Thursday, January 3, 2013

KASAU: Kekuatan Udara Dapat Menjadi "Bargaining Power"

Model Super Tucano TNI AU dipamerkan pabrikan Embraer di Indo Defense 2012. (Foto: Berita HanKam)

2 Januari 2013, Jakarta: Kepala Staf TNI Angkatan Udara (Kasau) Marsekal Madya TNI Ida Bagus Putu Dunia, mengatakan, kekuatan udara adalah merupakan salah satu komponen kekuatan yang dapat menjadi "bargaining power" dalam upaya menyelesaikan konflik antarnegara.

"Sebagai salah satu komponen pertahanan negara, TNI AU terus tumbuh berkembang seiring dengan dinamika pembangunan nasional dan perkembangan lingkungan strategis," kata Kasau pada apel khusus tahun baru 2013 di Mabesau Cilangkap, Jakarta Timur, Rabu.

Kebijakan pengembangan kekuatan TNI AU, kata dia, tetap mengacu pada rencana pengembangan yang telah dituangkan dalam rencana strategis TNI AU 2010--2014 dengan tetap memperhatikan dinamika di lapangan. Kemungkinan ancaman dan kontijensi dapat muncul akibat situasi politik dan keamanan internasional yang makin intens akibat fenomena global dan adanya rehabilitasi dari bencana alam, kebijakan operasi militer pengamanan perbatasan dan daerah rawan pengamanan pulau-pulau terdepan.

"TNI AU akan menambah alat utama sistem senjata yang cukup signifikan. Sebanyak 102 pesawat baru yang terdiri dari F-16, T-50, Super Tucano, CN-295, Hercules, Helicopter Cougar, Grop, KT-1, Boeing 737-500, maupun radar akan segera memperkuat TNI AU. Hal ini tentunya akan menambah kebanggaan, sekaligus tantangan dalam upaya menyusun kekuatan maupun pemeliharaannya," papar Ida Bagus.

Kendati demikian, dirinya menyayangkan "Zero Accident" pada tahun 2012 belum berhasil diwujudkan. Oleh karena itu, diperlukan upaya lebih keras lagi, bukan saja dari para pelaksana di lapangan, melainkan juga dari pimpinan sebagai penentu kebijakan organisasi, perencana kegiatan, pengambil keputusan, pelayanan personel, pemeliharaan dan pendukung lainnya.

Selain itu, terkait dengan pencitraan TNI AU di masyarakat, Kasau berharap agar peristiwa kekerasan personel terhadap wartawan di Pekanbaru lalu tidak terulang.

"Personel TNI AU harus bertindak profesional berdasarkan SOP dan hukum yang berlaku, menyeimbangkan kebutuhan keamanan keselamatan, tidak mudah emosi, dan lebih persuasif dalam menghadapi wartawan maupun masyarakat," ujarnya.

Sumber: ANTARA News

4 comments:

  1. Saatnya memperkuat sistim integrasi Radar dan perkuatan Roket Balistik dan Rudal jarak menengah. Mengapa? Diyakini dengan integrasi radar, apalagi mempunyai radar over horizon plus roket balistik dan rudal jarak menengah sangat effektiv untuk operasi cegah tangkal. Disamping itu, biaya perawatan dan pemeliharaan sangat minim dibanding dengan pespur. Namun bukan berarti pengadaan pespur tdk dilanjutkan.

    ReplyDelete
  2. betul sekali pak, Indonesia sbg negara kepulauan sdh seharusnya memperkuat pertahanan udara dan laut, ubahlah sudut pandang kt sebagai bangsa maritim, bangsa kepulauan, dgn begitu akan terlihat dgn jelas bhw air superiority dan strong naval diplomacy akan sgt memegang peranan penting dalam menjaga kedaulatan negara, bangun semua komponen pertahanan negara dan integrasikan ke dlam sistem pertahanan yg terpadu, dgn begitu daya cium, daya tangkal dan daya gebuk dr udara dan laut akan sangat kuat ...

    ReplyDelete
  3. Itu seh kepenginan anda, kepnginan pihak lain kan nggak gitu. Coba apa keinginan pihak yang lain???

    ReplyDelete
  4. penguasaan teknologi militer yang maju dan modern, sangat penting untuk diutamakan
    jika kemampuan insinyur2 indonesia telah mampu, untuk mendisain alutsista canggih dan modern, maka biaya untuk memproduksi massal akan lebih murah dibanding mengimpor dari luar

    ReplyDelete