Sunday, July 19, 2009

Satu Bom Belum Terlacak

Sejumlah personil Laboratorium Forensik Polri melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) ledakan bom di salah satu ruangan di Hotel Ritz Carlton, Jakarta, Sabtu (18/7). Pihak Kepolisian terus melakukan penyelidikan untuk membongkar kasus peledakan bom di Hotel Ritz Carlton dan Hotel JW Marriott di kawasan Mega Kuningan, Jakarta yang terjadi Jumat (17/7) pagi. (Foto: ANTARA/Widodo S. Jusuf/ED/ama/09)

19 Juli 2009, Jakarta -- Tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Mabes Polri betul-betul harus bekerja keras mengungkap jaringan pengebom Hotel JW Marriott dan Ritz-Carlton Jakarta, Jumat (17/7). Ada indikasi bahwa masih ada satu bom yang hingga kini belum jelas lokasinya. Menurut informasi yang dihimpun dari sumber-sumber di lingkungan Mabes Polri dan Densus 88, sebetulnya ada empat bom yang telah disiapkan para teroris tersebut.

Dua meledak (satu di Hotel JW Marriott, satu lagi di Ritz-Carlton) dan satu lainnya berhasil dijinakkan di kamar 1808 Hotel JW Marriott. Nah, satu bom lagi hingga kini masih belum jelas lokasinya. Itulah yang membuat polisi bekerja keras melacak. Satu PR lainnya adalah menemukan safe house, rumah aman yang dipakai menyimpan keempat bom tersebut. ’’Masih belum ditemukan,’’ ucap salah seorang sumber tersebut.

Dia kemudian menceritakan bahwa bahan-bahan tersebut sebenarnya sudah dikumpulkan di Cilacap, Jawa Tengah (Jateng) pada Maret lalu. Tapi, karena gelombang penangkapan yang dilakukan sejak di Palembang akhir 2008, kelompok tersebut merasa sudah tak aman di Cilacap. Bahan-bahan itu kemudian dipindahkan ke Boyolali, Jateng. ’’Dipindahkan secara estafet dan dilakukan secara bertahap.

Dikemas dalam kardus dan dinaikkan bus ekonomi,’’ ungkap sumber tersebut. Bahan-bahan itu kemudian dirakit di Boyolali, Jawa Tengah. Dari bahan-bahan tersebut, terciptalah empat bom ’’siap pakai’’. Dari sedikit dokumen yang dikumpulkan, diketahui bahwa memang sasarannya adalah Jakarta. Dari Boyolali, keempat bom tersebut tidak dibawa sekaligus.

Ada yang dibawa menggunakan mobil pribadi dan ada yang menggunakan angkutan umum. Lagi-lagi, favoritnya adalah bus ekonomi. Kondisi yang sudah sumpek-sumpekan dan banyak kardus bawaan pengunjung membuat satu kardus berisi bom tidak bakal dicurigai siapa pun. Keempat bom tersebut tiba di Jakarta pertengahan Mei lalu.

Tim Densus kabarnya sudah mendapat peringatan tersebut dan sudah memonitornya. Itu berdasar keterangan para pelaku yang ditangkap di Palembang dan Cilacap. Hanya, sel-sel para teroris tersebut kini semakin mandiri dan terputus. ’’Bahkan, satu tim kecil bisa menyerang tanpa perlu koordinasi lebih dulu dengan atasan sel tersebut,’’ ujarnya.

Kendati mengetahui, soal rincian detailnya, petugas gagal mengungkap. Termasuk, gagal mengungkap lokasi safe house yang digunakan menyimpan keempat bom tersebut hingga kemarin. Sampai di Jakarta, bom itu tidak masuk ke dua target secara bersamaan. ’’Secara bertahap pada tanggal 15 malam dan 16 siang. Itu dari rekaman CCTV,’’ ujarnya.

Mengapa tak segera diringkus? ’’Sebab, ada mekanisme yang lebih rumit di lingkungan Densus 88,’’ tuturnya. Sebelum Satgas Bom digabung dengan Densus 88, setiap informasi yang dikumpulkan bisa langsung di-follow up. Namun, sekarang harus melalui mekanisme rapat khusus Bareskrim Mabes Polri. Padahal, informan yang kuat di lapangan adalah kontak-kontak Satgas Bom yang dibentuk setelah peristiwa bom Bali 2002.

Satgas yang awalnya disebut Tim Cobra itu diyakini hingga kini mempunyai informan valid yang masih ’’beredar’’ di lingkungan tertutup gerakan militan bawah tanah. Bom masuk menggunakan luggage atau travel bag berukuran besar. ’’Lolos dari pemeriksaan karena menggunakan troli langsung naik ke 1808,’’ kata sumber itu.

Di kamar 1808, bom tersebut disiapkan dengan menambah detonator yang sudah dibawa secara terpisah oleh tamu yang menginap. ’’Kami masih menyelidiki rangkaian yang ditemukan itu,’’ katanya. Pada hari H, yang dipilih pada 17 Juli karena Jumat adalah hari yang penuh keberkahan dari perspektif aksi bunuh diri, bom itu dibawa menggunakan dua tas.

Yang meledak di JW Marriott menggunakan luggage. ’’Karena kepala belakang yang terburai dan wajah utuh, jadi bom dari arah belakang,’’ tegas sumber itu. Di Ritz-Carlton, bom dibawa dengan ditenteng di dada. ’’Sebab, tubuhnya hancur, tinggal kepala saja,’’ katanya.

Dikonfirmasi tentang hal itu, Kadivhumas Irjen Nanan Sukarna menyatakan tidak berani berspekulasi. ’’Saya tegaskan, penyidikan masih berjalan. Kami usahakan secepatnya,’’ ujarnya tadi malam

KALTIM POST

No comments:

Post a Comment