Friday, June 26, 2009

Koarmatim Gelar Latihan Penanggulangan Teror

Komado Pasukan Katak (Kopaska) melakukan latihan penyergapan teroris di kawasan Tambak Wedi, Surabaya. (Foto: detikFoto/Zainal Effendi)

26 Juni 2009, Surabaya -- Satuan Pasukan Katak Komando Armada RI Kawasan Timur (Satpaskaarmatim) dalam waktu dekat mulai Senin (29/6) depan, akan menggelar latihan penanggulangan teror. Kegiatan latihan yang direncanakan berlangsung 10 hari itu, melibatkan 21 prajurit Satpaskaarmatim dan dua kendaraan tempur air Sea Rider serta empat perahu karet.

Materi latihan yang diberikan meliputi, ship boarding, ship movement, CQC (closed quarter combat), psisoner handing, fast rope, air craf movement (penguasaan pesawat udara), ship craf movement (penguasaan kapal laut), penguasaan sea rider, dan markman ship. Adapun macam latihan yang dilaksanakan, yaitu latihan teknis dan taktis di lapangan, baik perorangan maupun dilakukan dalam bentuk tim.

Para personel pasukan katak ini diturunkan menggunakan helikopter di sebuah perahu karet di tengah laut. (Foto: fotoDetik/Zainal Effendi)

Latihan yang dilaksanakan di sekitar basis Makoarmatim, Bandara Juanda dan Pelabuhan Tanjung Perak itu, bertujuan untuk memelihara dan meningkatkan kemampuan prajurit Satpaska Koarmatim khususnya dalam melaksanakan operasi penanggulangan teror yang terjadi baik di laut, maupun di darat (Bandara umum).

“Selesainya latihan ini diharapkan setiap prajurit Pasukan Katak Koarmatim mampu melaksanakan operasi penanggulangan teror yang terjadi di laut maupun di darat, dengan unit kecil ataupun besar guna mendukung operasi militer yang lebih besar,”kata Komandan Satpaska Koarmatim Kolonel Laut (P) Yulius Bustani selaku Papelat dalam latihan tersebut.

TNI

Batas RI di Natuna Pun Belum Sepakat


23 Juli 2009, Jakarta -- Sengketa kepemilikan blok Ambalat di Laut Sulawesi dikhawatirkan akan merembet ke wilayah Natuna di Laut China Selatan, sebelah utara Batam. Sebab, masih ada titik-titik batas wilayah laut yang belum disepakati antara Indonesia dengan Malaysia.

Hal itu diungkapkan Menteri Luar Negeri Nur Hassan Wirajuda dalam rapat kerja dengan Komisi I DPR, Senin (22/6). Menurutnya, saat ini terdapat tiga persoalan garis batas lainnya yang masih dirundingkan.

Menlu menyebutkan, batas yang tengah dirundingkan dan masuk dalam satu paket dengan perundingan Ambalat itu adalah di Selat Malaka, garis batas Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) di Natuna, serta garis batas di ujung Singapura. ”Perundingan ini satu paket dengan perundingan penentuan garis batas landas kontinen dan ZEE di Laut Sulawesi (Ambalat),” sebut Menlu.

Menlu justru mensinyalir perundingan yang telah dilakukan sebanyak 13 putaran belum akan menghasilkan kesepakatan akhir. Perundingan putaran berikutnya ke-14 rencananya akan digelar pertengahan Juli mendatang.

Namun Menlu tak yakin dalam pertemuan itu akan langsung dicapai kesepakatan akhir. Sebab, di pihak Malaysia sendiri tidak kompak. ”Terdapat kecenderungan perpecahan antara Kementrian Luar Negeri Malaysia dengan General Attorney (Kejaksaan Malaysia). Kejaksaan Malaysia selama ini mendampingi Kementrian luar Negeri dalam isu-isu hukum dalam perundingan perbatasan,” ujar Menlu.

Selain itu, sambungnya, Malaysia juga mengganti tim perunding perbatasan. ”Pihak Malaysia telah mengganti Ketua Tim Perunding Batas Maritimnya,” sambungnya.

Menlu menegaskan, perlu waktu panjang untuk mencapai kesepakatan batas wilayah dengan Malaysia. Dicontohkannya, penyelesaian garis batas Indonesia dengan dengan Singapura saja membutuhkan waktu lima tahun. Bahkan dalam perundingan perbatasan dengan Vietnam, dibutuhkan waktu 32 tahun.

Meski demikian Indonesia masih optimis blok Ambalat tak akan lepas ke tangan Malaysia. Alasannya, negeri jiran itu mendasarkan klaimnya dengan peta tahun 1979. ”Namun peta itu sebenarnya tidak perlu ditakuti. Peta itu pernah digunakan Malaysia untuk memperkuat klaim atas pulau Pedra Banca dalam sengketa dengan Singapura dan ditolak Mahkamah Internasional,” lanjutnya.

Meski demikian dalam raker tersebut Komisi I DPR tetap meminta Menlu harus berhati-hati. Wakil Ketua Komisi I DPR Sidharto Danusubroto menyatakan, kasus Ambalat bisa terulang di wilayah lain di Indonesia khususnya di wilayah Natuna dan sebelah utara Batam sebelum ada kejelasan titik-titik batas yang disepakati antara Indonesia dengan negara tetangga.

”Ingat, Ambalat itu bukan nama karena itu singkatan dari Ambang Batas Laut. Kalau melihat sejarah perbatasan dengan negara tetangga, ini bisa berlanjut di Natuna dan sebelah utara Batam,” ujar Sidharto.

BATAM POS

Casa TNI AL U-621 deteksi konvoi kapal induk US Navy di Perairan Natuna

Casa U-621 diescort oleh satu buah helikopter jenis Sea Hawk.(Foto: puspenerbal)

25 Juli 2009 -- Pada hari Rabu 24 Juni 2009 Casa TNI AL U-621 yang berada di bawah Wing Udara II mendeteksi konvoi kapal Induk US Navy di perairan Natuna yang terdiri dari 1 Kapal induk USS Ronald Reagan CVN 76, satu kapal suplai dan dua kapal frigate sedang malaksanakan RAS, satu kapal suplai dan satu kapal frigate siap melaksanakan manuver RAS, serta satu kapal suplai dengan kecepatan tinggi. Pesawat Cassa U-621 yang diterbangkan oleh Kapten Laut (P) Ahmad Samsuri dan Letda Laut (P) Rama Ariyadi berhasil mendokumentasikan unsur-unsur laut US Navy tersebut. Namun pada saat mendekat U-621 diescort oleh satu buah helikopter jenis Sea Hawk milik US Navy.

PUSPENERBAL

Waspadai Kapal AS di Natuna

USS Ronald Reagan (CVN-76) sedang melakukan latihan pengisian bahan bakar di laut dengan kapal penjelajah kawal berudal USS Chancellorsville (CG-62) di lautan Pasifik. Kedua kapal telah berlabuh di Pangkalan Angkatan Laut Singapura Changi, Rabu (24/6). (Foto: navsource.org)

26 Juni 2009, Jakarta -- Melintasnya enam kapal perang AS di perairan Natuna pada Selasa (23/6) lalu mendapat tanggapan serius. Sebab, hal ini mengindikasikan wilayah di Laut China Selatan termasuk di perairan Natuna memiliki nilai strategis dari sisi geopolitik internasional.

Anggota Komisi Pertahanan DPR, Andreas Pariera mengatakan, pemerintah sebaiknya tidak menganggap sepele melintasnya enam kapal perang AS itu. Sebab, peristiwa itu semakin menunjukkan bahwa perairan Natuna memiliki nilai geopolitik yang tinggi.

”Karena di sana ada banyak sumber energi, ada sumber daya alam yang sebenarnya menjadi incaran banyak negara. Konsentrasi kekuatan militer kita perlu diarahkan ke sana (Natuna),” cetus Pariera per telepon, Kamis (25/6).

Sebelumnya diberitakan, pada Selasa (23/6) lalu kapal induk AS USS Ronald Reagan yang diiringi lima kapal perang memasuki perairan antara Pulau Subi dan Pulau laut di wilayah Natuna. Iring-iringan kapal perang itu melintas di Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) itu terpantau oleh radar milik TNI AU, yang laungsung ditindaklanjuti dengan pesawat intai milik TNI AU.

Menurut Pariera, saat ini banyak negara yang berkepentingan di wilayah Laut China Selatan. Apalagi, lanjutnya, konflik kepemilikan Pulau Spratly yang diperebutkan China, Filipina, Vietnam dan Taiwan belum juga tuntas.

Politisi asal PDIP itu menambahkan, keberadaan enam kapal perang AS di Laut China Selatan itu sekaligus menunjukkan upaya AS untuk melakukan kontrol kekuatan China di Laut China Selatan. ”Karena China sudah mengarah kepada kekuatan adi daya. AS perlu melakukan perimbangan kekuatan di Laut China Selatan. Apalagi jalur laut ini memang jalur strategis,” lanjutnya.

Pariera justru memuji inisiatif TNI di lapangan yang sigap melakukan pencegahan. ”Kita tetap harus acung jempol, karena dibanding kekuatan Amerika yang melintas jelas berbeda jauh. Tetapi TNI tetap berani melakukan pencegahan,” cetusnya.

Meski melintasnya kapal perang AS itu mengundang kekhawatiran, namun TNI justru mennganggap hal itu bukan insiden besar. Kapuspen TNI Marsekal Muda Sagoem Tamboen menegaskan, tidak ada masalah dengan melintasnya enam kapal perang milik AS negeri Paman Sam itu. ”Karena mereka lewat ALKI. Sebagai negara kepulauan, ALKI kita memang terbuka untuk siapa saja,” ujarnya kepada Batam Pos.

Ditanya apakah pihak AS sudah melakukan komunikasi dengan pihak Indonesia sebelum enam kapak itu melintas dan sempat menerobos perairan Natuna, Sagoem mengatakan bahwa untuk melewati ALKI tidak perlu izin. ”Itu sudah risiko kita sebagai negara kepulauan. Yang penting fungsi TNI tetap berjalan. Dan kemarin kan sudah dibuktikan,” ujarnya.

Jika memang tidak bermasalah, lantas mengapa sempat ada sedikit ketegangan saat pesawat TNI AU melakukan pencegahan? Sagoem memaparkan yang terjadi sebenarnya bukanlah ketegangan. ”Karena sudah menjadi tugas TNI untuk melakukan pengawalan. Armada AS juga akhirnya menyingkir. Itu bukti kalau TNI AL dan TNI AU kita melaksanakan tugas pengawalan wilayah dengan baik,” tukasnya.

Karenanya Sagoem juga menegaskan, TNI tidak akan meminta Departemen Luar Negeri RI melayangkan nota protes ke AS. Sebab, tidak ada yang dilanggar pihak AS.

BATAM POST

Indonesia Bahas Kerja Sama Kelautan dengan Jepang

Kapal Patroli Mizuho milik Japan National Guard. (Foto: detikfoto/Ramadhian Fadillah)

26 Juni 2009, Jakarta -- Indonesia membahas kerja sama tentang keamanan laut (Kamla) dengan Jepang, kata Direktur Kerja sama Internasional Direktorat Jenderal Strategi Pertahanan Departemen Pertahanan, Brigjen TNI Syaiful Anwar di Jakarta, Kamis.

Kerja sama dengan Jepang itu bukan saja masalah keamanan di laut saja tetapi pihak Indonesia telah mengirimkan taruna untuk didik di negara tersebut, kata Syaiful Anwar, usai seminar kerja sama TNI dan pasukan beladiri Jepang di Jakarta.

"Jepang menyatakan siap membantu Indonesia masalah keamanan laut," katanya.

Sehubungan itu pihaknya terus membahas masalah kerja sama tersebut supaya keamanan laut di perairan Indonesia semakin baik, kata dia.

Pentingnya keamanan laut itu karena permasalahan perairan menyangkut berbagai aspek dalam kehidupan masyarakat banyak seperti faktor ekonomi, kata dia.

Melalui laut negara bisa melaksanakan ekspor impor dan juga dapat meningkatkan pendapatan melalui perikanan, ujar dia.

Oleh karena itu keamanan di laut cukup penting sehingga pihaknya perlu melaksanakan kerja sama antara lain dengan Jepang.

Mengenai target kerja sama itu, ia belum bisa menyebutkan karena permasalahan tersebut masih terus dibahas.

Lebih lanjut dia mengatakan, masalah keamanan laut banyak unsur yang terkait seperti TNI, Polri, dan Bea Cukai sehingga pihaknya terus melaksanakan koordinasi.

Namun lanjut dia, kerja sama dengan Jepang itu bukan saja masalah keamanan di laut saja tetapi pihak Indonesia telah mengirimkan taruna untuk didik di negara tersebut.

Dipilihnya Jepang untuk kerja sama karena saat ini negara tersebut cukup strategis untuk dijadikan panutan, ujar dia lagi.

Keamanan laut bagi TNI mempunyai dua fungsi yakni sebagai penegak kedaulatan rakyat demi lebih kokohnya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan masalah hukum laut, tambah dia.

ANTARA News

Thursday, June 25, 2009

Enam Kapal Perang Amerika Masuk Perairan Indonesia

CVN Ronald Reagan kapal induk bertenaga nuklir terbaru milik AL AS. (Foto: navsource.org)

25 Juni 2009, Natuna -- Enam kapal perang milik tentara Amerika Serikat (USA) memasuki kawasan alur laut kepulauan Indonesia (ALKI), tepatnya antara perairan Pulau Laut dan Pulau Subi Natuna, Selasa (23/6). Keberadaan kapal-kapal perang tersebut sempat termonitor oleh sinyal milik Satuan Radar 212 TNI AU.

Mendapat sinyal yang mencurigakan tersebut, pihak TNI AU langsung berkoordinasi dengan TNI AL Ranai. Mendapat laporan tersebut TNI AL langsung melakukan pengintaian dengan menggunakan pesawat jenis Cassa milik TNI AL.

Benar saja, keenam kapal yang dilengkapi dengan persenjataan serba otomatis sedang beriring-iringan. Setelah kurang lebih tiga jam mengintai aktifitas mereka, tanpa disadari pesawat heli jenis Puma (?) milik Amerika langsung mendekati pesawat milik TNI AL.

Sikorsky H-60F/H Seahawk dari HS 4 “Black Knights” yang membayangi CASA TNI AL. (Foto: hs4.navy.mil)

Sempat terjadi ketegangan saat heli tersebut mendekat, namun tanpa basa-basi mereka langsung perlahan-lahan menjauh dari perairan Indonesia. Keenam kapal-kapal tersebut diantaranya kapal induk lambung USS Ronald Reagan yang dianjungannya terdapat puluhan pesawat tempur yang sedang parkir, dua kapal jenis destroyer, dua kapal jenis frigade dan satu kapal tanker minyak.

DanLanal Ranai Kolonel Laut (P) Deddy Suparli membenarkan keberadaan enam kapal milik Amerika tersebut. "Setelah dilakukan pengintaian, benar ada enam kapal bendera Amerika memasuki perairan Indonesia tanpa tujuan yang jelas. Bahkan, anggota kita sempat mengambil foto dari pesawat. Sampai saat ini kami belum mengetahui tujuan kapal-kapal tersebut," ujar Deddy.

Kini pasukan TNI AL dibantu dengan TNI AU terus melakukan pengawasan dan pengintaian disekitar perairan Natuna. DUMAI POS

USS Ronald Reagan Berlabuh di Singapura

F/A-18 Hornet melintasi formasi kapal frigate USS Thach, destroyer USS Howard, USS Grindley, dan USS Decatur saat berlayar di lautan Pasifik, Sabtu (6/6). (Foto: Navy.mil/ Mass Communication Specialist 3rd Class (AW) Joshua Scott)

Kapal induk kelas Nimitz USS Ronald Reagan (CVN 76) merapat di Pangkalan Angkatan Laut Changi, Rabu (24/6), merupakan kunjungan pertama pada penugasan tahun 2009.

Sekitar 400 pelaut dijadwalkan mengikuti 13 proyek amal untuk sekolah-sekolah lokal, pengurus pusat pelayanan dan yayasan kemanusian.

USS Ronald Reagan dikawal oleh kapal jelajah berpeluru kendali USS Chancellorsville, serta kapal perang dari Destroyer Squadron 7 yang terdiri; kapal perusak kawal berpeluru kendali kelas Arleigh Burke USS Decatur (DDG 73), USS Howard (DDG 83), USS Gridley (DDG 101) dan frigate kawal berpeluru kendali kelas Oliver Hazard Perry USS Thach (FFG 43).

USS Thach (FFG 43) kapal frigate kelas Oliver Hazard Perry. (Foto: navsource.org)

Kapal perusak kawal berpeluru kendali kelas Arleigh Burke USS Decatur (DDG 73). (Foto: navsource.org)

Sedangkan satuan udara USS Ronald Reagan berasal dari Carrier Air Wing (CVW) 14, Strike Fighter Squadron (VFA) 22 “Redcocks”, VFA 25 “Fist of the Fleet”, VFA 113 “Stinger”, VFA 115 “Eagle”, Airborne Warning Squadron (VAW) 113 “Black Eagles”, Carrier Logistics Support (VRC) 30 “Providers” dan Helicopter Anti-Submarine Squadron (HS) 4 “Black Knights”. (navy.mil/@beritahankam)

Garuda Shield 2009 Libatkan Masyarakat

Tentara dari Amerika Serikat berbaris rapi saat pembukaan latihan bersama Garuda Shield-09 berlangsung. (Foto: detikFoto/Muhammad Taufiqqurahman)

25 Juni 2009, Cipatat -- Sekitar 30 orang masyarakat Cipatat terlibat dalam latihan Garuda Shiled-09, mereka yang memerankan disalah satu kampung yang sudah dikuasai separatis yang sangat militan dan sekaligus mereka sebagai tameng hidup bagi separatis yang anti pemerintah disalah satu negara yang sedang konflik, diantara Benua Asia dan Amerika, demikian salah satu latihan yang dilaksanakan oleh TNI dan 8 negara lainnya yang dilaksanakan Rabu (24/6) di Cipatat, Bandung Jawa Barat.

Iis (18 th) salah satu warga yang ikut terlibat dalam latihan Garuda Shield-09 merasa senang dapat berpartisipasi, selain sebagai pengalaman untuk dirinya juga mendapat upah dari panitia lumayan buat jajan. ”Warga kampung disini (Cipatat. red) sudah biasa suka membantu bapak-bapak TNI kalau ada siswa dengan polosnya warga disini suka kebagian rejeki, seperti mencuci pakaian siswa”, ujarnya.

Peran warga sebagai tameng hidup dalam latihan Garuda Shield para separatis memerankan sembilan kali, karena setiap peserta latihan diikuti oleh 9 negara, setiap negara sama skenarionya seperti yang diperankan oleh TNI, menurut Iis kesulitan dalam latihan hanya faktor bahasa, karena biarpun TNI sendiri cara bertanya maupun memeriksa menggunakan bahasa Inggris, kalau dengan TNI tidak ada kesulitan karena sesekali memakai bahasa Indonesia, yang paling lucu imbuh Iis dengan Amerika dan negara lainnya yang tidak bisa bahasa Indonesia, tapi kan ada penterjemahnya, pokoknya senang lihat latihan dengan negara sahabat.

Latihan ini akan dilaksanakan pada 16 Juni-29 Juni 2009. Tampak senjata laras panjang dipamerkan pada pembukaan latihan bersama Garuda Shield-09. (Foto: detikFoto/Muhammad Taufiqqurahman)

Dalam skenario latihan, satu peleton prajurit TNI mampu mengepung kampung dan menggeledah rumah yang dihuni oleh separatis, kendatipun setiap rumah diberikan jebakan dan bom yang siap meledak, dengan kesigapan TNI semua bisa ditangani dengan baik. Prajurit TNI berhasil melumpuhkan separatis, 3 tewas dan 2 luka-luka.

Menurut pengawas latihan Mayor Inf Puji Hartono, semua materi yang disiapkan oleh panitia adalah sama, termasuk pengunaan bahasa yang dipakai dalam latihan yaitu bahasa Inggris, masalah prosedur penanganan dalam standar PBB, mengutamakan keselamatan jiwa baik dari pihak separatis maupun dari pengamanan PBB, tidak boleh mengeluarkan tembakan kalau itu terpaksa boleh menembak apabila akan mengancam jiwa dari pihak keamanan PBB, kalau itu bisa dihimbau melalui tokoh atau ketua kelompok dari separatis maka himbaulah agar tidak terjadi pertumpahan darah, karena misi PBB adalah sebagai misi perdamaian.

Selanjutnya menurut Mayor Inf Puji Hartono adalah, biarpun penyampaian materi secara teori dan briefing para pelaku sama, namun secara aplikasi berbeda, karena kebiasaan dan faktor budaya yang sangat sulit untuk disamakan, ini adalah tantangan karena latihan tersebut baru dilakukan tiga kali, ini yang ketiga setelah Mongolia pada tahun 2007 dan Nepal pada tahun 2008, jadi cara pengepungan kampung dan pengeledahan rumah masing-masing peserta berbeda, ada yang sabar, ada juga terpancing oleh bulsit, tergantung masing-masing para komandan di lapangan.

TNI

Wednesday, June 24, 2009

TDAS Sistim Informasi Pemantauan Situasi Udara

TDAS merupakan sistem informasi pemantauan situasi udara yang mengintegrasikan hasil tangkapan radar udara terpasang, baik radar sipil maupun militer, berupa data obyek bergerak yang melintas pada suatu daerah. Data tersebut diproses dan dikirim ke sebuah Display System berbasis peta yang senantiasa online untuk ditampilkan pergerakannya secara real-time.

Integrasi data tersebut dengan data-data lain seperti Flight Clearance memungkinkan setiap obyek bisa diidentifikasi sebagai obyek yang legal atau illegal yang menyusup ke wilayah udara suatu daerah. Data tersebut bisa menjadi dasar dilakukannya manuver penghadangan dan pengamanan udara.

Jika seluruh radar udara wilayah nasional terintegrasi ke dalam sebuah Display System terpusat, maka jadilah sebuah Sistem Pemantauan Udara Nasional yang terpadu.

Sistem ini dibangun untuk memenuhi kebutuhan Komando Pertahanan Udara Nasional (KOHANUDNAS) Republik Indonesia akan sistem pemantauan udara yang terpadu, real-time, dan mengintegrasikan radar sipil dan militer di seluruh Indonesia. TDAS termasuk alutsista andalan KOHANUDNAS.



TDAS memiliki kemampuan sebagai berikut:

1. Integrasi radar sipil dan militer
2. Memproses data dari radar udara merek apapun
3. Penampilan data terpusat dan real time
4. Integrasi dengan Flight Plan dan Flight Clearance
5. Prediksi lintasan pesawat hingga x detik ke depan

TDAS dibangun dengan teknologi terbaru dari Microsoft untuk seluruh subsistemnya, yakni: Radar Data Processor dan Display System. Database yang digunakan adalah Oracle 10g.

TDAS telah dibangun sejak 1999 dan masih terus dikembangkan hingga saat ini.

TDAS telah diimplementasikan di Kosek I Halim dan Popunas Jakarta (1999), Kosek II Makasar (2001), Kosek III Medan (2002), dan Kosek IV Biak (2006); sehingga mencakup tampilan seluruh wilayah udara nasional.

Sistem ini sedang dikembangkan untuk bisa diintegrasikan dengan sistem monitoring matra lain (laut misalnya) sehingga bisa menjadi pioneer untuk dibangunnya sistem monitoring lalu lintas seluruh matra di tingkat nasional.

infoglobal

KRI Teluk Bone Singgah di Ambon


24 Juni 2009, Ambon -- Dalam rangka menunjang tugas pokok dan fungsi pangkalan, di dermaga Irian Lantamal IX hari ini (24/6) telah kedatangan KRI.Teluk Bone-511. KRI tersebut singgah di Ambon untuk melaksanakan bekul. Kapal jenis Landing Ship Tank yang dikomandani oleh Mayor Laut (P) Yusuf Setiawan ini melaksanakan dukangla Satgas Pulau Terluar (Puter) dari Pasmar-1 sebanyak 136 personel Marinir.

Disamping Satgas Puter, diatas kapal juga ada 28 personel Marinir yang juga telah selesai melaksanakan tugasnya dalam Satgas Sorong. Pulau-pulau terluar khususnya di wilayah bagian Timur Indonesia ini harus dijaga keutuhannya , jangan sampai kasus Ambalat terulang lagi tegas Mayor Yuusuf disela-sela saat istirahat minum kopi di Long Room Perwira kapal. Setelah selesai melaksanakan Bekul di Ambon, direncanakan besok (25/6) kapal akan bertolak menuju Pangkalan Surabaya.

Dibelakang KRI.Teluk Bone juga ada KRI. Teluk Cendrawasih-533, kapal ini juga melaksanakan bekul setelah berbulan-bulan melaksanakan operasi di perairan wilayah Timur. KRI.TCW-533 yang dikomandani Mayor Laut (P) Baharuddin Anwar ini juga rencananya setelah melaksanakan bekul di Ambon akan melanjutkan operasinya.

Penlantamal IX

SOYUS Sistem Simulasi Latihan Strategi dan Operasi Militer

SOYUS Wargaming System merupakan sistem simulasi untuk latihan strategi dan operasi militer, khususnya di lingkungan Sekolah Staf dan Komando (SESKO). Dengan menjalankan sistem ini, seorang perwira siswa (pasis) bisa membuat rencana operasi (RO) dan mengujinya bersama dengan (melawan) tim pasis yang lain melalui sebuah simulasi perang. Di saat yang sama, perwira pengawas (pawas) bisa berperan aktif dalam melakukan monitoring selama simulasi berlangsung.

Sistem ini didesain mengikuti aturan perang seperti pada kondisi sesungguhnya, sehingga setiap tim terdiri atas personel seperti layaknya pada latihan perang di alam terbuka. Mereka bisa mengatur strategi yang dituangkan dalam RO, baik dari aspek logistik maupun taktik secara bersama-sama dalam sebuah tim. Demikian juga ketika RO diuji dalam sebuah simulasi perang melawan tim lain.

Sistem ini dibangun untuk memenuhi kebutuhan sistem simulasi perang pada Sekolah Staf dan Komando Angkatan Udara (SESKOAU) yang masif, melibatkan banyak user dan tim, dan sesuai dengan Standard Operation Procedure (SOP) wargaming system militer.




SOYUS memiliki kemampuan sebagai berikut:

1. Membantu proses perencanaan skenario Olah Yudha
2. Membantu proses perencanaan, penggelaran, dan pelaksanaan operasi udara
3. Memungkinkan kolaborasi antar Pelaku dan Pelaku-Wasdal dengan simulasi radiogram
4. Visualisasi dinamika dalam bentuk animasi pergerakan unsur-unsur yang digunakan dalam operasi udara, termasuk dalam bentuk tiga dimensi (3D).
5. Kemampuan evaluasi dan penilaian setiap langkah perencanaan, penggelaran, dan pelaksaan operasi

Sebagai sebuah massively game player, sistem ini dilengkapi dengan teknologi terkini dari Microsoft dalam hal grafik, penangangan ribuan object dalam waktu yang bersamaan, realtimeness, dll.

Sistem ini dibangun dengan algoritma yang rumit, khususnya terkait dengan mengadopsi dan menerjemahkan karakter pesawat dan peralatan alutsista lain yang digunakan dalam sistem simulasi ini. Untuk itu, sistem ini dilengkapi dengan SimClock (penentu timing), Automatic Radiogram Sequencing, Visualisasi Dinamis, Automatic Warfare Activation, VoIP based communication, dll.

SOYUS telah diimplementasikan di Sekolah Staf dan Komando TNI Angkatan Udara (SESKOAU) sejak 2006.

Sistem ini terus dikembangkan tidak saja untuk matra udara, tetapi seluruh matra.

infoglobal

Frigate Admiral Gorskov Kedua Dibuat


24 Juni 2009 -- Konstruksi kapal perang jenis frigate kelas Admiral Gorskov kedua segera dimulai tahun ini di galangan kapal Severnaya Verf, St. Petersburg dan akan diluncurkan 2011.

Galangan kapal ini membangun frigate Admiral Sergei Gorshkov, kapal pertama dari frigate kelas Admiral Gorskov pada Februari 2006. Angkatan Laut Rusia berencana membeli hingga 20 unit kapal jenis ini.

Spesifikasi


Bobot: 4500 ton
Panjang: 130 meter
Lebar maksimum: 16 meter
Jarak tempuh: 4000 mil
Persenjataan
1x meriam 130 mm
8x rudal jelajah anti kapal SS-NX-26 Yakhont
1x sistem anti peperangan kapal selam Medvedka
1x sistem rudal pertahanan udara jarak menengah Hurricane

RIA Novosti
/@beritahankam

Kapal Bunga Mas Lima Berlayar Ke Teluk Aden

Bunga Mas Lima dikawal KD Perak kapal patroli terbaru TLDM dari kelas Meko A100. (Foto: standupper)

24 Juni 2009 -- Kapal bantuan perbekalan Bunga Mas Lima memulai pelayarannya ke Teluk Aden, Selasa (23/6). Bunga Mas Lima sebelumnya merupakan kapal niaga milik Malaysian International Shipping Corporation Bhd. (MISC) diubah menjadi kapal perang jenis perbekalan untuk menggantikan kapal perang KD Sri Inderapura, bertugas menjaga kapal-kapal dagang Malaysia dari serangan perompak di perairan Teluk Aden.

Bunga Mas Lima mempunyai panjang 132,8 meter dan lebar 22,7 meter serta mampu dipacu lebih 17 knot. Kapal membawa 59 orang, 21 awak kapal berasal dari warga sipil yang dilatih militer dan dijadikan Pasukan Simpanan Sukarela TLDM (PSSTLDM) sedangkan sisanya berasal dari anggota militer dari tiga angkatan.

Kapal dilengkapi dengan hanggar untuk menyimpan helikopter Super Lynx dan kapal cepat milik TLDM.

TLDM sudah mengirimkan lima kapal perangnya ke Teluk Aden sejak Agustus 2008. Sebelumnya kapal barang Malaysia dibajak oleh perompak saat melewati perairan Teluk Aden.

UTUSAN/@beritahankam

Bynkershoek dan Politik Kelautan RI

”Terrae protestas finitur, ubi finitur armorum vis—Kedaulatan teritorial berakhir di mana kekuatan senjata berakhir. ” (Cornelis van Bynkershoek, De Dominio Maris Desertatio, 1703)

Kapal patroli cepat 35 meter KRI Sanca buatan Fasharkan Manokwari. (Foto: military-photos)

24 Juni 2009 -- Apa yang disampaikan oleh Bynkershoek di atas mengingatkan pada semua negara yang memiliki wilayah laut, maka kedaulatan suatu negara di laut sangat bergantung pada kemampuan negara tersebut dalam melakukan pengawasan secara fisik terhadap wilayah laut yang dikuasainya itu. Artinya, kata Ahli Peneliti Utama LIPI, Syamsumar Dam, di Seminar Asosiasi Ilmu Politik Indonesia di Manado, Maret silam, semakin luas wilayah laut yang dikuasai oleh satu negara, semakin besar pula tanggung jawab negara tersebut untuk mengawasinya.

Indonesia, negara maritim terbesar di dunia dengan panjang garis pantai mencapai 81.000 km dan luas laut 5,8 juta km atau tiga perempat dari total luas wilayah, dengan perbatasan laut berimpit dengan 10 negara, jelas memiliki tanggung jawab sangat besar.

Sejauh ini, sebagaimana di perbatasan darat yang berimpit dengan perbatasan tiga negara, pemenuhan tanggung jawab terhadap wilayah laut dirasakan belum memadai.

Pernah satu ketika Laksamana Muda (Purn) Wahyono SK menyampaikan, kebutuhan ideal untuk menjaga wilayah laut kita dapat dihitung dari luas wilayah dibagi dengan kemampuan jelajah kapal. Bila sebuah frigat bisa mengawasi luas 300.000 km, kebutuhan kapal jenis ini adalah hampir 20 unit. Sementara untuk kapal patroli yang masing-masing punya jelajah pengawasan 50.000 km, yang dibutuhkan adalah 116 kapal.

Padahal, sekarang ini, seperti dicatat The Military Balance IISS (2008), jumlah frigat yang kita miliki—tanpa memperhitungkan umurnya—hanya 11 unit, sementara kapal patroli dan kapal yang punya kemampuan tempur pantai hanya 41 unit.

Ketika muncul ketegangan dengan negara lain, misalnya ketika Indonesia dihadapkan pada tumpang tindih klaim teritorial, seperti terjadi di Ambalat, menguatlah kesadaran akan kebutuhan alat utama sistem persenjataan (alutsista) laut.

Dipenuhi sendiri


KRI Kerapu kapal patroli cepat kelas FPB-57 Nav IV buatan PT. PAL. (Foto: TNI AL)

Mengatasi kendala pembelian alutsista yang makin tak terjangkau, semangat yang pernah mencuat—dan sejauh ini banyak dijadikan bahan pernyataan politik—adalah ”penuhi sendiri” kebutuhan yang ada, kecuali yang belum bisa dibuat oleh industri dalam negeri.

Dalam realitas, meski PT PAL telah mencapai kemampuan untuk membuat korvet, bahkan juga kapal selam, belum ada order untuk pembuatan kapal-kapal jenis itu. (Dalam kaitan ini, bisa diwujudkannya order 150 panser untuk TNI AD dari PT Pindad amat membesarkan hati, dengan segala tantangan yang menyertainya.)

Yang lebih memprihatinkan, kabar yang muncul beberapa pekan terakhir dari PT PAL justru bernuansa suram. Industri kapal nasional yang sebelum ini banyak dibanggakan ini justru dilanda kelangkaan dana, merugi, sehingga terpaksa harus menggilir kerja karyawan.

Benturan dengan logika


KRI Leuser jenis kapal bantu tunda buatan galangan kapal PT. PT Dok dan Perkapalan Kodja Bahari. (Foto: TNI AL)

Ilustrasi PT PAL dewasa ini sekali lagi melukiskan adanya kesenjangan antara penguasaan teknologi dan kemampuan manajemen. Kemampuan rekayasa maju pesat diwujudkan dengan bisa memproduksi tanker 30.000 ton dan kapal barang 50.000 ton, juga kapal patroli cepat FPB 57. Sekali lagi, relevan apa yang dikemukakan oleh Menteri Pertahanan Juwono Sudarsono bahwa untuk masalah teknologi, kemampuan bangsa kita tak perlu diragukan. Tapi kemampuan manajemen, yang mencakup keterampilan untuk mengoordinasikan berbagai urusan, tampaknya masih banyak yang harus dipelajari.

Pada masa lalu, mantan Presiden BJ Habibie yang juga pernah memimpin PT PAL sering menyampaikan, menurut teori, kebutuhan akan kapal di Indonesia, mulai dari kapal perang hingga kapal nelayan, tidak akan pernah ada habisnya.

Pendekatan lain

KRI Sibarau eks HMAS Bandolier P95 hibah Australia, buatan galangan kapal Walkers Ltd., Australia tahun 1968.

Persoalan laut ini rupanya juga bisa dikaji dari disiplin lain. Dalam studi hubungan internasional dikenal politik kelautan, yang bertumpu pada pandangan kaum realis. Di sini, pemikir kekuatan laut Amerika, Alfred Mahan, menyatakan, potensi kelautan yang dimiliki oleh satu negara harus dapat dijadikan sebagai kekuatan laut yang menjadi unsur utama kekuatan nasional.

Pandangan Mahan di atas, menurut Syamsumar Dam, telah diperkaya oleh ahli teori lain, seperti Hans Morgenthau, Eric Grove, dan Sam Tangredi, yang memasukkan berbagai faktor untuk mendukung kelangsungan hidup satu negara, mulai dari geografis, sumber daya alam, kemampuan industri, kesiapan militer, penduduk, karakter nasional, moral nasional, kualitas diplomasi, kualitas pemerintahan, hingga perdagangan maritim internasional.

Dan, ditegaskan, meski tidak akan menjadi kekuatan laut utama dunia seperti AS, Indonesia juga tidak ingin lagi dijadikan mangsa oleh bangsa lain.

Dalam konteks inilah Indonesia membutuhkan peninjauan kembali atas politik kelautan yang selama ini diterapkan. Kelapangan untuk mengakui masih adanya kelemahan dalam implementasi politik kelautan nasional diharapkan bisa menjadi pembuka jalan bagi hadirnya wawasan baru yang lebih progresif dan menjawab tantangan zaman.

Ninok Leksono/KOMPAS

Tolak Ambalat Masuk MI

10 Juli 2009, Semarang -- Presiden SBY menelpon PM Malaysia Najib Razak terkait persoalan Ambalat, Selasa (9/6) siang. Usai menghubungi PM Najib Razak, SBY menggelar jumpa pers di Hotel Gumaya, Semarang. 'Pembicaran itu berlangsung pukul 12.00 WIB, intinya, saya berharap agar perundingan, solusi yang kita pilih untuk menyelesaikan perbedaan terhadap perbatasan laut di wilayah Ambalat itu bisa berjalan lebih cepat, efektif dan lebih kondusif,' ujar SBY. (Foto: detikFoto/Abror Rizki/Setpres)

24 Juli 2009, Jakarta -- Pemerintah Indonesia menolak campur tangan lembaga internasional dalam penyelesaian sengketa perbatasan blok Ambalat dengan Malaysia. Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyatakan bakal mempertahankan Ambalat dengan segala kekuatan yang ada.

Menurut SBY, Ambalat berbeda dengan Sipadan dan Ligitan yang telah jatuh ke tangan Malaysia.

’’Kasus Sipadan dan Ligitan dulu diserahkan kepada Mahkamah Internasional, sedangkan Ambalat tidak pernah kita berikan kepada siapa-siapa. Sebab, kita punya keyakinan bahwa wilayah itu adalah wilayah Indonesia,’’ kata SBY saat membuka Rapat Pimpinan Nasional Pemuda Pancamarga di Jakarta kemarin.

Dalam penyelesaian Ambalat, pemerintah memilih perundingan secara intensif, tanpa membawa ke Mahkamah Internasional (MI).

’’Dengan catatan, kedaulatan adalah harga mati. Diplomasi itu pilihan, bukan ragu-ragu, bukan tidak tegas,’’ ujarnya.

SBY mengatakan, Indonesia dan Malaysia sama-sama sepakat tidak memilih jalan peperangan dalam menyelesaikan kasus Ambalat.

’’Tapi, kita rasional, yang penting tidak ada satu meter pun wilayah kita lepas,’’ tandasnya.

Perang, lanjut SBY, akan menghabiskan anggaran ratusan triliun setiap tahun. Belum lagi korban jiwa berjatuhan dari kedua pihak.

’’Dunia internasional juga pasti mempertanyakan mengapa kita berperang antarnegara ASEAN,’’ tambah SBY.

Cara diplomasi, menurut SBY, dipandang lebih bermartabat. Pemerintah, lanjut SBY, sangat serius menangani Ambalat. ’’Ini akuntabilitas seorang presiden kepada konstitusi, negara, sejarah, dan kepada masa depan,’’ ujar SBY.

Ke Perbatasan

Belum tuntasnya masalah perbatasan, dan krisis di Blok Ambalat, Nunukan, serta berbagai pelecehan yang diterima TKI di Malaysia, membuat anggota DPD RI gerah. Empat anggota DPD asal Kaltim yang tergabung dalam Pansus Perbatasan DPD RI, hari ini akan bertolak keempat lokasi di perbatasan. Yakni, Tarakan, Kerayan, Nunukan, dan Sebatik. Tujuannya, untuk memantau daerah-daerah yang berdekatan dengan Malaysia.

Sebelum itu, pada Selasa (23/6) kemarin, pansus ini bertemu dengan Pangdam VI/Tanjungpura Mayjen Tono Suratman, di Makodam VI/Tpr, Balikpapan.

“Banyaknya kasus dengan negeri jiran (Malaysia) menunjukan tetangga kita ini tak ada itikad baik dengan Indonesia,” kata Luther Kombong, salah seorang anggota DPD asal Kaltim, kepada harian ini tadi malam.

Ia menjelaskan, pada pertemuan dengan Pangdam mulai pukul 10.00 Wita hingga 13.00 Wita itu, pihaknya mendengarkan pemaparan dari Kodam VI/Tpr tentang penanganan kasus Ambalat dan kawasan perbatasan lainnya. Mengingat, kata dia, perbatasan di wilayah Kalimantan sangat panjang. Seperti diketahui, di Kaltim saja panjang perbatasan 1.000 kilometer, ditambah Kalbar yang mencapai 2.400 kilometer.

“Memang kita tahu, TNI kita tentu dalam kondisi apa pun pasti sudah siap untuk berperang mempertahankan NKRI,” ujarnya.

Karena itu, jelasnya, untuk program jangka panjang, mengurangi krisis klasik perbatasan harus ada perundingan bilateral antara Indonesia-Malaysia. Mengingat, sebagai negara anggota ASEAN, dalam menghadapi konflik perlu dilakukan negosiasi antara kedua negara. Langkah ini diambil tentu untuk menghindari pecahnya perang antara negara serumpun ini.

Di sisi lain, ia menambahkan, harus ada evaluasi internal dalam negeri secara komprehensif. Pada pertemuan yang juga dihadiri perwakilan dari Pemprov Kaltim tersebut, ia juga meminta Pemerintah Pusat dan daerah memperhatikan perekonomian warga perbatasan. Misalnya, untuk program jangka panjang, ia merekomendasi agar ada pembangunan yang serius dan berkesinambungan di perbatasan.

“Jadi pembangunan di perbatasan itu jangan hanya lip service aja dari pemerintah pusat dan daerah,” urainya. Misalnya, tambah dia, untuk pembangunan pulau terluar, pemerintah bisa melakukan mobilisasi warga untuk tinggal di kawasan tersebut. Tentu dibarengi pembangunan infrastruktur dan penyediaan pasokan kebutuhan yang sesuai. Selain itu, bagi warga perbatasan yang bermata pencaharian sebagai nelayan, pemerintah bisa menyediakan kapal dan alat pencari ikan yang canggih. Bahkan, harus juga dilengkapi GPS. Dengan demikian, jika terjadi pelanggaran oleh Malaysia bisa langsung berkoordinasi dengan tentara Indonesia.

Ia juga menyarankan kepada pemerintah, untuk menyetop pengiriman TKI ke Malaysia. Karena, kasus pelecehan dan tindak kriminal terhadap TKI di negeri tetangga itu tak pernah tuntas. Mengingat, sudah sejak lama, TKI di negara pimpinan Najib Tun Razak itu mendapat perlakuan tak manusiawi. Seperti, penyiksaan yang dialami Siti Hajar.

Tim, jelasnya, juga meminta pemerintah untuk menghentikan pemberian izin perkebunan dan HPH kepada pengusaha asal Malaysia.

Terpisah, Kepala Penerangan Kodam VI/Tpr Letkol Czi Bagus Antonov Hardito mengatakan, pertemuan antara Pangdam dengan Pansus Perbatasan hanya sebatas audiensi antara kedua lembaga itu. Karena, kata dia, besok (hari ini) rombongan akan bertolak ke Kaltim bagian utara.

“Mereka akan mengecek perbatasan, tapi sebelumnya bertemu dulu dengan Pangdam untuk mendengar pemaparan tentang kondisi di perbatasan,” kata dia via telepon seluler.

KALTIM POST

Pesawat Tempur Lanud Iswahyudi Dipasang VDR

Komandan Lanud Iswahjudi Marsekal Pertama TNI Bambang Samoedro, S.Sos berbincang langsung dengan Letkol Lek Eddy S dan Direktur PT. ITS, Adi Sasongko, ST tentang kinerja VDR di pesawat tempur.

24 Juli 2009,Magetan -- Menindaklanjuti berbagai musibah pesawat TNI AU dan sulitnya penyelidikan untuk mengetahui penyebab terjadinya kecelakaan pesawat terbang, Dinas Penelitian dan Pengembangan TNI AU (Dislitbangau) telah mengadakan kerjasama dengan PT. Infoglobal Teknologi Semesta (PT. ITS) untuk memasang alat perekam di setiap pesawat TNI AU baik Pesawat Tempur, Transport, maupun Pesawat Helly. Hal ini dimaksudkan agar setiap proses penerbangan yang dilakukan dapat terekam secara utuh, sehingga bila terjadi trouble sekecil apapun lebih memudahkan untuk penyelidikan lebih lanjut.

Letkol Lek Eddy S, Staf Dinas Komunikasi dan Elektronika TNI AU (Diskomlekau) menyampaikan bahwa Pesawat Tempur TNI AU yang akan dipasang alat perekam tersebut adalah Pesawat F-16/Fighting Falcon dan F-5/Tiger yang bermarkas di Lanud Iswahjudi Magetan serta Pesawat Shukoi bermarkas di Lanud Hasanuddin Makasar, Rabu (24/6). Untuk di Lanud Iswahjudi alat perekam yang berupa Video Cassete Recorder (VCR) telah dicobakan di pesawat F-5/Tiger di Skadron Udara 14 dan berfungsi sebagaimana mestinya.

Selama ini pesawat tempur F-5 E/F dalam melaksanakan misi perekamam selama penerbangan, masih menggunakan Video Cassete Recorder (VCR). Dikarenakan peralatan tersebut saat ini sudah tidak dapat merekam karena statusnya sudah absolutte, maka Dislitbangau telah berusaha melaksanakan penelitian pembuatan Video Disc Recorder (VDR).

Menurut ketua tim dari Dislitbangau, Kolonel Lek Teguh P.S. S.E, VDR merupakan peralatan pengganti VCR yang dapat melaksanakan perekaman baik audio maupun video selama penerbangan. Karena VDR tersebut terdiri dari Hardisk Solid State SATA 64 GB yang dapat merekam kegiatan penerbangan selama 11 jam. Dikatakan dengan menggunakan peralatan tersebut akan lebih memudahkan bagi penerbang, sehingga efektifitas dan efisiensi perekaman proses penerbangan dapat dicapai oleh pesawat tempur F-5 E/F secara optimal.

Pada kesempatan yang sama, Komandan Lanud Iswahjudi, Marsekal Pertama TNI Bambang Samoedro, S.Sos menekankan bahwa prototipe yang siap pakai telah banyak yang ditawarkan guna mendukung perfomance pesawat yang ber-home base di Lanud Iswahjudi. Namun demikian, pada prinsipnya Lanud Iswahjudi selalu mengedepankan Hirarki, Disiplin, dan Loyalitas dalam setiap pelaksanaan tugas. Oleh karenanya dalam hal yang terkait dengan Software pesawat tersebut, tetap memerlukan adanya hitam di atas putih perijinan yang diberikan oleh Pimpinan. Demikian penekanan Marsma TNI Bambang Samoedro, S.Sos usai mendapat penjelasan dari Ketua Tim dari Dislitbangau yang diikuti oleh Direktur PT. ITS, Adi Sasongko, ST., bertempat di Ruang Briefing Penerbangan Disops Lanud Iswahjudi, Rabu (24/6).

Pentak Lanud Iswahyudi

Tuesday, June 23, 2009

Delapan Kapal Nelayan China Ditangkap

Dua anggota TNI AL, berdiri di di atas geladak salah satu dari delapan kapal ikan berbendera China, yang berhasil ditangkap kapal patroli Departemen Kelautan dan Perikanan, di dermaga Stasiun PSDKP di Sungai Rengas, Kabupaten Kubu Raya, Kalbar, Rabu (24/6). Kapal Patroli Departemen Kelautan dan Perikanan menangkap delapan kapal ikan asal China yang masing-masing bermuatan 130-150 ton ikan di perairan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia, Laut Cina Selatan. Selanjutnya, delapan kapal yang menggunakan alat tangkap trawl beserta 77 anak buah kapal tersebut, akan diserahkan kepada TNI AL sebagai penyidik dalam proses penyelesaian illegal fishing. (Foto: ANTARA/Jessica Wuysang/ama/09)

23 Juni 2009, Pontianak -- Delapan kapal nelayan China yang mencuri ikan di Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI) di Laut China Selatan, tepatnya sekitar 100 mil sebelah utara Kepulauan Natuna, Sabtu (20/6), pukul 12.30, ditangkap tiga kapal patroli milik Departemen Kelautan dan Perikanan RI.

Seluruh kapal nelayan China yang masing-masing berbobot 300 grosston, berikut 77 anak buah kapal (ABK), Selasa (23/6), dibawa ke Pontianak, Kalimantan Barat, untuk diproses secara hukum.

Sebenarnya, saat itu ada 30-an kapal China yang mencuri ikan di perairan itu. Akan tetapi, hanya delapan yang berhasil ditangkap, sedangkan yang lainnya lolos.

"Kapal-kapal itu secara nyata berada di ZEEI dan tertangkap tangan sedang mencuri ikan. Ini dibuktikan dengan semua palka terisi penuh sekitar 130-150 ton ikan," kata Direktur Jenderal Pengawasan dan Pengendalian Sumber Daya Kelautan dan Perikanan DKP Aji Sularso, Selasa (23/6) malam di Pontianak.

Penangkapan delapan kapal nelayan China itu dilakukan Kapal Patroli DKP Hiu 03, KP Hiu 09, dan KP Hiu 10. Kapal itu ditangkap saat menjaring ikan menggunakan trawl atau pukat harimau di ordinat 5° lintang utara dan 109° bujur timur.

Aji memperkirakan, kerugian negara akibat praktik pencurian ikan oleh delapan kapal nelayan itu berkisar Rp 24 miliar. Jumlah itu belum termasuk kerugian akan adanya kerusakan lingkungan akibat penggunaan trawl.

KOMPAS

Perlu Kegiatan Permanen di Wilayah Perbatasan

Tapal batas Indonesia-Malaysia di Tanjung Dato Kalimantan. Tapal batas perbatasan antara Indonesia-Malaysia di Kabupaten Kapuas Hulu hilang akibat pembukaan lahan oleh Pengusaha Malaysia. (Foto: sambas.go.id)

23 Juli 2009, Jakarta -- Sengketa pelanggaran garis batas antara Indonesia dan Malaysia, baik darat maupun laut masih sering terjadi di wilayah-wilayah perbatasan. Untuk mengatasi hal ini, pemda setempat didesak untuk mengadakan kegiatan permanen bagi masyarakat di wilayah perbatasan.

Hal tersebut disampaikan oleh Pangdam VI Tanjungpura Tono Suratman dalam dialog dengan Pansus RUU Perbatasan DPD RI di Balikpapan, Kalimantan Timur, Selasa (23/6).

"Dalam rangka mengantisipasi segala bentuk ancaman dari luar, pemerintah perlu mendesain semacam desa mandiri agar masyarakat yang berada di perbatasan memiliki kegiatan yang permanen di sana," ujar Tono.

Ia mengungkapkan, untuk menjaga keutuhan NKRI, khususnya di wilayah perbatasan, maka pemerintah provinsi hendaknya melakukan penjagaan keamanan dan pemberian kesejahteraan kepada masyarakat setempat.

Saat ini, Kodam Jaya Tanjungpura dalam tugasnya untuk mengamankan perbatasan darat di Kalimantan telah menempatkan 56 pos di sepanjang 24 km. Pos-pos tersebut ditempatkan di wilayah-wilayah yang rawan terjadi pelanggaran garis batas, penebangan dan penambangan ilegal, serta wilayah yang kerap dipergunakan sebagai 'jalan tikus' bagi para penyelundup ataupun TKI ilegal. "Masing-masing pos kami menempatkan 20 hingga 25 personel," terangnya.

Selain itu, TNI juga membentuk pos gabungan dengan tentara diraja Malaysia dan membentuk pos terpadu yang terdiri dari instansi imigrasi dan bea cukai. Kendati demikian, Malaysia masih kerap melakukan pelanggaran seperti penggeseran bahkan pencabutan garis patok seperti yang terjadi di Pulau Sebatik, Kalimantan Timur.

"Malaysia kerap meletakkan 18 sampai 20 alat berat mereka di wilayah perbatasan di Pulau Sebatik. Pemerintah RI harusnya jangan tinggal diam, kita harus segera membuat jalan permanen di sana agar bisa digunakan oleh rakyat Indonesia," tuturnya.

Pembuatan tanda serta pengadaan kegiatan permanen di wilayah perbatasan sangat penting dilakukan agar peristiwa lepasnya Pulau Sipadan dan Ligitan dari wilayah NKRI tidak akan terjadi lagi. "Lepasnya Sipadan dan Ligitan karena saat itu pemerintah Malaysia mengelola kedua pulau itu dan membuat kegiatan permanen bagi para nelayan Malaysia. Bahkan mereka mendirikan cottage di pulau tersebut, akhirnya Indonesia tidak bisa apa-apa," kata Tono.

Ia pun mengatakan, ancaman lain di wilayah perbatasan darat adalah penyelundupan kayu dan barang tambang secara ilegal. Di Kalimantan, lanjutnya, ada sebuah pabrik kayu milik Malaysia yang berada sekitar 750 km dari perbatasan. "Ini rawan sekali terjadi penyelundupan kayu, karena nyatanya pabrik kayu itu tidak punya HPH. Sementara pemerintah Indonesia tidak bisa berbuat apa-apa karena bukan wilayah yurisdiksinya," tukasnya.

Pembangunan desa-desa mandiri di kawasan perbatasan juga penting, menurut Tono, sebagai kantong-kantong logistik bangsa jikalau sewaktu-waktu terjadi kontak fisik antara tentara Indonesia dengan tentara Malaysia terkait sengketa garis batas.

Terkait pengamanan di wilayah perairan Ambalat, Tono mengatakan, pemerintah akan membuat bagan-bagan ikan di sekitar karang unarang mercusuar Dinas Perhubungan di perairan Ambalat yang menjadi patok batas wilayah Indonesia.

"Untuk menjaga perairan Ambalat, Pemda Kabupaten Nunukan merencanakan membangun bagan ikan. Intinya kita ingin mengatakan kepada Malaysia ini adalah wilayah Indonesia. Bila kapal Indonesia hanya bolak-balik patroli itu percuma saja tanpa adanya kegiatan permanen di sana (Ambalat)," ujarnya.


MEDIA INDONESIA

Presiden Bantah Tidak Tegas Soal Ambalat

Sejumlah pemuda yang tergabung dalam Pemuda Perbatasan Ambalat, melakukan aksi damai di Bundaran hotel Indonesia, Jakarta, Selasa ( 23/6). Mereka mengimbau pemerintah dalam menangani konflik Blok Ambalat dengan Malaysia, agar dilakukan dengan damai, hindari kontak fisik, karena akan merugikan warga di sekitar perbatasan Blok Ambalat tersebut. (Foto: ANTARA/ Ujang Zaelani/hp/09)

23 Juli 2009, Jakarta -- Presiden Susilo Bambang Yudhoyono membantah telah bersikap tidak tegas soal penanganan batas wilayah RI dan Malaysia di perairan Ambalat.

"Soal diplomasi itu adalah pilihan, bukan tidak tegas. Pilihannya perang atau tidak perang. Kita pilih mana yang lebih civilized (berada). Kalau tidak ada cara lain, artinya kedaulatan itu sesuatu yang tidak kita perjual belikan. Kita sangat serius atasi masalah di ambalat itu," kata Presiden saat membuka Rapimnas Pemuda Panca Marga di Jakarta, Selasa.

Yudhoyono menjelaskan, pilihan untuk menyelesaikan persoalan Ambalat dengan jalur diplomasi adalah pilihan yang paling rasional dan bermartabat.

"Kalau pilihannya perang ayo kita perang, tetapi kalau kita rasional yang penting tidak ada satu meter pun wilayah kita lepas. Tidakkah itu yang lebih bermartabat? Kita tidak perlu mengeluarkan ratusan triliun cost korban jiwa. Saya memilih perundingan sangat intensif dengan catatan kedaulatan, harga mati," kata Presiden.

Dalam diplomasi penyelesaian kasus ini, pemerintah berusaha tidak menimbulkan insiden dengan pemerintah Malaysia.

"Intinya jangan sampai terjadi insiden, kita lanjutkan perundingan lebih intensif. Ini akuntabilitas seorang presiden kepada konstitusi, sejarah dan masa depan," katanya.

Sementara mengenai keutuhan wilayah dari masalah separatisme, Presiden mengatakan akan mencegah upaya memecah wilayah Indonesia dari dalam sendiri.

"Ke dalam negeri tidak ada gerakan separatisme yang kita benarkan. Merah Putih harus berkibar," kata Yudhoyono.

Menyelesaikan separatisme, lanjut Presiden, tidak harus dengan cara militer asalkan tujuan negara kesatuan RI utuh, sebaliknya mengadalkan diplomasi dan pendekatan itu bermartabat kecuali terpaksa.

ANTARA News

PBB Anugerahi Medali untuk Kolonel Anumerta Sondang

Panglima TNI Jenderal Djoko Santoso menyerahkan medali 'Dag Hammarskjold' kepada istri almarhum, Purwanti. Acara digelar di Ruang Hening, Gedung Pimpinan Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, Selasa (23/6/2009). (Foto: fotoDetik/M. Rizal Maslan)

23 Juli 2009, Jakarta -- Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menganugerahi medali kehormatan "Dag Hammarskjold" kepada Kolonel Laut Teknik (anumerta) Sondang Doddy Irawan, yang meninggal dunia dalam misi perdamaian PBB di Nepal pada 3 Maret 2008.

Medali penghormatan itu, disematkan Panglima TNI Jenderal TNI Djoko Santoso kepada isteri almarhum Purwanti di Mabes TNI, Cilangkap, Selasa.

Medali kehormatan PBB "Dag Hammarskjold" diserahkan PBB kepada perwakilan negara-negara yang prajuritnya meninggal dunia saat menjalankan misi perdamaian PBB . Terdapat 132 personel militer meninggal dunia dari 48 negara.

Salah satu personel militer Indonesia yang meninggal dunia dalam misi perdamaian PBB adalah Kolonel Laut Teknik (Anumerta) Sondang Doddy Irawan, yang medalinya diserahkan PBB pada wakil tetap Republik Indonesia di PBB New York Marty Natalegawa yang kemudian diserahkan kepada Pusat Misi Pemelihara Perdamaian PBB TNI.

Panglima TNI mengatakan, atas jasa almarhum dalam menjalankan misi perdamaian TNI telah menaikkan pangkat almarhum satu tingkat menjadi kolonel laut.

"Ini merupakan risiko yang harus dihadapi dalam setiap penugasan dimana pun," ujarnya.

ANTARA News

Teknisi Iswahjudi "Hidupkan" Pesawat Tempur Inggris

Hawk MK-53.

23 Juni 2009, Magetan -- Skadron Teknik Lanud Iswahudi Magetan berhasil menghidupkan dan menerbangkan pesawat Hawk MK-53. Pesawat buatan Inggris yang dibeli pada tahun 1978 tersebut sudah lama menganggur karena mengalami kerusakan mesin.

Kepala Penerangan dan Perpustakaan Lanud Iswahjudi Mayor Sus Sutrisno mengatakan upaya menerbangkan kembali pesawat Hawk MK-53 ini merupakan keberhasilan tersendiri bagi Skadron Teknik 042 Iswahudi. Selain sudah lama tidak digunakan, kerusakan mesin pesawat tersebut sangat parah.

"Para Ground Crew (teknisi) kita bekerja keras untuk menghidupkannya. Setiap uji coba mesin mengandung tingkat kegagalan tinggi," kata Sutrisno, Selasa (23/6).

Dia mencontohkan, salah satu uji coba yang paling rumit untuk menghidupkan kembali burung besi ini adalah pada tahapan ground running full performance test . Para teknisi dituntut teliti dan sabar dalam memperhitungkan kelembaban serta arah dan kecepatan angin agar sesuai dengan karakteristik mesin. Jika uji coba tersebut gagal dilakukan, pesawat tersebut terancam tidak akan bisa dipergunakan kembali.

"Kami mencobanya pada pukul 03.00 - 06.00 WIB kemarin untuk memenuhi kondisi itu. Alhamdulillah berhasil," kata Sutrisno.

Kesulitan lain yang dihadapi personil Skatek 042 yang dipimpin Mayor Tek Eko Fibriyanto ini adalah pengepasan ring mesin pesawat. Sebab pemasangan satu mesin saja diperlukan waktu hingga dua pekan.

Dengan beroperasinya pesawat Hawk MK-53 ini, jumlah pesawat tempur yang dimiliki Lanud Iswahjudi menjadi bertambah. Mereka adalah pesawat F-16/Fighting Falcon yang dimiliki Skadron Udara 3, pesawat -5/Tiger yang dimiliki Skadron Udara 14, dan pesawat Hawk MK-53 milik Skadron Udara 15. Menurut Sutrisno, pesawat Hawk MK-53 ini masuk ke Indonesia pada tanggal 29 September 1980. Masa pakai pesawat tersebut akan habis pada tahun 2011 mendatang.

TEMPO INTERAKTIF

TNI AL Ganti Pesawat Nomad dengan CN-235

Pesawat Nomad buatan Australia akan digantikan CN-235 buatan PT. IPTN. (Foto: fotoDetik)

23 Juni 2009, Sidoarjo -- Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI AL) secara bertahap akan mengganti pesawat jenis Nomad ke pesawat jenis CN-235, untuk mendukung sistem armada terpadu dalam rangka menjaga seluruh perairan nasional Indonesia.

Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL), Laksamana TNI Tedjo Edhy Purdijatno, S.H., ditemui usai upacara HUT Penerbangan TNI AL ke-53 di lapangan udara angkatan laut (Lanudal) Juanda, Selasa, mengatakan, secara bertahap akan mengganti pesawat jenis Nomad ke jenis CN-235.

"Secara bertahap seluruh pesawat jenis Nomad tersebut akan diganti dengan jenis CN-235 yang diproduksi oleh PT Dirgantara Indonesia (DI)," katanya.

Dalam waktu dekat ini, akan ada tiga pesawat jenis CN-235 yang dipesan dari PT DI.

Rencana pembelian ini diharapkan menjadi tonggak penambahan sekaligus peremajaan alat utama sistem senjata (alutsista) di Pusat Penerbangan TNI AL (Puspenerbal).

Pesawat jenis CN-235 ini dilengkapi dengan patroli maritim, radar, dan sarana lain pendukung pelaksanaan tugas.

Saat ini, TNI AL menerapkan standar baru operasional alutsista yang ada. Ia menegaskan, hanya ada dua kriteria operasional alutsista TNI AL, yakni siap dan tidak siap operasional.

Ia mengatakan, TNI AL sudah membuat perencanaan matang dengan prioritas alutsista, guna mendorong operasi sistem senjata armada terpadu untuk menjaga perairan nasional.

Dengan standar penilaian tersebut, TNI AL akan melakukan evaluasi kesiapan alutsista. Untuk alutsista yang dinyatakan siap operasional akan diberikan anggaran pemeliharaan didukung teknisi berpengalaman, agar bisa berfungsi maksimal.

Sedangkan untuk alustista yang tidak siap operasional, tidak akan dipakai dan secara bertahap akan dihapus dari inventarisasi negara, katanya menegaskan.

ANTARA News

Vietnam Harapkan MoU Pertahanan

Frigate Project 11661 Gepard milik AL Viet Nam. (Foto: Happy Asian)

23 Juli 2009, Jakarta -- Panglima TNI Jenderal Djoko Santoso menerima kunjungan Panglima Angkatan Bersenjata Vietnam Letnan Jenderal Senior, Nguyen Khac Nghien di Markas Besar TNI, Cilangkap, Senin (22/6).

Dalam pertemuan, Nguyen Khac menyampaikan keinginan perlunya nota kesepahaman (MoU) bidang Pertahanan untuk ditindaklanjuti militer kedua negara. Kesepahaman akan diimplementasikan dalam pendidikan dan latihan, patroli laut internasional dan bidang lain yang memungkinkan.

Khusus mengenai nelayan-nelayan Vietnam yang sering tertangkap melakukan penangkapan ikan di perairan RI, Panglima Vietnam meminta diperlakukan secara baik.

"Sudah seharusnya penyelesaian didasarkan pada semangat ASEAN," kata Nguyen Khac dalam siaran pers yang diterima redaksi.

Panglima TNI memahami usulan Nguyen Khac tersebut. Dia berjanji akan menindalanjuti melalui instansi terkait seperti Kementerian Koordinasi bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, Departemen Kelauatan dan Perinakan, dan Badan Koordinasi Keamanan Laut.

JURNAL NASIONAL

Pangkoopsau II : Prajurit TNI AU Jangan Takut Terbang

Pangkoopsau II Marsda TNI Yushan Sayuti menyerahkan tongkat komando kepada Komandan Lanud Wolter Monginsidi, Kendari, yang baru Letkol Pnb Arifien Sjahrir. (Foto : Pen Koopsau II).

23 Juni 2009, Kendari -- Panglima Komando Operasi TNI AU (Pangkoopsau) II Marsekal Muda (Marsda) TNI Yushan Sayuti minta agar para prajurit jajaran Koopsau II untuk tidak takut melaksanakan tugas-tugas penerbangan. Menyikapi beberapa musibah kecelakaan yang menimpa pesawat-pesawat TNI AU belakangan ini, Marsda TNI Yushan Sayuti menyatakan semua itu merupakan bagian dari takdir Yang Maha Kuasa.

Kepada wartawan di Kendari, Sulawesi Tenggara, Pangkoopsau II menegaskan semua awak pesawat sangat tidak mengharapkan pesawat yang diawakinya mengalami kecelakaan. Oleh karena itu, sebelum melaksanakan penerbangan para awak pesawat selalu melakukan persiapan-persiapan yang optimal sesuai prosedur. Pangkoopsau II berada di Kendari, dalam rangka memimpin serah terima jabatan Komandan Lanud Wolter Monginsidi, dari Letkol Pnb I Gusti Ngurah Agung Ariateja kepada Letkol Pnb Arifien Sjahrir, Selasa (23/6).

Beberapa kecelakaan pesawat yang dialami TNI AU belakangan ini saya pikir sudah menjadi takdir, tetapi yang jelas kita semua sangat tidak mengharapkan terjadinya kecelakaan pesawat, sebagai langkah antisipasinya sebelum terbang pasti dilakukan persiapan-persiapan sesuai prosedur yang optimal” kata Pangkoopsau II.

Panglima menambahkan, kalau hasil penyelidikan tim PPKPU belum selesai, saat ini tim masih terus bekerja. Pangkoopsau II berjanji kalau sudah ada kesimpulan, hasilnya akan disampaikan kepada masyarakat. ”Nanti ketika sudah selesai penyelidikannya, dimanapun kejadian itu akan kita sampaikan kepada masyarakat” jelas Pangkoopsau II.

Pangkoopsau II menampik kalau usia pesawat TNI AU menjadi biang keladi beberapa kecelakaan pesawat-pesawat TNI AU. Orang nomor satu di Koopsau II ini menjelaskan, kalau semua pesawat Koopsau II selalu mengalami pra kondisi, yaitu pengecekan dan penggantian setiap suku cadang apabila memang usianya sudah habis, baik oleh jam terbang maupun on condition. ”Semua itu selalu dilakukan, tidak mungkin pesawat terbang tanpa dikatakan siap operasional, pesawat itu terbang tentunya harus siap operasional” ujar pangkoopsau II.

Pangkoopsau II juga menolak kalau keterbatasan anggaran berpengaruh tingkat accident pesawat. Menurutnya, selama ini anggaran untuk pemeliharaan pesawat tidak ada masalah yang berarrti. ”Seperti yang disampaikan presiden, anggaran untuk perawatan pesawat tidak dikurangi,” tegas Pangkoopsau II.

Mengantisipasi kedepan, menurut Pangkoopsau Ii pihak TNI AU saat ini telah melakukan beberapa langkah yang signifikan. Untuk meningkatkan profisiensi, jam terbang awak pesawat, akan dikembalikan kepada standar semula yaitu lima belas jam terbang. Dengan demikian tidak kemampuan awak pesawat akan tetap dapat dipertahankan. Demikian Kapen Koopsau II Mayor Sonaji Wibowo, S.IP menginformasikan.

Pen Koopsau II

TNI AL Evaluasi Kesiapan Teknis Pesawat dan Personelnya

Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL), Laksamana TNI Tedjo Edhy Purdijanto (kanan) memeriksa pasukan, saat upacara HUT Penerbangan TNI AL ke-53 di Apron Hanggar Lanudal Juanda, Selasa (23/6). Upacara HUT Penerbangan TNI AL yang biasanya dimeriahkan dengan atraksi terbang manuver pesawat udara, kali ini tidak diadakan. Hal tersebut dikarenakan ada kebijakan pengawasan penggunaan alat utama sistem senjata (alutsista) TNI, termasuk pesawat udara. (Foto: ANTARA/Eric Ireng/Koz/hp/09)

23 Juni 2009, Surabaya -- Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Tedjo Edhy Purdijatno, S.H. menegaskan kepada seluruh jajaran Penerbangan TNI AL agar senantiasa melakukan evaluasi secara terus-menerus terhadap kesiapan teknis Alutsista Penerbangan termasuk personelnya dan tetap memperhatikan aspek keselamatan terbang dalam rangka mewujudkan program zero accident.

Pemimpin TNI AL telah menetapkan kebijakan dasar dalam hal peningkatan pertahanan berdasarkan kekuatan pokok minimum pertahanan atau Minimum Essential Force (MEF) yang dituangkan dalam Renstra TNI AL 2010 sampai dengan 2014. “Sebagai realisasi peningkatan kemampuan Penerbangan TNI AL adalah dengan pengadaan unsur, baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri serta peningkatan kemampuan,” tegas Kasal dalam amanatnya pada upacara Hari Penerbangan TNI AL ke-53, Selasa (23/6), di Puspenerbal, Surabaya.

Menurut Laksamana TNI Tedjo Edhy Purdijatno, S.H. bahwa kemampuan penerbangan TNI AL perlu ditingkatkan, sehingga mampu sepenuhnya melaksanakan enam fungsi Penerbangan TNI AL yaitu, pengintaian udara taktis, anti kapal selam, anti kapal permukaan, pendaratan Pasrat lintas heli, dukungan logistik cepat dan pengamatan laut terbatas. Oleh Karena itu, sejalan dengan telah dibentuknya organisasi Puspenerbal sejak tahun 2006, diharapkan kemampuan penerbangan TNI AL dapat meningkat secara bertahap sesuai fungsi asasi yang diemban pada tingkat kemampuan full naval version.

Pada usia Penerbangan TNI AL ke-53, tepat dua tahun pelaksanaan penggantian nama Disnerbal menjadi Puspenerbal, hendaknya dapat dijadikan momentum untuk melaksanakan introspeksi diri, sejauh mana tingkat kemampuan jajaran Puspenerbal dalam mengimplementasikan peran, tugas dan fungsi yang harus dilaksanakan.

Pada bagian lain Kepala Dinas Penerangan Angkatan Laut (Kadispenal) Laksamana Pertama TNI Iskandar Sitompul, S.E. menjelaskan, upacara Hari Penerbangan kali ini juga ditandai dengan penganugerahan Satya Lencana Kesetiaan 24, 16 dan 8 tahun kepada beberapa personel yang dinilai berhak dan layak untuk menerimanya.

DISPENAL

Yunani Beli 1000 (!!!) Unit BMP-3 Dari Rusia

BMP-3 beraksi pada pameran internasional peralatan militer, teknologi dan senjata angkatan darat ke-8 Omsk 2009. (Foto: RIA Novosti/Alexey Malgavko)

22 Juni 2009 -- Rusia dan Yunani menyelesaikan tahap akhir kontrak pengiriman 1000 unit kendaraan tempur infantri BMP-3 ke Angkatan Darat Yunani. Sebelumnya diberitakan Rusia dan Yunani sedang berunding untuk kontrak penjualan sekitar 415 unit BMP-3M.

Kontrak penjualan ini akan menjadikan yang terbesar kesepakatan pembelian senjata antara Rusia dengan salah satu anggota NATO. Di era 1990-an, Yunani membeli senjata Rusia lebih dari USD 1 milyar.

(Foto: RIA Novosti/Alexey Malgavko)

Angkatan Bersenjata Yunani mengoperasikan sistem pertahanan udara Rusia TOR-M1, senjata anti tank Kornet dan Fagot, hovercraft Zubr.

BMP-3M merupakan kelanjutan kesuksesan BMP-3, dimana digunakan oleh AD Soviet pada tahun 1987. Turret ditingkatkan dengan sistim kontrol penembakan digital, penambahan proteksi kendaraan, dan mesin lebih bertenaga.

RIA Novosti/@beritahankam