Monday, April 26, 2010

Pakistan Terima AWACS Kedua Dari Swedia


26 April 2010 -- Pakistan menerima pesawat kedua jenis Early Warning and Control System Saab-2000 dari empat pesawat yang dipesan dari Swedia, guna meningkatkan kemampuan mengamati wilayah udara India.

Pesawat mendarat di pangkalan militer Sabtu (24/4) dan segera dioperasikan AU Pakistan.

Dua pesawat Saab-2000 lainnya dilengkapi sistem radar Erieye diharapkan diterima AU Pakistan akhir tahun ini dari Swedia.

Harian Dawn mengutip pernyataan seorang perwira AU Pakistan, sistem radar Erieye yang dipasang di pesawat mampu mendeteksi lalu lintas pesawat militer AU India di pangkalannya dekat Pakistan, dapat mengidentifikasi jenis pesawat, sistem senjata serta arah penerbangan.

Pakistan sedang melakukan negosiasi dengan Cina guna membeli empat pesawat Warning and Control dan diharapkan dioperasikan 2012.

Brahmand/@beritahankam

Iran Tembakan Rudal Anti Kapal HY-2 Pada Latihan Perang Payambar-e Azam 5





TNI Harus Utamakan Peralatan Produksi Dalam Negeri

Hovercraft milik TNI AL buatan PT Hoverindo Nusa Persada yang berlokasi di Cikarang Jawa Barat. (Foto: photobucket/finandhita)

25 April 2010, Jakarta -- Anggota Komisi I DPR Ahmad Basarah meminta adanya keinginan yang kuat dari TNI, selaku pengguna utama produk alat utama sistem persenjataan (alutsista) agar lebih mengutamakan produksi dalam negeri.

Sebagaimana pernyataan Ketua DPP PDI Perjuangan bidang Pertahanan Keamanan dan Hubungan Internasional, Andreas H Parera, Ahmad mendukung penuh terbentuknya Komisi Kebijakan Industri Pertahanan (KIIP).

"Tetapi di samping itu, diperlukan good and political will yang kuat dari seluruh pemangku kepentingan, khususnya TNI sebagai user untuk menggunakan produk-produk alutsista yang memang sudah mampu diproduksi oleh Badan Usaha Milik Negara Industri Strategis (BUMNIS) kita," ujar Ahmad Basarah yang juga Wakil Sekjen DPP PDI Perjuangan bidang Program.

Dengan demikian, menurut anggota Fraksi PDI Perjuangan DPR RI ini, TNI juga turut menyumbang bagi pembangunan ekonomi nasional yang bertumpu pada kemampuan bangsanya sendiri.

Andreas Pareira secara terpisah menegaskan, pihaknya mendukung penuh terbentuknya Komisi Kebijakan Industri Pertahanan (KIIP) yang diketuai Menteri Pertahanan.

"Namun, yang lebih penting lagi, ialah KKIP harus bisa mewujudkan wacana pembangunan Industri pertahanan nasional," katanya.

Untuk itu, menurut dia, beberapa kendala selama ini, misalnya, ketidaksinkronan antara sejumlah instansi dalam pembangunan industri pertahanan harus segera di atasi.

"Hambatan-hambatan itu terjadi, karena pertama, tidak adanya koordinasi lintas kementerian, Bappenas dan BUMNIS," ujarnya.

Kedua, dukungan permodalan yang sangat jauh dari memadai.

"Sedangkan yang ketiga, adanya 'gap' antara perencanaan postur pertahanan dengan pengadaan alutsista," kata Andreas Pareira yang pernah jadi anggota Komisi I DPR RI periode 2004-2009.

MI.com

TNI AU Berencana Membeli Hercules

Hercules TNI AU. (Foto: warta kota)

26 April 2010, Jakarta -- TNI Angkatan Udara berencana menganggarkan pembelian pesawat Hercules. Pasalnya, pesawat Hercules yang ada saat ini umurnya sudah 45 tahun. Demikian dikatakan oleh Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Imam Sufaat didampingi Kepala Dinas Penerangan Angkatan Udara, Marsekal Pertama TNI Bambang Samoedro usai membuka Musyawarah Nasional (Munas) IX Federasi Aero Sport Indonesia (FASI) di Ruang Hercules Eksekutif Club Persada, Lanud Halim PK, Jakarta, Sabtu (24/4).

Imam menjelaskan, pesawat Hercules ini bisa digunakan sampai usia 50 tahun sehingga maksimal masa waktu penggunaannya tinggal lima tahun lagi.

Menurut Tim dari Amerika, yang menilai kelayakan penggunaan pesawat Hercules ini bisa bertahan hanya lima tahun lagi. "Jadi, air frame-nya hanya sampai umur 50 tahun. Jadi mereka tidak akan bertanggung jawab kalau terjadi apa-apa," kata Imam Sufaat yang juga Ketua Umum PB FASI ini.

Menurut Imam, kedepan sebagaimana direncanakan dalam Renstra memang sudah saatnya mencari pengganti pesawat Hercules yang baru. Hanya permasalahannya masalah anggaran, karena mahal sekali. "Kita berencana mengadakan penambahan sembilan hercules," katanya.

Super Tucano

KSAU juga mengungkapkan, TNI AU telah mengajukan rencana pembelian 16 unit pesawat tempur jenis Super Tucano buatan Brasil. Super Tucano ini sebagai pengganti pesawat tempur OV-10 Branco yang di-grounded sejak tahun 2007.

Menurut Imam, proses tender yang dilakukan TNI AU telah menetapkan pemenang tendernya adalah Super Tucano dari Barzil. Proses terakhir sudah pada tahap penawaran harga.

"TNI AU sudah mengajukan rencana pembelian pesawat Super Tucano ke Mabes TNI untuk diproses lebih lanjut," katanya.

Imam menjelaskan, Super Tucano dipilih karena memiliki keunggulan yaitu sebagai pesawat taktis ringan, berfungsi sebagai counter insurgency, berfungsi sebagai remote air control (pesawat pengontrol udara), dan pengamatan intai dari udara.

Keunggulan lainnya, apabila ada pesawat tempur yang lebih kencang seperti F-16 bisa memberitahu sasarannya. Pesawat Super Tucano mampu membawa amunisi minimal 1500 kilo gram dan bisa beroperasi minimal tiga jam.

JURNAS

Petualangan KRI Dewaruci

Puluhan kadet Akademi TNI Angkatan Laut berdiri di atas KRI Dewaruci, beberapa waktu lalu. (Foto: KOMPAS/Heru Sri Kumoro)

26 April 2010 -- Cerita tentang petualangan di laut selalu mendebarkan. Cerita Sinbad dan Pirates of the Caribbean menggambarkan bagaimana manusia bergulat dengan misteri dan kekuatan laut. Tokoh-tokoh seperti Sinbad dan Jack Sparrow serta kapal The Flying Dutchman dan The Black Pearl begitu akrab sebagai referensi kita tentang kapal-kapal yang akrab dengan samudra.

Kita sering lupa, kita punya KRI Dewaruci, kapal layar jenis Barqoentine bertiang tiga yang sejak dibuat pada 1952 telah mengarungi berbagai lautan dan samudra membawa nama Indonesia. Dilihat dari riwayat hidupnya, KRI Dewaruci sejak 1961 telah membawa bendera Merah Putih hingga ke Australia; tahun 1964 keliling dunia melewati Terusan Suez, Laut Mediterania, Samudra Atlantik, New York, Terusan Panama, dan Samudra Pasifik; serta pada 2010 ini, KRI Dewaruci tengah melaksanakan misinya menuju India-Turki-Spanyol-Perancis-Belgia-Inggris-Belanda-Italia.

Kapal milik Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI AL) ini berukuran relatif kecil dengan panjang tidak sampai 50 meter dan lebar tidak sampai 10 meter. Namun, ia selalu mengundang decak kagum, baik dari para pelaut maupun masyarakat umum yang disinggahinya.

KRI Dewaruci menjadi saksi puluhan tahun bagaimana para taruna AL dibentuk mentalnya. Tidak hanya kejenuhan yang tak terhingga saat harus berminggu-minggu tidak bertemu daratan, tetapi juga pekerjaan yang menjemukan yang diisi dengan mengecat kapal agar tidak berkarat, membersihkan karat, dan menyiram air agar kayu tidak pecah. Itu baru pekerjaan rutin.

Belum lagi para kru kapal ini harus berhadapan dengan alam, mulai dari suhu yang sangat dingin sehingga mandi seperti dengan air es atau matahari gurun yang menyengat. Tantangan utama datang saat ombak besar mengempas. Sementara kapal perang lain hadir dengan mesin yang berkekuatan besar, KRI Dewaruci yang memiliki mesin baling-baling satu berdaun empat ini kebanyakan mengandalkan angin.

”Semua taruna AL, termasuk petinggi-petingginya, pasti pernah naik KRI Dewaruci. Ini seperti Kawah Candradimuka,” ujar Kepala Dinas Penerangan TNI AL Kolonel Laut (P) Herry Setianegara.

Pensiun

Sebentar lagi, KRI Dewaruci akan pensiun. Telah lebih dari 57 tahun kapal perang ini mengabdi...

KOMPAS

KRI Dewa Ruci Tiba di Jeddah

Merapatnya KRI buatan Jerman tahun 1953 di Jeddah pada Sabtu (24/4) pukul 09 disambut oleh Konsul Jenderal RI Jeddah Zakaria Anshar, Atase Pertahanan (Athan) RI Kolonel Kavaleri Achmad Riad, Kepala kunjungan Kapal Asing AL Saudi Arabia dan para pejabat Konjen RI di Jeddah serta murid Sekolah Indonesia Jeddah. KJRI Jeddah. (Foto: detikFoto)

26 April 2010 -- Kapal latih KRI Dewa Ruci tiba di Pelabuhan Islam Jeddah, Arab Saudi, Sabtu (24/4) pukul 09.00 waktu Jeddah, dalam perjalananya menuju Eropa.

KRI Dewa Ruci disambut Konsulat Jenderal Indonesia Zakaria Ansar, Atase Pertahanan Kolonel (Kav) Ahmad Riad, sejumlah pejabat konjen di Jeddah serta para pelajar Indonesia di Jeddah.

75 awak kapal muslim melakukan umrah di Baitullah Mekah Al-Mukaromah serta mengunjungi Masjid Nabawi di Madinah.

Kunjungan KRI Dewa Ruci ke Jeddah untuk ketiga kalinya sejak 2003 dan 2005.

KRI Dewa Ruci siap merapat di Jeddah Islamic Port. KJRI Jeddah. (Foto: detikFoto)

Konjen RI Jeddah, Athan KBRI Riyadh dan pejabat KJRI Jeddah diterima oleh Komandan KRI Dewa Ruci Ltk. Suharto. KJRI Jeddah. (Foto: detikFoto)

KOMPAS.com/@beritahankam

Sunday, April 25, 2010

Hubungan Angkatan Darat Australia dan Indonesia Sangat Bagus

Kadet AD Australia mengikuti peringatan hari ANZAC di Sydney, Minggu (25/4). (Foto: Getty images)

23 April 2010, Tarakan -- Kerjasama Angkatan Darat Australia dan Indonesia, ternyata telah lama berlangsung dan hingga saat ini telah terjalin dengan baik. Demikian diungkapkan, Kolonel A.C. Fred Dangar, Atase Darat Kedutaan Besar (Kedubes) Australia, saat mengunjungi Kodim 0907 Tarakan, Jumat (23/4/2010).

Fred mengungkapkan, selama ini pihaknya dengan Angkatan Darat Indonesia telah melakukan berbagai kegiatan. Diantaranya melakukan kursus profesional kemiliteran, pendidikan militer pasukan Australia dan Indonesia.

"Jadi Angkatan Darat Australia melakukan pendidikan militer di Indoensia, begitupula sebaliknya Angkatan Darat Indonesia ke Australia. Dengan adanya kerjasama ini, hubungan kami sangat bagus hingga saat ini," ucapnya.

Anzac Day Digelar di Pasir Ridge

Peringatan Australian and New Zealand Corps (Anzac) Day kembali berlangsung, Minggu (25/4/2010). Jika tahun-tahun sebelumnya digelar di Tugu Australia, upacara kali ini dilangsungkan di kompleks Pasir Ridge mulai pukul 06.00 Wita.

Anzac Day adalah hari di saat para veteran Australia dan New Zealand mengenang jasa dan pengorbanan para pejuang Perang Dunia II. Seperti diketahui, ratusan tentara Australia gugur dalam pertempuran melawan Jepang di Balikpapan sekitar tahun 1945.

Tribun Kaltim

Proses Pengangkatan Bangkai Kapal Perang Korsel

(Foto: Reuters)


(Foto: Reuters)

(Foto: AP)

(Foto: Reuters)

(Foto: AP)

(Foto: AP)

(Foto: Reuters)

(Foto: Getty images)

Pelatihan Cope West 10 AS-Indonesia Selesai Jumat

Komandan Wing Lanud Halim Perdanakusuma Kolonel Pnb. Joko Seno Putro (kiri) saling bertukar cinderamata dengan Komandan Skuadron Airlift ke-36 US Air Force Letkol David Kincaid pada acara penutupan Latihan Bersama "Cope West" di Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Jumat (23/4). Prajurit TNI AU dan Angkatan Udara Amerika Serikat melakukan sejumlah latihan bersama seperti penerjunan personil, barang serta penanggulangan bencana alam dalam "Cope West" yang berlangsung selama lima hari sejak tanggal 19 April lalu. (Foto: ANTARA/Widodo S. Jusuf/ed/hp/10)

23 April 2010, Jakarta -- Upacara penutupan latihan pengangkutan udara taktis Indonesia-AS Cope West 10 dijadwalkan ditutup Jumat (23/4) di Lanud Halim Perdanakusuma, upacara itu menandai berakhirnya kegiatan bilateral selama seminggu antara angkatan udara kedua negara.

Cope West 10 merupakan latihan pengangkutan udara taktis bilateral yang disponsori oleh Angkatan Udara Pasifik dan melibatkan Angkatan Udara AS dan Indonesia. Latihan ini dirancang untuk meningkatkan interoperabilitas dan bertukar pengalaman terbaik berkaitan dengan C-130 Hercules. Ini merupakan tahun ke-dua 374th Airlift Wing Angkatan Udara AS mengerahkan personel dan perlengkapan dalam pelatihan Cope West.

Sekitar 90 penerbang dari 374th Airlift Wing Lanud Yokota, Jepang dan sejawat mereka dari Indonesia berlatih bersama untuk meningkatkan tujuan interoperabilitas, kerjasama, dan kesatuan sekaligus bertukar gagasan berkaitan dengan misi- misi pengangkutan, pendaratan dan penerjunan.

Para ahli saling berbagi pengalaman dalam perencanaan misi dan menjelaskan prosedur operasi C-130. Diantara personel yang dilibatkan adalah para penerjun dan pengawas penerjun, awak pesawat kargo, insinyur penerbangan, navigator dan pilot Indonesia, yang berbagi keahlian dengan para personel AS pada setiap misi Cope West.

Tiga Hercules C-130 Angkatan Udara AS dari Pangkalan Udara Yokota dan satu C-130 TNI-AU turut serta dalam latihan ini. Cope West 10 memberikan kesempatan pelatihan dan pertukaran yang berharga bagi kedua angkatan udara yang akan memudahkan integrasi untuk misi-misi kemanusiaan di masa mendatang di wilayah ini.

Meskipun bukan merupakan bagian resmi dari Cope West, sejumlah personel menyalurkan lebih dari 500 kg pakaian, sepatu, mainan, buku, dan peralatan olahraga ke sebuah sekolah di dekat zona penerjunan, Rabu lalu. Para personel Pangkalan Udara Yokota menyumbangkan barang-barang tersebut bagi anak-anak dan keluarga yang tinggal di sekitar zona ini.

Komandan Wing Lanud Halim Perdanakusuma Kolonel Pnb. Joko Seno Putro (kiri) saling bertukar badge kesatuan dengan Komandan Skuadron Airlift ke-36 US Air Force Letkol David Kincaid pada acara penutupan Latihan Bersama "Cope West" di Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Jumat (23/4). (Foto: ANTARA/Widodo S. Jusuf/ed/hp/10)

Sebuah pesawat Hercules C130 milik Angkatan Udara Amerika Serikat mendarat setelah menerjunkan sejumlah penerjun pada hari terakhir Latihan Bersama "Cope West" di Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Jumat (23/4).(Foto: ANTARA/Widodo S. Jusuf/ed/hp/10)

CyberNews

Ciptakan Senjata Tanpa Bubuk Mesiu, Rebut Emas ICYS 2010

Seorang siswa SMAN 1 Sidoarjo, Miftah Yama Fauzan (16) menunjukkan senjata elektrik ciptaannya, saat Presentasi Inovasi Alat Tempur Tanpa Awak dan Produk Senjata, di Institut Teknologi 10 Nopember (ITS) Surabaya, Jumat (23/4). Miftah yang berhasil menyabet Juara 1 pada Lomba Penelitian Ilmiah Remaja Tingkat Dunia ke-17 atau 17th International Conference of Young Scientists (ICYS) yang berlangsung di Denpasar Bali pada 12-17 April 2010 tersebut, menciptakan Smart Electric Gun dengan Adaptive Bullet Speed. Senjata ciptaannya tersebut lebih hemat dalam hal operasional, dibandingkan senjata api yang memakai mesiu. (Foto: ANTARA/Eric Ireng/ss/pd/10)

23 April 2010, Surabaya -- Berawal dari keprihatinannya atas keterbatasan persenjataan TNI, mengantarkan MIFTAH YAMA FAUZAN (16) siswa SMAN 1 Sidoarjo menggondol medali emas dalam International Conference of Young Scientist (ICYS) 2010 di Bali beberapa waktu lalu. Proyeknya berjudul Development of Smart Electric Gun With Adaptive Bullet Speed mecoba untuk menciptakan senjata dengan operasional murah tapi efektif.

Caranya, dengan meniadakan serbuk mesiu dalam pelontaran proyektil peluru. Sebagai penggantinya, MIFTAH menggunakan sistem elektromagnetik. Sistem ini dipadukan dengan mekanisme sensor jarak untuk menentukan kekuatan lontaran peluru.

Masalah yang sering dihadapi dalam melakukan penembakan seringkali adalah peluru yang tidak mencapai sasaran karena targetnya terlalu jauh saat menggunakan peluru kaliber kecil dan sebaliknya target hancur berantakan saat digunakan peluru kaliber besar dengan sasaran yang dekat.

Untuk itu, diperlukan mekanisme khusus untuk mengukur jarak sasaran. MIFTAH menggunakan sensor untuk electric gun. Sensor ini bekerja dengan menangkap pantulan sinar laser yang ditembakkan dari bawah laras senjata, Informasi tentang jarak sasaran yang diterima sensor ini kemudian diterjemahkan untuk setting kumparan peluncur,. Di sini, peluncur peluru akan menyesuaikan daya dorongnya dengan jarak senjata ke target.

“Kekuatan lontaran peluru bisa kita sesuaikan, apakah untuk melumpuhkan saja atau mematikan. Semuanya tergantung pada kekuatan batere dan kapasitor. Untuk prototype ini saya gunakan batere 12 volt yang dikonversikan menjadi 300 volt dengan 6 kapasitor. Kalau mau lebih dahsyat lagi lontarannya, tinggal ditingkatkan spesifikasi batere dan kapasitor,” kata dia.

Dikatakan low cost gun karena memang biaya produksinya sangat murah. Untuk pengembangan senjata ini saja, MIFTAH hanya mengeluarkan kocek tak lebih dari Rp1 juta.

Berhasil mendapatkan emas di ICYS 2010, MIFTAH justru semakin bersemangat untuk menciptakan inovasi-inovasi baru di bidang persenjataan. Obsesi yang ingin diraihnya ke depan adalah menciptakan elegtromagnetic jamming gun yang bisa mengacaukan sistem telekomunikasi dan deteksi radar.

“Kalau militer Amerika Serikat membuatnya dalam bentuk bom electromagnetic, saya tertarik untuk membuat prototype gun karena lebih mudah dibawa,” paparnya.

suarasurabaya.net

Saturday, April 24, 2010

Pembelian Tucano Belum Disetujui Menhan

Embraer EMB-314 Super Tucano. (Foto: Embraer)

24 April 2010 -- TNI AU memutuskan memesan 8 pesawat latih dan serang ringan Embraer EMB-314 Super Tucano, tetapi Menteri Pertahanan belum menyetujui kesepakatan tersebut, diberitakan situs flightglobal.com, Kamis (22/4).

Sejumlah pesawat sejenis sedang dipertimbangkan, seperti KAI (Korea Aerospace Industries) KT-1, TNI AU telah mengoperasikan 12 unit sebagai pesawat latih. Bila disetujui, pemesanan awal 8 pesawat dengan kemungkinan pesanan selanjutnya, ujar sumber di Embraer. Pembelian ini menandai kehadiran Super Tucano pertama kalinya di pasar Asia.

Super Tucano telah digunakan sejumlah negara di Amerika Latin, diantaranya Brazilia sebagai operator terbesar, Kolombia serta Inggris sebagai pesawat latih.

Meskipun TNI AU telah menjatuhkan pilihan, kesepakatan masih memerlukan persetujuan Menhan, yang sedang melakukan evaluasi teknis pada pesawat kandidat.

Super Tucano akan menggantikan Rockwell OV-10 Bronco produksi tahun 1960-an yang telah dipensiunkan oleh TNI AU. Usia tua OV-10 Bronco menyebabkan biaya pemeliharaan tinggi serta membahayakan awak pesawat.

TNI AU berencana menempatkan Super Tucano di Lanud Tarakan, Kalimantan Timur guna mengawasi garis perbatasan Indonesia-Malaysia, kerap kali terjadi pelanggaran wilayah, pencurian hasil hutan.

Flightglobal/@beritahankam

Antara USAF dan TNI Angkatan Udara

Pilot TNI Angkatan Udara dan pilot United States Air Force (Angkatan Udara Amerika Serikat) mengamati peta wilayah yang akan menjadi tempat latihan bersama di Jakarta, Jumat (23/4). (Foto: KOMPAS/Edna C Pattisina)

24 April 2010 -- Suasana di kelas diskusi Cope-West, Jumat (23/4), terlihat serius. Latihan pengangkutan udara taktis yang diikuti Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara dan United States Air Force atau USAF berlangsung serius sampai menit- menit sebelum penutupan. Tim dari TNI AU pada penjatuhan barang dari ketinggian sekitar 300 meter pada penerbangan terakhir mendapat kategori excellent dengan simpangan hanya 5-7 meter dari titik sasaran.

Masing-masing pihak belajar tentang hal-hal teknis berkaitan dengan pengangkutan udara, baik orang maupun barang. Evaluasi dilakukan dengan rinci sampai cara menjatuhkan barang yang sangat bergantung pada ketinggian, arah angin, kecepatan pesawat, berat barang, dan berbagai parameter lain. ”Latihan ini untuk membiasakan kerja sama dan membina komunikasi untuk mempersiapkan kerja sama dalam penanggulangan bencana pada masa depan,” kata Letkol David Kincaid, Commander of 36th Airlift Scuadron.

Segala aspek di dalam Cope- West dilakukan untuk membuat pengiriman barang dan pasukan bisa lebih efektif dilakukan. Latihan ini juga diharapkan bisa meningkatkan tingkat operasi bersama antara pihak AS dan Indonesia. Semua dibahas sejak pagi dan dipraktikkan serta dievaluasi bersama, mulai dari teknik penyusunan barang, koordinat penjatuhan, pendataan arah angin, situasi sekitar titik sasaran, durasi penjatuhan, sampai posisi pesawat saat menjatuhkan barang yang notabene hanya bisa setinggi 300 meter sehingga angin cukup kencang. Terbang dari Lanud Halim Perdanakusuma, barang dijatuhkan di Lanud Gorda, Tangerang, dengan melewati daerah selatan Jawa Barat terlebih dahulu.

Latihan bersama Cope-West ini dilakukan oleh sekitar 77 personel dari 374th Airlift Wing di Pangkalan Udara Yokota, Jepang. Mereka membawa tiga pesawat Hercules C-130 keluaran pabrik Lockheed tahun 1974. Sebelumnya, skuadron ini pernah membawa bantuan saat ada tsunami di Aceh. Sementara Indonesia menggunakan C-130 H dari Skuadron Udara 32 dan C-130 HS dari Skuadron Udara 31. Menurut Komandan Wing 1 Lanud Halim Perdanakusuma Kolonel Pnb Djoko Seno Putro, dari segi usia, pesawat Hercules milik TNI AU masih lebih muda. Namun, fasilitas peningkatan, terutama dari segi aviasi dan elektronik, membuat pesawat AS itu memiliki instrumen seperti alat global positioning system yang lebih canggih.

”Kita belajar pengetahuan tentang teknologi terbaru dari mereka,” kata Djoko. Teknologi ini tidak saja berkaitan dengan teknis pesawat, tetapi tim dari AS juga tim yang mengurus perbaikan pesawat. Untuk teknologi penjatuhan, menurut Djoko, ada sebuah alat baru dari AS yang membuat penjatuhan barang lebih akurat. Alat bernama improved container delivery system itu dijatuhkan terlebih dulu di dekat titik sasaran. Alat itu memiliki kemampuan untuk menangkap kecepatan dan arah angin dengan lebih akurat untuk dikirimkan ke alat navigasi pengiriman barang di pesawat. Sayangnya, alat ini tidak sempat digunakan di Cope-West 2019 karena dalam latihan 19-23 April 2010, tim dari AS tidak menurunkan barang.

”Di lokasi latihan untuk penurunan banyak masyarakat sedang panen, sedang bagi kami yang utama dalam latihan adalah keamanan,” ujar Kincaid. Menurut dia, pihaknya berharap, pada latihan serupa tahun depan, hal itu tidak terjadi lagi. Saat ditanya apakah latihan ini berhubungan dengan kedatangan Presiden AS Barack Obama, Kincaid hanya berkomentar ringan. ”Ah, setahu saya tidak, tuh,” katanya.

Beda persepsi

Sementara itu, menurut Djoko, pihaknya telah berusaha membersihkan lokasi penjatuhan barang dari masyarakat. Namun, di sini rupanya ada perbedaan persepsi sehingga ada interpretasi berbeda dari kedua tim ini. Tetapi, perbedaan persepsi itu rupanya tidak menjadi hal yang signifikan dalam membina hubungan dan kerja sama, terutama dalam membantu korban bencana alam.

Di sela-sela acara formal penutupan Cope-West, para anggota tim tidak hanya bertukar emblem, tetapi juga bertukar e-mail dan lokasi tempat indah dari atas pesawat, seperti Krakatau, dan tips tempat makan enak di Jakarta, di antaranya restoran Sunda.

KOMPAS

Friday, April 23, 2010

Alutsista TNI AL Sesuai Kekuatan Pokok Minimum

Beberapa kendaraan lapis baja milik Korps Marinir melakukan manuver dalam latihan pemantapan terpadu wilayah timur. (Foto: ANTARA/Saptono/Koz/hp/10)

23 April 2010, Mataram -- Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Agus Suhartono, SE, mengatakan alat utama sistem persenjataan (alutsista) TNI AL masih sesuai kekuatan pokok minimum.

"Alutsista dibangun sesuai program dan kini masih sesuai kekuatan pokok minimum," kata Laksamana Suhartono di sela kunjungan kerjanya di Mataram, Nusa Tengggara Barat, Jumat.

Ia mengatakan untuk mencapai kekuatan pokok minimum itu pihaknya dituntut melaksanakan tiga hal utama yakni menghapus alutsista yang sudah tua kemudian mengupayakan pengadaan yang baru dan peningkatan kemampuan peralatan lama.

Kalau kapal-kapal TNI AL sudah dikategori tua, maka layak diganti dengan yang baru sesuai dukungan anggaran.

"Kapal-kapal tua dihapus dan diganti dengan yang baru, sementara yang masih bisa dipertahankan, ditingkatkan kemampuannya," ujarnya.

Laksamana Suhartono mengatakan kunjungannya ke NTB untuk mengamati dari dekat kondisi alutsista yang dimiliki Pangkalan Angkatan Laut (Lanal) Mataram beserta jajarannya, yakni Pos AL (Posal) di sejumlah lokasi strategis.

"Kami akan coba cek di sini (Lanal Mataram, red), kalau masih ada peralatan yang tidak sesuai standard organisasi tentu kami dorong proses penggantiannya, tetapi jika dianggap kurang akan dibahas secara nasional," ujarnya.

Dalam kunjungan kerjanya ke NTB, Laksamana Suhartono melihat dari dekat kondisi Markas Komando (Mako) Lanal Mataram, selanjutnya meninjau Balai Pengobatan (BP) Lanal Mataram, Pelabuhan Laut Lembar, KAL Ampenan, Patkamla Ujung Pangkah dan Pos Angkatan Laut (Posal) Lembar.

KSAL beserta rombongan kemudian meninjau lokasi yang akan dibangun lima unit rumah dinas, kemudian dilanjutkan dengan peninjauan ke Mes Dewa Ruci di Mataram.

ANTARA News

Qatar Persenjatai Kapal Patroli Vita Dengan Exocet MM40


23 April 2010 -- Angkatan Laut Qatar mempersenjatai kapal patroli kelas Vita (Barzan) dengan rudal permukaan-permukaan produksi MBDA versi terakhir Exocet MM40. Nilai kontrak tidak diumumkan.

Empat kapal patroli kelas Vita dibuat di Inggris pada era 1990-an, dipersenjatai rudal permukaan-udara Mistral, meriam 76 mm, CIWS Goalkeeper 30 mm, serta rudal baru Exocet Block 3.

Rudal Exocet Block 3 telah dipesan oleh Angkatan Laut Perancis, Oman, Uni Emirat Arab, Indonesia serta sejumlah negara lainnya.

Perancis memilih melakukan upgrade Block 2 menjadi Block 3 dibanding membeli rudal baru. AL Perancis sukses menguji coba penembakan rudal hasil upgrade dari frigate kelas Horizon bulan lalu.

Defense News/@beritahankam

Malaysia Beli 12 Helikopter Cougar Senilai USD 500 Juta


23 April 2010 -- Malaysia membeli 12 helikopter dari Eurocopter senilai 500 juta dolar, menurut pejabat Kementrian Pertahanan Malaysia, Kamis (22/4), setelah dua tahun tertunda karena krisis keuangan.

Pemerintah Malaysia membatalkan kontrak pembelian 12 helikopter EC725 Cougar dengan Eurocopter pada Oktober 2008 karena pemotongan anggaran karena krisis ekonomi global.

Seorang pejabat Kementrian Pertahanan mengkonfirmasikan pesanan telah dipulihkan, dimana pejabat pemerintah Malaysia menandatangani kontrak senilai 1,6 milyar ringgit dengan Eurocopter di pameran persenjataan DSA-2010 di Kuala Lumpur.

“Kami berharap Eurocopter mengirimkan helikopter pertama 2012,” ujar pejabat tersebut pada AFP. Ia menambahkan Menhan akan mengajukan persetujuan ke kabinet Jumat (23/4).

Helikopter Sikorsky S-61 Nuri buatan Amerika Serikat telah digunakan sejak 1968, 28 unit masih digunakan angkatan bersenjata Malaysia sebagai sarana angkut utama.

Keputusan pembelian helikopter baru dibuat setelah insiden 2007 yang menewaskan 6 personil militer Malaysia.

Armada S-61 Nuri tidak akan dipensiunkan, 20 unit akan diupgrade hingga dapat digunakan oleh Angkatan Darat dan Udara menurut seorang pejabat Kementrian Pertahanan.

AFP/@beritahankam

Pindad Targetkan Produk Panser Terjual ke Malaysia Akhir 2010

Panser Anoa yang dikirim ke Libanon dilengkapi dengan GPS dan kamera video di bagian belakang kendaraan. 13 Anoa disewa oleh PBB dan diberangkatkan dari Tanjung Priok Jakarta, tersebut tiba di Beirut International Seaport, Libanon pada bulan ini. (Foto: Puspen TNI)

23 April 2010, Kuala Lumpur -- PT (Persero) Pindad menargetkan penjualan pertama 32 unit panser 6X6 "Anoa" ke Malaysia dapat dilakukan akhir 2010.

"Ya kita berharap bisa November atau paling telat Desember 2010," kata Dirut PT Pindad Adik Avianto di sela-sela kunjungannya di Defences Services Asia Exhibition and Conference 2010 dan PT SME Ordnance di Kuala Lumpur Jumat.

Adik Avianto mengatakan, untuk memenuhi kebutuhan panser 6x6 , maka Malaysia telah melakukan penjajakan ke tiga perusahaan dari tiga negara yakni PT Pindad (Indonesia), Dosaan (Korea Selatan) dan Renault (Perancis).

Dari tiga perusahaan yang dilirik, Malaysia menetapkan dua calon perusahaan yang akan memenuhi kebutuhannya akan panser 6x6, yakni PT Pindad dan Renault.

"Jadi ini suatu kebanggaan juga kita bisa mengungguli Korsel. Kita tinggal melakukan yang terbaik untuk bisa unggul dari Renault," ungkap Adik.

Ia mengemukakan, Pindad dan Renault akan unjuk kebolehan dihadapan tim pengadaan Malaysia pada Mei 2010.

"Dari segi teknik dan kemampuan, produk kita tidak kalah dengan Renault. Bagaimanapun dia sudah ribuan unit yang diproduksi bahkan Indonesia pun sebagai salah salah pengguna panser sejenis buatan Renault," tutur Adik.

Namun, lanjut dia, dari segi , maka harga Pindad bisa memberikan harga yang lebih bersaing.

"Ya kami berharap, bisa lolos pada unjuk kebolehan nanti. Sehingga bisa segera dilakukan kontrak," katanya.

Panser 6X6 Pindad merupakan kendaraan tempur pengangkut personel dengan sistem penggerak roda simetris yang dirancang khusus untuk TNI AD, khususnya kavaleri.

Panser ini dapat mengangkut 10 personel dengan tiga kru, satu komandan, dan satu "gunner". Panser juga dilengkapi dengan "mounting" senjata 12,7 mm yang dapat berputar 360 derajat.

Panser "Anoa" tersebut merupakan salah satu produk primadona PT Pindad yang dipamerkan dalam arena Defences Services Asia Exhibition and Conference 2010 dan PT SME Ordnance di Kuala Lumpur, Malaysia.

Selain panser, maka PT Pindad juga menampilkan berbagai varian persenjataan personel baik senapan laras panjang maupun pendek.

ANTARA News

Boeing Sukses Uji Terbang F-15K41 Pesanan Korsel


23 April 2010 -- Boeing melakukan uji terbang perdana jet tempur F-15K41 pesanan Angkatan Udara Korea Selatan, Senin (19/4). Pesawat diterbangkan pilot uji Steve Schmidt, lepas landas dari Bandara Internasional St. Louis pada pukul 14:36 waktu bagian tengah dan mendarat pukul 15:44.

Pemerintah Korsel memesan 21 jet tempur F-15K Slam Eagles dibawah program Next Fighter II.

F-15K versi lanjut dari varian F-15E “combat proven” dengan dilengkapi teknologi terkini. Jet tempur ini memperluas wilayah pertahanan Korsel menjadi cakupan regional.

Usia pakai F-15K direncanakan hingga 2040 dengan melakukan program peningkatan teknologi.

Boeing telah menyerahkan 40 F-15K dibawah program Next Fighter I pada Oktober 2008.

Boeing/@beritahankam

Ranpur Anoa Siap Dioperasikan Indobatt

Beberapa personel TNI Konga XXIII-D/UNIFIL mengecek kendaraan-kendaran tempur yang baru tiba tersebut. (Foto: Puspen TNI)

23 April 2010, Adshit Al Qusayr -- Setelah melalui tahapan pemeriksaan kedatangan (Arrival Inspection) yang dilakukan oleh Tim COE (Contingent Owned Equipment) UNIFIL terhadap 13 unit kendaraan tempur “Anoa” produksi PT. PINDAD Indonesia beberapa waktu lalu, maka didapatkan sebuah hasil positif yang menyatakan bahwa seluruh kendaraan tempur tersebut siap operasional di jajaran UNIFIL. Kegiatan pemeriksaan yang dilaksanakan di Markas Satgas Batalyon Mekanis TNI Konga XXIII-D/UNIFIL (Indobatt) UN POSN 7-1 Adshit Al Qusayr tersebut, dilaksanakan setelah seluruh materiil diterima secara lengkap oleh Indobatt.

Kesiapan operasional tersebut diraih setelah seluruh kendaraan tempur “Anoa” beserta senjata dan alat perlengkapan yang telah diterima oleh Indobatt telah memenuhi syarat operasional untuk melaksanakan tugas operasi pemeliharaan perdamaian. Dalam rangka mengetahui kesiapan operasional tersebut, maka tim pemeriksa COE melaksanakan pemeriksaan secara fisik dan detail terhadap setiap kendaraan tempur dan materiil pendukungnya. Sebagai contoh, pemeriksaan secara detail dilakukan untuk mengetahui apakah lampu kendaraan berfungsi dengan baik.

Hal ini dilakukan dengan tujuan agar dalam pelaksanaan tugas ke depan, setiap kendaraan tempur “Anoa” yang dioperasionalkan oleh Indobatt tidak akan menemukan kendala dan hambatan yang dapat mengganggu kelancaran pelaksanaan tugas pokok.

Dengan hasil positif yang telah diraih ini, maka setiap kendaraan tempur “Anoa” secara resmi akan diberikan plat nomor UNIFIL oleh pihak UNIFIL Transportation Section. Hal ini menandakan secara simbolis bahwa kendaraan “Anoa” telah diterima secara resmi sebagai alut sista yang dioperasionalkan oleh UNIFIL, dalam hal ini secara langsung oleh Indobatt.

Setelah melalui tahap pemeriksaan kedatangan tersebut, maka ke-13 kendaraan tempur “Anoa” tersebut siap digunakan untuk operasional awal berupa kegiatan induction training (latihan pengenalan daerah operasi) oleh ke-18 orang personel Indobatt yang baru datang, meliputi 5 orang teknisi dan 13 orang pengemudi kendaraan tempur. Tahap latihan pengenalan ini bersifat wajib untuk dilakukan bagi setiap personel yang baru datang dan bergabung dengan UNIFIL. Rangkaian kegiatan latihan tersebut mencakup pembekalan teori operasional peacekeeping mission serta kegiatan praktek lapangan.

Terkait dengan keberadaan pengemudi kendaraan tempur yang baru datang, maka praktek lapangan diwujudkan dengan mengemudikan kendaraan tempur yang melalui rute patroli kendaraan sebagaimana ditentukan oleh Komando Atas. Tujuan yang diharapkan dapat tercapai dari kegiatan ini adalah pemahaman tentang tugas dan tanggung jawab setiap personel dalam melaksanakan misi pemeliharaan perdamaian di Lebanon Selatan.

Puspen TNI

Peru Beli 8 Helikopter Buatan Rusia


23 April 2010 -- Peru akan membeli delapan helikopter buatan Rusia yang akan digunakan untuk operasi anti bius, diberitakan harian lokal El Commercio, Jumat (22/4) mengutip pernyataan Menteri Pertahanan Peru Rafael Rey.

Menhan mengatakan enam helikopter angkut Mi-17 dan dua helikopter serang Mi-35 akan dibeli dengan nilai kontrak 250 juta dolar.

Helikopter akan digunakan di lembah Apurimac dan Ene River guna membasmi kartel obat bius di Peru.

Peru salah satu negara di Amerika Latin bersama Bolivia dan Kolombia penghasil utama kokain.

Pemerintah Peru menyatakan area tersebut sebagai zone operasi militer pada Agustus 2009 dalam usahanya membasmi gerilyawan Maoist Sendero Luminoso.

Sendero Luminoso dimasukan sebagai organisasi teroris oleh pemerintah Peru, Amerika Serikat dan Un Eropa. Kelompok ini diduga kuat terkait dengan perdagangan obat bius.

RIA Novosti/@beritahankam

Pangkosekhanudnas Tinjau Radar di Tanjung Kait

Radar di Tanjung Kait, Tangerang. (Foto: mvestor07)

22 April 2010, Jakarta -- Satuan Radar 211 sebagai mata tombak pelaksanaan tugas TNI Angkatan Udara harus memiliki kesiapan yang tinggi dalam seluruh kegiatan operasionalnya, seperti dikatakan Pangkosekhanudnas I, Marsekal Pertama TNI J.F.P Sitompul di sela-sela acara kunjungan kerja ke Satuan Radar 211 Tanjung Kait.

Kesiapan operasional radar-radar TNI Angkatan Udara untuk pertahanan udara nasional, seperti Satuan Radar 211 dimana sebagai bagian integral unsur pertahanan udara nasional dituntut kesiapan operasionalnya beserta personel dan pengoperasian Alutsista Radar dalam rangka deteksi dini dan pengendalian intersepsi pesawat tempur sergap pada Operasi Pertahanan Udara guna mendukung tugas pokok Kosekhanudnas I.

Selain meninjau kesiapan radar di Satrad 211 Tanjung Kait, Pangkosekhanudnas I Marsekal Pertama TNI J.F.P Sitompul juga mengunjungi Satuan Rudal TNI AU yang pernah beroperasi dan ditempatkan Teluk Naga-Tangerang dan Satrad Cisalak.

Dalam kunjungan kerja tersebut Pangkosekhanudnas I didampingi oleh para Asisten beserta Kakum Kosekhanudnas I. Kegiatan tersebut bertujuan sebagai bukti komitmen pimpinan untuk terus mendorong dan memotivasi seluruh personel di satuan bawah yang mengawaki alutsista untuk terus meningkatkan kualitasnya.

Pentak Kosekhanudnas

Guspurlabar Gagalkan Pembajakan Kapal Bendera Taiwan

Dua anggota TNI AL yang juga awak KRI 352- Ahmad Yani berjaga di atas kapal ikan berbendera Taiwan yang dibajak delapan awaknya di Pelabuhan Indah Kiat, Merak, Banten, Kamis (22/4). Kedelapan perompak tersebut semula merupakan awak KM-Jen Fure Sehying dengan nomor lambung CT4-403 dengan alasan stres mereka lalu membunuh dan membuang Nakhoda Kapal Cen Yin Chung (40) ke laut di peraian Samudra Hindia dekat Pulau Enggano, Sumbar Senin (19/4) lalu. (Foto: ANTARA/Asep Fathulrahman/ed/NZ/10)

22 April 2010, Jakarta -- Unsur Operasi Arung Pari-10 KRI Ahmad Yani (AMY-351) dibawah kendali Komandan Gugus Tempur Laut Armada RI Kawasan Barat (Danguspurlabar), Laksamana Pertama TNI Didit Hardiawan MPA, MBA berhasil menangkap Kapal Ikan Asing (KIA) berbendera Taiwan yang dibajak di Perairan Enggano.

Kapal Ikan Asing berbendera Taiwan yang dibajak oleh anak buah kapal tersebut ditanggkap KRI AMY-351 yang dikomandani Kolonel Laut (P) Rachmad Wahyudi saat sedang melaksanakan patroli dalam rangka penegakan kedaulatan dan hukum di laut di perairan Enggano. Saat di lakukan penghentian dan pemeriksaan pada Rabu malam pukul 22.47 di sebelah Selatan Enggano pada posisi 06 04,3 S – 103 23,1 T diketahui Kapal yang bernama Chen Fu Siang berbendera Taiwan dengan data-data panjang 17,25 m lebar 4,25 m GT 62,79 Ton dengan 8 ABK yang semuanya warga negara Indonesia tidak memilliki Nahkoda.

Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan KRI AMY-351 diketahui kapal tersebut telah dibajak oleh para ABK. Nahkoda yang bernama Chen yin Chung berkebangsaan Taiwan telah disandera dan kemudian dibuang kelaut.

Selanjutnya untuk proses hukum lebih lanjut Kapal Ikan Asing tersebut di kawal KRI AMY-351 menuju Pangkalan TNI Angkatan Laut (Lanal) Banten, yang dikomandani Kolonel Laut (P) S. Irawan.

Dijelaskan Danguspurlabar bahwa Operasi Arung Pari-10 adalah operasi yang dilaksanakan Gugus Tempur Laut Armada RI Kawasan Barat, setiap tahunnya selama 180 hari. Operasi ini melibatkan unsur-unsur KRI dan Pesud untuk mengamankan wilayah Yurisdiksi Nasional Khususnya Wilayah Barat dalam rangka menegakan kedaulatan dan hukum di laut serta memberikan efek deterrence (penangkalan) kegiatan illegal di wilayah NKRI.

Dispenarmabar

Penutupan Latihan Terpadu Korps Marinir

Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana TNI Agus Suhartono melepas tanda peserta latihan saat menutup latihan pemantapan terpadu Korps Marinir wilayah timur tahun 2010 di Karangtekok. (Foto: Serda Mar Kuwadi)

22 April 2010, Karangteko, Situbondo -- Latihan pemantapan terpadu Korps Marinir wilayah timur tahun 2010 di Karangtekok, Situbondo, Jatim, berakhir. Penutupan latihan ini dilakukan oleh Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana TNI Agus Suhartono, Kamis (23/4).

Prajurit marinir mengangkat Komandan Korps Marinir Mayjen TNI (Mar) M. Alfan Baharuddin sesaat setelah upacara penutupan latihan. (Foto: Serda Mar Kuwadi)

Seorang atase pertahanan negara sahabat serius menyaksikan latihan pemantapan terpadu wilayah timur di Karangteko, Situbondo, Jatim, Kamis (22/4). Latihan yang melibatkan sedikitnya 4.000 personel Marinir itu untuk memelihara dan meningkatkan kemampuan teknis taktis bertempur prajurit matra laut tersebut. (Foto: ANTARA/Saptono/ed/nz/10)

KSAL Laksamana TNI Agus Suhartono (tengah) bersama Wagub Jatim Syaifulah Jusuf (kiri) mendapat penjelasan laatihan dari Komandan Korps Marinir Mayjen TNI (Mar) Alfan Baharuddin (kanan) ketika menyaksikan latihan pemantapan terpadu wilayah timur di Karangteko, Situbondo, Jatim, Kamis (22/4). (Foto: ANTARA/Saptono/ed/nz/10)

Latihan yang melibatkan 4.827 personel Marinir tersebut dalam rangka memelihara dan meningkatkan kemampuan teknis taktis bertempur prajurit matra laut. (Foto: Serda Mar Kuwadi)

Seorang prajurit menembakkan meriam Howitzer 105 mm saat latihan pematapan terpadu. (Foto: Serda Mar Kuwadi)

Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana TNI Agus Suhartono menyaksikan beberapa prajurit Korps Marinir ditembaki dengan munisi tajam (dopper) saat meninjau latihan pemantapan terpadu. (Foto: Serda Mar Kuwadi)



Dua prajurit Korps Marinir melakukan" Dopper" merayap sambil dihujani peluru tajam pada latihan pemantapan terpadu di Karangteko, Situbondo, Jatim, Kamis (22/4). Latihan tersebut untuk mengasah dan meningkatkan mental setiap prajurit matra laut itu. (Foto: ANTARA/Saptono/ed/nz/10)

Industri Pertahanan agar Berkembang

Pekerja pameran tengah memasang model miniatur salah satu produk unggulan PT Pindad, kendaraan tempur Armored Personnel Carrier (APC) 6x6 Anoa, Kamis (22/4), dalam pameran dan ekshibisi Defence Services Asia Exhibition and Conference 2010 di Kuala Lumpur, Malaysia. (Foto: KOMPAS/Wisnu Dewabrata)

23 April 2010, Kuala Lumpur -- Pemerintah Indonesia berharap antarnegara di Asia Tenggara (ASEAN), terutama antarnegara bertetangga Indonesia-Malaysia, dapat bersama-sama merintis dan meningkatkan kerja sama pembangunan dan penguatan industri pertahanan di wilayah tersebut pada masa mendatang.

Hal itu disampaikan Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro, Kamis (22/4), yang bersama Menteri Badan Usaha Milik Negara Mustafa Abubakar menghadiri penandatanganan nota kesepahaman (MOU) PT Pindad (Indonesia) dan SME Ordnance Sdn Bhd (Malaysia).

Wartawan Kompas, Wisnu Dewabrata, melaporkan, penandatanganan digelar di acara pameran senjata Defence Services Asia Exhibition and Conference 2010 di Kuala Lumpur, Malaysia.

Turut hadir menyaksikan, mewakili Pemerintah Malaysia, Perdana Menteri Malaysia Dato’ Sri Mohd Najib bin Tun Hj Abdul Razak dan Menteri Pertahanan Malaysia Dato’ Sri Zahid Hamidi. ”Dengan penandatanganan MOU ini, saya berharap negara-negara ASEAN bisa sama-sama membangun industri pertahanan dengan baik, terutama Indonesia dan Malaysia,” ujar Purnomo.

Saat ini, industri pertahanan dalam negeri, seperti PT Pindad, punya sejumlah produk unggulan yang berpotensi besar masuk pasar ekspor. Beberapa produk senjata unggulan adalah senjata personel senapan serbu, SS-1 dan SS-2 berbagai varian, serta kendaraan tempur Armored Personnel Carrier (APC) 6x6 Anoa.

Senjata SS-2 telah mengukir prestasi menjadi senjata andalan yang membawa Indonesia memenangi kejuaraan menembak antar-angkatan bersenjata di ASEAN dua tahun berturut-turut, 2008 dan 2009. APC 6x6 Anoa telah dipakai Pasukan Penjaga Perdamaian PBB asal TNI di Lebanon.

”Sekarang ini Indonesia berpotensi menjual APC 6x6 Anoa ke Malaysia sebanyak 32 unit. Tinggal menunggu sedikit urusan uji teknis dari pihak Malaysia. Jika berhasil, hal itu sekaligus bisa menjadi tanda kebangkitan kembali industri pertahanan nasional, terutama PT Pindad,” ujar Mustafa Abubakar.

Selain potensi ekspor ke Malaysia, PT Pindad selama ini juga menerima pesanan dalam negeri untuk kebutuhan persenjataan TNI sebanyak 154 unit APC 6x6 Anoa. Sebagian telah digunakan di Lebanon. Produk unggulan PT Pindad itu juga dipahami 25 persen lebih murah daripada produk sejenis buatan negara lain.

Terkait rencana pembelian oleh Malaysia, Mustafa mengakui, cara pembelian kemungkinan besar dalam bentuk imbal dagang komoditas unggulan antar-kedua negara. Hal itu masih terus dibicarakan, terutama untuk mencari komoditas apa saja yang bisa diimbaldagangkan.

KOMPAS

Senapan Serbu Produksi Indonesia Juara Dunia

Pindad SS2-V5.

22 April 2010, Jakarta -- Anggota Komisi I DPR RI dari Fraksi Partai Golkar, Fayakhun Andriadi mengungkapkan, senapan serbu produksi putra-putra bangsa Indonesia telah terbukti berhasil menunjukkan prestasi juara pada beberapa kejuaraan tingkat dunia.

"Yang jelas, demikian Fayakhun Andiradi, senapan serbu SS2-V1 V5 itu merupakan senjata buatan PT Pindad yang rekayasanya 100 persen dilakukan oleh putra-putra bangsa indonesia," ujarnya kepada ANTARA di Jakarta, Kamis.

Ia mengatakan itu, sehubungan dengan adanya ketertarikan sejumlah negara tetangga atas senjata produksi Indonesia tersebut.

"Jenis senapan serbu SS2-V1 hingga V5 yang diproduksi oleh PT Pindad di Bandung ini, dan kini sedang ditawarkan ke beberapa negara tetangga, terutama Malaysia yang menunjukkan minat besar untuk membelinya," katanya lagi.

Senapan serbu ini, menurutnya, berlaras panjang kaliber 5,56 mm yang beberapa kali menjadi senjata andalan dalam kejuaraan bertaraf internasional.

"Karena terbukti bisa membawa juara beberapa perutusan Indonesia, sehingga sejumlah negara tetangga tertarik membelinya," katanya lagi.

Fayakhun Andriadi atasnama rekan-rekannya di Komisi I DPR RI lalu mendesak Pemerintah RI melalui Kementerian Pertahanan, agar menyetop impor alat utama sistem persenjataan (Alutsista) tertentu yang sudah bisa direkayasa dan diproduksi di Indonesia.

"Khusus untuk peluru dan senapan berlaras pendek, yakni pistol, juga senapan berlaras panjang sejenis SS2, kita jangan lagi impor, lebih mengutamakan produksi dalam negeri, agar semakin mempercepat menuju swasembada Alutsista," ujarnya.

`Political will` Pemerintah RI, menurutnya, amat diperlukan untuk diwujudkonkretkan dalam `political action`, yakni di sektor kebijakan anggaran untuk mendukung percepatan menuju swasembada Alutsista secara bertahap.

"Kita harus bisa melakukannya dan jangan lagi terlalu bergantung kepada impor, sehingga kita tidak lagi selalu jadi korban kebijakan embargo sepihak dan lain-lain kebijakan yang merugikan kepentingan pertahanan nasional," tegas Fayakhun Andriadi.

ANTARA News

Indonesia Perkenalkan Senjata SS2 di Malaysia

Menhan Purnomo Yusgiantoro (kanan) memberikan satu senapan SS2 produksi PT Pindad kepada Menhan Malaysia A Zahid Hamidi (2kiri) disaksikan PM Malaysia Najib Tun Razak dan menteri BUMN Mustafa Abu Bakar (kiri) , usai penandatanganan MOU kerjasama perdagangan peralatan militer antara SME Ordnance Sdn Bhd dengan PT Pindad di Kuala Lumpur, Kamis. (Foto: ANTARA/Adi Lazuardi/ed/nz/10)

22 April 2010, Kuala Lumpur -- Indonesia memperkenalkan senapan serbu SS2 V1 dan SS2 V5 di arena "Defences Services Asia Exhibition and Conference 2010" di Kuala Lumpur, Kamis.

Perkenalan salah satu produk unggulan PT Pindad itu ditandai dengan penyerahan secara simbolis pucuk SS2 V5 dari Menteri Pertahanan RI Purnomo Yusgiantoro kepada Menteri Pertahanan Malaysia Dato Sri Zahid Hamidi.

"Senjata SS1 dan SS2 ini merupakan salah satu produk unggulan Indonesia yang diproduksi PT Pindad, setelah melalui proses riset dan pengembangan yang telah dilakukan hampir 20 tahun diawali kerja sama bersama Belgia," kata Purnomo.

Ia menambahkan, produk persenjataan SS1 dan SS2 berbagai varian yang dihasilkan PT Pindad telah teruji keandalannya baik dalam operasi militer maupun dalam perlombaan menembak militer.

"SS2 Pindad telah terbukti berhasil mengungguli persenjataan-persenjataan lain sejenis," ujar Purnomo

Sementara itu, Direktur Utama PT Adik Avianto mengatakan, dengan perkenalan produk tersebut diharapkan dapat memantapkan pangsa pasar senapan serbu tersebut di kawasan ASEAN.

"Produk ini sudah terbukti unggul. Produk murni buatan Indonesia ini telah digunakan seluruh satuan TNI. Dan diharapkan setelah perkenalan dengan Malaysia, senapan serbu PT Pindad dapat menjadi senjata andalan yang digunakan negara tetangga," katanya.

Pada kesempatan itu, PT Pindad menyiapkan sepuluh pucuk senjata SS yakni SS2 V1 dan SS2 V5 masing-masing lima unit.

ANTARA News