Tuesday, August 10, 2010

Dua Kapal Perang Singapura Berlabuh di Makassar

10 Agutus 2010, Makassar -- Sejumlah penari beraksi saat menyambut kapal perang milik Singapura yakni kapal RSS Tenacious dan RSS Vigour, saat berlabuh di Pelabuhan Soekarno Hatta Makassar, Selasa (10/8). Kapal perang RSS Tenacious dan RSS Vigour yang membawa 116 awak tersebut telah melakukan latihan gabungan di Laut Jawa dan Selat Singapura dengan nama Ex-Eagle 21/10 dan rencananya kedua kapal perang tersebut berada di Makassar selama tiga hari. (Foto: ANTARA/Yusran Uccang/Koz/mes/10)

10 Agustus 2010, Makassar -- Kunjungan dua kapal perang Singapura ke Kota Angin Mamiri, hari ini, dimanfaatkan Pemerintah Kota Makassar untuk mempromosikan wisata di daerah ini. Dinas pariwisata memperkenalkan beberapa obyek wisata andalan Sulawesi Selatan seperti Tana Toraja, dan Tanjung Bira Kabupaten Bulukumba.

"Kami sudah membagikan brosur. Semoga setelah mereka pulang bisa mempromosikan ke keluarga mereka di Singapura," kata Rusmayani Madjid, Kepala Dinas Disbudpar Kota Makassar.

Ada dua kapal perang Singapura yang berlabuh di pelabuhan Peti Kemas Makassar sekitar pukul 09.00 Wita yaitu Republic Singapura Ship (RSS) Tenacious dengan komandan kapal LTC Chong Keng Shin, dan RSS Vigour dengan komandan kapal LTC Tung Kong Seng.

Sejumlah awak kapal perang milik Singapura, RSS Vigour, disambut TNI AL Lantamal VI Makassar saat berlabuh di Pelabuhan Soekarno Hatta Makassar, Selasa (10/8). (Foto: ANTARA/Yusran Uccang/Koz/mes/10)

Dua Marinir berjaga-jaga di dekat kapal perang milik Singapura, RSS Vigour, saat berlabuh di Pelabuhan Soekarno Hatta Makassar. (Foto: ANTARA/Yusran Uccang/Koz/mes/10)

RSS Tenacious memiliki panjang 114,8 meter, lebar 16 meter, dan berat kapal 3.200 meter, serta kecepatan 27 knot. Dan RSS Vigour sepanjang 62 meter, lebar 8,2 meter, berat kapal 600 ton, dan kecepatan 24 knot. RSS Tenacious membawa 70 orang, dan RSS Vigour 46 orang.

Menurut Kapten Laut Imam Danu Pranoto dari Lantamal Makassar, kedua kapal perang tersebut berlabuh di Makassar untuk kepentingan bekal ulang logistik setelah melakukan latihan bersama TNI Angkatan Laut di perairan Alur Pelayaran Barat Surabaya, Laut Jawa dan Selat Singapura.

"Rencananya kapal ini akan berlabuh selama tiga hari," kata Imam Danu.

Dia mengatakan, pada hari ketiga komandan kapal perang Singapura tersebut akan bertemu dengan Wali Kota Makassar Ilham Arief Sirajuddin. "Mungkin pada agenda itu, mereka bisa menjelaskan lebih jauh mengenai perjalanannya," katanya.

TEMPO Interaktif

DPR Dukung TNI AU Beli Pesawat Tanpa Awak

Harian Israel Haaretz memberitakan Indonesia berencana membeli pesawat tanpa awak Searcher Mark-II yang dibuat oleh Israel Aerospace Industries Ltd. Co. (Foto: IAI)

10 Agustus 2010, Jakarta -- Komisi I DPR mendukung pembentukan skuadron Pesawat Tanpa Awak (UAV) yang akan dibangun TNI AU di Landasan Udara (Lanud) Supadio, Provinsi Kalimantan Barat. Pesawat Tanpa Awak dianggap anggota Dewan sebagai salah satu solusi menjaga perbatasan mengingat adanya tantangan topografi wilayah perbatasan Kalimantan Barat.

"Kami mendukung adanya skuadron udara pesawat tanpa awak untuk lebih efisien menjaga wilayah perbatasan, khususnya di provinsi Kalimantan Barat," kata Ketua Komisi I DPR RI Kemal Azis Stamboel dalam siaran pers yang diterima Suara Karya di Jakarta, Senin (9/8). Kemal bersama beberapa anggota Komisi I DPR melakukan kunjungan kerja ke Lanud Supadio, Kalimantan Barat.

Komisi I DPR, menurut Kemal, mendukung adanya rencana mendatangkan Pesawat Tanpa Awak guna mendukung kekuatan udara Republik Indonesia di Provinsi Kalbar. Adapun kekuatan Pesawat Tanpa Awak adalah dapat terbang dengan daya jelajah 300 km dan kemampuan terbang selama 24 jam penuh. Melalui Pesawat Tanpa Awak akan memudahkan TNI untuk melakukan pengamatan dan pengawasan di tengah keterbatasan sarana prasarana dan topografi wilayah perbatasan. Guna mengimbangi pengawasan perbatasan, TNI berencana membeli Pesawat Tanpa Awakd alam waktu dekat.

"Dalam kondisi lapangan yang dimiliki Republik Indonesia itu adalah solusi terbaik untuk mengatasi keberadaan infrastruktur," ujar Kemal.

Radar pemantau

Secara terpisah, Panglima Komando Sektor (Kosek) IV Pertahanan Udara Nasional Biak, Marsma TNI Hadiyan Sumintaadmadja mengatakan, radar pemantau milik TNI Angkatan Udara (AU) yang akan dibangun di Kabupaten Merauke, Papua, dijadwalkan beroperasi tahun 2011 mendatang, guna memantau aktivitas di udara, termasuk penerbangan di perbatasan Indonesia dengan Papua New Guinea. "Sesuai rencana program kerja Kosek IV Hanudnas Biak diharapkan markas satuan Radar Merauke sudah difungsikan tahun 2011, hingga saat ini berbagai persiapan pembangunan fisik sudah dimulai," katanya.

Letak geografis Kabupaten Merauke yang berbatasan langsung dengan negara tetangga Papua New Guunea dan Australia menjadi fokus perhatian pembangunan radar pemantau pesawat udara. Selain satuan radar Merauke, pihaknya juga pada tahun 2011-2012 akan membangun markas satuan radar di Timika, Kabupaten Mimika serta radar di Saumlaki, Maluku Tenggara Barat, Provinsi Maluku.

Sementara dalam program jangka panjang Kosek IV Hanudnas Biak, dikatakan Hadiyan, pembangunan satuan radar juga akan dilakukan di Sorong, Ambon dan Jayapura. Menyinggung mengenai kasus pelanggaran udara di wilayah Satuan Radar Biak, menurut Marsekal Pertama Hadiyan, hingga tahun 2009 tidak ditemukan satupun kasus pelanggaran udara oleh penerbangan sipil.

Dibandingkan dengan tahun 2008, lanjut Hadiyan, kasus pelanggaran udara yang dimonitor satuan radar Biak kurang lebih 30 kali, semenara selama tahun 2009 tidak ada. "Dampak dari beroperasinya satuan radar di Biak sangat nyata karena bisa mengawasi penerbangan udara yang melintas di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia," katanya.

Suara Karya

Saab awarded multi-year contract for U.S. Marine Corps Range Target Systems

09 August 2010 -- Saab Training USA has signed a contract with the U.S. Marine Corps to produce and field a large number of ranges and facilities under their Range Target Systems (RTS) program. The contract has a ceiling price of approximately MUSD 39, and Saab will receive orders during the next 3 years.

The ranges will provide live fire gunnery training for Marines in a train-as-you-fight environment using Saab’s well established target and range control product line and Improvised Explosive Device (IED) simulators. The scope of work includes constructing urban warfare buildings and shoot houses with realistic after action review capabilities and providing logistic support for large number of fielded systems.

Saab is currently delivering its Instrumented Tactical Engagement Simulation System (I-TESS) to the same Marine Corps installations across the continental United States and overseas in Hawaii and Japan.

“We are delighted to have received this important RTS order, which increases Saab’s product base with the US Army and Marine Corps to whom we have been supplying range equipment since 1980”, says Lars Borgwing, President, Saab Training USA.

Saab Training USA, a subsidiary of the international conglomerate Saab AB, is located in the Orlando Central Florida’s Research Park and has supported the U.S. Armed Forces and Homeland Defense with targets, laser simulators and instrumented training products for over thirty years.


Saab

Indonesia and Australia partner for Exercise RAJAWALI AUSINDO 2010

C-130H Hercules A97-007 from No. 37 Squadron (37SQN) prepares for take off at RAAF Base Richmond. (Foto: Australian DoD)

9 August 2010 -- C-130 Hercules transport aircraft crews from Indonesia will work alongside their Australian counterparts in Darwin from August 9-13 for Exercise RAJAWALI AUSINDO.

The exercise will involve a series of airdrop missions flown by both countries focusing on the use of the C-130 Hercules as an effective air mobility platform. RAJAWALI AUSINDO is one of several regular 'AUSINDO' exercises conducted between the two countries, with other iterations focusing on areas such as maritime patrol and air combat.

A contingent from the Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI-AU, or Indonesian Air Force) No. 32 Squadron will bring a C-130 Hercules to participate in the exercise. The Royal Australian Air Force (RAAF) will bring a C-130H Hercules and crew from No. 37 Squadron, based at RAAF Base Richmond. A load recovery team from the Australian Army's No. 176 Air Dispatch Squadron will be located at Delamere Range.

Officer Commanding No. 86 Wing, Group Captain Richard Lennon, said Australia and Indonesia share a history of using the Hercules to assist one another.

"Indonesia sent their Hercules to provide relief to Australians following Cyclone Tracy, and Australia's Hercules provided support in Sumatra for the 2004 Boxing Day Tsunami relief effort," Group Captain Lennon said.

"Australian and Indonesian personnel share a history of achieving great feats with the Hercules, and this year's Exercise RAJAWALI AUSINDO will allow them to continue doing so."

As Indonesia is the world's largest archipelago and Australia is the world's largest island continent, effective air mobility plays an important role for both countries. In this role, the C-130 Hercules is able to transport loads of up to 20 tonnes as well as carry personnel, aero-medical evacuation patients, and operate from short, semi-prepared airstrips.

Through Exercise RAJAWALI AUSINDO, aircrew and groundcrew from both countries brief each other to gain a better understanding of how each other operates. "The experience gained through RAJAWALI AUSINDO by both countries is all the more relevant given the unpredictable nature of many humanitarian disasters in our region," Group Captain Lennon said.

"Australia remains committed to working with its neighbours through exercises such as RAJAWALI AUSINDO, sharing methods and practices which will deliver more effective air mobility in the real world."

Australia DoD

Pasukan Garuda (Konga) XXIII-D/UNIFIL Kembali Laksanakan Tugas Dengan Normal

Prajurit Konga XXIII-D/UNIFIL berada diatas panser Anoa ketika berpatroli di desa Adaisseh. (Foto: Reuters)

09 Agustus 2010, Lebanon -- Saat berita ini diturunkan, Prajurit TNI yang tergabung dalam Satuan Tugas Batalyon Infanteri Mekanis TNI Kontingen Garuda (Konga) XXIII-D/UNIFIL pada misi UNIFIL (United Nations Interim Force In Lebanon) di Lebanon Selatan kembali melaksanakan tugasnya dengan normal pasca insiden baku tembak antara Lebanese Armed Forces (LAF) dengan Israeli Defence Forces (IDF) yang menewaskan 3 orang personel LAF, 1 orang wartawan media local, dan 2 orang Perwira senior IDF, Selasa (3/8).

Sebagai peacekeeper (penjaga perdamaian), prajurit Konga di medan tugas Lebanon telah melaksanakan tugas pokok memelihara situasi perdamaian di wilayah Lebanon Selatan dan bersifat imparsial (tidak berpihak) dalam menjalankan Resolusi Dewan Keamanan PBB Nomor 1701 (United Nations Security Council Resolution 1701- tanggal 11 Agustus 2006) yang merupakan mandat PBB kepada UNIFIL. Disamping itu dalam menjalankan tugasnya pasukan TNI berpegang teguh pada prosedur, hukum dan ketentuan yang berlaku yang ditetapkan oleh PBB, seperti SOP (Standard Operating Procedure), ROE (Role of Engagement) maupun STIR (Standardize Tactical Incident Reaction).

Dalam insiden baku tembak, Selasa (3/8) antara LAF dan IDF di perbatasan Lebanon Selatan - Israel, prajurit Konga yang sedang bertugas menjaga perdamaian di wilayah tersebut sudah melaksanakan prosedur yang telah ditetapkan oleh PBB. Setelah melalui pelaporan ke Komando Atas dan melakukan negosiasi dengan pihak yang bertikai, prajurit Konga akhirnya melaksanakan pengunduran taktis dengan cara memanfaatkan lindung tembak yang ada, karena antara LAF dan IDF terjadi saling baku tembak. Sesuai STIR No. 17 tentang menghadapi insiden dalam hal ini antara LAF dan IDF, disebutkan bahwa : Tindakan yang harus dilakukan adalah : Pertama, memonitor situasi tanpa membahayakan pasukan sendiri. Kedua, jika terjadi kontak tembak, maka pasukan UNIFIL melaksanakan pengunduran taktis (pemutusan pertempuran) terhadap unit-unit yang terlibat di daerah insiden.

Mencermati aturan yang telah ditetapkan oleh PBB sebagaimana tertuang dalam STIR No. 17 tersebut, maka apa yang telah dilakukan oleh prajurit Konga dalam mengatasi insiden antara LAF dan IDF sudah sesuai prosedur. Jadi prajurit Konga tidak melarikan diri sebagaimana yang direlease sebuah media cetak Al Mannar : “2 prajurit RI tinggalkan medan tempur dengan taksi”, yang benar adalah melaksanakan pengunduran taktis sesuai prosedur yang berlaku atas perintah UNIFIL Force Commander Major General Alberto Asarta Cuevas untuk bergabung dengan induk pasukan di markas Batalyon Indobatt, diantar oleh salah satu warga masyarakat setempat menggunakan kendaraan sipil.

Sebagai tindak lanjut pasca insiden LAF dan IDF, Rabu (4/8), bertempat di lokasi kejadian dan sekitarnya, pihak Markas Besar UNIFIL beserta Sektor Timur UNIFIL dan Tim Investigasi UNIFIL melakukan pemeriksaan secara terperinci tentang segala upaya dan usaha serta prosedur yang telah ditempuh oleh prajurit Konga dalam menghadapi dan menangani insiden yang telah berlangsung pada tanggal 3 Agustus 2010. Pihak UNIFIL seluruhnya yang berada di lapangan memberikan apresiasi atas penanganan yg tepat dan baik kepada Batalyon Indonesia (Satgas Konga XXIII-D/UNIFIL) yang telah melaksanakan tugas secara profesional, proporsional, dan imparsial dalam menghadapi dan menangani insiden yang telah terjadi sesuai dengan seluruh aturan dan prosedur yang berlaku di jajaran UNIFIL.

Puspen TNI

Singapore and Indonesian Navies in Bilateral Exercise

(From top) The RSN's missile corvette RSS Vigour, the TNI AL's Diponegoro-class corvette KRI Sultan Hasanuddin and the RSN's Formidable-class frigate RSS Tenacious participating in the sea phase of Exercise Eagle 2010.

06 August 2010 -- The Republic of Singapore Navy (RSN) and the Indonesian Navy (TNI AL) conducted a bilateral exercise codenamed Exercise Eagle, from 28 Jul to 5 Aug 2010. The exercise, the 21st in the series, consisted of both shore and sea phases, which were held in Singapore and Surabaya, Indonesia. RSN Fleet Commander Rear-Admiral Joseph Leong and TNI AL Eastern Fleet Commander Rear-Admiral Bambang Suwarto were present at the closing ceremony held in Surabaya yesterday.

Exercise Eagle 2010 involved four ships and two maritime patrol aircraft from the two navies. This was the first time an RSN Formidable-class frigate and a Diponegoro-class corvette from the TNI AL had participated in the exercise. As part of the sea phase, both navies conducted a series of exercises involving anti-surface warfare, maritime interdiction as well as search and rescue operations. RSN and TNI AL personnel also interacted in cultural and sporting events to strengthen the camaraderie between the two navies.

The RSN's participation in Exercise Eagle since 1974 highlights the excellent defence ties between the two navies. The RSN and the TNI AL share a long history of close and mutually beneficial cooperation and they interact regularly through exercises and professional exchanges.

MINDEF

Monday, August 9, 2010

Iran Luncurkan Empat Kapal Selam Mini

Empat kapal selam mini kelas Ghadir bersandar di pelabuhan di kota Bandar Abbas, saat diresmikan Minggu (8/9). (Foto: MEHR/Vahid-Reza Alaii)

09 Agustus 2010 – Iran meluncurkan empat kapal selam mini buatan dalam negeri di kota pelabuhan Bandar Abbas, Minggu (08/08). Kapal selam kelas Ghadir dibangun industri maritim Kementrian Pertahanan Iran bekerjasama dengan Angkatan Laut Iran.

Peresmian kapal selam dihadiri sebagian besar perwira tinggi militer Iran dan pejabat Iran, termasuk Menteri Pertahanan Iran Jenderal Ahmad Vahidi dan KASAL Iran Laksamana Madya Habibollah Sayyari.

Iran mengklaim Ghadir berkemampuan siluman, sulit dideteksi sonar dan ditujukan beroperasi di perairan dangkal, terutama di Teluk Persia dan Laut Oman.

Ghadir dirancang berdasarkan kapal selam kelas Yono buatan Korea Utara, mampu menembakan torpedo tetapi misi utamanya mengangkut pasukan komando, menebar ranjau serta misi pengamatan, menurut sejumlah pakar.





(Foto: MEHR/Vahid-Reza Alaii)

FNA/Berita HanKam

Wamenhan Kunjungi Cadangan Migas Pulau Selaru dan Perairan Laut Arafura


09 Agustus 2010, Saumlaki, Maluku Tenggara Barat -- Wakil Menteri Pertahanan Letjen TNI Sjafrie Sjamsoeddin kembali mengadakan kunjungan kerja dalam rangka peninjauan secara langsung ke pulau kecil terluar yang memiliki potensi dangan Sumber Daya Alam Minyak dan Gas (SDA Migas). Pulau kecil terluar yang dikunjungi kali ini yaitu Pulau Selaru dan sekitar wilayah di laut Arafura.

Pulau Selaru terletak di Laut Timor dan berbatasan langsung dengan Australia. Pulau ini masuk kedalam wilayah administratif Kecamatan Tanimbar Selatan, Kabupaten Maluku Tenggara Barat, Provinsi Maluku.

Wamenhan dan rombongan tiba di Saumlaki Ibukota Maluku Tenggara Barat, Jum’at petang (6/8) disambut Bupati Maluku Tenggara Barat, Drs. Bitzael Z. Temar dan Danrem 151/Binaya Kol. Arm. Nazarudin, dilanjutkan dengan pertemuan dan dialog dengan Bupati dan Danrem serta jajaran Muspida.

Turut serta dalam kunjungan tersebut sejumlah pejabat di lingkungan Kemhan dan Mabes TNI antara lain Asops Panglima TNI, Dirjen Pothan Kemhan, Dirjakstra Ditjen Strahan Kemhan, Dirwilhan Ditjen Strahan Kemhan dan Karo Humas Setjen Kemhan. Turut pula Deputy Perencanaan BP Migas Haposan Napitupulu.

Seusai melakukan kunjungan ke Batalion 734/Lor Labay dan Radar TNI AU, Sabtu (7/8) Wamenhan didampingi Bupati Natuna meninjau Pulau Selaru dan sekitar wilayah laut Arafura melalui pantauan udara dengan menggunakan pesawat Cassa TNI AL.

Wamenhan mengatakan, kunjungannya ke pulau terluar untuk kesekian kalinya tersebut dilaksanakan sebagai bagian dari perhatian pemerintah melalui Kemhan terhadap pulau - pulau terluar terutama 12 pulau terluar yang berbatasan langsung dengan negara tetangga.

Menurut Wamenhan, melalui kinjungan secara langsung diharapkan dapat dilihat kondisi nyata dan permasalah yang ada yang nantinya sebagai bahan masukan dalam pengambilan dan penentuan kebijakan pemerintah khususnya kebijakan pertahanan.

Lebih lanjut Wamenhan mengatakan, Kemhan sebagai bagian dari pemerintah di bidang pertahanan telah menetapkan bahwa kebijakan pertahanan yang dianut adalah kebijakan pertahanan untuk mendukung pembangunan ekonomi.


Kemhan tingkatkan capasity building pertahanan di perbatasan untuk mendukung kebijakan pembangunan ekonomi

Secara spesifik untuk di wilayah perbatasan, Wamenhan menjelaskan bahwa bagaimana aspek pertahanan itu dalam mendukung jalannya pembangunan ekonomi di wilayah perbatasan terutama wilayah mempunyai sumber daya alam. Untuk itu, Kemhan akan berupaya meningkatkan capacity building (pembangunan kemampuan) pertahanan yaitu TNI di wilayah perbatasan.

Lebih lanjut Wamenhan menegaskan, bahwa peningkatan capacity building tersebut bukan untuk kepentingan offensive, namun untuk memastikan bahwa capacity building pertahanan itu untuk memastikan kemampuan dalam menjamin kedaulatan dan keutuhan wilayah NKRI serta mendukung pembangunan ekonomi nasional. “Secara spesifik lebih fokus kepada bagaimana mendukung ekonomi di wilayah perbatasan yang mempunyai potensi sumber daya alam”, tambah Wamenhan.

Oleh karena itu melalui kunjungan ini, Kemhan bersama dengan Mabes TNI dan BP Migas akan melakukan observasi dengan melihat secara langsung dari dekat sejauh mana komponen pertahanan dalam mendukung pembangunan ekonomi khususnya terkait pengelolaan sumber daya alam di wilayah perbatasan yang dilakukan oleh BP Migas.

Menurut Wamenhan, hal tersebut dalam rangka untuk meyakinkan bahwa kegiatan pengelolaan sumber daya alam yang dilakukan oleh BP Migas berada di dalam wilayah NKRI, dan TNI sebagai komponen pertahanan mempunyai kopetensi untuk mengamankan dan menjaga kegiatan tersebut.

Lebih lanjut Wamenhan mencontohkan peningkatan capasity building tersebut, antara lain dengan melihat kembali apakah satuan tugas perbatasan sudah terpenuhi atau masih memerlukan penguatan dan kekuatan.

Contoh lainnya adalah, belum lama ini sudah terbentuknya satu batalion di Saumlaki yang merupakan bagian dari pada rencana pengembangan kekuatan yang akan dilakukan TNI. Outputnya adalah untuk mendukung kebijakan pertahanan dalam rangka mendukung pembangunan ekonomi.

Bersamaan kunjungan ini, Panglima TNI diwakili oleh Asops Panglima TNI menyerahkan bantuan untuk prajurit TNI yang bertugas dalam rangka pengamanan perbatasan dan pulau - pulau terluar berupa satu set TV Plasma lengkap dengan antena parabola dan Decorder Indovision. Sementara itu, Wamenhan dalam kesempatan kunjungan ini menyerahkan paket bantuan berupa sembako kepada para prajurit TNI dan masyarakat di pulau tersebut.

DMC

Wamenhan Kunjungi Pulau Sekatung di Natuna


09 Agustus 2010, Natuna, Kepri -- Dalam rangka meninjau kondisi wilayah perbatasan dan pulau terluar, Wakil Menteri Pertahanan Letjen TNI Sjafrie Sjamsoeddin didampingi sejumlah pejabat Kemhan dan Mabes TNI dan instansi terkait, Minggu (8/8) melakukan kunjungan kerja ke Pulau Sekatung, Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau. Sehari sebelumnya Wamenhan dan rombongan telah melakukan kunjungan ke Pulau Selaru dan sekitar wilayah Laut Arafura.

Tujuan dari kunjungan ini tidak berbeda jauh dengan kunjungan-kunjungan ke pulau terluar sebelumnya terutama yang memiliki kandungan Sumber Daya Alam (SDA) yaitu untuk melaksanakan observasi konkrit melalui tinjauan secara langsung. Selain itu, tujuan lainnya adalah untuk berdiskusi dengan Pemerintah Daerah (Pemda) terkait potensi-potensi yang ada di wilayah perbatasan yang perlu dikembangkan.

Pulau Sekatung merupakan salah satu pulau kecil terluar di Indonesia yang berbatasan langsung dengan Vietnam dan berada di bagian utara Kepulauan Natuna yang termasuk wilayah Kecamatan Pulau Laut, Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau.

Wamenhan dan rombongan tiba di Natuna dan disambut Bupati Natuna R. Amirullah dan Danrem 033/Wirapratama Kolonel Czi. Zaenal Arifin. Usai menerima paparan dari Bupati Natuna dan Dandim 0318/Natuna, Minggu (8/8) Wamenhan melakukan peninjauan ke Pulau Sekatung. Setibanya di Pulau Sekatung, Wamenhan didampingi Bupati Natuna disambut oleh para prajurit TNI yang sedang melaksanakan tugas pengamanan perbatasan dan masyarakat di Pulau Sekatung.

Turut serta dalam kunjungan tersebut sejumlah pejabat di lingkungan Kemhan dan Mabes TNI antara lain Asops Panglima TNI, Dirjen Pothan Kemhan, Dirjakstra Ditjen Strahan Kemhan, Dirwilhan Ditjen Strahan Kemhan dan Karo Humas Setjen Kemhan. Hadir pula sejumlah pejabat perwakilan dari instansi terkait lainnya.
Bersamaan dengan kunjungan ini, Panglima TNI diwakili oleh Asops Panglima TNI menyerahkan bantuan untuk prajurit TNI yang bertugas dalam rangka pengamanan perbatasan dan pulau - pulau terluar berupa satu set TV Plasma lengkap dengan antena parabola dan Decorder Indovision. Sementara itu, Wamenhan dalam kesempatan kunjungan ini menyerahkan paket bantuan berupa sembako kepada para prajurit TNI dan masyarakat di pulau tersebut.

Sementara itu dalam acara pertemuan dengan Bupati Natuna, Wamenhan menyampaikan, dengan adanya variable geografi dan disvaritas esensi yang terkadung dalam sumber daya alam yang dimiliki bangsa Indonesia serta berbagai peran yang dimiliki masing – masing lintas sektoral, maka pengelolaan pertahanan negara harus dilakukan secara sinergi antar lintas sektor dan seluruh komponen bangsa. “Sistem pertahanan negara yang sinergis perlu bersama - sama kita bangun mulai dari rancang berpikir sampai kepada rancang pelaksanaannya”, jelas Wamenhan.

Lebih lanjut Wamenhan mengatakan, sesuai dengan sistem pertahanan negara, kebijakan pertahanan negara dikelola tidak secara sepihak, namun dikelola dengan menggunakan dua sisi yaitu pada sisi pertahanan militer yang dipenjurui oleh TNI dan nir militer yang dipenjurui oleh berbagai lintas sektoral.

Sinergi antar berbagai lintas sektoral dalam pengelolaan pertahanan negara tersebut, menurut Wamenhan menjadi salah satu dari empat pedoman pengelolaan pertahanan negara yang juga merupakan bagian dari kebijakan umum pertahanan negara.

Wamenhan menjelaskan, tiga pedoman lainnya dalam pengelolaan pertahanan negara antara lain dengan pertama pengelolaan pertahanan negara harus melihat kepada prespektif ancaman baik pada aspek tataran nasional, regional maupun internasional. Kedua, pertahanan negara harus dipersiapkan secara dini dan berkelanjutan untuk generasi ke generasi, baik dari pemahamannya maupun dari segi implementasi dari suatu pengelolaan pertahanan negara. Ketiga, pengelolaan pertahanan negara adalah menjadi tanggungjawab semua komponen bangsa.

Pemda berperan penting terhadap pertahanan nir militer

Terkait dengan peran Pemerintah Daerah (Pemda) di bidang pertahanan negara, Wamenhan mengatakan selain perhatian utama Pemda dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat, juga melekat didalamnya tersirat peran di bidang pertahanan yaitu sebagai focal point di dalam pembinaan kewilayahan. “Dalam kaitan pembinaan kewilayahan, maka peran pemerintah daerah terhadap pertahanan nir militer ini merupakan hal yang penting dan sebagai focal point”, ungkap Wamenhan.

Menurut Wamenhan, tanpa adanya peran dari Pemda dan masyarakat dalam kaitan bela negara, maka akan terjadi kepincangan di dalam sistem pertahanan negara, karena sistem pertahanan negara harus sinkron antara pertahanan militer dan nir militer.

Lebih lanjut Wamenhan mengatakan, bahwa peranan dari Pemda tersebut diharapkan akan menjadi penguatan dan perkuatan untuk TNI. Penguatan dan perkuatan bukan berarti mewajibkan komponen bangsa lainnya untuk ditentarakan, namun makna yang terkandung didalam peran tersebut adalah peranan yang dilakukan sesuai dengan fungsi dan perannya masing - masing.

Bela negara tidak berarti militerisme, tetapi melalui peran aktif dari masing - masing komponen bangsa untuk diwujudkan soliditas guna menghadapi berbagai ancaman yang mengganggu kedaulatan, keutuhan wilayah dan keselamatan bangsa. “Intinya Pemda dengan segenap komponen masyarakat mempunyai tanggungjawab untuk menjaga kedaulatan, keutuhan wilayah dan keselamatan bangsa”, tambah Wamenhan.

Terakhir Wamenhan menegaskan, bahwa pertahanan negara tidak dapat dikelola secara sendiri – sendiri atau sepihak, namun diperlukan integrasi diantara stake holder dan segenap komponen bangsa.

DMC

‘Road Map’ Revitalisasi Industri Pertahanan Diharapkan Akan Mewadahi Kebutuhan Industri dan User


09 Agustus 2010, Jakarta -– Dengan adanya Penyusunan rencana Induk dan Road Map Revitalisasi Industri Pertahanan, sekiranya akan dapat mempertemukan kemampuan industri dalam negeri dengan kebutuhan pertahanan dari User dalam hal ini Institusi TNI dan Polri.

“Kemudian nantinya diharapkan tidak ada lagi saling menyalahkan diantara industri pertahanan dengan pengguna produksi pertahanan. Dengan adanya road map ini juga mudah-mudahan kebutuhan kedua pihak dapat diwadahi,” Ujar Irjen Kemhan.

Harapan tersebut disampaikan Irjen Kemhan, Lasdya Gunadi M.D.A ketika mewakili Sekjen Kemhan membuka Rapat koordinasi Industri Pertahanan Non Alutsista, Senin (9/8) di Kantor Ditjen Ranahan Kemhan, Jakarta.

Disamping Road Map yang tengah disusun, menurut Irjen Kemhan selanjutnya kepentingan kedua belah pihak dapat di wadahi dengan dibentuknya KKIP (Komite Kebijakan Industri Pertahanan sebagai Clearing House).

Ditambahkan Irjen dengan adanya komite ini juga diharapkan ada satu kesatuan pembinaan untuk memajukan industri pertahanan. Irjen juga menilai satu kesatuan dalam hal pembinaan industri pertahanan dalam negeri selama ini masih kurang, sehingga masing-masing pihak mempunyai kepentingan yang berbeda.

Irjen mencontohkan, bahwa pihak Kemhan memiliki Undang-Undang yang menyebutkan salah satu tugasnya adalah membina industri pertahanan untuk meningkatkan kemampuan, inovasi, dan produksi yang baik dengan menggeser sedikit faktor profit oriented. Sedangkan dari pihak Badan Usaha Milik Negara Industri Strategis (BUMNIS) sendiri juga memiliki induk di tempat lain yang hanya berorientasi kepada profit.

“ Kita sangat berharap kebutuhan di dalam negeri ini dapat kita penuhi sendiri semaksimal mungkin karena akhir semua itu adalah bukan hanya nilai uang tetapi lebih mengarah kepada tingkat detenrence yang meningkat dengan tajam,” harap Irjen Kemhan.

Sementara itu Sekretaris Asosiasi Industri Pertahanan Non Alutsista (IPNAS) Ir. Yosef Mursidi, M.M mengatakan untuk merealisasikan kebijakan dan strategi kearah yang lebih konkrit maka harus dirumuskan bentuk upaya-upaya untuk mengembangkan industri pertahanan non alutsista.

Diantara dari upaya-upaya tersebut, menurut Yosef salah satunya adalah aspek kelembagaan, yang mana perlu adanya wadah atau asosiasi produk non alutsista untuk memfasilitasi kepentingan produsen dan konsumen. Nantinya wadah tersebut harus dibawah pembinaan Kemhan khusus untuk produk militer dan pembinaan Kemprin untuk produksi komersil.

Yosef Murisidi juga menambahkan, bentuk upaya lainnya adalah pada aspek pemberdayaan dalam hal mendorong dan meningkatkan produk non alutsista melalui perbaikan manajemen dan struktur industri. Selain itu pemberdayaan dalam hal menumbuhkembangkan industri pendukung dan proses sertifikasi produk untuk meningkatkan daya saing di pasar global bagi kepentingan ekspor.

Adapun bentuk upaya terakhir, menurut Yosef Mursidi adalah aspek pengaturan, yang mencakup beberapa kebijakan yang diperlukan bagi terjaminnya produk industri non alutista untuk digunakan oleh pengguna. Kebijakan tersebut, antara lain, pendaanaan, perpajakan, dan penekanan kembali Inpres Nomor 2 tahun 2009 tentang penggunaan produk dalam negeri yang belum terlaksana.

Rapat Koordinasi Industri Pertahanan Non Alutsista yang diselenggarakan saat ini turut dihadiri oleh pejabat tinggi di jajaran Ditjen Ranahan Kemhan dan Mabes TNI, para pejabat yang mewakili lintas kementerian, seperti Bapenas, Kemprin, dan Badan Penelitian dan Pengembangan Teknologi (BPPT) serta para Direktur Industri Non Alutsista yang tergabung di dalam Asosiasi IPNAS.

DMC

Prajurit Unsur Satfib Latihan Pengoperasian SPP


09 Agustus 2010, Surabaya -- Sebanyak 130 prajurit di jajaran unsur Satuan Kapal Amfibi Komando Armada RI Kawasan Timur (Satfib Koarmatim) mengikuti latihan teori pengoperasian Sekoci Pendarat Pasukan (SPP) dan perahu karet di Gedung Serba Guna Satfib Koarmatim Ujung, Senin (9/8).

Latihan yang akan berlangsung selama sepekan ini, para peserta dibekali dengan teori dan praktek tentang latihan teknis dan taktis baik untuk perorangan maupun Tim. Adapun materi latihn yang diberikan meliputi, pengoperasian dan pengawakan sekoci dan perahu karet. Mengatasi troble shoting pada sekoci dan perahu karet. Introduksi operasi amfibi. Komunikasi Gerakan Kapal Ke pantai (GKK). Prosedur GKK. Perencanaan GKK. Organisasi dalam operasi amfibi. Perawatan SPP. Mengatasi permasalahan mesin SPP. Manuvra SPP dan sekoci serta perahu karet.

“Tujuan latihan ini, yaitu untuk meningkatkan kemampuan dan profesionalisme prajurit unsur Satfib Koarmatim dalam hal pengetahuan tentang pengeporasian sekoci pendarat pasukan (SPP) dan perahu karet secara terpadu dari kapal-kapal menuju ke pantai dalam mendukung operasi amfibi, sehingga mampu melaksanakan fungsi dan peran TNI AL, “kata Komandan Satfib Koarmatim Kolonel Laut (P) Achmadi Heri Purwono. Adapun sasaran yang ingin dicapai dalam latihan ini, lanjut Komandan Satfib Koarmatim, yaitu para prajurit memiliki pengetahuan dan keterampilan tentang latihan terpadu pengeporasian sekoci pendarat pasukan (SPP) dan perahu karet dalam operasi amfibi. Mampu bertindak sebagai pengendali dan pelaksana GKK dalam operasi amfibi dengan baik sesuai prosedur. Mampu bertindak sebagai pengendali dan pengawak perahu karet secara baik sesuai prosedur. Mampu melaksanakan manuvera taktis dan memelihara serta meningkatkan kemampuan dasar prajurit sesuai dengan tugasnya.

Dispenarmatim

Sunday, August 8, 2010

Akademi TNI Diakui Kementerian Pendidikan Nasional

Komandan Jenderal Akademi TNI Mayjen TNI (Mar) Nono Sampono memeriksa pasukan saat memimpin upacara Pembukaan Pendidikan Dasar Keprajuritan Taruna Akademi Militer TNI tingkat I tahun pendidikan 2010/2011 di lapangan Sapta Marga, lembah Tidar ,Akmil Magelang, Jateng, Jumat (6/8). Sebanyak 466 calon taruna terdiri atas 252 orang Akademi Militer, 102 orang Angkatan Udara, dan 112 orang Angkatan Laut akan menjalani pendidikan dasar keprajuritan di kawah Candradimuka komplek Akmil Magelang selama tiga bulan sebelum menjadi prajurit siswa tingkat satu. (Foto: ANTARA/Anis Efizudin/ss/ama/10)

06 Agustus 2010, Magelang -- Komandan Jenderal Akademi Tentara Nasional Indonesia, Mayor Jenderal TNI (Marinir) Nono Sampono, menyatakan keilmuan di Akademi TNI telah diakui oleh Kementerian Pendidikan Nasional.

"Ilmu yang ada di Akademi TNI telah diakui Kementerian Pendidikan Nasional sehingga tidak perlu mencari universitas sebagai pemangkunya," kata Nono Sampono di Magelang, Jumat.

Ia mengatakan hal tersebut usai membuka Pendidikan Dasar Keprajuritan Tingkat I Tahun Pendidikan 2010/2011 di Lapangan Sapta Marga kompleks Akmil Magelang.

Sejumlah calon taruna yang mengikuti kegiatan tersebut terdiri atas 252 orang dari matra darat, 102 orang dari matra udara, dan 112 orang dari matra laut.

Menurut dia, ilmu yang ada di Akademi TNI telah diakui sebagi disiplin ilmu tersendiri di bidang pertahanan.

Mulai angkatan 2007, taruna di Akademi Militer, Akademi Angkatan Laut, dan Akademi Angkatan Laut menjalani masa pendidikan selama empat tahun atau setara dengan D-IV.

"Mulai lulusan 2011 akan diakui sama dengan sekolah tinggi lainnya. Dengan empat tahun kuliah atau delapan semester rata-rata mendapat 152 sistem kredit semester (SKS)," katanya.

Menyinggung tentang pola pendidikan dan latihan memasuki bulan Ramadhan bagi calon taruna yang mengikuti pendidikan dasar keprajuritan, dia mengatakan, "Tidak ada masalah, tetap dilaksanakan sesuai porsi yang ada."

"Pendidikan dan latihan selama Ramadhan biasa saja sesuai dengan porsi, hanya jadwal pelaksanaannya disesuaikan. Kegiatan yang biasanya dilakukan siang hari ada yang dialihkan ke sore atau malam hari," katanya menegaskan.

ANTARA Jateng

Siswa Kopaska Latihan Staybo

06 Agustus 2010, Surabaya -- Sebanyak 21 orang siswa Komando Pasukan Katak (Kopaska) Kobangdikal dengan menggunakan Helikopter melaksanakan latihan Staybo dan Fast Rope di Lapangan Ambalat Komando Armada RI Kawasan Timur (Koarmatim) Ujung Surabaya, Jumat (6/8). Sejak pagi hari, pesawat Helikopter jenis NBELL-412 dari Pusat Penerbangan TNI Angkatan Laut (Puspenerbal) ini meraung-raung memutar di lingkungan Koarmatim. Beberapa kali melakukan take of dan landing untuk menurunkan dan membawa terbang siswa Kopaska untuk melaksanakan latihan staybo dan fast rope. Kegiatan latihan tersebut juga ditinjau Kepala Staf Koarmatim Laksmana Pertama TNI Arief Rudianto, SE dengan didampingi Komandan Denmako Koarmatm Letkol Laut (P) Charmadi dan beberapa perwira staf.

Dispenarmatim

Saturday, August 7, 2010

33 Orang Siswa Diktaifib Marinir Berhak Kenakan Brevet Para

Seorang siswa dari Pendidikan Intai Amfibi (Diktaifib) Marinir akan mendarat di tempat sasaran mendarat saat mengikuti latihan dan praktek keparaan (Lattek Keparaan) atau wing day di lapangan Moeljadi, Komando Pengembangan dan Pedidikan Angkatan Laut (Kobangdikal) Surabaya, Jumat (6/8). Wing day tersebut diikuti 8 dari 33 siswa Diktaifib angkatan ke XXXVI tahun ajaran 2009 dari 6000 feet dengan tujuan untuk mengasah kemampuan terjun tempur. (Foto: ANTARA/M Risyal Hidayat/hp/10)

06 Agustus 2010, Surabaya -- Setelah menjalani latihan Keparaan yang melelahkan selama 1,5 bulan, akhirnya 33 orang siswa Pendidikan Intai Amfibi angkatan ke-36 (Diktaifib) yang berada di Sekolah Khusus Pusdik Infantri Marinir Kobangdikal berhak mengenakan Brivet Para.

Penyematan dilaksanakan setelah demontrasi penerjunan yang diwakili 8 orang siswa Diktaifib yang terjun dari ketinggian 6000 vit dan mendarat Lapangan Moeljadi sekaligus tempat pelaksanaan upacara penyematan. Wakil komandan Kobangdikal Brigadir Jendral TNI Marinir P. Verry Kunto. G, SH meyematkan brivet para kepada para peserta latihan, Jumat (6/8).

Menurut Komandan Sekolah Khusus (Dansesus) Pusdikif Marinir Letkol Mar Nur Azis mengatakan bahwa pelaksanaan latihan keparaan ini merupakan tahap terakhir dari rangkaian pendidikan Taifib yang berlangsug 10 buan.

“Sebelumnya mereka telah menjalani tahap hell week, tahap menembak berbagai jenis senjata ringan, tahap kelautan, tahap komando hutan, intai amfibi, grilya lawan grirya, intelijen, renang dan penyelaman,” terang pamen melati 2 lulusan AAL 38 ini.

Sementara itu Komandan Kobangdikal dalam amanatnya yang dibacakan Wadan Kobangdikal mengatakan Latek tahap akhir yang dilaksanakan selam 1,5 bulan ini, bertujuan untuk member bekal pengetahuan, keterampilan dan kemampuan siswa Diktaifib terhadap teknik pelaksanaan terjun payung bebas (Free Fall) sehingga siap melaksanakan tugas operasi/ infiltrasi melalui media udara baik secara perorangan maupun tim.

Sebagai pasukan khusus, lanjutnya tentu membutuhkan tampilnya prajurit yang handal dan memiliki disiplin tinggi. Ini berarti profesionalme merupakan focus utama dari lahirnya prajurit yang bermoral, professional dan berani. Oleh karena itu kemampuan khusus yang telah dimiliki yang ditandai dengan brevet didada, harus diimbangi dengan meningkatnya profesionalisme serta rasa tanggungjawab sebagai pasukan elit Korps Marinir.

“Kebanggaan itu harus dijawab dengan memberikan kontribusi yang fositif dalam pelaksanaan tugas nanti,” pinta orang nomor satu Kobangdikal ini.

Dalam menghadapi tantangan tugas kedepan yang semankin konpleks dan luas, tambah mantan Danpuspenerbal ini- usai melaksanakan latihan keparaan bukan berarti selesai, tetapi harus diasah terus dan diharaapkan mampu melaksanakan berbagai tugas sebagai tim di dropping zone dalam rangka pelaksanaan operasi pendaratan amfibi untuk penyiapan penerjunan dalam menggunakan parasut static maupun terjun bebas sekala besar maupun kecil dan pas berada di titik pendaratan/ sasaran dalam keadaan aman.

Kobangdikal

Percepat Pembangunan Alutsista dan Militer


07 Agustus 2010, Jakarta -- Penataan kekuatan alat utama sistem senjata (alutsista) dan profesional TNI sebagai alat pertahanan negara perlu dipercepat dan terkonstruksi dalam program pembangunan pertahanan jangka panjang. Kekuatan militer Indonesia jauh tertinggal dibandingkan dengan negara-negara tetanggai di kawasan Asia Tenggara.

Hal itu dikatakan pengamat militer Universitas Indonesia (UI) Connie Rahakundini Bakrie, dan pengamat hubungan internasional Universitas Gadjah Mada (UGM) Dafri Agussalim di Jakarta, Jumat (6/8).

Pada umumnya, teknologi alutsista yang dimiliki TNI Angkatan Darat (AD), AU dan AL sudah masuk ketegori sangat tua. Khsusus TNI AL, KRI dan kapal angkut yang dimiliki sebagiannya berusia di atas 50 tahun. Kondisi yang sama juga dialami TNI AU memiliki pesawat tua yang masih dipaksakan untuk terbang.

Sedangkan, industri pertahanan yang belum setahun dibangun pemerintah Indonesia belum menunjukan perkembangan karena ketidakseriusan intansi-instansi yang terlibat di dalamnya, seperti Kemenhan, Kemen BUMN dan Kemenkeu. Gema kemandirian alutsista hanya terdengar pada awal pemerintahan Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) II.

Jika dibandingkan dengan negara tetangga Singapura yang hanya mempunyai luas wilayah sebesar 648 km2 atau sama dengan luas DKI Jakarta, Connie menilai, kekuatan TNI pun relatif jauh tertinggal.

"Memang, kekuatan pertahanan kita tidak usah dibandingkan negara-negara adi daya, seperti AS maupun Rusia. Tapi, bila dibandingkan dengan Singapura kita masih tertinggal," ujarnya.

Ia menambahkan, alokasi anggaran TNI di dalam anggaran pendapatan belanja negara (APBN) dibanding anggaran pos lainnya, termasuk rendah untuk memenuhi belanja kebutuhan pertahanan. Idealnya, belanja pertahanan mendapat alokasi anggaran 5,7 persen dari produk domestik bruto (PDB) agar terhindar dari berbagai ancaman seperti kehilangan wilayah hingga separatisme.

"Anggaran TNI tidak pernah lebih dari satu persen atau rata-rata hanya 0,98 persen dari PDB, bahkan tahun ini malah turun jadi 0,6 persen karena ada Pemilu," kata Connie.

Minimnya anggaran itu mempersulit TNI untuk menata kekuatan dalam konteks ideal sebagai alat pertahanan negara. "Sebagai benteng pertahanan negara, pemerintah sebaiknya melakukan percepatan pembangunan pertahanan baik terhadap sumber daya manusia maupun terhadap faktor pendukung, seperti alutsista," ujarnya.

Macan Asia

Sementara itu, Dafri Agussalim cukup prihatin atas kekuatan pertahanan RI yang belum mengalami kemajuan siginifikan apabila dibandingkan dengan negara-negara tetangga, seperti Singapura dan Malaysia. Padahal, Indonesia merupakan negara terbesar di Asia Tenggara dan sempat dijuluki "macan Asia".

Saat ini, menurut dia, negara-negara di kawasan Asia Tenggara saling berlomba dalam satu persaingan terselubung untuk memperkuat pertahanan negaranya. Adanya persaingan ini dinilai wajar karena sesama anggota Asean masih sering terjadi konflik. Mereka saling mengintai persenjataan masing-masing negara.

"Persaingan senjata di kawasan Asia Tenggara memiliki efek spiral. Jika ada salah satu negara memperkuat militernya, maka negara lain pun tidak akan mau kalah, maka terjadilah perlombaan pengadaan persenjataan untuk memperkuat pertahanan negara mereka," katanya.

Suara Karya

Tindakan Satgas Yon Mekanis Konga XXIII-D Unifil Saat Konflik IDF dan LAF

(Foto: Reuters)

06 Agustus 2010, Lebanon -- Prajurit Satgas Yon Mekanis Kontingen Garuda XXIII-D/Unifil (Indobatt) dengan sigap bertindak profesional dan imparsial dalam mengemban tugas serta tanggung jawabnya selaku Peacekeeper saat terjadi ketegangan antara IDF (Israeli Defence Forces) dan LAF (Lebanese Armed Forces) di salah satu Observation Post (OP) di daerah Al-Adaisse yang terkenal dengan sebutan ”Panorama Point” dan masih dalam Area of Responsibility (AOR) Indobatt di Lebanon Selatan, Selasa (3/8).

Menurut Komandan Satuan Tugas Batalyon Mekanis Kontingen Garuda XXIII-D/Unifil (Indonesian Battalion/Indobatt), Letkol Inf Andi Perdana Kahar, tindakan menengahi yang sangat berani dilakukan oleh prajurit TNI berawal dari rencana kegiatan pemotongan batang pohon cemara yang tumbang dan mengenai pagar/Technical Fence oleh pihak IDF (Israeli Defence Forces). Kegiatan IDF ini tidak disetujui LAF (Lebanese Armed Forces) dan mendapat tentangan, karena menurut LAF pohon tersebut berada di wilayah negaranya. Walaupun kegiatan ini telah dipantau dan mendapatkan ijin dari UNIFIL (United Nations Interim Force In Lebanon) selaku pemegang mandat pemelihara perdamaian di wilayah Lebanon Selatan, namun pada kenyataannya kegiatan IDF di lapangan ini mendapatkan tentangan yang sangat keras dari LAF serta memicu ketegangan antara kedua belah pihak.

Lebih lanjut Komandan Indobatt menyatakan, sebagai pasukan penjaga perdamaian, Kompi A Indobatt telah melakukan segala upaya prosedural se-maksimal mungkin untuk meredakan situasi. Upaya negosiasi kedua pihak di lapangan yang dimediasi oleh Indobatt dan Liaison Officer (LO) dari markas UNIFIL, telah dilakukan selama kurang lebih 4 (empat) jam. Demi meredakan ketegangan yang terjadi, Danki A Indobatt Kapten Inf Fardin Wardhana mengambil resiko meloncati pagar pengaman jalan, kemudian turun mendekat ke area Blue-Line yang belum sepenuhnya bersih oleh ranjau (UXO), dengan mengibar-ngibarkan bendera PBB dan berdiri di tengah-tengah kedua belah pihak yang sedang berhadap-hadapan dengan bersenjata lengkap (pointing). Bukan hanya itu saja, anggota Tim Kompi A Indobatt yang saat itu berjaga-jaga di Observation Post (OP) tersebut, seluruhnya membantu dengan mengibarkan bendera sambil mengangkat tangan serta meminta kepada kedua pihak agar dapat menahan diri dan dapat mencari kata sepakat mengenai pemotongan pohon cemara tersebut.

Menurut keterangan yang diperoleh dari saksi mata Lettu Inf Arief Widyanto, selaku Perwira Force Protection Indobatt yang saat itu berada di tempat kejadian, dijelaskan bahwa situasi menjadi makin menegangkan dan sangat tidak terkendali saat salah satu pihak melepaskan tembakan. Tembakan tersebut selanjutnya memicu terjadinya kontak tembak antara IDF dan LAF. Sesuai prosedur, prajurit Indobatt melakukan tindakan taktis mencari tempat perlindungan di sekitar lokasi kejadian saat terjadi baku tembak antara LAF dan IDF. Sesuai dengan perintah Komando, prajurit Indobatt kemudian melaksanakan pengunduran diri mencari posisi berlindung yang aman dan menunggu perintah lebih lanjut. Baku tembak ini melibatkan dua pesawat Heli Apache dan 3 (tiga) Tank ”Markava” IDF, yang melepaskan tembakan ke arah kedudukan pasukan LAF.

Situasi pertempuran yang makin hebat dan membahayakan personel Unifil dalam hal ini Indobatt, memaksa Markas Komando Sektor Timur Unifil mengambil keputusan dan memerintahkan Komandan Indobatt untuk menarik personel Indobatt yang berada di lokasi kontak tembak ke posisi yang lebih aman sambil tetap memonitor keadaan. Dalam proses penarikan pasukan tersebut, personel Kompi A Indobatt terpecah menjadi dua kelompok yang terpisah satu sama lain karena gencarnya tembakan yang dikeluarkan oleh kedua pihak dalam pertempuran tersebut. Satu kelompok ke arah Al-Adaisse dan kelompok yang lain ke arah Kafer Kela. Dari hasil pengecekan personel, didapati masih ada dua personel yang belum diketahui keberadaannya dan putus kontak dengan induk pasukan.

(Foto: AP)

Selama satu jam lebih, keberadaan dua prajurit tersebut ternyata masih berada di lokasi peristiwa kontak senjata. Kedua prajurit Indobatt ini, terjebak dalam kontak senjata kedua belah pihak dan hanya bisa berlindung di balik bangunan tanpa dapat malakukan pengunduran dari daerah pertempuran. Setelah kontak tembak sedikit mereda Kopda Zulkarnain dan Praka Oksa berusaha mencari pasukan kawan ke arah Kafer Kela yang merupakan Area of Responsibility (AoR) Spain Battalion. Kedua prajurit ini tidak bertemu dengan satupun anggota Peacekeeper yang diharapkan berada di pos pengamatan Spainbatt, karena telah ditarik mundur oleh Komando Atas.

Dari keterangan kedua prajurit tersebut, mereka memutuskan untuk menuju ke arah Fatima Gate, persimpangan jalan dimana terdapat OP (Observation Post) Spainbatt lainnya. Sama seperti kejadian pada pos sebelumnya, mereka tidak menemukan satupun anggota UN yang siaga di tempat tersebut. Dalam keadaan putus hubungan komunikasi dengan pasukan induk serta tanpa mengetahui situasi terakhir, mereka menerima bantuan salah satu masyarakat Lebanon yang bersedia mengantarkannya ke markas Indobatt UN Posn 7-1 desa Adshit Al-Qusayr yang berjarak 15 Km dari Fatima-Gate.

Dari peristiwa kontak tembak antara LAF dan IDF telah jatuh korban dari kedua belah pihak. Dari pihak Lebanon, tiga anggota LAF dan satu orang jurnalis AL-Akhbar Lebanese tewas di tempat. Sedangkan dari pihak IDF, dua orang Perwiranya menjadi korban dan meninggal dunia. Untuk pihak Indobatt sendiri, tidak ada kerugian personel maupun material. Hal ini dikarenakan kesigapan prajurit Indobatt dalam melaksanakan tindakan pengunduran pasukan sesuai dengan STIR (Standardize Tactical Incident Reaction) yang dilakukan berdasarkan perintah Komando Atas dalam hal ini oleh Sektor Timur UNIFIL.

Puspen TNI

Friday, August 6, 2010

Kemhan Serah Terimakan Digital Radio Trunking System EADS Tetra kepada Mabes TNI


05 Agustus 2010, Jakarta -- Kementerian Pertahanan (Kemhan) melalui Direktorat Jenderal Sarana Pertahanan (Ditjen Ranahan) Kemhan yang diwakili oleh PLT Dirjen Ranahan Laksma TNI Susilo melakukan penyerahan secara simbolis Digital Radio Trunking System EADS Tetra dari Kemhan kepada Mabes TNI selaku pengguna, Rabu (4/8), di gedung Ditjen Ranahan Kemhan, Jakarta. Dalam acara serah terima dan penandatanganan settlement agreement tersebut, pihak Mabes TNI diwakili oleh Waas Komlek Panglima TNI Brigjen TNI Supriyadi dan pihak EADS Perancis (European Aeronautic Defence and Space Company) diwakili oleh Head of Representative Laurent Godin.

Dalam sambutannya PLT Dirjen Ranahan menyampaikan harapannya agar Digital Radio Trunking System dapat bermanfaat untuk meningkatkan kesiapan operasional sistem pengamanan garnisun ibukota maupun untuk mendukung kegiatan dan tugas-tugas operasional Mabes TNI lainnya.

Selaku wakil dari Kemhan, PLT Dirjen Ranahan menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang tinggi kepada pihak-pihak yang telah memberikan dukungan, bantuan dan rekomendasinya dalam pelaksanaan instalasi, pelatihan, commisioning, dan uji fungsi dari Digital Radio Trunking System EADS Tetra.

Dalam kesempatan yang sama Waas Komlek Panglima TNI saat membacakan amanat Askomlek Panglima TNI menyampaikan bahwa pelaksanaan pembangunan Digital Tetra EADS didukung oleh peralatan modern yang ditempatkan di lima lokasi, telah berfungsi dengan baik serta siap operasional untuk digunakan oleh TNI khususnya Kodam Jaya dan jajarannya dalam rangka untuk mendukung pengamanan ibukota Jakarta.

Satu hal yang patut menjadi perhatian adalah masih rendahnya kesiapan dan penguasaan prosedur operasional Tetra EADS oleh Sumber Daya Manusia (SDM) yang akan mengawaki peralatan tersebut. Mengingat peralatan tersebut tergolong canggih dalam pengoperasionalannya, serta komplesitas keseluruhan fitur-fitur yang ada didalamnya, maka diharapkan agar rencana penataan ulang oleh pihak EADS terhadap operator Satkomlek TNI, Hubdam Jaya, Hubrem dan Kodim tentang penggunaan sistem komunikasi data dapat dilaksanakan secepat mungkin. Sehingga penggunaan peralatan trunking EADS dan Network Management System oleh Kodam Jaya beserta jajarannya dapat berjalan dengan optimal.
Sekilas Mengenai Teknologi Tetra

Aplikasi monitoring pergerakan pasukan sistem komunikasi digital tetra merupakan salah satu aplikasi pada Sistem Komunikasi Digital Tetra yang merupakan teknologi komunikasi digital termodern saat ini yang akan segera digunakan oleh TNI. Aplikasi Monitoring Pergerakan Pasukan menggunakan fitur GPS yang ada pada terminal Tetra baik Handled Radio maupun Mobile Radio.

Aplikasi ini sangat membantu komando di pusat kendali (Command Control) melakukan pengendalian pasukan di lapangan pada situasi kerusuhan atau gangguan keamanan lainnya. Setiap Radio Tetra yang digunakan oleh pasukan di lapangan memiliki identitas yang khas (ID) yang kemudian diterjemahkan pada digital map yang ada di komando dengan identitas warna tertentu sesuai fungsinya di lapangan, misalnya: warna hijau untuk pasukan pemukul, warna merah untuk agen penyusup dan warna ungu untuk penembak jitu (sniper).

Aplikasi ini memungkinkan Komandan lapangan untuk melokalisir daerah sasaran (agen penyusup), mengetahui posisi unit penindak dan mengetahui pergerakan pasukan (auto personal tracking).

DMC

TNI Siapkan Satgas Yon Mekanis ke Lebanon

Dalam amanatnya Asops Panglima TNI mengatakan bahwa keikutsertaan bangsa Indonesia pada misi pemeliharaan perdamaian merupakan implementasi dari cita-cita bangsa Indonesia yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945. (Foto: Puspen TNI)

06 Agustus 2010, Bandung -- TNI kembali menyiapkan Satuan Tugas (Satgas) Bataliyon Infanteri Mekanis Konga XXIII-E/Unifil, Satgas Kompi Polisi Militer (MPU) XXV-C/Unifil, dan Satgas Force Protection Company Konga (FPC) XXVI C-2/Unifil Tahun 2010/2011, untuk mengantikan Satgas Yonif Mekanis Konga XXIII-D/Unifil, Satgas MPU XXV-B/Unifil dan Satgas FPC XXVI C-1/Unifil di Lebanon, yang akan berakhir masa tugasnya.

Latihan penyiapan Satgas tersebut dilaksanakan selama kurang lebih 1 bulan dan secara resmi dibuka oleh Asisten Operasi (Asops) Panglima TNI Mayor Jenderal TNI Tono Suratman., di Pusat Pendidikan Infanteri Cipatat Bandung, Jumat (6/8).

Dalam amanatnya, Asops Panglima TNI mengatakan bahwa keikutsertaan bangsa Indonesia pada misi pemeliharaan perdamaian merupakan implementasi dari cita-cita bangsa Indonesia yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945 Alenia-4 yang berbunyi “Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial”, dan dijabarkan melalui Undang-Undang RI Nomor 34 Tahun 2004 tentang TNI, dimana pada pasal 20 ayat 3 secara jelas ditegaskan bahwa TNI melaksanakan tugas perdamaian dunia sesuai dengan kebijaksanaan politik luar negeri.

Keikutsertaan bangsa Indonesia khususnya TNI dalam misi perdamaian dunia di bawah bendera PBB diawali sejak tahun 1957 di Mesir, kemudian pada tahun 1960 mengirimkan Kontingen Garuda II ke Kongo, yang diikuti oleh Kontingen Garuda berikutnya sampai sekarang. Bahkan ke depan PBB mengharapkan TNI untuk lebih berperan sebagai Troops Contributing Country (TCC) dengan menambah kekuatan Kontingen Garuda. Pemerintah telah mengambil kebijakan akan mengirimkan 1 (satu) kapal perang Republik Indonesia yaitu KRI Frans Kaisiepo 368 ke Lebanon dan 1 Kompi Zeni ke Haiti tambahnya.

Pasukan yang akan dikirim ini adalah Satgas Bataliyon Infanteri Mekanis Konga XXIII-E/Unifil, Satgas Kompi Polisi Militer (MPU) XXV-C/Unifil, dan Satgas Force Protection Company Konga (FPC) XXVI C-2/Unifil. (Foto: Puspen TNI)

Latihan tersebut dibuka oleh Asisten Operasi (Asops) Panglima TNI Mayor Jenderal TNI Tono Suratman. (Foto: Puspen TNI)

Latihan penyiapan Satgas tersebut dilaksanakan selama kurang lebih 1 bulan. (Foto: Puspen TNI)

Asisten Operasi (Asops) Panglima TNI Mayor Jenderal TNI Tono Suratman melakukan inspeksi pasukan. (Foto: Puspen TNI)

Lebih lanjut Asops mengatakan, para peserta latihan dituntut memiliki pengetahuan yang mendalam tentang konflik yang terjadi dan bagaimana menyikapinya. Dan juga harus mampu dan dapat menjadi penengah antara pihak-pihak yang bertikai secara imparsial, sehingga tidak dianggap memihak pada salah satu kelompok oleh para pihak yang bertikai. Serta harus mampu memahami tentang Minimum Use Of Force atau penggunaan senjata seminimum mungkin karena semuanya sudah diatur di dalam Rules of Engagement (ROE) dan Standart Operating Procedures (SOP) yang merupakan pedoman bagi peacekeepers dalam setiap langkah dan tindakan.

Sebelum mengakhiri amanatnya Asops memberikan beberapa penekanan : Pertama , Tingkatkan iman dan taqwa kepada Tuhan YME, sehingga benar-benar siap melaksanakan latihan dan tugas operasi dimanapun berada dengan berpedoman pada ajaran agama dalam sikap dan perbuatan; Kedua, Laksanakan latihan dengan penuh rasa tanggung jawab, kesungguhan, dedikasi dan disiplin yang tinggi.

Ketiga, Pelihara realisme latihan dengan situasi daerah operasi yang dihadapi sehingga didapat kemampuan yang sesuai dengan tuntutan tugas; Keempat, Manfaatkan latihan ini untuk meningkatkan profesionalisme; dan Kelima, Tingkatkan kemampuan berbahasa Inggris karena akan digunakan sebagai alat komunikasi di daerah operasi.

Turut hadir pada acara tersebut, di antaranya Kepala Pusat Pemeliharaan Perdamaian Dunia (KA PMPP )TNI, Brigjen TNI I Gede Sumertha KY, PSC; dan Kepala Pusat Kesehatan (Kapuskes) TNI Marsma TNI dr. Mariono R. Sp.OG., Sp.Kp.

Puspen TNI/Pos Kota

Panglima Bantah TNI Tinggalkan Pertempuran Israel-Lebanon

Pasukan Perdamaian PBB dari Indonesia menggunakan paser Anoa mengawasi alat berat pasukan Israel yang beroperasi dekat garis perbatasan dengan Lebanon, di desa Adaisseh, Rabu (4/8). Pasukan Israel dan Lebanon baku tembak diwilayah ini, setelah tentara Israel menebang pohon Cypress yang diklaim berada di wilayah Lebanon. Insiden ini menewaskan dua prajurit Lebanon, satu perwira Israel berpangkat Letkol serta seorang jurnalis. (Foto: AP)

05 Agustus 2010, Bogor (ANTARA News) - Panglima TNI, Jenderal TNI Djoko Santoso, membantah prajurit TNI yang tergabung dalam United Nations Interim Force in Lebanon (Unifil) meninggalkan medan pertempuran saat terjadi kontak senjata antara pasukan bersenjata Israel dan Lebanon.

"Bukan kabur, sampai kemarin pasukan kita berlindung di bangunan di situ," kata Djoko ketika ditemui di sela-sela rapat kerja nasional di Istana Bogor, Kamis.

Pasukan perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa/PBB untuk Lebanon (Unifil) yang melibatkan sejumlah militer profesional, termasuk batalyon TNI, menjalankan misi di Lebanon Selatan


Prajurit TNI anggota Pasukan Penjaga Perdamaian PBB bersama Prajurit Lebanon berdiri di perbatasan Lebanon-Israel di desa Adaisseh, Selasa (3/8) saat terjadi baku tembak. Satu helicopter Israel menembak dua rudal ke pos AD Lebanon dekat desa Adaisseh menghancurkan kendaraan lapis baja pengangkut pasukan. (Foto: Reuters)

Menurut Djoko, pasukan TNI justru telah melakukan upaya menjaga perdamaian dengan melaporkan kontak senjata itu.

Sesaat setelah kontak senjata, pasukan TNI langsung melapor ke pos komando dan ke pihak yang bertikai. Melapor dan berlindung, kata Djoko, adalah prosedur yang tepat yang harus dilakukan oleh pasukan TNI.

Sebagai anggota pasukan penjaga perdamaian, pasukan TNI tidak boleh terlibat dalam kontak senjata.

"Iya, kita kan peace keeping, ada mekanismenya, dilaporkan ke atas," kata Djoko.

Ia menyampaikan hal itu menanggapi maraknya pemberitaan media luar negeri tentang kaburnya tentara Unifil asal Indonesia dalam kontak tembak di Lebanon beberapa hari lalu.

Kontak senjata itu terjadi antara pasukan bersenjata Israel dan Lebanon di perbatasan kedua negara tersebut.

Bahkan, sebuah pernyataan menyebutkan bahwa pasukan Indonesia melarikan diri menggunakan taksi untuk menghindari insiden itu.

ANTARA News

Perwira TNI AU dan TNI AL Belajar SAR di RAAF

06 Agustus 2010 -- Perwira TNI AL dan TNI AU dari berbagai skuadron mengunjungi Pangkalan AU Australia di Ediburgh. Rombongan TNI mempelajari persamaan dan perbedaan prosedur SAR di 92 Wing Air Life Support Section, serta melihat kemampuan pesawat intai maritim AP-3C Orion yang dapat digunakan untuk misi SAR. Para perwira sebagai penanggung jawab masalah SAR di satuannya.


Flying Ofice Joshua Williams dan Sersan Palmer dari Skuadron 10 memandu rombongan perwira TNI AL dan TNI AU saat meninjau 92 Wing di Pangkalan AU Australia, Edinburgh. (Foto: Australia DoD)

Kurush Bilimoria anggota 92 Wing memperlihatkan kit SAR yang digunakan di AP-3C Orion pada Mayor Budiono Sugeng (kiri) pilot skuadron 32 dan Mayor B. Sudewo pilot skuadron 5. (Foto: Australia DoD)

Thursday, August 5, 2010

Oman Borong 18 F-16 Block 50/52

F-16D AU Kesultanan Oman. (Foto: Lockheed Martin)

05 Agustus 2010 -- Kesultanan Oman mengajukan pembelian 18 jet tempur F-16 Block 50/52 berikut perlengkapannya senilai 3,5 milyar dolar, termasuk upgrade 12 F-16 Block 50/52 yang dioperasikan AU Oman.

Oman akan membeli juga 20 mesin jet F100-PW-229 or F110-GE-129, 36 LAU- 129/A Common Rail Launchers, 24 set radar APG-68(V)9, 20 kanon M61 20mm Vulcan, 22 AN/ARC-238 Single Channel Ground and Airborne Radio Systems dengan HAVE QUICK I/II, 40 Joint Helmet Mounted Cueing Systems, 36 LAU-117 MAVERICK Launchers, 22 ALQ-211 Advanced Integrated Defensive Electronic Warfare Suites (AIDEWS) or Advanced Countermeasures Electronic Systems (ACES) (ACES includes the ALQ-187 Electronic Warfare System and AN/ALR-93 Radar Warning Receiver), Advanced Identification Friend or Foe (AIFF) Systems dengan Mode IV, 34 Global Positioning Systems (GPS) dan Embedded-GPS/Inertial Navigation Systems (INS), 18 AN/AAQ-33 SNIPER Targeting Pods atau sistem lain serupa kemampuannya, 4 DB-110 Reconnaissance Pods (RECCE), 22 AN/ALE-47 Countermeasures Dispensing Systems (CMDS), dan 35 ALE-50 Towed Decoys.

Pada Mei 2002, Oman menandatangani pembelian 12 F-16 Block 50/52, terdiri dari 8 F-16C kursi tunggal dan 4 F-16 kursi tandem dibawah program Peace A'sama A'safiya. Pesawat menggunakan mesin buatan General Electric F110-GE-129. Pesawat pertama diserahkan di Lockheed Martin, Fort Worth, Texas pada 5 Agustus 2005. Pesawat terakhir diterima 2006.

Pembelian ini menempatkan AU Oman sebagai pengguna F-16 ke-23 di dunia dan ke-5 di Arab.

DCSA/Berita HanKam

Jabatan Wadan Lantamal IX Diserahterimakan

04 Agustus 2010, Ambon -- Jabatan Wakil Komandan (Wadan) Pangkalan Utama Angkatan Laut (Lantamal) IX Ambon diserahterimakan Rabu dari Kolonel Laut (P) Edy Sugiatmo kepada Kolonel Laut (P) Aswoto Saranang.

Upacara serah terima jabatan Wadan Lantamal IX berlangsung secara sederhana di Desa Halong, Ambon dengan pemimpin upacara Komandan Lantamal IX, Laksamana Pertama TNI Dadang S. Wirasuta.

“Melalui pergantian pejabat ini, diharapkan dapat tumbuh gagasan-gagasan baru dalam aspek pembinaan kemampuan dan kekuatan demi pencapaian tugas pokok TNI AL secara optimal, baik sebagai inti pertahanan di laut maupun sebagai salah satu komponen pembangunan bangsa,” kata Laksamana Pertama TNI Dadang S. Wirasuta.

Selain serah terima Jabatan Wadan Lantamal IX, dalam upacara tersebut juga berlangsung serah terima jabatan Komandan kapal perang KRI Barakuda-814 yang berfungsi sebagai kapal kepresidenan dalam Sail Banda, dari Mayor Laut (P) Eka Prabawa kepada Mayor Laut (P) Setyo Widodo.

Komandan Lantamal IX Laksamana Pertama TNI Dadang S. Wirasuta menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang tinggi kepada Eddy Sugiatmo atas pengabdiaanya kepada Lantamal IX, terutama dalam kapasitasnya sebagai Komandan Satgas bhakti sosial Surya Bahskara Jaya (SBJ) dalam Sail Banda yang berhasil menyukseskan kegiatan tersebut.

Ucapan yang sama juga disampaikan kepada Mayor Laut (P) Eka Prabawa atas pengabdiannya menjalankan tugas, mengawaki KRI Barakuda 814 dengan Loyalitas yang tinggi terhadap semua anak buahnya.

Menurut Kepala Dinas Penerangan Lantamal IX, Mayor Laut (E) Wahyu Broto, setelah meningalkan Lantamal IX, Edy Sugiatmo akan menempati jabatan baru sebagai Perwira Menegah Staf Ahli Opslat Bidang Dokstraops Staf Ahli Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal).

Sementara Eka Prabawa akan menjabat sebagai sebagai Komandan KRI Keris-624.

“Pergantian jabatan merupakan hal yang rutin sebagai bagian dari upaya pembinaan personil. Namum di sisi lain, pergantian itu diharapkan dapat membawa suasana penyegaran dalam tubuh organisasi, sekaligus memberikan kesempatan bagi pejabat baru untuk berkarya,” kata Wahyu Broto.

ANTARA Maluku

Kopassus Akan Latihan Bersama Pasukan Khusus Australia


05 Agustus 2010, Jakarta -- Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus Mayjen TNI Lodewijk Freidrich Paulus, mengatakan, pihaknya akan kembali menggelar latihan bersama dengan pasukan khusus Australia pada September 2010.

"Latihan akan dilaksanakan di Bali, pada September 2010 setelah Hari Raya Idul Fitri," kata Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus (Kopassus) Lodewijk, menjawab ANTARA News di Jakarta, Kamis.

Lodewijk mengemukakan, hubungan Kopassus dan pasukan khusus Australia (SAS) semakin baik dengan menggelar latihan bersama secara rutin, untuk meningkatkan kemampuan dan profesional masing-masing sebagai pasukan khusus.

"Latihan dilakukan secara rutin, hanya tempatnya bergantian kadang di Indonesia, kadang di Australia. Tahun ini, kita akan adakan di Bali," ujarnya.

Tentang materi yang akan dilatihkan bersama, Lodewijk mengatakan, materi latihan akan difokuskan pada pemberantasan terorisme.

Kerjasama Kopassus- SAS sempat terhenti sejak 1999 menyusulnya terjadinya kerusuhan di Timor-Timur (kini Timor Leste) seusai jajak pendapat.

Pemulihan kerja sama Kopassus-SAS, Australia berawal dari kunjungan Komandan SAS Australia yang kemudian diikuti kunjungan Kepala Staf Angkatan Darat Australia, Letjen Peter Leahy pada akhir 2002.

Langkah pemulihan diambil Australia, pasca ledakan Bom Bali I pada Oktober 2002 yang menewaskan sebagian besar warga negara Australia yang tengah berada di Pulau Dewata.

Selain Australia, Kopassus juga rutin mengadakan latihan bersama dengan Singapura dan Thailand. Kini Kopassus tengah merumuskan kembali latihan bersama dengan pasukan khusus Amerika Serikat (AS) yang juga sempat terhenti pada sekitar sebelas tahun silam, karena dugaan pelanggaran HAM oleh TNI di Timor-Timur.

ANTARA News

Kopassus Siap Latihan di AS

Detasemen Anti Teror Kopassus. (Foto: Getty Images)

05 Agustus 2010, Jakarta (ANTARA News) - Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus (Kopassus) Mayjen TNI Lodewijk Freidrich Paulus mengatakan, Kopassus bersiap untuk kembali menggelar latihan bersama dengan satuan khusus Amerika Serikat.

"Rumusan mengenai mekanisme, bentuk dan materi latihan sedang dirumuskan kementerian pertahanan dan militer kedua negara," kata Lodewijk kepada ANTARA di Jakarta, Kamis.

Lodewijk mengatakan, Kopassus menyambut positif keputusan Pemerintah AS yang membuka kembali latihan bersama dengan Kopassus.

"Ini sesuatu yang positif bagi kami dapat berlatih bersama dengan satuan khusus AS. Sehingga, kami pun siap untuk segala hal terkait latihan bersama itu," katanya.

Lodewijk mengatakan, Kopassus tidak mengusulkan apa-apa karena semua akan dirumuskan oleh kelompok kerja masing-masing negara yang kini tengah membahas hal itu.

Pemerintah AS membuka kembali latihan bagi Kopassus pada Juli 2010, setelah sempat ditutup karena klaim pelanggaran hak asasi manusia oleh TNI di Timor Timur.

Menteri Pertahanan AS Robert Gates usai bertemu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, di Jakarta, penghunjung Juli, mengatakan, pemberian kembali latihan bagi Kopassus akan dilakukan bertahap dan terukur.

Athan AS kunjungi Kopassus

Danjen Kopassus Mayjen TNI Lodewijk F. Paulus menerima kunjungan dari Atase Pertahanan Amerika Kolonel Bailley, bertempat di Ruang Kerja Danjen Kopassus Cijantung, Jakarta Timur, Kamis (29/07). Kunjungan Athan Amerika Kol. Bailey selain melakukan silaturrahmi juga merupakan forum perkenalan sebagai pejabat baru di lingkungan Dubes Amerika dan Indonesia pada umumnya.

Turut hadir dalam silaturahmi tersebut Letkol Inf Nyoman Cantiaca, Letkol Inf Saleh dan Mayor Inf Rudi Jan, Kolonel Bailey juga didampingi oleh staf kedubesan Amerika. Acara silaturahmi ini ditujukan untuk menciptakan soliditas antar kedua belah pihak serta lebih memantapkan Hubungan yang selama ini sudah terjalin dengan baik.

ANTARA News

Brigjen (YNI) Agus Gunaedi Jabat Pangdam II/SWJ

Kepala Staf Angkatan Darat, Jenderal TNI George Toisutta (tengah) melakukan salam komando dengan Pangdam II Sriwijaya, Brigjen Agus Gunaedi Pribadi (kanan) dan Mayjen TNI Mochammad Sochib yang baru melepas jabatannya, di Lapangan Parkir Sriwijaya Palembang, Sumsel, Kamis (5/9). (Foto: ANTARA/Nila Fuadi/Koz/hp/10)

05 Agustus 2010, Palembang -- Brigjen TNI Agus Gunaedi Pribadi resmi menjadi Pangdam II/Sriwijaya ke-32 menggantikan Mayjen TNI Mochammad Sochib.

Sertijab sudah dilaksanakan dibawah komando Kasad Jenderal TNI George Touisutta di Lap Parkir Stadion Bumi Sriwijaya Palembang, Kamis (5/8).Agus sendiri saat ditemui usai acara sertijab mengatakan, siap melanjutkan tongkat komando Pangdam dengan visi dan misi mengabdi dan membangun bangsa.

Selain itu, sepenuh hati ia mendukung setiap program pemerintah daerah, termasuk turut mensukseskan Sumsel sebagai tuan rumah SEA Games 2011 mendatang.

"Semoga amanah ini bisa saya jalankan, dan tentu harapannya menjadi lebih baik," tegasnya. Acara Sertijab dimulai sekitar pukul 09.00 dalam kegiatan upacara yang dipimpin Kasad dan dihadiri segenap unsur muspida.

Usai sertijab, acara dilakukan dengan demonstrasi Yong Moodo oleh 232 prajurit. Selain itu digelar juga simulasi penyelamatan sandera.

Srwijaya Post

A400M Wing Passes Critical Test


03 August 2010 -- The highly advanced all-composite wing of the Airbus Military A400M new airlifter has passed the ultimate-load up-bend test – the critical static test required for certification.

During the test, performed in the presence of two representatives of the European Aviation Safety Agency (EASA), the wing was subjected to a load equal to 150% of the maximum bending load (limit load) predicted to be encountered in service.

The wingtips of the full-size A400M static test specimen moved upwards 1.41m (4.6ft) during the test which was completed at Airbus Military's Getafe, Madrid facility on 22nd July.

Senior Vice President A400M Chief Engineer Alain Cassier said: “This successful test represents a major achievement for the A400M programme on its route to certification. We are all delighted to have passed this key milestone in the structural test programme, which further confirms the soundness of the A400M design.”

The A400M wing is assembled at the Airbus plant at Filton, Bristol (UK). The static test programme will continue in Madrid, (Spain) until mid-2011, while full-scale fatigue tests will be conducted on another test specimen in Dresden, (Germany) beginning later this year.

About the A400M

The A400M is an all-new military airlifter designed to meet the needs of the world’s Armed Forces in the 21st Century. Thanks to its most advanced technologies, it is able to fly higher, faster and further, while retaining high manoeuvrability, low speed, and short, soft and rough airfield capabilities. It combines both tactical and strategic/logistic missions. With its cargo hold specifically designed to carry the outsize equipment needed today for both military and humanitarian disaster relief missions, it can bring this material quickly and directly to where it is most needed. Conceived to be highly reliable, dependable, and with a great survivability, the multipurpose A400M can do more with less, implying smaller fleets and less investment from the operator. The A400M is the most cost efficient and versatile airlifter ever conceived and absolutely unique in its capabilities.


Airbus Military

Kemenhan Berdayakan Ekonomi Masyarakat Perbatasan

Lapang terbang Pitu di Kabupaten Morotai. (Foto: halmaherautara.com)

05 Agustus 2010, Morotai -- Lampu Precision Approach Path Indicator (PAPI) di landasan pacu lapangan terbang Pitu, Morotai tampak menyorot ke arah Hercules C-130 yang melayang di atasnya pada Senin (2/8) sore lalu. Penerbangan yang menyertakan Sekretaris Jendral Menteri Pertahanan Eris Herryanto itu akan menguji coba kelayakan landasan sepanjang 2,4 km itu untuk pendaratan malam hari.

Landasan tersebut sudah ada di Kabupaten Morotai, area perbatasan Indonesia-Filipina, sejak 1942. Amerika Serikat membuat tujuh landasan pacu di area tersebut untuk mempersiapkan penyerangan atas Jepang, musuhnya dalam Perang Dunia II.

Pemanfaatan kembali lapangan terbang itu, sebagaimana dikatakan Eris, adalah salah satu upaya Kementerian Pertahanan (Kemenhan) untuk mendukung sektor perekonomian. "Jadi istilahnya, defence supporting economy. Artinya, aset-aset apa dari Kemenhan yang kira-kira bisa digunakan untuk mendukung ekonomi masyarakat, kita berdayagunakan," tutur Eris di Bandara Babullah, Ternate, Senin (2/8) lalu.

Sasaran itu juga menjadi tujuan Eris dan Kemenhan bagi masyarakat di Morotai. Menurut penuturan Sukemi Sahab, pelaksana tugas Bupati Morotai, kehidupan masyarkatnya yang berjumlah 64 ribu orang sangat bergantung pada hasil laut dan industri pariwisata.

Laut Morotai mampu menghasilkan ikan tuna, kerapu dan juga rumput laut dalam jumlah besar. Bahkan PT Morotai Maritim Culture (MMC), satu-satunya perusahaan perikanan di Morotai, bisa melakukan ekspor hingga ke Hongkong.

"Setiap kali ekspor jumlahnya mencapai 12 ton. Tahun ini MMC sudah ekspor dua kali, bulan Januari dan Maret," ungkap Ismail, kepala dinas Perikanan, Kelautan dan Pertanian Kabupaten Morotai.

Masyarakat Morotai, termasuk Sukemi pun berharap, pemanfaatan kembali Lapangan Terbang Pitu bisa menyokong ekspor hasil laut yang juga akan berimbas pada pemasukan daerah. "Karena saat ini kalau mau ekspor ikan perlu 8 hari untuk sampai ke Cina. Kalau bisa pakai (lapangan) ini, mungkin perusahaan bisa sewa pesawat cargo untuk ekspor," kata Sukemi.

Berdasar keterangan Komandan Pangkalan Udara Pitu (Danlanud), Mayor Sadewo, dari tujuh landasan pacu yang terdapat di Lapangan Terbang Pitu, hanya empat saja yang layak untuk digunakan. "Selama ini, pangkalan yang merawat landasan, dengan anggaran dari pusat," ucap Sadewo yang juga ikut dalam uji coba terbang malam ke Morotai.

Mengenai pesawat apa saja yang nantinya akan memanfaatkan Lapangan Terbang Pitu, Eris tak banyak berkomentar. "Belum dibicarakan pesawatnya apa saja. Tapi nanti kita akan mendiskusikannya lagi dengan Dinas Perhubungan," kata Eris.

Lapangan Udara Pitu dikategorikan dalam kategori D. Hal ini dipengaruhi oleh pangkat Danlanud dan juga berbagai fasilitas yang terdapat di landasan tersebut.

"Memang masih banyak yang harus ditambah di (bandara) sini. Seperti avication aid

, radar cuaca, radio komunikasi, dan lain sebagainya," imbuh Sadewo.

Saat menghadiri jamuan makan malam di kediaman Sukemi Suhab, Eris sempat meluangkan waktu untuk melakukan dialog dengan masyarakat Morotai. Banyak di antara mereka yang berharap agar pihak Kemhan memberikan dukungan berupa fasilitas seperti perahu boat

dan anggaran lainnya sebagai kelanjutan dari kunjungan tersebut.

"Saya tidak bisa menjanjikan apa-apa. Tapi yang barusan bapak-ibu sampaikan, akan saya teruskan kepada pihak-pihak yang terkait, seperti Dinas Kelautan dan Perikanan, dan sebagainya," tutur Eris, diplomatis.

Eris tak menampik, wilayah perbatasan menjadi salah satu fokus utama Menteri Pertahanan, Purnomo Yusgiantoro dalam masa kepemimpinannya saat ini. Selain Morotai, dalam beberapa pekan ke depan Kemhan berencana untuk menyambangi wilayah perbatasan lainnya, salah satunya, pulau Natuna.

MI.com