Thursday, October 22, 2009

Kobangdikal Godok 111 Prajurit Terpilih TNI AL

Anggota Taifib sedang latihan terjun. (Foto: marinir)

22 Oktober 2009, Surabaya -- Komando Pengembangan dan Pendidikan TNI AL (Kobangdikal) kembali mengelar empat pendidikan brevet yang memiliki keahlian khusus, masing-masing adalah Pendidikan Pasukan Katak (Dikpaska), Pendidikan Calon Awak Kapal Selam (Dikcawak Kasel), Pendidikan Juru Penyelam (Dikjursel), dan Pendidikan Intai Amfibi (Diktaifib) Marinir.

Keempat pendidikan brevet yang diikuti oleh 111 prajurit terpilih TNI AL itu, dibuka secara resmi oleh Wakil Komandan (Wadan) Kobangdikal Brigjen TNI (Mar) Arief Suherman di lapangan laut Seram, Kobangdikal, Surabaya, Rabu (21/10).

Dari 111 prajurit TNI AL terpilih itu, 31 orang diantaranya mengikuti Dikpaska, 29 orang mengikuti Dikcawak Kasel, 13 orang mengikuti Dikjursel,dan 38 orang mengikuti Diktaifib Marinir.

Mereka berhak mengikuti pendidikan brevet di Kobangdikal, setelah menjalani tes yang cukup berat selama hampir satu bulan baik fisik, mental maupun psykologinya. Selain itu mereka juga dihadapkan pada persaingan yang sangat ketat diantara sesama mereka sendiri.

Dalam amanat tertulisnya, Komandan Kobangdikal Laksamana Muda TNI Sumartono mengungkapkan, upaya TNI AL dalam rangka menyediakan SDM yang berkualitas dan profesional tidaklah mudah. Berbagai macam pendidikan termasuk keempat pendidikan brevet ini diadakan untuk memenuhi harapan tersebut.

Walaupun demikian, Dankobangdikal mengharapkan agar selain memiliki kualitas kemampuan yang ditampilkan dalam wujud profesionalisme, para prajurit harus memiliki integritas pribadi sebagai prajurit matra laut yang berkarakter bahariwan dan bermoral tinggi.

Dikaitkankan dengan kondisi geografis Indonesia yang berbentuk kepulauan, lanjut Dankobangdikal, kehadiran naval power akan memberikan tiga keunggulan sekaligus, yaitu keunggulan sebagai unsur defensif yang mematikan, unsur ofensif yang efektif dan detterence faktor yang baik, sehingga musuh akan takut dan mengurungkan niat jahatnya.

Pada bagian akhir amanatnya, Dankobangdikal meminta kepada 111 siswa dik brevet TNI AL untuk menyiapkan fisik dan mental untuk menghadapi berbagai latihan yang berat, sebab pendidikan ini mempunyai tantangan dan resiko tinggi, karena sebagian besar waktu digunakan untuk berlatih sesuai dengan tugas yang akan dijalani kelak.

KOBANGDIKAL

Indonesia Siap Kirimkan Polisi Perempuan Untuk PBB

Prajurit perempuan TNI yang bergabung dengan KONGA di Lebanon. (Foto: ANTARA)

22 Oktober 2009, New York -- Indonesia menyatakan siap memenuhi seruan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) agar mengirimkan lebih banyak polisi perempuan untuk berbagai penjaga perdamaian PBB di seluruh dunia.

"Kita mendukung seruan itu dan Indonesia memang punya keinginan untuk menambah anggota kepolisian perempuan bergabung dengan misi-misi PBB," kata Deputi Wakil Tetap RI untuk PBB-New York Dubes Hasan Kleib kepada ANTARA di New York, Rabu.

Komentar Hasan terlontar menyusul imbauan Divisi Polisi Departemen Operasi Penjaga Perdamaian PBB (DPKO) soal penambahan personil polisi perempuan PBB.

Hasan Kleib bahkan memastikanb, Indonesia bisa segera menyiapkan personel-personel polisi perempuan untuk bergabung dengan misi penjaga perdamaian PBB.

"Jadi kita sekarang sedang menunggu posisi yang ditawarkan. Kita akan lihat dan kita cocokkan dengan ketersediaan personel dari Indonesia," katanya.

Saat ini, sekitar 150 polisi Indonesia tengah diperbantukan dalam misi penjaga perdamaian PBB di berbagai negara, dengan tugas membangun ketertiban dan aturan hukum di wilayah-wilayah yang sebelumnya dilanda konflik.

Dari jumlah itu, sembilan diantaranya adalah polisi perempuan, dengan enam diantaranya ditempatkan pada misi penjaga perdamaian PBB di Lebanon (UNIFIL), dua di Darfur (MONUC) dan satu di Sudan (UNMIS).

Wakil Penasehat Kepolisian PBB Ann-Marie Orler, Selasa (20/10) di Markas Besar PBB, New York, mengatakan PBB sedang berupaya memperkuat unit kepolisian pada misi-misi penjaga perdamaian di seluruh dunia.

Namun upaya itu tergantung kepada komitmen negara-negara anggota PBB dalam menyumbang personel polisi berkemampuan tinggi untuk menjalankan tugas-tugas kepolisian sesuai standard dan nilai-nilai PBB.

Pada Agustus 2009, Divisi Polisi DPKO meluncurkan program rekrutmenn polisi laki-laki dan perempuan dengan target meningkatkan jumlah perempuan dari sembilan persen menjadi 20 persen pada tahun 2014.

"Kami mendorong negara-negara anggota PBB untuk membuat kebijakan yang mengatur bahwa prosentase jumlah polisi perempuan yang diperbantukan sama dengan prosentase minimal yang mereka miliki di kepolisian nasionalnya," ujar Orler.

Untuk jangka panjang, PBB menginginkan perbandingan jumlah polisi laki-laki dan perempuan 50-20.

Saat ini PBB mempekerjakan 12.000 personel polisi laki-laki dan perempuan dari 100 negara di 17 misi PBB di berbagai belahan dunia, sedangkan total personel polisi yang diizinkan Dewan Keamanan ke operasi-operasi penjaga perdamaian PBB adalah 15.000 polisi.

ANTARA News

KRI Teluk Hading Angkut Satu Batalyon TNI AD Ke Gorontalo

KRI Teluk Hading-538.

22 Oktober 2009, Jakarta -- KRI Teluk Hading-538 dengan Komandan Mayor Laut (P) Nauldi Tangka pekan lalu berangkat dari dermaga Komando Lintas laut Jakarta mengangkut pasukan salah satu kesatuan TNI AD yang akan bertugas dalam rangka pembentukan satuan baru di Gorontalo, tiba di perairan Makasar, Rabu (22/10).

Kapal perang jenis Landhing ship Tank (LST ) tipe Frosch salah satu unsur Komando Lintas laut Militer (Klinlamil ) tersebut mengangkut pasukan beserta kelengkapananya sejumlah satu batalyon yang diembarkasi dari satuan di Jakarta, Surabaya dan Makassar dalam rangka pembentukan satuan baru TNI AD yang direncanakan dipusatkan di Gorontalo.

Kapal perang yang diawaki 71 personil dan diproduksi tahun 1979 tersebut sehari-hari dibawah pembinaan Satuan Lintas laut (Satlinalmil) Jakarta , dan sampai saat ini memiliki kemampuan sekitar 11 knot perjam dalam kecepatan ekonomis .

Setelah melaksanakan embarkasi pasukan sekitar satu kompi dari satuan TNI AD dan pengisian bekal ulang bahan bakar dan kebutuhan lainnya yang mendukung kegiatan operasi selanjutnya melaksnakan pergeseran pasukan menuju Gorontalo.

5 kapal perang Sementara itu dalam kegiatan operasi pergeseran pasukan ke wilayah Indonesia bagian Barat maupun wilayah timur sampai dengan angkutan pasukan di pulau-pulau yang berbatasan dengan negara tetangga , merupakan salah satu tugas Pokok Komando Lintas laut Militer .

Saat ini Komando lintas laut sedikitnya mengerahkan lima unsur kapal perang yang saat ini sedang melaksanakan pergeseran pasukan diantaranya KRI Teluk Amboina-503 dan KRI Tanjung Kambani-971 dan KRI Teluk Ratai-509 yang saat ini bertugas operasi pergeseran pasukan di perairan wilayah Indonesia Timur sampai ke pulau yang berbatasan dengan negara tetangga diantaranya Papua Nugini.

Kolinlamil dengan unsur-unsur yang sangat terbatas di pangkalan Satlinlamil Surabaya maupun di Satlinlamil Jakarta masih disipapkan beberapa unsur dalam rangka melaksanakan tugas ke Wilayah Barat Indonesia diantaranya operasi pergeseran pasukan ke pulau-pulau perbatasan wilayah Indonesia Barat diantaranya Pulau Natuna, Pulau Kalimantan dan beberapa pulau yang langsung berbatasan dengan negara tetangga .

Dispen Kolin

Isra Si Pengawas Laut : Radar Pantai Pertama Buatan LIPI


14 Oktober 2009 -- Alat yang terpancang di pinggir pantai itu tak lebih besar dari kotak es yang biasa dibawa para nelayan untuk menangkap ikan, tapi tak ada kapal besar yang bisa menghindarinya. "Kepalanya" yang berbentuk dua potongan silinder berwarna abu-abu secara kontinu menembakkan gelombang dengan modulasi FM-radio ke arah laut.

Begitu "menangkap" kapal laut yang mendekat, sinyal itu kembali memantul ke pantai. Dalam sekejap, keberadaan kapal laut itu sudah terlihat di layar monitor.

Begitulah cara kerja Isra, si radar pengawas laut. Isra (Indonesia Sea Radar) adalah radar buatan Pusat Penelitian Elektronika dan Telekomunikasi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (PPET LIPI). Bersama Indra (Indonesian Radar), radar buatan tim RCS-247 (divisi radar dari perusahaan teknologi informasi Solusi247), Isra ditampilkan dalam Seminar Radar Nasional III Tahun 2009 di Bandung, Kamis pekan lalu. "Keduanya merupakan radar pertama buatan Indonesia," ujar Kepala Bidang Telekomunikasi PPET LIPI Mashury Wahab kepada Tempo.

Berbeda dengan Indra yang "lahir duluan", Isra merupakan jenis radar pengawas pantai (coastal surveillance radar). Sedangkan Indra dikembangkan sebagai radar navigasi kapal. "Selain itu, peranti lunak Indra harus mengikuti ketentuan International Maritime Organization (IMO), sedangkan ISRA tidak," kata Mashury.

Aplikasi dari radar ini, kata Mashury, paling tidak untuk memonitor lalu lintas kapal laut di pelabuhan. Radar ini bisa digunakan sebagai pemandu kapal-kapal besar yang berseliweran di pelabuhan tidak sampai bertabrakan atau mengantisipasi masuknya kapal laut pendatang ilegal. "Juga memonitor kapal laut di pinggir pantai, seperti daerah pantai di pulau terluar atau Selat Malaka yang rawan didatangi kapal asing tanpa izin," katanya.

Syahrul Aiman, Deputi Ilmu Pengetahuan Teknik LIPI, menyatakan sampai 2014, LIPI mentargetkan pengembangan tiga radar pengawas pantai yang akan dipasang di tiga kawasan terujung pulau Jawa, Sumatera, dan Kalimantan. "Untuk sementara, LIPI baru mengembangkan radar darat untuk navigasi pantai," ujarnya. "Radar untuk militer masih akan dibahas."

Saat ini Isra memang masih dalam taraf uji coba. Tes pertama dilakukan di atas gedung LIPI di Sangkuriang, Bandung. Tes berikutnya akan dilaksanakan di pinggir laut di Cilegon, Banten, di dekat PLTU Suralaya pada akhir Mei.

Untuk tes dalam skala lebih besar tersebut, 20 peneliti dengan tim inti sebanyak enam orang telah menyelesaikan beberapa prototipe. Nantinya Isra akan diletakkan di beberapa tempat berbeda yang satu sama lain dihubungkan dengan jaringan. "Karena jangkauan setiap radar 64 kilometer, dengan menggabungkannya dalam satu jaringan, pemantauan radar itu akan mencakup ratusan kilometer," katanya.

Sejauh ini, tes menunjukkan radar bisa bekerja baik, tapi masih ada beberapa penyesuaian yang harus dilakukan sesuai prinsip cara kerja pantulan pada radar. Salah satunya, obyek yang dideteksi bisa memancarkan kembali sinyal yang dipancarkan oleh ISRA. "Misalnya, pantulan dari kapal kecil yang terbuat dari fiber pantulannya akan lebih kecil dibandingkan dengan kapal besar yang sebagian besar terbuat dari metal," katanya.

LIPI sengaja membatasi kemampuan pembacaan obyek kapal untuk menghindari radar berteknologi Frequency Modulated Continuous Wave (FMCW) itu mendeteksi semua jenis kapal mulai yang paling besar hingga perahu nelayan yang kecil. "Kita harus memilih daerah mana yang akan dilihat," katanya.

Nantinya Isra akan dipasang di atas menara setinggi 10 meter. Idealnya, kata Mashury, lebih tinggi lebih bagus namun tidak lebih dari 40 meter. "Kami harus memperhitungkan tamparan angin yang akan semakin kencang jika radar semakin tinggi," katanya.

Gangguan angin dan kondisi alam memang salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja Isra sehingga Mashury berencana meningkatkan kemampuan radar itu dalam mendeteksi obyek, baik dari sisi jangkauan maupun kemampuan untuk mengurangi gangguan alam sekitar. Tekanan angin yang kencang, misalnya, dapat mengacaukan sinyal yang terbaca di alat penerima. Angin kencang juga bisa membahayakan kestabilan kaki pancangnya sehingga survei lokasi amat penting dilakukan sebelum menempatkan radar.

Meski belum sempurna betul, Mashury amat bangga dengan radar baru ini. Dengan bobot sekitar 150 kilogram, Isra memiliki peralatan elektronik yang semuanya dipasang di dalam badan radar. "Ini yang membedakan dengan produk lain yang menyimpan peralatan elektronik di tempat terpisah," katanya.

Sebagai radar pertama buatan dalam negeri, Isra dan Indra dibuat dengan semangat mandiri alias tidak bergantung pada komponen luar negeri. Itu sebabnya, sejak dirancang pada Mei 2006, radar ini sudah diwarnai dengan sejumlah komponen lokal asli buatan dalam negeri. Dari peranti lunaknya, komponen-komponen seperti filter, modul antena, konstruksi mekanik, dudukan antena, penggerak motor, sampai radome (kepala berbentuk dua potongan silinder yang menyelubungi antena radar).

Meski demikian, tim LIPI maupun RCS-247 tak bisa menghindari komponen impor karena radar membutuhkan banyak peralatan yang belum bisa dibuat di dalam negeri. Komponen impor yang digunakan antara lain peralatan pengatur frekuensi seperti penguat daya (power amplifier) dan low noise amplifier, penerima sinyal dengan gangguan noise yang dikurangi dan diletakkan di bagian penerima sinyal. "Konten lokal masih empat puluh persen, sisanya impor," katanya.

Antara 'Adik' dan 'Kakak'

Isra bisa dikatakan sebagai "adik kandung" Indra. Isra dirancang oleh para peneliti dari Pusat Penelitian Elektronika dan Telekomunikasi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (PPET LIPI), sedangkan Indra, yang selesai dibuat pada 2008, merupakan hasil kreativitas divisi Radio & Communication System (RCS) dari PT Solusi 247.

Meski begitu, para ahli dari LIPI juga terlibat di dalam pembuatan Indra karena pada proyek Indra-1, LIPI juga sudah terlibat terutama pada pengukuran dan pengetesan. "Kami juga terlibat mengerjakan Indra-1 dan dalam waktu yang sama juga menggarap Isra," kata Mashury.

Keduanya membutuhkan waktu pengerjaan yang relatif sama, yaitu sekitar tiga tahun.

Pada tahap berikutnya, kedua radar ini akan berganti nama. "Nama radar Indra-1 nantinya akan diganti menjadi Indera, sedangkan Indra-2 adalah nama radar yang kemudian diganti menjadi Isra," ujarnya.

Persamaan di antara keduanya adalah teknologi yang diterapkan, yaitu Frequency-Modulated Continuous Wave (FM-CW). "Dengan teknologi ini, konsumsi daya dan ukuran radar menjadi lebih kecil dari radar pada umumnya," katanya.

Keuntungan lain teknologi ini adalah hemat biaya. Dibandingkan dengan radar yang menggunakan Integrated Maritime Surveillance System (IMSS), misalnya, ongkos radar buatan Indonesia ini jauh lebih murah.

Kalau rusak, kata Mashury, penggantian komponen radar IMSS lebih mahal. Begitu pula biaya perawatannya. "Kira-kira perbandingannya bisa menjadi satu berbanding 10," ujarnya.

Ini juga diakui oleh Chief Executive Officer PT Solusi 247 Beno K. Pradekso. Menurut Beno, harga radar buatan dalam negeri ini lebih murah ketimbang radar impor. "Harga belum bisa katakan, tapi yang pasti lebih murah dibandingkan radar serupa buatan luar negeri," ujar Beno.

Adapun perbedaan di antara kedua radar ini, "si kakak" didesain untuk disimpan di kapal laut. Jadi desainnya pun, menurut Mashury, disesuaikan dengan pengaruh ombak atau guncangan di atas kapal.

Sedangkan "si adik" dirancang untuk disimpan di pinggir pantai sehingga desainnya berdasarkan perhitungan terpaan angin. "Kegunaannya untuk memantau pergerakan kapal dari pinggir pantai dengan jangkauan mencapai hingga 64 kilometer," ujar dia.

Perbedaan lain adik-kakak ini juga terlihat dari desain radome, pelindung berbentuk silinder yang ditempatkan pada pemindai radar untuk mencegah risiko guncangan dan untuk melindungi radar dari efek cuaca. Jika pada Indra ditemukan lekuk-lekuk yang mengarah ke depan radar, pada ISRA tidak ada lekukan sedikit pun. "Bentuknya ini ada perhitungannya karena jangan sampai sinyal yang dikeluarkan berkurang kekuatannya karena sudut atau bentuk yang salah," ujarnya.

Ristek

Transisi XIV F-16 dan Transisi XII Hawk MK-53 Dibuka

Komandan Lanud Iswahjudi, Marsma TNI Bambang Samoedro, S.Sos menyematkan “Dragon Sierra” kepada perwakilan siswa Pendidikan Transisi XIV F-16 di Ruang Rapat Malanud Iswahjudi, Kamis (22/10). (Foto: Pentak Lanud Iswahjudi )

22 Oktober 2009, Madiun -- Guna meningkatkan kemampuan (skill) dan profesionalisme, sebanyak tiga penerbang tempur Lanud Iswahjudi melaksanakan pendidikan Transisi XIV untuk pesawat F-16/Fighting Falcon dan Transisi XII untuk pesawat Hawk MK-53. Pendidikan dibuka oleh Komandan Lanud Iswahjudi Marsekal Pertama TNI Bambang Samoedro, S.Sos di Ruang Rapat Malanud Iswahjudi, Kamis (22/10).

Ketiga penerbang tersebut terdiri dari dua penerbang Transisi F-16/Fighting Falcon yaitu Letda Pnb Ferry Rachman dan Letda Pnb Nasrul Mahlidar, bertindak sebagai Kepala Sekolah Kapten Pnb M. Anjar Legowo. Sedangkan untuk Transisi Hawk MK-53 diikuti satu penerbang yaitu Letda Pnb Kurniadi S. Djatmiko sebagai Kepala Sekolah Mayor Pnb Marda Sarjono.

Pada kesempatan tersebut, Komandan Lanud Iswahjudi, Marsma TNI Bambang Samoedro, S.Sos mengatakan bahwa, di skadron udara para penerbang digodok, ditempa dan diasah untuk mampu melaksanakan tugas negara melalui cockpit pesawat tempur. Oleh karena itu para penerbang tersebut diharapkan senantiasa meningkatkan profesionalisme dalam setiap pelaksanaan tugas.

“Saya berharap para penerbang tidak ragu-ragu dalam bertindak serta harus memiliki kepercayaan diri yang tinggi dalam rangka mengasah profesionalisme serta ketangguhan dalam menghadapi segala persoalan yang timbul, baik dalam lingkungan penugasan, keluarga maupun sosial kemasyarakatan”, lanjut Marsma TNI Bambang Samoedro, S.Sos.

Pendidikan Transisi XIV penerbang F-16 akan berlangsung sampai bulan Januari 2010 meliputi bina kelas 204 jam pelajaran dan bina terbang setiap siswa 168 jam terbang, terang Lettu Pnb Andri Setyawan sebagai Perwira Pendidikan.

Sementara untuk pendidikan Transisi XII penerbang Hawk MK-53 akan berlangsung hingga bulan September 2010 meliputi bina kelas sebanyak 222 jam pelajaran dan bina terbang 70 jam terbang, sebagai Perwira Pendidikan Lettu Pnb Dharma T. Gultom, jelasnya.

PENTAK LANUD ISWAHJUDI

Ristek Fasilitasi BUMNIS dengan Combat Management System (CMS)


21 Oktober 2009 -- Pengembangan SEWACO [sensor weapon and control] atau Combat Management System [CMS] telah dilakukan dan dipasang di kapal Patroli Cepat [PC] TNI-AL, khususnya untuk pendeteksian bawah laut.

Fasilitasi RISTEK dalam mendorong PT LEN Industri untuk realisasi CMS secara bertahap dengan MFDnya Multi Function Display] telah dibuktikan pada tahun 1998 yaitu pemasangan 10 unit untuk sonar di 10 kapal jenis Parchim.

Tahun 2009 ini telah dilakukan koordinasi antara MABESAL, RISTEK dan PT LEN Industri untuk sinkronisasi program baik dari segi anggaran, tahapan pencapaian kemampuan PT LEN Industri serta kesiapan kapal yang akan disediakan oleh TNI-AL.

Rencana dimaksud telah disepakati oleh masing-masing pihak sesuai fungsi, dimana tahapan MFD yang diterapkan pada kapal Parchim dikembangkan menjadi CMS yang dapat diapllikasi oleh Kapal Parchim, Sigma maupun Patroli Cepat, sedangkan tahap berikutnya adalah diarahkan menjadi IWS untuk kapal Van Speejk.

Pelaksanaan kesepakatan tersebut akan dapat direalisasi terutama semangat untuk pembuktian design ngineering dalam negeri, dimana ketiga pihak akan mengawal secara bersama khususnya untuk applikasi prototype CMS yang dapat berfungsi di kapal Parchim pada tahun 2009 ini.

Sehubungan dengan hal dimaksud, maka pada tanggal 15–16 Oktober 2009, telah diadakan kunjungan ke TNI AL Surabaya [Disenlekal, Dislitbangal, Asrena Kasal, Asdep PTE dan staf, GM PT LEN Industri dan staf] untuk melihat secara langsung kondisi Kapal Parchim untuk rencana pemasangan CMS Under Water Console. Kunjungan dilanjutkan pada kapal jenis Van Speejk dan Corvet yang diharapkan PT LEN Industri dapat mengantisipasi rencana kebutuhan dalam negeri untuk pengadaan peralatan kapal khususnya CMS.

Kapal eks hibah jerman timur kelas Parchim yang berjumlah 16 buah dengan kelengkapan sonar system, saat ini hanya dioperasikan untuk kapal patroli, dimana seharusnya kapal ini berfungsi untuk pendeteksian musuh melalui bawah laut. Kondisi ini telah berulang kali diupayakan oleh TNI-AL untuk dikembalikan sesuai fungsi, tetapi dikarenakan kondisi keuangan negara, maka realisasinya agak terhambat. Untuk itu telah diadakan kesepakatan dalam pemenuhan tersebut perlu sinergi program untuk memacu daya saing industri serta percepatan hasil akhir sesuai kebutuhan user. Upaya TNI-AL untuk melakukan perbaikan kapal dimaksud telah dibutktikan oleh pihak swasta nasional terutama untuk perbaikan transducer, sedangkan kemampuan PT LEN Industri untuk pengembangan CMS telah dilaksanakan melalui kegiatan yang difasilitasi oleh RISTEK sejak tahun 2008 s/d 2010.

Pengembangan CMS ini diarahkan pada kapal jenis Van Speejk, dengan pertimbangan secara fungsi kapal ini mempunyai kelengkapan yang masih memadai. Sudah barang tentu kegiatan ini perlu tahapan pencapaian bertahap yang diharapkan tahun 2009 ini hasil kerja PT LEN Industri dapat dilakukan di kapal Parchim.

Hal-hal yang perlu mendapatkan perhatian mencakup :1) Konsep R & D CMS yang dikembangkan oleh PT.LEN Industri , perlu data based yang meliputi sonar, ownship data, speed lock dan Unit ekskusi dengan memberdayakan peralatan untuk penembakan torpedo dan Borja [CMS dlm skala luas ada bagian untuk udara, permukaan dan bawah air]. Kebutuhan untuk data based ini menjadi bagian dari kontribusi TNI-AL dan akan didukung sepenuhnya; 2) Perlu integrasi dan sinkronisasi antar kegiatan yang dilakukan oleh RISTEK, TNI-AL, Swasta nasional dan PT LEN Industri agar pemanfaatan anggaran dan output secara bertahap dapat dibuktikan; 3). Penyusunan pohon industri sebagai pijakan tahapan pekerjaan atau kegiatan akan disusun secara bersama yang nantinya dapat dipakai oleh masing-masing pihak sesuai fungsi; 4).Perlu segera diadakan koordinasi untuk penyatuan tujuan antara MABESAL [Disenlekal, Dislitbangal dan Asrena], PT BMP, PT LEN Industri dan RISTEK, dimana setiap kegiatan yang sedang berjalan perlu penyesuaian hasil akhir, dengan demikian tahun 2009 diharapkan dapat dibuktikan hasil kerja antar pihak yang lebih konkrit.

Ristek

Menkes: Kerjasama dengan Namru-2 Tak Dilanjutkan

Laboratorium Naval Medical Research Unit (NAMRU)-2 di Jl Percetakan Negara, Jakarta Pusat menjadi pembicaraan publik karena dituding menjadi kedok intelijen. 19 Ilmuwan Amerika tidak tampak di laboratorium, mereka kebanyakan sudah menjadi kepala bagian riset yang memiliki ruangan khusus.

22 Oktober 2009, Jakarta -- Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedianingsih mengatakan pemerintah sudah memutuskan untuk tidak melanjutkan kerja sama dengan laboratorium riset medis Angkatan Laut Amerika Serikat di Jakarta (Naval Medical Research Unit/NAMRU-2).

"Kerja sama dengan Amerika Serikat tetap dilanjutkan, tapi bukan NAMRU. Bentuknya nanti dilihat. Tapi bukan dengan militer. Bukan NAMRU. Kalau waktu itu sudah tidak, masa mau kembali lagi," kata Endang di kediamannya, Jalan Pendidikan Raya III/J55, Kelurahan Duren Sawit, Jakarta Timur, pada Kamis pagi.

Ia mengatakan, kerja sama bidang kesehatan dengan negara lain hanya akan dilakukan dengan lembaga riset yang dikelola sipil, bukan militer. "Dan harus dilihat, apakah setara, transparan dan menguntungkan kedua belah pihak. Jangan sampai ada pihak yang dirugikan," katanya.

Endang mengatakan akan melanjutkan kesepakatan kerja sama riset dengan Amerika Serikat yang sudah dirintis Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari. Tanggal 15 September lalu, Siti Fadilah Supari dan Sekretaris Kementerian Kesehatan dan Pelayanan Kemanusiaan AS Kathleen Sebelius menandatangani nota kesepahaman kerja sama pembentukan Pusat Riset Biomedis dan Kesehatan Publik Indonesia-AS di Washington DC.

Peneliti yang mendapatkan gelar master dan doktor bidang kesehatan masyarakat di Harvard University, Amerika Serikat, itu mengatakan kerja sama internasional bidang kesehatan sangat penting.

"Karena kita tidak mungkin bisa sendirian. Yang penting kita mencari kawan, bukan lawan, dan kita harus tetap dihormati dan dipenuhi haknya," katanya.

Republika

Pasukan Polri Kembali dari Sudan

(Foto: detikFoto/Hery Winarno)

22 Oktober 2009, Jakarta -- 130 personel Formed Police Unit Polri tiba di Indonesia. Mereka kembali ke Tanah Air setelah selama setahun ikut membantu menjaga perdamaian di Sudan.

Penerimaan pasukan digelar di Lapangan Bhayangkari di Jalan Trunojoyo, Jakarta Selatan. Wakil Kapolri Komjen Makbul Padmanegara secara simbolis menerima kedatangan para pasukan, pagi tadi.

Selain 130 personel polisi bersenjata itu, ada juga delapan personel Police Advisor. Mereka merupakan bagian dari misi perdamaian di daerah konflik itu.

"Atas nama pimpinan Polri, saya ucapkan selamat. Pasukan ini merupakan polisi bersenjata pertama yang dikirim dalam misi perdamaian internasional. Ini misi sukses, banyak pernghargaan dari sejumlah pihak," ujar Wakapolri, Kamis (22/10/2009).

Formed Police Unit diberangkatkan pada Oktober 2008. Pasukan tersebut dipimpin oleh Kombes Johny Asadoma.

okezone

Rusia Rugi Milyaran Dolar Jika Batalkan Kontrak S-300 Iran

S-300PMU. (Foto: sinodefence.com)

22 Oktober 2009 -- Rusia akan mengalami kerugian signifikan bila keputusan memutuskan kontrak pengiriman sistem rudal permukaan ke udara S-300 ke Iran, ujar seorang pimpinan industri pertahanan Rusia yang namanya enggan disebutkan ke RIA Novosti, Rabu (21/10).

“Pemenuhan kontrak pengiriman S-300 ke Iran tergantung sepenuhnya kepada pimpinan negara,” ungkapnya.

Pakar militer Rusia Konstantin Makiyenko sebelumnya mengatakan keputusan memutuskan kontrak Rusia akan kehilangan keuntungan 1 milyar dolar ditambah 300 - 400 juta dolar pinalti dan denda.

Pimpinan industri pertahanan menekankan sistem S-300 merupakan senjata defensif.
Diberitakan pengiriman rudal S-300 ke Iran ditentang oleh Amerika Serikat dan Israel, dengan alasan akan menyebabkan terganggunya keseimbangan militer di kawasan Timur Tengah.

Dengan kehadiran rudal pertahanan udara S-300 di Iran akan membuat jet tempur yang dimiliki oleh Angkatan Udara Israel saat ini akan menjadi peti mati terbang jika melakukan serangan udara ke Iran.

Pemerintah Israel sedang melakukan negosiasi pembelian satu skuadron jet tempur F-35 JSF untuk AU Israel yang diproyeksikan dapat menghadapi sistem hanud S-300.

Kapal kargo Arctic Sea yang diberitakan membawa rudal S-300 ke Iran. (Foto: telegraph.co.uk)

Media Iran mengutip pernyataan pejabat senior pertahanan Iran, Rusia telah mengirimkan bagian elemen rudal S-300 ke Tehran dibawah kontrak 2005, tetapi pejabat industri persenjataan Rusia berulang kali menolak berita tersebut.

The Jerusalem Post (18/9) memberitakan Mossad terlibat hilangnya kapal kargo Arctic Sea pada Agustus lalu. Menurut sejumlah versi, kapal tersebut mengangkut rudal S-300 dengan tujuan Iran.

Versi terakhir dari S-300 adalah S-300PMU2 Favorit, mampu mengenai sasaran hingga 195 kilometer dan dapat mencegat pesawat terbang dan rudal balistik pada ketinggian dari 10 meter hingga 27 kilometer.

Kemampuan sistem ini dapat disandingkan dengan sistem pertahanan udara buatan Amerika Serikat MIM-104 Patriot.

RIA Novosti
/@beritahankam

Pulau Tenggelam, Kedaulatan Teritorial Utuh

(Foto: @beritahankam)

22 Oktober 2009, Jakarta -- Tenggelamnya pulau-pulau kecil terluar akibat kenaikan muka laut tidak akan menghilangkan kedaulatan teritorial negara. Titik pangkal terluar, yang menjadi patokan penarikan garis kedaulatan wilayah, tetap diakui global.

Posisi titik pangkal terluar di pulau terluar berada di bawah permukaan laut rata-rata. Sesuai dengan Konvensi Hukum Laut (UNCLOS) tahun 1982, titik itu batas tinggi kering saat air surut terendah, yang siklusnya berulang setiap 18,6 tahun.

”Kalau ada pulau tenggelam, negara akan kehilangan wilayah darat. Namun, tidak wilayah lautnya,” kata pakar hukum laut internasional Hasjim Djalal dalam diskusi kelautan yang diadakan kelompok pencinta alam Wanadri dan Rumah Nusantara di kantor Redaksi Kompas, Jakarta, Rabu (21/10). Sejumlah tokoh hadir, di antaranya, adalah mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Sarwono Kusumaatmadja, Panglima Komando Lintas Laut Militer Laksamana Muda Marsetio, dan Kepala Pusat Pemetaan Batas Wilayah Bakosurtanal Sobar Sutisna.

Pernyataan Hasjim menjawab kekhawatiran dan salah pengertian, termasuk kalangan birokrat, mengenai potensi menciutnya wilayah Indonesia menyusul perkiraan tenggelamnya 2.000 hingga 3.000 pulau akibat kenaikan muka laut dampak pemanasan global. ”Secara hukum, wilayah Indonesia tak akan berubah. Kecuali, negara menjual pulau miliknya,” kata dia.

Menurut Sobar, Indonesia memiliki 193 titik pangkal tempat menarik garis batas terluar kepulauan Indonesia, yang memiliki 92 pulau terluar. Seluruh data titik pangkal dan pulau terluar tersebut sudah didaftarkan kepada Sekretariat PBB.

”Hingga kini tidak ada keberatan dari negara tetangga yang berbatasan langsung dengan Indonesia,” kata dia. Pendaftaran ke PBB sangat penting, mengantisipasi sengketa perbatasan yang mungkin muncul.

Efektifkan pengawasan

Menurut Hasjim, daripada khawatir kedaulatan negara berkurang, pemerintah lebih baik mengefektifkan pengawasan di laut dan pulau terluar. ”Kunjungi berkala, masukan dalam administrasi daerah, dan lakukan aktivitas pengamanan,” kata dia.

Pengawasan efektif, selain layak dilakukan, juga berefek global. ”Lakukan sesuatu, sebelum perkara muncul,” kata dia.

Dikatakan Laksamana Muda Marsetio, TNI AL terus meningkatkan patroli rutin di kawasan perbatasan. Salah satu kasus terpanas adalah sengketa Blok Ambalat, yang melibatkan angkatan bersenjata kedua pihak.

TNI AL juga melayani keberatan negara lain yang disampaikan lewat nota diplomatik.

Diskusi juga menyampaikan hasil dan rencana Ekspedisi Pulau Terdepan oleh Wanadri dan Rumah Nusantara. Dari 92 pulau terluar, mereka sudah mengunjungi 64 pulau dan menghasilkan dua buku.

”Kami akan lanjutkan sisa 28 pulau pada akhir bulan ini,” kata Ketua Bidang Eksternal Tim Ekspedisi Ipong Witono.

Kompas

Menhan: Ide Kerjasama Industri Pertahanan ASEAN Akan Disampaikan Pada Menhan Selanjutnya


20 Oktober 2009, Jakarta -- Menteri Pertahanan Juwono Sudarsono mengatakan akan membicarakan dengan Menhan selanjutnya mengenai ide kerjasama industri pertahanan seluruh negara ASEAN yang diusulkan oleh Menhan Malaysia di forum ADMM (ASEAN Defence Minister Meeting) November mendatang. Menurutnya rencana ini harus dikoordinasikan lagi dengan menteri-menteri perindustrian dan perdagangan masing-masing negara.

Hal itu dikatakan Menhan Juwono Sudarsono, Senin (19/10), saat menerima kunjungan kehormatan Panglima Angkatan Tentera Malaysia (Panglima ATM) Jenderal Tan Sri Dato’ Azizan Ariffin, di kantor Dephan, Jakarta. Panglima Angkatan bersenjata Malaysia tersebut bertemu menhan Juwono didampingi Panglima TNI Jenderal TNI Djoko Santoso.

Kedatangannya mengunjungi Menhan Juwono dan Panglima TNI ini adalah merupakan kunjungan perkenalan karena dirinya baru dilantik menjadi Panglima ATM pada 1 September 2009 lalu. Dalam kunjungan perkenalan kali ini Panglima ATM tersebut berharap hubungan kerjasama angkatan bersenjata kedua negara yang telah terjalin diharapkan dapat terus terbina dan ditingkatkan menjadi lebih baik lagi.

Panglima ATM berharap latihan-latihan bersama kedua angkatan bersenjata yang selama ini sering dilakukan dapat terus diadakan demi mempererat hubungan pertahanan kedua negara. Panglima ATM Malaysia juga menegaskan kembali mengenai kemungkinan kerjasama di bidang industri pertahanan.

DMC

Terbang Malam Tingkatkan Profesionalisme Penerbang

Komandan Skadron Udara 14 Lanud Iswahjudi, Mayor Pnb Budi Achmadi dengan pesawat F-5 Tiger saat taxy akan melaksanakan latihan terbang malam.

21 Oktober 2009, Madiun -- Sebagai pangkalan operasi maka para penerbang Lanud Iswahjudi dituntut kesiapannya untuk mampu melaksanakan operasi dan latihan dalam segala kondisi, sehingga para penerbang tersebut memiliki keahlian dan kemampuan terbang yang profesional dan handal agar mampu melaksanakan tugas yang menjadi tanggung jawabnya.

Berkaitan dengan hal tersebut sejak hari Senin (19/10) hingga Kamis (22/10), pesawat tempur yang ber-home base di Lanud Iswahjudi yaitu F-16 Fighting Falcon di Skadron Udara 3, F-5 Tiger II di Skadron Udara 14 dan Hawk MK-53 di Skadron Udara 15, mengadakan latihan terbang malam yang dimulai pukul 18.00 sampai 22.00 WIB.

Terbang malam merupakan disertifikasi latihan yang merupakan salah satu program kerja Lanud Iswahjudi dalam upaya meningkatkan profesionalisme penerbang baik skill (keahlian) maupun kemampuan terbang (profesiensi). Disamping itu juga sebagai implementasi penekanan pimpinan TNI AU yaitu agar para penerbang senantiasa meningkatkan profesionalisme untuk mengantisipasi setiap tantangan tugas.

Bagi masyarakat sekitar Lanud Iswahjudi sendiri, latihan terbang malam tersebut merupakan suatu tontonan yang menarik terutama saat deru seru mesin dan kilatan lampu pesawat terpancar di kegelapan malam, baik saat pesawat akan mendarat maupun lepas landas yang dapat disaksikan di ujung landasanan pinggir jalan raya Maospati.

Dalam latihan terbang malam ini setiap skadron rata-rata terbang sebanyak empat sampai delapan sorties dengan rute Ngawi, Ponorogo, Pacitan, Tulungagung, Trenggalek, Kediri, Nganjuk dan Solo. Sedangkan bentuk latihannya meliputi NF (Night Flight), IF (Instrument Flight), ILS (Instrument Landing System) dan AI (Air Intercept).

PENTAK LANUD ISWAHJUDI

Hubungan Bilateral Indonesia-China


20 Oktober 2009, Jakarta -- Hubungan Bilateral di bidang pertahanan antara Indonesia dan China mengalami kemajuan pesat, terutama dalam hal pertukaran siswa dan pelatihan maupun alutsista serta di bidang industri pertahanan. Hal ini dikatakan Sekjen Dephan Letjen TNI Sjafrie Sjamsoeddin pada acara Dialog Bilateral Indonesia dan China, Senin (19/10) di kantor Dephan, Jakarta.

Sekjen mengatakan, hubungan kerjasama di bidang pertahanan antara Indonesia dan China dimulai sejak tahun 1949. Sejarah perkembangannya mengalami pasang surut dengan dinamika politik yang berkembang sampai dengan tahun 1990. Dimulai dengan kedatangan Sekjen Dephan China datang ke Indonesia tahun 2006, Indonesia dan China merintis konsultasi bilateral yang Pertama. Kemudian pertemuan Bilateral kedua dilanjutkan Maret 2007. Dan beberapa hari lalu pertemuan konsultasi bilateral ketiga diadakan di Beijing. Pertemuan tersebut dipimpin Sekjen Dephan dan Deputy Chief of General Staff China.

Dengan adanya kerjasama bidang pertahanan yang telah ditandatangani Menhan Indonesia dan China pada tahun 2007, Sekjen Dephan optimis bahwa Kerjasama bilateral antara kedua negara dapat lebih ditingkatkan.
Sekjen menjelaskan, China dalam bidang logistik juga terbukti serius dalam anggaran belanja angkatan bersenjatanya, sehingga ini memberikan pengaruh yang baik bagi keamanan dan stabilitas di kawasan. Tidak hanya itu, dengan kemajuan Angkatan Bersenjata China memberikan peluang bagi negara-negara tetangga dan Indonesia untuk dapat lebih memperat hubungan kerjasama di bidang kemiliteran dan logistik.

Kegiatan Dialog bilateral yang bertema “Military Logistyc” ini dihadiri Sekjen Dephan dan Deputy Minister Departemen Logistik Umum PLA Letjen TNI Li Maifu beserta stafnya.

DMC

Peringatan HUT ke-62 Korpaskhas di Libanon

21 Oktober 2009, Lebanon -- Satuan Tugas Kontingen Garuda TNI menggelar upacara HUT ke-62 Korpaskhas di lapangan apel Sudirman Camp Naqoura-Libanon, Senin (19/10) lalu. Bertindak sebagai Komandan Upacara adalah Kapten Psk Joko Sutopo.

Inspektur upacara, Komandan Satuan Tugas Force Headquaters Support Unit (FHQSU) TNI Kontingen Garuda XXVI-A, melakukan inspeksi pasukan. (Foto: detikFoto/Kapten Laut (KH) Hondor Saragih)

Dalam upacara peringatan HUT ke-62 Korpaskhas ini, bertindak sebagai komandan upacara adalah Kapten Psk Joko Sutopo. (Foto: detikFoto/Kapten Laut (KH) Hondor Saragih)

Dansatgas Konga XXVI-A memberikan sambutan. (Foto: detikFoto/Kapten Laut (KH) Hondor Saragih)

Pasukan upacara terdiri dari gabungan prajurit Kontingen Garuda XXIII-C dan XXVI-A. (Foto: detikFoto/Kapten Laut (KH) Hondor Saragih)

Usai upacara, prajurit Kontingen Garuda XXIII-C dan XXVI-A berfoto bersama. (Foto: detikFoto/Kapten Laut (KH) Hondor Saragih)

Wednesday, October 21, 2009

Marinir RI dan AS Bertahan Hidup di Hutan

Prajurit Marinir AS juga dibekali cara makan tumbuh-tumbuhan di dalam hutan. (Foto: detikFoto/Humas Dispen korps Marinir)

Marinir Amerika yang terkenal dengan sebutan United States Marine Corps (USMC) menghadapi tantangan berat.

Pasalnya, mereka harus menjalani latihan bertahan hidup dalam hutan Selogiri, Banyuwangi, Jawa Timur, Selasa (20/10/2009).

Cuaca sedikit panas tidak membuat ratusan prajurit Marinir AS patah semangat. Mereka tampak menyiapkan perlengkapan tempur seperti layaknya berangkat ke medan perang.

Senapan laras panjang M.16 A4 dan GPMG serta senjata canggih lainnya yang dilengkapi dengan infra merah tak pernah lepas dari genggaman mereka.

Tak ketinggalan, peralatan komunikasi yang cukup canggih dan alat digital petunjuk posisi di bumi yang di sebut Global Positioning System (GPS) juga di siapkan.

Hutan Selogiri merupakan hutan tropis yang sangat mendukung untuk latihan perang dan memiliki karakteristik daerahnya memungkinkan pasukan untuk membuat manuver-manuver saat berperang di dalam hutan.

Latihan Survival ini diikuti 362 Marinir Amerika yang dipandu 16 pelatih, 3 Interpreter, 4 Personel Komunikasi, 5 Prajurit Regu Pandu Tempur (Rupanpur) Korps Marinir TNI AL.

Prajurit Marinir Amerika yang menjelajahi hutan liar itu dibagi menjadi 2 gelombang, tiap gelombang dibagi menjadi 5 Tim yang tiap tim dipandu oleh para pelatih dan dokter dari Korps Marinir TNI AL.

"Mereka kita ajari bagaimana cara makan tumbuh-tumbuhan di hutan, menghadapi hewan buas seperti ular dan beberapa jenis binatang buas lainnya," kata Kepala Tim Survival Kapten Marinir M. Machfud.

Kegiatan survival ini merupakan bagian dari rangkaian latihan bersama Marinir Amerika dan Indonesia dangan nama Latihan bersama (Latma) Interoperability Field Training Exercise (IIP-FTX) 2009 yang digelar 17-24 Oktober 2009.

Latihan bersama yang dikomandani oleh Kolonel Marinir Nur Alamsyah ini dilakukan di empat tempat, antara lain di Pantai Banongan, Puslatpur Marinir Karangtekok, kecamatan Banyu Putih, Situbondo, Pasewaran dan hutan Selogiri, Banyuwangi.

Dispen Marinir/detikSurabaya

Athan Brazil Kunjungi Koarmatim


21 Oktober 2009, Surabaya -- Armada RI Kawasan Timur (Armatim) kedatangan tamu dari jauh. Pangkalan TNI AL ini mendapat kunjungan Atase Pertahanan Brazil Capt. Celso Washington, Rabu (21/10/2009).

Kepala Staf Komando Armada RI Kawasan Timur (Kasarmatim) Laksamana Pertama TNI Arief Rudianto menyambut kedatangan Celso Washington yang didampingi komandan satuan dan Kasatker Koarmatim.

Selama di Koarmatim, Celso dan Arief Rudianto berbicara tentang hubungan bilateral kedua negara. Khususnya kerjasama TNI AL dan Angkatan Laut Brazil. Dalam kunjungannya ke Surabaya Athan Brazil itu juga menyempatkan diri mengunjungi KRI Frans Kaisiepo-368 yang sandar.

detikSurabaya

10 Marinir AS Tumbang Dalam Latihan Survival di Hutan

20 Oktober 2009, Hutan Selogiri, Banyuwangi -- 10 prajurit Marinir AS tumbang dan tidak sanggup melanjutkan latihan survival dimedan latihan di hutan Selogiri, Banyuwangi, Jawa Timur, Selasa (20/10). Mereka terpaksa dievakuasi oleh tim medis.

Sebelum menjalani latihan perang di dalam hutan, para prajurit Marinir AS dibekali beberapa pengetahuan dan wawasan cara bertahan hidup di dalam hutan. (Foto: detikFoto/Humas Dispen korps Marinir)

Prajurit Marinir AS juga dibekali cara makan tumbuh-tumbuhan di dalam hutan. (Foto: detikFoto/Humas Dispen korps Marinir)

Latihan bersama antara Marinir TNI AL dan Marinir AS ini berlangsung di hutan Selogiri, Banyuwangi, Jawa Timur. Foto: detikFoto/Humas Dispen korps Marinir)

Seorang prajurit Marinir AS dipapah tim medis. (Foto: detikFoto/Humas Dispen korps Marinir)

Seorang prajurit Marinir AS (USMC) dievakuasi kerena tidak sanggup melanjutkan latihan perang dan bertahan hidup di dalam hutan yang dikenal dengan istilah Jungle Survival. (Foto: detikFoto/Humas Dispen korps Marinir)

Patroli Tempur Dalam Latma IIP D FTX 2009

20 Oktober 2009, Situbondo -- Sejumlah prajurit US Marines Corps (USMC) melakukan patroli tempur, saat Jungle Survival (komando hutan) di hutan Selogiri, Banyuwangi, Selasa, (20/10). Kegiatan ini merupakan bagian dari rangkaian latihan bersama Interoperability Field Training Exercise (Latma IIP D FTX ) 2009 yang digelar hingga 24 Oktober 2009. (Foto: ANTARA/Serda Mar Kuwadi/EI/ss/nz/09)




Seorang prajurit Korps Marinir, Serma Mar M. Ani Rosidin (2 kiri) menunjukkan buah Jambu Monyet kepada prajurit US Marines Corps (USMC) saat Jungle Survival (komando hutan) di hutan Selogiri, Banyuwangi, Selasa, (20/10). (Foto: ANTARA/Serda Mar Kuwadi/EI/ss/nz/09)

Tuesday, October 20, 2009

AU India dan Kesultanan Oman Latihan Bersama

Jaguar milik AU Kesultanan Oman. (Foto: flickr)

20 Oktober 2009 -- Angkatan Udara India dan AU Kesultanan Oman akan mengadakan latihan udara bersama yang diberinama ‘Eastern Bridge’ pada Kamis (22/10) di pangkalan udara Thumrait, Oman.

AU India akan mengirimkan 6 jet tempur berkursi tunggal Darin-I Jaguar, sedangkan AU Kesultanan Oman menurunkan Jaguar dan F-16.

AU India akan melibatkan juga dua pesawat tanker udara IL-78 MKI sebagai pemasok bahan bakar Jaguar selama perjalanan ke Oman.

Latihan bersama ini bertujuan meningkatkan kesepahaman operasional, perbaikan dan prosedur administrasi antara kedua angkatan udara negara.

Nerpa diterima India awal 2010

Nerpa pernah mengalami insiden terlepasnya gas Freon saat diuji coba di Laut Jepang November 2008. Dalam insiden ini menewaskan 3 orang pelaut dan 17 pekerja galangan kapal.

Angkatan Laut India akan menerima kapal selam nuklir kelas Akula-II K-152 Nerpa akan diberinama INS Chakra di awal 2010.

Menurut pejabat teras AL Rusia, kapal selam sedang melakukan uji pelayaran dan pengujian terakhir akan dimulai akhir Oktober atau awal November, kemudian bertugas di Armada Pasifik Rusia Desember 2009.

Ditambahkannya pelaut India akan melaksanakan pelatihan bersama dengan pelaut Rusia di awal 2010 sebelum dioperasikan oleh pelaut India di jajaran armada AL India.

Pemerintah India telah membayar 650 juta dolar untuk menyewa kapal selam nuklir.

Airforce-technology.com
/Naval-technology.com/@beritahankam

PC-7 MkII Astra Pertama AU Afsel Selesai Diupgrade

PC-7 MkII Astra. (Foto: patricksaviation.com)

20 Oktober 2009 -- Pesawat latih PC-7 MkII Astra milik Angkatan Udara Afrika Selatan sukses uji penerbangan pertama sejak avioniknya diupgrade oleh Pilatus.

AU Afsel mengontrak Pilatus menganti peralatan avionik 35 PC-7 MkII dengan komponen modern ‘glass cockpit’ sebagai bagian dari program modernisasi.


Pemasangan perangkat pertama kali dilakukan di pabrik pesawat Pilatus di Swiss untuk selanjutnya oleh Aerosud, dibawah kontrak Pilatus akan melakukan pengerjaan ini pada sisa pesawat di pangkalan angkatan udara Langebaanweg di Afsel.

Airforce-technology.com/@beritahankam

Perahu Nelayan Indonesia Ditabrak "Speed Boat" Australia

Kapal patroli AL Australia dari kelas Armidale. (Foto: Australian DoD)

20 Oktober 2009, Kupang -- Dua perahu nelayan Indonesia yang tengah mencari ikan di wilayah perairan Laut Timor dalam Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia, ditabrak sebuah "speed boat" milik patroli Angkatan Laut (AL) Australia pada Sabtu (17/10).

"Sekitar delapan orang patroli AL Australia berada dalam `speed boat` tersebut. Mereka menghampiri kami untuk mengecek kelengkapan kapal, namun, `speed boat` yang digunakan justru menabrak perahu kami sampai bagian lambung depan kapal bocor," kata Amiruddin (39), seorang nelayan asal Oesapa Kupang di Kupang, Selasa.

Amiruddin bersama 10 orang rekannya baru tiba di Kupang, Senin (19/10) malam dengan dua buah perahu motor yang ditabrak itu.

"Kerusakan berada di bagian lambung kanan dekat mesin kapal sehingga terhindar dari ancaman gelombang. Kami bersyukur, tidak ada ancaman gelombang sehingga tiba di Kupang dengan selamat," katanya menambahkan.

Perahu Motor "Bintang 2000" dan "Putra Tunggal" dengan tonase sekitar 3 GT itu tengah dilabuhkan di Pantai Oesapa Kupang dan mendapat perbaikan.

Amiruddin mengatakan, setelah `speed boat` yang digunakan AL Australia menabrak dua perahu motor tersebut, seorang petugas patroli langsung menyodorkan dua pak cokelat dan tali nilon kepada para nelayan tanpa ada pemeriksaan lebih lanjut.

"Ini gaya diplomasi Australia untuk melunakkan hati kami. Ketika itu, beberapa nelayan sudah mengangkat parang mengancam mereka. Kami merasa berada dalam posisi benar, karena masih berada di ZEE Indonesia," ujarnya.

Gab Oma (33), seorang nelayan lainnya mengatakan, patroli AL Australia biasanya menghadang perahu-perahu nelayan Indonesia di wilayah ZEE Indonesia pada titik kordinat 11-30 LS dan 24-30 BT.

"Australia tidak punya hak melarang kita menangkap atau mencari ikan dalam wilayah perairan kita, tetapi fakta yang kami alami memang demikian. Seharusnya wilayah itu dijaga oleh patroli TNI-AL untuk melindungi para nelayannya," kata Oma menambahkan.

H Mustafa (34), seorang nelayan lainnya yang juga Ketua Aliansi Nelayan Tradisional Laut Timor (Antralamor) mengatakan, ZEE Indonesia merupakan laut dangkal yang kaya dengan terumbu karang sehingga menjadi basis kehidupan ikan kakap merah.

"Wilayah laut dangkal itu menjadi gudangnya kakap merah sehingga menjadi incaran nelayan tradisional Indonesia dan juga nelayan Australia," katanya.

Namun, kakap merah tersebut sudah semakin sulit didapatkan setelah meledaknya ladang gas Montara pada 21 Agustus lalu yang mengakibatkan wilayah perairan Laut Timor tercemar minyak mentah (crude oil).

"Hanya ada dua kemungkinan, berkurangnya populasi kakap merah tersebut karena sebagian besarnya telah mati terkena tumpahan minyak mentah, atau mencari habitat baru di Lautan Hindia dan Arafura. Hanya itu saja kemungkinannya," kata Mustafa.

Amiruddin menambahkan, dalam tempo 4-5 lima hari, mereka biasanya mendapatkan ratusan ekor kakap merah dari ZEE Indonesia, namun belum lama ini mereka hanya mendapatkan 20 ekor.

Mustafa mengungkapkan, sebelum wilayah perairan Laut Timor tercemar minyak mentah dari ladang gas Montara, penghasilan yang mereka peroleh dari menjual kakap merah dengan harga Rp20.000/kg, bisa mencapai belasan juta rupiah.

"Sekarang, untuk mendapatkan Rp4 juta dari hasil penjualan tersebut sudah sangat sulit. Rata-rata hanya berkisar antara Rp2 juta sampai Rp3 juta," kata Mustafa melukiskan kondisi yang dihadapi nelayan Kupang saat ini setelah wilayah perairan Laut Timor tercemar minyak mentah.

ANTARA News

Menhan Sampaikan Terimakasih Atas Bantuan Angkatan Laut Singapura di Padang

Penyematan Bintang Jalasena Utama berlangsung di ruang hening Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, Jumat (16/10/2009). (Foto: detikFoto/Kolonel Laut (P) Guntur Wahyudi).

19 Oktober 2009, Jakarta -- Menteri Pertahanan Juwono Sudarsono menyampaikan terimakasih dan penghargaan yang tinggi atas bantuan Angkatan Laut Singapura yang turut serta dalam penanggulangan bencana di Padang, Sumatera Barat.

Hal itu disampaikan Menteri Pertahanan Juwono Sudarsono, Jumat (16/10), saat menerima kunjungan kehormatan Chief of Republik of Singapore Navy, RADM Chew Men Leong, di Kantor Dephan, Jakarta. Kunjungannya yang didampingi Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana TNI Tedjo Edy Purdijatno ini seusai menerima bintang kehormatan dari Presiden RI di Mabes TNI Cilangkap. Menurut Kasal Singapura, penganugerahan bintang ini merupakan kehormatan baginya dan menjadi salah satu cara mempererat hubungan Angkatan Laut kedua negara.

Dijelaskannya saat ini Angkatan Laut Singapura juga menjalin kerjasama pengamanan wilayah perairan kedua negara dengan Badan Koordinator Keamanan Laut (Bakorkamla) Indonesia.

Kasal Singapura juga mengucapkan keprihatinan atas gempa yang terjadi di Sumatera Barat yang menyebabkan banyak korban jiwa dan kerusakan infrastruktur. Dan berharap semoga bantuan yang diberikan oleh Pemerintah Singapura akan sedikit membantu para korban gempa di Padang, terutama Pariaman.

Dikatakannya, Pemerintah Singapura telah mengirimkan tim, rescue pada minggu pertama, kemudian disusul tim medis untuk membantu pengobatan para korban dan tim teknik untuk membantu pemulihan infrastruktur usai gempa terutama di Pariaman.

RADM Chew Men Leong berharap masyarakat Padang dapat cepat pulih dari bencana gempa yang menimpanya ini. Dijelaskannya bahwa tahun lalu Angkatan Laut Singapura melakukan latihan bersama dengan TNI AL di Padang, karena itulah terdapat rasa keterkaitan antara Angkatan Laut Singapura dengan terjadinya kota di Padang.

DMC

AL Indoesia dan India Adakan Patroli Bersama

INS Mahish. (Foto: militaryimages.net)

20 Oktober 2009 --- Angkatan Laut Indonesia dan India melakukan patroli bersama ke-14 yang diberinama Ind-Indo Corbat untuk meningkatkan keamanan Samudera India, yang akan berakhir 4 November 2009.

Patroli bertujuan mencegah perompakan, perampokan bersenjata, imigran gelap, penyelundupan obat bius, pelanggaran wilayah dan kegiatan ilegal lainnya.

AL India menurunkan LST INS Mahish, kapal cepat INS Trinkat dan satu pesawat Dornier, sedangkan AL Indonesia menyertakan satu korvet KRI Cut Nya Dien dan satu pesawat intai maritim Casa.

Naval-technology.com/@beritahankam

Penanggulangan Gempa Padang: Pesawat Hercules C-130 TNI AU Terbang 100 Sorties


19 Oktober 2009, Jakarta -- Memasuki hari ke 19, tanggal 19 Oktober 2009 pesawat Hercules C-130 telah menghantar bantuan sosial ke Padang melalui Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta telah mencatat jumlah penerbangan 100 sorties dari pesawat yang disiagakan dalam mendukung angkutan udara dari Jakarta menuju Padang.

Pesawat yang selalu disiagakan masing-masing pesawat Hercules C-130, dengan tail number A-1320, A-1321, dan A-1326 dari Skadron Udara 31 serta A-1310 dari Skadron Udara 32

Pesawat angkut berat dari dua Skadron Udara 31 Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta dan Skadron Udara 32 Malang itu, membawa bantuan sosial dari berbagai instansi kedinasan dan masyarakat yang terkumpul di Posko Halim Perdanakusuma. Dengan 100 kali penerbangan ini pesawat Hercules C-150 telah mengangkut barang dengan berbagai jenis yang diberikan langsung kepada korban gempa total seberat 922 ton 270 kg.

Hingga saat ini TNI AU masih menerbangkan pesawat-pesawatnya dari Posko Halim hingga barang-barang bantuan habis dan dihentikannya operasi militer selain perang oleh Presiden Republik Indonesia. Pesawat yang menjadi sarana transportasi udara dengan unggulan kecepatan yang saat ini dimiliki TNI itu terlihat pengabdiannya dan dapat dirasakan langsung manfaatnya oleh masyarakat Indonesia.

Petugas siap siaga tanpa mengenal lelah siang dan malam yang berada di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta dan Lanud Padang, itu meliputi para pejabat operasional yang berdiri di belakang meja Pusat Komando Pengendalian Operasi (Puskodal), PLLU (pengatur lalu lintas udara), para Penerbang, Air Crew, dan para petugas pendukung tanpa kecuali siap sedia menaikkan dan menurunkan barang bantuan.

Penerbangan 100 sorties ini diluar penerbangan pesawat-pesawat negara sahabat yang operasionalnya juga dikendalikan oleh posko bansos dan Pusat Komando Pengendalian Operasi di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta.

Dispenau

Akhir 2009, TNI AU Akan Miliki 10 Sukhoi


19 Oktober 2009, Jakarta -- Tiga pesawat Sukhoi terakhir yang dipesan Indonesia dari Rusia, dijadwalkan tiba di Indonesia akhir 2009. Dengan kedatangan tiga pesawat baru, akhir 2009 Indonesia akan memiliki sepuluh pesawat Sukhoi. Saat ini TNI-AU telah memiliki sebanyak tujuh pesawat Sukhoi.

Kepada wartawan di Bandung, Senin (19/10), Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal TNI Subandrio mengungkapkan bahwa , hingga kini tidak ada perubahan jadwal kedatangan terhadap tiga pesawat jet tempur buatan Rusia itu. "Tidak ada perubahan. Bahkan info yang saya terima terakhir, hingga kini tidak ada masalah," kata Subandrio.

Pada 2003, Indonesia membeli empat pesawat Sukhoi jenis SU-30MK dan SU-27SK masing-masing dua unit. Selanjutnya, perusahaan Rusia penghasil pesawat tempur Sukhoi pada 21 Agustus 2007 mengumumkan penjualan enam pesawat tempur tersebut kepada Indonesia senilai sekitar 300 juta dollar AS (Rp 2,85 triliun).

Sebanyak enam pesawat Sukhoi itu terdiri atas tiga Sukhoi SU-30MK2 dan tiga SU-27SKM. Tiga unit jenis SU30MK2 telah tiba secara bertahap pada Oktober 2008 dan Januari 2009. Sedangkan tiga unit sisanya yakni jenis SU-27SKM direncanakan tiba di Indonesia pada akhir 2009. "Ya mudah-mudahan tidak ada perubahan. Doakan saja," ucap Subandrio.

Tentang program 2010 menyusul kenaikan anggaran pertahanan sekitar Rp 7 triliun, Kasau mengatakan, pihaknya hanya akan memprioritaskan pemeliharaan dan peningkatan kesiapan alat utama sistem senjata yang sudah ada. "Kalau mengadakan persenjataan dan peralatan baru dengan anggaran segitu mana cukup," ujarnya.

REPUBLIKA

Jangan Sampai "Visi 2025" Jadi "Ilusi 2025"

Beberapa panser dalam penyelesaian produksi oleh karyawan di PT Pindad, Bandung, Jawa Barat, 10 Februari. Pengerjaan panser 6 x 6 tersebut merupakan bagian dari 150 unit pesanan Departemen Pertahanan untuk menambah armada alat utama sistem persenjataan TNI dan ditargetkan selesai semuanya pada akhir tahun ini. (Foto: KOMPAS/Rony Ariyanto Nugroho)

20 Oktober 2009, Jakarta -- Majalah ”The Economist” edisi 12-18 September lalu memuat laporan khusus tentang Indonesia sepanjang 14 halaman berjudul ”A Golden Chance” atau ”Peluang Emas”. Ada banyak hal yang dikemukakan dalam laporan tersebut, tetapi satu yang patut dicatat adalah kemampuan Indonesia mengurangi dampak krisis 2008-2009. Ini karena perekonomian Indonesia lebih kurang bergantung pada ekspor/perdagangan dan sebaliknya banyak mengandalkan konsumsi dalam negeri.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati bahkan menegaskan bahwa ada alasan lebih serius untuk hal ini daripada sekadar terbatasnya keterpaparan pada perekonomian global.

Di luar penegasan Menteri Sri Mulyani, ada kejelasan bahwa unsur penyelamat adalah konsumsi domestik. Hal ini, dari satu sisi, memang tampak sebagai berkah. ”Untung kita tidak mengandalkan ekspor, lebih-lebih yang bercorak manufakturing”, begitu mungkin ungkapan syukur itu. Tetapi, pada sisi lain, hal itu juga memperlihatkan bahwa kita tidak memiliki kapasitas di situ, yakni di industri manufakturing, dan bila diteruskan, tidak ada hasil rekayasa teknologi yang kita produksi sendiri. Lebih jauh lagi, kita juga tidak punya cukup iptek dan inovasi yang berperan dalam perekonomian.

Lalu, apakah kita tidak mensyukuri berkah lolos dari krisis 2008-2009 karena tidak punya kemampuan itu dan sebaliknya nyaman-nyaman saja berkecimpung dalam konsumsi domestik? Persoalannya bukan bersyukur atau tidak bersyukur. Tetapi, pertumbuhan dengan hanya mengandalkan konsumsi domestik selain hanya ”begitu-begitu saja”, dalam kisaran 4-6 persen per tahun, juga tidak sepatutnya bagi Indonesia.

Yang kita inginkan adalah pertumbuhan di atas 8 persen per tahun (pertama, dengan tujuan untuk menciptakan lapangan kerja lebih luas) dan, kedua, pertumbuhan yang berkelanjutan, yang didasarkan pada proses nilai tambah. Dengan karakteristik ini, cocoklah apa yang menjadi realitas dan apa yang dikumandangkan, yakni menjadikan ekonomi Indonesia ekonomi berbasis pengetahuan.

Iptek dan inovasi

Ekonomi berbasis pengetahuan (EBP) jelas membutuhkan basis penguasaan iptek yang kuat dan mendalam. Hal ini bisa diwujudkan bila ada pendidikan yang mendukung sehingga tersedia sumber daya insani yang cakap untuk menghasilkan inovasi iptek. Melengkapi persyaratan untuk keberhasilan proses EBP adalah terbangunnya budaya technopreneurship atau kewirausahaan di bidang karya-karya inovasi iptek.

Bagaimana realitas di lapangan?

Beberapa waktu terakhir ada sejumlah lomba yang dari sisi semangatnya mengembangkan inovasi, seperti Indonesia Berprestasi Awards (XL), Indigo (Telkom), juga Lomba Karya Ilmiah Remaja (LKIR-LIPI). Selain itu, masih ada lomba Inovasi 101 (Kementerian Negara Riset dan Teknologi).

Dari sini saja tampak ada banyak ide inovatif yang potensial untuk dikembangkan menjadi produk industri yang komersial. Tapi, pengalaman memperlihatkan, betapa sedikit, atau bahkan tiadanya, inovasi anak bangsa yang lalu sukses di pasar, memberi kontribusi signifikan bagi perekonomian.

Pengalaman dari Dewan Riset Nasional lagi. Puslitbang Angkatan (Udara, Darat, dan Laut) punya banyak inovasi bagi TNI. Tetapi, di sini juga sedikit dari inovasi tersebut yang kemudian diadopsi di lingkungan TNI sendiri.

Untuk produk lebih substantif, seperti alat utama sistem persenjataan (alutsista), PT DI harus berjuang keras untuk menawarkan pesawat patroli maritim CN-235 MPA ke TNI AL, dan PT Pindad berhasil memproduksi panser hasil rekayasanya ke TNI AD setelah muncul terobosan kebijakan pendanaan yang ditempuh oleh Wapres Jusuf Kalla.

Kasus panser Pindad memperlihatkan bahwa meskipun ada keterbatasan anggaran, manakala ada inovasi dalam kebijakan, hal yang sulit dapat ditemukan solusinya. Sekadar catatan, dalam pengadaan panser Pindad, dapat diupayakan pendanaan domestik dengan melibatkan bank-bank lokal. Selama ini, yang banyak ditempuh adalah pengadaan melalui kredit ekspor.

Di satu sisi, fasilitas ini membuka kemungkinan untuk pengadaan, tetapi di pihak lain, barang yang dibeli harus berasal dari negara pemberi kredit. Artinya, Indonesia tidak mendapat manfaat bagi pengembangan proses nilai tambah walaupun ada kemampuan dalam negeri untuk membuat produk yang dibeli dari pemberi kredit.

Jadi, bila disimpulkan, memang ada kesulitan struktural dalam karya inovasi anak bangsa. Para inovator telah mendapat banyak ide, tetapi hanya sedikit yang lalu menghasilkan berkah keuntungan. Hal ini terjadi bisa karena memang ia tidak punya dana pengembangan dan pemasaran. Tetapi, bisa juga karena masyarakat dan birokrat Indonesia belum siap mendukungnya.

Apa pun alasannya, jelas, bahwa inovator—sebagaimana hakikat seorang insinyur—tak cukup hanya membuat, tapi ia juga harus bisa menjual. Di sinilah peran technopreneurship begitu penting.

Sekadar pasar

Dalam Laporan Iptek Kompas (19/8) diungkapkan kerinduan untuk melihat bangsa ini mengonsumsi produk buatan lokal. Kelompok band Cokelat melalui lagu ”100 Persen Cinta Indonesia” memvisikan bahwa HP, TV, pesawat, kapal laut, mobil, dan motor yang digunakan bangsa Indonesia buatan Indonesia.

Laporan itu sendiri diangkat setelah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam pidato kenegaraan di DPR pada 14 Agustus 2009 menyampaikan keyakinannya bahwa Indonesia akan menjadi negara maju tahun 2025, yang ditopang oleh kemandirian, daya saing, dan budaya unggul.

Satu setengah dekade menuju 2025 bisa panjang, tetapi juga bisa jadi pendek. Pertama, untuk mengejar iptek yang dibutuhkan untuk mengantar ke kemajuan yang divisikan oleh Presiden; kedua, untuk merombak kultur bangsa Indonesia yang belum maju. (Misalnya, belum sadar iptek atau yang masih gemar korupsi seperti disitir oleh The Economist ketika menyinggung hambatan yang dihadapi Indonesia dalam mewujudkan peluang emasnya.)

Ahli GSM (sistem seluler yang jadi tulang punggung komunikasi seluler Indonesia) yang masih terbatas, padahal ada sekitar 130 juta pengguna HP di negeri ini, adalah contoh yang gamblang tentang ketergantungan kita pada teknologi asing. Di bidang seluler ini, ketergantungan pada produk asing nyaris paripurna, membuat devisa yang tersedot untuk seluler saja sebesar 2,9 miliar dollar AS (sekitar 27 triliun) per tahun (Tempo Interaktif, 14/12/2006).

Namun, seluler bukan kasus pertama karena sebelumnya (yang berlangsung hingga hari ini) ada kasus lain, yakni otomotif. Karena KKN, hingga hari ini Indonesia tidak kunjung bisa mengembangkan industri mobil nasional sebagaimana Malaysia. Padahal, jalanan Indonesia begitu macetnya akibat laju pembelian mobil yang begitu tinggi.

Tampak untuk hampir semua produk teknologi komersial, Indonesia sejauh ini masih ditakdirkan sebagai pasar saja.

Tebersit pertanyaan, ”Akankah ini berlangsung selamanya?”

Tentu kita awas bahwa di era globalisasi sekarang ini mustahil untuk membuat sendiri semua kebutuhan. Pesawat-pesawat maju Boeing seperti 777 punya komponen yang berasal dari berbagai negara. Tetapi, Boeing tetaplah merek AS, dan dengan pesawat Boeing AS mengembangkan nilai tambah memanfaatkan kemajuan ipteknya untuk meraih devisa dan memajukan ekonomi nasional.

Meraih momentum

Kini Kabinet Indonesia Bersatu II segera mulai bertugas dan bangsa pun berharap agar lahir momentum baru untuk menghidupkan kemandirian yang diwujudkan dalam kebijakan membuat dan membeli barang karya sendiri.

Tantangan yang masih ada sejauh ini adalah ketidakefisienan birokrasi serta praktik KKN, dan untuk menghilangkannya dibutuhkan kepemimpinan nasional yang tegas dan kuat. Dalam kaitan ini, yang sejauh ini muncul barulah visi tentang masa depan, tetapi peta jalan untuk menuju ke sana masih kabur.

Kita tentu tidak ingin ”Visi 2025” menjadi ”Ilusi 2025” karena tidak ada kecakapan untuk mewujudkan. Sementara pada tahun 2025, dunia akan banyak diwarnai kemajuan iptek yang sekarang ini sudah tampak di cakrawala, apakah itu di bidang energi ramah lingkungan, nanoteknologi, rekayasa genetika, TIK revolusioner, bahkan eksplorasi ruang angkasa. Sementara sekarang ini kita masih berjuang menanggulangi problem struktural fundamental, seperti kesenjangan digital.

Cinta Indonesia seperti dilagukan Cokelat harus dimulai dari adanya nasionalisme ekonomi, ditandai oleh adanya keinginan untuk memiliki properti yang dimiliki oleh bangsa sendiri dan fungsi ekonomi yang dikerjakan oleh bangsa sendiri (Harry Johnson, 1972; Thee Kian Wie, 2009). Nasionalisme ekonomi tidak diwujudkan dalam penjualan perusahaan strategis seperti telekomunikasi, sebaliknya ia malah mendorong berkembangnya kemampuan dalam negeri agar suatu saat mencapai kemandirian nasional di berbagai bidang. (Ninok Leksono)

KOMPAS

Libya Borong Jet Tempur Rusia

Su-35. (Foto: KNAAPO)

20 Oktober 2009 -- Libya merencanakan membeli lebih dari 20 jet tempur buatan Rusia dalam kesepakatan persenjataan senilai milyaran dolar, dilaporkan kantor berita Interfax, Senin (19/10), mengutip sumber seorang diplomat militer.

“Libya merencanakan membeli 12 hingga 15 jet tempur Su-35, 4 Su-30 dan 6 jet tempur latih Yak-130 dari Rusia,” ungkap sumber yang tidak ingin disebutkan.

Kontrak ditandatangani akhir tahun ini atau awal tahun 2010 dan kemungkinan nilainya sekitar 1 milyar dolar (670 juta euro), ditambahkannya.

“Banyak kontrak telah selesai ditinjau dari aspek teknis dan praktis siap ditandatangani. Aspek pembiayaan masih memerlukan pemecahan,” ungkap sumber ke Interfax.

Pembicaraan pembelian persenjataan dari Rusia dimulai saat Presiden Libya Moamer Kadhafi berkunjung ke Moskow tahun lalu.

AFP/@beritahankam

175 Personel TNI AL Dilibatkan dalam Lakesdu


19 Oktober 2009, Surabaya -- Surabaya - Sedikitnya 175 personel TNI Angkatan Laut (AL) dilibatkan dalam latihan kesehatan terpadu (lakesdu), baik dilakukan di darat maupun di laut.

Latihan tersebut dibuka Kolonel Laut (K) dr. Sakti Hoetama, Sp.U selaku Wakil Kepala Rumah Sakit TNI Angkatan Laut (Rumkital) dr. Ramelan, Surabaya, Senin.

"Latihan yang diikuti 175 personel ini akan berlangsung hingga akhir Oktober 2009," katanya saat membuka program latihan itu di Rumkital dr. Ramelan.

Metode latihan tersebut meliputi dua tahap, yaitu latihan posko yang digelar di Rumkital dr. Ramelan dan manuver lapangan di sekitar Laut jawa.

"Manuver lapangan ini akan dilakukan bersamaan dengan kegiatan latihan Armada Jaya XXVIII," kata Sakti menambahkan.

Ia menjelaskan, personel kesehatan TNI AL merupakan salah satu unsur pendukung pasukan sehingga perlu melakukan latihan secara bertingkat dengan memanfaatkan keseluruhan fasilitas kesehatan TNI AL yang ada di wilayah timur.

"Latihan ini untuk mengukur hasil pembinaan Dinas Kesehatan TNI AL dalam mempertahankan dan meningkatkan kemampuan serta profesionalisme prajurit kesehatan TNI AL," katanya.

Oleh sebab itu, dia berharap latihan tersebut dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk mengasah dan meningkatkan kemampuan dalam upaya melaksanakan dukungan kesehatan dalam operasi tempur.

ANTARA JATIM