Thursday, October 22, 2009

Rusia Rugi Milyaran Dolar Jika Batalkan Kontrak S-300 Iran

S-300PMU. (Foto: sinodefence.com)

22 Oktober 2009 -- Rusia akan mengalami kerugian signifikan bila keputusan memutuskan kontrak pengiriman sistem rudal permukaan ke udara S-300 ke Iran, ujar seorang pimpinan industri pertahanan Rusia yang namanya enggan disebutkan ke RIA Novosti, Rabu (21/10).

“Pemenuhan kontrak pengiriman S-300 ke Iran tergantung sepenuhnya kepada pimpinan negara,” ungkapnya.

Pakar militer Rusia Konstantin Makiyenko sebelumnya mengatakan keputusan memutuskan kontrak Rusia akan kehilangan keuntungan 1 milyar dolar ditambah 300 - 400 juta dolar pinalti dan denda.

Pimpinan industri pertahanan menekankan sistem S-300 merupakan senjata defensif.
Diberitakan pengiriman rudal S-300 ke Iran ditentang oleh Amerika Serikat dan Israel, dengan alasan akan menyebabkan terganggunya keseimbangan militer di kawasan Timur Tengah.

Dengan kehadiran rudal pertahanan udara S-300 di Iran akan membuat jet tempur yang dimiliki oleh Angkatan Udara Israel saat ini akan menjadi peti mati terbang jika melakukan serangan udara ke Iran.

Pemerintah Israel sedang melakukan negosiasi pembelian satu skuadron jet tempur F-35 JSF untuk AU Israel yang diproyeksikan dapat menghadapi sistem hanud S-300.

Kapal kargo Arctic Sea yang diberitakan membawa rudal S-300 ke Iran. (Foto: telegraph.co.uk)

Media Iran mengutip pernyataan pejabat senior pertahanan Iran, Rusia telah mengirimkan bagian elemen rudal S-300 ke Tehran dibawah kontrak 2005, tetapi pejabat industri persenjataan Rusia berulang kali menolak berita tersebut.

The Jerusalem Post (18/9) memberitakan Mossad terlibat hilangnya kapal kargo Arctic Sea pada Agustus lalu. Menurut sejumlah versi, kapal tersebut mengangkut rudal S-300 dengan tujuan Iran.

Versi terakhir dari S-300 adalah S-300PMU2 Favorit, mampu mengenai sasaran hingga 195 kilometer dan dapat mencegat pesawat terbang dan rudal balistik pada ketinggian dari 10 meter hingga 27 kilometer.

Kemampuan sistem ini dapat disandingkan dengan sistem pertahanan udara buatan Amerika Serikat MIM-104 Patriot.

RIA Novosti
/@beritahankam

No comments:

Post a Comment