Monday, March 29, 2010

Ranjau Laut Eks Perang Korea Penyebab Tenggelamnya Korvet Cheonan

Menhan Korsel Kim Tae-young melakukan rapat kerja dengan parlemen Korsel komisi pertahanan membahas penyebab ledakan yang mengakibatkan tenggelamnya korvet Cheonan, Jumat (26/3). (Foto: Reuters)

29 Maret 2009 -- Menteri Pertahanan Korea Selatan Kim Tae-young, Senin (29/3) mengatakan dihadapan parlemen komisi pertahanan, kemungkinan penyebab ledakan yang merobek buritan korvet Cheonan 1200 ton ranjau laut Korea Utara.

“Suatu kemungkinan ranjau laut Korut dapat mengapung kedalam perairan kita,” ujar Kim.

“Meskipun banyak ranjau laut dibersihkan, sangat mustahil menemukan 100 persen,” ungkap Kim. “satu (ranjau laut Korut) ditemukan pada 1959, dan lainnya pada 1984.”

Korut menebarkan banyak ranjau laut saat Perang Korea 1950 – 1953, sekitar 4000 ranjau laut dibeli dari bekas Uni Sovyet. Hampir 3000 ranjau laut dipasang di Laut Kuning dan Laut Timur.

Kim mengatakan juga bahwa tidak ada tanda-tanda serangan torpedo penyebab ledakan, mengutip awak kapal yang selamat dimana bertugas mengoperasikan radar kapal.

Kim menepis spekulasi Korut terlibat dalam insiden ini.

Operasi Penyelamatan

Tim penyelamat AL Korsel berpatroli dengan perahu karet dekat sebuah buoy sebagai tanda posisi tenggelamnya korvet Cheonan. Kapal membawa 104 pelaut, 46 pelaut masih dinyatakan hilang. (Foto: Reuters)

Presiden Korsel Lee Myung-bak memerintahkan pihak militer menggunakan seluruh sumber daya manusia dan peralatan yang tersedia guna melakua operasi penyelamatan secepat mungkin, menurut juru bicara kepresidenan Kim Eun-hye.

Operasi penyelamatan Senin ini melibatkan 25 kapal militer termasuk kapal penyelamat milik Armada ketujuh AL AS Salvo dan kapal AL Korsel LHD Dokdo 14.000 ton, menurut Kementrian Pertahanan di Seoul.

Jika ada pelaut yang terjebak dan masih hidup didalam reruntuhan kapal, mereka terlalu lemah atau terluka untuk menjawab regu penyelamat yang memukul-mukul kapal, ungkap pejabat AL Korsel.



Para penyelam tidak menemukan tanda-tanda awak kapal yang selamat didalam reruntuhan kapal, tidak ada jawaban ketika penyelam memukul lambung kapal dengan palu. Tetapi operasi penyelamatan akan dilanjutkan hingga malam dengan menyakini masih ada yang selamat, ujar Lee Ki-shik.

Oksigen pada kabin kedap air hanya tersedia maksimum 69 jam setelah kapal tenggelam.

Insiden tenggelamnya korvet Cheonan salah satu yang terburuk dalam sejarah kecelakaan AL Korsel. Sebuah kapal angkatan laut tenggelam karena cuaca buruk menewaskan 159 pelaut dan personil penjaga pantai pada 1974. Pada 1967, 39 pelaut tewas karena artileri Korut.

Korvet Cheonan mempunyai panjang 88 meter dan lebar 10 meter, dioperasikan AL Korsel pada 1989. Kapal dipersenjatai dengan rudal dan torpedo.

YONHAP/@beritahankam

Pasukan Elit Gultor Beraksi di Malaysia


29 Maret 2009, Tanjung Beruas -- Setelah menempuh perjalanan laut selama empat hari dengan mengangkut 452 prajurit TNI yang terdiri dari Detasemen-81 Gultor Kopasus TNI AD, Denjaka TNI AL dan Denbravo TNI AU serta pasukan pendukung, KRI Surabaya 591 melakukan lego jangkar di Pelabuhan Tanjung Beruas Malaysia. Selanjutnya setelah debarkasi peralatan dan personel di dermaga Tanjung Beruas, KRI Surabaya 591 akan kembali ke Indonesia.

TNI dan Angkatan Tentera Malaysia (ATM), rencananya akan menyelenggarakan Latihan Gabungan Bersama (Latgabma) Malaysia-Indonesia Darat Samudera Angkasa (Latgabma Malindo Darsasa) 7AB/2010. Pada Latgabma tahun ini, TNI dan ATM akan melaksanakan operasi gabungan bersama dalam rangka menanggulangi serangan teroris dan dampak bencana bagi kemanusiaan yang dapat terjadi di wilayah kedua negara.

Latihan ini dilaksanakan berdasarkan hasil keputusan sidang High Level Committe (HLC) ke-3 pada 10 Mei 2007 di Jakarta tentang persetujuan Direktif Malindo Latgabma Darsasa-7AB/2010. Latihan gabungan bersama antara ATM dan TNI pada tahun ini bertujuan untuk melatih Combine Joint Task Forces – Counter Terorism (CJTF-CT) yang dibentuk dalam rangka meningkatkan kerjasama, pengertian dan profesionalisme diantara kedua pasukan ATM dan TNI beserta komponen lainnya.

Perwira Penerangan Latgabma Malindo, Letda Sus Santoso, S.Sos, menjelaskan latihan gabungan bersama Malaysia-Indonesia, menurut rencana dibuka oleh Panglima ATM Jenderal Tan Sri Dato Sri Azizan Arifin bersama dengan Panglima TNI Jenderal TNI Djoko Santoso pada 2 April 2010 di Malaysia. Latihan dan aksi ini akan digelar di tempat-tempat strategis di Malaysia seperti Everly Resort Hotel, Selat Malaka dan Bandara Batu Berendam.

PUSPEN TNI/POS KOTA

KRI Karel Satsuitubun Tangkap Kapal Angkut BBM Ilegal


29 Maret 2009, Surabaya -- Kapal Perang TNI Angkatan Laut KRI Satsuitubun (KST)-356 dari unsur jajaran Komando Armada RI Kawasan Timur (Koarmatim) yang sedang patroli keamanan laut menahan kapal yang memuat BBM ilegal di sekitar Laut Banda. Kapal itu diamankan pada Kamis (25/3/2010).

Kapal yang diamankan adalah KM Bintang Mutiara II di nahkodai Trisno dengan membawa 15 orang ABK (Anak Buah Kapal). Semuanya warga Negara Indonesia. Kapal tersebut berbobot mati 30 GT (Gros Ton) sedang memuat BBM jenis
solar berjumlah kurang lebih 20 Ton.

Komandan KRI Karel Satsuitubun (KST)-356 Letkol Laut Yos Suryono Hadi mengungkapkan kapal itu diduga telah melakukan pelanggaran. "Membawa BBM jenis Solar secara Ilegal yang di tempatkan di dalam Palkah yang biasa untuk tempat ikan," tuturnya dalam rilis yang diterima detiksurabaya.com, Senin (29/3/2010).

Untuk penyelidikan dan proses hukum lebih lanjut, kapal bersama barang bukti di kawal menuju Pangkalan Utama TNI Angkatan Laut (Lantamal) IX Ambon.

Penarmatim

Menhan: Media Massa Bisa Lakukan Bela Negara


29 Maret 2010, Jakarta -- Menteri Pertahanan (Menhan), Purnomo Yusgiantoro, mengatakan bahwa media massa dapat terlibat dalam bela negara, apalagi ancaman nirmiliter (nonmiliter) semakin meningkat dibanding ancaman militer.

"Media massa bisa membantu kita menumbuhkan efek tangkal apabila ada pihak yang mau menggangu kita, terutama ancaman nonmiliter. Kita ingin menumbuhkan semangat bela negara. Yang menangkal itu tidak hanya TNI, tapi kita semua. Kita ingin itu disosialisasikan," katanya dalam pembukaan Lokakarya Membangun Citra Pertahanan di Jakarta, Senin.

Bela negara, menurut Purnomo, berbeda dengan militerisme. Bela negara diamanatkan untuk semua elemen masyarakat, sipil ataupun militer. Media massa bisa ikut berperan tanpa harus angkat senjata, tapi bersikap mencintai negara dengan memberikan informasi terkait kelemahan lawan yang mau mengganggu negara.

"Kami tidak ingin mereka berpihak pada kita, tapi kita ingin media massa itu seimbang. Biasanya kalau wawancara kan nadanya negatif, tapi setelah itu harus ada nada positif. Objektif menyampaikan posisi pandangan mata, tanpa dikurangi atau dilebihkan. Berita itu juga harus faktual, terkini. Pemberitaan memasukkan kondisi terkini kalau gambarnya sudah berubah. Terakhir, akurat," tutur Menhan.

Ia mengatakan, media massa kini berada dalam era industrialisasi. "Sebagai industri, tentu saja ada aturan ekonomi yang berlaku. Ia tak ingin jika industri media massa hanya dikuasai segelintir pihak sehingga akhirnya terjadi monopoli. Anda sendiri tidak suka dengan neolib. Anda sendiri ingin ada kebebasan. Maka itu, jangan sampai media tidak dikuasai oleh salah satu pihak saja," ujar Purnomo.

Menhan berharap media massa menghormati informasi pertahanan yang tidak bisa diakses sangat terbuka kepada publik karena risikonya tinggi terhadap posisi negara, sesuai UU Kebebasan Informasi Publik.

"Kita lihat betapa strategisnya pertahanan ini. Kita punya posisi strategis keutuhan bangsa, rahasia negara, peradilan militer. Terkait internal kita, ada hal-hal yang tidak bisa dibuka karena menyangkut kekuatan kita. Sebelum UU Rahasia Negara, sudah ada dalam UU Penyiaran Publik. Apalagi, tetangga kita saja ada UU yang lebih keras lagi. Kita sendiri tidak punya terkait itu," demikian Purnomo.

Media Berperan Bangun Citra Institusi Pertahanan

Membangun citra institusi pertahanan melalui media massa merupakan langkah yang harus dilakukan oleh pemimpin militer, agar wibawa TNI di mata masyarakat Indonesia sendiri menjadi meningkat serta disegani oleh pihak luar negeri, ujar pengamat komunikasi, Prof Dr Tjipta Lesmana.

Berbicara dalam lokakarya mengenai membangun citra institusi pertahanan di Jakarta, Senin, Tjipta mengatakan bahwa seluruh prajurit TNI menjadi bagian yang tak terpisahkan dari upaya pembentukan citra positif di mata masyarakat.

Hal ini diakui tidak mudah dan membutuhkan waktu lama, tegasnya dan menambahkan bahwa pembentukan citra dapat juga dilakukan dengan memperbanyak dialog dari hati ke hati antara pimpinan TNI dan pimpinan media massa, mengikutsertakan wartawan dalam kegiatan-kegiatan penting TNI termasuk latihan perang.

Menurut dia, wartawan dapat dilibatkan dalam kunjungan ke barak-barak militer untuk melihat langsung kehidupan keluarga prajurit, meninjau daerah perbatasan yang rawan dari segala jenis ancaman.

Bila perlu, wartawan juga dapat ikut menghayati bagaimana prajurit TNI yang bertugas di daerah terpencil dan bahaya, namun dengan fasilitas yang sangat minim, ujarnya.

Dalam sistem demoktratis, pengaruh media massa sangat dominan dan sering disebut bahwa media sangat berkuasa karena dapat membentuk agenda publik yang bisa mempengaruhi kebijakan pemerintah.

Media kerap sekali dapat menggiring pandangan masyarakat tentang suatu permasalahan yang kontroversial, ujarnya dan menambahkan bahwa invansi militer AS di Irak menjadi contoh yang tepat.

Kemarahan masyarat AS yang selalu beralasan bahwa penyerang ke Irak disebabkan dikawatir negara tersebut memiliki senjata pemusnah massal, tapi kenyataan alasan ternyata bohong. Akibatnya media di AS menyerang balik terhadap kepemimpinan Presiden George Bush, pencitraan terhadap Presiden AS menjadi negatif.

Agar pencitraan positif, menurut Tjipta, pimpinan Kementerian Pertahanan dan TNI harus terus menerus berupaya membina hubungan baik dengan kalangan media massa dan sejumlah LSM yang selama ini bersikap kurang simpatik terhadap TNI.

Jika media massa terus menyuarakan sisi positif terhadap TNI, maka publik tentu akan terpengaruh dan citra TNI di mata masyarakat akan meningkat. Tapi apabila pemberitaan selaku yang negatif, dengan sendirinya keyakinan publik terhadap TNI juga menjadi buruk.

Selain ini, paham tentang nasionalisme dan ketahanan nasional perlu juga diberikan TNI kepada setiap insan wartawan yang bergerak di bidang politik dan keamanan. Sikap meremehkan bukan sikap antipati media terhadap TNI dilihat sebagai salah satu penyebab pencitraan buruk terhadap TNI atau mungkin juga terkait dengan ketiadaan pengetahuan wartawan tentang nasionalism dan ketahanan nasional.

Tjipta menjelaskan bahwa dalam era globalisasi dan induvidualisme ini, wacana tentang cinta tanah air sering dianggap kuno oleh masyarakat. Padahal bangsa yang tidak mencintai tanah airnya dan selalu mencintai apa saja yang berbau asing adalah bangsa yang memiliki ketahanan yang lemah.

ANTARA News

PT. IPTN dan KAI Produksi Bersama Jet Tempur

Jet tempur T-50B Golden Eagle melepaskan tanki bahan bakar tambahan, dimungkinkan PT. IPTN akan produksi bersama dengan KAI 200 jet tempur jenis ini. (Foto: DID)

29 Maret 2010, Bandung -- " Kita pernah mengembangkan sendiri pesawat terbang CN-235 dan N-250 untuk membuktikan bahwa SDM Indonesia mampu menguasai dan mengembangkan teknologi secanggih apa pun. Di mana itu semua sekarang?" tegas B.J. Habibie, mantan presiden RI, di depan peserta kuliah umum bertema Filsafat dan Teknologi untuk Pembangunan di Balai Sidang Universitas Indonesia (UI), Depok, Jumat lalu (12/3).

Ya, PT Dirgantara Indonesia (PT DI) memang tidak bisa dibandingkan dengan ketika perusahaan itu masih bernama Industri Pesawat Terbang Nurtanio (IPTN) dan Habibie masih menjabat presiden direktur. Saat itu IPTN memiliki 16 ribu karyawan. Kompleks gedung IPTN di kawasan Jalan Pajajaran, Bandung, berdiri megah, menempati lahan seluas 83 hektare.

Yang paling laris adalah pesawat CN-235. Pesawat berkapasitas 35 sampai 40 orang itu paling banyak diorder dari dalam negeri maupun luar negeri. Selain itu, ada pesawat C-212 (kapasitas 19-24 orang). Produk chopper alias helikopter juga tak mau kalah. Ada NBO-105, NAS-332 Super Puma, NBell-412, dan sebagainya. Semua produk burung besi tersebut begitu membanggakan bangsa saat itu.

Namun, persoalan muncul saat krisis ekonomi menggebuk Indonesia pada 1998. Ketika itu, PT DI yang bernama Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) mendapat order membuat pesawat N-250 dari luar negeri. Pesawat terbang ini berkapasitas 50 hingga 64 orang. Sebuah kapasitas ideal untuk penerbangan komersial domestik. Umumnya pesawat domestik di tanah air saat ini menggunakan pesawat dari kelas yang tak jauh berbeda dari N-250.

PT DI menerima pesanan 120 pesawat. Ongkos proyek yang disepakati USD 1,2 milliar. PT DI langsung tancap gas. Ribuan karyawan direkrut. Mesin-mesin pembuat komponen didatangkan. ''Kami berupaya keras menyelesaikan proyek itu sesuai target,'' tutur Direktur Integrasi Pesawat PT DI Budiwuraskito saat ditemui Jawa Pos di Bandung pekan lalu.

Namun, PT DI harus menelan pil pahit. Pemulihan krisis ekonomi bersama International Monetary Fund alias IMF mengharuskan Indonesia menerima sejumlah kesepakatan. Salah satunya, Indonesia tak boleh lagi berdagang pesawat. ''Itu benar-benar memukul kami,'' kata Budiwuraskito, pria Semarang ini.

Padahal, kata Budi, PT DI telanjur merekrut banyak karyawan. Sejumlah teknologi dan peralatan sudah didatangkan. Semua siap produksi. Pesawat contoh bahkan sudah jadi, sudah bisa terbang, dan siap dijual. Tinggal menunggu proses sertifikasi penerbangan. ''Nggak tahu, mungkin ada negara yang takut tersaingi kalau Indonesia bikin pesawat,'' ujarnya mengingat sejarah kelam PT DI itu.

Bayangan menerima duit gede USD 1,2 milliar menguap. Malah, PT DI harus memikirkan cara menghidupi karyawan yang telanjur direkrut. Proyek memang batal, tapi orang-orang yang hidup dari PT DI juga tetap harus dikasih makan. ''Akhirnya, mau tidak mau, kami mem-PHK karyawan secara baik-baik,'' katanya.

Pada 2003, PT DI memutus kerja sembilan ribu lebih karyawan. Jumlah itu terus bertambah. Dari 16 ribu pekerja, PT DI hanya menyisakan tiga ribu pekerja. Baik di bagian produksi maupun manajemen. Kondisi itu semakin membuat PT DI terpuruk. Apalagi, tak ada lagi order pesawat yang datang. Roda perusahaan pun tak berjalan.

Namun, PT DI berupaya mempertahankan diri. Semua pasar yang bisa menghasilkan duit disasar. Mulai pembuatan komponen pesawat hingga industri rumah tangga seperti pembuatan sendok, garpu, dan sejenisnya. Salah satunya membuat alat pencetak panci.

''Pabrik-pabrik pembuat panci itu kan perlu alat pencetak. Biasanya mereka impor dari luar negeri. Mengapa harus impor kalau bisa kita bikinin. Dan, itu lumayan untuk membuat roda perusahaan berjalan,'' kata Budi. Tapi, urusan panci itu tak banyak membantu. Pada 2007, BUMN yang didirikan pada 26 April 1976 itu dinyatakan pailit alias bangkrut.

PT DI tak lantas almarhum. Pemerintah masih punya keinginan mengembangkannya meski modal yang diberikan tak terlalu deras. Dan, kendati sudah dinyatakan pailit, masih ada rekanan dari mancanegara yang percaya akan kualitas produk PT DI.

Salah satunya British Aerospace (BAE). PT DI mendapat order sebagai subkontrak sayap pesawat Airbus A380 dari pabrik burung besi asal Inggris itu. Juga ada order dari dua negara Timur Tengah enam pesawat jenis N-2130. Apalagi, Indonesia sudah menceraikan IMF. Artinya, PT DI sudah leluasa berdagang pesawat.

Budi menuturkan, order enam pesawat itulah yang bisa dibilang ''menyelamatkan'' PT DI saat itu. Laba dari pesanan itu digunakan sebagai modal pengembangan. Selain itu, PT DI semakin fokus menggarap pasar komponen dan bagian-bagian pesawat dengan menjadi subkontrak atau offset program. Antara lain bagian inboard outer fixed leading edge (IOFLE) dan drive rib alias ''ketiak'' sayap milik Airbus A380.

Airbus A380 adalah pesawat bikinan Airbus SAS (Prancis) yang sudah kondang di jagat dirgantara. Pesawat ini biasanya digunakan untuk penerbangan internasional lintas benua dengan muatan 500 hingga 800 penumpang. ''Kita mencoba meraih untung dengan menjadi subkontrak dari pemain besar,'' kata Budi.

Kondisi PT DI terus membaik. Dalam waktu dekat mereka akan memproduksi pesawat tempur dengan dana urunan bersama pemerintah Korea Selatan (Korsel) sebesar USD 8 milliar. Indonesia menyumbang USD 2 milliar, sedangkan pemerintah Korsel USD 6 milliar. ''Tapi, untuk Indonesia itu akan kita konversikan dalam bentuk tenaga, teknologi, dan pengembangan pesawat tersebut,'' katanya.

Kemampuannya tak jauh berbeda dengan F-16 Fightning Falcon, pesawat tempur kondang buatan Amerika Serikat yang digunakan 24 negara di dunia. Rinciannya, 200 unit untuk Korsel dan 50 untuk Indonesia. ''Proyek ini memakan waktu sampai tujuh tahun,'' kata Budi.

Selain itu, order dari Timur Tengah terus berdatangan. Sejumlah negara memesan CN-235untuk pesawat pengawas pantai, pengangkut personel militer, dan pemantau perbatasan. Dari dalam negeri, Kementerian Pertahanan (Kemhan) juga memesan enam unit helikopter dan Badan SAR Nasional (Basarnas) empat unit.

Budi mengakui, tren industri dirgantara di Indonesia terus naik kendati perlahan. Paling tidak, tujuh tahun ke depan, PT DI bisa meraup laba yang lumayan dari membuat pesawat. Sebenarnya, kata Budi, keuntungan itu bisa didongkrak bila ada keberanian mencari pinjaman. Tapi, itu bakal sulit. ''Tidak banyak bank yang mau. Sebab, risikonya terlalu tinggi. Padahal, semakin tinggi risiko, janji revenue juga besar,'' kata Budi yang lulusan Teknik Penerbangan, Institut Teknologi Bandung (ITB), dan menyelesaikan gelar MBA di Belanda itu.

Strategi pengembangan PT DI saat ini, kata Budi, tak bisa terlalu ekspansif. PT DI memilih berjalan perlahan dengan memanfaatkan margin keuntungan sebagai modal pengembangan. ''Begini saja, lebih aman,'' kata Budi lantas tersenyum.

Menanti Gelombang Pensiun Besar PT DI pada 2014

Saat ini PT DI memiliki 4.200 karyawan. Tapi, jumlah itu akan turun tiap tahun. Pada 2014, badan usaha milik negara (BUMN) produsen burung besi itu hanya akan dioperasikan 300 orang. ''Yang senior banyak yang harus pensiun,'' kata Manager Corporate Communication Rakhendi Triyatna saat ditemui di kompleks PT DI di Bandung pekan lalu.

Kondisi itu tak bisa dibiarkan. Apabila, jika tidak ada penanganan, grafik perkembangan PT DI yang terus menanjak bisa terjun bebas. Mereka akan mengalami persoalan krisis tenaga kerja. ''Karena itu, secara bertahap dalam beberapa tahun ke depan akan ada rekrutmen besar-besaran,'' kata Rakhendi yang juga akan pensiun dua tahun lagi.

Tahun ini 25 orang akan ditarik menjadi karyawan. Pada 2011, sebanyak 700 lebih tenaga kerja akan direkrut. Mereka yang direkrut tidak hanya dari bagian produksi, tapi juga bagian manajemen perusahaan. ''Setiap 300 orang yang direkrut terdapat 30 orang lulusan ITB (Institut Teknologi Bandung, Red),'' kata lelaki 53 tahun itu.

Hingga sekarang, kata Rakhendi, PT DI masih cukup bisa mengandalkan tenaga dari dalam negeri. Pekerja di bagian produksi umumnya adalah lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Penerbangan atau umum. Selain SMK, tenaga sarjana yang diambil kebanyakan dari Teknik Penerbangan ITB.

Direktur Integrasi Pesawat PT DI Budiwuraskito mengatakan, karyawan yang bekerja di PT DI tak perlu susah beradaptasi. Sebab, budaya kerja PT DI sudah sangat kuat terbentuk. Mereka yang bertugas mengebor dan mengecor aluminium alloy (bahan ringan kuat pembuat bodi pesawat) dan komposit cukup mengikuti para senior. ''Dua bulan di sini kami training pasti sudah bisa,'' katanya.

Soal tenaga kerja, PT DI memang tak punya banyak masalah. Yang menjadi masalah hanyalah peralatan dan mesin untuk membuat pesawat. Peralatan yang dipakai kini masih terbatas. Bahkan, untuk meng-handle order yang terus berdatangan, peralatan tersebut sampai overload.

Menurut Budi, pesawat dibuat dalam beberapa bagian yang terpisah untuk kemudian disatukan. Biasanya, panjang setiap bagian sekitar 5 meter. Nah, mesin yang berkapasitas 5 meter itulah yang cukup terbatas. Proses produksi menjadi lama karena mesinnya terbatas. ''Harus antre,'' kata Budi, lantas tersenyum.

JAWA POS

Dansatgas FPC Kunjungi Kapal Perang Jerman‎


29 Maret 2010, Lebanon -- Komandan Satgas (Dansatgas) INDO Force Protection Company (FPC) Konga XXVI-B2, Letnan Kolonel Inf Fulad, melaksanakan kunjungan kerja ke Kapal Perang Jerman FGS Mosel A 512 yang tengah melaksanakan misi United Nations di wilayah perairan laut Lebanon Selatan.

Kunjungan tersebut dimaksudkan untuk membina hubungan baik serta kerjasama antar dua kontingen yakni Jerman dan Indonesia yang sama-sama sedang bertugas di Negara Lebanon di bawah bendera United Nations Interim Force In Lebanon (UNIFIL).

Dalam kunjungannya ke Kapal Perang FGS Mosel A 512, Dansatgas INDO FPC didampingi oleh tiga Perwira dari Satgas FHQSU dan FPC yakni Mayor Laut Koko Komaruddin (Pasilog FHQSU), Kapten Mar R Saragih (Plh Pasiops FPC) dan Lettu Laut Rully Ramadhiansyah (Papen FHQSU).Setibanya di Kapal Perang Jerman, rombongan disambut oleh Komandan Satgas Maritim Jerman Letkol Christian Teichert dan Komandan Kapal Perang FGS A512 Mosel Kapten Gierahn.

Selanjutnya, Dansatgas beserta rombongan menerima penjelasan dari perwira Kapal Perang FGS Mosel A 512 tentang tugas pokok Satgas Maritim Jerman, asal dan tahun pembuatan serta fungsi dari kapal perang itu sendiri. Disamping itu, dijelaskan pula tentang misi dan tugas dari Kapal Perang Jerman serta fungsi peralatan yang ada di dalam kapal seperti persenjataan, alat-alat navigasi pelayaran dan perlengkapan komunikasi.

Dansatgas dan rombongan juga berkesempatan melihat-lihat ruang Pusat Informasi Tempur (PIT), ruang kemudi serta mengoperasikan alat navigasi kapal untuk mendeteksi kapal-kapal yang berada di sekitar wilayah perairan laut Lebanon Selatan. Dalam kesempatan itu, Komandan Satgas INDO FP Coy melaksanakan pendeteksian kapal perang dan kapal-kapal sipil yang sedang berada di sekitar Kapal Perang FGS Mosel A 512 dengan menggunakan alat navigasi yang berada di ruangan PIT.


Menurut Komandan FGS Kapten Gierahn, Kapal Perang FGS Mosel A 512 milik Angkatan Laut Jerman yang diawaki oleh 61 personel merupakan kapal jenis bantu yang bertugas sebagai pendukung untuk mensuplai logistik bagi kapal-kapal kecil yang membutuhkan bahan bakar saat melakukan operasi MTF (Maritime Task Force) di wilayah perairan laut Lebanon Selatan, sehingga kapal FGS Mosel A 512 dilengkapi kemampuan untuk mengisi bahan bakar ke kapal lain tanpa berhenti melakukan sailling. Sedangkan untuk pengisian ulang bahan bakar di kapal, kapal FGS Mosel A 512 melakukan refuell di negara Cyprus yang menyediakan logistik cair bagi kapal-kapal MTF. Kapal Perang Jerman jenis Kapal bantu tersebut menjalani penugasan bersama UNIFIL selama 6 bulan sampai kapal pengganti berikutnya tiba.

Perwira Penerangan Konga XXVI-B2, Lettu Laut (KH) Rully Ramadhiansyah, S.Sos, menambahkan FGS A 512 Mosel adalah kapal perang yang dibuat pada 12 Juli 1993 di Kiel Naval Base Bremen berukuran 100,58 x 15,40 x 4,2 meter, memiliki kecepatan maksimum 15 knot dan dilengkapi dengan persenjataan diantaranya 2 Senjata utama Rheinmetall MLG kaliber 27 milimeter, Senjata jenis Stinger dengan kaliber 12,5 mm dan 7,62 mm, juga dilengkapi landasan helikopter.

PUSPEN TNI/POS KOTA

AL Pakistan Akan Beli 10 Kapal Selam


29 Maret 2010 – Angkatan Laut Pakistan sedang mendiskusikan dengan Cina dan Perancis guna pembelian tujuh kapal selam konvensional, negosiasi pembelian U-214 dengan Jerman juga dilakukan.

Cina menawarkan kapal selam dengan harga ekonomis sekitar 230 juta dolar perunit.

Menurut sumber AL Pakistan kepada DawnNews setelah tiga tahun secara terus menerus melakukan negosiasi dengan Jerman, keputusan pembelian tiga kapal selam U-214 sudah final.

Menurut sumber lainnya Pakistan sangat tertarik membeli empat kapal selam kelas Yuan dan Song dari Cina dan tiga kelas Marlin dari Perancis guna menghadapi peningkatan kekuatan kapal selam AL India.

DawnNews/@beritahankam

Lanud Supadio Tidak Memiliki Radar Militer


29 Maret 2010, Kubu Raya -- Pangkalan Udara TNI Angkatan Udara Supadio, Kalimantan Barat, tidak memiliki radar militer. Akibatnya, pesawat-pesawat asing yang terbang secara ilegal di wilayah Kalbar tidak bisa dideteksi secara dini.

Demikian dikatakan mantan Komandan Pangkalan Udara (Lanud) Supadio Kolonel (Pnb) Yadi Indrayadi, Sabtu (27/3), yang menyerahkan jabatan kepada Kolonel (Pnb) Imran Baidirus. Serah terima jabatan itu dipimpin oleh Panglima Komando Operasi TNI Angkatan Udara I Marsekal Muda Eddy Suyanto. ”Upaya deteksi terhadap melintasnya pesawat-pesawat asing selama ini dilakukan melalui patroli rutin. Namun, dari patroli rutin itu tidak ditemukan pelanggaran dari pesawat-pesawat asing,” ujar Yadi.

Padahal, Lanud Supadio, seperti diungkapkan Eddy, merupakan salah satu pangkalan yang strategis di Indonesia karena memiliki tanggung jawab pengamanan langsung terhadap batas wilayah negara Indonesia dengan Malaysia.

”Selama ini operasi di Kalimantan Barat untuk mendeteksi dan menindak pelanggaran udara memang masih ompong karena radar belum tergelar,” kata Yadi.

Imran menambahkan, dari sejumlah rapat yang pernah diikutinya, sudah ada komitmen dari TNI AU untuk segera merealisasikan pengadaan radar militer di Kalbar.

”Sudah pernah ada survei dengan hasil menyatakan bahwa radar militer akan ditempatkan di sebuah kawasan di Kabupaten Sambas yang bisa menjangkau seluruh Kalimantan Barat,” kata Imran. Kabupaten Sambas terletak di bagian utara Kalbar dan berbatasan langsung dengan Malaysia.

Kendati belum ada kepastian waktu pembangunan dan pengoperasian radar militer, Imran menyatakan bahwa setidaknya pada tahun 2014 radar militer sudah dapat dioperasikan.

Untuk kepentingan-kepentingan tertentu, Lanud Supadio selama ini masih menggunakan bantuan radar sipil milik Bandara Supadio.

Eddy Suyanto mengungkapkan, pengembangan alat utama sistem persenjataan (alutsista) menjadi isu strategis bagi TNI dan selama ini menjadi perhatian pemerintah.

”Hanya memang karena anggaran negara lebih banyak dialokasikan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat. Alokasi untuk alutsista memang masih belum mencukupi. Namun, komitmen pemerintah untuk terus mengembangkan alutsista patut diapresiasi,” kata Eddy.

KOMPAS

Sunday, March 28, 2010

Danlanud Yadi-Imron Tukar Posisi

Panglima Komando Operasi TNI Angkatan Udara 1 (Pang-koopsau I), Marsekal Muda TNI Eddy Suyanto (tengah), melakukan salam komando dengan Komandan Lanud Supadio Pontianak yang baru, Kolonel Penerbang Imron Baidirus (kiri), dan Pejabat lama Kolonel Penerbang Yadi Indrayadi (kanan), sesaat setelah upacara serah terima jabatan di Lanud Supadio, Kabupaten Kubu Raya, Kalbar, Sabtu (27/3). Kolonel Penerbang Imron Baidirus menggantikan Pejabat lama Kolonel Yadi Indrayadi, yang selanjutnya akan bertugas sebagai Kepala Bagian Detasemen Peleton Golongan IV Mabes TNI AU. (Foto: ANTARA/Jessica Wuysang/ss/mes/10)

27 Maret 2010, Pontianak -- Jabatan Komandan Pangkalan Udara (Danlanud) Supadio Pontianak diserahterimakan dari Kolonel Pnb Yadi Indrayadi kepada Kolonel Pnb Imron Baidirus, dalam upacara yang digelar di Apron Lanud Supadio, Sabtu (27/3) pukul 08.20.

Imron yang sebelumnya Kepala Bagian Detasemen Peleton Golongan IV Mabes TNI AU menjadi Danlanud yang menggantikan Yadi yang selanjutnya menempati jabatan yang ditinggalkan Imron. Artinya, keduanya bertukar posisi.

Inspektur upacara sertijab, Panglima Komando Operasi TNI AU, Marsma TNI Edy Suyanto SP mengatakan, tujuan utama penggantian adalah untuk mendayagunakan sumber daya manusia secara optimal dengan menempatkan personil yang tepat.

"Melalaui pergantian jabatan, diharapkan dapat ditumbuhkembangkan suasana yang segar dan membangkitkan kinerja. Tapi yang paling penting adalah kualitas dari pelaksanaan tugas," kata Edy.

Upacara sertijab itu dihadiri perwakilan Pemprov Kalbar, Bupati Kubu Raya Muda Mahendrawan, Wakil Wali Kota Pontianak Paryadi, dan para pejabat militer lainnya.

Tribun Pontianak

Saturday, March 27, 2010

TNI AU Butuh Radar di Kalbar


27 Maret 2010, Kubu Raya -- Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara membutuhkan radar militer di Provinsi Kalimantan Barat. Pasalnya, selama ini belum ada radar militer di Kalimantan Barat yang berbatasan darat dan laut dengan negara Malaysia.

Demikian diungkapkan mantan Komandan Pangkalan TNI AU Supadio Kolonel (Pnb) Yadi Indrayadi, Sabtu (27/3). Yadi menyerahkan jabatan kepada penggantinya, Kolonel (Pnb) Imran Baidirus. Serah terima jabatan dipimpin oleh Panglima Komando Operasi Angkatan Udara I Marsekal Muda TNI Eddy Suyanto.

"Tanpa radar militer, kami tidak bisa mendeteksi pelanggaran pesawat-pesawat asing di wilayah kita," kata Yadi. Namun, dari patroli-patroli yang dilakukan rutin oleh TNI AU di Kalbar, belum pernah didapati pesawat asing yang melintas secara ilegal.

Imran mengatakan, pembangunan radar militer di kawasan Kalimantan Barat sudah menjadi prioritas. "Setidaknya sebelum tahun 2014, radar militer itu sudah ada dan bisa digunakan di Kalbar," kata Imran.

KOMPAS.com

Pasis AAL Arungi Laut Indonesia Timur

KRI Teluk Sangkuriang-542 jenis LST kelas Frosch.

27 Maret 2010, Surabaya -- Sedikitnya 59 perwira siswa (pasis) Akademi Angkatan Laut (AAL) akan mengarungi laut wilayah Indonesia bagian timur selama tiga bulan untuk melaksanakan latihan praktik program "Seaman Officer Application Course".

Pelaksana harian Direktur Pendidikan AAL Kolonel Laut (E) Totok Subali Asmoro di Surabaya, Sabtu, mengatakan, latihan dengan sandi Operasi Trisila Arung Hiu-10 itu melibatkan lima kapal perang.

Kelima kapal perang itu adalah KRI Slamet Riyadi-352, KRI Teluk Banten-516, KRI Sangkuriang-542, KRI Sungai Gerong-906, dan KRI Sutanto-877.

"Latihan ini terbagi dalam dua rute, yakni rute utara dan rute selatan," katanya didampingi Kabag Penerangan AAL, Mayor Laut (Kh) Jamaluddin.

Rute utara berangkat dari Surabaya melintasi Makasar, Palu, Bitung, Ternate, Sorong, Ambon, Tual, Timika, Merauke, Kupang, Maumere, Benoa, dan kembali lagi ke Surabaya.

Sementara rute selatan dari Surabaya akan menyinggahi Maumere, Kupang, Tual, Merauke, Timika, Ambon, Sorong, Biak, Bitung, Tarakan,
Balikpapan, Benoa, dan kembali lagi ke Surabaya.

Para pasis yang menjalankan program itu akan mendapatkan materi keperwirajagaan, kebaharian, navigasi, kesenjataan di KRI, dasar-dasar peperangan, hidro-meteorologi, komunikasi, sistem permesinan pokok dan bantu, sistem elektronika
komunikasi, navigasi dan senjata, administrasi, dan logistik.

Totok berharap, para pasis Korps Pelaut Angkatan XII/2010 itu nantinya mampu
melaksanakan tugas-tugas sebagai asisten perwira divisi, asisten perwira jaga darat, dan asisten perwira jaga laut di kapal, baik pada situasi damai maupun situasi peperangan.

Sementara itu, Gubernur AAL Laksamana Pertama TNI Bambang Suwarto menambahkan, pembekalan latihan praktik di kapal perang telah diberikan di dalam kelas.

Menurut dia, latihan yang akan berakhir pada Mei mendatang itu didukung sedikitnya 200 personel Komando Latihan Armada RI Kawasan Timur (Kolatarmatim).

ANTARA JATIM

USS Independence LCS Kedua

27 Maret 2010 -- USS Independence (LCS 2) kapal perang jenis LCS (Littoral Combat Ship) kedua, mempunyai panjang 419 kaki, bobot 2800 ton, mampu dioperasikan pada perairan dengan kedalaman kurang dari 20 kaki. Kapal menggunakan 4 water jet dengan 2 mesin diesel dan 2 mesin gas turbin. USS Independence dapat dipacu hingga 45 knot dengan jarak jelajah hingga 3500 mil laut. Kapal berpangkalan di San Diego. (Foto: USN/ Mass Communications Specialist 1st Class Tiffini Jones Vanderwyst)

Operasi Penyelamatan Awak Cheonan Dilanjutkan

Bagian bawah kapal perang Cheonan terlihat Sabtu (27/3), setelah korvet tenggelam karena ledakan dibagian buritan Jumat malam (26/3) dimana penyebabnya belum diketahui. (Foto: YONHAP)

27 Maret 2010 -- Presiden Korea Selatan Lee Myung-bak memerintahkan “cepat dan cermat” menginvestigasi penyebab tenggelamnya kapal perang, simpan semua kemungkinan,” ungkap Presiden di kantornya, Sabtu (27/3).

Cheong Wa Dae dari kantor kepresidenan mengatakan sejauh ini tidak ada pergerakan khusus oleh Korea Utara, meskipun pada awalnya media melaporkan Korut disalahkan penyebab insiden tenggelamnya korvet Cheonan, Jumat (26/3) di dekat Kepulauan Baeknyeong, Korsel saat melakukan patroli rutin.

Sebelumnya media melaporkan Cheonan tenggelam karena ditorpedo oleh kapal perang Korut.

Karena beberapa waktu setelah Cheonan meledak dan tenggelam, kapal perang Korsel lainnya melepaskan tembakan selama 10 menit pada suatu sasaran. Setelah diinvestigasi sasaran tersebut hanya sekawanan burung.

Pejabat militer mengatakan kepada kantor berita Korsel Yonhap ledakan melubangi bagian belakang kapal, mesin dimatikan dan segera meninggalkan kapal. Sejumlah awak kapal terjun ke laut.

Sekoci penyelamat yang digunakan awak kapal Cheonan terlihat di tepi pantai Kepulauan Baeknyeong dekat kejadian tenggelamnya kapal, Sabtu (27/3). (Foto: Reuters)

Enam kapal perang dan dua kapal penjaga pantai serta helikopter segera menuju lokasi menyelamatkan korban. Cheonan membawa 104 pelaut dan hanya 58 pelaut yang berhasil diselamatkan sejauh ini. Tiga belas pelaut berada di rumah sakit guna pemulihan luka yang diderita, kondisi mereka tidak mengkhawatirkan.

Kapten kapal Cheonan berhasil selamat tanpa luka, dan segera bergabung dalam operasi penyelamatan. Kondisi Laut Kuning yang tidak dapat diprediksi dikhawatirkan menghambat jalanya operasi penyalamatan.

Para penyelam militer tiba di lokasi tenggelamnya kapal guna mencari 46 pelaut yang hilang.

Insiden ini merupakan yang terburuk dalam sejarah AL Korsel. Pada bulan lalu, AU Korsel kehilangan tiga pilotnya setelah dua jet tempur F-5 bertabrakan di udara dan satu helikopter AD Korsel jatuh di persawahan tidak ada korban tewas dalam insiden ini.

Yonhap/@beritahankam

TNI AL Siapkan Satgas Tempur Laut


27 Maret 2010, Jakarta -- Kepala Staf Komando Armada RI Kawasan Barat (Koarmabar), Laksamana Pertama TNI Hari Bowo mengatakan prajurit TNI AL wilayah Koarmabar telah mempersiapkan satuan tugas (Satgas) dalam operasi tempur laut. Persiapan satgas tempur laut TNI AL ini sebagai perwujudan dari tingginya tanggung jawab, pengabdian dan loyalitas dalam menjaga keutuhan NKRI.

Hal tersebut dikatakan Kepala Staf Koarmabar melalui Kepala Dinas Penerangan Koarmabar, Letkol Supriyono pada acara penutupan Latihan Pratugas Satgas Tempur Laut wilayah Koarmabar di Markas Komando Armabar, Jakarta, Kamis (25/3).

Letkol Supriyono, menjelaskan latihan Satgas tempur laut ini diproyeksikan untuk melaksanakan operasi siaga tempur laut dan Operasi Arung Pari-10 tahun 2010, guna menghadapi berbagai kontinjensi yang mungkin akan timbul. "Pengalaman dan pengetahuan yang diperoleh dalam latihan pratugas ini, dapat menambah bekal untuk diaplikasikan dalam pelaksanaan tugas di lapangan," katanya.

Secara terpisah, Komandan Pangkalan Utama Angkatan Laut (Lantamal) III, Laksma TNI Iskandar Sitompul mengatakan salah satu tugas pokok Lantamal III dalam Pembinaan Potensi Nasional di bidang Maritim, diantaranya melalui kegiatan pelestarian lingkungan hidup (Ekosistem) laut di perairan Kepulauan Seribu dan sekitarnya.

JURNAL NASIONAL

ROKS Cheonan Tenggelam Karena Ledakan di Buritan

ROKS Cheonan-PCC772 tenggelam di Laut Kuning karena ledakan di bagian buritan. Penyebab ledakan masih diselidiki. (Foto: AFP)

27 Maret 2010 -- Kapal Angkatan Laut Korea Selatan tenggelam di dekat perbatasan maritim dengan Korea Utara, Jumat (26/3) setelah terjadi ledakan dibagian buritan kapal, diumumkan pihak AL Korsel. Penyebab ledakan belum dapat diketahui secara pasti.

Korvet ROKS Cheonan membawa 104 awak kapal mulai tenggelam antara pukul 21:00 waktu setempat (09:00 GMT) dan 22:00 dekat Kepulauan Baengyeong di Laut Kuning. Operasi penyelamatan dilakukan oleh kapal AL Korsel serta Penjaga Pantai berhasil menyelamat 58 orang, lainnya dikhawatirkan tewas dalam insiden ini.

Presiden Korsel Lee Myung-Bak memerintahkan berusaha secara maksimal menyelamatkan para awak kapal., disampaikan juru bicara kepresidenan Kim Eun-Hye.

“Menemukan kebenaran (penyebab insiden) hal yang penting, tetapi menyelamatkan para pelaut kita jauh lebih penting,” dikatakan Presiden.

Sementara itu Kepolisian Korsel meningkatkan keamanan di sekitar ibu kota Seoul.

Sumber di pemerintahan mengatakan pada kantor berita Yonhap, para petugas sedang menginvestigasi kemungkinan penyebab ledakan, apakah serangan torpedo Korut, ranjau laut yang disebarkan Korut atau ledakan amunisi pada kapal.

Sumber di militer mengatakan pada Yonhap, Cheonan berlubang di bagian buritan dekat propeler.

Penduduk setempat mendengar sebuah kapal perang AL Korsel melepaskan tembakan selama 10 menit kearah Utara pada pukul 23:00 waktu setempat. Pejabat militer mengkonfirmasikan setelah diidentifikasi sasaran tembak hanya sekawanan burung.

Insiden mematikan melibatkan angkatan laut kedua negara yang berseteru terjadi pada 1999, 2002 dan terakhir November 2009 ketika sebuah kapal patroli AL Korut terbakar terkena tembakan yang menyebabkan tewasnya satu orang di pihak Korut.

Korvet Cheonan

ROKS Cheonan PCC-772 termasuk korvet kelas Pohang dibangun oleh Korea S.E.C, Pusan, mulai bertugas 1989. Kelas Pohang diklasifikasikan sebagai Patrol Combat Corvette. Pohang diambil dari nama sebuah kota di Korsel.

Kapal kelas Pohang dibagi dua tipe; ASUW dan ASW, yang membedakannya meriam dan kemampuan ASW atau SSM.

Cheonan termasuk tipe ASW dipersenjatai 2 pucuk meriam OTO Melara 76 mm, 2 pucuk meriam Breda 40 mm, sonar, 6 torpedo, 12 bom laut tanpa dilengkapi SSM. AL Korsel memiliki 20 kapal tipe ini.

Korvet berbobot 1220 ton, mempunyai panjang 88,3 meter, kecepatan maksimal korvet 32 knot dengan jarak jelajah 4000 mil laut pada kecepatan 15 knot.

Yonhap/BBC/AFP/@beritahankam

Pasukan Elit TNI AL Bebaskan Sandera di Merak


23 Maret 2010, Merak -- Ratusan pasukan Komando Armada RI Kawasan Barat (Armabar) yang terdiri dari Komando Pasukan Katak (Kopaska) Armabar dan pasukan intai amfibi Marinir dari Detasemen Jala Mangkara (Denjaka), Selasa (23/3), menggelar latihan di Pantai Salira, Kelurahan Suralaya, Kecamatan Pulomerak, Kota Cilegon. Latihan perang dimaksudkan untuk menjaga keamanan perairan Selat Sunda dari ancaman aksi teror.

Komandan Pangkalan TNI AL (Danlanal) Banten, Kolonel Laut (P) S Irawan, usai memantau latihan mengatakan, serangkaian latihan digelar hingga 30 Maret. Kata Irawan, latihan yang akan dilakukan diantaranya serangan ke atas kapal, pembebasan sandera baik di bawah air maupun di atas air.

“Ini (latihan-red) untuk mengasah kemampuan prajurit khusus dalam pengamanan perairan Indonesia khusunya wilayah barat,” ujar Mantan Komandan Pasukan Katak ini.

Konsep latihan sendiri, kata Irawan, memadukan kecepatan dan kesigapan para pasukan katak dalam melumpuhkan para penjahat saat beraksi. Serangan yang dilakukan melalui udara dengan para penerjun, dan serangan bawah air.

“Dibawah satu komando, para pasukan diminta melumpuhkan kawanan penjahat tanpa melukai sandera. Maka dari itu, kecepatan penyergapan terhadap sasaran aksi diperlukan,” ujarnya.

Menurut Irawan, Selat Sunda yang merupakan wilayah perlintasan kapal roro Merak-Bakauheni cukup rentan disusupi para penjahat yang beraksi. Yakni, melakukan penyanderaan penumpang untuk tujuan tertentu. Apalagi, lanjutnya, Selat Sunda masuk dalam kawasan Alur Laut Kepulauan Indonesia I (ALKI-I).

“Kita (TNI AL-red) tidak ingin segala bentuk yang mengancam keamanan perairan laut Indonesia terjadi. Maka dari itu perlu kesinergisan di tubuh TNI AL terutama kerjasama antar pasukan khusus angkatan laut,” paparnya.

POS KOTA

Friday, March 26, 2010

IPDN Penuhi 30 Persen Kebutuhan TNI

CN-235MPA milik TNI AU buatan PT. IPTN.

26 Maret 2010, Jakarta -- Banyak kendala untuk membangkitkan industri pertahanan dalam negeri (IPDN) baik dari sisi produsen, pengguna (TNI-Polri) maupun pendanaan.

“Saat ini IPDN baru dapat memenuhi 30-40 persen dari kebutuhan TNI-Polri. Sedangkan sisanya dijual di luar dari TNI dan Polri atau diekspor keluar negeri,” kata Menhan, saat ceramah kepada Siswa Sekolah Staf & Komando Angkatan Udara (Seskoau) Angkatan ke-47/2010, di Seskoau, Bandung.

Juru bicara Kementerian Pertahanan (Kemhan) Brigjen TNI I Wayan Midhio mengatakan salah satu faktor yang jadi kendala karena minimnya pendanaan APBN. “Namun begitu diharapkan pemberdayaan BUMNIP dalam memenuhi kebutuhan Alutsista dapat dilanjutkan,” ujarnya.

15 Tahun Lagi IPDN Penuhi Kebutuhan Senjata TNI-Polri

Industri Pertahanan Dalam Negeri (IPDN) Indonesia belum bisa memenuhi kebutuhan alat utama sistem persenjataan (Alutsista) TNI-Polri dalam waktu dekat. Diperkirakan baru 15 tahun ke depan IPDN bisa memenuhi kebutuhan termasuk kerjasamakan alihteknologi dengan asing.

Dirjen Sarana Pertahanan (Sarhan) Kementerian Pertahanan (Kemhan), Laksda TNI Gunadi, menyatakan saat ini Kemhan mempertemukan antara kebutuhan pemakai yaitu TNI-Polri dengan IPDN yaitu PT PAL dan Krakatau Steel.

“TNI sekarang ini telah membuat master plan kebutuhan Alutsista untuk 15 tahun mendatang, yang disesuaikan dengan kemampuan industri pertahanan dalam negeri,” katanya didampingi Dirjen Renhan Kemhan Marsda TNI Silaen, Aslog Kasad, Mayjen TNI Karsidi, dan Kabiro Humas Kemhan, Brigjen TNI I Wayan Midhio.

Mengenai anggaran, Gunadi mengungkapkan dialokasikan dari Pinjaman Dalam Negeri (PDN), kredit ekspor dan anggaran rutin masing-masing angkatan TNI sampai Rp 400 triliun selama 15 tahun. “Alokasi setiap lima tahun sebesar 3,7 milyar dolar AS atau 740 juta dolar AS/tahun,” jelasnya.

POS KOTA

Tank Generasi Kelima Rusia Siap Dipamerkan

Tank T-90 akan digantikan T-95. (Foto: RIA Novosti)

26 Maret 2010 -- Uralvagonzavod siap menampilkan tank terbaru Rusia T-95 untuk pertama kalinya kepada public pada Russian Expo Arms 2010 pada musim panas tahun ini.

Pengembangan tank generasi kelima diberi nama “Item 195” dimulai oleh biro disain Uralvagonzavod awal 1990-an. Rusia akan menjadi negara pertama di dunia yang mempunyai tank generasi kelima bila angkatan bersenjatanya mengoperasikan T-95.

“Pengerjaan project telah dilakukan beberapa tahun. Bila pemerintah memberikan lampu hijau pada kami, kami akan mempertunjukkan tank tersebut pada pameran senjata di Nizhny Tagil pada musim panas ini,” dikatakan pimpinan Uralvagonzavod Oleg Siyenko pada RIA Novosti pada wawancara eksklusif.

“Saya tidak dapat menyebutkan karakteristik tank tersebut, tetapi saya dapat menjamin pada anda dimana kami telah memenuhi semua persyaratan yang ditetapkan oleh pihak militer,” tambah Siyenko.

Menurut sumber tak resmi, T-95 memiliki daya tembak lebih baik, lincah, elektronik dan proteksi kendaraan terbaru dibandingkan dengan T-90 atau dibandingkan dengan model negara lain.
T-95 berbobot lebih dari 55 ton dengan kecepatan dari 30-50 km/jam hingga 50-65 km/jam. Tank dilengkapi meriam smoothbore 152 mm yang dapat menembakan rudal berkendali dengan jarak 6000-7000 meter.

Tank T-90 dikembangkan pada 1990-an berdasarkan tank T-72B, akan menjadi andalan unit lapis baja hingga 2025, menurut sumber militer Rusia.

Saat ini Rusia memproduksi tank T-90 100 unit pertahun dan angkatan darat berencana mempunyai sedikit 1500 tank.

RIA Novosti/@beritahankam

Wamenhan RI Adakan Kunjungan Kerja ke Jepang


25 Maret 2010, Tokyo, Jepang -- Wakil Menteri Pertahanan Republik Indonesia Letjen TNI Sjafrie Sjamsoeddin mengadakan kunjungan kerja ke Jepang selama tiga hari 23-25 Maret 2010. Maksud dari kunjungan kerja tersebut dalam rangka menghadiri Bilateral Meeting dengan Kementerian Pertahanan Jepang.

Pertemuan Bilateral Meeting yang dilaksanakan pada hari kamis (25/3) pukul 09.30 waktu setempat tersebut, Wamenhan Letjen TNI Sjafrie Sjamsoeddien mengadakan pembicaraan langsung dengan Wamenhan Jepang Mr. Kimito Kanae. Turut mendampingi Wamenhan dalam acara Bilateral Meeting, Dirjakstra Ditjen Strahan Kemhan Brigjen TNI Puguh Santoso dan Atase Pertahanan RI di Jepang Kolonel Laut (S) Diki Atriana.

Dalam pertemuan tersebut Wamenhan menyampaikan bahwa Hubungan bilateral RI-Jepang di bidang pertahanan semakin berkembang dan terus menguat melalui kegiatan saling mengunjungi antara para pejabat pertahanan kedua negara, dan partisipasi dalam berbagai forum pertemuan, konferensi baik secara bilateral maupun multilateral, serta kerjasama pendidikan dan kerjasama teknis lainnya.

Oleh karena itu lanjut Wamenhan, Indonesia memandang negara Jepang sebagai kekuatan ekonomi yang memiliki dampak strategis bagi negara lain, termasuk bagi Indonesia. Dimikian halnya Jepang memandang Indonesia merupakan negara yang memiliki pengaruh bagi stabilitas regional, terutama keamanan maritim sebagai penentu kelancaran kegiatan ekonomi bagi negara-negara pengguna lalu lintas laut. Sedangkan dibidang pertahanan dan keamanan banyak kemajuan kerjasama telah dicapai.

Hasil capaian ini perlu terus dikembangkan dan terus ditingkatkan. Adapun bidang-bidang yang dimaksud antara lain Kerjasama pendidikan yang selama ini dilakukan antara lain, pengiriman personil ke NDA (National Defence Academy) Jepang, Indonesia telah mengirimkan lulusan SMU Taruna Nusantara untuk menjadi Taruna NDA Jepang dalam rangka pendidikan S-1 bidang science dengan beasiswa bantuan pemerintah Jepang. Secara berkala/tiap tahun pemerintah Jepang juga memberi beasiswa satu seat untuk program S-2. Saat ini 13 orang (Pa TNI + mantan siswa SMA Taruna Nusantara) sedang mengikuti pendidikan di NDA untuk S1 dan S2.

Sedangkan Perwira siswa Jepang, mulai 1973 s.d 2008, telah mengirimkan Perwira untuk mengikuti pendidikan di Indonesia sebanyak 5 orang (Sesko Angkatan). Selama ini Jepang juga menjadikan Indonesia sebagai tujuan kunjungan dari Lemdik AB Jepang terutama pada level Sesko gabungan/Lemhannas (National Institute Defence Studies). Kemhan perlu terus mendorong agar Jepang di masa yang akan datang juga dapat menjajaki kemungkinan mengirimkan personil untuk mengikuti pendidikan baik di Lemhannas maupun pendidikan militer lainnya di Indonesia.

Dalam bidang Kerjasama Bidang Keamanan Maritim, Jepang sebagai negara pengguna jalur laut Selat Malaka selain Amerika Serikat dan China. Sekitar 50.000 kapal per tahun atau 600 kapal per hari yang membawa sekitar 30% hasil dagang dunia, termasuk 80% pasokan minyak ke Jepang, melewati Selat Malaka. Indonesia menyadari dan memiliki komitmen tinggi dalam mengamankan kepentingan negara-negara pengguna Selat Malaka. Namun Indonesia juga menyadari adanya keterbatasan terutama dalam teknologi yang dibutuhkan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini, tidak terlalu berlebihan jika Jepang perlu didorong untuk terus meningkatkan partisipasinya terutama dalam meningkatkan kapasitas pengamanan sebagaimana mekanisme yang disepakati oleh littoral states (Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Thailand). Hal-hal yang dapat dilakukan Jepang, seperti misalnya bantuan teknologi surveilance, alat komunikasi kepada Indonesia guna memudahkan pemantauan dan pengawasan keamanan di sekitar Selat Malaka dari kegiatan perompak, terorisme dan pengacau keamanan lainnya.

Pada sesi yang lain Wamenhan beserta Staf dan Para Wakil Menhan Negara Asean beserta Sekjen Asean mengadakan pertemuan Multilateral membahas rencana latihan internasional penanggulangan Bencana Alam dalam rangka ARF Disaster Relief exercise (DiRex 2011). Dalam pertemuan tersebut akan disepakati bahwa untuk latihan ARF Direx akan dilaksankan di Menado, Sulut dimana Indonesia dan Jepang akan bertindak sebagai Co-host, sedangkan Negara Anggota ARF lainnya bertindak sebagai Co-Sponsor. Adapun pertimbangan memilih Menado sebagai tempat latihan karena Menado merupakan salah satu area Ring Of Fire di Indonesia.

Sedangkan dalam hal kerjasama penanggulangan bencana (Disaster Relief), mengingat kondisi geografis Indonesia dan Jepang memiliki nasib yang sama dalam hal kerawanan bencana. Indonesia dan Jepang memiliki kesamaan cara pandang, bahwa penanganan bencana alam penting untuk disikapi dengan serius, bukan hanya untuk kepentingan nasional masing-masing, tetapi juga alasan kemanusiaan. Menyikapi hal tersebut disadari bahwa permasalahan bencana tidak bisa diselesaikan oleh dirinya sendiri dan pasti perlu bantuan negara lain. Dalam hal ini Indonesia memandang Jepang, lebih berpengalaman dan lebih siap terutama dalam kemajuan teknologi serta kepelatihan masyarakatnya untuk menghadapi bencana alam. Oleh sebab itu, sekali lagi tidak berlebihan jika sekiranya Jepang perlu membagi pengalaman yang diwujudkan dalam bentuk kerjasama antara lain, Penelitian bersama dalam bidang pencegahan dan penanganan bencana alam yang difokuskan pada peran militer dan pemanfaatan aset-aset militer pada semua tahap penanganan bencana alam. Kemudian Meningkatkan latihan bersama yang melibatkan unsur-unsur militer beserta perlengkapannya dalam bentuk table top exercise (simulasi) maupun geladi lapangan.

Selain itu pula sebagai negara yang lebih maju secara teknologi dan lebih mampu secara finansial, Jepang diharapkan dapat berpartisipasi melalui mekanisme bantuan terhadap BNPB, baik bantuan teknis untuk meningkatkan kapasitas (capacity building) atau melengkapi peralatan yang belum dimiliki.
Disamping berbagai pertemuan yang dilaksanakan Wamenhan, delegasi juga mengikuti Seminar Internasional Building An Asian Pacific Architecture for Security Coorperation yang di hadiri oleh para Stake Holder lainnya.

DMC

Pembelian Mistral Oleh Rusia Terancam Gagal


26 Maret 2010 -- Pembelian kapal pengangkut helikopter kelas Mistral buatan DCNS Perancis oleh Rusia mengalami hambatan serius. Rusia hanya akan membeli kapal kelas Mistral dalam keadaan berikut persenjataan secara utuh. Sedangkan Perancis tidak akan mempersenjatai kapal tersebut.

“Pemimpin Rusia dan Kementrian Pertahanan jelas posisinya dalam isu ini, keputusan akhir dibuat untuk Mistral, kami akan membeli kapal ini hanya dalam keadaan peralatan lengkap - dengan seluruh kontrol dan navigasi serta persenjataan,” dikatakan Jenderal Nikolai Makarov pada koran mingguan milik pemerintah Rossiiskaya Gazeta Nedelya.

“Hanya ada pekecualian pada helikopter. Helikopter akan gunakan produksi dalam negeri.

Selain itu dibuat sesuai dengan standar mereka secara utuh,” ungkap Makarov.

Kementrian Pertahanan Perancis mengumumkan Kamis (25/3) perundingan Mistral dapat terhenti, kapal kelas Mistral akan dikirimkan tanpa persenjataan.

Presiden Perancis Nicolas Sarkozy saat jumpa press, Senin (1/3) dengan timbalannya Presiden Rusia Dmitry Medvedev mengatakan Mistral merupakan kapal pengangkut helikopter kami akan buat untuk Rusia tanpa peralatan militer.

Sebelumnya diberitakan, Rusia melakukan negosiasi dengan Perancis guna membeli kapal pengangkut helikopter kelas Mistral senilai 400-500 juta euro (sekitar 540-675 juta dolar). Rusia dapat menggunakan teknologi Perancis kemudian untuk membangun tiga kapal yang lain di galangan kapal dalam negeri dengan bekerja sama dengan perusahaan pembuat kapal Perancis DCNS.

Kapal kelas Mistral mampu membawa dan mengoperasikan 16 helikopter, 4 bargas pendarat, 70 kendaraan lapis baja termasuk 13 tank dan 450 personil.

Rencana pembelian ini menimbulkan kekhawatiran negara-negara bekas Uni Sovyet di kawasan Baltik.

RIA Novosti/@beritahankam

Malaysia Beli 4 CN-235MPA Guna Memperluas Wilayah Operasi

CN-235 MPA. (Foto: ANTARA)

26 Maret 2010 -- Malaysia berencana menandatangani “Letter of Intent” dengan PT. Dirgantara Indonesia di Pameran Pertahanan di Kuala Lumpur pada akhir April.

Malaysia akan membeli empat pesawat patroli maritim CN-235 MPA.

Saat ini Malaysia menggunakan empat pesawat jenis Beechcraft Super King yang diterima 1994 untuk patroli maritim. Satu pesawat telah diupgrade dengan radar buatan Thales sedangkan pesawat kedua dalam tahap pengerjaan.

TUDM menginginkan CN-235 MPA guna memperluas wilayah operasi dan meningkatkan peralatan yang dibawa. TUDM telah mengoperasikan CN-235 sebagai pesawat angkut.

Malaysia telah mempertimbangkan jenis pesawat yang lain, seperti mengubah pesawat Fokker 50 yang tidak digunakan lagi oleh Malaysia Airlines menjadi pesawat patroli maritim. Perubahan ini akan dilakukan oleh perusahaan dalam negeri Airod.

Malaysia sedang melakukan negosiasi dengan PT. PINDAD (Persero) guna membeli sejumlah panser Anoa untuk melengkapi brigade mekanis yang akan dibentuk. Malaysia menginginkan mesin yang digunakan sekarang buatan Renault Perancis digantikan Mercedes Jerman.

FlightGlobal/@beritahankam

The Dragon Runner, Tentara Robot Penjinak Bom


25 Maret 2010 -- Teknologi robot semakin lazim digunakan dalam kehidupan manusia. Tak hanya dimanfaatkan di dunia industri, maupun rumah tangga, robot pun kini makin disiapkan untuk dipasang di garis depan medan pertempuran.

The Dragon Runner, menjadi salah satu robot andalan yang bakal digunakan oleh Kementerian Pertahanan Inggris. The Dragon Runner, seperti dilansir dailymail.co.uk, Kamis (18/3), merupakan robot yang dirancang khusus untuk membantu tentara menemukan sekaligus menjinakkan bom.

Ukurannya yang ringkas, yaitu 12,2”x16,6”x6” atau 9×8x3 inci, membuat robot ini bisa dibawa dengan mudah oleh seorang tentara, sepertinya halnya menggendong tas punggung.
Bobotnya setara dengan berat tujuh kantong gula dan mampu melaju dengan kecepatan hingga 5Mph. Kemampuannya menemukan dan menjinakkan bom pun sudah diuji sendiri oleh Royal Logistics Corps. Segala pergerakan The Dragon Runner ini, dikendalikan oleh operator melalui remote control, dengan teknologi intuitif.

Teknologi inilah yang membuat si robot mampu menaiki tangga dan bahkan membuka pintu. Selain itu, The Dragon Runner juga dilengkapi empat kamera on board, yang gambarnya dikirim kembali ke operator. Setiap gambar yang terekam dapat dilihat langsung pada layar secara terpisah atau keempatnya sekaligus dalam layar.

Robot ini juga dilengkapi dengan sebuah lengan manipulator yang dapat menggali di sekitar benda-benda yang mencurigakan atau pun memungut barang kecil yang mencurigakan.

Robot ini, seperti ditulis zonaindo.com, rencananya digunakan secara massal oleh sejumlah resimen penjinak bom di Inggris. Termasuk Bomb Disposal Squadron RAF, yang akan bertugas di Provinsi Helmand pada bulan Maret ini.

SOLO POS

Thursday, March 25, 2010

AD Perancis Terima UAV Ketiga


25 Maret 2010 -- Angkatan Darat Perancis menerima pesawat taktis nirawak generasi baru (STDI) terakhir dari tiga yang dipesan oleh Directorate General of Armaments dari perusahaan Sagem pada Agustus 2009.

STDI terakhir mempunyai sayap lebih ringan dan sanggup beroperasi pada ketinggian dan temperature tinggi.

Pesawat tidak memerlukan landasan untuk lepas landas dan mendarat. Dilengkapi dengan optik dan kamera infra merah guna mengumpulkan gambar secara langsung dan informasi pada siang maupun malam.

Pesawat berbobot 350 kg ditempatkan pada Resimen Artileri ke-61 sejak 2004 untuk mengumpulkan data intelijen, perlindungan pasukan dan misi penentuan sasaran.

STDI digunakan AD Perancis di Afghanistan sejak Oktober 2008.

Brahmand/@beritahankam

TNI Pertimbangkan Tuntut Allan


25 Maret 2010, Jakarta -- TNI mempertimbangkan untuk menuntut wartawan Amerika Serikat (AS) Allan Nairn, yang telah mencoreng citra institusi militer Indonesia, melalui pernyataanya bahwa Komando Pasukan Khusus TNI Angkatan Darat terlibat pembunuhan politik di Aceh pada Pemilu 2009.

"Kami telah berkoordinasi dengan pihak terkait seperti Kementerian Luar Negeri bahkan juru bicara presiden bidang luar negeri, tentang kemungkinan tuntutan atau somasi terhadap Allan," kata juru bicara TNI Marsekal Muda TNI Sagom Tamboen di Jakarta, Kamis.

Kepada ANTARA ia menekan, pernyataan Nairn dalam blognya tertanggal 21 Maret 2010 tersebut tidak saja mencoreng nama baik Kopassus tetapi juga TNI dan bangsa Indonesia.

Sagom menegaskan, pernyataan Nairn yang berjudul "Breaking News: Indonesian Army, Kopassus, Implicated in New Assassinations. Forces Chosen by Obama for Renewed US Aid Ran `09 Activist Murders", itu sama sekali tidak berdasar dan fitnah terhadap institusi militer RI.

"Jadi, sambil memberikan data dan fakta secara resmi TNI tengah mempertimbangkan untuk menuntut atau mengajukan somasi terhadap Nairn atas pernyataan yang tidak berdasar data dan fakta tersebut," katanya.

Sagom menegaskan, pernyataan Nairn tersebut diyakini tidak akan berpengaruh terhadap hubungan RI dan AS khususnya di bidang kerja sama militer dan pertahanan.

"Mereka kan punya perwakilan militer di sini , yang dapat memantau langsung apa saja yang telah dilakukan TNI khususnya Kopassus dalam mereformasi dirinya. Jadi, mereka (AS) telah menerima juga laporan tentang TNI dan Kopassus langsung dari tangan pertama perwakilan mereka di Indonesia," tuturnya.

ANTARA News

Bakosurtanal Operasionalkan KM Tanjung Perak

Kapal Survei KM Tanjung Perak. (Foto: detikFoto/Hery Winarno)

23 Maret 2010, Jakarta -- Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal) mengoperasikan kapal survei jenis Katamaran Tanjung Perak. Peresmian peluncuran dilaksanakan Kamis (25/3) dan dihadiri Menteri Negara Riset dan Teknologi Suharna Surapranata.

Kepala Bakosurtanal RW Matindas mengatakan pengoperasian kapal Tanjung Perak beserta peralalatannya untuk survei kelautan direncanakan pada April mendatang. ”Kapal ini difungsikan guna mempercepat dan meningkatkan kualitas pengadaan data hidrografi terutama data batimetri,” ujarnya, seperti dikutip dalam siaran pers Rabu (23/3)

Seperti diketahui, luas laut Indonesia meliputi 6.279 juta km persegi, terdiri dari laut Nusantara seluas 3.09 juta km2 dan luas laut ZEE (Zona Ekonomik Eksclusif) seluas 2.9 juta km2. “Penataan ruang wilayah pantai dan laut harus mendapat dukungan pengadaan data batimetri atau hidrografi yang sesuai standard IHO dalam pengadaan peta-peta navigasi laut untuk keamanan pelayaran nasional,” ujar Matindas.

Sementara itu, menurut Agus Santoso, Kepala Pusat Pemetaan Kelautan dan Kedirgantaraan Bakosurtanal membangun kapal survey higrografi yang cocok untuk wilayah pesisir dan pantai hingga kedalaman 300 m.

Kapal jenis katamaran dengan bahan fiberglass ini, lanjut Agus, cocok untuk wilayah laut yang dekat pantai dengan ketingggian draft sekitar 1 -1.5 meter dengan ukuran tidak besar dengan panjang 22.2 meter dan lebar 7.5 meter . “ Kapal survey ini bertenaga mesin 300 pk sebanyak dua buah di kiri dan kanan dari kaki katamarannya serta dilengkapi navigasi berupa peralatan GPS,radio komunikasi, radar dan peta,” ujarnya.



Rancang bangun dan konstruksi kapal ini dikerjakan Bakosurtanal dan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya serta perusahaan nasional PT Maruline Maju Utama di Pantai Kenjeran Surabaya.

Kapal ini dilengkapi dengan peralatan survey hidrografi atau batimetri multibeam dengan kapasitas untuk kedalaman sampai 60 meter. “Pada tahun 2010 ini direncanakan untuk meningkatkan peralatan survei hidrografnya menjadi sampai kedalaman 300 meter,” ujarnya.

Kapal ini juga dilengkapi peralatan pengolah data komputer berikut system jejaring lokal dan intarnet. “Idealnya, 6 atau lebih kapal survey jenis ini untuk meliput seluruh wilayah pantai Indonesia yang panjangnya lebih dari 100 kilometer dan mengenai penempatannya sesuai rencana Kementerian Riset dan Teknologi dalam membangun pelabuhan-pelabuhan riset kelautan di Indonesia, seperti di Bungus di Indonesia bagian barat dan Ambon untuk Indonesia bagian Timur,” ujar Agus.

Sementara, untuk pengumpulan data batimetri di laut yang lebih dalam, lanjut Agus, Bakosurtanal akan tetap memanfaatkan kapal-kapal riset Baruna Jaya II , III dan VIII milik Kementerian Riset dan Teknologi serta kapal Geomarine III milik Kementerian ESDM yang mempunyai daya jelajah jauh lebih luas dan peralatan echosounder multibeam berkemampuan lebih tinggi.

Technology Indonesia

Peran IPTEK Dalam Membangun Kemandirian Industri Pertahanan


24 Maret 2010 -- Indonesia sebagai negara kepulauan yang berbatasan dengan banyak negara sangat rentan terhadap gangguan yang dapat mengancam kedaulatan NKRI. Oleh karena itu didalam mempertahankan kedaulatan dibutuhkan akan alat utama sistem pertahanan (alutsista) yang baik mutlak adanya. Pemenuhan kebutuhan yang sampai saat ini 90% dari kebutuhan alutsista Indonesia masih bergantung kepada produk luar negeri. Akan tetapi ketergantungan akan alutsista buatan luar negeri sangat rentan terhadap berbagai kepentingan asing seperi emabargo yang pernah dilakukan oleh Negara Amerika.

Untuk mengurangi resiko tersebut saat ini pemerintah Indonesia sedang menggalakkan penggunaan alutsista produksi dalam negeri dan juga mendorong industri dalam negeri untuk pemenuhan kebutuhan alutsista. Keinginan tersebut seperti yang telah disampaikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang menyatakan dengan tegas bahwa penggunaan alutsista buatan luar negeri haram hukumnya apabila alutsista tersebut dapat diproduksi di Indonesia.

Tidak dapat dipungkiri bahwa terkadang biaya yang dikeluarkan untuk membeli alutsista dalam negeri lebih mahal. Namun demikian, hal tersebut perlu didukung karena akan membawa dampak positif untuk jangka panjang yaitu kemandirian alutsista dan pengembangan industri alutsista dalam negeri, Nilai kemahalan tersebut akan terbayar setelah industri tersebut mencapai kemampuan didalam penguasaan teknologi yang dibutuhkan.

Suharna Surapranata, Menteri Riset dan Teknologi, yang hadir pada Kuliah Kerja Sesko AU Angkatan 47 di Lembang, Selasa 23 Maret 2010. menyampaikan paparannya yang berjudul ‘Manajemen Pertahanan Negara dalam Pemberdayaan BUMNIS dan Badan Usaha Lainnya Guna Kemandirian Pemenuhan Alutsista TNI AU’.

Didalam paparannya dijelaskan kemandirian alutsista telah dituangkan dalam draft Perpres revitalisasi industry pertahanan dan juga draft mengenai pembentukan Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP). Pelaku utama dari revitalisasi dan kemandirian alutsista ini adalah Kementerian Pertahanan, Kementerian BUMN dan Kementerian Riset dan Teknologi.

Peran KRT dalam upaya revitalisasi ini adalah meningkatkan dan mendorong penguasaan Iptek terkait dengan peralatan yang dibutuhkan oleh TNI dan Polri. Peran ini tidak lepas dari RPJMN 2010 -2014 dan agenda riset nasional yang salah satunya mengenai teknologi pertahanan dan keamanan, ujar Suharna.Lebih lanjut Suharna menjelaskan bahwa pemerintah dengan KRT sebagai salah satu unsurnya telah menyiapkan road map, strategi dan target kemandirian industry hankam 2025.

Dalam road map tersebut, ditargetkan dalam periode 2010-2014, pembelanjaan alutsista dalam negeri mencapai 20%, untuk lima tahun berikutnya menjadi 40% dan pada periode 2020-2024 diharapkan pembelanjaan mencapai lebih dari 65% dan melakukan ekspor. Target ini dapat dicapai jika ada sinergi litbang di LPNK, litbang TNI, dan BUMN industry strategis, seperti Pindad, LEN dan PT. Dirgantara Indonesia.

Sejak tahun 2008, Kementerian Pertahanan sudah melakukan kerjasama dengan Kementerian BUMN untuk pembelian panser dari Pindad bagi kebutuhan TNI. Panser tersebut yang merupakan hasil pengembangan Riset LPNK dibawah koordinasi Ristek. Diharapkan kerjasama-kerjasama seperti ini semakin mendekatkan Indonesia pada pembangunan industry pertahanan yang lebih maju serta kemandirian alutsista dani tentunya merupakan langkah yang patut diberi penghargaan.

Acara yang dihadiri oleh pimpinan Sesko AU, 112 perwira siswa dari berbagai unit kerja TNI AU, 8 perwira siswa tamu dari luar negeri diantaranya dari Amerika Serikat, Australia, Korea dan China, serta pengajar dan staf Sesko AU. Diakhir acara dilakukan pemberian cendera mata kepada Suharna Surapranata dari pihak Sesko AU dan peserta Pendidikan Sesko AU Angkatan 47.

Humasristek

KRI Dewaruci Tiba di Sabang


23 Maret 2010, Sabang -- Kapal Perang Latih TNI Angkatan Laut KRI Dewaruci yang melaksanakan muhibah keliling Eropa dalam rangka operasi Pelayaran KJK luar negeri hari ini, Selasa (23/3) tiba di Dermaga Pangakalan TNI Angkatan Laut (Lanal) Sabang.

Kedatangan KRI Dewaruci disambut Komandan KRI Patimura-371 serta seluruh perwira staf Lanal Sabang. Komandan Lanal Sabang Kolonel Laut (E) Yanuar Hanwiono berhalangan hadir karena ada tugas ke Aceh. KRI Dewaruci yang dikomandani Letkol Laut (P) Suharto dengan 88 ABK nya dan membawa 88 Kadet AAL akan berlayar selama 9 bulan PP dengan menempuh jarak 24.676 mil laut (45.650 km) dan akan menyinggahi 25 negara di Eropa.

Dalam pelayarannya keliling Eropa tersebut rute yang dilewati: Surabaya-Jakarta-Sabang-Cochin (India)-Salalah (Oman)-Jeddah (Arab Saudi)-Portsaid (Mesir)-Volos (Yunani)-Varna (Bulgaria)-Istambul (Turki)-Lavrion (Yunani)-Tunisia-Algiers (Aljazair)-Malaga (Spanyol)-Cherbourg (Perancis)-Antwerp (Belgia)-Aalborg (Denmark)-Kristiansand (Norwegia)-Hartlepool (Inggris)-Brest (Perancis)-Amsterdam (Belanda)-Brernerhaven (Jerman)-Cadiz (Spanyol)-Cagliari (Italia)-Alexandria (Mesir)-Jeddah (Arab Saudi)-Aden (Yaman)-Mumbay (India)-Colombo (Sri Langka)-Belawan-Jakarta- dan kembali ke Koarmatim, Surabaya.

Total hampir 9 bulan mereka akan meninggalkan keluarga. Selama melaksanakan pelayaran muhibah ke Eropa, beberapa kegiatan kejuaraan lomba layar bergengsi tingkat internasional yang pernah berkali-kali diraih juga akan diikuti sekaligus dipertahankan KRI Dewaruci diantaranya, pada tanggal 12 Mei – 4 Juni mengikuti The Historical Seas Tall Ships Regatta 2010 dengan route: Yunani-Bulgaria-Istambul (Turki).

Pada tanggal 13 Juli-7 Agustus 2010 mengikuti The Tall Ships Race 2010 dengan route: Antwerp (Belgia)-Aalborg (Denmark)-Kristiansand (Norwegia)-Hartlepool (Inggris). Pada tanggal 20-23 Agustus mengikuti festival Sail Amsterdam di Belanda. Pada tanggal 25 – 29 Agustus 2010 mengikuti Sail Brernerhaven 2010 di Jerman. Kemudian pada tanggal 8 – 13 September 2010 mengikuti Festival International Mediferraneo And Velieri di Cagliari (Italia). Direncanakan KRI Dewaruci akan tolak dari Sabang menuju India, hari Jumat (26/3) lusa depan.

Penarmatim

Keppres KKIP Belum Terselesaikan Juga


25 Maret 2010, Jakarta -- Bola penyelesaian keputusan presiden terkait pembentukan Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP) ada di tangan sekretariat negara. Meski termasuk program prioritas pemerintah seratus hari, realisasinya hingga kini tak berwujud.

"Bolanya bukan di kita, di setneg. Itu masuk program seratus hari mestinya sudah selesai," kata Dirjen Sarana Pertahanan Laksda Gunadi kepada Media Indonesia, Rabu (24/3).

Tugas penyusunan dan pengkoordinasian dengan departemen terkait sudah selesai dilaksanakan. Saat itu, Menhan Purnomo Yusgiantoro menyatakan bahwa Mensesneg menjanjikan penyelesaian Keppres maksimal pada dua minggu. Hingga sekarang, janji itu belum direalisasikan.

"Kita tempatkan orang disana untuk memonitor itu. Kita tidak bisa memaksakan. Tapi, revitalisasi jalan terus," tegasnya.

Sebelumnya, anggota DPR Komisi I Enggartiasto Lukita menyatakan bahwa keberadaan KKIP menegaskan arah revitalisasi BUMNIP. DPR juga akan mudah untuk mengontrol niat pemerintah dalam memajukan industri pertahanan. Apalagi, anggaran untuk pengadaan alutsista cukup besar dan membutuhkan transparansi sebagai pertanggungjawaban.

MEDIA INDONESIA

Exocet Upgrade Sukses Diuji Coba AL Perancis

Exocet MM40 Block 3. (Foto: defense-update)

25 Maret 2010 -- Angkatan Laut Perancis sukses uji coba penembakan rudal anti kapal permukaan Exocet MM40 Block 3 pertama, diumumkan AL Perancis.

Rudal ditembakan dari frigate kelas Horizon Chevalier Paul-D651 dari Isle of Levant, Kamis (18/3).

Frigate pertahanan udara kelas Horizon Chevalier Paul-D651 diserahkan ke AL Perancis 21 Desember 2009, digunakan menembakan rudal Exocet hasil upgrade. (Foto: meretmarine)

AL Perancis baru saja menerima Exocet MM40 Block 3 dari Directorate General of Armaments (DGA).

DGA menunjuk MBDA guna mengupgrade Exocet 45 Block II menjadi Excocet MM40 Block 3 pada Desember 2008.

Jarak jelajah Exocet Block 3 meningkat menjadi 180 km serta mampu menghantam kapal permukaan di laut lepas dan baterai pertahanan pantai.

AL Perancis dijadwalkan menerima rudal upgrade antara Desember 2010 dan 2013.

Prinsip operasi rudal Exocet tembak dan lupakan dengan jarak jelajah 70 hingga 180 km, terbang pada kecepatan 315 m/det, membawa hulu ledak seberat 165 kg.

Rudal dapat ditembakan dari kapal permukaan, kapal selam, helikopter dan pesawat sayap tetap.

SIPRI melaporkan pemerintah Indonesia membeli 30 rudal Exocet MM-40 guna mempersenjatai korvet SIGMA.

Brahmand/@beritahankam

Cara Repot Membeli Senjata


22 Maret 2010 -- Pesan yang disampaikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam rapat koordinasi produsen dan pengguna alat utama sistem senjata (alutsista) pada Selasa dua pekan itu terkesan biasa saja. Melalui Wakil Menteri Pertahanan Letnan Jenderal TNI Sjafrie Sjamsoeddin saat membuka rapat rutin tiga bulanan itu, Presiden menyatakan, "Agar Rancangan Undang-Undang tentang Revitalisasi Industri Strategis Pertahanan dan Keamanan Nasional segera diserahkan kepada Badan Legislasi Nasional."

Hadir di gedung Direktorat Jenderal Sarana Pertahanan Kementerian Perindustrian itu wakil dari Kementerian Pertahanan, Kementerian Keuangan dan Bappenas, TNI, Polri, PT Pindad, PT PAL Indonesia, PT Dirgantara Indonesia, PT LEN Industri, dan sejumlah industri pertahanan dalam negeri lain.

Ide memberdayakan industri pertahanan nasional mula-mula muncul dalam rapat di Kementerian Pertahanan pada Februari 2005. Yudhoyono, yang belum sampai enam bulan dilantik menjadi presiden, turut hadir. Konteks rapat saat itu adalah embargo senjata Amerika Serikat sejak 1999 yang tidak saja menyulitkan TNI membeli senjata baru, tapi juga membuat persenjataan lama, terutama asal AS-seperti pesawat tempur F-16-tak bisa diservis. Gagasannya sederhana saja, dengan industri nasional yang kuat, jika nanti ada embargo lagi, TNI tidak perlu repot.

Setelah rapat itu, perusahaan pertahanan nasional mulai mendapat lebih banyak order dari Kementerian Pertahanan. PT Pindad, misalnya, dipercaya memasok 150 panser APC "Anoa" 6x6. Hingga Januari lalu mereka sudah menyelesaikan 93 dari 150 buah panser yang dipesan TNI pada 2008. PT Dirgantara, pada 2009, dipesan untuk membuat helikopter Super Puma, Combat SAR Cougar, dan pesawat CN-235. Adapun PT PAL, selain membuat kapal angkut taktis (landing platform dock), tahun ini akan membuat dua korvet Sigma senilai US$ 530 juta untuk TNI Angkatan Laut.

Presiden Yudhoyono tampaknya ingin mendorong revitalisasi industri pertahanan nasional lewat undang-undang. Dalam Instruksi Presiden Nomor 1 pada Februari lalu, masalah RUU ini masuk Prioritas Pembangunan Nasional 2010 yang ingin dipercepat.

Penguatan industri pertahanan dalam negeri bukan satu-satunya langkah strategis pemerintah. Sejak diembargo AS, pemerintah juga mulai melakukan "diversifikasi" alias mencari pemasok baru bagi persenjataan yang tak bisa dibuat di dalam negeri. "Pengalaman (buruk) dengan AS membuat pemerintah tidak mau bergantung hanya pada satu negara," kata pengamat militer Universitas Indonesia, Andi Widjajanto.

Berbeda dengan pengalihan sejumlah pembelian senjata ke dalam negeri yang berlangsung relatif lancar, diversifikasi pemasok dari luar memunculkan persoalan mencari kredit ekspor. Ini tidak mudah: semua pemberi kredit ternyata terikat perjanjian dengan perusahaan. Akibatnya, pemerintah tidak leluasa menentukan pilihan dalam membeli. "Ini mirip kredit pembelian rumah," kata Andi. "Kalau mau Bank A, ya rumahnya harus di developer tertentu." Dengan AS, pemerintah tak mendapat persoalan ini karena produsen menyediakan fasilitas kredit foreign military financing.

Sudah begitu, di Eropa bank yang mau menyalurkan kredit ekspor untuk pembelian senjata jumlahnya terbatas. Soalnya kebanyakan negara Eropa tergabung dalam Forum Kerja Sama untuk Ekonomi dan Pembangunan (EOCD), yang tegas mengatur bahwa kredit ekspor cuma boleh diberikan untuk proyek produksi seperti pembangkit listrik dan jalan tol. Prosedur pengurusan yang panjang-bisa belasan tahap dari lelang di Markas Besar TNI hingga persetujuan kredit dari Menteri Keuangan dan Bank Indonesia-membuat waktu pembelian senjata jadi tak sesuai dengan jadwal.

Dalam kunjungan ke kantor Tempo bulan lalu, Sjafrie Sjamsoeddin mengeluhkan proses pembelian yang, menurut dia, bisa mencapai tiga tahun ini. "Pada periode lalu anggaran banyak yang tidak terserap," kata Sjafrie.

Proses pengadaan persenjataan dengan kredit ekspor memang berliku. Setelah Kementerian Pertahanan mendapat alokasi dana dari Bappenas, setiap angkatan diminta membuat spesifikasi teknis barang yang ingin dibeli. "Misalnya Angkatan Laut ingin membeli kapal selam, ya silakan diperinci yang seperti apa. Ini nanti diserahkan ke Markas Besar TNI," kata Direktur Jenderal Sarana Pertahanan Kementerian Pertahanan Laksamana Muda TNI Gunadi.

Markas Besar nantinya akan memverifikasi apakah barang yang diajukan itu cocok dengan kebutuhan operasi. Setelah itu, mereka melakukan lelang untuk memilih calon pemasok. Penawaran yang sesuai-baik dalam hal spesifikasi maupun harga-disalurkan ke Kementerian Pertahanan untuk dipilih. Putusan Kementerian Pertahanan diambil dalam rapat tim evaluasi pengadaan yang dipimpin Sekretaris Jenderal Kementerian Pertahanan, Wakil Kepala Staf Umum TNI, dan para direktur jenderal di lingkungan Kementerian Pertahanan.

Itu baru proses di satu departemen. Setelah itu, program pembelian juga harus mendapat persetujuan Menteri Keuangan dan DPR. Pada periode lalu Kementerian Pertahanan sering menunggu hingga enam bulan untuk persetujuan dari wakil rakyat. "Tapi sekarang, setelah kita intensifkan koordinasinya, lebih cepat," kata Gunadi.

Yang juga membutuhkan waktu adalah mencari kredit ekspor yang pas agar bisa disetujui Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia. Untuk yang ini, menurut Andreas Pareira, politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan anggota Komisi I DPR periode lalu, Dewan telah mengusulkan agar pemerintah membentuk konsorsium pendanaan oleh bank dalam negeri. "Selain bisa mempercepat proses kredit, langkah itu menghemat devisa," katanya.

Sayang, sampai kini belum ada tanda bahwa konsorsium bakal terbentuk. Padahal waktu pengadaan yang panjang banyak mudaratnya. Yang paling jelek, anggaran tahunan akan hangus. Inilah yang terjadi pada periode 2004-2009. Kredit ekspor US$ 3,7 miliar untuk pembelian senjata yang telah disetujui Bappenas dikucurkan secara bertahap dalam lima tahun. Nyatanya rata-rata penyerapan tahunan tak sampai 30 persen.

Keterlambatan juga sering menyebabkan teknologi senjata yang dibeli jadi ketinggalan zaman ketika sampai ke tangan TNI. Proses pembelian peluru kendali jarak menengah QW3 dari Cina, misalnya, makan waktu empat tahun. "Begitu sampai, eh, sudah ada model terbaru," kata Gunadi.

Persoalan ini sudah lama disadari. Maka, pada 2006 Menteri Pertahanan Juwono Sudarsono menggagas ide sistem pengadaan satu pintu. Proyek contohnya adalah pengadaan peralatan sigma: dari radar sampai mur senilai US$ 60 juta. Pembelian seperti ini biasanya ditangani oleh belasan broker tapi kali ini Kementerian Pertahanan mencoba untuk hanya memakai satu broker.

Celakanya, pilot project ini justru mandek. "Ada indikasi broker di Belanda yang ditunjuk menangani pembelian memanipulasi data," kata Andi. Menurut Andi, seharusnya pada November lalu sudah ada evaluasi tentang sistem satu pintu ini, tapi ditunda entah sampai kapan.

Untuk mengatasi kemelut itu pemerintah dan DPR mencari jalan keluar dengan menyepakati penerapan sistem pembiayaan multitahun. "Dengan sistem ini dana yang sudah disetujui tidak hangus meskipun pengadaannya molor," kata Ketua Komisi I DPR RI Kemal Stamboel. Sebenarnya, untuk Kementerian Pertahanan, sistem ini baru akan berlaku tahun depan. Namun, menurut Kemal, DPR sepakat mulai mencobanya tahun ini. "Saya dengar daftar rencana program pembelian dari Kementerian Pertahanan akan diserahkan pada musim sidang ketiga ini," kata Kemal. "Nanti kami lihat mana yang bisa segera dimulai."

MAJALAH TEMPO