Friday, September 18, 2009

Israel Potong Pesanan F-35 JSF Dari 25 Menjadi 20 Pesawat

F-35 JSF. (Foto: jsf.mil)

18 September 2009 -- Direktur Jenderal Departemen Pertahanan Israel Pinchas Buhris mengatakan Angkatan Udara Israel mungkin hanya membeli 20 jet tempur JSF - tidak 25 seperti rencana - bila harga pesawat secara signifikan lebih dari 100 juta dolar.

Dalam surat permohonan pembelian yang dilayangkan Departemen Pertahanan Israel ke Pentagon pada Juli, Israel mengajukan pembelian 25 pesawat jet tempur siluman F-35 JSF. Israel mengharapkan kontrak pembelian sudah ditandatangani awal 2010, tetapi sepertinya target ini tidak terpenuhi.

Israel meminta 50 persen teknologi elektronik pada pesawat dibuat di Israel. Hingga saat ini Pentagon menolak memenuhi permintaan Israel.

Awal minggu ini, Buhris mengumpulkan seluruh pimpinan industri pertahanan utama Israel dan berjanji melanjutkan pembicaraan dengan Amerika Serikat dalam usahanya mendapatkan persetujuan mengintegrasikan sebanyak mungkin teknologi Israel pada pesawat.

Dalam negosiasi dengan AS, Israel fokus pada tiga isu - integrasi pada pesawat sistem perang elektronik buatan Israel, integrasi sistem komunikasi buatan Israel dan kemampuan perawatan pesawat secara mandiri dalam masalah teknis dan struktural.

Pada awalnya, AU Israel berharap Letter of Agreement (LOA) ditandatangani bulan depan, tetapi menurut pejabat hingga perbedaan pendapat dan harga belum terselesaikan kontrak akan ditunda. Jika hal ini terjadi, kedatangan pesawat paling cepat 2014.

Sistim Hanud S-300 Ditakuti AU Israel

F-16 Sufa milik AU Israel menjadi inferior menghadapi sistem hanud S-300. (Foto: Keith Robinson)

AU Israel sangat membutuhkan pesawat jet tempur F-35 JSF untuk melawan sistem pertahanan udara (hanud) S-300 yang dipesan Iran dari Rusia. Pesawat jet tempur F-16 dan F-15 yang dimiliki AU Israel tidak mampu mengelak dari sistem hanud S-300.

AS dan Israel terus berusaha menekan Moskow agar membatalkan kontrak penjualan S-300 ke Iran. Dengan dalih akan mengakibatkan ketidakseimbangan kekuatan di wilayah Timur Tengah. Meskipun S-300 senjata defensif tetapi kemampuannya dapat mencegah serangan offensif AU Israel ke fasilitas nuklir Iran.

Ahli roket Israel Uzi Rubin perancang sistem hanud Arrow mengkhawatirkan Iran akan membagi sistem ini kepada sekutunya di Timur Tengah. Bila terjadi akan mengancam keunggulan kekuatan udara Israel.

Meskipun sistem hanud S-300 belum teruji di medan pertempuran, tetapi kemampuannya menghancurkan target pada ketinggian 400 km dan secara simultan mampu menghadapi 6 sasaran. Menjadi sistim hanud paling mematikan, disamping Patriot buatan AS dan Arrow Israel.

THE JERUSALEM POST/@beritahankam

1 comment: