Monday, May 25, 2009

Di Mamberamo, Brimob - OPM Baku Tebak

Sejumlah pasukan Brimob Polda Sulselbar berjalan saat akan diberangkatkan ke Papua di Markas Brimob Polda Sulselbar, Jumat (17/4). Sebanyak satu satuan setingkat kompi (1 SSK) pasukan Brimob Polda Sulselbar di perbantukan di Papua guna mengamankan daerah tersebut termasuk pengamanan Pilpres 2009 mendatang. (Foto: ANTARA/Yusran Uccang/Koz/mes/09)

25 Mei 2009, Jayapura -- Upaya Polda Papua mengirimkan 1 SSK Pasukan Brimob terkait dikuasainya lapangan terbang (lapter) Kapeso di Kabupaten Mamberamo Raya beberapa hari lalu, sempat terkendala. Bahkan, pasukan Brimob yang ditugaskan untuk mengamankan lapter Kapeso tersebut sempat diserang oleh OPM dalam perjalanan melalui sungai diantara Kampung Subu dan Kampung Kosata, Mamberamo Raya, Sabtu (23/5) pukul 06.00 WIT akhir pekan kemarin.

"Sabtu pagi, pasukan dari Brimob Polda Papua yang dari Subu mau menuju ke Kosata dalam perjalanan melalui sungai tersebut dicegat oleh sekelompok masyarakat. Mereka menyerang pasukan Brimob yang menuju ke Kosata," ungkap Kapolda Papua Irjen Pol Drs FX Bagus Ekodanto didampingi Plh Kabid Humas AKBP Nurhabri dalam jumpa pers Sabtu malam di Mapolda Papua.

Hanya saja, kata Kapolda, pasukan Brimob membalas dengan tembakan kepada para penyerang tersebut sehingga mereka melarikan diri masuk ke hutan.

Persiapan penugasan ke Papua Brimod Polda Sulselbar. (Foto ANTARA/Yusran Uccang/Koz/mes/09)

Pasca penyerangan tersebut, pasukan Brimob langsung melakukan penyisiran tempat mereka disanggong OPM tersebut dan di TKP mereka menemukan barang bukti diantaranya ada 3 busur, 17 anak panah, 3 senter, 3 per untuk senpi rakitan, 2 tali busur, 3 foto dan 5 tas pakaian.

Kelima tas pakaian tersebut, setelah diperiksa terdapat 3 kunci busi, 1 alkitab, 1 buku nyanyian rohani, 3 buku tulis, 2 bolpoin dan KTA TPN/OPM atas nama HM yang disebutkan sebagai Penembak 04 yang dibuatkan 1 Juli 2005.

"Kartu tanda anggota ini dibuatkan oleh Panglima TPN/OPM atasnama Richard Joweni," ungkap Kapolda.

Dalam penyerangan terhadap anggota Brimob yang akan dikirim ke Lapter Kapeso tersebut, diakui Kapolda Bagus Ekodanto tidak ada korban di pihak Brimob, namun ia belum mengetahui apakah di pihak penyerang ada korban.

Terkait masih dikuasainya lapter Kapeso, Mamberamo Raya tersebut, Kapolda tetap masih mengedepankan pendekatan persuasif terlebih dahulu bersama tokoh masyarakat, adat, agama dan pemda setempat sambil melihat perkembangan.

Namun yang jelas, tegas Kapolda, pihaknya akan segera memulihkan aktivitas masyarakat di Kapeso tersebut seperti sehari-hari biasanya dan semua kegiatan masyarakat berjalan dengan baik.

"Kami ingin segera pulihkan aktifitas masyarakat di Kapeso dari kelompok yang tidak bertanggungjawab dan mengintimidasi masyarakat tersebut, apalagi sebagian besar masyarakat sudah meninggalkan kampung tersebut," tegasnya.

Kapolda mengatakan terkait dengan penguasaan Lapter Kapeso tersebut dan masih adanya pengibaran bendera bintang kejora disana, negosiasi pertama telah dilakukan oleh tokoh agama dengan Dicky Imbiri, pimpinan kelompok tersebut.

Di samping itu, lanjut Kapolda, ada informasi bahwa ibu Nela Yenseren mengajarkan tentang agama yang menafsirkan mimpi dari ibu-ibu warga Kapeso bahwa ada yang mimpi tentang orang tua yang membawa dan mengibarkan bendera di Kapeso yang dijabarkan dengan adanya pengibaran bendera Bintang Kejora di Lapter Kapeso.

Dan, adanya mimpi kuda putih yang diterjemahkan bahwa tidak boleh ada masyarakat yang meninggalkan Kapeso dan mimpi-mimpi tersebut disebarluaskan oleh ibu Nela Yenseren kepada warga setempat di Kapeso. "Ini suatu penafsiran yang menyimpang, namun inilah kenyataan yang terjadi," jelasnya.

Kemudian, jelas Kapolda, negosiasi yang dilakukan oleh tokoh agama dengan Dicky Imbiri diatas perahu, namun, Dicky Imbiri menyatakan tidak akan meninggalkan Kapeso. Ia juga meminta agar tidak ada hubungan antara Nela Yenseren dengan aktivitas kelompok yang dipimpinnya tersebut, serta ia meminta tidak ada urusan dengan masyarakat adat atau lembaga masyarakat adat sehingga minta agar LMA tidak usah berbicara masyarakat Kapeso.

"Memang belum ada titik temu dalam negosiasi yang pertama, sehingga akan dilakukan negosiasi dengan Bupati Mamberamo Raya dan tokoh-tokoh adat dan agama untuk melakukan negosiasi lagi dengan kelompok Dicky Imbiri, Cosmas Makabori," imbuh Kapolda.

(Cenderawasih Pos)

No comments:

Post a Comment