Monday, February 23, 2009

Kesiapan Pesawat AL 65 Persen

CN-235 MPA Milik TNI AU

23 Februari 2009, Jakarta -- TNI AL punya 71 pesawat berbagai jenis seperti Cassa, Nomad, dan helikopter. Dari jumlah tersebut, kesiapan kekuatan udara yang dimiliki hanya sekitar 65 persen. "Separuhnya berumur di atas 20 tahun," kata Kepala Staf TNI AL (KSAL), Laksamana Tedjo Edhi Purdijatno dalam siaran pers yang diterima redaksi.

Luasnya wilayah perairan Indonesia yang harus diamankan memerlukan pengembangan kekuatan penerbangan. Idealnya, matra laut memiliki 135 pesawat. "Rencana ini memang tidak murah," katanya. Untuk menambah kekuatan, TNI AL tengah memesan tiga pesawat ke PT Dirgantara Indonesia.

Dengan total kontrak US$75 juta (sekitar Rp700 miliar), matra laut memesan dua pesawat patroli maritim CN235 dan satu pesawat angkut Casa 212. Ketiga pesawat diperkirakan selesai pertengahan tahun depan. Sampai tahun 2024, TNI AL merencanakan memiliki 120 pesawat. (jurnalnasional)

Pengantian Dua Pesawat Tempur Tertunda

Super Tucano Calon Pengganti OV-10 Bronco

23 Februari 2009, Jakarta -- Penggantian dua pesawat tempur TNI AU, yakni OV-10 Bronco dan Hawk MK-53 dipastikan tertunda. Pengadaan dua pesawat pengganti tidak tercantum dalam percepatan penyerapan sisa anggaran pertahanan dari Kredit Ekspor periode 2004-2009 yang disepakati pemerintah, pekan lalu.

Artinya, pengadaan pesawat baru dijadwalkan periode 2010-2014. Meski kecewa, Kepala Staf TNI AU (KSAU) Marsekal Subandrio mengaku tidak mempermasalahkan keputusan tersebut. "Masih lebih baik karena pengadaan yang sudah dijadwalkan tidak ada yang dipotong," katanya menjawab Jurnal Nasional, beberapa waktu lalu.

Dalam percepatan kredit ekspor US$1,2 miliar atau sekitar Rp14 triliun itu, TNI AU mendapat jatah pengadaan rudal dan bom pesawat tempur, serta alokasi bertahap pembayaran pembelian enam Sukhoi dari Rusia. "Kontrak-kontrak itu yang harus diselesaikan tahun ini," katanya.

Beberapa persenjataan yang dialokasikan dibeli antara lain, panser Pindad untuk TNI AD, pesawat Skytruck asal Polandia pesanan TNI AL, serta pembelian kapal selam dan kapal perusak kawal rudal.

KSAU mengungkapkan, secara operasional sebenarnya penggantian kedua pesawat tidak bisa ditunda. Alasannya, Bronco sudah dikandangkan sejak medio 2007 lalu. Matra udara sudah merekomendasikan Super Tucano dari Brasil untuk menggantikan Bronco.

"Waktu itu dikandangkan supaya cepat diganti, ternyata tidak juga (penggantinya)," kata Subandio. Dari enam unit MK-53 yang ada, hanya dua unit yang kondisinya siap terbang. Ketersediaan suku cadang yang makin sulit mengakibatkan tingkat kesiapan MK-53 makin menurun.

Untuk pengganti MK-53, TNI AU mengaku masih menggodok berbagai jenis pesawat. Setidaknya terdapat lima alternatif, yakni, L-159B dari Republik Ceko, Yak-130 dari Rusia, Aermacchi M346 asal Italia, Chengdu FTC-2000/JL-9 dari China, dan T-50 asal Korea.

Pilot-pilot tempur matra udara pun telah mencoba seluruh pesawat-pesawat tersebut. Namun, karena anggaran belum jelas, TNI AU masih mengelak menyebutkan pesawat mana yang menjadi prioritas. (jurnalnasional)

Admin:
HALO !!!! para pemangku kekuasaan
Ada dua skadron tanpa pesawat
Ada lusinan pilot terlatih tanpa pesawat
Ada wilayah nan luas makin tak terjaga
Apakah tak ada cara yang cerdas mengatasi kurangnya anggaran

Disisi lain, dana melimpah diparkir di SUN
mengharapkan rente daripadanya
karena tak pernah dilaporkan berapa rente yang didapat
kemanakah larinya rente-rente tsb ?????

Kostrad Rekrut 14 Ribu Personel

23 Februari 2009, Samarinda -- Komando Strategis dan Cadangan Angkatan Darat (Kostrad) akan merekrut 14.000 personel untuk ditempatkan di Divisi III/Kostrad, di Sorong, Papua. Pembangunan Divisi III akan terealisasi tahun 2025.

“Untuk satu divisi terdapat 14.000 personel dan minimal tiga brigade. Oleh karena itu, kami akan merekrut sebagian personel yang baru untuk di tempatkan di Divisi III,” kata Panglima Kostrad Letjen George Toisutta di Samarinda, Minggu (22/2) kemarin.

Pembangunan Kostrad Divisi III tersebut berfungsi sebagai pengamanan di daerah wilayah timur. Ada dua brigade yang akan mengisi Divisi III, tetapi sementara dikendalikan langsung Markas Kostrad, yakni Makassar dan Gorontalo. "Jika, Divisi III sudah direalisasikan Makassar dan Gorontalo akan di bawah komando Divisi III itu,” katanya. (jurnalnasional)

TNI: Penguncian Dua Sukhoi Insiden Serius


23 Februari 2009, Jakarta -- Panglima TNI Jenderal Djoko Santoso mengatakan, pihaknya menganggap serius insiden penguncian dua pesawat Sukhoi SU-30MK2 yang tengah melakukan latihan di wilayah udara Sulawesi Selatan, pada Jumat (20/2) lalu.

Di sela-sela rapat kerja bersama Menteri Pertahanan Juwono Sudarsono dengan Komisi I DPR RI di Jakarta, Senin (23/2), Panglima TNI mengatakan, hingga kini pihaknya masih terus melakukan penelitian terhadap insiden tersebut. "Yang jelas, setelah di-cross check ke sana (Makassar), tidak ada lintasan-lintasan pesawat asing saat latihan itu berlangsung," katanya.

Ketika ditanya apakah hal itu murni karena kerusakan pada sistem radar pesawat, Panglima mengatakan, hal itu belum diketahui. "Ya belum dapat diketahui, kan penelitiannya belum selesai dan kita anggap ini serius," katanya.

Sebelumnya, Komandan Lanud Sultan Hasanuddin Marsekal Pertama Ida Bagus Putu Dunia, ketika dihubungi Jumat (20/2) menjelaskan, di masing-masing pesawat yang sedang berlatih itu terdapat instruktur terbang dari Rusia yang sedang melatih dua penerbang tempur TNI AU. "Alarm missile lock kedua pesawat berbunyi secara tiba-tiba, tetapi kedua pesawat canggih yang dibeli dari Rusia itu tidak bisa mengenali siapa pihak yang 'mengunci' mereka dengan tembakan misil.

Kedua instruktur itulah yang menyatakan alarm berbunyi karena pesawat di-lock missile. "Saya menerima laporannya sekitar pukul 09.00 WITA," kata Putu.

Menurutnya, pesawat itu melakukan terbang pada ketinggian 15.000-20.000 kaki, atau sekitar 4.572 meter hingga 6.096 meter di atas permukaan laut.

Pihak TNI AU juga telah melakukan pencarian dengan mengirimkan pesawat intai Boeing 737-400 yang telah terbang berkeliling dalam radius sekitar 370 km dari VOR MKS di Makassar, tetapi pencarian itu tidak menemukan apa-apa. (mediaindonesia)

DPR Anggap Serius Insiden Sukhoi

Panglima TNI diminta menjelaskan dalam rapat dengar pendapat dengan DPR, hari ini.


23 Februari 2008, Jakarta -- Komisi I (bidang pertahanan) DPR mengkritisi insiden dua pesawat tempur Sukhoi milik TNI AU. Saat latihan terbang di atas perairan Sulawesi Selatan, Jumat (20/2) lalu, sistem radar peringatan pesawat buatan Rusia itu menyalak tanpa diketahui sebab musababnya.

Anggota komisi I Andreas Pareira meminta TNI segera mengklarifikasi hasil penyelidikan kejadian tersebut. "Apa pun penyebabnya harus diungkap," katanya kepada Jurnal Nasional di Jakarta, Minggu (22/2). Dia menjelaskan, beberapa spekulasi muncul dari kejadian itu. Selain diduga dikunci pesawat asing, kondisi perlengkapan radar dan senjata pesawat dipertanyakan.

Dari analisa Andreas kemungkinan besar insiden terjadi karena kerusakan teknis pesawat berjuluk Flanker itu. "Terlalu jauh menyimpulkan diintai bahkan dikunci pihak lain," katanya. Alasannya, dari pengecekan radar Komando Sektor Pertahanan Udara Nasional II , Makassar, tidak ditangkap sinyal pesawat lain.

Begitu pula pantauan langsung pesawat intai Boeing 737-200 yang mencari hingga radius 400 kilometer dari tempat kejadian. Tidak ditemukan adanya penerbangan gelap (black flight) atau permintaan izin terbang lintas di wilayah Indonesia.

Meski demikian, kerusakan teknis tetap menjadi perhatian serius. Pasalnya, Sukhoi menjadi pesawat tercanggih yang dimiliki TNI saat ini. "Apalagi pesawat didatangkan dalam kondisi gres," katanya.

Jika TNI tidak memberi penjelasan dengan gamblang, terlebih ada kesan ditutup-tutupi, DPR sebagai pemegang hak anggaran sekaligus hak kontrol akan mengevaluasi pembelian Sukhoi selanjutnya. Kolega Andreas, Yusron Ihza Mahendra akan menanyakan insiden itu ke Panglima TNI Jenderal Djoko Santoso saat rapat dengar pendapat dengan jajaran pertahanan, hari ini.

"Ini serius, tidak bisa dianggap main-main," kata Wakil Ketua Komisi I itu. Sebelumnya, Panglima Komando Operasi TNI Angkatan Udara (Koopsau) II Marsda Yushan Sayuti berjanji mengecek seluruh sistem radar peringatan pesawat Sukhoi terkait insiden penguncian itu.

"Apa pun kemungkinannya akan dicek. Mulai dari sistem radar pesawat sampai kemungkinan ada pihak asing," katanya. Kepala Dinas Penerangan TNI AU Marsekal Pertama Chaeruddin Ray menambahkan, saat ini masih ada teknisi Rusia yang berada di Makassar. "Pesawat-pesawat itu akan langsung diperbaiki," kata dia. (jurnalnasional)

Pangdam VI/Tanjungpura Resmikan Yonarmed 18/105 Tarik Buritkang


16 Februari 2009, Balikpapan -- Pangdam VI/Tpr Mayjen TNI Tono Suratman kembali meresmian satuan baru dijajaran Kodam VI/Tpr, setelah satu minggu yang lalu meresmikan Kodim 0912/Kutai Barat dibawah kendali Korem 091/Asn kini Pangdam VI/Tpr meresmikan Batalyon Artileri Medan (Yonarmed) 18/105 Tarik Buritkang yang berkedudukan di Kabupaten Berau, Kaltim Senin (16/02).

Peresmian Yonarmed 18/105 Tarik Buritkang dilaksanakan di Markas Yonarmed dalam sebuah upacara Parade yang dihadiri Danrem 091/Asn, pejabat Bupati Berau, Kapolres Berau, Ketua DPRD Berau, Kejaksaan Negeri Berau, pejabat TNI Kodam VI/Tpr, Ibu Ketua Persit Ny.Lia Tono Suratman, serta sejumlah personel TNI, anggota Ormas, tokoh masyarakat, tokoh Agama dengan demikian satuan tersebut telah menambah kekuatan baru TNI di Kodam VI/Tpr melaksanakan tugas pokoknya dalam menjaga integritas kedaulatan NKRI, khusunya wilayah Kalimantan Timur.

Pangdam VI/Tpr Mayjen TNI Tono Suratman dalam amanatnya pada peresmian Yonarmed 18/Buritkang mengatakan pembentukan Yonarmed 18/105 Tarik Buritkang telah melewati kajian yang cukup panjang serta evaluasi secara rinci terhadap berbagai aspek dan faktor yang memepengaruhi yang dikaitkan dengan tuntutan perkembangan lingkungan strategis yang bergerak dengan cepat, maka pimpinan TNI AD melakukan pengembangan organisasi dengan membentuk Batalyon Artileri Medan 18/105 Tarik Buritkang di wilayah Kodam VI/Tpr.

Selain itu Pangdam juga mengingatkan bahwa masalah pertahanan negara bukan hanya menjadi tugas pokok TNI tetapi menjadi tugas kita bersama yang harus ditangani secara baik, terkoodinasi dan berkelanjutan, sehingga akan mewujudkan tetap tegaknya kedaulatan dan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Batalyon Artileri Medan 18/105 Tarik Buritkang yang mempunyai Tunggul bergambar keris bersinar 16 dengan dua buah kilat mempunyai visi dan misi Sapto Tunggal yang berarti menjadi prajurit Armed yang memiliki pandangan jauh kedepan, bertaqwa, solid, terampil, berprestasi, dicintai rakyat dan tertib administrasi.

Usai meresmikan Markas Yon Armed 18 Pangdam VI/Tpr bersama pejabat lainnya meninjau bangunan Yon Armed diantaranya perkantoran, barak remaja, perumahan serta melakukan penanaman pohon sawit di areal Markas Yon Armed. Jumlah personel Yon Armed 18/105 Tarik untuk sementara berjumlah 79 orang dibawah pimpinan Letkol Arm Rabimin S.Ip sebagai Komandan Batalyon dan Mayor Arm Sunar Filowanto Endarmaji sebagai Wadanyon.

kodam-tanjungpura

Indonesia Fokus Dalam Pembangunan Ekonomi


20 Februari 2009, Jakarta -– Pemerintah Indonesia saat ini sedang memfokuskan pada bidang pembangunan ekonomi. Hal ini terkait dengan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) yang dialokasikan pada bidang ekonomi dan kesejahteraan rakyat (kesra) sebesar 80%.

Demikian dijelaskan Menteri Pertahanan (Menhan) Juwono Sudarsono, Kamis (19/2), saat menerima kunjungan National Correspondent for The Atlantic and Senior Fellow at The Center for a New American Security in Washington Robert D. Kaplan yang didampingi Atase Pertahanan (Athan) AS untuk Indonesia Col. Kevin E. Richards, di kantor Dephan, Jakarta.

Menurut pandangan delegasi AS, Indonesia saat ini sedang menghadapi berbagai masalah terutama masalah penangkapan ikan secara ilegal (illegal fishing) yang tentunya akan berdampak pada perekonomian Indonesia secara global.

Hal itu ditanggapi menhan dengan menjelaskan bahwa Indonesia selama ini telah kehilangan sekitar US $ 5 miliar pertahun akibat dari illegal fishing tersebut termasuk diantaranya illegal logging. Namun demikian, Indonesia berupaya secara bertahap untuk melakukan perbaikan dalam segala bentuk penyelundupan, pembalakan liar dan sebagainya.

Dalam kesempatan yang sama Sekjen Dephan menjelaskan kepada delegasi AS, idealnya ditengah keterbatasan anggaran, TNI harus tetap mempunyai kekuatan untuk mendukung kewibawaan bangsa dengan menggunakan strategi kemiliteran. TNI berupaya melakukan sinkronisasi antara strategi militer dan masyarakat dalam pertahanan negara.

Lebih lanjut Sekjen menambahkan bila menilik kebelakang TNI dan masyarakat bekerja bersama-sama dalam mengembangkan postur TNI. Hal ini menjadi catatan buruk bagi TNI ketika TNI melibatkan diri dalam politik praktis sehingga menimbulkan ketidakpercayaan masyarakat terhadap TNI. Untuk itu saat ini TNI berupaya untuk tidak terlibat dalam politik praktis dengan membangun citra yang baik di masyarakat. “Dan ini merupakan tantangan tersendiri bagi TNI saat ini,” tegas Sekjen.

Saat menerima tamunya menhan didampingi Sekjen Dephan Letjen TNI Sjafrie Sjamsoeddin, Diranlingstra Ditjen Strahan Dephan Brigjen TNI Ir. Drs. Subekti, Dirkersin Ditjen Strahan Dephan Brigjen TNI (Mar) Ir. Syaiful Anwar, M.Bus, M.A, Karo Humas Setjen Dephan Brigjen TNI Slamet Hariyanto dan Karo TU Setjen Dephan Kol. Laut (P) Agus Purwoto. (DMC)

Admin: Sejak pemerintahan Suharto, B.J. Habibie, Abdulrahman Wahid, Megawati, dan Susilo Bambang Yudhoyono alasan pembangunan ekonomi mengalahkan pengembangan kekuatan pertahanan.

Hasil pembangunan ekonomi sampai sekarang tidak menunjukan hasil yang spektakuler, meskipun di level Asia Tenggara. Index IPM bukan yang terbaik di kawasan ini, apalagi dunia.

Sedangkan otot kekuatan bersenjata negara tetangga semakin mengelembung. Sedangkan negeri tercinta ini semakin mengkerut.

Mensisihkan Rp 20 Trilyun setiap tahunnya selama 5 tahun, akan mengembalikan otot-otot yang mengkerut. Dananya darimana ????, subsidi BBM dikurangi. Tokh tidak efeknya buat rakyat kecil. Buktinya ????, BBM turun harga anteng bahkan mendaki. Kok bisa !!!, jalur distrbusi barang yang harus dipotong-potong agar rabat tidak terlalu banyak, harga bisa dikurangi.

Sunday, February 22, 2009

Rusia Meminta Tambahan USD 700 Juta Untuk INS Vikramaditya


Rusia meminta tambahan harga hingga USD700 Juta untuk proses refit, perbaikan dan pengiriman kapal induk INS Vikramaditya (eks RFS Admiral Gorshkov), seperti dilaporkan Press Trust of India.

Proses pengerjaan perbaikan dan refit dilakukan di galangan kapal Sevmash. Sevmah memerlukan kucuran dana segar segera USD 190 Juta guna melanjutkan pekerjaan perbaikan.

Permintaan USD 700 Juta akan menaikan harga akhir jual kapal induk berbobot 44.570 ton menjadi USD 2,9 Milyar.

Proses penjualan kapal induk ini, diawali ketika Rusia menawarkan kepada India mengakuisisi RFS Admiral Gorshkov di tahun 1994. Kemudian dilakukan penandatanganan nota kesepahaman antar dua negara, dimana India menyetujui mengakuisisi kapal induk serta membiayai program refurbish dan refit yang akan dilakukan oleh biro perancangan Nevskoye dan pengerjaan di galangan kapal Severnoye. Penandatanganan dilakukan bertepatan kunjungan Perdana Menteri Rusia Yevgeny Primakov ke India di bulan Desember 1998.

INS Vikramaditya dalam proses refurbish dan refit

Karena masalah harga yang tidak menemui titik temu, pengiriman kapal induk ini ke India tertunda. Sebelumnya INS Vikramaditya diharapkan telah dapat bertugas di jajaran armada AL India sebelum INS Viraat (eks HMS Hermes) dipensiunkan karena faktor usia.

Kapal induk Admiral Gorskhov merupakan kapal terakhir dari empat kapal dalam project 1143 kelas Kiev kapal pertahanan udara. Peletakan lunas di bulan Desember 1978 dan diluncurkan 31 Maret 1982. Sebagian laporan menyebutkan pelucuran kapal 17 April 1982. Mulai berdinas di jajaran AL Uni Soviet Desember 1987, sebagian laporan Januari 1987.

Pada mulanya kapal induk ini diberi nama Admiral Flota Sovietskogo Sojuza Gorshkov, kemudian diubah menjadi Admiral Gorshkov.

Kapal induk ini pernah mengalami kerusakan hebat saat ruang boiler meledak dan terbakar tahun 1994. Kemudian masuk dok di Severodvinsk tanggal 2 Februari 1994. Setelah diperbaiki, kapal dapat melaut kembali tahun 1995. Akan tetapi diistirahatkan dari armada Rusia tahun 1996 dan ditempatkan di dok Severodvinsk.

Kapal induk INS Vikramaditya akan mengusung 16 MiG-29 versi maritim serta campuran helikopter Ka-28 anti kapal selam dan Ka-31 peringatan dini. Dibagian depan kapal dipasang 12 peluncur misil jelajah P-500 Bazalt (SS-N-12 Sanbox) serta 4 peluncur misil permukaan - udara Antey Kinzhal (SA-N-9 Gauntlet).

india-defence/bharat-rakshak/@beritahankam

Destroyer Perancis Kelas Georges Leygues


Primauget D644 Destroyer Kelas Georges Leygues

Destroyer kelas Georges Leygues mempunyai bobot 3830 ton dan membawa awak 218 orang, diluncurkan di galangan kapal Brest tahun 1978. Sebagai pengerak kapal digunakan dua mesin gas Rolls Royce Olympus TM3B kecepatan putaran 46200 bhp dan dua mesin diesel SEMT- Pielstick 16PA6 CV280 kecepatan putaran 10400 bhp, keempat mesin menghasilkan kecepatan maksimal 30 knot, bila mesin diesel saja 21 knot. Jarak jelajah 13600 km pada kecepatan 18 knot.

Georges Leygues D640 Destroyer Kelas Georges Leygues

Persenjataan yang diusung kapal jenis ini, empat misil anti kapal Aerospatiale MM 38 Exocet, misil anti pesawat terbang Crotale dengan 26 peluncur , satu meriam 100 mm/55 Mod 68 CADAM multi fungsi, dua meriam Oerlikon 20 mm, empat senapan mesin M2HB 12,7 mm, dua peluncur torpedo, 10 torpedo ECAN L5, 12 torpedo Honeywell Mk46 untuk dua helikopter anti kapal selam Lynx dan dapat juga digunakan oleh kapal.

Destroyer kelas Georges Leygues, AL Perancis mempunyai tujuh buah kapal yaitu Georges Leygues D640 mulai bertugas 10 Desember 1979 , Dupleix D641/16 Juni 1981, Montcalm D642/28 Mei 1982, Jean De Vienne /25 Mei 1984, Primauguet D644/5 November 1986, La Motte-Picquet D645/18 Februari 1988, dan Latouche-Treville D646/16 Juli 1990. (globalsecurity/beritahankam.blogspot.com)

Kapal Induk Prancis Tiba di Jakarta Untuk Misi Diplomasi


22 Februari 2008, Jakarta -- Kapal induk helikopter Prancis "Jeanne d`Arc" dan kapal perusak "Georges Leygues" yang bertolak dari Brest, Prancis, pada 9 Desember, tiba di Tanjung Priok, Jakarta, Sabtu untuk melakukan misi diplomasi dan persahabatan hingga 26 Februari 2009.

"Selain membawa misi diplomasi, kami juga ingin memperoleh pengetahuan dan pengalaman dari Angkatan Laut Indonesia yang bersama mitra-mitranya dari Malaysia dan Singapura telah berhasil menumpas perompakan di Selat Malaka," kata Kapten Herve Blejean yang disertai Komandan Thierry Catard sebagai pemimpin "Georges Leygues" kepada wartawan yang meliput kedatangan kapal-kapal tersebut.

Menurut dia, angka perompakan di Selat Malaka yang dilalui banyak kapal kargo dan tanker menurun drastis selama dua tahun terakhir.

Lebih jauh Blejean mengatakan sesuai rencana pelayarannya, Jakarta dipilih sebagai tempat persinggahan kapal-kapal itu karena Ibukota Indonesia itu termasuk kota yang dinamis dan hubungan antara Indonesia dan Prancis berlangsung baik selama ini.

"Seorang perwira muda dari Indonesia ikut serta dalam rombongan kami dan jumlah kadet dari Indonesia bisa bertambah pada tahun-tahun mendatang," ujarnya.

Kapal "Jeanne d`Arc" digunakan terutama untuk latihan dasar bagi para kadet Angkatan Laut Prancis. Lettu Bagus Jatmiko dari Indonesia termasuk seorang kadet tamu yang mengikuti pelayaran kapal-kapal tersebut hingga Mei nanti.

Bagus bersyukur dapat memperoleh kesempatan mengikuti pelayaran ini dan menimba banyak pengetahuan termasuk penguasaan bahasa Prancis.

Sebagai kapal induk, "Jeanne d`Arc" dan "Georges Leygues" pernah ikut serta dalam misi bantuan kemanusiaan di Nanggroe Aceh Darussalam menyusul bencana tsunami yang melanda provinsi itu dan beberapa negara lain di Asia Tenggara pada 26 Desember 2004. Keduanya meninggalkan misi awalnya selama hampir dua bulan pada awal tahun 2005.

Kapal "Jeanne d`Arc" yang berawak 600 orang telah mengirimkan bantuan ke wilayah-wilayah terisolasi terutama Meulaboh dan desa-desa di sekitarnya.

Sebuah delegasi dari kota Brest yang dipimpin Walikota Francois Cuillandre juga ikut dalam rombongan tersebut. Walikota Brest menjajaki kemungkinan kerjasama di berbagai bidang dengan pihak-pihak terkait di Jakarta.

antara

HMS Echo Makes Friends with Indonesian Pupils


The Devonport-based Hydrographic and Oceanographic Survey Vessel HMS Echo recently strengthened international ties and made new friends during a ship visit to Jakarta, Indonesia, one of a number of ports she has visited during her current deployment to the Far East.

Following a warm welcome from local authorities and a visit from the ship’s opposite numbers in the Indonesian Navy, 30 members of the Ship’s Company travelled to the Pondok Pesantren Asshiddiqiyah Islamic College located on the outskirts of Jakarta to assist pupils planting trees around the school.


The school welcomed the naval contingent and British Ambassador Mr Martin Hatful with a display of flags and music before welcoming them inside the college’s mosque for speeches and a presentation of gifts. Following the festivities the crew members joined the school’s pupils in games of volleyball and football – the home side winning both matches.

Commander Gary Brooks, Commanding Officer of HMS Echo said: “A mutual friendship definitely developed between the children, their teachers and the sailors. All from HMS Echo experienced the mutual benefit of the Royal Navy mixing with the Indonesian community.”

Over the following days Echo repaid the school’s hospitality, inviting 18 pupils and staff onboard. Activities included a tour of the ship and an introduction to life on a Royal Navy Surveying vessel, which included dressing up a volunteer in full fire-fighting equipment.

HMS Echo, the 12th ship to bear the name, is a Multi-Role Hydrographic and Oceanographic survey vessel. The ship’s affiliated town is Taunton in Somerset. HMS Echo is equipped with the latest integrated survey systems as well as advanced navigation and communications. The ship operates a 'lean' manned 3-watch rotation system and the total Ship’s Company is 72, with 48 personnel onboard at any one time. Ship’s Company work a cycle of 75 days on, 30 days off and the ship has an endurance of 35 days.

royal navy

Saturday, February 21, 2009

Pesawat Sukhoi Dikunci Pengintai Asing


21 Februari 2009, Makassar -- Dua pesawat tempur Sukhoi SU 30 milik TNI Angkatan Udara yang tengah mengadakan latihan di atas perairan Sulawesi Selatan, tiba-tiba diintai bahkan dikunci atau lock missile oleh pihak lain. Peristiwa itu terjadi Jumat (20/2) sekitar pukul 09.00 Wita. Sampai sekarang masih teka teki siapa yang mengunci Sukhoi yang secara rutin mengadakan latihan itu.

Komandan Pangkalan TNI Angkatan Udara (Lanud) Sultan Hasanuddin Makassar, Marsekal Pertama Ida Bagus Putu Dunia, mengakui adanya sinyal pada radar warning receiver Sukhoi tersebut. Dia langsung melakukan pengecekan. Radar Komando Sektor Pertahanan Udara Nasional II ternyata tidak menangkap sinyal pesawat lain.

Panglima Komando Sektor Pertahanan Udara Nasional II Marsekal Pertama Jhon Dalas Sembiring membenarkan bahwa tidak ditemukan pesawat asing yang melintas di wilayah udara Sulawesi Selatan kemarin (20/2).

Kedua pesawat Shukoi tersebut terbang latihan dengan membawa instruktur dari Rusia. Kedua instruktur inilah yang menyatakan bahwa alarm berbunyi karena pesawat di-lock missile. Putu Dunia menyatakan situasi ini adalah yang kedua kali karena hal yang sama juga terjadi sehari sebelumnya.

Menurut dia, kedua pesawat Shukoi ini terbang di atas ketinggian sekitar 15 ribu hingga 20 ribu kaki atau sekitar 4.572 meter hingga 6.096 meter di atas permukaan laut. "Akan tetapi tiba-tiba alarm missile lock berbunyi, sontak pilot pesawat langsung kembali ke Lanud Hasanuddin," ujarnya.

Boeing 737 Surveiller Skadron Udara 5 Lanud Sultan Hasanuddin


Lanud Sultan Hasanuddin segera mengerahkan pesawat Boeing untuk melakukan pencarian hingga radius 200 notical mil. Tapi pesawat pencari tidak menemukan pesawat atau kapal yang mungkin melakukan penguncian terhadap Sukhoi.

Hingga saat ini Lanud Hasanuddin belum mengetahui siapa yang mengunci pesawat Sukhoi. "Kami melakukan pencarian dengan menggerakkan pesawat Boeing yang kemudian terbang berkeliling dengan radius 400 kilometer dari VOR MKS di Makassar," katanya.

Pesawat Boieng tersebut sempat terbang hingga ke Bali dan kini sudah kembali ke Makassar.

Putu Dunia menyatakan pihaknya sudah berkoordinasi dengan pangkalan TNI Angkatan Laut (Lanal) Makassar. Mereka belum menemukan adanya tanda-tanda pesawat yang melintas. "Biasanya TNI AL langsung melaporkan ke kami bila ada pesawat meminta izin untuk melintas," kata Putu Dunia.

Panglima Komando Operasi TNI Angkatan Udara (Pangkoopsau) II Marsekal Muda Yushan Sayuti mengatakan, pihaknya akan mencek seluruh sistem radar peringatan (radar warning system) pesawat Sukhoi SU-30MK2 terkait insiden penguncian itu.

"Apa pun kemungkinannya akan kita cek. Mulai dari sistem radar pesawat sampai kemungkinan ada pihak asing yang me-lock pesawat tersebut," katanya seperti dikutip Antara kemarin.

Yushan mengemukakan, kerusakan pada sistem radar pesawat mungkin saja terjadi, baik pesawat tempur buatan barat maupun timur. Meski pesawat tersebut sudah diuji coba dan hasilnya negatif, tetap ada kemungkinan saat latihan sistem tidak berjalan sebagaimana mestinya. "Ini yang harus dan akan kita cek lebih teliti, tanpa mengabaikan kemungkinan adanya pihak asing yang me-lock pesawat tersebut."

Yushan mengemukakan, pihaknya telah berkoordinasi dengan Komandon Pertahanan Udara Nasional (Kohanudnas) TNI dan TNI Angkatan Laut. Dari koordinasi tersebut, tidak ditemukan adanya penerbangan gelap (black flight) atau permintaan izin terbang lintas di wilayah Indonesia. (jurnalindonesia)

Admin: jika memang benar dikunci pesawat pengintai asing, hanya ada tiga negara ditinjau secara geografis dan alutsista mampu melakukannya; Singapura, Australia, atau Amerika Serikat dengan pesawatnya dari armada ketujuh.

Singapur sendiri baru menerima satu G550-AEW (Airborne Early Warning) dari empat yang dipesan, untuk mengantikan E2-C Hawkeye yang sudah dimakan usia.

Dua Kapal Perang Perancis Bersandar di Tanjung Priok


21 Februari 2009, Jakarta - Dua kapal perang Prancis Jeanne d' Arc dan Georges Leygues bersandar di dermaga 115 Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara. Kedua kapal tersebut bersandar Sabtu (21/2/2009) pukul 10.00 WIB.

"Bagian utama perjalanan ini adalah untuk gerakan diplomasi dua negara dan khususnya untuk menjalin kerjasama antar angkatan laut Indonesia dan angkatan laut Prancis," ujar Kapten Kapal Jeanne d' Arc, Herve' Blejean, ketika dijumpai wartawan di lokasi.

Kapal Jeanne d' Arc terdiri dari 9 tingkat dengan panjang 182 meter. Kapal ini mengangkut 4 helikopter, 4 senjata mesin dan 6 misil antipesawat udara.

Salah Satu Helikopter di Jeanne d' Arc

Blejen mengatakan kapalnya bersama kapal Georges Leygues berangkat dari Prancis pada bulan Desember 2008. Sebelum tiba di Indonesia, kedua kapal tersebut sudah melewati beberapa negara, antara lain Singapura, Maroko, Spanyol dan Yunani. Kapal George Leygues yang berjenis perusak dipimpin oleh komandan Thierry Catard.

Kapal Jeanne d' Arc mengangkut para kadet dari negara-negara lain untuk belajar bersama dengan kadet asal Prancis. Lettu Jatmiko, kadet asal Indonesia pun ikut dalam rombongan ini.

"Saya banyak mendapat pelajaran dari pertukaran belajar ini," ujar Jatmiko.

detiknews

Batalyon 500/Raider/Kodam V/Brawijaya - bag. 2


K-9 Yonif 500/Raider
Tim K-9 Yonif 500/Raider tergabung tim Penanggulangan Teror (Gultor), bertugas pencarian jejak dan pelacakan dibentuk 4 April 2006. Dipimpin seorang Bintara selaku Komandan Tim (Dantim), yang membawahi 10 orang prajurit dan 10 ekor anjing. Seorang perwira ditunjuk sebagai koordinator pelatih.

Jenis anjing yang dimiliki, lima ekor anjing / Herder (German Shepherd), dua ekor Rottweiler, dua ekor Doberman, dan seekor Golden Retriever.

Tim K-9 hanya dimiliki oleh Yonif 500/Raider tidak dimiliki batalyon raider lainnya. K-9 Korps (Canine Corps) dibentuk pertama kali oleh Quartermaster Corps AB Amerika Serikat 13 Maret 1945.

Prestasi Menggagumkan



Tidak lama dilantik menjadi Raider, Yonif 500 diterjunkan ke medan laga di bumi serambi Mekah. Langsung meraih prestasi gemilang setelah Tim Jayabaya I Yonif 500/Raider berhasil menewaskan Ishak Daud Panglima Operasi Gerakan Separatis Aceh (GSA) Wilayah Peureulak, Kabupaten Aceh Timur.

Setelah baku tembak di kawasan hutan Kampung Babah Krueng, Peureulak sekitar 392 Km sebelah timur kota Banda Aceh sekitar pukul 12.30 WIB, 8 September 2004. Selain menewaskan Ishak Daud, turut tewas Cut Rostina istri Ishak Daud anggota Inong Bale (Tentara Wanita GAM) serta 14 anggota GAM. Sedangkan satu prajurit Yonif 500/Raider Praka Abubakar Siddiq gugur.

Usai baku tembak anggota Tim Jayabaya I berhasil menyita 320 butir amunisi AK, tiga buah magazen AK, tiga buah Box Magazen, satu sangkur, dua helm tempur, sebuah teropong besar, sebuah kopel riem, dua lembar bendera GSA, dan 23 buah tenda plastik hitam.



Atas prestasinya seluruh anggota Tim Jayabaya I Yonif 500/Raider mendapatkan Kenaikan Pangkat Medan Tempur (KPMT) dari Panglima TNI Jenderal TNI Endriartono Sutarto tanggal 20 September 2004, atas nama Serka Herlambang (Komandan Tim), Serka TH. Yosi Wibowo K, Kopka Ramdim, Koptu Moh. Kastur, Kopda Puji Haryono, Praka Prapto Bashori. W, Praka Edi Suyatno, Pratu Bambang Purnomo, Pratu Nurdi Iswahyudi, Pratu Zaenal Abidin, Pratu Umar, Pratu Feri Yoga L dan Pratu M. Wahyudi.

Riwayat Tugas
Agustus 1945 - Hingga akhir 1949: gerilya melawan pasukan penjajah Belanda di daerah Tulungagung, Blitar, Ponorogo dan Madiun;
1950: menumpas pemberontakan APRA di Bandung;
1953 – 1954: menumpas DI/TII di Jawa Tengah;
1955 – 1957: menumpas DI/TII Kahar Muzakar;
1958: menumpas PRRI di Bukit Tinggi, Sumatera Barat
1964 – 1965: kembali menumpas DI/TII Kahar Muzakar;
1970 an – 1990 an: operasi di Timor Timur;
2000: operasi di Atambua;
2001 – 2005: operasi di Aceh.

@beritahankam.blogspot.com
bagian kedua dari dua bagian
Sumber: Majalah Defender Tahun 2 Edisi 24 Oktober 2007, tempointeraktif.com, kompas.com, tniad.mil.id, gatra.com, sejarahtni.mil.id
Foto: detiknews, kompas.com

Batalyon 500/Raider/Kodam V/Brawijaya - bag. 1


Infanteri (Yonif) 500 Raider/Kodam V Brawijaya merupakan perubahan dari Yonif 507/BS Sikatan/Kodam V Brawijaya setelah ditingkatkan kemampuannya melalui pelatihan raider di Pusat Latihan Tempur (Puslatpur) Asembagus, Situbondo, 16 Juli hingga 26 Oktober 2003. Pelatihan ini diikuti oleh 850 prajurit Yonif 507/BS. 50 prajurit kembali dilatih anti teror di Puslatpur Kopassus.

Pelantikan Batalyon menjadi batalyon raider dilakukan Kasad Jenderal Ryamizard Ryacudu, bertepatan Hari Juang Kartika TNI Angkatan Darat di Kemayoran, Jakarta 22 Desember 2003.

Pembentukan batalyon raider merupakan keputusan rapat komando TNI AD 26-28 Maret 2003 di Lhoukseumawe, Aceh. Dimana akan dibentuk 10 batalyon Raider, delapan di yonif Kodam dan dua di yonif Kostrad.

Sejarah Batalyon
Sejarah batalyon dimulai terbentuknya TKR di Mojokerto, Jawa Timur, Agustus 1945 dipimpin Shodanco RM. Soedarsono. Bertambahnya personel TKR ini, maka diberi nama Batalyon 7420 dibawah pimpinan Shodanco R. Soemardjo dan wakilnya Shodanco RM. Soedarsono di bulan Oktober 1945. Saat bertempur dengan tentara Ghurka, Shodanco RM. Soedarsono gugur. Komandan batalyon kembali dijabat Shodanco RM. Soedarsono.

Dua tahun kemudian, Yon 7420 menjadi Yon 6010 dan menjadi Yon Stoof dibawah Divisi I Jawa Timur. Tak lama kemudian diubah lagi menjadi Yon 131 tanggal 4 Januari 1948. Bergantinya komando batalyon 131 dari Divisi I Jatim ke Brigade 2/Divisi I Jatim, penamaan batalyon berubah lagi menjadi Yon 23/Sikatan tanggal 10 September 1948.


Personel Yon 23/Sikatan bertambah dengan bergabungnya Kompi Sobirin Mochtar eks Yon 124 Kediri dan Kompi R. Affandi eks Divisi Siliwangi yang hijrah dari Jawa Barat. Penggabungan guna kepentingan penumpasan pemberontakan PKI-Muso di Madiun.

Terjadi penggabungan kembali 1 kompi dari Yon 124 dan 1 kompi dari Divisi Siliwangi tanggal 25 Oktober 1948. Kemudian diresmikan oleh Komandan Brigade 2/Divisi I Jatim menjadi Yonif 507/BS Sikatan Mahastra Yudha dengan Komandan Batalyon Mayor RM. Soedarsono. Peresmian batalyon ini ditetapkan sebagai hari jadi batalyon.

Hingga saat ini telah mengalami 36 kali pergantian Danyon, terakhir Letnan Kolonel Inf Supriono lulusan Akmil 1991 yang dilantik Pangdam V/Brawijaya Mayor Jenderal TNI Bambang Suranto S,Sos tanggal 29 Oktober 2007, menggantikan Letkol Inf Syaiful Azis.

Pertama kali batalyon ini bermarkas di Mojokerto 1945 – 1948, kemudian pindah ke Kediri hingga tahun 1949. Dalam operasi penumpasan pemberontakan PKI-Muso, batalyon bersifat mobile di daerah Tulungagung, Blitar, Ponorogo dan Madiun. Dan menetap hingga sekarang di Gunungsari, Surabaya.

Tugas-Tugas Pokok
1. Memelihara dan meningkatkan kemampuan intelijen Yonif 500/Raider, untuk deteksi dini dan peringatan dini terhadap setiap kerawanan dan ancaman, agar tidak berkembang menjadi ancaman nyata;
2. Memelihara dan meningkatkan kemampuan taktik dan teknik tempur serta operasional Yonif 500/Raider, dengan cara meningkatkan pemantapan satuan, menata organisasi dan budaya belajar dan berlatih;
3. Menyiapkan prajurit secara professional, dengan mematuhi hukum dan HAM dalam pelaksanaan tugas;
4. Menyiapkan satuan sehingga sewaktu-waktu siap digerakkan untuk mengatasi setiap trouble spot yang terjadi di wilayah Jawa Timur;
5. Menyiapkan satuan dalam rangka member bantuan kepada Polda Jatim, guna pemulihan dan pemeliharaan stabilitas keamanan di wilayah Jatim;
6. Menyiapkan kekuatan Yonif 500/Raider yang professional, efektif dan modern serta memiliki kualitas dan mobilitas tinggi, untuk menangkal segala bentuk ancaman;
7. Memelihara dan meningkatkan kemampuan pembinaan territorial terbatas, agar dapat memperkokoh kemanunggalan TNI-Rakyat, menumbuhkan kepekaan dan daya tanggap terhadap perkembangan situasi yang terjadi di wilayah Jatim;


8. Menyelenggarakan pengamatan instalasi objek vital TNI dan non TNI, kegiatan kenegaraan, keamanan fisik pejabat penting Negara (VIP) dan tamu Negara serta pejabat perwakilan negara sahabat yang berada di wilayah Kodam V/Brawijaya berdasarkan perintah Komando Atas;
9. Membantu pelaksanaan fungsi pemerintah dalam kondisi dan situasi yang memerlukan sarana, alat dan kemapuan TNI, untuk menyelesaikan permasalahan yang sedang dihadapi, antara lain membantu mengawasi akibat bencana alam dan merehabilitasi infrastruktur.

bagian pertama dari dua bagian
Sumber: Majalah Defender Tahun 2 Edisi 24 Oktober 2007, tempointeraktif.com, kompas.com, tniad.mil.id, gatra.com, sejarahtni.mil.id
Foto: detiknews, kompas.com

Pendapat Anggota DPR RI Kasus Sukhoi di Kunci Missil Misterius


20 Februari 2009, Jakatarta -- Wakil Ketua Komisi I DPR RI, Yusron Ihza Mahendra, di Jakarta, Jumat petang, menyorot kritis insiden dua pesawat Sukhoi baru tipe SU30 MK2, yang dilaporkan sempat di-'lock' (dikunci) lawan tak dikenal.

Ia mengatakan itu, merespons pernyataan Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Udara (TNI-AU), Marsekal Pertama Chaerudin Ray, sebelumnya, yang membantah dua pesawat Sukhoi itu telah dijadikan target tembak.

Kepada pers, Chaerudin Ray hanya mengatakan, dua pesawat itu sedang latihan di wilayah udara Sulawesi Selatan. "Bukan dikunci dan dijadikan target tembak, tapi alarm peringatan berbunyi," katanya lagi.

Namun, menurut Yusron Ihza Mahendra selaku Wakil Ketua Komisi I DPR RI Bidang Pertahanan, apa pun yang terjadi terhadap Sukhoi itu, ini tentu harus menjadi perhatian serius.

"Awal minggu depan ini Komisi I DPR RI ada agenda sidang dengan Panglima TNI dan kami akan menanyakan hal itu secara serius," tegasnya lagi.

Sebagai pemegang hak anggaran sekaligus hak kontrol, demikian Yusron Ihza Mahendara, 'insiden Sukhoi' di udara Sulawesi Selatan itu, tidak boleh dianggap hal biasa-biasa saja.

"Ini serius. DPR RI atas nama rakyat punya hak kontrol dan hak anggaran. Karena itu, kami akan memperhatikan kejadian atas Sukhoi itu dengan serius. Apalagi yang menganggarkan dana pembelian Sukhoi itu adalah juga DPR RI," tandasnya.

Secara pribadi, ujar Yusron Ihza Mahendra, dirinya tentu akan lebih serius lagi, karena dialah yang mengetuk palu menyetujui dana (pembelian Sukhoi) tersebut.

Yusron Ihza Mahendra dengan nada curiga juga mempertanyakan keberadaan dua Sukhoi itu, apakah memang dalam keadaan bagus, atau bagaimana ketika didatangkan dari Rusia.

"Yang pasti, waktu saya dan kawan-kawan meninjau di Pangkalan TNI Angkatan Udara (Lanud) Hasanuddin, Makassar, sekitar dua minggu yang lalu, pesawat itu dalam keadaan diparkir diam di landasan dan mesin tentu saja dalam keadaan mati. Kami tentu tidak tahu, apakah pesawat-pesawat itu ada masalah atau tidak," ungkapnya.

Namun, kepada ANTARA ia memastikan, di Komisi I DPR RI banyak purnawirawan TNI berbintang, termasuk eks TNI-AU.

"Kami akan tanyakan hal di atas secara detil. Apa lagi di kami ada yang memang ngerti pesawat dan sistem senjata secara detil," kata Yusron Ihza Mahendra meyakinkan.

Sementara itu, dalam penjelasannya sebagaimana diberitakan media Tempo-interaktif, Marsekal Pertama Chaerudin Ray, menjelaskan dengan pasti, dua Sukhoi baru tersebut sedang menjalani latihan intersep atau disergap dan menyergab. Bunyi alarm peringatan itu bukan karena dijadikan target musuh lalu dikunci, namun diduga akibat ada kerusakan pada pesawat.

Kedua pesawat itu, menurutnya, masih dalam perbaikan dan uji coba. Karena itu saat ini pesawat telah kembali ke pangkalan untuk dicek kembali.

Ia juga mengungkapkan, saat ini masih ada teknisi dari Rusia yang berada di Makasar, sehingga pesawat-pesawat itu nanti mau langsung diperbaiki.

Namun untuk memastikan apakah benar sempat ada penguncian oleh pesawat lain, Chaerudin Ray mengatakan, telah dikirim pesawat Boeing untuk mengeceknya.

Tapi, menurutnya lagi, pada dasarnya pesawat Boeing ini memang untuk patroli rutin.

Dari hasil pengecekan, katanya lagi, hasilnya nihil.

Seperti diberitakan beberapa media lainnya sebelum ini, dua pesawat Sukhoi baru tipe SU30 MK2 ini sempat melaporkan di-'lock'.

Karena itu, kedua pesawat tersebut lalu kembali ke pangkalan.(antara)

---000---

20 Februari 2009, Jakarta -- Alarm dua pesawat Sukhoi yang sedang berlatih di kawasan udara Makassar tiba-tiba berbunyi. Untuk mengetahui penyebab peristiwa itu, TNI diminta segera mengusutnya.

"Kalau perlu dibentuk tim khusus Mabes TNI serta instansi terkait," kata anggota komisi I DPR, Tjahjo Kumolo kepada detikcom, Jumat (20/2/2009).

Tjahjo mengatakan, peristiwa itu harus segera diketahui penyebabnya. Apakah human error atau masalah tekhnis. Bahkan, menurut Tjahjo, jika tidak siap dengan kecanggihan sistem pesawat ini, pembelian Sukhoi sebenarnya dapat ditunda.

"Kalau memang belum siap secara tekhnis harusnya (pembelian) tidak perlu tergesa-gesa," jelasnya.(edit @detiknews)

Friday, February 20, 2009

2 Sukhoi TNI AU Nyaris Ditembak Tak Usah Dibesar-besarkan

20 Februari 2009, Jakarta -- Alarm dua pesawat Sukhoi yang sedang berlatih di kawasan udara Makassar tiba-tiba berbunyi. Kuat dugaan, dua pesawat baru itu dikunci oleh misil atau hendak ditembak.

Peristiwa ini dianggap biasa oleh anggota DPR Komisi I, Yuddy Chrisnandi. Calon presiden dari Dewan Integrasi Bangsa ini meminta agar masalah ini jangan dibesar-besarkan.

"Itu hal biasa, technical error untuk sebuah sistem pesawat canggih yang baru kita pelajari," ujar Yuddy kepada detikcom lewat pesan pendek, Jumat (20/2/2009).

Menurut Yuddy, negara sekelas Amerika Serikat saja pernah mengalami hal serupa. Salah satu pesawat F-21 (?? admin) milik mereka pernah salah tembak.

Untuk itu, jika ditemukan kerusakan dalam penyelidikan, pesawat yang masih berstatus uji coba ini harus segera diperbaiki. Pihak indonesia tinggal menyerahkan kepada Rusia untuk mengurusnya.

"Tidak perlu keluar biaya karena seharusnya masih garansi dari pihak Rusia," tegasnya.

Seperti diketahui, dua pesawat Sukhoi milik TNI AU diduga menjadi sasaran tembak pesawat asing saat menggelar latihan terbang sekitar pukul 09.00 Wita. Alarm kedua pesawat tersebut berbunyi saat berada di ketinggian 20 ribu kaki. (detiknews)

TNI AU Akan Cek Seluruh Radar Sukhoi

20 Februari 2009, Jakarta -- Panglima Komando Operasi TNI Angkatan Udara (Pangkoopsau) II Marsekal Muda Yushan Sayuti mengatakan, pihaknya akan mencek seluruh sistem radar peringatan (Radar Warning System) pesawat Sukhoi SU-30MK2.

Ketika dikonfirmasi ANTARA News di Jakarta, Jumat, ia mengatakan, pihaknya akan mengecek segala kemungkinan menimpa pesawat Sukhoi yang sedang berlatih tersebut.

"Apa pun kemungkinannya akan kita cek. Mulai dari sistem radar pesawat sampai kemungkinan ada pihak asing yang me-"lock" pesawat tersebut," katanya, menambahkan.

Yushan mengemukakan, kerusakan atau `trouble` pada sistem radar pesawat mungkin saja terjadi baik di pesawat tempur buatan barat maupun timur. Jadi, meski pesawat tersebut sudah diuji coba dan hasilnya negatif, tetap ada kemungkinan saat latihan sistem tidak berjalan baik sebagaimana mestinya.

"Ini yang harus dan akan kita cek lebih teliti, tanpa mengabaikan kemungkinan adanya pihak asing yang me`lock` pesawat tersebut," tuturnya

Yushan mengemukakan, pihaknya telah berkoordinasi dengan Komandon Pertahanan Udara Nasional (Kohanudnas) TNI dan pihak TNI Angkatan Laut. Dari hasil koordinasi tersebut, tidak ditemukan adanya penerbangan gelap (black flight) atau permintaan ijin terbang lintas di wilayah Indonesia.

Sedangkan dari TNI AL juga dkabarkan tidak ada ijin melintas dari kapal perang dari pihak lain. "Meski begitu, kita akan lakukan pengecekan pula dengan melakukan penyisiran dan kita sudah kerahkan pesawat intai Boeing dari Skadron Udara 5," ungkapnya.

TNI AU baru saja mendapat tiga pesawat Sukhoi SU-30MK2 dari enam yang dipesan untuk melengkapi empat pesawat Sukhoi SU-27SK dan SU-30MK yang telah dimiliki sebelumnya.

Tiga unit Sukhoi SU-30MK2 yang tiba di Indonesia akhir 2008 dan awal Januari 2009 itu, telah mengalami ujicoba oleh pilot-pilot Rusia setelah dirakit di Skadron Teknik 044 Pangkalan Udara Sultan Hasanuddin, Makassar.

Dalam ujicoba selama satu jam tersebut, seluruh sistem ketiga pesawat masing-masing TS-3003, TS-3004 dan TS-3005, dinyatakan berjalan baik termasuk sistem radar peringatan. (edit @antara)

Komponen Cadangan Masih Diperdebatkan

20 Februari 2009, Jakarta -- Rancangan Undang-Undang (RUU) Komponen Cadangan Pertahanan Negara yang digodok Departemen Pertahanan (Dephan) belum reda dari kritik. Kalangan sipil beranggapan RUU berpotensi melanggar prinsip hak asasi manusia. Di lain sisi, bisa memicu konflik horizontal karena komponen cadangan bisa digunakan untuk penyelesaikan konflik dalam negeri, terorisme, dan lain-lain.

Rancangan juga cenderung memperkuat struktur komando teritorial TNI AD, melanggar prinsip sentralisme anggaran pertahanan negara karena membuka peluang daerah ikut membiayai, serta tidak menyediakan ruang complaint masyarakat jika suatu saat terjadi penyalahgunaan atas komponen cadangan.

"Rancangan perlu banyak perbaikan. Masih belum saatnya diajukan," kata Direktur Eksekutif Imparsial, Rusdi Marpaung saat diskusi publik mengenai komponen cadangan di Jakarta, Kamis (19/2). Hadir dalam pertemuan itu pengamat militer Makmur Keliat dan Direktur Jenderal Potensi Pertahanan Dephan Budi Susilo Soepandji.

Makmur berpendapat, komponen cadangan belum mendesak. "Biaya untuk komponen cadangan sangat besar," katanya. Dia menyarankan, anggaran dialihkan untuk perbaikan kesejahteraan komponen utama, dalam hal ini TNI.

Meski memang hukum terkait komponen cadangan sudah diperlukan. Aturan formal akan menghilangkan keberadaan dan pembentukan kelompok sipil bersenjata atau milisi. "Karena wujud formalnya sudah diatur," katanya.

Tapi menurut Budi Susilo, rancangan komponen cadangan harus dilihat dari nilai strategisnya. "Kalau tidak sekarang, kapal kita memulai," katanya. Dephan mencari model yang sesuai anggaran yang dimiliki. Contohnya, tahap awal komponen cadangan yang dibentuk berkisar 1.000 orang saja.

"Tidak mungkin langsung dilatih puluhan ribu orang. Tak ada dana," kata Budi. Dari situ Dephan mempelajari administarsi pelaksanaan pendidikan komponen cadangan. TNI belajar mengendalikan personel cadangan dan masyarakat belajar menjadi komponen cadangan. Dephan terus memperbaiki naskah akademik sesuai masukan yang ada. (jurnalnasional)

Mayjen TNI Zahari Siregar Tinjau Dapur KRI Surabaya

17 Februari 2009, Surabaya -- Ada pemandangan yang sedikit berbeda di KRI Surabaya-591, seluruh Anak Buah Kapal (ABK) termasuk Komandannya Letkol Laut (P) Suhartono terlibat sibuk menyiapkan kapal karena akan dikunjungi oleh Panglima Divisi II Kostrad Mayjen TNI Zahari Siregar (17/2).

Tidak lama berselang, beberapa ABK KRI Surabaya dengan berpakaian PDU (Pakaian Dinas Upacara) disiapkan didepan tangga untuk membentuk Vaalrif menyambut kedatangan perwira tinggi berbintang dua di pundak itu.

Kunjungan Pangdiv II Kostrad ke kapal perang kebanggan ‘arek’ Surabaya itu didampingi oleh KS Koarmatim Laksamana TNI Slamet Yulistiono serta beberapa pejabat teras Koarmatim.

Pada kesempatan itu, Pangdiv II Kostrad menyempatkan diri untuk melihat-lihat beberapa bagian kapal seperti Anjungan, Pusat Informasi Tempur (PIT), Lounge Room, dapur dan terakhir Ballroom KRI Surabaya. Kunjungan tersebut dipandu langsung oleh Komandan KRI Surabaya-591 Letkol Laut (P) Suhartono. (tnial.mil.id)

Dua Sukhoi di Kunci Misil Saat Latihan

20 Februari 2009, Makassar -- Dua pesawat Sukhoi SU-30 milik TNI AU terancam akan ditembak oleh missile (peluru kendali). Keduanya dikunci missile oleh pihak tidak dikenal ketika berlatih intersepsi udara di wilayah udara pesisir selatan Sulawesi Selatan, Jumat (20/2).

Alarm missile lock kedua pesawat berbunyi secara tiba-tiba, namun kedua pesawat canggih yang dibeli dari Rusia itu tidak bisa mengenali siapa pihak yang mengunci mereka dengan tembakan missile.

Komandan Lanud Sultan Hasanuddin, Marsekal Pertama Ida Bagus Putu Dunia ketika dihubungi di Makassar pada Jumat menjelaskan di masing-masing pesawat yang sedang berlatih itu terdapat instruktur terbang dari Rusia yang sedang melatih dua penerbang tempur TNI AU. Kedua instruktur itulah yang menyatakan alarm berbunyi karena pesawat di-lock missile. "Saya menerima laporannya sekitar pukul 09.00 WITA," kata Putu.

Menurutnya, pesawat itu melakukan terbang pada ketinggian sekitar 15.000-20.000 kaki, atau sekitar 4.572 meter hingga 6.096 meter di atas permukaan laut.

"Kami belum mengetahui siapa yang mengunci pesawat kami. Kami telah melakukan pencarian dengan mengirimkan pesawat Boeing yang telah terbang berkeliling dalam radius sekitar 370 km dari VOR MKS di Makassar, tetapi pencarian itu tidak menemukan apa-apa. Pesawat Boeing sekarang dalam perjalanan ke Bali, dan melanjutkan pencarian di sekitar wilayah lintasannya," kata Putu.

Putu menyatakan hingga Jumat pihaknya tidak menerima permintaan izin melintas dari pesawat ataupun kapal asing yang ingin melintasi wilayah udara dan perairan Indonesia.

"Kami juga sudah berkoordinasi dengan Pangkalan Utama TNI AL Makassar, dan sejauh ini tidak ada izin melintas dari pesawat atau kapal asing," kata Putu. (antara/tribuntimur)

Thursday, February 19, 2009

TNI Tak Sepenuhnya Bergantung pada AS

19 Februari 2009, Jakarta -- Panglima TNI Jenderal TNI Djoko Santoso mengatakan, pemenuhan alat utama sistem senjata (alutsista) TNI tidak lagi sepenuhnya bergantung pada Amerika Serikat (AS), meski hubungan militer RI-AS sekarang makin baik.

Dalam wawancara khusus dengan wartawan ANTARA Akhmad Kusaeni dan Rini Utami di Mabes TNI Cilangkap, Jakarta, Rabu, terkait kunjungan Menlu AS Hillary Clinton, Djoko Santoso mengatakan, setelah embargo militer AS terhadap Indonesia dicabut pada 2005, hubungan militer kedua negara berangsur membaik meski belum sepenuhnya.

Sejak 22 November 2005, Washington memutuskan untuk memulihkan hubungan militer dengan Indonesia. Melalui kebijakan itu, seluruh embargo yang diterapkan kepada Indonesia seperti International Military Education and Training (IMET), Foreign Military Sales (FMS), Foreign Military Financing (FMF), maupun Defence Export dicabut.

Departemen Luar Negeri AS dalam rilisnya menyebutkan, atas dasar kepentingan negara, Pemerintah AS memutuskan untuk mengabaikan (waive) persyaratan (yang ditetapkan Kongres AS) terkait dengan FMF dan ekspor produk-produk pertahanan kepada Indonesia, sesuai dengan seksi 599F(b) tahun fiskal 2006 Foreign Operations, Export Financing and Related Programs Appropriation Act (PL 109-102).

Proses pemulihan dan peningkatan kembali hubungan militer Indonesia-AS sebelumnya didahului pembukaan kembali IMET pada Februari 2005 dan FMS pada bulan Mei 2005.

"Saat ini hubungan militer dua negara sangat baik, tetapi kini juga sudah banyak negara produsen senjata yang menjadi sumber pemenuhan alutsista TNI seperti Inggris, Cina, Rusia dan Korea. Dari masing-masing negara tersebut, dipilih berdasarkan spesifikasi teknik dan persyaratan operasional TNI," ujar Djoko.

Demikian juga dengan pendidikan dan pelatihan bagi para perwira TNI. Pola pendidikan dan latihan harus disesuaikan dengan kebutuhan operasional TNI. Khusus dengan AS materi pendidikan dan latihan yang dikerjasamakan antara lain pasukan khusus (special force), dan ranger.

"Karenanya, dalam program pendidikan dan latihan, TNI juga melakukan kerjasama dengan beberapa negara," ujarnya.(ANTARA)

34 Pasis Praktik di Kapal Perang

KRI Dr. Suharso-990

19 Februari 2009, Surabaya -- Sebanyak 34 perwira siswa (pasis) Korps Suplai Akademi TNI Angkatan Laut (AAL) melaksanakan latihan praktik sebagai kepala departemen logistik (kadeplog) selama lima hari di tiga kapal perang RI (KRI).

Kabagpen AAL, Mayor Laut (KH) Drs Jamaluddin dalam siaran persnya di Surabaya, Kamis menjelaskan, praktik itu dilaksanakan di tiga kapal canggih milik TNI AL, yakni KRI Makassar-590, KRI Surabaya-591, dan KRI Dr. Suharso-990.

"Tujuan diadakannya latihan ini adalah, nantinya para pasis dapat mengaplikasikan teori yang diterima dengan melaksanakan fungsi-fungsi pembekalan," katanya mengutip pernyataan Gubernur AAL, Laksda TNI Moch. Jurianto.

Selain itu, katanya, pasis harus mampu melaksanakan tugas, wewenang dan tanggung-jawab sebagai kadeplog, menyelenggarakan pembukuan dan melaksanakan pertanggungjawaban keuangan sebagai pemegang uang.

"Sesuai dengan tujuan dan sasaran latihan ini, muatan materi dipilih berkaitan dengan tugas Kadeplog KRI. Karena itu para pasus diberikan sistem pembekalan logistik yang dikembangkan sesuai dengan penugasan profesi mereka nantinya," ujarnya.

Ia berharap, perwira TNI AL harus handal dan profesional di bidangnya, harus dapat mengikuti derap langkah tuntutan dan tantangan yang ada serta berprestasi dalam pengabdiannya kepada bangsa dan negara. (antarajatim.com)

Anggaran Pertahanan 2009 - 2010 India Naik 34%

India merencanakan anggaran pertahanan tahun 2009 – 2010 sebesar USD29,52 Milyar. Naik hampir 34% dari USD22 Milyar, kata Menteri Keuangan India Pranab Mukherjee (15/1).

Sebagian besar kenaikan guna pembayaran gaji 1,3 juta prajurit, tetapi anggaran pengadaan alutsista USD11,42 Milyar naik 14,2% dari USD10 Milyar. Anggaran ini mulai berjalan dari 1 April 2009 hingga 31 Maret 2010.

Angkatan Darat

Tank T-90 AD India

Anggaran AD kenaikannya terbesar sebesar 35,5% dari USD2,73 Milyar menjadi USD3,7 Milyar.

AD mengajukan proposal pembelian lebih dari 1000 pucuk meriam kaliber 155 mm/52, pesawat nirawak, penambahan Tank T-90, up-grade Tank T-72, pos komando bergerak untuk resimen artileri, peralatan untuk pasukan elit, misil anti tank, helikopter, misil jelajah dan sistim manajemen tempur.

Angkatan Udara

Mirage 2000 AU India

Alokasi kenaikan 4,3% dari tahun lalu, USD3,98 Milyar menjadi USD4,16 Milyar.

Anggaran direncanakan untuk pembelian pesawat nirawak, 126 pesawat tempur multi fungsi (MRCA), pesawat tanker, helikopter pengganti Cheetah dan Chetak, upgrade MiG-29 dan Mirage 2000H, sistim pertahanan udara, misil dan sebuah satelit.

Helikopter Chetak

Angkatan Laut


INS Chetlat Kapal Terbaru AL India Buatan Dalam Negeri

AL mendapat alokasi anggaran USD832 Juta naik 4,5% dari USD796 juta.

AL akan membeli kapal selam nuklir dan konvensional, pesawat nirawak, misil pertahanan udara, torpedo, sistim jaringan, kapal perang dan pesawat intai maritim dari Boeing.

Riset dan Pengembangan
Militer mendapatkan anggaran USD776,6 juta naik dari USD644 juta. Defence Research and Development Organisation (DRDO) sedang mengembangkan misil nuklir jarak jangkau hingga 5000 km, misil jelajah, misil lainnya, dan sistim pertahanan udara bekerjasama dengan Israel.

defensenews.com/@beritahankam

Wednesday, February 18, 2009

Pemberangkatan KRI Diponegoro Tunggu PBB


17 Februari 2009,Surabaya -- Kepala Staf TNI AL (KSAL), Laksamana TNI Tedjo Edhi Purdijatno mengemukakan bahwa keberangkatan KRI Diponegoro-365 beserta sekitar 100 prajurit TNI AL ke Lebanon masih menunggu kesepakatan dengan PBB.

"Keberangkatan KRI Diponegoro ditunda sekitar satu bulan karena menunggu MoU dengan PBB," katanya kepada wartawan seusai acara peresmian pengalihan pembinaan satuan-satuan di penerbangan TNI AL di Surabaya, Rabu.

Ia mengemukakan, hal yang harus dipersiapkan dalam pemberangkatan kapal canggih milik TNI AL itu adalah pembiayaan sesuai kesepakatan dengan PBB.

"Kalau jumlah personel yang akan diberangkatkan memang sudah sesuai dengan rencana," kata laksamana berbintang empat yang juga penerbang TNI AL itu.

Personel TNI AL yang tergabung dalam pasukan Garuda XXVIII-A itu sudah mendapatkan pembekalan selama satu bulan di Markas Komando Armada RI Kawasan Timur (Koarmatim) dari berbagai sumber, termasuk Deplu dan sejumlah perwira TNI yang pernah bertugas di luar negeri.

Menurut Kadispen Koarmatim, Letkol Laut (KH) Drs Toni Syaiful, KRI Diponegoro akan
bergabung dalam misi perdamaian PBB bersama dengan beberapa kapal perang dari negara-negara Eropa, seperti Jerman, Perancis, Portugal, Belanda dan Italia.

"Saat ini semua personel yang akan bertugas sudah siap untuk menjalankan tugas misi perdamaian," katanya.

Meskipun markas kapal perang tersebut di Koarmatim, Surabaya, namun pemberangkatan KRI Diponegoro ke Lebanon direncanakan di Jakarta. (antarajatim.com)

KSAL: KRI Kupang Masih Layak Operasi

17 Februari 2009, Surabaya -- Kepala Staf TNI AL (KSAL), Laksamana TNI Tedjo Edhi Purdijatno menegaskan bahwa KRI Kupang-582 yang nyaris tenggelam akibat hantaman ombak masih layak untuk dioperasikan kembali.

"Kapal itu masih bisa dioperasikan kembali setelah berhasil diangkat," katanya kepada wartawan seusai acara peresmian pengalihan pembinaan satuan-satuan di penerbangan TNI AL di Surabaya, Rabu.

KSAL mengemukakan, personel dari jajaran Komando Armada RI Kawasan Timur (Koarmatim) kini masih terus berupaya mengangkat kapal yang dikandaskan di Desa Martadesa, Kecamatan Pasarean, Bangkalan, Madura itu.

"Proses pengangkatan itu memang membutuhkan waktu lama karena kapal tersebut beratnya ratusan ton. Kapal tersebut saat kejadian sedang menjalankan tugas mulia untuk menyelamatkan nelayan yang perahunya tenggelam," kata laksamana berbintang empat itu.

Sebelumnya Koarmatim mengerahkan masing-masing satu tim pasukan penyelam dan Komando Pasukan Katak (Kopaska) untuk memompa ruang kosong dan memasukkan sejumlah drum ke dalam kapal agar terangkat. (edit @antarajatim.com)

Shukoi Baru untuk Lengkapi Satu Skuadron


18 Februari 2009, Jakarta -- Kepala Staf TNI AU (KSAU) Marsekal Subandrio mengatakan, rencana TNI AU mengadakan tiga unit Sukhoi saat ini untuk melengkapi empat unit pesawat tempur Rusia tersebut yang sudah ada saat ini hingga menjadi satu skuadron.

"Program pengadaan pesawat tempur Sukhoi tersebut beserta dukungannya merupakan program alokasi tahun anggaran 2005-2009 secara multy years dengan commercial credit sebesar US$335 juta," ujar Subandrio saat Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi I DPR di Jakarta, Rabu (18/2).

Penjelasan Kasau itu menjawab pertanyaan anggota Dewan seputar anggaran untuk mendatangkan tiga unit Sukhoi yang sekarang ada di Makasar berikut harga pesawat, biaya operasional, dan pemeliharaannya.

Kasau mengatakan, dari pagu sebesar US$335 juta itu dialokasikan secara bertahap pada tahun anggaran 2005 sebesar US$55 juta, pada 2006 sejumlah US$71 juta dan pada 2008 tahap I senilai US$69 juta.

Sementara itu, kekurangan sebesar US$140 juta diprogramkan dengan KE TA 2008 tahap II sebesar US$71 juta dan KE TA 2009 sebesar US$69 juta.

Menurut KSAU, ketiga pesawat tempur Sukhoi itu telah diserahterimakan kepada TNI AU pada 2 Februari 2009.

Mengenai penetapan harga Sukhoi, Kasau menjelaskan, itu dilakukan oleh Dephan melalui negosiasi dengan pihak penjualnya, yakni Resoboront Export Rusia setelah adanya operational requirement pesawat yang diinginkan TNI AU untuk mendapatkan kesepakatan harga.

Soal biaya pemeliharaan, Kasau menjelaskan, untuk dua tahun pertama masih menjadi tanggungan pihak pemasok sementara biaya operasional didukung melalui anggaran TNI AU program tahun anggaran 2009. (mediaindonesia.com)

Alih Bina Jajaran Puspenerbal


KSAL Laksamana TNI Tedjo Edhy P, menyerahkan tanda kehormatan yang baru kepada Komandan Pusat Penerbangan TNI AL, Laksma TNI Rudy Hendro Satmoko, saat upacara Alih Bina Satuan Penerbangan TNI AL di Lanudal Juanda, Rabu (18/2). Alih bina tersebut dimaksudkan untuk efektifitas, efisiensi dan pengoptimalan kinerja organisasi Penerbangan TNI AL. (Foto: ANTARA/Eric Ireng/Koz/hp'/09)

17 Februari 2009, Surabaya -- Jajaran Penerbangan TNI AL mengalami Sejarah baru dengan adanya alih bina satuan Penerbangan kedalam Jajaran Pusat Penerbangan TNI AL (Puspenerbal), ini merupakan perubahan internal organisasi TNI AL secara keseluruhan guna pembinaan sesuai tugas dan fungsinya.

Satuan-satuan Penerbangan TNI AL selama ini berada dibawah pembinaan Koarmatim dan Koarmabar telah di apresiasikan kepada satuan penerbangan yang diharapkan melaksanakan tugasnya sebagai bagaian integral Sistem Senjata Armada Terpadu (SSAT) secara efektif dan efisien guna mendukung tugas pokok TNI AL, melalui alih bina itu organisasi Penerbangan TNI AL ditata kembali agar memenuhi seterata kedudukan dengan merubah Wing Udara Koarmatim menjadi Wing Udara I, Satuan Udara Koarmabar menjadi Wing Udara II, Lanudal-lanudal dan pembentukan Fasharkan sebagai satuan-satuan Penerbangan di bawah jajaran Puspenerbal.


Dengan adanya Puspenerbal ini di harapkan mampu menajamkan pembinaan personil, materil serta pembenahan diri secara metode sistem, prosedur dan mekanisme hubungan secara internal di bawahnya maupun dengan kotama dan satuan lainnya. Secara internal pembenahan lebih di arahkan pada efektifitas dan efisiensi pola kerja dan peningkatan kualitas personil, materil dan kesiapan unsur agar dapat digunakan oleh satuan operasional.


Penggunaan unsur-unsur udara dan pangkalan TNI AL sebagai bagian SSAT tetap digunakan secara konsisten guna menyusun dan mengembangkan struktur kekuatan TNI AL.

Pengembangan penerbangan di masa datang di arahkan pada aspek kemampuan pesawat udara yang sesuai dengan kemampuan Naval Version serta peningkatan penguasaan teknologi bagi para pengawak serta pendukungnya, peningkatan itu dilaksanakan secara bertahap melalui kajian mendalam melalui aspek teknis, fungsi pesud menyesuaikan dukungan dan kebijaksanaan pemerintah.


Peningkatan secara bertahap ini juga harus diimbangi dengan peningkatan aspek pendidikan dan pelatihan bagi para pengawak dan pendukungnya melalui pendidikan didalam maupun di luar negeri. Dengan demikian kemampuan materil dan personil yang meningkat akan meminimalis resiko kecelakaan dalam rangka mensukseskan zero accident yang dicanangkan oleh Presiden RI.

Dengan berkembangnya taktik dan strategi pertempuran laut, Puspenerbal dituntut untuk mengembangkan diri dengan menyusun kajian strategi berkaitan dengan sistem dan teknologi penerbangan untuk menunjang kemampuan yang dimiliki sebagai bagian dari SSAT.


Untuk mencapai tugas pokok TNI AL dalam mengamankan dan mempertahankan keseluruhan perairan yuridiksi nasional dikaitkan dengan keterbatasan dukungan negara, penerbangan TNI AL melaksanakan tugas dengan skala prioritas pada daerah rawan secara selektif berdasarkan data-data intelijen.

Dengan demikian Penerbangan TNI AL dan satuan-satuan di bawahnya dapat memberikan pengabdian secara maksimal bagi Angkatan Laut, TNI, Bangsa dan Negara.

Demikian penjelasan Komandan Pusat Penerbangan TNI AL Laksamana Pertama TNI Rudy Hendro Satmoko yang juga Pilot Heli TNI AL. Beliau adalah Perwira lulusan AAL Angkatan XXV. Dharma Jalakaca Putra. Jalesveva Jayamahe. (puspenerbal)