Thursday, April 29, 2010

Latihan Serangan Pemukiman Yonif 500/Raider



29 April 2009, Gresik -- Sejumlah anggota pasukan khusus Yonif 500/Raider melakukan latihan taktik tempur serangan pemukiman, di wilayah Driyorejo Gresik, Jatim, Kamis (29/4) dini hari. Latihan yang diikuti 219 personel tersebut, untuk mengasah kemampuan tempur jarak dekat saat posisi musuh di pemukiman atau perkotaan. (Foto: ANTARA/Eric Ireng/hp/10)

Seorang anggota pasukan khusus Yonif 500/Raider berhasil melaumpuhkan musuh, saat latihan taktik tempur serangan pemukiman, di wilayah Driyorejo Gresik, Jatim, Kamis (29/4) dini hari. (Foto: ANTARA/Eric Ireng/hp/10)

Ranpur Anoa Kawal Mabes Unifil

Ranpur ANOA ini akan memperlengkapi Kompi Mekanis E mengawal Markas Besar UNIFIL di Naqoura Libanon Selatan. (Foto: Puspen TNI)

28 April 2010, Lebanon -- Kehadiran ANOA, kendaraan tempur jenis APC (Armoured Personal Carrier) produksi Indonesia merupakan kebanggaan tersendiri bagi para prajurit TNI yang tengah mengemban misi perdamaian di Lebanon Selatan, yang tergabung dalam Satgas Yonif Mekanis Kontingen Garuda XXIII-D/UNIFIL (Indonesian Battalion). Kendaraan tempur jenis angkut personel ini nantinya akan memperlengkapi Kompi Mekanis E yang saat ini mengemban tugas dan dipercaya sebagai Kompi Force Protection (Kompi Pengawal) Markas Besar (Mabes) UNIFIL (United Nations Interim Force In Lebanon) di Naqoura Lebanon Selatan.

Menurut Dansatgas Konga XXIII-D, Letkol Inf Andi Perdana Kahar, Kompi Mekanis E dipilih sebagai Kompi pengguna kendaraan tempur buatan PT. Pindad (Persero), mengingat beberapa keunggulan Ranpur ANOA sangat sesuai dengan bidang tugas yang sedang diemban Kompi Mekanis E, baik itu untuk kegiatan patroli maupun untuk kegiatan pengawalan.

Ranpur ANOA mampu melaju hingga kecepatan 90 Km/jam dan hanya membutuhkan waktu 8 detik untuk berakselerasi dari kecepatan 0 hingga 60 Km/jam. Keunggulan ini sangat sesuai untuk melaksanakan pengawalan para petinggi yang berada di Markas Besar UNIFIL. Dari segi keselamatan, Ranpur ANOA dilapisi dengan baja khusus yang sudah memenuhi standar Nato pada level III. Dengan sistem penggerak 6 roda simetris, ANOA mampu bergerak lincah di berbagai medan hingga kemiringan 31 derajat.

Sementara itu, Pasiops Kompi Mekanis E, Kapten Chb Faisal Hutagalung menyampaikan bahwa sebagai pembekalan tentang kondisi medan dan pelaksanaan tugas, para pengemudi ANOA saat ini sedang melaksanakan Induction Training. Pelaksanaan Induction Training meliputi materi patroli dan escorting pada medan – medan sulit dan mengemudi pada malam hari. Kegiatan ini penting dilaksanakan mengingat kondisi medan di Lebanon Selatan sarat dengan jalan yang sempit dan berkelok-kelok dengan faktor kerawanan tinggi berupa tebing dan jurang yang dalam pada sisi jalan. Pembekalan ini juga sebagai sosialisasi aturan mengemudi, sebab pemerintah Lebanon menerapkan aturan berkendaraan pada sisi sebelah kanan jalan.

Kehadiran APC karya anak Bangsa ini, telah mempertebal rasa percaya diri Prajurit Indonesia dalam melaksanakan tugas di tengah – tengah pergaulan militer Internasional seperti yang tengah berlangsung di Lebanon saat ini.

Dengan sistem penggerak 6 roda simetris, ANOA mampu bergerak lincah di berbagai medan. (Foto: Puspen TNI)

Kendaraan tempur jenis APC (Armoured Personal Carrier) ini dilapisi dengan baja khusus yang sudah memenuhi standar Nato pada level III. (Foto: Puspen TNI)

Sebelum mengemban tugas mengawal Markas Besar UNIFIL, para pengemudi ANOA mendapat pembekalan terlebih dahulu. (Foto: Puspen TNI)

Iring-iringan ANOA saat mengikuti Induction Training. Pelaksanaan Induction Training meliputi materi patroli dan escorting pada medan-medan sulit dan mengemudi pada malam hari. (Foto: Puspen TNI)

Ranpur ANOA karya anak bangsa ini mampu melaju hingga kecepatan 90 Km/jam dan hanya membutuhkan waktu 8 detik untuk berakselerasi dari kecepatan 0 hingga 60 Km/jam. (Foto: Puspen TNI)

Sebelum mengemban tugas mengawal Mabes UNIFIL, para pengemudi ANOA mendapat pembekalan terlebih dahulu. (Foto: Puspen TNI)

PUSPEN TNI

Kosek Hanudnas II Laksanakan Latihan Hanudnas Cakra 2010


29 April 2010, Makassar -- Pangkosek Hanudnas II Marsekal Pertama TNI John Dalas Sembiring perintah “Siaga 1, Waspada Merah, Siap Tempur 1”, pada saat mengetahui adanya pelanggaran wilayah udara nasional oleh kekuatan udara asing melalui Pusat Operasi Sektor Makosek Hanudnas II sebagai Pos Komando Pengendalian kepada unsur SU 27/30 (Sukhoi) yang siaga di Skadron Udara 11 Lanud Sultan Hasanuddin.

Diketahui bahwa kekuatan udara negara asing telah melakukan unjuk kekuatan yang sangat mencolok dengan terus memperkuat kedudukannya di pangkalan aju dalam rangka mewujudkan kekuatan politiknya untuk menguasai pulau-pulau di jalur ALKI II dengan mengintai di wilayah Ambalat dan di Bontang dan seringkali melakukan penerbangan pengintaian yang melanggar jalur penerbangan wilayah udara nasional Indonesia.

Kosek Hanudnas II beserta jajaran Satuan Radar di bawahnya menangkap kegiatan pesawat tidak dikenal yang melakukan pengintaian di wilayah NKRI khususnya di wilayah Kosek Hanudnas II. Guna menindaklanjuti kondisi tersebut, Satuan Radar jajaran Kosek Hanudnas II melaporkan langsung dan meningkatkan intensitas operasi untuk memotong garis perhubungan udara lawan dengan cara menghancurkan kekuatan udara asing tersebut yang memasuki wilayah udara Indonesia dengan melibatkan unsur TS sebagai Interceptor.

Setelah mendapatkan perintah dari Pangkosek Hanudnas II Marsekal Pertama TNI John Dalas Sembiring, unsur TS dengan pesawat Sukhoi SU-27/30 dalam kondisi siap tempur diterbangkan untuk mengejar dan melakukan tindakan Force Down terhadap kekuatan udara negara asing yang tertangkap radar telah melanggar wilayah udara nasional Indonesia.

Hal tersebut merupakan rangkaian skenario kegiatan Latihan Hanudnas Cakra B/10 yang melibatkan unsur dari Kohanudnas, Satuan Radar di jajaran Kosek Hanudnas II dan mengerahkan kekuatan pesawat tempur Sukhoi Skadron Udara 11 Lanud Sultan Hasanuddin serta pesawat angkut berat C-130 Hercules, pesawat Intai Boeing 737 dan pesawat Helly Puma SA 330 dengan total personel yang terlibat sebanyak 405 orang.

Latihan ini bertujuan untuk menguji dokrin prosedur dan sistem kodal Hanud guna menjamin kesiapsiagaan unsur Hanud TNI AU dalam sistem pertahanan udara nasional.

Berkat kesiapsiagaan jajaran Kohanudnas dan seluruh satuan samping yang terlibat, segala kegiatan yang berdampak kepada terganggunya kedaulatan, keselamatan dan kesatuan negara dapat diatasi.

Dengan digelarnya Latihan Cakra B/10 diharapkan untuk memantapkan prosedur pelaksanaan Operasi Pertahanan Udara Nasional bersama seluruh jajaran dan sistem komunikasi dalam mendukung kelancaran Operasi Pertahanan Udara Nasional untuk menjaga kedaulatan wilayah udara.

Pentak Kosekhanudnas II

Lanud Halim Gelar Latihan Rajawali Perkasa


28 April 2010, Jakarta -- Komandan Pangkalan TNI Angkatan Udara Halim Perdanakusuma, Marsekal Pertama TNI Bagus Puruhito, secara resmi membuka Latihan Satuan “Rajawali Perkasa 2010 “di Taxy Way Echo Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, Rabu (28/4). Upacara pembukaan ditandai dengan dentuman TNT dan penyematan tanda peserta latihan dari Komandan Lanud Halim Perdanakusuma kepada perwakilan masing-masing Komando Latihan dan pelaku latihan.

Latihan “Rajawali Perkasa 2010“ ini dilaksanakan selama tiga hari dari tanggal 28 April 2010 sampai dengan tanggal 30 April 2010. Gladi posko dilaksanakan, setelah acara pembukaan di Mako Wing 1 di Lanud Halim Perdanakusuma dan manoper lapang pada 29 di Lanud Halim Perdanakusuma dan di Lanud Suryadarma, Kalijati, Subang, Jawa Barat.

Komandan Lanud Halim dalam sambutannya menjelaskan latihan Rajasa ini merupakan puncak dari kegiatan Lanud Halim Perdanakusuma, yang terdiri dari perencanaan, gladi posko dan gladi lapang melibatkan personel, alut sista, fasilitas dan sarana pendukung untuk menguji kesiapan pelaku dan satuan jajaran sehingga diharapkan mampu melaksanakan tugas sesuai dengan fungsinya dalam pelaksanaan tugas operasi, selain itu juga dapat digunakan sebagai tolak ukur keberhasilan pembinaan yang dilakukan oleh satuan-satuan selama ini khususnya dalam upaya menggerakan kemampuan untuk menghadapi berbagai kontijensi yang mungkin timbul sewaktu-waktu.

Lebih lanjut dikatakannya, maksud dan tujuan latihan Rajasa ini untuk memelihara, meningkatkan kesiapan operasional Lanud Halim Perdanakusuma sebagai satuan pelaksana operasi dari Komando Operasi TNI Angkatan Udara I (Koopsau I) yang dititik beratkan pada pelaksanaan tugas-tugas, namun perlu diingat perlibatan kekuatan tidak akan menghasilkan out put yang diinginkan apabila tidak dibarengi dengan kesungguhan dari seluruh peserta latihan untuk mengerjakan tugas masing-masing sebagaimana digariskan didalam rencana latihan. “Dengan Latihan Rajawali Perkasa 2010 Lanud halim Perdanakusuma akan lebih siap melaksanakan dan mendukung operasi udara dalam rangka menghadapi tugas -tugas dimasa mendatang“.

Diharapkan dengan latihan Rajasa akan dicapai kemampuan operasi udara sesuai fungsi masing-masing dari Skadron Udara 2, Skadron Udara17 dan Skadron Udara 31, selain itu tercapainya kemampuan pembinaan pemeliharaan alut sista beserta komponen-komponen dari Skadron Teknik 021 serta tercapainya kesiapan satuan dalam melaksanakan pengamanan pertahanan pangkalan.

Sedangkan pelajaran yang dikembangkan adalah penerapan prosedur tetap yang ada di Lanud Halim Perdanakusuma dan pengembangan taktik dan teknik operasi udara oleh setiap unsur serta macam, metode dan sifat latihan antara lain dinamika lapangan dengan penggunaan pasukan, latihan geladi posko dan manuver lapangan dan sifat dua tingkat, satu pihak dikendalikan. Peserta latihan melibatkan Skadron Udara 2, 17, 31, Skatek 021, Wing 1 Paskhas, unsur Pangkalan dan Perbekud lainnya.

Pentak Lanud Halim Perdanakusumah/POS KOTA

Indonesia Diminta Tambah Polisi di Darfur


29 April 2010, Jakarta -- Pemerintah Indonesia diminta menambah jumlah personel Polri sebagai anggota Force Police Unit Perserikatan Bangsa-Bangsa di Darfur, Sudan, Afrika. Kepala Bidang Penerangan Umum Mabes Polri Komisaris Besar Zulkarnain Adinegara dalam komunikasi telepon dari Khartum, Sudan, Rabu (28/4), mengatakan, saat ini ada 140 orang FPU di Darfur yang bergejolak.

”Mereka dibagi dalam dua kelompok, yaitu United Nations Mission in Sudan-Unmis dan United Nations Mission in Dharfur atau UNAMID. Anggota Polri di Unmis bertindak sebagai police adviser,” ujar Zulkarnain.

Menurut sejumlah police adviser dari mancanegara, kinerja Force Police Unit (FPU) dan adviser Polri dinilai menonjol dibanding 13 negara lain yang mengirimkan polisi mereka dalam penugasan PBB.

Atas kinerja para perwira Polri yang dinilai baik, lanjut Zulkarnain, PBB sebetulnya meminta tambahan personel FPU sekitar 100 orang lagi. ”Saat ini kekuatan Polri yang digelar sudah satu kompi lebih. PBB meminta tambahan sekurangnya satu kompi lagi,” kata Kabidpenum.

Tambahan personel dibutuhkan untuk memperkuat pengawasan di wilayah Sudan selatan yang sempat lama bergejolak akibat perang saudara dan perebutan sumber daya alam.

Kapolsek Menteng, Jakarta Pusat, Kompol Arsdo Simatupang yang ditemui di Jakarta membenarkan keterangan Kabidpenum Mabes Polri. ”Kita diminta menambah personel, tetapi butuh waktu untuk persiapan,” ujar Simatupang yang baru pulang dari Darfur.

Mabes Polri, ujar Zulkarnain, mengirim tim untuk menilai kinerja anggota Polri di Sudan. Zulkarnain yang bersama rombongan tiba di Sudan, Minggu (25/4) dini hari, saat ini bergabung bersama FPU dalam sejumlah kegiatan, termasuk patroli lapangan di Darfur.

KOMPAS

Wednesday, April 28, 2010

KRI Dewaruci Menembus Perairan Somalia


26 April 2010, Jeddah -- Usai melaksanakan misi diplomasi di India KRI. Dewaruci, melanjutkan perjalanannya menuju Jeddah, Arab Saudi sebagai negara tujuan selanjutnya. Selesai melaksanakan shalat Jumat di Masjid Agung ‘Sultan Qaboos bin Said’ Kota Salalah, pukul 16.00. KRI Dewaruci, bertolak meninggalkan pelabuhan Mina Raysut. Kecepatan angin 20 knot dari arah dermaga, turut mengantar KRI Dewaruci keluar alur dengan mulus.

Peran pemanduanpun menjadi singkat dan tidak perlu sampai ke buoy terluar, karena Letnan Satu Hadi sebagai Perwira Navigasi sudah mampu memandu kapal untuk keluar dari alur. Ketika KRI Dewaruci mulai memasuki peraiaran Somalia, seluruh prajurit mempersiapkan diri untuk menghadapi segala kemungkinan yang terjadi, dibawah komando Perwira Pelaksana (Palaksa) Mayor Laut Widyatmoko, memasang benteng perlindungan dari kantong-kantong pasir, prajuritpun siap dengan senjata laras panjang AK -47 di tangan.

Perairan Somalia merupakan perairan yang sangat berbahaya bagi pelayaran, karena sudah begitu banyaknya peristiwa pembajakan dan perompakan yang terjadi di peraiaran itu. Oleh karena itu KRI Dewaruci siap untuk menghadapi situasi terburuk sekalipun. Untuk itu Kapten Didik siswinardi sebagai perwira senjata terjun langsung untuk memimpin menangani ancaman dan pengamanan senjata dari bajak laut dan perompak Somalia itu.

Dikawal 7 kapal perang Asing Dua kapal Angkatan Laut Rusia ‘Pechenga’ dan ‘MB 19’ yang merapat di belakang KRI Dewaruci di Salalah, turut bertolak untuk mengawal KRI Dewaruci. Awak kapal Rusia yang sempat mendatangi kapal dan protes dengan bendera Spirit of Pirates yang terus berkibar sepanjang hari itu. “Bagaimana kami mau mengamankan anda, jika kapal anda sendiri secara tidak langsung mengakui keberadaan mereka?.

Setelah mendapatkan penjelasan tentang asal mula bendera dan artinya menggunakan bahasa Rusia oleh Kolonel Achmad Riad, Atase Pertahanan Indonesia, maka mereka mulai mengerti. Ditambah lagi penjelasan dari Komandan KRI Dewaruci, bahwa kapal ini pernah singgah di Vladivostok tahun 2004, sehingga penjelasan itu membuat suana lebih cair dan menjadi lebih akrab. Bahkan selalu menjadi latar belakang berfoto sebelum dan setelah pesiar.

Kapal perang Rusia ‘Pechenga’ mirip tanker dengan warna lambung abu-abu kehijauan. Sedangkan ‘MB 19’ mirip kapal tunda. Sekilas kedua kapal dari Armada Pasifik Rusia tersebut tidak terlihat seperti kapal perang. Namun keduanya dilengkapi dengan kesenjataan hingga kaliber 40 mm. Jumlah awak kapalnya banyak, lazimnya kapal perang. Diperkirakan membawa 80 orang pelaut dan 1 peleton marinir dari markasnya di Vladivostok.

Tugas utamanya mensuplai logistik dan personel kepada kapal-kapal AL Rusia yang berada di Teluk Aden. Memasuki Teluk Aden, semua kapal direkomendasikan untuk melewati alur yang sudah dibuat oleh Combined Maritime Forces. Rute yang disebut International Recommended Transit Corridor (IRTC) ini menjadi perlintasan yang diamankan oleh pasukan gabungan.

Keluar dari IRTC, resiko diluar tanggung jawab pasukan gabungan. Dengan kecepatan 7-8 knot, KRI Dewaruci melaju gagah memasuki IRTC di antara kapal-kapal tanker yang bergerak ke arah Timur atau Barat berkecepatan 20-24 knot.

Meski demikian untuk menjaga keamanan sendiri, banyak terlihat kapal yang memancarkan air di buritan. Terkadang terlihat seperti air panas, karena terlihat asap setelah air menyentuh permukaan laut. Menjelang senja, KRI Dewaruci melaksanakan Peran Jaga Perang, Penjagaan setingkat Siaga 2 ini melibatkan setengah kekuatan personel dan akan menempati penjagaan setiap 6 jam sekali.

Sebuah kapal perang yang diketahui bernama USS San Antonio LPD-17 sempat menanyakan identitas Dewaruci, dan selanjutnya kapal AL Amerika Serikat tersebut memberikan respek sesama AL, menyarankan agar terus standby di channel radio komunikasi yang sudah diatur, serta mendengar laporan situasi alur setiap jam. Juga apabila keadaan bersifat darurat (emergency), dapat mnghubungi kapal-kapal AL mancanegara yang ada di perairan Aden ini.

Kapal keempat adalah kapal tempur AL Rusia, pada Minggu dinihari kapal telah bertolak lebih awal, sehingga tidak sempat difoto. Namun melalui komunikasi diketahui bernama ‘Pyotr Veliky-099’ (foto: Jane’s Fighting Ship 2006). Usai melakukan komunikasi kapal tersebut langsung mengadakan peran penggelapan. Limnos F-451 dari AL Yunani menjadi kapal kelima yang dijumpai. Mereka bangga setelah diinformasikan bahwa KRI Dewaruci akan singgah di dua kota Yunani, Volos dan Lavrion dalam rangka Lomba dan Festival kapal layar tiang tinggi.

Kapal frigate tersebut tidak berani mendekat dan hanya memantau dari jarak 5 NM. Sama dengan kapal AL India INS Brahmaputra F-31 senang sekali bertemu dengan sesama negara Asia, apalagi hubungan AL Indonesia dan India sangat baik, salah satunya melalui kerjasama bilateral melalui Operasi Indindo. (Limnos F-451, Yunani (kiri), Brahmaputra, India (kanan) Berbeda dengan USS Carney DDG-64 yang menjadi kapal ke tujuh atau terakhir, destroyer AL Amerika ini bahkan membalas penghormatan lambung dari KRI Dewaruci pada jarak 300 yard, serta mengadakan komunikasi lewat operator.

Komunikasi yang terjalin lewat operator itu diantaranya berbunyi Bon Voyage yang dari suaranya bisa dipastikan seorang korps wanita yang berada di kapal itu, kepada kapal legendaris Indonesia yang sesaat lagi akan keluar dari IRTC menuju Laut Merah. Selama dua hari melewati perairan Somalia, semangat awak kapal berlipat ganda.

Di samping membayangkan seramnya pembajak dan perompak, juga sejuknya suasana batin menjelang tiba di Jeddah. Ka’bah kiblat seluruh umat Muslim sudah dipelupuk mata. Sungguh tak terbayangkan bila benar-benar ini kenyataan, dan bukan sekedar mimpi yang akan terhapus dengan sebuah lengkingan peluit bangun pagi. Dalam suasana batin yang mendua, prajurit menyiapkan diri secara fisik dan mental, untuk mengikuti latihan beladiri untuk menjaga kebugaran tubuh seperti tae kwon do, pencak silat.

Komandan KRI Dewaruci Letkol Laut (P) Suharto yang juga, pemegang sabuk hitam karate turut membagi ilmu dalam teknik melumpuhkan orang. Matahari yang hangat di pagi hari dan angin semilir di tengah laut yang tenang membuat suasana lebih indah dan nyaman. Siang harinya dimanfaatkan untuk latihan manasik umrah yang langsung dipimpin perwira rohani Mayor Achmad Fauzan. Labbaikallahumma labbaik... Pukul 09.00 waktu setempat (13.00 Wib), KRI Dewaruci bersandar di Pelabuhan Jeddah diterima dengan parade kehormatan langsung oleh Konsul Jenderal R.I Jeddah Bpk. Zakaria Anshar didampingi Atase Pertahanan Kolonel Kav Achmad Riad, S.Ip beserta staf KJRI Jeddah. juga terlihat beberapa siswa SMA Indonesia yang hadir mengunjungi kapal. Ahlan Wasahlan. Labbaikallahumma labbaik, Labbaika lasyarikalakalabbaik, dan 70 awak kapal muslim bersiap untuk umrah.

Penarmatim

Pemeriksaan Senjata Kodim 0733 BS/Semarang

28 April 2010, Semarang -- Dandim 0733/BS Semarang, Letkol Inf Nugroho Sulistyo Budi (2kiri), saat melakukan pemeriksaan kondisi berbagai senjata, di Markas Kodim 0733 BS/Semarang, di Semarang, Jateng, Rabu (28/4). Pemeriksaan ratusan senjata itu bertujuan untuk memastikan kondisinya dalam keadan baik dan terawat serta tidak disalahgunakan oleh prajurit. (Foto: ANTARA/R. Rekotomo/Koz/mes/10)

Seorang prajurit mengawasi berbagai senjata, saat dilakukan pemeriksaan senjata, di Markas Kodim 0733 BS/Semarang, di Semarang, Jateng, Rabu (28/4). (Foto: ANTARA/R. Rekotomo/Koz/mes/10)

Hino Pasok Sasis untuk Kendaraan Militer Nasional


28 April 2010, Jakarta -- Untuk memperluas pasar, PT Hino Motor Manufacturing Indonesia menjajaki segmen baru, yakni kendaraan militer. Merek yang berada di bawah bendera Toyota ini, berencana memasok sasis untuk kendaraan militer Tentara Nasional Indonesia (TNI).

Gunadi Shinduwinata, Ketua Umum Asosiasi Industri Pertahanan Otomotif (AIPO) semalam mengatakan, saat ini seluruh anggota asosiasi tengah melakukan pengembangan kendaraan khusus militer. Untuk prototipe digunakan sasis Hino produksi lokal.

"Ini bukan masalah Hino saja, lebih tepatnya seluruh anggota AIPO. Hino dipilih karena memiliki kandungan lokal 70 persen," ujar Gunadi. Dijelaskan pula, asosiasi juga menggandeng PT Pindad dan perusahaan karoseri nasional untuk memenuhi kebutuhan TNI tersebut. Menurut Gunadi, terdapat sekitar 9-12 varian yang akan diciptakan.

"Untuk menciptakan satu prototipe, sudah menghabiskan dana Rp800 juta per unit. Ini kendaraan berat. Biayanya akan berkurang seiring tumbuhnya permintaan," papar Gunadi.

Dengan adanya kerjasama ini, diharapkan kebutuhan kendaraan militer yang masih mengandalkan produk impor secara perlahan dialikan ke industri lokal. “Potensi pasar kendaran militer nasional mencapai 3.000 unit per tahun,” ungkap Gunadi.

KOMPAS.com

Kapal LST Produksi AS Segera Dipensiunkan

KRI Teluk Tomini. (Foto: TNI AL)

28 April 2010, Jakarta -- TNI Angkatan Laut sesegera mungkin memensiunkan tujuh kapal jenis landing ship tank (LST) buatan Amerika Serikat dan Korea karena sudah masuk kategori usia tua, di atas 25 tahun. Sebagai penggantinya, TNI AL akan memesan jenis kapal yang sama, namun produksi dalam negeri dari PT PAL.

"Tujuh kapal LST eks Amerika dan Korea itu tidak mungkin lagi dipertahankan dan harus segera dipensiunkan karena usianya sudah sangat tua," ujar Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Laut Kolonel Herry Setianegara kepada Suara Karya di Jakarta, Selasa (27/4). Penggantian tujuh kapal LST merupakan bagian dari rencana strategis pembangunan kekuatan TNI AL.

Pengoperasian ketujuh kapal LST tersebut dapat ditolerir hingga tahun 2012, meskipun konsekwensinya akan mengeluarkan biaya perawatan yang relatif besar. Ketujuh kapal tersebut, yakni KRI Teluk Langsa 501, KRI Teluk Bayur 502, KRI Teluk Kau 504, KRI Teluk Tomini 508, KRI Teluk Ratai 509, KRI Teluk Saleh 510 dan KRI Teluk Bone 511 rata-rata tahun pembuatan 1943 - 1945.

"Bila dihitung, usia pemakaian ketujuh kapal sudah lebih dari 50 tahun. Bila tetap dipertahankan akan riskan. Layaknya, usia pemakaian kapal itu hingga 25 tahun," ujar dia. KRI Ratai, sebelumnya pernah dikomandani Herry Setianegara.

Konsentrasi ketujuh kapal, dijelaskan Herry, empat berada di jajaran Komando Lintas Laut Militer (Kolinlamil) dan tiga lagi dibina Komando Armada RI Kawasan Timur (Armatim).

"Kapal-kapal itu, meskipun membutuhkan ekstra perawatan tetap dioperasionalkan sampai habis masa pakainya. Selanjutnya, kapal-kapal itu akan dipensiun secara bertahap dan diganti dengan yang baru. Kita menggalakan kerjasama dengan PT PAL untuk membuatkan tujuh kapal LST sebagai pengganti LST eks Amerika dan Korea itu," kata Herry.

Secara terpisah, Direktur Utama PT PAL Harsusanto mengatakan, hingga 2014 PT PAL telah mendapat kontrak dari Kementerian Pertahanan dan TNI Angkatan Laut yakni dua kapal selam, dua kapal perusak kawal rudal (PKR), 11 unit KCR-40, tujuh unit kapal angkut tank (AT/ LST), 17 unit tank amfibi, dan 25 unit peningkatan kemampuan kapal-kapal perang TNI Angkatan Laut.

Terkait penegakan hukum di laut, Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL), Laksamana TNI Agus Suhartono mengatakan, TNI AL berkomitmen menegakan hukum di laut sekaligus menjaga kedaulatan NKRI.

SUARA KARYA Online

Tuesday, April 27, 2010

38 Pesawat dan Helikopter AU India Alami Kecelakaan Selama 3 Tahun Terakhir


27 April 2010 -- 38 jet tempur dan helikopter Angkatan Udara India mengalami kecelakaan dalam insiden terpisah selama tiga tahun terakhir, menewaskan 38 personil AU India diumumkan Parlemen India Lok Sabha, Senin (26/4).

“Total 38 insiden melibatkan pesawat dan helikopter AU India yang terjadi selama 2007-2008 dan 2009-2010 dan tahun ini. 28 personil angkatan bersenjata tewas dalam insiden tersebut,” menurut Menteri Pertahanan India dalam jawaban tertulisnya pada parlemen.

Enam insiden, merusak harta benda milik sipil, ia menambahkan seluruh kerusakan sudah diperbaiki.

Dari 38 insiden kecelakaan pesawat dan helikopter, 21 insiden menimpa jet tempur MiG buatan Rusia yang menewaskan empat orang.

India membeli jet tempur baru Sukhoi SU-30MKI, jet tempur buatan dalam negeri LCA Tejas, 126 jet tempur serba guna dalam proses tender serta mengupgrade armada jet tempur MiG-29, pesawat angkut Antonov-32 dan Ilyushin-76 guna mempertahankan kekuatan udara.

Brahmand/@beritahankam

Pemantapan Latihan Taktik Tempur


27 April 2010, Pontianak -- Pelaksanaan minggu militer pada minggu ke IV April 2010 di korem 121/ABW diisi dengan kegiatan sosialisasi Taktik bertempur baru oleh Pasilat Korem 121/ABW Mayor Inf Daniel Lumbanraja . Adapun materi yang diberikan meliputi tehnik dan taktik bertempur baru yang terdiri dari Tehnik Bertempur, Tehnik Sweeping , Tehnik melintasi daerah bahaya ,Teknik Naik dan kedudukan dalam pesawat ,Tehnik serbuan dalam ruangan dan tehnik evakuasi korban. Sedangkan Taktik yang dilatihkan adalah Taktik penghadangan pemukiman, serangan pemukiman dan perkotaan,Taktik pertahanan ,Taktik penyergapan pemukiman dan perkotaan ,Taktik perlawanan penghadangan kendaraan serta taktik Pengamanan Rute.

Kegiatan sosialisasi Taktik bertempur baru ini dilaksanakan selama satu minggu yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan tentang taktik tempur bagi prajurit Kodam VI/Tpr khususnya Korem 121/ABW guna mengoptimalkan tugas pokok satuan sehingga dapat menjadikan prajurit yang lebih profesional dalam menghadapi tugas-tugasnya yang dihadapkan dengan tuntutan tugas, perkembangan tehnologi serta pengaruh global pada saat ini.

Kegiatan soaialisasi Taktik Bertempur baru ini akan dilaksanakan di Korem 121/Abw secara berlanjut dan berkesinambungan pada saat minggu militer dan kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari penataran latihan taktik bertempur baru yang belum lama ini dilaksanakan di Secata B Singkawang, demikian tegas Kasiops Korem 121/Abw Mayor Inf Denny Fardany saat ditemui oleh petugas penrem 121/Abw diruang kerjanya.

Penrem 121/ABW

Indonesia Hadapi Kendala Bangun Pulau

Dirjen Strahan Kementerian Pertahanan, Mayjen TNI Syarifudin (tengah) didampingi Sekretaris Dirjen Strahan Marsma TNI Simamora (kiri) serta Dir.Wilayah Pertahanan, Laksma TNI Susetyo (kanan) memaparkan masalah perbatasan Indonesia, di Jakarta, Senin (26/4). Kemhan mengajak seluruh pemimpin daerah serta masyarakat bersama TNI yang tinggal di daerah perbatasan serta pulau terluar Indonesia agar menjaga stabilitas keamanan di wilayah tersebut. (Foto: ANTARA/Yudhi Mahatma/ed/mes/10)

26 April 2010, Jakarta -- Indonesia menghadapi kendala dalam membangun sektor pertahanan di pulau-pulau yang berjumlah belasan ribu. Pembangunan tak merata ditambah keterbatasan modal membuat pembangunan pulau membutuhkan waktu lama.

"Kalau Indonesia kaya, kita bisa bangun lima pulau setiap tahun tanpa lihat besar kecilnya pulau," ujar Direktur Wilayah Pertahanan Strahan Kementerian Pertahanan Laksma TH Susetyo kepada wartawan di Jakarta, Senin (26/4).

Indonesia, sahut dia, memiliki 17.504 pulau yang dihitung dengan metode kartografi. Jumlah ini bervariasi di setiap departemen tergantung kebutuhan data tersebut. Jika pulau kecil seperti Pulau Nipah saja membutuhkan waktu pembangunan setidaknya empat tahun, pembangunan seribu pulau membutuhkan waktu selama 200 tahun. Hal itu membutuhkan sekian banyak generasi untuk pembangunan yang berkesinambungan.

"Berapa banyak generasi untuk bangun itu? Kita butuh sekian generasi untuk membangunnya," tukasnya.

Pembangunan tersebut, tukas dia, tak bisa dibebankan pada Kementerian Pertahanan saja. Seluruh elemen masyarakat, terutama pemerintah daerah setempat, harus bahu membahu membangun pulau agar menjadi penguat keberadaan NKRI, khusunya bagi pulau-pulau terluar Indonesia.

Untuk hal ini, Dirjen Strahan Mayjen Syarifuddin Tippe mengeluhkan kurangnya kesadaran pemda akan posisi strategis sehingga potensial mengancam pertahanan negara. Ke depan, pihaknya akan membuat pusat-pusat kajian soal perbatasan yang hasilnya bisa diimplementasikan oleh pemerintah yang bersangkutan.

MI.com

TNI-AD Akan Tambah Alutsista Baru


27 April 2010, Jakarta -- TNI Angkatan Darat memprioritaskan pengadaan alat utama sistem senjata baru dari penambahan anggaran APBN-P 2010.

Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal TNI George Touisutta menjawab ANTARA di Jakarta, Selasa mengatakan, penambahan alat utama sistem senjata baru terutama diperuntukan bagi satuan kavaleri.

"Alat utama sistem senjata baru itu antara lain kendaraan tempur dan sejumlah meriam," katanya menambahkan.

Ia menegaskan, pihaknya akan memprioritaskan pengadaan kendaraan tempur dari dalam negeri seperti PT Pindad.

"Untuk kendaraan tempur yang sudah dapat kita produksi, maka kita pakai dari dalam negeri," ujarnya.

Sedangkan untuk alat utama sistem senjata yang diadakan dari luar negeri, pihaknya mensyaratkan alih teknologi.

Tentang berapa unit yang akan diadakan, ia menyatakan, pihaknya masih menghitung dan disesuaikan dengan anggaran yang tersedia.

Pada APBN-Perubahan 2010 TNI mendapat alokasi tambahan anggaran sebasar Rp 350 miliar. Alokasi anggaran itu, secara umum belum dapat memenuhi kebutuhan alat utama sistem senjata TNI secara memadai.

ANTARA News

Satuan Kapal Cepat Iran Latihan Keroyok Kapal Perang

Kapal patroli Garda Revolusi Iran dipersenjatai roket multi laras 107mm (11x) dan sepucuk senapan mesin 12,7mm.


Posisi menyerang RIB dipersenjatai roket multi laras 107mm (11x).

Kapal cepat menembakan roket 107mm.





Sasaran latihan kapal angkut amphibi kelas Polnocny.

Kolonel Wurjanto Jadi Komandan Menbanpur-1 Marinir

Komandan Pasmar-1 Brigjen TNI (Mar) I Wayan Mendra menyerahkan Dhuaja Resimen Bantuan Tempur-1 Marinir kepada Kolonel Marinir Wurjanto. (Foto: Serda Mar Kuwadi)

26 April 2010, Surabaya -- Komandan Pasmar-1 Brigadir Jenderal TNI (Mar) I Wayan Mendra melantik Kolonel Marinir Wurjanto menjadi Komandan Resimen Bantuan Tempur-1 (Menbanpur-1) Marinir dalam upacara di Bhumi Marinir Karangpilang, Surabaya, Senin.

Mantan Danpusdik Banpur Kodikmar tersebut dilantik sebagai Komandan Resimen Bantuan Tempur-1 Marinir menggantikan pejabat lama Kolonel Marinir Suhono yang beberapa hari lalu telah dilantik sebagai Asisten Intelijen Komandan Korps Marinir.

Dalam amanatnya, orang nomor satu di jajaran Pasmar-1 tersebut mengatakan serah terima jabatan dalam suatu organisasi merupakan kesinambungan kepemimpinan dan bagian penting dari pembinaan kesatuan, dalam rangka mendinamisasikan organisasi agar senantiasa responsif dan antisipatif.

Menurut Pati Bintang Satu itu, Resimen Bantuan Tempur-1 Marinir merupakan Komando Pelaksana Pasmar-1 yang mempunyai tugas pokok membina dan menyediakan kekuatan serta kemampuan unsur-unsur di bawahnya dalam rangka pelaksanaan operasi pendaratan amfibi serta operasi lainnya.

"Dengan tugas pokok tersebut, Menbanpur-1 Marinir memiliki tugas yang sangat berat karena terdiri dari enam kesatuan yang kemampuan profesionalnya tidak bisa digabung satu dengan yang lainnya, karena itu dibutuhkan kerja keras, kerja cerdas, inovasi serta dedikasi yang tinggi," katanya.

Menghadapi masa depan yang sarat dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi,
katanya. setiap prajurit Menbanpur-1 Marinir dituntut lebih mawas diri dan antisipatif dengan cara meningkatkan profesionalisme dan kesiapan tempurnya.

Hadir dalam kesempatan tersebut para pejabat Korps Marinir Surabaya, pejabat TNI dan Polri wilayah Surabaya, serta undangan lainnya.

Komandan Pasmar-1 Brigjen TNI (Mar) I Wayan Mendra melakukan salam komando dengan Kolonel Marinir Suhono dan Kolonel Marinir Wurjanto saat serah terima jabatan Komandan Resimen Bantuan Tempur-1 Marinir. (Foto: Serda Mar Kuwadi)

Kolonel Marinir Wurjanto sebelumnya menjabat sebagai Komandan Pusdik Banpur Kodikmar, sedangkan Kolonel Marinir Suhono telah dilantik sebagai Asisten Intelijen Komandan Korps Marinir beberapa hari yang lalu. (Foto: Serda Mar Kuwadi)

Komandan Pasmar-1 Brigjen TNI (Mar) I Wayan Mendra melepas pangkat Komando dan menggantinya dengan pangkat Staf kepada Kolonel Marinir Suhono. (Foto: Serda Mar Kuwadi)

Komandan Pasmar-1 Brigjen TNI (Mar) I Wayan Mendra memasang pangkat Komando kepada Kolonel Marinir Wurjanto. (Foto: Serda Mar Kuwadi)

Komandan Pasmar-1 Brigjen TNI (Mar) I Wayan Mendra melakukan pemeriksaan pasukan. (Foto: Serda Mar Kuwadi)

ANTARA Jawa Timur

Pengajuan Pengganti OV-10 Bronco Diproses Ulang


27 April 2010, Jakarta -- Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Iman Sufaat menyatakan, pengajuan penggantian pesawat tempur latih jenis OV-10 Bronco ke Mabes TNI sudah diproses ulang. Karena, pengajuan penggantian ada tahap pertama tidak lengkap dan memenuhi aturan.

"Pengganti OV-10 itu kita sudah proses ulang, dari awal lagi. Pengajuan yang pertama tidak lengkap dan terpaksa harus diproses dari awal sampai kepada proses penawaran harga. Pada hari Jumat (23/4), kita sudah ajukan ke Mabes TNI," ujar KSAU kepada Suara Karya di sela-sela penutupan Musyawarah Nasional (Munas) ke-9 Federasi Aero Sport Indonesia (FASI) di Halim Perdanakusuma Jakarta, Minggu (25/4).

Ia mengharapkan, pembelian pesawat tempur latih Super Tucano dari Brazil sebagai pengganti OV-10 Bronco segera diproses Mabes TNI dan dapat direalisasikan dalam tahun ini. "Pesawat OV-10 sejak 2007 sudah tidak lagi beroperasi. Dan sekarang ini kita sangat memerlukan adanya pengganti sejenis," ucap KSAU.

Pesawat Super Tucano, menurut Imam, memenuhi kriteria kebutuhan kekuatan TNI AU untuk meningkatkan kemampuan latih personel TNI AU dalam mempertahankan kedaulatan udara RI. Pesawat ini memenuhi kriteria, yakni pesawat taktis ringan, counter insurgency, remote air control, pengamatan dari udara bersenjata.

Dia mengatakan, TNI AU mengajukan untuk membeli 16 unit Super Tucano. Rencana pengguannya secara bertahap, yakni empat masuk ke perawatan, empat untuk latihan, delapan untuk trouble.

"Artinya, pemakaian tidak sekaligus. Ada yang dipakai dalam sehari dua-tiga kali, dan ada masuk dalam perawatan. Jadi bentuknya seperti peramida," katanya.

Sembilan Hercules

Selain mengajukan penggantian OV-10 Bronco, Imam mengatakan, TNI AU akan mengajukan penggantian sembilan jenis pesawat angkut, Hercules type B yang kini telah berusia 45 tahun.

Pemberitahuan dari pihak produsen Amerika Serikat baru-baru ini, pesawat angkut Type B yang dimiliki TNI AU itu hanya bisa bertahan lima tahun lagi.

"Hercules kita yang tipe B umurnya sudah 45 tahun. Jadi, menurut Tim dari Amerika, ini hanya bisa bertahan hanya lima tahun lagi. Jadi, air frame-nya hanya sampai umur 50 tahun," ujarnya.

Ia mengatakan, AS sudah tidak mau lagi bertanggungjawab atas kerusakan maupun kejadian yang menimpa Hercules Type B yang dimiliki TNI, apabila masih tetap dipergunakan. Material dari pesawat itu telah masuk kategori tua dan tidak mampu lagi untuk dipergunakan sebagai pesawat angkut.

"Jadi mereka (AS) tidak akan bertanggung jawab kalau terjadi apa-apa. Kalau lebih dari itu, material dari pesawat itu sudah gak kuat. Ya. Jadi, ke depan memang kita rencanakan penggantinya," ujar KSAU. Pesawat sejenis yang akan menggantikan Hercules Type B milik TNI AU, yakni Hercules Type A ataupun type C buatan AS. Pesawat ini yang masih kategori pesawat angkut terbaru. Hal ini pun telah dimasukan ke dalam Renstra TNI AU 2010.

"Dalam program renstra sudah harus diganti. Hanya sekarang masalahnya, itu mahal sekali. Kita berencana mengadakan penambahan sembilan Hercules," ujar Imam.

SUARA KARYA Online

Kesiapan Perang RI Mengkhawatirkan


27 April 2010, Jakarta -- Cadangan energi bahan bakar minyak (BBM) dan nuklir yang dimiliki Indonesia masih dalam kategori mengkhawatirkan, bila negara dalam situasi perang. Ketersediaan energi hanya mampu mencukupi sampai 20 hari.

"Jika Indonesia menghadapi peperangan, cadangan energi dalam negeri hanya cukup untuk 20 hari pertempuran," kata Kepala Subdit Evaluasi Pelaksana kebijakan Dirjen Strahan Kementerian Pertahanan, Kol TNI Sigit Priyono dalam diskusi di Kantor Kemhan Jakarta, Senin (26/4).

Cadangan energi yang hanya mampu bertahan 20 hari ini bertolak belakang dengan persepsi bahwa Indonesia kaya sumber daya alam. Bahkan sebaliknya, Singapura sebagai negara yang tidak memiliki kekayaan alam memiliki ketahanan cadangan energi 120 hari.

Padahal, menurut Sigit, energi BBM dan nuklir merupakan pendukung utama dalam pertempuran. Selain masalah energi, TNI juga belum memiliki kekuatan yang merata. Konsentrasi pasukan masih terpusat di Pulau Jawa. Bahkan untuk di Indonesia Timur, seperti di sebagian Maluku, katanya, ada wilayah yang seolah-olah kosong melompong dan tidak tercover oleh radar TNI AU. "Sementara ini kita menyiasatinya dengan radar dari angkatan lain dan juga bantuan radar sipil," tandasnya.

Paradigma Pertahanan

Sementara itu, Pengamat politik dan pertahanan dari Center for Strategic International Studies (CSIS), Edy Prasetyono, mengatakan, strategi pertahanan nasional harus segera diubah. Dia menyayangkan strategi pertahanan masih didominasi paradigma pertahanan tradisional yang berfokus pada daratan. "Indonesia harus mengubah cara berpikir," katanya.

Edy mengusulkan pentingnya peran strategi pertahanan di bidang maritim. Strategi Ini salah satu aspek kekuatan pertahanan minimum yang harus dimiliki Indonesia. "Karena lingkungan geostrategis dan keamanan baru berbasis maritim," ujarnya.

Hal ini penting, kata dia, untuk melindungi aset-aset strategis. Setiap tahun Indonesia mengalami kerugian puluhan miliar dolar karena lemahnya pengawasan laut dan udara. Selain itu, perkembangan perdagangan internasional makin menunjukkan pentingnya kawasan laut untuk jasa pengangkutan. "Keamanan jalur perdagangan dan kontrol barang yang diangkut telah melahirkan International Ship and Port Security dan Proliferation of Security Initiative," kata Edy.

Menurut Edy, perkembangan strategi pertahanan di kawasan Asia Pasifik lebih banyak dibentuk oleh aspek laut dan udara. "Ini terlihat dari prioritas pengembangan kekuatan pertahanan mereka yang menitikberatkan pada pengembangan kekuatan laut dan udara," ujarnya.

Cina misalnya, membelanjakan 56 miliar dolar AS dan Jepang 45 miliar dolar AS untuk pertahanan. Adapun negara-negara Asia Pasifik mengeluarkan 164,4 miliar dolar AS untuk pertahanan.

Yang menarik lagi, kata Edy, pengadaan persenjataan modern sekarang memiliki dua karakteristik, yaitu karakter ofensif dan dapat dipakai untuk melakukan proyeksi kekuatan ke luar batas nasional.

Proyeksi ke luar batas wilayah nasional sesuai dengan tuntutan geostrategis Asia Pasifik yang terbuka dan mensyaratkan senjata mobile dan fleksibel sesuai dengan sifat matra laut dan udara.

"Perang akan berlangsung cepat dengan fokus pada kontrol atau penghancuran aset-aset strategis. Bahkan perang menguasai wilayah pun, yang sekarang makin tidak populer, harus didahului oleh pengerahan kekuatan laut dan udara," kata Edy.

SUARA KARYA Online

Survei UI Sebut Malaysia Sebagai Ancaman Utama Indonesia


26 April 2010, Jakarta -- Mayoritas mahasiswa FISIP Universitas Indonesia yang mengikuti survei tentang pengetahuan dan persepsi mereka terhadap komunitas Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara menganggap Malaysia sebagai ancaman keamanan utama Indonesia. Dari 250 mahasiswa berusia 17-23 tahun yang mengikuti survei diselenggarakan dosen senior FISIP UI, Edy Prasetyono, PhD pada Februari dan Maret 2010, sebanyak 120 orang atau 48 persen memilih Malaysia menjadi ancaman keamanan utama Indonesia.

Hasil survei diungkapkan Edy Prasetyono yang juga Wakil Dekan FISIP Universitas Indonesia (UI) dalam seminar tentang 'Pengetahuan dan Persepsi Mahasiswa terhadap Komunitas ASEAN 2015' di kampus UI Depok, Senin. Selain Malaysia, empat negara lainnya yang dipersepsi mahasiswa FISIP UI sebagai ancaman keamanan utama bagi Indonesia adalah Amerika Serikat (27,6 persen), Cina (12 persen), Australia dan Singapura (masing-masing 3,6 persen).

Sebanyak 69,6 persen responden survei itu juga menilai Malaysia sebagai pesaing Indonesia di era globalisasi di samping Cina. Hasil survei itu menegaskan bahwa Malaysia dipandang banyak responden sebagai negara yang 'harus diantisipasi Indonesia' dalam konteks persaingan global, kata Edy Prasetyono, dalam seminar yang juga menghadirkan Peneliti Lembaga Studi Strategis Indonesia Bantarto Bandoro MA itu.

Selain itu Malaysia termasuk salah satu dari 10 negara anggota Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) yang paling dikenal mayoritas mahasiswa FISIP UI. ASEAN beranggotakan Indonesia, Malaysia, Brunei Darussalam, Thailand, Filipina, Singapura, Myanmar, Vietnam, Kamboja, dan Laos. Sebanyak 95,6 persen responden menempatkan Malaysia sebagai negara anggota ASEAN yang paling dikenal disusul Singapura (93,2 persen) dan Thailand (51,6 persen).

Republika

Monday, April 26, 2010

Pakistan Terima AWACS Kedua Dari Swedia


26 April 2010 -- Pakistan menerima pesawat kedua jenis Early Warning and Control System Saab-2000 dari empat pesawat yang dipesan dari Swedia, guna meningkatkan kemampuan mengamati wilayah udara India.

Pesawat mendarat di pangkalan militer Sabtu (24/4) dan segera dioperasikan AU Pakistan.

Dua pesawat Saab-2000 lainnya dilengkapi sistem radar Erieye diharapkan diterima AU Pakistan akhir tahun ini dari Swedia.

Harian Dawn mengutip pernyataan seorang perwira AU Pakistan, sistem radar Erieye yang dipasang di pesawat mampu mendeteksi lalu lintas pesawat militer AU India di pangkalannya dekat Pakistan, dapat mengidentifikasi jenis pesawat, sistem senjata serta arah penerbangan.

Pakistan sedang melakukan negosiasi dengan Cina guna membeli empat pesawat Warning and Control dan diharapkan dioperasikan 2012.

Brahmand/@beritahankam

Iran Tembakan Rudal Anti Kapal HY-2 Pada Latihan Perang Payambar-e Azam 5





TNI Harus Utamakan Peralatan Produksi Dalam Negeri

Hovercraft milik TNI AL buatan PT Hoverindo Nusa Persada yang berlokasi di Cikarang Jawa Barat. (Foto: photobucket/finandhita)

25 April 2010, Jakarta -- Anggota Komisi I DPR Ahmad Basarah meminta adanya keinginan yang kuat dari TNI, selaku pengguna utama produk alat utama sistem persenjataan (alutsista) agar lebih mengutamakan produksi dalam negeri.

Sebagaimana pernyataan Ketua DPP PDI Perjuangan bidang Pertahanan Keamanan dan Hubungan Internasional, Andreas H Parera, Ahmad mendukung penuh terbentuknya Komisi Kebijakan Industri Pertahanan (KIIP).

"Tetapi di samping itu, diperlukan good and political will yang kuat dari seluruh pemangku kepentingan, khususnya TNI sebagai user untuk menggunakan produk-produk alutsista yang memang sudah mampu diproduksi oleh Badan Usaha Milik Negara Industri Strategis (BUMNIS) kita," ujar Ahmad Basarah yang juga Wakil Sekjen DPP PDI Perjuangan bidang Program.

Dengan demikian, menurut anggota Fraksi PDI Perjuangan DPR RI ini, TNI juga turut menyumbang bagi pembangunan ekonomi nasional yang bertumpu pada kemampuan bangsanya sendiri.

Andreas Pareira secara terpisah menegaskan, pihaknya mendukung penuh terbentuknya Komisi Kebijakan Industri Pertahanan (KIIP) yang diketuai Menteri Pertahanan.

"Namun, yang lebih penting lagi, ialah KKIP harus bisa mewujudkan wacana pembangunan Industri pertahanan nasional," katanya.

Untuk itu, menurut dia, beberapa kendala selama ini, misalnya, ketidaksinkronan antara sejumlah instansi dalam pembangunan industri pertahanan harus segera di atasi.

"Hambatan-hambatan itu terjadi, karena pertama, tidak adanya koordinasi lintas kementerian, Bappenas dan BUMNIS," ujarnya.

Kedua, dukungan permodalan yang sangat jauh dari memadai.

"Sedangkan yang ketiga, adanya 'gap' antara perencanaan postur pertahanan dengan pengadaan alutsista," kata Andreas Pareira yang pernah jadi anggota Komisi I DPR RI periode 2004-2009.

MI.com

TNI AU Berencana Membeli Hercules

Hercules TNI AU. (Foto: warta kota)

26 April 2010, Jakarta -- TNI Angkatan Udara berencana menganggarkan pembelian pesawat Hercules. Pasalnya, pesawat Hercules yang ada saat ini umurnya sudah 45 tahun. Demikian dikatakan oleh Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Imam Sufaat didampingi Kepala Dinas Penerangan Angkatan Udara, Marsekal Pertama TNI Bambang Samoedro usai membuka Musyawarah Nasional (Munas) IX Federasi Aero Sport Indonesia (FASI) di Ruang Hercules Eksekutif Club Persada, Lanud Halim PK, Jakarta, Sabtu (24/4).

Imam menjelaskan, pesawat Hercules ini bisa digunakan sampai usia 50 tahun sehingga maksimal masa waktu penggunaannya tinggal lima tahun lagi.

Menurut Tim dari Amerika, yang menilai kelayakan penggunaan pesawat Hercules ini bisa bertahan hanya lima tahun lagi. "Jadi, air frame-nya hanya sampai umur 50 tahun. Jadi mereka tidak akan bertanggung jawab kalau terjadi apa-apa," kata Imam Sufaat yang juga Ketua Umum PB FASI ini.

Menurut Imam, kedepan sebagaimana direncanakan dalam Renstra memang sudah saatnya mencari pengganti pesawat Hercules yang baru. Hanya permasalahannya masalah anggaran, karena mahal sekali. "Kita berencana mengadakan penambahan sembilan hercules," katanya.

Super Tucano

KSAU juga mengungkapkan, TNI AU telah mengajukan rencana pembelian 16 unit pesawat tempur jenis Super Tucano buatan Brasil. Super Tucano ini sebagai pengganti pesawat tempur OV-10 Branco yang di-grounded sejak tahun 2007.

Menurut Imam, proses tender yang dilakukan TNI AU telah menetapkan pemenang tendernya adalah Super Tucano dari Barzil. Proses terakhir sudah pada tahap penawaran harga.

"TNI AU sudah mengajukan rencana pembelian pesawat Super Tucano ke Mabes TNI untuk diproses lebih lanjut," katanya.

Imam menjelaskan, Super Tucano dipilih karena memiliki keunggulan yaitu sebagai pesawat taktis ringan, berfungsi sebagai counter insurgency, berfungsi sebagai remote air control (pesawat pengontrol udara), dan pengamatan intai dari udara.

Keunggulan lainnya, apabila ada pesawat tempur yang lebih kencang seperti F-16 bisa memberitahu sasarannya. Pesawat Super Tucano mampu membawa amunisi minimal 1500 kilo gram dan bisa beroperasi minimal tiga jam.

JURNAS

Petualangan KRI Dewaruci

Puluhan kadet Akademi TNI Angkatan Laut berdiri di atas KRI Dewaruci, beberapa waktu lalu. (Foto: KOMPAS/Heru Sri Kumoro)

26 April 2010 -- Cerita tentang petualangan di laut selalu mendebarkan. Cerita Sinbad dan Pirates of the Caribbean menggambarkan bagaimana manusia bergulat dengan misteri dan kekuatan laut. Tokoh-tokoh seperti Sinbad dan Jack Sparrow serta kapal The Flying Dutchman dan The Black Pearl begitu akrab sebagai referensi kita tentang kapal-kapal yang akrab dengan samudra.

Kita sering lupa, kita punya KRI Dewaruci, kapal layar jenis Barqoentine bertiang tiga yang sejak dibuat pada 1952 telah mengarungi berbagai lautan dan samudra membawa nama Indonesia. Dilihat dari riwayat hidupnya, KRI Dewaruci sejak 1961 telah membawa bendera Merah Putih hingga ke Australia; tahun 1964 keliling dunia melewati Terusan Suez, Laut Mediterania, Samudra Atlantik, New York, Terusan Panama, dan Samudra Pasifik; serta pada 2010 ini, KRI Dewaruci tengah melaksanakan misinya menuju India-Turki-Spanyol-Perancis-Belgia-Inggris-Belanda-Italia.

Kapal milik Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI AL) ini berukuran relatif kecil dengan panjang tidak sampai 50 meter dan lebar tidak sampai 10 meter. Namun, ia selalu mengundang decak kagum, baik dari para pelaut maupun masyarakat umum yang disinggahinya.

KRI Dewaruci menjadi saksi puluhan tahun bagaimana para taruna AL dibentuk mentalnya. Tidak hanya kejenuhan yang tak terhingga saat harus berminggu-minggu tidak bertemu daratan, tetapi juga pekerjaan yang menjemukan yang diisi dengan mengecat kapal agar tidak berkarat, membersihkan karat, dan menyiram air agar kayu tidak pecah. Itu baru pekerjaan rutin.

Belum lagi para kru kapal ini harus berhadapan dengan alam, mulai dari suhu yang sangat dingin sehingga mandi seperti dengan air es atau matahari gurun yang menyengat. Tantangan utama datang saat ombak besar mengempas. Sementara kapal perang lain hadir dengan mesin yang berkekuatan besar, KRI Dewaruci yang memiliki mesin baling-baling satu berdaun empat ini kebanyakan mengandalkan angin.

”Semua taruna AL, termasuk petinggi-petingginya, pasti pernah naik KRI Dewaruci. Ini seperti Kawah Candradimuka,” ujar Kepala Dinas Penerangan TNI AL Kolonel Laut (P) Herry Setianegara.

Pensiun

Sebentar lagi, KRI Dewaruci akan pensiun. Telah lebih dari 57 tahun kapal perang ini mengabdi...

KOMPAS