Wednesday, June 24, 2009

TDAS Sistim Informasi Pemantauan Situasi Udara

TDAS merupakan sistem informasi pemantauan situasi udara yang mengintegrasikan hasil tangkapan radar udara terpasang, baik radar sipil maupun militer, berupa data obyek bergerak yang melintas pada suatu daerah. Data tersebut diproses dan dikirim ke sebuah Display System berbasis peta yang senantiasa online untuk ditampilkan pergerakannya secara real-time.

Integrasi data tersebut dengan data-data lain seperti Flight Clearance memungkinkan setiap obyek bisa diidentifikasi sebagai obyek yang legal atau illegal yang menyusup ke wilayah udara suatu daerah. Data tersebut bisa menjadi dasar dilakukannya manuver penghadangan dan pengamanan udara.

Jika seluruh radar udara wilayah nasional terintegrasi ke dalam sebuah Display System terpusat, maka jadilah sebuah Sistem Pemantauan Udara Nasional yang terpadu.

Sistem ini dibangun untuk memenuhi kebutuhan Komando Pertahanan Udara Nasional (KOHANUDNAS) Republik Indonesia akan sistem pemantauan udara yang terpadu, real-time, dan mengintegrasikan radar sipil dan militer di seluruh Indonesia. TDAS termasuk alutsista andalan KOHANUDNAS.



TDAS memiliki kemampuan sebagai berikut:

1. Integrasi radar sipil dan militer
2. Memproses data dari radar udara merek apapun
3. Penampilan data terpusat dan real time
4. Integrasi dengan Flight Plan dan Flight Clearance
5. Prediksi lintasan pesawat hingga x detik ke depan

TDAS dibangun dengan teknologi terbaru dari Microsoft untuk seluruh subsistemnya, yakni: Radar Data Processor dan Display System. Database yang digunakan adalah Oracle 10g.

TDAS telah dibangun sejak 1999 dan masih terus dikembangkan hingga saat ini.

TDAS telah diimplementasikan di Kosek I Halim dan Popunas Jakarta (1999), Kosek II Makasar (2001), Kosek III Medan (2002), dan Kosek IV Biak (2006); sehingga mencakup tampilan seluruh wilayah udara nasional.

Sistem ini sedang dikembangkan untuk bisa diintegrasikan dengan sistem monitoring matra lain (laut misalnya) sehingga bisa menjadi pioneer untuk dibangunnya sistem monitoring lalu lintas seluruh matra di tingkat nasional.

infoglobal

KRI Teluk Bone Singgah di Ambon


24 Juni 2009, Ambon -- Dalam rangka menunjang tugas pokok dan fungsi pangkalan, di dermaga Irian Lantamal IX hari ini (24/6) telah kedatangan KRI.Teluk Bone-511. KRI tersebut singgah di Ambon untuk melaksanakan bekul. Kapal jenis Landing Ship Tank yang dikomandani oleh Mayor Laut (P) Yusuf Setiawan ini melaksanakan dukangla Satgas Pulau Terluar (Puter) dari Pasmar-1 sebanyak 136 personel Marinir.

Disamping Satgas Puter, diatas kapal juga ada 28 personel Marinir yang juga telah selesai melaksanakan tugasnya dalam Satgas Sorong. Pulau-pulau terluar khususnya di wilayah bagian Timur Indonesia ini harus dijaga keutuhannya , jangan sampai kasus Ambalat terulang lagi tegas Mayor Yuusuf disela-sela saat istirahat minum kopi di Long Room Perwira kapal. Setelah selesai melaksanakan Bekul di Ambon, direncanakan besok (25/6) kapal akan bertolak menuju Pangkalan Surabaya.

Dibelakang KRI.Teluk Bone juga ada KRI. Teluk Cendrawasih-533, kapal ini juga melaksanakan bekul setelah berbulan-bulan melaksanakan operasi di perairan wilayah Timur. KRI.TCW-533 yang dikomandani Mayor Laut (P) Baharuddin Anwar ini juga rencananya setelah melaksanakan bekul di Ambon akan melanjutkan operasinya.

Penlantamal IX

SOYUS Sistem Simulasi Latihan Strategi dan Operasi Militer

SOYUS Wargaming System merupakan sistem simulasi untuk latihan strategi dan operasi militer, khususnya di lingkungan Sekolah Staf dan Komando (SESKO). Dengan menjalankan sistem ini, seorang perwira siswa (pasis) bisa membuat rencana operasi (RO) dan mengujinya bersama dengan (melawan) tim pasis yang lain melalui sebuah simulasi perang. Di saat yang sama, perwira pengawas (pawas) bisa berperan aktif dalam melakukan monitoring selama simulasi berlangsung.

Sistem ini didesain mengikuti aturan perang seperti pada kondisi sesungguhnya, sehingga setiap tim terdiri atas personel seperti layaknya pada latihan perang di alam terbuka. Mereka bisa mengatur strategi yang dituangkan dalam RO, baik dari aspek logistik maupun taktik secara bersama-sama dalam sebuah tim. Demikian juga ketika RO diuji dalam sebuah simulasi perang melawan tim lain.

Sistem ini dibangun untuk memenuhi kebutuhan sistem simulasi perang pada Sekolah Staf dan Komando Angkatan Udara (SESKOAU) yang masif, melibatkan banyak user dan tim, dan sesuai dengan Standard Operation Procedure (SOP) wargaming system militer.




SOYUS memiliki kemampuan sebagai berikut:

1. Membantu proses perencanaan skenario Olah Yudha
2. Membantu proses perencanaan, penggelaran, dan pelaksanaan operasi udara
3. Memungkinkan kolaborasi antar Pelaku dan Pelaku-Wasdal dengan simulasi radiogram
4. Visualisasi dinamika dalam bentuk animasi pergerakan unsur-unsur yang digunakan dalam operasi udara, termasuk dalam bentuk tiga dimensi (3D).
5. Kemampuan evaluasi dan penilaian setiap langkah perencanaan, penggelaran, dan pelaksaan operasi

Sebagai sebuah massively game player, sistem ini dilengkapi dengan teknologi terkini dari Microsoft dalam hal grafik, penangangan ribuan object dalam waktu yang bersamaan, realtimeness, dll.

Sistem ini dibangun dengan algoritma yang rumit, khususnya terkait dengan mengadopsi dan menerjemahkan karakter pesawat dan peralatan alutsista lain yang digunakan dalam sistem simulasi ini. Untuk itu, sistem ini dilengkapi dengan SimClock (penentu timing), Automatic Radiogram Sequencing, Visualisasi Dinamis, Automatic Warfare Activation, VoIP based communication, dll.

SOYUS telah diimplementasikan di Sekolah Staf dan Komando TNI Angkatan Udara (SESKOAU) sejak 2006.

Sistem ini terus dikembangkan tidak saja untuk matra udara, tetapi seluruh matra.

infoglobal

Frigate Admiral Gorskov Kedua Dibuat


24 Juni 2009 -- Konstruksi kapal perang jenis frigate kelas Admiral Gorskov kedua segera dimulai tahun ini di galangan kapal Severnaya Verf, St. Petersburg dan akan diluncurkan 2011.

Galangan kapal ini membangun frigate Admiral Sergei Gorshkov, kapal pertama dari frigate kelas Admiral Gorskov pada Februari 2006. Angkatan Laut Rusia berencana membeli hingga 20 unit kapal jenis ini.

Spesifikasi


Bobot: 4500 ton
Panjang: 130 meter
Lebar maksimum: 16 meter
Jarak tempuh: 4000 mil
Persenjataan
1x meriam 130 mm
8x rudal jelajah anti kapal SS-NX-26 Yakhont
1x sistem anti peperangan kapal selam Medvedka
1x sistem rudal pertahanan udara jarak menengah Hurricane

RIA Novosti
/@beritahankam

Kapal Bunga Mas Lima Berlayar Ke Teluk Aden

Bunga Mas Lima dikawal KD Perak kapal patroli terbaru TLDM dari kelas Meko A100. (Foto: standupper)

24 Juni 2009 -- Kapal bantuan perbekalan Bunga Mas Lima memulai pelayarannya ke Teluk Aden, Selasa (23/6). Bunga Mas Lima sebelumnya merupakan kapal niaga milik Malaysian International Shipping Corporation Bhd. (MISC) diubah menjadi kapal perang jenis perbekalan untuk menggantikan kapal perang KD Sri Inderapura, bertugas menjaga kapal-kapal dagang Malaysia dari serangan perompak di perairan Teluk Aden.

Bunga Mas Lima mempunyai panjang 132,8 meter dan lebar 22,7 meter serta mampu dipacu lebih 17 knot. Kapal membawa 59 orang, 21 awak kapal berasal dari warga sipil yang dilatih militer dan dijadikan Pasukan Simpanan Sukarela TLDM (PSSTLDM) sedangkan sisanya berasal dari anggota militer dari tiga angkatan.

Kapal dilengkapi dengan hanggar untuk menyimpan helikopter Super Lynx dan kapal cepat milik TLDM.

TLDM sudah mengirimkan lima kapal perangnya ke Teluk Aden sejak Agustus 2008. Sebelumnya kapal barang Malaysia dibajak oleh perompak saat melewati perairan Teluk Aden.

UTUSAN/@beritahankam

Bynkershoek dan Politik Kelautan RI

”Terrae protestas finitur, ubi finitur armorum vis—Kedaulatan teritorial berakhir di mana kekuatan senjata berakhir. ” (Cornelis van Bynkershoek, De Dominio Maris Desertatio, 1703)

Kapal patroli cepat 35 meter KRI Sanca buatan Fasharkan Manokwari. (Foto: military-photos)

24 Juni 2009 -- Apa yang disampaikan oleh Bynkershoek di atas mengingatkan pada semua negara yang memiliki wilayah laut, maka kedaulatan suatu negara di laut sangat bergantung pada kemampuan negara tersebut dalam melakukan pengawasan secara fisik terhadap wilayah laut yang dikuasainya itu. Artinya, kata Ahli Peneliti Utama LIPI, Syamsumar Dam, di Seminar Asosiasi Ilmu Politik Indonesia di Manado, Maret silam, semakin luas wilayah laut yang dikuasai oleh satu negara, semakin besar pula tanggung jawab negara tersebut untuk mengawasinya.

Indonesia, negara maritim terbesar di dunia dengan panjang garis pantai mencapai 81.000 km dan luas laut 5,8 juta km atau tiga perempat dari total luas wilayah, dengan perbatasan laut berimpit dengan 10 negara, jelas memiliki tanggung jawab sangat besar.

Sejauh ini, sebagaimana di perbatasan darat yang berimpit dengan perbatasan tiga negara, pemenuhan tanggung jawab terhadap wilayah laut dirasakan belum memadai.

Pernah satu ketika Laksamana Muda (Purn) Wahyono SK menyampaikan, kebutuhan ideal untuk menjaga wilayah laut kita dapat dihitung dari luas wilayah dibagi dengan kemampuan jelajah kapal. Bila sebuah frigat bisa mengawasi luas 300.000 km, kebutuhan kapal jenis ini adalah hampir 20 unit. Sementara untuk kapal patroli yang masing-masing punya jelajah pengawasan 50.000 km, yang dibutuhkan adalah 116 kapal.

Padahal, sekarang ini, seperti dicatat The Military Balance IISS (2008), jumlah frigat yang kita miliki—tanpa memperhitungkan umurnya—hanya 11 unit, sementara kapal patroli dan kapal yang punya kemampuan tempur pantai hanya 41 unit.

Ketika muncul ketegangan dengan negara lain, misalnya ketika Indonesia dihadapkan pada tumpang tindih klaim teritorial, seperti terjadi di Ambalat, menguatlah kesadaran akan kebutuhan alat utama sistem persenjataan (alutsista) laut.

Dipenuhi sendiri


KRI Kerapu kapal patroli cepat kelas FPB-57 Nav IV buatan PT. PAL. (Foto: TNI AL)

Mengatasi kendala pembelian alutsista yang makin tak terjangkau, semangat yang pernah mencuat—dan sejauh ini banyak dijadikan bahan pernyataan politik—adalah ”penuhi sendiri” kebutuhan yang ada, kecuali yang belum bisa dibuat oleh industri dalam negeri.

Dalam realitas, meski PT PAL telah mencapai kemampuan untuk membuat korvet, bahkan juga kapal selam, belum ada order untuk pembuatan kapal-kapal jenis itu. (Dalam kaitan ini, bisa diwujudkannya order 150 panser untuk TNI AD dari PT Pindad amat membesarkan hati, dengan segala tantangan yang menyertainya.)

Yang lebih memprihatinkan, kabar yang muncul beberapa pekan terakhir dari PT PAL justru bernuansa suram. Industri kapal nasional yang sebelum ini banyak dibanggakan ini justru dilanda kelangkaan dana, merugi, sehingga terpaksa harus menggilir kerja karyawan.

Benturan dengan logika


KRI Leuser jenis kapal bantu tunda buatan galangan kapal PT. PT Dok dan Perkapalan Kodja Bahari. (Foto: TNI AL)

Ilustrasi PT PAL dewasa ini sekali lagi melukiskan adanya kesenjangan antara penguasaan teknologi dan kemampuan manajemen. Kemampuan rekayasa maju pesat diwujudkan dengan bisa memproduksi tanker 30.000 ton dan kapal barang 50.000 ton, juga kapal patroli cepat FPB 57. Sekali lagi, relevan apa yang dikemukakan oleh Menteri Pertahanan Juwono Sudarsono bahwa untuk masalah teknologi, kemampuan bangsa kita tak perlu diragukan. Tapi kemampuan manajemen, yang mencakup keterampilan untuk mengoordinasikan berbagai urusan, tampaknya masih banyak yang harus dipelajari.

Pada masa lalu, mantan Presiden BJ Habibie yang juga pernah memimpin PT PAL sering menyampaikan, menurut teori, kebutuhan akan kapal di Indonesia, mulai dari kapal perang hingga kapal nelayan, tidak akan pernah ada habisnya.

Pendekatan lain

KRI Sibarau eks HMAS Bandolier P95 hibah Australia, buatan galangan kapal Walkers Ltd., Australia tahun 1968.

Persoalan laut ini rupanya juga bisa dikaji dari disiplin lain. Dalam studi hubungan internasional dikenal politik kelautan, yang bertumpu pada pandangan kaum realis. Di sini, pemikir kekuatan laut Amerika, Alfred Mahan, menyatakan, potensi kelautan yang dimiliki oleh satu negara harus dapat dijadikan sebagai kekuatan laut yang menjadi unsur utama kekuatan nasional.

Pandangan Mahan di atas, menurut Syamsumar Dam, telah diperkaya oleh ahli teori lain, seperti Hans Morgenthau, Eric Grove, dan Sam Tangredi, yang memasukkan berbagai faktor untuk mendukung kelangsungan hidup satu negara, mulai dari geografis, sumber daya alam, kemampuan industri, kesiapan militer, penduduk, karakter nasional, moral nasional, kualitas diplomasi, kualitas pemerintahan, hingga perdagangan maritim internasional.

Dan, ditegaskan, meski tidak akan menjadi kekuatan laut utama dunia seperti AS, Indonesia juga tidak ingin lagi dijadikan mangsa oleh bangsa lain.

Dalam konteks inilah Indonesia membutuhkan peninjauan kembali atas politik kelautan yang selama ini diterapkan. Kelapangan untuk mengakui masih adanya kelemahan dalam implementasi politik kelautan nasional diharapkan bisa menjadi pembuka jalan bagi hadirnya wawasan baru yang lebih progresif dan menjawab tantangan zaman.

Ninok Leksono/KOMPAS

Tolak Ambalat Masuk MI

10 Juli 2009, Semarang -- Presiden SBY menelpon PM Malaysia Najib Razak terkait persoalan Ambalat, Selasa (9/6) siang. Usai menghubungi PM Najib Razak, SBY menggelar jumpa pers di Hotel Gumaya, Semarang. 'Pembicaran itu berlangsung pukul 12.00 WIB, intinya, saya berharap agar perundingan, solusi yang kita pilih untuk menyelesaikan perbedaan terhadap perbatasan laut di wilayah Ambalat itu bisa berjalan lebih cepat, efektif dan lebih kondusif,' ujar SBY. (Foto: detikFoto/Abror Rizki/Setpres)

24 Juli 2009, Jakarta -- Pemerintah Indonesia menolak campur tangan lembaga internasional dalam penyelesaian sengketa perbatasan blok Ambalat dengan Malaysia. Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyatakan bakal mempertahankan Ambalat dengan segala kekuatan yang ada.

Menurut SBY, Ambalat berbeda dengan Sipadan dan Ligitan yang telah jatuh ke tangan Malaysia.

’’Kasus Sipadan dan Ligitan dulu diserahkan kepada Mahkamah Internasional, sedangkan Ambalat tidak pernah kita berikan kepada siapa-siapa. Sebab, kita punya keyakinan bahwa wilayah itu adalah wilayah Indonesia,’’ kata SBY saat membuka Rapat Pimpinan Nasional Pemuda Pancamarga di Jakarta kemarin.

Dalam penyelesaian Ambalat, pemerintah memilih perundingan secara intensif, tanpa membawa ke Mahkamah Internasional (MI).

’’Dengan catatan, kedaulatan adalah harga mati. Diplomasi itu pilihan, bukan ragu-ragu, bukan tidak tegas,’’ ujarnya.

SBY mengatakan, Indonesia dan Malaysia sama-sama sepakat tidak memilih jalan peperangan dalam menyelesaikan kasus Ambalat.

’’Tapi, kita rasional, yang penting tidak ada satu meter pun wilayah kita lepas,’’ tandasnya.

Perang, lanjut SBY, akan menghabiskan anggaran ratusan triliun setiap tahun. Belum lagi korban jiwa berjatuhan dari kedua pihak.

’’Dunia internasional juga pasti mempertanyakan mengapa kita berperang antarnegara ASEAN,’’ tambah SBY.

Cara diplomasi, menurut SBY, dipandang lebih bermartabat. Pemerintah, lanjut SBY, sangat serius menangani Ambalat. ’’Ini akuntabilitas seorang presiden kepada konstitusi, negara, sejarah, dan kepada masa depan,’’ ujar SBY.

Ke Perbatasan

Belum tuntasnya masalah perbatasan, dan krisis di Blok Ambalat, Nunukan, serta berbagai pelecehan yang diterima TKI di Malaysia, membuat anggota DPD RI gerah. Empat anggota DPD asal Kaltim yang tergabung dalam Pansus Perbatasan DPD RI, hari ini akan bertolak keempat lokasi di perbatasan. Yakni, Tarakan, Kerayan, Nunukan, dan Sebatik. Tujuannya, untuk memantau daerah-daerah yang berdekatan dengan Malaysia.

Sebelum itu, pada Selasa (23/6) kemarin, pansus ini bertemu dengan Pangdam VI/Tanjungpura Mayjen Tono Suratman, di Makodam VI/Tpr, Balikpapan.

“Banyaknya kasus dengan negeri jiran (Malaysia) menunjukan tetangga kita ini tak ada itikad baik dengan Indonesia,” kata Luther Kombong, salah seorang anggota DPD asal Kaltim, kepada harian ini tadi malam.

Ia menjelaskan, pada pertemuan dengan Pangdam mulai pukul 10.00 Wita hingga 13.00 Wita itu, pihaknya mendengarkan pemaparan dari Kodam VI/Tpr tentang penanganan kasus Ambalat dan kawasan perbatasan lainnya. Mengingat, kata dia, perbatasan di wilayah Kalimantan sangat panjang. Seperti diketahui, di Kaltim saja panjang perbatasan 1.000 kilometer, ditambah Kalbar yang mencapai 2.400 kilometer.

“Memang kita tahu, TNI kita tentu dalam kondisi apa pun pasti sudah siap untuk berperang mempertahankan NKRI,” ujarnya.

Karena itu, jelasnya, untuk program jangka panjang, mengurangi krisis klasik perbatasan harus ada perundingan bilateral antara Indonesia-Malaysia. Mengingat, sebagai negara anggota ASEAN, dalam menghadapi konflik perlu dilakukan negosiasi antara kedua negara. Langkah ini diambil tentu untuk menghindari pecahnya perang antara negara serumpun ini.

Di sisi lain, ia menambahkan, harus ada evaluasi internal dalam negeri secara komprehensif. Pada pertemuan yang juga dihadiri perwakilan dari Pemprov Kaltim tersebut, ia juga meminta Pemerintah Pusat dan daerah memperhatikan perekonomian warga perbatasan. Misalnya, untuk program jangka panjang, ia merekomendasi agar ada pembangunan yang serius dan berkesinambungan di perbatasan.

“Jadi pembangunan di perbatasan itu jangan hanya lip service aja dari pemerintah pusat dan daerah,” urainya. Misalnya, tambah dia, untuk pembangunan pulau terluar, pemerintah bisa melakukan mobilisasi warga untuk tinggal di kawasan tersebut. Tentu dibarengi pembangunan infrastruktur dan penyediaan pasokan kebutuhan yang sesuai. Selain itu, bagi warga perbatasan yang bermata pencaharian sebagai nelayan, pemerintah bisa menyediakan kapal dan alat pencari ikan yang canggih. Bahkan, harus juga dilengkapi GPS. Dengan demikian, jika terjadi pelanggaran oleh Malaysia bisa langsung berkoordinasi dengan tentara Indonesia.

Ia juga menyarankan kepada pemerintah, untuk menyetop pengiriman TKI ke Malaysia. Karena, kasus pelecehan dan tindak kriminal terhadap TKI di negeri tetangga itu tak pernah tuntas. Mengingat, sudah sejak lama, TKI di negara pimpinan Najib Tun Razak itu mendapat perlakuan tak manusiawi. Seperti, penyiksaan yang dialami Siti Hajar.

Tim, jelasnya, juga meminta pemerintah untuk menghentikan pemberian izin perkebunan dan HPH kepada pengusaha asal Malaysia.

Terpisah, Kepala Penerangan Kodam VI/Tpr Letkol Czi Bagus Antonov Hardito mengatakan, pertemuan antara Pangdam dengan Pansus Perbatasan hanya sebatas audiensi antara kedua lembaga itu. Karena, kata dia, besok (hari ini) rombongan akan bertolak ke Kaltim bagian utara.

“Mereka akan mengecek perbatasan, tapi sebelumnya bertemu dulu dengan Pangdam untuk mendengar pemaparan tentang kondisi di perbatasan,” kata dia via telepon seluler.

KALTIM POST

Pesawat Tempur Lanud Iswahyudi Dipasang VDR

Komandan Lanud Iswahjudi Marsekal Pertama TNI Bambang Samoedro, S.Sos berbincang langsung dengan Letkol Lek Eddy S dan Direktur PT. ITS, Adi Sasongko, ST tentang kinerja VDR di pesawat tempur.

24 Juli 2009,Magetan -- Menindaklanjuti berbagai musibah pesawat TNI AU dan sulitnya penyelidikan untuk mengetahui penyebab terjadinya kecelakaan pesawat terbang, Dinas Penelitian dan Pengembangan TNI AU (Dislitbangau) telah mengadakan kerjasama dengan PT. Infoglobal Teknologi Semesta (PT. ITS) untuk memasang alat perekam di setiap pesawat TNI AU baik Pesawat Tempur, Transport, maupun Pesawat Helly. Hal ini dimaksudkan agar setiap proses penerbangan yang dilakukan dapat terekam secara utuh, sehingga bila terjadi trouble sekecil apapun lebih memudahkan untuk penyelidikan lebih lanjut.

Letkol Lek Eddy S, Staf Dinas Komunikasi dan Elektronika TNI AU (Diskomlekau) menyampaikan bahwa Pesawat Tempur TNI AU yang akan dipasang alat perekam tersebut adalah Pesawat F-16/Fighting Falcon dan F-5/Tiger yang bermarkas di Lanud Iswahjudi Magetan serta Pesawat Shukoi bermarkas di Lanud Hasanuddin Makasar, Rabu (24/6). Untuk di Lanud Iswahjudi alat perekam yang berupa Video Cassete Recorder (VCR) telah dicobakan di pesawat F-5/Tiger di Skadron Udara 14 dan berfungsi sebagaimana mestinya.

Selama ini pesawat tempur F-5 E/F dalam melaksanakan misi perekamam selama penerbangan, masih menggunakan Video Cassete Recorder (VCR). Dikarenakan peralatan tersebut saat ini sudah tidak dapat merekam karena statusnya sudah absolutte, maka Dislitbangau telah berusaha melaksanakan penelitian pembuatan Video Disc Recorder (VDR).

Menurut ketua tim dari Dislitbangau, Kolonel Lek Teguh P.S. S.E, VDR merupakan peralatan pengganti VCR yang dapat melaksanakan perekaman baik audio maupun video selama penerbangan. Karena VDR tersebut terdiri dari Hardisk Solid State SATA 64 GB yang dapat merekam kegiatan penerbangan selama 11 jam. Dikatakan dengan menggunakan peralatan tersebut akan lebih memudahkan bagi penerbang, sehingga efektifitas dan efisiensi perekaman proses penerbangan dapat dicapai oleh pesawat tempur F-5 E/F secara optimal.

Pada kesempatan yang sama, Komandan Lanud Iswahjudi, Marsekal Pertama TNI Bambang Samoedro, S.Sos menekankan bahwa prototipe yang siap pakai telah banyak yang ditawarkan guna mendukung perfomance pesawat yang ber-home base di Lanud Iswahjudi. Namun demikian, pada prinsipnya Lanud Iswahjudi selalu mengedepankan Hirarki, Disiplin, dan Loyalitas dalam setiap pelaksanaan tugas. Oleh karenanya dalam hal yang terkait dengan Software pesawat tersebut, tetap memerlukan adanya hitam di atas putih perijinan yang diberikan oleh Pimpinan. Demikian penekanan Marsma TNI Bambang Samoedro, S.Sos usai mendapat penjelasan dari Ketua Tim dari Dislitbangau yang diikuti oleh Direktur PT. ITS, Adi Sasongko, ST., bertempat di Ruang Briefing Penerbangan Disops Lanud Iswahjudi, Rabu (24/6).

Pentak Lanud Iswahyudi

Tuesday, June 23, 2009

Delapan Kapal Nelayan China Ditangkap

Dua anggota TNI AL, berdiri di di atas geladak salah satu dari delapan kapal ikan berbendera China, yang berhasil ditangkap kapal patroli Departemen Kelautan dan Perikanan, di dermaga Stasiun PSDKP di Sungai Rengas, Kabupaten Kubu Raya, Kalbar, Rabu (24/6). Kapal Patroli Departemen Kelautan dan Perikanan menangkap delapan kapal ikan asal China yang masing-masing bermuatan 130-150 ton ikan di perairan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia, Laut Cina Selatan. Selanjutnya, delapan kapal yang menggunakan alat tangkap trawl beserta 77 anak buah kapal tersebut, akan diserahkan kepada TNI AL sebagai penyidik dalam proses penyelesaian illegal fishing. (Foto: ANTARA/Jessica Wuysang/ama/09)

23 Juni 2009, Pontianak -- Delapan kapal nelayan China yang mencuri ikan di Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI) di Laut China Selatan, tepatnya sekitar 100 mil sebelah utara Kepulauan Natuna, Sabtu (20/6), pukul 12.30, ditangkap tiga kapal patroli milik Departemen Kelautan dan Perikanan RI.

Seluruh kapal nelayan China yang masing-masing berbobot 300 grosston, berikut 77 anak buah kapal (ABK), Selasa (23/6), dibawa ke Pontianak, Kalimantan Barat, untuk diproses secara hukum.

Sebenarnya, saat itu ada 30-an kapal China yang mencuri ikan di perairan itu. Akan tetapi, hanya delapan yang berhasil ditangkap, sedangkan yang lainnya lolos.

"Kapal-kapal itu secara nyata berada di ZEEI dan tertangkap tangan sedang mencuri ikan. Ini dibuktikan dengan semua palka terisi penuh sekitar 130-150 ton ikan," kata Direktur Jenderal Pengawasan dan Pengendalian Sumber Daya Kelautan dan Perikanan DKP Aji Sularso, Selasa (23/6) malam di Pontianak.

Penangkapan delapan kapal nelayan China itu dilakukan Kapal Patroli DKP Hiu 03, KP Hiu 09, dan KP Hiu 10. Kapal itu ditangkap saat menjaring ikan menggunakan trawl atau pukat harimau di ordinat 5° lintang utara dan 109° bujur timur.

Aji memperkirakan, kerugian negara akibat praktik pencurian ikan oleh delapan kapal nelayan itu berkisar Rp 24 miliar. Jumlah itu belum termasuk kerugian akan adanya kerusakan lingkungan akibat penggunaan trawl.

KOMPAS

Perlu Kegiatan Permanen di Wilayah Perbatasan

Tapal batas Indonesia-Malaysia di Tanjung Dato Kalimantan. Tapal batas perbatasan antara Indonesia-Malaysia di Kabupaten Kapuas Hulu hilang akibat pembukaan lahan oleh Pengusaha Malaysia. (Foto: sambas.go.id)

23 Juli 2009, Jakarta -- Sengketa pelanggaran garis batas antara Indonesia dan Malaysia, baik darat maupun laut masih sering terjadi di wilayah-wilayah perbatasan. Untuk mengatasi hal ini, pemda setempat didesak untuk mengadakan kegiatan permanen bagi masyarakat di wilayah perbatasan.

Hal tersebut disampaikan oleh Pangdam VI Tanjungpura Tono Suratman dalam dialog dengan Pansus RUU Perbatasan DPD RI di Balikpapan, Kalimantan Timur, Selasa (23/6).

"Dalam rangka mengantisipasi segala bentuk ancaman dari luar, pemerintah perlu mendesain semacam desa mandiri agar masyarakat yang berada di perbatasan memiliki kegiatan yang permanen di sana," ujar Tono.

Ia mengungkapkan, untuk menjaga keutuhan NKRI, khususnya di wilayah perbatasan, maka pemerintah provinsi hendaknya melakukan penjagaan keamanan dan pemberian kesejahteraan kepada masyarakat setempat.

Saat ini, Kodam Jaya Tanjungpura dalam tugasnya untuk mengamankan perbatasan darat di Kalimantan telah menempatkan 56 pos di sepanjang 24 km. Pos-pos tersebut ditempatkan di wilayah-wilayah yang rawan terjadi pelanggaran garis batas, penebangan dan penambangan ilegal, serta wilayah yang kerap dipergunakan sebagai 'jalan tikus' bagi para penyelundup ataupun TKI ilegal. "Masing-masing pos kami menempatkan 20 hingga 25 personel," terangnya.

Selain itu, TNI juga membentuk pos gabungan dengan tentara diraja Malaysia dan membentuk pos terpadu yang terdiri dari instansi imigrasi dan bea cukai. Kendati demikian, Malaysia masih kerap melakukan pelanggaran seperti penggeseran bahkan pencabutan garis patok seperti yang terjadi di Pulau Sebatik, Kalimantan Timur.

"Malaysia kerap meletakkan 18 sampai 20 alat berat mereka di wilayah perbatasan di Pulau Sebatik. Pemerintah RI harusnya jangan tinggal diam, kita harus segera membuat jalan permanen di sana agar bisa digunakan oleh rakyat Indonesia," tuturnya.

Pembuatan tanda serta pengadaan kegiatan permanen di wilayah perbatasan sangat penting dilakukan agar peristiwa lepasnya Pulau Sipadan dan Ligitan dari wilayah NKRI tidak akan terjadi lagi. "Lepasnya Sipadan dan Ligitan karena saat itu pemerintah Malaysia mengelola kedua pulau itu dan membuat kegiatan permanen bagi para nelayan Malaysia. Bahkan mereka mendirikan cottage di pulau tersebut, akhirnya Indonesia tidak bisa apa-apa," kata Tono.

Ia pun mengatakan, ancaman lain di wilayah perbatasan darat adalah penyelundupan kayu dan barang tambang secara ilegal. Di Kalimantan, lanjutnya, ada sebuah pabrik kayu milik Malaysia yang berada sekitar 750 km dari perbatasan. "Ini rawan sekali terjadi penyelundupan kayu, karena nyatanya pabrik kayu itu tidak punya HPH. Sementara pemerintah Indonesia tidak bisa berbuat apa-apa karena bukan wilayah yurisdiksinya," tukasnya.

Pembangunan desa-desa mandiri di kawasan perbatasan juga penting, menurut Tono, sebagai kantong-kantong logistik bangsa jikalau sewaktu-waktu terjadi kontak fisik antara tentara Indonesia dengan tentara Malaysia terkait sengketa garis batas.

Terkait pengamanan di wilayah perairan Ambalat, Tono mengatakan, pemerintah akan membuat bagan-bagan ikan di sekitar karang unarang mercusuar Dinas Perhubungan di perairan Ambalat yang menjadi patok batas wilayah Indonesia.

"Untuk menjaga perairan Ambalat, Pemda Kabupaten Nunukan merencanakan membangun bagan ikan. Intinya kita ingin mengatakan kepada Malaysia ini adalah wilayah Indonesia. Bila kapal Indonesia hanya bolak-balik patroli itu percuma saja tanpa adanya kegiatan permanen di sana (Ambalat)," ujarnya.


MEDIA INDONESIA

Presiden Bantah Tidak Tegas Soal Ambalat

Sejumlah pemuda yang tergabung dalam Pemuda Perbatasan Ambalat, melakukan aksi damai di Bundaran hotel Indonesia, Jakarta, Selasa ( 23/6). Mereka mengimbau pemerintah dalam menangani konflik Blok Ambalat dengan Malaysia, agar dilakukan dengan damai, hindari kontak fisik, karena akan merugikan warga di sekitar perbatasan Blok Ambalat tersebut. (Foto: ANTARA/ Ujang Zaelani/hp/09)

23 Juli 2009, Jakarta -- Presiden Susilo Bambang Yudhoyono membantah telah bersikap tidak tegas soal penanganan batas wilayah RI dan Malaysia di perairan Ambalat.

"Soal diplomasi itu adalah pilihan, bukan tidak tegas. Pilihannya perang atau tidak perang. Kita pilih mana yang lebih civilized (berada). Kalau tidak ada cara lain, artinya kedaulatan itu sesuatu yang tidak kita perjual belikan. Kita sangat serius atasi masalah di ambalat itu," kata Presiden saat membuka Rapimnas Pemuda Panca Marga di Jakarta, Selasa.

Yudhoyono menjelaskan, pilihan untuk menyelesaikan persoalan Ambalat dengan jalur diplomasi adalah pilihan yang paling rasional dan bermartabat.

"Kalau pilihannya perang ayo kita perang, tetapi kalau kita rasional yang penting tidak ada satu meter pun wilayah kita lepas. Tidakkah itu yang lebih bermartabat? Kita tidak perlu mengeluarkan ratusan triliun cost korban jiwa. Saya memilih perundingan sangat intensif dengan catatan kedaulatan, harga mati," kata Presiden.

Dalam diplomasi penyelesaian kasus ini, pemerintah berusaha tidak menimbulkan insiden dengan pemerintah Malaysia.

"Intinya jangan sampai terjadi insiden, kita lanjutkan perundingan lebih intensif. Ini akuntabilitas seorang presiden kepada konstitusi, sejarah dan masa depan," katanya.

Sementara mengenai keutuhan wilayah dari masalah separatisme, Presiden mengatakan akan mencegah upaya memecah wilayah Indonesia dari dalam sendiri.

"Ke dalam negeri tidak ada gerakan separatisme yang kita benarkan. Merah Putih harus berkibar," kata Yudhoyono.

Menyelesaikan separatisme, lanjut Presiden, tidak harus dengan cara militer asalkan tujuan negara kesatuan RI utuh, sebaliknya mengadalkan diplomasi dan pendekatan itu bermartabat kecuali terpaksa.

ANTARA News

PBB Anugerahi Medali untuk Kolonel Anumerta Sondang

Panglima TNI Jenderal Djoko Santoso menyerahkan medali 'Dag Hammarskjold' kepada istri almarhum, Purwanti. Acara digelar di Ruang Hening, Gedung Pimpinan Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, Selasa (23/6/2009). (Foto: fotoDetik/M. Rizal Maslan)

23 Juli 2009, Jakarta -- Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menganugerahi medali kehormatan "Dag Hammarskjold" kepada Kolonel Laut Teknik (anumerta) Sondang Doddy Irawan, yang meninggal dunia dalam misi perdamaian PBB di Nepal pada 3 Maret 2008.

Medali penghormatan itu, disematkan Panglima TNI Jenderal TNI Djoko Santoso kepada isteri almarhum Purwanti di Mabes TNI, Cilangkap, Selasa.

Medali kehormatan PBB "Dag Hammarskjold" diserahkan PBB kepada perwakilan negara-negara yang prajuritnya meninggal dunia saat menjalankan misi perdamaian PBB . Terdapat 132 personel militer meninggal dunia dari 48 negara.

Salah satu personel militer Indonesia yang meninggal dunia dalam misi perdamaian PBB adalah Kolonel Laut Teknik (Anumerta) Sondang Doddy Irawan, yang medalinya diserahkan PBB pada wakil tetap Republik Indonesia di PBB New York Marty Natalegawa yang kemudian diserahkan kepada Pusat Misi Pemelihara Perdamaian PBB TNI.

Panglima TNI mengatakan, atas jasa almarhum dalam menjalankan misi perdamaian TNI telah menaikkan pangkat almarhum satu tingkat menjadi kolonel laut.

"Ini merupakan risiko yang harus dihadapi dalam setiap penugasan dimana pun," ujarnya.

ANTARA News

Teknisi Iswahjudi "Hidupkan" Pesawat Tempur Inggris

Hawk MK-53.

23 Juni 2009, Magetan -- Skadron Teknik Lanud Iswahudi Magetan berhasil menghidupkan dan menerbangkan pesawat Hawk MK-53. Pesawat buatan Inggris yang dibeli pada tahun 1978 tersebut sudah lama menganggur karena mengalami kerusakan mesin.

Kepala Penerangan dan Perpustakaan Lanud Iswahjudi Mayor Sus Sutrisno mengatakan upaya menerbangkan kembali pesawat Hawk MK-53 ini merupakan keberhasilan tersendiri bagi Skadron Teknik 042 Iswahudi. Selain sudah lama tidak digunakan, kerusakan mesin pesawat tersebut sangat parah.

"Para Ground Crew (teknisi) kita bekerja keras untuk menghidupkannya. Setiap uji coba mesin mengandung tingkat kegagalan tinggi," kata Sutrisno, Selasa (23/6).

Dia mencontohkan, salah satu uji coba yang paling rumit untuk menghidupkan kembali burung besi ini adalah pada tahapan ground running full performance test . Para teknisi dituntut teliti dan sabar dalam memperhitungkan kelembaban serta arah dan kecepatan angin agar sesuai dengan karakteristik mesin. Jika uji coba tersebut gagal dilakukan, pesawat tersebut terancam tidak akan bisa dipergunakan kembali.

"Kami mencobanya pada pukul 03.00 - 06.00 WIB kemarin untuk memenuhi kondisi itu. Alhamdulillah berhasil," kata Sutrisno.

Kesulitan lain yang dihadapi personil Skatek 042 yang dipimpin Mayor Tek Eko Fibriyanto ini adalah pengepasan ring mesin pesawat. Sebab pemasangan satu mesin saja diperlukan waktu hingga dua pekan.

Dengan beroperasinya pesawat Hawk MK-53 ini, jumlah pesawat tempur yang dimiliki Lanud Iswahjudi menjadi bertambah. Mereka adalah pesawat F-16/Fighting Falcon yang dimiliki Skadron Udara 3, pesawat -5/Tiger yang dimiliki Skadron Udara 14, dan pesawat Hawk MK-53 milik Skadron Udara 15. Menurut Sutrisno, pesawat Hawk MK-53 ini masuk ke Indonesia pada tanggal 29 September 1980. Masa pakai pesawat tersebut akan habis pada tahun 2011 mendatang.

TEMPO INTERAKTIF

TNI AL Ganti Pesawat Nomad dengan CN-235

Pesawat Nomad buatan Australia akan digantikan CN-235 buatan PT. IPTN. (Foto: fotoDetik)

23 Juni 2009, Sidoarjo -- Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI AL) secara bertahap akan mengganti pesawat jenis Nomad ke pesawat jenis CN-235, untuk mendukung sistem armada terpadu dalam rangka menjaga seluruh perairan nasional Indonesia.

Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL), Laksamana TNI Tedjo Edhy Purdijatno, S.H., ditemui usai upacara HUT Penerbangan TNI AL ke-53 di lapangan udara angkatan laut (Lanudal) Juanda, Selasa, mengatakan, secara bertahap akan mengganti pesawat jenis Nomad ke jenis CN-235.

"Secara bertahap seluruh pesawat jenis Nomad tersebut akan diganti dengan jenis CN-235 yang diproduksi oleh PT Dirgantara Indonesia (DI)," katanya.

Dalam waktu dekat ini, akan ada tiga pesawat jenis CN-235 yang dipesan dari PT DI.

Rencana pembelian ini diharapkan menjadi tonggak penambahan sekaligus peremajaan alat utama sistem senjata (alutsista) di Pusat Penerbangan TNI AL (Puspenerbal).

Pesawat jenis CN-235 ini dilengkapi dengan patroli maritim, radar, dan sarana lain pendukung pelaksanaan tugas.

Saat ini, TNI AL menerapkan standar baru operasional alutsista yang ada. Ia menegaskan, hanya ada dua kriteria operasional alutsista TNI AL, yakni siap dan tidak siap operasional.

Ia mengatakan, TNI AL sudah membuat perencanaan matang dengan prioritas alutsista, guna mendorong operasi sistem senjata armada terpadu untuk menjaga perairan nasional.

Dengan standar penilaian tersebut, TNI AL akan melakukan evaluasi kesiapan alutsista. Untuk alutsista yang dinyatakan siap operasional akan diberikan anggaran pemeliharaan didukung teknisi berpengalaman, agar bisa berfungsi maksimal.

Sedangkan untuk alustista yang tidak siap operasional, tidak akan dipakai dan secara bertahap akan dihapus dari inventarisasi negara, katanya menegaskan.

ANTARA News

Vietnam Harapkan MoU Pertahanan

Frigate Project 11661 Gepard milik AL Viet Nam. (Foto: Happy Asian)

23 Juli 2009, Jakarta -- Panglima TNI Jenderal Djoko Santoso menerima kunjungan Panglima Angkatan Bersenjata Vietnam Letnan Jenderal Senior, Nguyen Khac Nghien di Markas Besar TNI, Cilangkap, Senin (22/6).

Dalam pertemuan, Nguyen Khac menyampaikan keinginan perlunya nota kesepahaman (MoU) bidang Pertahanan untuk ditindaklanjuti militer kedua negara. Kesepahaman akan diimplementasikan dalam pendidikan dan latihan, patroli laut internasional dan bidang lain yang memungkinkan.

Khusus mengenai nelayan-nelayan Vietnam yang sering tertangkap melakukan penangkapan ikan di perairan RI, Panglima Vietnam meminta diperlakukan secara baik.

"Sudah seharusnya penyelesaian didasarkan pada semangat ASEAN," kata Nguyen Khac dalam siaran pers yang diterima redaksi.

Panglima TNI memahami usulan Nguyen Khac tersebut. Dia berjanji akan menindalanjuti melalui instansi terkait seperti Kementerian Koordinasi bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, Departemen Kelauatan dan Perinakan, dan Badan Koordinasi Keamanan Laut.

JURNAL NASIONAL

Pangkoopsau II : Prajurit TNI AU Jangan Takut Terbang

Pangkoopsau II Marsda TNI Yushan Sayuti menyerahkan tongkat komando kepada Komandan Lanud Wolter Monginsidi, Kendari, yang baru Letkol Pnb Arifien Sjahrir. (Foto : Pen Koopsau II).

23 Juni 2009, Kendari -- Panglima Komando Operasi TNI AU (Pangkoopsau) II Marsekal Muda (Marsda) TNI Yushan Sayuti minta agar para prajurit jajaran Koopsau II untuk tidak takut melaksanakan tugas-tugas penerbangan. Menyikapi beberapa musibah kecelakaan yang menimpa pesawat-pesawat TNI AU belakangan ini, Marsda TNI Yushan Sayuti menyatakan semua itu merupakan bagian dari takdir Yang Maha Kuasa.

Kepada wartawan di Kendari, Sulawesi Tenggara, Pangkoopsau II menegaskan semua awak pesawat sangat tidak mengharapkan pesawat yang diawakinya mengalami kecelakaan. Oleh karena itu, sebelum melaksanakan penerbangan para awak pesawat selalu melakukan persiapan-persiapan yang optimal sesuai prosedur. Pangkoopsau II berada di Kendari, dalam rangka memimpin serah terima jabatan Komandan Lanud Wolter Monginsidi, dari Letkol Pnb I Gusti Ngurah Agung Ariateja kepada Letkol Pnb Arifien Sjahrir, Selasa (23/6).

Beberapa kecelakaan pesawat yang dialami TNI AU belakangan ini saya pikir sudah menjadi takdir, tetapi yang jelas kita semua sangat tidak mengharapkan terjadinya kecelakaan pesawat, sebagai langkah antisipasinya sebelum terbang pasti dilakukan persiapan-persiapan sesuai prosedur yang optimal” kata Pangkoopsau II.

Panglima menambahkan, kalau hasil penyelidikan tim PPKPU belum selesai, saat ini tim masih terus bekerja. Pangkoopsau II berjanji kalau sudah ada kesimpulan, hasilnya akan disampaikan kepada masyarakat. ”Nanti ketika sudah selesai penyelidikannya, dimanapun kejadian itu akan kita sampaikan kepada masyarakat” jelas Pangkoopsau II.

Pangkoopsau II menampik kalau usia pesawat TNI AU menjadi biang keladi beberapa kecelakaan pesawat-pesawat TNI AU. Orang nomor satu di Koopsau II ini menjelaskan, kalau semua pesawat Koopsau II selalu mengalami pra kondisi, yaitu pengecekan dan penggantian setiap suku cadang apabila memang usianya sudah habis, baik oleh jam terbang maupun on condition. ”Semua itu selalu dilakukan, tidak mungkin pesawat terbang tanpa dikatakan siap operasional, pesawat itu terbang tentunya harus siap operasional” ujar pangkoopsau II.

Pangkoopsau II juga menolak kalau keterbatasan anggaran berpengaruh tingkat accident pesawat. Menurutnya, selama ini anggaran untuk pemeliharaan pesawat tidak ada masalah yang berarrti. ”Seperti yang disampaikan presiden, anggaran untuk perawatan pesawat tidak dikurangi,” tegas Pangkoopsau II.

Mengantisipasi kedepan, menurut Pangkoopsau Ii pihak TNI AU saat ini telah melakukan beberapa langkah yang signifikan. Untuk meningkatkan profisiensi, jam terbang awak pesawat, akan dikembalikan kepada standar semula yaitu lima belas jam terbang. Dengan demikian tidak kemampuan awak pesawat akan tetap dapat dipertahankan. Demikian Kapen Koopsau II Mayor Sonaji Wibowo, S.IP menginformasikan.

Pen Koopsau II

TNI AL Evaluasi Kesiapan Teknis Pesawat dan Personelnya

Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL), Laksamana TNI Tedjo Edhy Purdijanto (kanan) memeriksa pasukan, saat upacara HUT Penerbangan TNI AL ke-53 di Apron Hanggar Lanudal Juanda, Selasa (23/6). Upacara HUT Penerbangan TNI AL yang biasanya dimeriahkan dengan atraksi terbang manuver pesawat udara, kali ini tidak diadakan. Hal tersebut dikarenakan ada kebijakan pengawasan penggunaan alat utama sistem senjata (alutsista) TNI, termasuk pesawat udara. (Foto: ANTARA/Eric Ireng/Koz/hp/09)

23 Juni 2009, Surabaya -- Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Tedjo Edhy Purdijatno, S.H. menegaskan kepada seluruh jajaran Penerbangan TNI AL agar senantiasa melakukan evaluasi secara terus-menerus terhadap kesiapan teknis Alutsista Penerbangan termasuk personelnya dan tetap memperhatikan aspek keselamatan terbang dalam rangka mewujudkan program zero accident.

Pemimpin TNI AL telah menetapkan kebijakan dasar dalam hal peningkatan pertahanan berdasarkan kekuatan pokok minimum pertahanan atau Minimum Essential Force (MEF) yang dituangkan dalam Renstra TNI AL 2010 sampai dengan 2014. “Sebagai realisasi peningkatan kemampuan Penerbangan TNI AL adalah dengan pengadaan unsur, baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri serta peningkatan kemampuan,” tegas Kasal dalam amanatnya pada upacara Hari Penerbangan TNI AL ke-53, Selasa (23/6), di Puspenerbal, Surabaya.

Menurut Laksamana TNI Tedjo Edhy Purdijatno, S.H. bahwa kemampuan penerbangan TNI AL perlu ditingkatkan, sehingga mampu sepenuhnya melaksanakan enam fungsi Penerbangan TNI AL yaitu, pengintaian udara taktis, anti kapal selam, anti kapal permukaan, pendaratan Pasrat lintas heli, dukungan logistik cepat dan pengamatan laut terbatas. Oleh Karena itu, sejalan dengan telah dibentuknya organisasi Puspenerbal sejak tahun 2006, diharapkan kemampuan penerbangan TNI AL dapat meningkat secara bertahap sesuai fungsi asasi yang diemban pada tingkat kemampuan full naval version.

Pada usia Penerbangan TNI AL ke-53, tepat dua tahun pelaksanaan penggantian nama Disnerbal menjadi Puspenerbal, hendaknya dapat dijadikan momentum untuk melaksanakan introspeksi diri, sejauh mana tingkat kemampuan jajaran Puspenerbal dalam mengimplementasikan peran, tugas dan fungsi yang harus dilaksanakan.

Pada bagian lain Kepala Dinas Penerangan Angkatan Laut (Kadispenal) Laksamana Pertama TNI Iskandar Sitompul, S.E. menjelaskan, upacara Hari Penerbangan kali ini juga ditandai dengan penganugerahan Satya Lencana Kesetiaan 24, 16 dan 8 tahun kepada beberapa personel yang dinilai berhak dan layak untuk menerimanya.

DISPENAL

Yunani Beli 1000 (!!!) Unit BMP-3 Dari Rusia

BMP-3 beraksi pada pameran internasional peralatan militer, teknologi dan senjata angkatan darat ke-8 Omsk 2009. (Foto: RIA Novosti/Alexey Malgavko)

22 Juni 2009 -- Rusia dan Yunani menyelesaikan tahap akhir kontrak pengiriman 1000 unit kendaraan tempur infantri BMP-3 ke Angkatan Darat Yunani. Sebelumnya diberitakan Rusia dan Yunani sedang berunding untuk kontrak penjualan sekitar 415 unit BMP-3M.

Kontrak penjualan ini akan menjadikan yang terbesar kesepakatan pembelian senjata antara Rusia dengan salah satu anggota NATO. Di era 1990-an, Yunani membeli senjata Rusia lebih dari USD 1 milyar.

(Foto: RIA Novosti/Alexey Malgavko)

Angkatan Bersenjata Yunani mengoperasikan sistem pertahanan udara Rusia TOR-M1, senjata anti tank Kornet dan Fagot, hovercraft Zubr.

BMP-3M merupakan kelanjutan kesuksesan BMP-3, dimana digunakan oleh AD Soviet pada tahun 1987. Turret ditingkatkan dengan sistim kontrol penembakan digital, penambahan proteksi kendaraan, dan mesin lebih bertenaga.

RIA Novosti/@beritahankam

Monday, June 22, 2009

AL India Latihan Perang Dengan AL Inggris di Perairan Inggris

Kapal perang India tiba di Inggris. (Foto: royal navy)

22 Juni 2009 –- Satuan Gugus Tugas Angkatan Laut India dipimpin kapal perusak INS Delhi berbobot 6700 ton, tiba di pelabuhan Portsmouth, Rabu (17/6) untuk memulai latihan perang bertajuk KONKAN 2009 dengan AL Inggris. Satuan Gugus tugas ini dibawah komandan Laksamana Surinder Pal Singh Cheema, terdiri dari kapal perusak kelas Delhi INS Delhi D61, dua kapal fregat kelas Brahmaputra (Tipe 16A) INS Brahmaputra F31 dan INS Beas F37 serta kapal tanker INS Aditya A59. Semua kapal perang tersebut dibangun di galangan kapal dalam negeri India.

Sedangkan AL Inggris menyertakan satu unit pesawat patroli maritim Angkatan Udara Inggris Nimrod, dua kapal frigate kelas Duke Tipe 23 HMS Westminster F 237 dan Northumberland F 238, kapal selam bertenaga nuklir kelas Trafalgar HMS Trafalgar S 107, LSD RFA Mounts Bay dan kapal perbekalan RFA Fort Rosalie.

(Foto: royal navy)

HMS Westminster diluncurkan 4 Februari 1992 dan bertugas 1994. (Foto: royal navy)

Latihan AL India dan Inggris dengan tajuk KONKAN telah dimulai sejak tahun 2004, pada tahun ini pertama kalinya latihan dilakukan di perairan Inggris.

KONKAN 2009 berlangsung selama enam hari dimulai 20 Juni, latihan perang meliputi peperangan anti kapal selam, latihan kemampuan anti udara dan anti permukaan termasuk operasi diatas kapal. Serta pertukaran personil guna memberikan pengalaman hidup di lautan bersama angkatan laut negara lain. Tim penyelam AL India akan mengadakan latihan Explosive Ordnance Disposal (EOD) dengan Plymouth.

MARINE BUZZ/ROYAL NAVY/@beritahankam

Bahas MoU, Pangab Vietnam Temui Panglima TNI

1 Juni 2009, Pulau Jeju -- SBY juga melakukan pertemuan bilateral dengan PM Vietnam, Nguyen Tam Dung di Hotel Shila, Pulau Jeju, Korsel. Pertemuan membahas masalah nelayan Vietnam yang masuk ke perairan Indonesia. (Foto: detikFoto/Abror Rizki/Setpres)

22 Juni 2009, Jakarta -- Panglima TNI Jenderal TNI Djoko Santoso siang tadi menerima kunjungan kehormatan Panglima Angkatan Bersenjata Vietnam, Senior Lieutenant General Nguyen Khac Nghien di Mabes TNI Cilangkap, Senin (22/6/2009).

Berdasarkan informasi dari Kadispenum Puspen TNI, Kolonel Laut (P) Guntur Wahyudi, kedatangan Pangab Vietnam untuk menyampaikan keinginan tentang perlunya MoU di bidang pertahanan antara militer kedua negara.

Sebagai tindak lanjut atas kunjungan hari ini, akan dilakukan kegiatan pertukaran kunjungan personel pendidikan dan latihan, patroli laut Internasional dan bidang-bidang lain yang memungkinkan.

Khusus mengenai nelayan-nelayan Vietnam yang sering tertangkap melakukan penangkapan ikan di perairan Republik Indonesia. Pangab Vietnam meminta agar mereka diperlakukan secara baik dan penyelesaian kasusnya didasarkan pada semangat ASEAN.

Permintaan dan imbauan Pangab Vietnam dapat dipahami Panglima TNI maupun Menhan RI yang selanjutnya akan ditindak lanjuti melalui pejabat terkait seperti Kemenkopolhukam, Kementerian Kelautan, Perikanan dan Bakorkamla.

Pangab Vietnam dalam kunjungannya didampingi Dubes Vietnam. Sedangkan Panglima TNI didampingi Kasad Jenderal TNI Agustadi Sasongko Purnomo, Kasal Laksamana TNI Tedjo Edhy Purdijatno, Kasau Marsekal TNI Subandrio, Kasum TNI Laksdya TNI Y. Didik Heru Purnomo, Asintel Panglima TNI Mayjen TNI Anshory, Kapuspen TNI Marsda TNI Sagom Tamboen dan Athan RI di Hanoi Kolonel Inf Zulverdi Junin.

okezone

TNI AU Gelar Latihan Survival Tempur

Panglima Komanda Operasi TNI Angkatan Udara I Marsekal Muda TNI Imam Sufaat melihat kesiapan awak pesawat yang akan melaksanakan latihan survival tempur 'Madhi Yudha' di Lapangan Upacara Koopsau I Halim Perdanakusumah Jakarta, Senin (22/6). (Foto: KOMPAS/Sandro Gatra)

22 Juni 2009, Jakarta -- Panglima Komando Operasi Angkatan Udara (Koopsau I) Marsekal Muda Imam Sufaat membuka latihan operasi survival tempur Madhi Yudha di lapangan upacara Koopsau I Halim Perdanakusumah, Jakarta, Senin (22/6).

Rencananya 60 awak pesawat gabungan dari Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta; Lanud Atang Sendjaja, Bogor; Lanud PBR, Pekan Baru; Lanud Supadio, Kalimantan Barat; dan Lanud Surya Dharma, Subang, akan melakukan latihan di Pameungpek, Garut, Jawa Barat, selama empat hari.

Ikut hadir dalam upacara pembukaan, yaitu Kepala Staf Koopsau I Marsekal Pertama TNI Eddy Suyanto, Komandan Lanud Halim Perdanakusumah Marsekal Pertama TNI Boy Syahril, Komandan Lanud Atang Sendjaja Marsekal Pertama Margono, serta para pejabat Koops AU I.

Imam mengatakan, latihan survival tempur tersebut dilaksanakan untuk para awak pesawat yang sudah melaksanakan survival dasar di masing-masing pangkalan induk. "Itu tingkat tertinggi dan untuk awak pesawat yang belum pernah melaksanakan latihan harus melaksanakan," tuturnya.

Imam menceritakan, nantinya latihan tersebut diskenariokan dalam operasi udara terjadi keadaan darurat akibat tertembak dan kemudian jatuh ke daerah musuh. "Kemudian mereka menyelamatkan diri, melarikan diri, bertahan hidup, hingga mendapat pertolongan," ungkapnya.

Sasaran latihan, lanjutnya, terwujudnya pemahaman teori SERE, yaitu survive untuk bertahan hidup, evasion untuk menghindari penangkapan musuh, resistance untuk daya tahan tubuh, dan escape untuk meloloskan diri. "Skenario latihan mirip seperti kondisi sesungguhnya ketika operasi pertempuran," tuturnya.

Selain itu, lanjut dia, latihan tempur ini juga dimaksudkan untuk meningkatkan kesiapsiagaan operasi dan profesionalisme personel, baik dalam masa damai maupun perang. "Ini mutlak diperlukan agar satuan siap menghadapi accident, baik darat maupun laut," katanya.

Adapun untuk alutsista yang digunakan adalah helikopter jenis colibri dan telah melalui pemeriksaan yang lebih teliti agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. "Helikopter nantinya untuk menyelamatkan para awak pesawat," katanya.

KOMPAS

26 Helikopter CH53 Bundeswehr Diremajakan

helikopter angkut Angkatan Darat Jerman (Bundeswehr) CH53 GS/GE.

22 Juni 2009 -- Eurocopter Deutschland GmbH telah menandatangani kontrak peremajaan satu unit helikopter angkut Angkatan Darat Jerman (Bundeswehr) CH53 GS/GE kemudian dilanjutkan 25 unit helikopter lainnya. Kontrak antara Eurocopter Deutschland GmbH dan German Federal Agency for Defense Technology and Procurement (BWB) ditandatangani di arena pameran dirgantara Paris Airshow ke-48, Kamis, 18 Juni dengan nilai kontrak senilai EUR 24,9 juta. Pengerjaan peremajaan ini dilakukan oleh Eurocopter Deutschland di pabrik Donauworth atau di pangkalan angkatan darat. Helikopter pertama hasil peremajaan akan diserahkan awal tahun 2010.

AU Italia Beli M-346 Master

(Foto: Alenia Aermacchi)

Pada tempat dan hari yang sama, Departemen Pertahanan Itali dan pabrik pesawat Alenia Aermacchi, Finmeccania mengumumkan kesepakatan pembelian enam unit pesawat latih Aermacchi M-346 Master dan pelayanan pelatihan terintegrasi untuk AU Italia mendekati kata sepakat. Kesepakatan ini meliputi penambahan pembelian pesawat sebanyak 9 unit, hingga total pesawat 15 unit.

Aermacchi M-346 Master telah dipilih Uni Emirat Arab sebagai pesawat pelatih angkatan udaranya. Kontrak pembelian 48 unit pesawat saat ini sedang dirundingkan oleh kedua pihak.

berbagai sumber @beritahankam

Mampir di Semayang, Lanal Pasok Kebutuhan

KRI Slamet Riyadi bersandar di Pelabuhan Semayang.(Foto: KaltimPost/wiji/kp)

22 Juni 2009, Balikpapan -- Aksi menerobos batas wilayah negara oleh kapal dan Malaysia boleh saja mereda, tapi pengawalan perbatasan RI di blok Ambalat, Nunukan, tetap disiagakan. Salah satunya, mengerahkan kapal perang untuk patroli di kawasan tersebut secara reguler.

KAPAL perang yang saat ini tengah bersiap menuju Ambalat adalah Kapal Republik Indonesia (KRI) Slamet Riyadi. Sejak Sabtu (21/6), kapal itu mendapat giliran berjaga di perairan utara Kaltim. Komandan KRI Slamet Riyadi Letkol Laut (P) Taat Siswo Sunarto mengatakan, ia bersama 185 awaknya akan mengawal perairan Ambalat hingga waktu yang belum ditentukan.

“Kita dapat tugas patroli dan pengawalan di Ambalat,” kata Taat, didampingi Danlanal Balikpapan Letkol Laut (P) Retarto Setyo W, ketika ditemui di atas KRI Slamet Riyadi.

Meski enggan menceritakan secara rinci misi ke perairan yang selalu diganggu negara tetangga itu, ia menyebut, KRI Slamet Riyadi berangkat didukung dengan sistem persenjataan yang lengkap. “Kapal ini didukung dengan persenjataan yang bisa mengantisipasi serangan dari bawah laut, permukaan maupun di atas permukaan laut,” jelasnya.

KRI Slamet Riyadi dengan nomor lambung 352 merupakan kapal kedua dari kapal kelas Perusak Kawal Berpeluru Kendali Kelas Ahmad Yani milik TNI Angkatan Laut. “Kapal ini dibuat tahun 1967. Tapi sudah di-upgrade kemampuan dan persenjataannya,” tegas Taat lagi.

Dibuat tahun 1967 oleh Koninklijke Maatschappij de Schelde, Vlissingen, Belanda dan mendapat peningkatan kemampuan sebelum berpindah tangan ke TNI-AL pada tahun 1977-1980. Termasuk di antaranya adalah pemasangan sistem pertahanan rudal antipesawat (sea-to-air missile/SAM) Mistral menggantikan Sea Cat.

KRI Slamet Riyadi memiliki berat 2.940 ton. Dengan dimensi 113,42 meter x 12,51 m x 4,57 m. Ditenagai oleh turbin uap dengan 2 boiler, 2 shaft yang menghasilkan 30.000 shp sanggup mendorong kapal hingga kecepatan 28,5 knot.

KRI Slamet Riyadi dipersenjatai dengan berbagai jenis persenjataan modern, termasuk 8 peluru kendali permukaan-ke-permukaan McDonnel Douglas RGM-84 Harpoon dengan jangkauan maksimum 130 km (70 mil laut), berkecepatan 0,9 mach, berpemandu active radar homing dengan hulu ledak seberat 227 kg. Empat peluru kendali permukaan-ke-udara Mistral dalam peluncur Simbad laras ganda sebagai pertahanan anti serangan udara. Jangkauan efektif 4 km (2,2 mil laut), berpemandu infra merah dengan hulu ledak 3 kg. Berkemampuan antipesawat udara, helikopter dan rudal. Torpedo Honeywell Mk. 46, berpeluncur tabung Mk. 32 (324 mm, 3 tabung) dengan jangkauan 11 km kecepatan 40 knot dan hulu ledak 44 kg. Berkemampuan anti kapal selam dan kapal permukaan.

KRI Slamet Riyadi diperlengkapi radar LW-03 2-D air search, sonar PHS-32. Juga diperlengkapi dengan kontrol penembakan (fire control) M-44 SAM control serta perangkat perang elektronik UA-8/9 intercept. Sebagai pertahanan diri mempunyai 2 peluncur decoy RL. Juga memiliki dek untuk pendaratan 1 helikopter anti kapal selam.

Danlanal Balikpapan Letkol Laut (P) Retarto menegaskan, selama KRI Slamet Riyadi labuh di Balikpapan, Lanal bertugas mendukung logistik kapal tersebut. “Termasuk untuk logistik persenjataan. Lanal Balikpapan juga melakukan fungsi lain misalnya refreshing, refuel dan fungsi lainnya. Kalau untuk operasionalnya, KRI ini di bawah komando gugus tempur laut timur,” tegas mantan Komandan KRI Yos Sudarso itu.

Kaltim Post

Perundingan RI-Malaysia Membahas Ambalat 13 Juli

KRI Makassar. KRI Slamet Riyadi menggantikan tugas KRI Makassar menjaga perairan Ambalat.

22 Juli 2009, Jakarta -- Ketegangan di Blok Ambalat yang mulai mencair akan berlanjut ke meja perundingan. Departemen Luar Negeri (Deplu) Republik Indonesia menetapkan pekan kedua Juli merupakan waktu pelaksanaan perundingan mengenai batas wilayah laut dengan Malaysia tersebut.

Tim juru runding Indonesia sudah siap melakukan perundingan yang direncanakan 13-14 Juli 2009. ''Dalam perundingan ke-14 ini, Malaysia sebagai tuan rumah,'' tegas Juru Bicara Deplu Teuku Faizasyah kemarin (20/6)

Saat ini, lanjut dia, pemerintah menunggu kesanggupan Malaysia yang mendapat giliran menjadi tuan rumah. Deplu masih menunggu kepastian konfirmasi kesanggupan Malaysia. Diperkirakan, salah satu penyebab Malaysia belum siap berunding karena tim negosiasi negeri jiran itu belum terbentuk. ''Yang pasti, pemerintah Indonesia akan terus mendesak Malaysia agar melaksanakan perundingan pada waktu yang telah ditetapkan,'' tegasnya.

Kesiapan juru runding Indonesia itu juga terkait materi nota protes atas sikap angkatan laut Malaysia yang kerap melakukan provokasi di perbatasan Indonesia. Mereka, terang Faizasyah, telah siap berangkat pada waktu yang ditentukan untuk membahas masalah perbatasan laut. Secara keseluruhan, perundingan tak hanya membahas Ambalat, namun juga membicarakan batas laut lainnya, seperti Selat Malaka.

''Kunjungan delegasi Komisi I DPR ke Malaysia beberapa waktu lalu belum merupakan langkah yuridis formal. Negosiasi diplomasi resmi mengenai masalah batas wilayah kedua negara harus dengan juru runding,'' terang dia.

Saat ini pemerintah memiliki tiga pedoman dalam menyelesaikan kasus tersebut. Yaitu, mempercepat perundingan di babak ke-14, menghindari provokasi dari tentara laut Malaysia di lapangan, dan memberikan ketegasan bahwa kedaulatan RI harus dipelihara.

Dia mengatakan, posisi Indonesia kuat secara hukum karena lebih patuh kepada prinsip negara kepulauan. Selain itu, secara faktual Indonesia juga lebih dahulu memberikan konsesi kepada dua perusahaan asing untuk mengelola, yaitu Unocal dan ENI. Lamanya perundingan hingga babak ke-14 itu, menurut Faizasyah, disebabkan Malaysia beranggapan bahwa Ambalat adalah miliknya. ''Sebab, Malaysia sejak 2004-2005 menetapkan garis Ambalat dari Sipadan-Ligitan. Menurut mereka, itu adalah hak mereka karena mereka menggunakan peta 1979, yang luas-luas perairan mereka juga digugat oleh negara tetangga, seperti Singapura, Brunei, Vietnam, Filipina, dan Tiongkok,'' imbuhnya.

Sementara itu, Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI-AL) kembali memperkuat armada di Ambalat. Kemarin petang TNI- AL mengirim KRI Slamet Riyadi. Kapal perang yang bermarkas di Surabaya itu bakal menggantikan KRI Makassar. KRI Slamet Riyadi singgah terlebih dahulu di Pelabuhan Semayang, Balikpapan, sebelum menuju ke Ambalat. Di Balikpapan, kapal itu akan mengisi logistik untuk melakukan patroli laut di kawasan sengketa Indonesia dengan Malaysia.

KRI Slamet Riyadi yang diawaki 186 personel dibuat pada 1967. Itu merupakan kapal kedua dari jenis kapal kelas perusak berpeluru kendali yang dimiliki TNI-AL. Kapal itu juga dilengkapi rudal antikapal permukaan, antikapal selam, dan antipesawat.

Sejak kapal patroli Malaysia beberapa kali melakukan provokasi dengan melintas masuk ke wilayah Indonesia, TNI-AL terus menyiagakan armada perang di kawasan kaya minyak itu. Hingga kini, terdapat lima kapal perang Indonesia yang berpatroli di kawasan tersebut.

JAWA POS

TNI AU-US Force Gelar Latihan Terjun Bersama

C-130 Hercules AU Amerika Serikat menerjunkan prajurit 832rd Red Horse saat latihan perang Hydra 2009. (Foto: af.mil/Master Sgt. Cecilio Ricardo)

22 Juni 2009, Jakarta -- Sebanyak 212 pasukan gabungan dari pasukan TNI AU dan pasukan US Air Force Amerika Serikat melakukan latihan terjun bersama di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, Senin (22/6).

"Personelnya 150 prajurit TNI AU dan 62 prajurit US Air Force," kata Komandan Wing I Lanud Halim Perdanakusuma Kolonel Penerbang Sri Mulyono di sela-sela latihan. Ikut hadir pada acara itu Komandan Operasi Group 374 US Air Force Col Mark A Hering.

Sri Mulyono mengatakan, dalam latihan tersebut akan dilakukan pelaksanaan droping barang ataupun personel untuk kesiapan pasukan menghadapi situasi bencana." Take off dari Halim dan dropping di Gorda Tanggerang," ungkapnya.

Latihan tersebut, kata Sri, untuk mempererat kerja sama TNI AU dan US Air Force serta saling berbagi teknik pengalaman dan teknik-teknik penerbangan.

Rencananya, latihan tersebut akan dilaksanakan selama empat hari hingga 26 Juni dengan menggunakan dua pesawat hercules milik US Air Force.

KOMPAS

Perbatasan Darat Minim Sarana

Untuk menjaga daerah perbatasan Kalimantan, Skuadron Udara I Elang Kathulistiwa Pontianak mengoperasikan jet tempur jenis Hawk buatan British Aerospace (BAe). Pesawat ini siap siaga di Lanud Supadio, Pontianak, Kalimantan Barat. Pesawat tersebut didatangkan ke Indonesia sepanjang tahun 1999 hingga 2000. (Foto: detikFoto/Ramadhian Fadillah)

22 Juni 2009, Jakarta -- Perbatasan darat RI dengan tiga negara, yakni Malaysia, Papua Nugini, dan Timor Leste masih minim sarana dan prasarana pendukung, termasuk keberadaan prajurit TNI. Total panjang yang mencapai 3.137 kilometer (km) hanya memiliki 207 pos perbatasan.

Garis batas RI dengan Malaysia di Kalimantan sepanjang 2004 km baru didukung 54 pos penjagaan. Di Timor Leste, perbatasan sepanjang 316 km dijaga 39 pos. Sedangkan di Papua, perbatasan 817 km memiliki 114 pos penjaga.

Pengamat militer Jaleswari Pramodhawardani mengatakan, di tengah minimnya anggaran pertahanan, Departemen Pertahanan dan TNI harus kreatif mencari kerja sama dengan pihak lain. Misalnya, banyak daerah di perbatasan Kalimantan yang memiliki anggaran besar.

Pemerintah daerah bisa menghibahkan bantuan, baik dana maupun logistik. Timbal baliknya, keamanan wilayah di batas darat dengan negara tetangga. "Tentu dengan tidak menabrak koridor hukum dan aturan yang ada," kata Jaleswari saat dihubungi Jurnal Nasional di Jakarta, Minggu (21/6).

Kepala Pusat Penerangan TNI Marsda Sagom Tamboen mengatakan, selama ini anggaran pertahanan, termasuk perbatasan, dikucurkan secara terpusat. Kekurangan prajurit dan pos di perbatasan, masih belum dapat diselesaikan karena kucuran anggaran sangat minim.

"Kami harus menentukan prioritas dan memaksimalkan yang sudah ada," katanya. Bahkan, tahun ini, pos operasional rutin militer guna mendukung operasi pengamanan daerah rawan, perbatasan, dan pengamanan pulau terluar dipotong sekitar Rp460 miliar.

Meski awal Mei lalu, Departemen Keuangan dan DPR telah menyetujui mengembalikan anggaran operasional sebesar Rp200 miliar, TNI mengaku masih kesulitan menutupi dana operasionalnya.

Kondisi geografis di perbatasan banyak juga tidak mendukung. "Medannya sangat berat," kata Sagom. Misalnya, di Papua yang wilayahnya masih sebagaian besar hutan dan akses transportasinya sangat minim.

Staf Ahli Komisi I (bidang pertahanan) DPR, Begi Hersutanto mengatakan, minimnya sarana pendukung membuat perbatasan rawan dengan pergeseran patok dan kejahatan transnasional. "Tak heran jika penyelundupan dan pencurian sumber daya masih marak," katanya.

JURNAL NASIONAL

Brevet Spanyol di Dada Prajurit Garuda


22 Juni 2009, Lebanon -- Prajurit TNI yang tergabung dalam Kontingen Garuda XXIII-C/UNIFIL boleh berbangga hati, karena di dada mereka telah tersematkan sebuah brevet penghargaan dari kontingen Spanyol. Ini adalah sebuah penghargaanyang merupakan bukti kerja keras kita selama ini, diakui oleh negara lain, kata Dansatgas Konga XXIII-C - Letkol Inf R. Haryono pada saat penyematan brevet tersebut di sela-sela Apel Gabungan yang dilaksanakan di Lapangan Garuda, Soekarno Base UN POSN 7-1, Sabtu pagi (20/6) waktu Lebanon. Pemberian penghargaan dari Kontingen Spanyol itu sendiri sudah disematkan oleh Komandan Sektor Timur UNIFIL - Brigjen Asarta Cuevas kepada Dansatgas Konga XXIII-C beberapa waktu yang lalu.

Menurut Letkol Inf R. Haryono, penghargaan yang diberikan kepadanya bukan penghargaan yang bersifat perorangan, namun merupakan penghargaan yang bersifat kolektif. “Saya tidak bekerja sendirian, tanpa ada prajurit yang memiliki dedikasi yang tinggi serta semangat juang yang tinggi, mustahil Kontingen Garuda akan mendapatkan penghargaan dari Kontingen Spanyol”.

Lebih lanjut Dansatgas mengatakan, bahwa yang berhak menerima penghargaan ini bukan hanya Dansatgas, Wadansatgas dan Kasiops saja, melainkan semua prajurit Indobatt yang telah melaksanakan tugas dengan profesional dan penuh tanggung jawab.

Kontingen Spanyol memberikan penghargaan kepada Satgas Yonif Mekanis TNI Konga XXIII-C/UNIFIL atau Indobatt (Indonesian Battalion) karena selama bertugas di Sektor Timur UNIFIL dibawah Komando Brigjen Asarta Cuevas yang berasal dari Spanyol, telah berhasil menjaga wilayah operasi yang dipertanggung jawabkannya dengan maksimal. Sehingga pada masa kepemimpinan Jenderal Asarta, kondisi sektor Timur UNIFIL dalam keadaan aman dan kondusif bahkan zero accident.

Indobatt juga pantas mendapatkan penghargaan tersebut, karena pada saat pelaksanaan full deployment operation yang pernah dilaksanakan untuk menguji kesiapan kontingen juga dinilai yang tercepat serta paling siap diantara kontingen yang lain. Penghargaan yang diberikan oleh Kontingen Spanyol ini bukanlah suatu hal yang harus dibanggakan, tetapi justru harus dipertanggung jawabkan oleh seluruh prajurit Indobatt. Karena sampai akhir masa penugasannya di Lebanon Selatan nanti, Konga XXIII-C harus mampu mempertahankan kondisi wilayahnya dalam keadaan aman dan bebas dari gangguan keamanan, meskipun Komandan Sektor Timur UNIFIL sudah beralih ke Brigjen Prieto Martinez yang juga berasal sari Spanyol.

Pen Satgas Konga XXIII-C/UNIFIL