustus lalu. Data kasus perampokan yang terjadi di wilayah hukum Poldasu telah diserahkan kepada Densus 88 yang kemudian melihat adanya keterkaitan para pelaku perampokan dengan jaringan terorisme di Indonesia.

“Karena Poldasu tidak memiliki wewenang untuk itu (menetapkan teroris).Tapi, pelaku penyerangan Polsek Hamparan Perak terkait dengan perampokan Bank CIMB Niaga. Data ini kita kasih ke Densus 88 Mabes Polri dan mereka melihat ada korelasi, pelaku perampokan Bank CIMB Niaga tersebut dengan jaringan teroris,”paparnya.

Mapolsek Hamparan Perak normal kembali

Kemarin, aktivitas pelayanan masyarakat di Mapolsek Hamparan Perak sudah kembali normal kembali meskipun masih dalam penjagaan ketat aparat Brigade Mobil (Brimob) bersenjata lengkap. “Setelah dua hari berduka dan police line dibuka, maka pelayanan kembali normal,” kata Kapolsekta Hamparan Perak Komisaris Polisi (Kompol) Murdhani. Menurut dia, pengamanan semakin ditingkatkan,mulai dari penambahan personel dan juga patroli. Namun, belum ada rencana pemasangan CCTV, karena belum ada perintah dari pimpinan. “Karena itu kanmenyangkut anggaran dari pusat, jadi sifatnya harus menunggu, tapi enggak menggunakan CCTV pun semoga amanaman saja,” harapnya.

Satu kotak amunisi ditemukan

Kepala Desa Sampali Sri Astuti mengungkapkan, perangkat desanya bersama aparat TNI/Polri menemukan satu kotak amunisi senjata laras panjang perkebunan sawit milik PTPN2 di Dusun XXV, Desa Pematang Johor,Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan,Sabtu (25/9). Semula amunisi itu ditemukan oleh seorang anggota CPM bernama Kopral Kepala (Kopka) TNI Dwirono yang kemudian menyerahkannya kepada Markas Detasemen Polisi Militer (Denpom) I/7 Medan untuk diteliti. “Benar, perangkat kami bersama aparat TNI/Polri menemukan peluru itu,” katanya kepada SINDO kemarin.

Kepala Dusun Dua XXV,Arifin yang ikut dalam penyisiran bersama aparat TNI/Polri mengatakan, amunisi yang ditemukan lengkap dengan magasin jenis AK 47 di. “Magasin itu masih adaa pelurunya sekitar 30 butir. Kami samasama menghitungnya,” terangnya. Dia memaparkan, setelah ditemukan Kopka Dwiroso, mereka kemudian menanyakan kelengkapan senjata itu kepada sejumlah anggota polisi militer (PM) karena dicurigai milik anggota TNI yang tertinggal. Tetapi,karena tidak ada mengaku sebagai pemiliknya,mereka kemudian menyerahkan temuan itu ke Denpom untuk ditindak lanjuti. “Lalu diserahkan kepada atasannya di Denpom biar diamankan,”tandasnya.

Menurut informasi, penemuan amunisi itu berawal kecurigaan seorang penggembala sapi yang tidak diketahui namanya. Pada, Jumat (24/9) pagi sekitar pukul 06.30 WIB dia melihat tiga orang menggenakan cadar dan celana hitam serta membawa masing-masing senjata api laras panjang. Ketiganya didengarnya sedang berbicara. Lantaran takut, si penggembala melarikan diri dan melaporkannya ke petugas penjaga perkebunan.Petugas pun mencari orang yang mencurigakan itu, namun tidak ditemukan lagi.

Kepala Bidang Kepolisian Daerah Sumatera Utara (Poldasu) Komisaris Besar (Kombes) Pol Baharudin Djafar mengaku belum menerima laporan tentang penemuan amunisi itu. “Belum ada informasinya saya terima,”ucapnya singkat.

SINDO

Lengkapi Sukhoi, TNI AU Akan Beli Rudal

(Foto: Dispenau)

27 September 2010, Makassar -- Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal Imam Sufaat mengungkapkan TNI AU sedang melakukan perundingan dengan Pemerintah Rusia bagi pengadaan peluru kendali atau misil guna melengkapi pesawat tempur tersebut.

"Kami sedang merundingkan pembelian rudal bagi Sukhoi," katanya kepada pers di Makassar, Senin, usai serah terima tiga pesawat tempur Sukhoi tipe SU-27 SKM dari Pemerintah Rusia.

Imam Sufaat mengatakan, proses pembelian rudal tersebut dilakukan karena produsen pesawat Sukhoi tidak sama dengan produsen rudal.

"Pembelian rudal ini memang dilakukan dari Rusia," kata Imam Sufaat saat mendampingi Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro.

Imam Sufaat mengatakan, ada hal-hal teknis yang harus dibicarakan dengan pabrik rudal tersebut karena misil tersebut harus sesuai dengan sistem komputer yang ada pada Sukhoi.

Sementara itu, Menhan Purnomo mengatakan, sekali pun sukhoi tidak dilengkapi dengan rudal, bukan berarti di dalam pesawat itu tidak ada senjata sama sekali. "Kita membeli bom dari Turen," kata Purnomo.

Di Turen, Malang, terdapat pabrik amunisi milik PT Pindad yang mempunyai spesialisasi untuk pembuatan senjata serta amunisi.

Kasau Imam Sufaat menambahkan, pembelian pesawat Sukhoi tersebut satu paket dengan program pemeliharaan dan perawatan.

Ia mengatakan, untuk 2010, TNI AU mendapat anggaran pemeliharaan sebesar Rp1,3 triliun, sementara pada 2008, Mabes TNI AU hanya menerima biaya perawatan dan pemeliharaan sebesar Rp500 juta.

Kasau menjelaskan, penggunaan anggaran perawatan pesawat itu berdasarkan instruksi Menhan Purnomo Yusgiantoro yang meminta seluruh jajaran TNI AU untuk merawat dan memelihara alat utama sistem senjata mereka secara maksimal.

"Jadi, jangan hanya masalah penyediaan peswat yang harus dibicarakan, tapi juga masalah pemeliharaan dan perawatan," kata Menhan.

Hadir pada acara tersebut Dubes Indonesia untuk Rusia, Hamid Awaluddin, serta Wakil Ketua Komisi I DPR Tubagus Hasanuddin yang merupakan mantan sekretaris militer kepresidenan pada era pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputri.

ANTARA News

Menhan: TNI AU Akan Beli Lagi Sukhoi

Menhankam Purnomo Yusgiantoro (kiri) mengangkat jempolnya dalam cockpit Sukhoi SU 30 MK2 dengan Pilot Komandan Skadron Udara 11 Letkol Penerbang Tonny Haryono (kanan) di Lanud Sultan Hasannudin, Makasar, Senin (27/9) . Selama 25 menit Menhan diudara menjajal ketangguhan pesawat buatan Rusia tersebut. (Foto: ANTARA/pandu dewantara/hp/10)

27 September 2010, Makassar -- Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengatakan, TNI AU akan membeli lagi pesawat tempur Sukhoi dari Rusia hingga mencapai satu skuadron atau 16 pesawat.

"Renstra (rencana strategis) tahun 2010-2014 telah menetapkan pembelian pesawat tempur Sukhoi hingga satu skuadron," katanya di Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan, Senin, usai menyaksikan serah terima tiga Sukhoi tipe SU-27 SKM dari pemerintah Rusia.

Sedangkan Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal Imam Sufaat mengatakan, pengadaan pesawat Sukhoi telah dilakukan secara bertahap dengan pengiriman empat pesawat yang kemudian disusul dengan tiga pesawat, dan tiga pesawat lagi.

Purnomo mengatakan, pengadaan pesawat tempur Sukhoi dimungkinkan karena pemerintah Rusia siap menyediakan berapa pun jumlah pesawat tempur itu sesuai dengan permintaan Indonesia.

Menhan Purnomo juga menambahkan, selain pesawat Sukhoi, Kementerian Pertahanan bersama Mabes TNI serta Mabes TNI AU juga akan membeli jenis-jenis pesawat lainnya seperti F-16 serta pesawat pengganti Hawk dari Australia.

Sementara itu, ketika ditanya tentang senjata di pesawat Sukhoi, Menhan mengakui bahwa ketiga pesawat Sukhoi terakhir itu memang tidak dilengkapi senjata rudal.

Hal itu, katanya, antara lain disebabkan karena pabrik senjata berbeda dengan pabrik Sukhoi itu sehingga tidak menjadi satu paket.

Namun Purnomo menegaskan, sekali pun Sukhoi tidak dilengkapi dengan rudal, TNI kini sudah memesan bom dari Turen, Jawa Timur.

Di Turen, Malang, terdapat pabrik amunisi milik PT Pindad yang mempunyai spesialisasi untuk menghasilkan amunisi dan senjata.

ANTARA News

Jangan Biarkan Kebanggaan Itu Semu...

Layar KRI Dewaruci terkembang penuh sesaat setelah tiang layar utama yang nyaris patah selesai diperbaiki. Gambar diambil di Laut Mediterania, pertengahan bulan September lalu. (Foto: KOMPAS/C Wahyu Haryo PS)

27 September 2010 -- ”Bisa mengawaki KRI Dewaruci rasanya seperti mimpi. Sejak lama saya mengidamkan ada di kapal ini, tetapi tidak terbayang sama sekali kalau akhirnya mimpi itu terwujud.”

Suaranya terdengar bergetar, sudut matanya berkaca-kaca. Terpancar rasa haru, senang, sekaligus bangga dari benak Letnan Satu Laut (Pelaut) Chusnul Hidayat kala mengucapkan kalimat tersebut.

Semburat cahaya jingga yang mengantar mentari kembali ke balik cakrawala, Sabtu (11/9) petang, serasa mengamini suara hati Chusnul itu. Saat itu, KRI Dewaruci yang kami tumpangi juga mengangguk-angguk mengikuti alunan ombak Laut Mediterania.

Bagi Chusnul, mengawaki KRI Dewaruci tidak hanya berarti berkesempatan pergi ke luar negeri, menambah wawasan baru dari belahan dunia lain, serta memiliki kawan di luar negeri. ”KRI Dewaruci begitu melegenda dan terkenal di dunia. Kapal ini sudah berkali-kali mengarungi samudra, keliling dunia, singgah, dan bertemu dengan banyak orang di luar negeri,” ujarnya berapi-api.

KRI, singkatan dari Kapal Perang Republik Indonesia, Dewaruci adalah kapal layar yang digunakan sebagai kapal latih taruna Akademi Angkatan Laut Surabaya. Bulan-bulan ini kapal ini berkeliling dunia untuk mengikuti sejumlah lomba berlayar internasional sekaligus melatih kadet TNI AL. Wilayah-wilayah yang disinggahi di antaranya adalah Le Havre (Perancis), Antwerp (Belgia), Hartlepool (Inggris), Cherboug (Perancis), hingga Amsterdam (Belanda). Dalam Sail 2010, misalnya, KRI Dewaruci meraih penghargaan sebagai ”The Most Spectacular Entry Harbour in Amsterdam”.

Tentang KRI Dewaruci yang tersohor di seantero dunia, hal itu tidaklah berlebihan. Setidaknya, dalam pelayaran di Eropa yang saya ikuti selama hampir tiga minggu sejak pertengahan Agustus lalu, saya menyaksikan orang-orang dari sejumlah negara begitu antusias menyambut dan mengunjungi KRI Dewaruci. Orang dari sejumlah negara itu tentu tidak hanya mengagumi KRI Dewaruci yang berusia 58 tahun itu.

Mereka ternyata juga kagum dengan ketangguhan awak KRI Dewaruci yang berani menantang maut, mengarungi ganasnya samudra di berbagai penjuru dunia. Apalagi awak KRI Dewaruci menggunakan kapal yang boleh dibilang sudah cukup tua. KRI Dewaruci dibuat pada tahun 1952 di galangan kapal HC Stulchen & John Ship Hamburg, Jerman.

Saya pun menyaksikan kegigihan awak KRI Dewaruci menghadapi badai Laut Utara Eropa, mengatasi kebocoran kapal, serta memperbaiki tiang layar utama yang nyaris patah.

Tidak salah jika taruna-taruna Akademi Angkatan Laut pun menjalani pelatihan kebaharian di KRI Dewaruci. Mereka yang nantinya menjadi perwira TNI AL, garda terdepan dalam menjaga wilayah perairan Indonesia, memang seharusnya ditempa di KRI Dewaruci.

Ada sekitar 80 taruna yang menjalani pelatihan tahun ini berlayar bersama KRI Dewaruci. Di kapal itu mereka mempraktikkan ilmu pengetahuan yang selama ini didapatkan di akademi. Mulai dari pengetahuan astronomi, navigasi, komunikasi, mengendalikan kapal, hingga mengatasi keadaan darurat ataupun menyiapkan diri menghadapi musuh. Semua pelatihan itu dilakukan dengan disiplin ketat. Mental dan fisik taruna benar-benar digembleng di sana. Hampir semua kegiatan taruna terjadwal dan harus dijalani sungguh-sungguh.

Dengan kondisi demikian, tentu rasa rindu kepada keluarga di rumah menjadi demikian besar. Apalagi mereka harus melewatkan momen-momen bersejarah di dalam keluarga, seperti kelahiran anak, perkawinan kerabat, bahkan kematian anggota keluarga. Dalam pelayaran kali ini, setidaknya ada delapan anak dari awak KRI Dewaruci lahir.

”Hampir tiap hari saya memandangi foto putri pertama saya yang dikirim istri lewat MMS (layanan pesan multimedia),” kata Kepala Departemen Logistik KRI Dewaruci Letnan Satu Laut (Pelaut) Wasis Nindito.

Meski ditempa disiplin militer yang ketat, jangan dibayangkan pelaut yang mengawaki KRI Dewaruci itu adalah sosok yang sangar dan kaku. Justru sebaliknya, mereka adalah sosok pelaut yang ramah, mudah bergaul, dan mampu berkesenian cukup baik. Di tiap kota yang disinggahi, mereka selalu menerima dan meladeni percakapan dengan orang yang ingin berkunjung ke KRI Dewaruci. Mereka juga menampilkan beragam tarian dari Pulau Sumatera, Jawa, Sulawesi, dan Papua.

Misi yang diemban awak KRI Dewaruci memang tidak bisa dianggap remeh. Mereka menjadi duta bangsa, duta budaya, dan duta pariwisata. Lebih dari itu, mereka juga menjadi duta yang membina hubungan persahabatan dengan dunia internasional.

Kesejahteraan minim

Sungguh ironis ketika mengetahui kesejahteraan yang mereka dapatkan tidak sebanding dengan risiko pertaruhan nyawa dan misi besar yang mereka sandang. Semula saya membayangkan, sepulang berlayar pastilah pelaut-pelaut ini mengantongi uang yang lumayan besar bagi anak istrinya. Nyatanya, uang berlayar yang mereka dapatkan hanya Rp 300.000-Rp 400.000 per bulan. Uang saku yang diberikan hanya saat bersandar berkisar Rp 3 juta per bulan.

Rasanya ingin menangis ketika menerima titipan uang dari sejumlah awak KRI Dewaruci. Uang itu sengaja dititipkan agar saat saya kembali ke Tanah Air bisa segera dikirimkan kepada keluarga mereka. Jumlahnya beragam, mulai dari ratusan ribu rupiah hingga kurang dari Rp 2 juta. Saya tahu uang itu benar-benar dibutuhkan keluarga mereka karena sesaat setelah saya mendarat di Jakarta, salah seorang istri awak KRI Dewaruci menghubungi saya dan menanyakan uang titipan tersebut.

Apa yang dialami awak KRI Dewaruci boleh jadi merupakan cerminan kesejahteraan prajurit TNI AL secara keseluruhan. Jika demikian adanya, akankah kita membiarkan kebanggaan mereka sebagai pelaut ulung, bangsa yang mewarisi jiwa bahari dari negara kepulauan terbesar itu, sebagai sebuah kebanggaan yang semu?

KOMPAS

Kapal Perang Australia Undang Siswa

Seorang tentara angkatan laut Australia menjelaskan cara kerja senapan mesin kepada siswa SMP Darul Ulum I Jombang, Jawa Timur, di kapal perang HMAS Tobruk milik Australia yang bersandar di Dermaga Jamrud, Tanjung Perak, Surabaya, Senin (27/9). Sejumlah sekolah di Jawa Timur mengunjungi dua kapal perang milik Australia yakni kapal HMAS Tobruk dan HMAS Toowoomba yang bersandar selama tiga hari (25-28 September 2010). (Foto: ANTARA/M Risyal Hidayat/Koz/mes/10)

26 September 2010, Surabaya -- Indonesia kembali menarik perhatian angkatan laut negara lain. Kali ini, Australia Royal Navy (RAN) ingin mengenal TNI-AL lebih dekat. Selama tiga hari, dua kapal perang negara tersebut, yakni HMAS Tobruk dan HMAS Toowoomba, berada di Surabaya untuk kegiatan sosial serta kunjungan kenegaraan. Selain itu, RAN akan saling bertukar ilmu pertahanan negara dengan TNI-AL.

Dua kapal berjenis landing ship heavy dan anzac class itu tiba di Pelabuhan Tanjung Perak pukul 10.00. Kapal-kapal yang berlayar dari Sydney tersebut membawa 298 personel. Saat merapat di Kota Pahlawan, rombongan langsung disambut tari remo dan sejumlah pejabat Lantamal V. Rencananya, mereka melakukan kunjungan ke Pangarmatim, Danlantamal V, wali kota Surabaya, dan berwisata.

Istimewanya, HMAS Tobruk juga akan melakukan open ship. Warga Surabaya, khususnya siswa sekolah, bisa blusukan ke kapal perang Australia itu pada Senin (27/9). Siswa dan guru bisa langsung berinteraksi dengan awak kapal yang dikomandoi Kolonel Paul Scott itu. ''Kami sangat berbahagia bisa datang ke Surabaya. Yang ingin lebih mengenal kami, silakan datang ke kapal,'' ujar Paul.

Dia menjelaskan, setelah dari Indonesia, rombongan akan melanjutkan kunjungan ke beberapa negara di Asia Tenggara lainnya. Namun, Indonesia menjadi prioritas karena hubungan TNI-AL dan RAN sangat kukuh. Apalagi, selama ini pihaknya telah bekerja keras untuk mengembangkan kemitraan di bidang keamanan, pelatihan, pendidikan, serta latihan kerja sama operasi.

Atase Pertahanan Australia Brigadir Jenderal Gary Hogan menambahkan, kerja sama maritim merupakan unsur kunci kesepakatan Indonesia dan Australia. Khususnya tentang kerangka kerja sama keamanan. Kunjungan kapal dan latihan bersama secara berkala diharapkan bisa memperkukuh hubungan yang telah dijalin. ''Juga, memungkinkan dua angkatan laut untuk beroperasi secara efektif bersama-sama,'' tegasnya.

Jawa Pos

Menhan Jajal Sukhoi

Menhan Purnomo Yusgiantoro mengacungkan jempolnya dalam cockpit Sukhoi SU 30 MK2 dengan Pilot Komandan Skadron Udara 11 Letkol Penerbang Tonny Haryono di Lanud Sultan Hasannudin, Makasar, Senin (27/9) . Selama 25 menit Menhan mengudara menjajal pesawat buatan Rusia tersebut. (Foto: ANTARA/pandu dewantara/hp/10)

27 September 2010, Makassar -- Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro melakukan uji penerbangan jet tempur Sukhoi bersama Komandan Skuadron 11 Pangkalan Udara Sultan Hasanuddin Letkol Pnb Toni Haryono.

Penerbangan dilakukan Senin (27/9) pagi, sebelum kegiatan serah terima tiga jet tempur Sukhoi terbaru yang dipesan dari Rusia yakni SU-27SKM sebanyak tiga unit kepada Indonesia.

Kepala Penerangan Lanud Sultan Hasanuddin Makassar Mayor Mulyadi mengatakan, bahwa rombongan Menhan tiba di Lanud Makassar bersama Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal Imam Sufaat.

Selain KSAU, juga hadir Dubes Rusia untuk Indonesia Alexander Ivanov, Kepala Staf Umum AU Marsekal Madya Eddy Haryoko, Asisten Logistik Pertahanan Panglima TNI Mayjen Hari Krisnomo, dan Asisten Logistik Mabes TNI AU Marsekal Muda Priyono.

Turut hadir juga Pangkoopsau II Marsekal Muda Agus Munandar, Kapolda Irjen Johny Wainal Usman, Pangdam VII/Wirabuana Mayjen Amril Amir, Danlantamal Laksma Chaedier Patonnory.

Pada 2003 Indonesia membeli dua Sukhoi jenis SU-30 MK dan dua SU-27SK, kemudian Kementrian Pertahanan membeli lagi enam pesawat Sukhoi pada 2007 senilai sektar US$300 juta atau senilai Rp2,85 triliun.

Enam pesawat Sukhoi yang dibeli itu terdiri atas tiga Sukhoi SU-30MK2 dan tiga jenis SU-27SKM. Tiga jenis Sukhoi SU-30MK2 telah tiba di Makassar pada 2008 dan Januari 2009.

Dengan kehadiran tiga Sukhoi terakhir maka Indonesia akan memiliki satu skuadron pesawat tempur Sukhoi.

Ketiga pesawat tempur canggih itu akan memperkuat Skuadron Udara 11 Lanud Sultan Hasanuddin sebagai home base ketiga pesawat tempur tersebut. Pesawat itu, merupakan buatan dari 'Komsomolsk Amure Arcraft Production Association' Rusia.

Menhankam Purnomo Yusgiantoro (kiri) dan istri Ny. Lies Purnomo Yusgiantoro berpose di depan Sukhoi SU 30 MK2 di Skadron Udara 11 Lanud Sultan Hasannudin, Makasar, Senin (27/9) . Selama 25 menit Menhan diudara menjajal pesawat buatan Rusia tersebut. (Foto: ANTARA/pandu dewantara/hp/10)

Menhankam Purnomo Yusgiantoro (kiri) tengah dipakaikan pakaian penerbang "G Suit" sebelum menaiki pesawat Sukhoi SU 30 MK2. (Foto: ANTARA/pandu dewantara/hp/10)

Menhankam Purnomo Yusgiantoro (kiri) mengangkat jempolnya dalam cockpit Sukhoi SU 30 MK2 dengan Pilot Komandan Skadron Udara 11 Letkol Penerbang Tonny Haryono (kanan). (Foto: ANTARA/pandu dewantara/hp/10)

MI

Pindad Raih Pesanan Senjata Rp1,3 Triliun

(Foto: KOMPAS)

26 September 2010, Jakarta -- Produsen senjata dan amunisi PT Pindad (Persero) meraih kontrak pemesanan senjata mininal Rp1,3 triliun tahun 2010, meningkat dibanding tahun 2009 sebesar Rp900 miliar.

"Hingga September kontrak yang kami raih sudah mencapai Rp1,3 triliun. Hingga akhir tahun ini masih ada kontrak yang akan kami peroleh," ujar Direktur Utama Pindad, Adik Soedarsono, di sela Indonesia Business-BUMN Expo and Conference (IBBEX), di Jakarta, Minggu.

Menurut Adik, sesuai Rencana Kerja Anggaran Perusahaan [RKAP] nilai kontrak hanya Rp1,1 triliun, namun mampu menambah kontrak Rp 200 miliar.

Meski begitu, Adik tidak menyebut kontrak mana saja yang akan digaet oleh Pindad.Dari total kontrak tersebut, Pindad juga mendapatkan kontrak pembuatan bahan peledak.

"Pelanggan kami [Pindad] berasal dari perusahaan pertambangan yang biasanya digunakan di Sumatera dan Kalimantan," katanya.

Kontrak paling besar diperoleh oleh Pindad berasal dari Kementrian Pertahanan dan Keamanan yakni sebesar Rp900 miliar untuk membuat amunisi dan senjata.

Total peluru yang dipesan oleh Kemenhan pada tahun ini sebesar 80 juta ton.

"Pesanan dari Kementrian Pertahanan dan Keamanan terus meningkat. Tahun 2009 hanya memesan senjata dan peluru sebesar Rp 650 miliar," ujarnya.

Ia menambahkan, selain kontrak dalam negeri, Pindad juga memperoleh kontrak luar negeri.

"Pindad sedang menyelesaikan kontrak ekspor dengan Amerika Serikat. Kontrak ekspor itu, diperoleh pada November 2009 berupa 20 juta ton peluru," katanya.

Pada 2010 Pindad menargetkan pendapat Rp1,2 triliun.

"Optimis target tersebut tercapai. Karena hingga semester pertama, jumlah pendapatan yang diperoleh Pindad mampu menembus angka Rp600 miliar," katanya.

Pada tahun ini, Pindad mengalokasikan anggaran sebesar Rp50 miliar untuk belanja modal (capex), yang digunakan untuk membeli tujuh unit mesin-mesin baru teknologi Jerman dan Prancis, dengan kapasitas yang lebih besar.

ANTARA News

Sunday, September 26, 2010

TNI Siapkan Pembangunan Satu Batalion Tank

Tank Scorpion KOSTRAD. (Foto: KOSTRAD)

25 September 2010, Pontianak -- Komando Daerah Militer XII Tanjungpura mulai membangun satu batalion tank bagian Komando Strategi dan Cadangan Angkatan Darat awal tahun 2011 guna menambah kekuatan di kawasan perbatasan Indonesia dengan Malaysia.

"Batalion tank itu akan kami tempatkan di Kabupaten Bengkayang, untuk memudahkan mobilisasinya kendaraan berat itu di sepanjang kawasan perbatasan Kalbar - Malaysia," kata Komandan Korem 121 Alambhana Wanawai Kolonel Inf Toto Rinanto di Pontianak, Sabtu.

Ia menjelaskan, rencana pembentukan batalion tank itu secara detil masih digodok di Mabes TNI AD.

"Pada dasarnya kami siap mengamankan Negara Kesatuan Republik Indonesia, baik dari gangguan luar dan dalam," kata Totok.

Menurut dia, lokasi akan dibangunnya batalion tank itu sudah dipersiapkan oleh Pemerintah Kabupaten Bengkayang.

"Saya bersama Pangdam XII Tanjungpura sudah turun langsung meninjau lokasi pembangunan batalion tersebut," ujarnya.

Sebelumnya Panglima Kodam XII Tanjungpura Mayjen TNI Moeldoko membenarkan, pembangunan batalion tank di Bengkayang akan dimulai pada 2011. Jumlah personel yang ditempatkan untuk batalion tersebut sekitar 600 orang.

"Sekarang, yang ada hanya setingkat Detasemen Kavaleri," kata dia.

Selain itu, jenis tank yang digunakan saat ini akan diganti dengan yang berkapasitas dan kemampuan tempur lebih baik. Jumlahnya pun lebih banyak.

Menurut dia, penempatan batalion tank di Bengkayang dengan pertimbangan daerah tersebut merupakan poros tengah di Kalbar.

Mobilisasi ke berbagai daerah di Kalbar juga lebih mudah dan cepat karena infrastruktur relatif baik.

"Misalnya menuju Sanggau, atau daerah perbatasan lainnya, mudah dilakukan," kata Moeldoko.

Kodam XII Tanjungpura juga akan terus melakukan pembinaan teritorial terpadu dengan pemerintah daerah setempat di wilayah perbatasan. Diantaranya mengenai aspek kesadaran bela negara, kewarganegaraan yang sadar akan hak dan kewajiban sebagai warga negara.

Ia melanjutkan, penanganan di perbatasan perlu dilakukan secara menyeluruh. "Tidak hanya membangun sistem pertahanan dan keamanan," katanya.

Kodam XII Tanjungpura bermarkas di Pontianak dengan cakupan dua provinsi yakni Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah.

ANTARA News

Kopassus Tiba di Medan

Sejumlah anggota polisi memeriksa sejumlah jenis senjata api yang akan di distribuskan ke wilayah polsek, di Polres Lumajang, Jatim, Kamis (23/9). Untuk antisipasi pasca penyerangan kantor polsek oleh teroris, Polres Lumajang, Jawa Timur menambah senjata api bagi personilnya. (Foto: ANTARA/Cucuk Donartono/ss/ama/100

26 September 2010, Medan -- Pengejaran teroris di Sumatera Utara (Sumut) tak hanya ditangani tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror (AT) Mabes Polri dan pasukan khusus Mabes TNI, juga melibatkan Komando Pasukan Khusus (Kopassus).

Upaya pengejaran teroris yang diduga sebagai pelaku penyerbuan Markas Polsek Hamparan Perak, Kabupaten Deliserdang, Sumut, beberapa waktu lalu, terus dilakukan.Komando Pasukan Khusus (Kopassus) kemarin telah tiba di Medan untuk bertugas membantu penangkapan pelaku. Pasukan Kopassus ini akan ditempatkan di sejumlah wilayah dan titik-titik rawan di Sumut. Mereka saling berkoordinasi dengan Densus 88 Antiteror Mabes Polri dan tim Polda Sumut. Berdasar informasi yang berhasil dihimpun SINDO di lapangan, pasukan Kopassus yang ditugaskan untuk mengejar teroris ini tiba di Bandara Polonia Medan kemarin siang (25/9).

Jumlah pasukan yang diturunkan ke Medan tidak diketahui pasti. Menurut sumber intelijen yang ikut pengejaran teroris di Medan, sekarang ini petugas yang dilibatkan, yakni Kopassus, TNI, dan Polri.Seluruh tim dibagi tugas dan ditempatkan di beberapa daerah. Satu sama lainnya saling berkoordinasi untuk mengetahui perkembangan. Dalam tugas ini, seluruh anggota dilengkapi senjata lengkap dan alat komunikasi.“Direncanakan hampir semua pihak akan diturunkan, termasuk Kopassus,” ujar sumber tersebut. Kepala Kepolisian Daerah Sumatera Utara (Kapoldasu) Irjen Pol Oegroseno membenarkan bahwa mereka akan dibantu tim Kopassus. Mengenai bentuk keterlibatan dan tugas operasi yang dilakukan Kopassus, masih menunggu kesepakatan bersama.

“Sejauh ini masih didiskusikan dengan pihak-pihak terkait, termasuk bersama Pangdam I Bukit Barisan Mayjen TNI Leo Siegers,” tandasnya. Oegroseno menambahkan, Poldasu sebelumnya telah melakukan koordinasi dengan pihakpihak berwenang untuk melibatkan pasukan elite TNI dalam merepresif teroris apabila diperlukan. Pasukan-pasukan elite itu, seperti Detasemen Jal Mangkara TNI AL, Detasemen Bravo 90 TNI AU, Detasemen Penanggulangan Teror (Gultor) Kopassus TNI AD. Yang pasti, menurut mantan Kadiv Propam Mabes Polri ini, dalam penanganan pengejaran tersebut, penyelidikan tetap dilakukan mereka. “Jika memang nantinya diperlukan, akan kami koordinasikan. Itu pun nantinya akan dilakukan koordinasi untuk pencegahan karena penyelidikan tetap polisi yang melakukannya,” tandasnya.

Selain itu, kepolisian berencana berkoordinasi dengan pihak imigrasi yang berada di daerah Sumut dan kepolisian luar negeri untuk membantu mengungkap jaringan yang diduga teroris tersebut. “Kalau nantinya juga bisa koordinasi dengan imigrasi untuk mencegah dari penggunaan paspor. Bila perlu, kami koordinasikan dengan pihak Kepolisian Diraja Malaysia ataupun Singapura,” paparnya. Sementara itu,Tim Penanganan Terpadu Pemberantasan Teroris Polda Sumut terus memburu pelaku hingga kawasan pesisir pantai timur Sumatera dan perairan Sumut. Ketua Tim Penanganan Terpadu Pemberantasan Teroris Poldasu yang juga Wakil Kepala (Waka) Poldasu Brigjen Pol Syafrudin mengungkapkan, berdasar geografis lokasi penggerebekan sarang teroris di kawasan Tanjung Balai, Hamparan Perak, dan Belawan, ketiganya berada di kawasan pesisir pantai.

Kuat dugaan, para teroris bersembunyi di kawasan pesisir pantai timur Sumatera. Mereka tidak sekadar menyisir kawasan pantai timur yang dicurigai sebagai tempat persembunyian teroris,Poldasu juga melakukan penyisiran hingga perairan Sumut, yang meliputi pesisir pantai di kawasan Kabupaten Deliserdang, Belawan, hingga perairan Kabupaten Asahan. “Dari geografis lokasi penggerebekan, semuanya berada di daerah yang dekat dengan laut. Karena itu, Poldasu tidak hanya menyisir lokasi di kawasan permukiman padat penduduk, juga ke daerah pesisir pantai dan perairan wilayah Sumut,”tandasnya. Khusus penyisiran ke kawasan perairan, Poldasu telah berkoordinasi dengan Direktorat Kepolisian Air (Dirpolair) Poldasu dan Lantamal I Belawan.

Polisi pasang CCTV

Kepolisian Daerah Sumatera Utara (Poldasu) dan jajarannya memperketat keamanan dengan memasang closed-circuit television (CCTV) di masing-masing polsekta daerah pinggiran.Poldasu juga mengerahkan sejumlah personel Brigadir Mobil (Brimob) Poldasu bersenjatakan lengkap. Kepala Kepolisian Daerah Sumut (Kapoldasu) Irjen Pol Oegroseno tadi malam menuturkan, mereka belum merencanakan pemasangan CCTV secara merata di masing-masing polsek jajarannya.

Pasalnya, belum ada perintah dari pusat (Mabes Polri) untuk melengkapi CCTV di masing- masing polsek. “Kalaupun mau dipasang, pastinya ada perintah dari pusat. Sebab, yang mendanai keperluan itu menunggu putusan dan anggaran dari pusat, tidak sembarangan,” paparnya. Untuk keperluan perlengkapan pengamanan, seperti pengadaan CCTV di masing-masing polsek jajarannya, Oegroseno menyatakan akan dilakukan jika ada dana anggaran dari pusat untuk itu. “Kalau ada anggarannya dari pusat untuk pengadaan CCTV di masing-masing polsek, kenapa enggak dipasang. Karena belum ada pendanaannya, pemasangan belum merata dilakukan di polsek. Jika terlihat sudah ada yang pasang, berarti inisiatif dari kapolseknya, itu malah lebih bagus lagi,” ungkapnya.

Mantan Kadiv Propam Mabes Polri ini menambahkan, mereka lebih menekankan kepada anggota untuk berbaur dengan masyarakat dan tidak tidur saat bertugas. “Yang pasti, kami tekankan kepada anggota untuk tidak tidur saat bertugas dan lebih berbaur dengan warga di warung-warung. Jangan dengan adanya CCTV bisa membuat anggota terlena saat bertugas,” paparnya. Berdasar pantauan SINDO di Polsekta jajaran Poldasu,pascapenyerangan Polsek Hamparan Perak, seluruh jajaran Polresta Medan dan Polres Pelabuhan Belawan terlihat sibuk melakukan pemasangan CCTV.Personel Brimob yang dipersenjatai lengkap itu hanya dikerahkan di polsek yang berada di pinggiran Kota Medan.

”Kalau di sini hanya dikasih senjata, kalau Brimob diturunkan di daerah pinggiran, seperti di Polsek Hamparan Perak itu. Kami hanya dilengkapi senjata laras panjang dan pemasangan CCTV,” ujar seorang anggota Intel yang tidak mau namanya disebutkan.

Perompak bersenpi sandera kapal nelayan

Perompakan oleh kawanan bersenjata api (senpi) kembali terjadi di perairan Belawan, Sumut. Kali ini,seorang nelayan bernama Muhammad Hussein, 45, warga asal Simpang Dobi, Kelurahan Titipapan, Medan Deli, disandera kawanan perompak dengan meminta tebusan Rp20 juta. Berdasar keterangan yang dihimpun, kekerasan itu terjadi Jumat (24/9) dini hari.

Hussein diculik kawanan pelaku saat mencari ikan menggunakan Kapal Motor (KM) MBF berbobot 50 gross ton (GT) asal Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan (PPSB). “Kapal kami dirusak, sedangkan semua peralatan komunikasi dirampas. Jadi, kami tak bisa melapor kepada polisi maupun Lanal,” ungkap teman Hussein,Taufik, 30, yang dibebaskan pelaku, Sabtu (25/9) siang. Menurut Taufik, setelah merusak fasilitas komunikasi,kawanan pelaku langsung membawa Hussein ke kapal mereka dan selanjutnya kabur ke arah perairan Aceh Tamiang.

Taufik mengaku tidak mengetahui jumlah pasti pelaku. Namun, yang menyerang masuk ke kapal mereka berjumlah dua orang dan menggunakan senjata api laras panjang. “Mereka juga meminta tebusan Rp20 juta,” ungkapnya. Peristiwa itu pun memancing reaksi dari Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Medan.“ Ini tidak bisa didiamkan terus. Aparat hukum harus bertindak tegas,” ujar Ketua DPC HNSI Medan Azhar Ong. Azhar menyatakan, sepanjang tahun ini sudah delapan kasus perompakan terjadi di perairan Belawan. Ironisnya, tak satu pun kasus itu berhasil diungkap. Meski begitu,Azhar mengaku tak keberatan dengan tindakan keluarga korban yang mengadukan kasus itu ke Direktorat Polair Poldasu.

Dia hanya berpesan agar polisi menanggapi pengaduan itu dengan serius. Kepala Kepolisian Daerah Sumutera Utara (Kapoldasu) Inspektur Jenderal (Irjen) Pol Oegroseno menyatakan, petugas telah melakukan koordinasi dengan Direktorat Kepolisian Air (Dirpolair) Poldasu untuk menindaklanjuti kasus perompakan tersebut. Mereka menyerahkan sepenuhnya kasus penanganan tersebut ke Dirpolair Poldasu. Kemarin, mereka telah menurunkan sejumlah personel untuk mengejar pelaku. “Sudah kami sebarkan sejumlah personel Dirpolair untuk pengejaran di Belawan,” tuturnya. Disinggung mengenai keterlibatan pelaku dengan perampokan Bank CIMB Niaga dan penyerangan sekelompok orang bersenjata di Markas Polsekta Hamparan Perak yang terjadi, dia belum dapat memastikannya.

Oegroseno menambahkan, hingga sekarang, mereka masih mengejar dan mencari pelaku perampokan Bank CIMB Niaga serta pelaku penyerangan orang bersenjata di Markas Polsekta Hamparan Perak yang belum terungkap. “Yang pasti, anggota saya masih melakukan pengejaran di lapangan,” pungkasnya.

SINDO

Iran Produksi Ranpur 3/4 Ton dan Mortir 120 mm

26 September 2010 – Menteri Pertahanan Iran Ahmad Vahidi meresmikan produksi kendaraan tempur ¾ ton dan mortir 120 mm, Sabtu (25/9).

Mortir baru diberinama Razm, diklaim mampu menjangkau sasaran sejauh 16 km. Mortir sebelumnya hanya mampu menjangkau 6,2 km.

Ranpur Kaviran ¾ ton dapat melewati sungai kedalaman 70 cm. Kaviran dapat membawa Mortir 107 mm dan 120 mm.










(Photo: MEHR/Vahid-Reza Alaii)



MEHR/Berita HanKam