Thursday, January 3, 2013

Satgas Pembangunan Kapal Selam Berangkat ke Korsel Januari

Maket kapal selam yang dipesan pemerintah Indonesia ke DSME. (Foto: Berita HanKam)

2 Januari 2013, Jakarta: TNI Angkatan Laut memfokuskan pada peningkatan kemampuan satuan tempur dan mobilitas pasukan dalam mencapai kekuatan pokok minimum (MEF). Berkaitan dengan itu, tim dari TNI AL akan segera berangkat ke Korea Selatan untuk memulai pembangunan kapal selam pesanan TNI AL.

"Januari ini akan ada satgas yang berangkat ke Korea Selatan untuk mulai membangun kapal selam,"kata Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Madya TNI Marsetio usai acara pisah sambut KSAL di Jakarta, Rabu (2/1).

TNI AL memesan tiga unit kapal selam yang pelaksanaanya dilakukan dengan kesepakatan adanya transfer of technology dan joint production dengan perusahaan galangan kapal asal Korea Selatan Daewoo Shipbuilding Marine Enginering (DSME). Nilai kontrak pembelian tiga unit kapal selam itu mencapai US$ 1 Miliar.

KSAL sebelumnya, Laksamana TNI Soeparno pernah mengatakan Korea Selatan dipilih dalam pengadaan kapal selam ini karena kemampuannya sama dengan Eropa dalam menyediakan kebutuhan kapal selam yang diperlukan TNI AL. "Tapi harganya lebih murah,"kata Soeparno September 2011 lalu. Dia pun berharap, pada 2014 mendatang kapal selam tersebut sudah dapat mengarungi wilayah perairan Indonesia.

Menurut Marsetio, pengadaan alat utama sistem senjata (alutsista) untuk menjadikan TNI AL handal dan disegani tidak hanya dengan membangun kapal selam. TNI AL juga telah memesan alutsista lain seperti kapal freegat dari Inggris, dan PKR nasional.

Marsetio pun berharap, pada 5 Oktober mendatang yang bertepatan dengan HUT TNI, beberapa alutsista yang dipesan TNI AL dapat disaksikan masyarakat luas sebagai bentuk pertanggungjawaban dan transparansi atas anggaran yang digunakan.

Dalam hal percepatan pencapaian MEF di bidang alutsista, KSAL menjelaskan, semua diprioritaskan pada penggantian alutsista yang kondisinya kritis dan tidak layak pakai. "Serta pemenuhan kebutuhan untuk pelaksanaan tugas-tugas mendesak," tuturnya.

Marsetion menambahkan, pihaknya juga akan mempertajam program-program TNI Angkatan Laut, disesuaikan dengan dinamika, kebijakan pemimpin, dan alokasi anggaran yang ada dengan tetap mengacu pada MEF. "Tidak hanya alautsista, tapi juga peningkatan kesejahteraan prajurit," urai dia.

Sementara itu, mantan KSAL Laksamana TNI Soeparno menyatakan, TNI AL harus semakin baik ke depan untuk menghadapi ancaman dan tantangan yang semakin kompleks. Dia percaya, di bawah kepemimpinan KSAL yang baru, hal itu bisa dicapai.

Soeparno yang akan pensiun dalam beberapa bulan ke depan berpesan agar jajaran TNI AL solid dan kuat.

Sumber: Jurnas

2 comments:

  1. Silent Killer itu istilah untuk Kapal Selam. Korps Hiu Kencana yang sudah mempunyai seabreg pengalaman ops dg Silent Killer dimulai dari type Wieskey Class sampai U - 219 yang cuma 2(unit) saja sudah membuat kalang kabut kapal atas air milik negara sahabat karena terbukti sulit untuk deteksi Silent Killer tsb kalau sdh menyelam, walau mereka mempunyai peralatan deteksi Sonar yang cukup canggih.
    Armada 7 saja yang lewat selat Makassar waktu dapat menangkap kehadiran kapal selam kita, walau sudah mengerahkan tiga helikopter anti kapal selam tetap tidak dapat memastikan titik keberadaan nya.
    Jadi Kapal Selam benar-benar Silent Killer. Malingsia yang punya kasel "Scorpene" lebih maju dari aspek platform dan sistanya dibanding kasel kita, ternyata tetap dapat diterobos pangkalannya di Sarawak oleh kasel kita.
    So, kasel apapun kalau awaknya dari TNI nggak masalah, apalgi kalau dilengkapi dengan kelas Kilo, hemmm ..membuat musuh giris dan miris. Bravo Hiu Kencana, Tabah Sampai Akhir.

    ReplyDelete
  2. Mengingat tantangan ke depannya adalah asymetric conflict yg tentunya berpotensi asymetric war, sdh brg tentu, sifat pertahanan yg ada adalah silent end beyond visual range, siapa yg dpt mendeteksi terlebih dahulu dr jarak jauh atau siapa yg tdk terdeteksi dr jarak jauh maka dialah yg akan memukul terlebih dahulu, jd keseimbangan antara kemampuan deteksi jarak jauh, kemampuan daya gebuk jarak jauh serta kemampuan tdk terdeteksi adalah syarat yg hrs dipenuhi oleh suatu sistem senjata ataupun sistem pertahanan, sdh saatnya setiap alutsista yg akan kt miliki mengacu kpd hal2 tersebut, maju terus TNI AL, Jalesveva Jayamahe !

    ReplyDelete