Thursday, January 28, 2010

TNI AD Sempurnakan Beberapa Piranti Lunak

Panglima TNI Jenderal TNI Djoko Santoso (2 kiri) didampingi (dari kiri) KASAD Jenderal TNI George Toisutta, KASAL Laksamana Madya TNI Agus Suhartono dan KASAU Marsekal Madya TNI Imam Sufaat memberikan keterangan pers terkait hasil Rapat Pimpinan TNI tahun 2010 di Mabes TNI Cilangkap, Jakarta Timur, Selasa (26/1). Panglima TNI mengatakan selain melanjutkan dan meningkatkan pencapaian hasil berdasarkan Pancatunggal kebijakan tahun 2009, terdapat dua aspek yang dinilai sangat strategis untuk tahun 2010 yaitu pengawasan dan optimalisasi peran TNI. (Foto: ANTARA/Widodo S. Jusuf/ss/mes/10)

28 Januari 2010, Jakarta -- Saat ini TNI Angkatan Darat sedang melakukan penyempurnaan beberapa peranti lunak, yang akan menjadi pedoman dalam pelaksanaan tugas ke depan.
Hal itu dikatakan Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad) Jenderal TNI George Toisutta dalam amanatnya ketika membuka Rapim TNI Angkatan Darat tahun 2010 di Aula AH Nasution, Mabesad, Jakarta, Rabu (27/1).

Rapat yang berlangsung satu hari diikuti 114 pejabat dan dihadiri Wakasad Letjen TNI J Suryo Prabowo serta para Asisten Kasad dan pejabat teras Mabesad.

Penyempurnaan piranti lunak itu dilakukan dengan mempertimbangkan pengaruh lingkungan strategis, yang memerlukan penyesuaian terhadap perkembangan organisasi dan hasil evaluasi keberadaannya selama ini. Selain itu adanya perubahan yang signifikan, baik ditinjau dari tugas pokok maupun fungsi TNI Angkatan Darat, seperti tertuang dalam Undang Undang RI Nomor 34 tahun 2004 tentang TNI, kata jenderal bintang empat lulusan Akabri 1976 itu.

Oleh karena itu, perlu penyempurnaan Doktrin, Pokok-pokok Organisasi dan Prosedur, Pendidikan dan Latihan, serta hal-hal lainnya.

Semua ini dilakukan sebagai upaya meningkatkan profesionalisme sumber daya prajurit dan satuan jajaran TNI Angkatan Darat, dalam menghadapi tugas yang semakin kompleks di masa yang akan datang.

Kita semua tentunya berharap, agar penyempurnaan peranti lunak tersebut dapat segera diselesaikan dan dioperasionalkan, agar tujuan yang ingin dicapai dapat direalisasikan, kata Kasad Jenderal TNI George Toisutta.

PELITA

Kemajuan Program 100 hari Kementerian Pertahanan


26 Januari 2009, Jakarta -- Laporan kemajuan program 100 hari Kementerian Pertahanan (Kemhan) pada posisi tanggal 19 Januari 2010 (hari ke 90), yaitu Pertama, menyusun konsep kebijakan khusus penetapan wilayah perbatasan dan pulau terluar. Kegiatan yang telah dilaksanakan antara lain melanjutkan pengumpulan data, melanjutkan penyusunan Position Paper, pelaksanaan pertemuan Indonesia-Malaysia Technical Meeting (IMT) ke-39 di Manado tanggal 11-13 Januari 2010, melanjutkan Penggambaran Peta/skala batas darat RI-PNG, melanjutkan Exercise batas laut territorial, Selat Malaka, Selat Singapura dan perairan P.Sebatik, melanjutkan Exercise batas ZEE serta LK Laut Sulawesi dan melanjutkan Exercise Extended LK Samudra Pasifik. Kendala yang dihadapi dalam penyusunan ini adalah tidak semua data primer dan sekunder dapat ditemukan sehingga penyusunan draft Position Paper berdasarkan data yang tersedia. Prosentase kemajuan dalam hal ini telah mencapai 90%.

Kedua, merumuskan Remunerasi prajurit, dengan melakukan kegiatan yang telah dilaksanakan antara lain memonitor perkembangan surat yang masih dalam kajian Tim Reformasi Birokrasi (TRB) Ditjen Anggaran Kemkeu serta koordinasi dengan Staf Ditjen Anggaran Kemkeu dan Staf Kempan tentang usulan Remunerasi Kemhan, pembentukan Tim Pengarah dan penyiapan konsep Keputusan Presiden. Prosentase kemajuan dalam hal ini telah mencapai 85 %.

Ketiga, merumuskan tindak lanjut proses pengalihan bisnis TNI, dengan melakukan kegiatan yang telah dilaksanakan antara lain memonitor penyusunan Permenkeu, melaksanakan rapat lengkap Tim Pengendalian Pengambilalihan Aktivitas Bisnis TNI untuk persiapan pelaksanaan pengendalian pengambilalihan aktivitas bisnis TNI dan mengajukan permohonan audit Koperasi dan Yayasan kepada Panglima TNI. Prosentasi kemajuan dalam hal ini telah mencapai 99 %.

Keempat, memantapkan perumusan legislasi yang telah ditetapkan dalam prolegnas, dengan melakukan kegiatan yang telah dilaksanakan antara lain menyiapkan rapat berikutnya dalam rangka penyempurnaan draft versi pemerintah, menyiapkan rapat pembahasan konsep jawaban atas pernyataan Dewan Pers, menyampaikan RUU tentang Komponen Cadangan Pertahanan Negara yang telah selesai di paraf oleh 3 Menteri ke Menteri Sekretaris Negara dalam rangka pembuatan surat Presiden kepada DPR RI dan menyiapkan rapat pembahasan naskah awal tentang Terminologi Keamanan Negara dan Keamanan Nasional. Prosentase kemajuan dalam hal ini telah mencapai 89 %.

Kelima, memantapkan kebijakan khusus di wilayah perbatasan, terdepan dan terluar melalui pemberian tunjangan khusus bagi penjaga perbatasan sebelum Januari 2010, dengan melakukan kegiatan yang telah dilaksanakan adalah mengajukan Surat Ijin Prinsip ke Kempan dan Reformasi Birokrasi. Prosentase kemajuan dalam hal ini telah mencapai 90 %.

Keenam, revitalisasi industri pertahanan, dengan melakukan kegiatan yang telah dilaksanakan antara lain mengirim / mengajukan konsep Perpres tentang Revitalisasi Indhan dan konsep Keppres tentang KKIP (Komite Kebijakan Industri Pertahanan) ke Sekab dan pendistribusian MoU ke Kementerian Lembaga terkait serta ke Industri Pertahanan/produsen. Prosentase kemajuan dalam ha ini telah mencapai 95 %.

Dari keenam kegiatan yang dilaksanakan Kementerian Pertahanan dalam pelaksanaan 100 hari Kementerian Pertahanan, rata-rata prosentase kemajuan mencapai 91,3 %.

DMC

Tiga Angkatan TNI Adakan Rapim Serentak

Panglima TNI Jenderal TNI Djoko Santoso (2 kiri) melakukan salam komando dengan (dari kiri) KASAD Jenderal TNI George Toisutta, KASAL Laksamana Madya TNI Agus Suhartono dan KASAU Marsekal Madya TNI Imam Sufaat seusai memberikan keterangan pers terkait hasil Rapat Pimpinan TNI tahun 2010 di Mabes TNI Cilangkap, Jakarta Timur, Selasa (26/1). Panglima TNI mengatakan selain melanjutkan dan meningkatkan pencapaian hasil berdasarkan Pancatunggal kebijakan tahun 2009, terdapat dua aspek yang dinilai sangat strategis untuk tahun 2010 yaitu pengawasan dan optimalisasi peran TNI. (Foto: ANTARA/Widodo S. Jusuf/ss/mes/10)

27 Januari 2009, Yogyakarta -- Tiga angkatan Tentara Nasional Indonesia (TNI), yakni TNI Angkatan Udara (AU), Angkatan Darat (AD), dan Angkatan Laut (AL) melakukan Rapat Pimpinan (Rapim) secara serentak, kemarin (27/1). Rapim TNI AU dilakukan di Yogyakarta, sedangkan TNI AD dan AL dikalukan di Jakarta.

Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal Madya TNI Imam Sufaat mengungkapkan, tujuan Rapim untuk menyamakan pemahaman Panglima TNI dan KSAU untuk menghadapi tugas, termasuk memantapkan visi, persepsi, dan interprestasi TNI AU dalam menghadapi perkembangan lingkungan yang dinamis.

"Sekitar 14 program yang ingin disosialisasikan untuk menyamakan visi dan persepsi seluruh jajaran TNI AU. Ini tindak lanjut dari Rapim TNI terkait dengan rencana strategi program pembangunan kekuatan TNI tahun 2010-2014," kata Imam Sufaat.

"Rencana kesiapan Alutsista TNI AU tahun 2010 membutuhkan jam terbang sebanyak 55.252 jam yang digunakan untuk mendukung kesiapan operasi dan latihan antara lain untuk operasi dan latihan awak pesawat, pendidikan, penanggulangan bencana dan kegiatan lainnya, serta membutuhkan jam operasional radar sebanyak 18 jam per hari secara bergantian," katanya.

Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Madya TNI Agus Suhartono mengatakan, TNI AL akan mengutamakan penggunaan Alutsista produk dalam negeri. Dia juga menyatakan, pembangunan kekuatan pokok minimum (Minimum Essential Force) sejalan dengan konsep Tri Matra Terpadu serta dalam pemenuhannya melibatkan industri pertahanan dalam negeri.

"Untuk mencapai sasaran Program Pertahanan 2010 menuju Sistem Pertahanan Negara yang Pro Kesejahteraan akan lebih mengoptimalkan perhatian terhadap perumusan dan implementasi berbagai kebijakan pertahanan negara, mengintensifkan peran industri pertahanan, memantapkan soliditas kerja sama Dephan dan TNI, mengembangkan pola pengelolaan wilayah perbatasan dan pulau-pulau terluar," katanya.

Sedangkan Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) George Toisutta mengatakan bahwa TNI AD menetapkan prioritas kebijakan pada pembinaan kemampuan intelijen, tempur, Binter, dan kemampuan dukungan.

Peningkatan kemampuan tempur, menurut KSAD, ditujukan untuk mewujudkan kemampuan pemukul strategis guna menghancurkan ancaman strategis pada dua daerah trouble spot secara bersamaan dan membantu pertahanan wilayah.

Sedangkan kemampuan Binter ditujukan untuk mewujudkan kemampuan prajurit, baik perorangan maupun satuan. "Dan kemampuan dukungan meliputi kemampuan diplomasi militer, penguasaan teknologi industri militer, kemampuan manajemen, kemampuan Komando Kendali Komunikasi Komputerisasi dan Informasi, kemampuan bantuan operasi kemanusiaan dan penanggulangan akibat bencana alam, kemampuan melaksanakan bantuan kepada Pemda dan Polri, serta kemampuan mewujudkan perdamaian dunia," katanya.

JURNAL NASIONAL

PTDI Tawarkan Helikopter Pengganti Super Puma TNI AU

Helikopter EC 725 Cougar. (Foto: airforce-technology)

27 Januari 2010, Bandung -- PT Dirgantara Indonesia menawarkan pembuatan helikopter EC 725 dan EC 225 untuk menggantikan helikopter super puma yang dipakai TNI Angkatan Udara."Tahun 2011 kita masih harus meyelasaikan tiga pesanan pesawat super puma untuk AU, setelah itu kami akan tawarkan heli tipe lain." kata Budi Santosa, Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia ketika meresmikan pembuatan komponen helikopter EC 725 dan EC 225 di Bandung, Rabu (27/1)

Menurut Budi, PT Dirgantara Indonesia sebenarnya bisa merakit seluruh pesawat heli super puma dan bell yang selama ini dirakit didalam negeri."Tapi kalau pesananya banyak, tidak satu dua tentu ada batas minilanya." ujarnya.

Sejauh ini, sudah banyak yang yang memesan. Meski begitu, Budi enggan menjelaskan biaya satu pesawat helikopter pengganti super puma yang akan ditawarkan ke Departemen Pertahanan."Tahun ini kita menargetkan proyek sebesar Rp 1,6 triliun." ujarnya. "2010 negara tetangga juga merencanakan untuk memasan pesawat."

Henry Stell Direktur Utama Eurocopter Indonesia enggan menjelaskan berapa harga yang ditawarkan dan kontrak kerjasama untuk pembuatan satu pesawat helicopter tipe CEC 723 dan EC 225 militari."Kita memberikan harga yang kompetetif, kami percaya dengan komitemen kualitas yang diberikan PT DI, kalau tidak kami tidak akan di sini," ujarnya.

TEMPO Interaktif

Kasal: TNI AL Utamakan Industri Pertahanan DN

Kapal perang ini dipesan dari Dae Sun Shipbuilding, Korea Selatan. Namun pengerjaannya dilakukan oleh PT PAL. (Foto: detikFoto/Imam Wahyudiyanta)

28 Januari 2010, Jakarta -- Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana Madya TNI Agus Suhartono, SE, mengatakan tahun 2010 merupakan tahun pertama dari Renstra 2010-2014.
Untuk mencapai sasaran Program Pertahanan 2010, sesuai arah kebijakan Menhan menuju Sistem Pertahanan Negara yang pro kesejahteraan, akan lebih mengoptimalkan perhatian terhadap perumusan dan implementasi berbagai kebijakan pertahanan negara, mengintensifkan peran industri pertahanan, memantapkan soliditas kerjasama Kemenhan dan TNI, mengembangkan pola pengelolaan wilayah perbatasan dan pulau-pulau terluar, tegas Kasal dalam sambutannya pada acara pembukaan Rapat Pimpinan TNI Angkatan Laut Tahun 2010 di Mabes TNI AL, Cilangkap, Jakarta Timur, Rabu (27/1).

Menurut Kadispen Laksma TNI Iskandar Sitompul, Rapim TNI AL ini dihadiri Kasum TNI Laksdya TNI Y Didik Heru Purnomo, Wakasal Laksdya TNI Moekhlas Sidik, MPA; Kalakhar Bakorkamla Laksdya TNI Budhi Hardjo, para pejabat teras Mabes TNI AL, para pemimpin Kotama TNI AL dan para peserta Rapim sebanyak 161 orang. Tema Rapim TNI AL Tahun 2010 adalah Dengan Membangun Kekuatan Pokok Minimum (MEF) yang Berorientasi pada Konsep Tri Matra Terpadu, TNI Angkatan Laut Siap Melaksanakan Tugas.

Pada kesempatan tersebut, Kasal juga menyampaikan Pokok-pokok Kebijakan Panglima TNI Tahun 2010 meliputi pembinaan dan penggunaan kekuatan, antara lain aspek Operasi Militer Perang dan Operasi Militer Selain Perang.

Dengan berpedoman kepada kebijakan Kemenhan tentang Sistem Pertahanan Negara yang pro kesejahteraan dan Panglima TNI tentang Pembangunan Kekuatan TNI menuju MEF dengan konsep Tri Matra Terpadu; Kasal Laksdya TNI Agus Suhartono, SE, memberikan pengarahan tentang langkah-langkah nyata dan komitmen yang perlu diambil oleh jajaran TNI AL dalam rangka membangun TNI AL menuju Kekuatan Pokok Minimum, antara lain pengadaan Alutsista dengan mengutamakan pemberdayaan Industri Pertahanan Nasional, peningkatan kemampuan dan pengalihan fungsi beberapa Alutsista, serta penghapusan Alutsista yang sudah tidak efektif sehingga tidak membebani dari segi anggaran.

Pada Rapim TNI AL ini juga dilaporkan hasil-hasil pengawasan dan pemeriksaan oleh Irjenal, laporan komando Pangarmatim dan Pangarmabar, Pangkolinlamil, Komandan Korps Marinir, Komandan Kobangdikal, Gubernur AAL, serta Komandan Seskoal.

PELITA

KRI Teluk Amboina-503 Geser Pasukan Marinir ke Lampung


28 Januari 2010. Jakarta -- Salah satu unsur Komando Lintas Laut Militer (Kolinlamil) jenis Landing Ship Tank (LST), KRI Teluk Amboina-503 melaksanakan pergeseran pasukan Marinir dari kesatuan Pasmar II Jakarta menuju Lampung untuk mengikuti Latihan Pemantapan Terpadu Korps Marinir tahun 2010, Selasa (26/1).

Kapal perang dengan Komandan Letkol Laut (P) Joko Sumitro ini mengangkut lebih dari satu batalyon prajurit Pasmar II Jakarta beserta sejumlah kendaraan tempur untuk bergabung dengan lebih kurang 5.000 prajurit Marinir dalam latihan yang diadakan di Piyabung, Lampung; jelas Kadispen Kolinlamil Letkol Laut (Kh) Drs Agus Cahyono.
Hari ini KRI Teluk Amboina-503 berada di dermaga Panjang Lampung setelah mengadakan debarkasi pasukan Marinir dan sejumlah kendaraan tempur untuk diikutsertakan dalam latihan tersebut diantaranya dua unit Tank BVP, empat unit Howitzer, tiga unit Kappa, serta dua unit RM 70 GRAD.

Sementara itu unsur kapal perang Kolinlamil lainnya yaitu KRI Mentawai-959 dengan Komandan Mayor Laut (P) Lukman Kharis bertolak dari Pangkalan Jakarta guna melaksanakan pergeseran logistik Mabes TNI ke wilayah Indonesia bagian barat, diantaranya ke Malahayati, Mentigi, Belawan, dan Uleu-leuh Aceh dengan mengangkut alat-alat dan perlengkapan TNI untuk didistribusikan ke satuan-satuan TNI di daerah tersebut.

Melaksanakan pergeseran pasukan dan material merupakan salah satu tugas dan fungsi Kolinlamil sebagai pembina kemampuan sistem angkutan laut militer, dengan menyelenggarakan pergeseran pasukan TNI dan Polri yang meliputi personel, peralatan, dan perbekalan; baik yang bersifat administratif maupun taktis strategis.

PELITA

Rumah Negara Kemhan/TNI Kurang 159.704 Unit

Menteri Negara Perumahan Rakyat (Menpera), Suharso Monoarfa bersama KSAD Jendral TNI George Toisutta meresmikan rumah susun sederhana sewa (Rusunawa) di Kompleks Kodam V/Brawijaya di Jalan Perwira, Surabaya, Rabu (23/12). Rusunawa ini di bangun di atas lahan 4.200 meter persegi. (Foto: detikSurabaya/Zainal Effendi)

28 Januari 2010, Jakarta -- Secara ideal, Kementerian Pertahanan dan Tentara Nasional Indonesia memiliki 357.874 rumah negara. Namun, yang tersedia baru 198.170 unit. Artinya, masih kurang 159.704 unit atau 44,63 persen. Dari 198.170 unit tersebut, sebanyak 39.509 unit atau 19,92 persen masih dihuni oleh purnawirawan TNI.

”Kami berharap rumah-rumah yang ditempati purnawirawan tersebut dapat ditempati prajurit aktif,” kata Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin di Kementerian Pertahanan (Kemhan), Jakarta, Rabu (27/1).

Sjafrie menjelaskan, terhadap rumah negara yang dihuni purnawirawan, Panglima TNI memberi kebijakan dengan menerbitkan surat izin penghunian (SIP) bagi istri purnawirawan. SIP tersebut harus diperbarui setiap tiga tahun sekali. Namun, penghuni harus membayar Pajak Bumi dan Bangunan, air, dan listrik. ”Namun, kalau sudah bayar PBB, air, dan listrik, bukan berarti rumah lalu milik pribadi,” tutur Sjafrie. Setelah istri meninggal, rumah harus dikembalikan kepada negara.

Panglima TNI Jenderal Djoko Santoso menyatakan, penertiban rumah negara sudah semestinya dilakukan. ”Itu barang milik negara,” kata Djoko.

Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal George Toisutta menambahkan, rumah dinas yang ditertibkan adalah rumah dinas yang sudah tidak ditinggali oleh purnawirawan dimaksud.

Namun, di lapangan, warga berkata lain. Didit, wakil warga Kompleks Bulak Rantai, Jakarta Timur, misalnya, menjelaskan, kompleks seluas 18 hektar lebih ini dibeli Sekretariat Negara pada tahun 1964. Pemerintah kemudian membangun 50 rumah.

Pada tahun 1968, pemerintah kembali membangun 42 rumah yang dananya disisihkan dari uang saku para perwira. ”Jadi, bukan aset TNI AD atau Kodam Jaya,” ujar Didit.

KOMPAS

Selongsong Rudal Nyasar Disebabkan Terjangan Angin 20 Knot

Lokasi ujicoba rudal di lapangan tembak Desa Pandanwangi, Kecamatan Tempeh, Lumajang. (Foto: Harry Purwanto)

28 Januari 2010, Lumajang -- Hembusan angin dengan kecepatan 20 knot menjadi penyebab selongsong rudal yang diujicoba PT Pindad Malang berbalik arah dan jatuh di gubuk milik warga. Akibat kejadian ini, dua penghuninya mengalami luka.

Hal tersebut disampaikan Asisiten Deputi Menristek bagian Riset, Teknologi dan Ekonomi, Gunawan, pada sejumlah wartawan di Hotel Aloha, Jalan Ahmad Yani, Lumajang, Rabu (27/01/2010) malam.

"Hasil kajian dan evaluasi kami, Pada saat diluncurkan, angin mendadak bertiup kencang hingga 20 knot," kata Gunawan.

Menurut dia, dengan hembusan angin yang sangat kencang menyebabkan arah rudal yang diluncurkan menyimpang. Sehingga rudal yang memiliki daya jangkau 11 Kilometer berbalik arah menghantam gubuk.

"Dugaan kami, yang terkena hembusan angin yang kencang dibagian belakang rudal, sehingga berbelok," tutur Gunawan.

Selongsong rudal yang memakan korban dua warga merupakan type RX1210, memiliki berat 45 kg, panjang 3 meter, gaya dorong 1.000 Kilogram dan memiliki jangkuan 11 km.

Gunawan menambahkan, untuk biaya perawatan dan pengobatan dua korban akan ditanggung oleh pihak PT Pindan Malang dan Kemeterian Riset dan Teknologi. Bahkan rumah tinggal korban juga akan diperbaiki.

"Pokoknya segala sesuatu yang diakibatnya uji coba rudal, biayanya kami tanggung semua," jelas Gunawan.

detikSurabaya

TNI AU Alokasikan 55.252 Jam Terbang untuk Penanggulangan Bencana

Armada Hercules TNI AU menjadi andalan dalam menyalurkan bantuan bencana alam. (Foto: TNI AU)

27 Januari 2010, Yogyakarta -- TNI AU mengalokasikan 55.252 jam terbang untuk penanggulangan bencana di Indonesia.

Hal tersebut tertuang dalam rencana kesiapan alutsita tahun anggaran 2010 yang disampaikan Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal Madya TNI Imam Sufaat di sela-sela Rapat Pimpinan TNI AU sekaligus Apel Komandan Satuan Tahun 2010 di Akademi Angkatan Udata Yogyakarta, Rabu (27/1).

Jam terbang yang disiapkan tersebut juga untuk memenuhi kebutuhan latihan awak pesawat, operasi, pendidikan dan kegiatan lainnya, � katanya seraya menambahkan bahwa untuk operasional radar sebanyak 18 jam per hari.

Imam menambahkan, saat ini posko siaga bencana dipusatkan di dua daerah, yaitu di Jakarta dan Malang, Jawa Timur.

Ia juga mengungkapkan, pada tahun ini pihaknya sudah menyiapkan beberapa sasaran pembinaan yang harus diketahui dan dijiwai oleh setiap insan TNI AU. Sasaran pembinaan yang dimaksud adalah sasaran pembinaan jangka pendek yaitu tidak terjadinya insiden dalam satu tahun kedepan.

Sedangkan sasaran jangka panjangnya adalah menjadikan TNI Angkatan Udara sebagai The First Class of Air Force.

Sementara itu, untuk meningkatkan postur yang tangguh, kemampuan dan profesionalisme dalam mengemban tugas pokok, TNI AU akan berupaya maksimal dalam membangun kekuatan dan memodernisasi serta meregenerasi alutsita yang dimiliki.

MEDIA INDONESIA

BPPT Ikuti Pameran Alat Peralatan Pertahanan 2010


27 Januari 2010, Jakarta -- Alat Peralatan Pertahanan (Alpalhan), adalah salah satu faktor pendukung utama bagi Tentara Nasional Indonesia (TNI) dalam menjalankan tugasnya, untuk senantiasa melindungi masyarakat dan negara serta menciptakan situasi dan kondisi yang aman, tertib dan tenteram. Untuk tahun 2010, bertepatan dengan dilaksanakannya Rapat Pimpinan (Rapim) TNI, diselenggarakan juga Pameran Alpalhan yang diikuti oleh industri dan lembaga pengembang alat pertahanan di Markas Besar TNI, Cilangkap. Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono, berkesempatan turut mengunjungi dan menyaksikan demo alpalhan (25/01).

“Dalam Pameran Alpalhan 2010 ini, BPPT menampilkan tiga jenis produk yaitu pertama Pesawat Udara Nir Awak (PUNA) dengan tiga tipe berbeda, kedua adalah pangan yang berupa makanan dan minuman untuk para prajurit, dan produk ketiga ialah Sistem Informasi Keamanan dan Pertahanan (SIKP), ungkap Direktur Pusat Tenologi Industri Pertahanan dan Keamanan (PTIPK) BPPT, Joko Purwono yang hadir dalam pameran tersebut.

Joko mengatakan, keikutsertaan BPPT dalam pameran ini adalah salah satu upaya BPPT dalam mempromosikan hasil pengembangan yang telah BPPT kerjakan. “Tentunya kita juga mengharapkan adanya masukan dari pihak TNI sebagai pengguna, agar produk-produk yang kita hasilkan tepat guna dan benar-benar dirasakan manfaatnya”, lanjutnya.

Hal yang sama juga di ungkapkan oleh Kepala Progam PUNA, Akhmad Rivai. “Kita mencoba memenuhi kebutuhan pihak pengguna dengan mengembangkan berbagai tipe PUNA yang berbeda. Tipe pertama adalah close range, digunakan untuk survailance dengan jangkauan 5-10 km. Kedua medium range dengan jangkauan sekitar 30 km, dan terakhir tipe long range untuk jangkauan 200 km”, ujarnya.

Rivai menambahkan, selain dipergunakan untuk membantu tugas TNI, PUNA ini juga bisa digunakan untuk keperluan lainnya. “Melihat titik api di hutan-hutan pedalaman, mengawasi kawasan perbatasan, mencegah terjadinya illegal fishing, mengetahui kebocoran listrik pada SUTET, merupakan contoh-contoh lain dari manfaat PUNA”, jelasnya.

Dikesempatan yang sama, Kepala Balai Jaringan Informasi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi BPPT Hammam Riza, menilai bahwa ketersediaan sistem informasi dan komunikasi yang cepat, tepat dan akurat, berperan besar dalam mendukung pertahanan dan keamanan negara. “Peran teknologi informasi dan komunikasi sangat dibutuhkan, terlebih lagi di era saat ini”, katanya.

“Sistem Informasi Keamanan dan Pertahanan (SIKP) yang telah kita siapkan ini, diharapkan dapat mendukung para pengambil keputusan dalam melaksanakan tugasnya. Dengan mengintegerasikan berbagai informasi dan data yang tersebar kedalam satu sistem, tentunya akan sangat memudahkan kegiatan pengolahan data dan informasi”, jelas Hammam.

Selain peralatan, BPPT juga menampilkan produk pangan pengembangan Pusat Teknologi Bioindustri. “Produk ini, dapat memenuhi kebutuhan kalori prajurit setiap harinya. Dengan kemasan yang simple dan compact, tentunya akan sangat berguna sekali, terlebih lagi bagi prajurit yang sedang bertugas”, kata Kepala Bidang Teknologi Pangan Fungsional Pusat Teknologi Bioindustri Esti Wijayanti.

Menurut Esti, produk-produk ini dapat di sesuaikan dengan kebutuhan pengguna. “Misalnya, ada permintaan untuk mengurangi kandungan lemak, atau di buat lebih padat lagi kandungan gizi dan kalorinya, jadi hanya perlu dua kali mengkonsumsi, kandungan gizi dan kalori per hari sudah terpenuhi. Itu semua pada dasarnya bisa dilakukan. Terlebih lagi produk ini 100% menggunakan bahan lokal, jadi kita juga mensupport diversifikasi pangan nasional. Selain itu, produk ini juga sangat bermanfaat dalam keadaan darurat, seperti apabila terjadi bencana alam”, ungkapnya.

Selain produk BPPT, di tampilkan pula dalam pameran produk Air Defense Battle Training System, Radar Indera, Sistem Monitoring Wilayah Perbatasan, dan produk-produk lainnya.

BPPT

Rudal D230 Buatan PT Pindad Diuji Menristek

27 Januar 2010, Lumajang -- Sejumlah teknisi LAPAN menjaga hulu roket kendali tipe Lapan RKN 200 saat menanti giliran.untuk diluncurkan, Rabu (27/1) di Lapangan tempur desa Pandang wangi, kecamatan Tempeh, kabupaten Lumajang Jawa timur. Roket ini memilik daya jelajah sejauh 30 sampai 50 kilometer. (Foto: ANTARA/CUCUK DONARTONO/ED/nz/10)

27 Januari 2010, Lumajang -- Menristek Suharna Suryapranata melakukan uji coba rudal D230 buatan PT Pindad Malang. Dalam uji coba ini, rudal buatan dalam negeri ini mampu melesak sejauh 10 hingga 20 kilometer.

Rudak berkaliber 122 milimeter ini diuji coba di lapangan tembak Desa Pandanwangi, Kecamatan Tempeh, Lumajang, Rabu (27/1/2010).

"Dengan uji rudal D230 buatan asli Indonesia, saya harapkan bisa memenuhi kebutuhan TNI dalam menjaga NKRI," kata Suharna Suryapranata pada sejumlah wartawan di lokasi uji coba.

Rudal D230 yang diuji coba ada 2 type, yakni RX1210 yang memilik berat 45 Kg, panjang 3 Meter, gaya dorong 1.000 Kilogram dan memiliki jangkuan 11 Km. Serta rudal Double Stage miliki berat 87 kilogram, panjang 4 meter, daya dorong 1.000-1.500 kg dan memiliki jangkuan 18 km.


Sementara, Dirut Pindad Malang, Adik Alfianto Sudarsono, mengatakan uji coba rudal ini dimaksudakan sekedar untuk kajian. Apabila hasilnya baik akan dilakukan produksi massal dan dijual.

"Semoga rudal D230 bisa menjadi senjata andalan TNI ke depan," ungkapnya.

Saat ini, PT Pindad Malang baru membuat 70 buah rudal D230. Jika dalam uji coba sudah baik, dan memenuhi kriteria, maka akan diprosuksi massal.

"Yang berminat rudal D230 masih TNI AL dan AD saja," ungkap Adik Alfianto.

detikSurabaya

TNI AU Tambah Alutsista Senilai 90 Juta Dolar

TNI AU diberitakan tertarik membeli sejumlah F-16 C/D serta mengupgrade F-16 A/B yang dimiliki.

27 Januari 2010, Yogyakarta -- TNI AU akan menambah alat utama sistem persenjataan (alutsista) berupa senjata dan amunisi udara senilai 90 juta dolar AS untuk sejumlah pesawat tempur seperti F-16 dan Sukhoi pada 2010.

"Kami akan mendatangkan senjata dan amunisi udara besar itu dari AS dan Rusia," kata Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal Madya (Marsdya) TNI Imam Sufaat di Gedung Sabang Merauke, Kompleks Akademi Angkatan Udara (AAU) Yogyakarta, Rabu.

Menurut dia, usai membuka Rapat Pimpinan (Rapim) TNI AU dan Apel Komandan Satuan (Dansat) 2010, untuk pembelian amunisi dari AS dialokasikan dana sebesar 36 juta dolar AS, sedangkan dari Rusia dianggarkan 54 juta dolar AS.

"Kami membeli senjata dan amunisi dari dua negara tersebut karena TNI AU saat ini memiliki pesawat tempur buatan AS dan Rusia. Langkah itu ditempuh karena senjata dan amunisi buatan negara Barat dan Timur itu berbeda spesifikasinya," katanya.

Ia mengatakan, untuk penambahan senjata dan amunisi udara tersebut ada alokasi dana yang disisihkan dari anggaran 2010, dan TNI AU telah mengajukan anggaran yang dibutuhkan untuk pembelian alutsista itu kepada Menteri Pertahanan dan Markas Besar (Mabes) TNI.

"Dalam rencana strategis (renstra) pembangunan TNI AU 2010-2014 telah direncanakan untuk menambah dan mengganti alutsista yang telah tua dan tidak layak pakai. Upaya itu untuk mendukung kelancaran tugas operasional TNI AU, karena saat ini alutsista yang dimiliki masih kurang," katanya.

Terkait dengan jumlah personel, KSAU mengatakan, saat ini total personel TNI AU berjumlah 37.000 orang yang terdiri atas 31.000 personel militer dan 6.000 pegawai negeri sipil (PNS).

Jumlah personel tersebut mencukupi untuk melaksanakan tugas TNI AU sehingga belum ada rencana menambah personel dalam waktu dekat.

Menurut dia, jumlah personel akan ditambah jika alutsista bertambah, karena pengembangan organisasi diikuti oleh pengembangan orang.

"Misalnya, jika ada penambahan radar, akan menambah 60 personel untuk mengoperasikannya. Jika ada skuadron tempur baru akan menambah 150 personel," katanya.

Berdasarkan kesiapan alutsista pada 2010, rencana kebutuhan jam terbang sebanyak 55.252 jam yang digunakan untuk mendukung kesiagaan penanggulangan bencana, memenuhi kebutuhan latihan awak pesawat, operasi, pendidikan, dan kegiatan lain. Untuk radar membutuhkan jam operasional sebanyak 18 jam per hari, katanya.

ANTARA News

Tuesday, January 26, 2010

Keahlian di Balik Sayap F-16

(Foto: KOMPAS/Letkol (Pnb) Fajar "Redwolf" Adriyanto)

26 Januari 2010 -- Keputusan jitu yang diambil dalam sepersekian detik di udara membutuhkan persiapan berjam-jam dan latihan bertahun-tahun. Di samping kemampuan fisik yang dijaga setiap hari, ada ratusan orang di belakang sebuah pesawat yang menjaga kelaikan pesawat itu agar bisa terbang dengan aman dan maksimal.

Seperti hari itu, 30 Desember, hari terakhir latihan pada 2009. Misi hari itu disebut Redwolf Flight, sesuai dengan nama pemimpinnya, Fajar ”Redwolf” Adriyanto, yang didampingi Mayor Yulmaizir, adalah latihan air surface attack di kawasan Lumajang. Skenario latihan, ada target yang harus dihancurkan di jarak 1.000 kilometer dari pangkalan. Lettu Pandu Eka dan Kapten Bambang Apriyanto sudah mempersiapkan diri sejak malam sebelumnya.

Ada dua pesawat yang dikerahkan untuk misi hari itu. Awalnya, kedua pesawat itu akan terbang di ketinggian normal, yaitu 25.000 kaki. Mendekati sasaran, untuk menghindari radar, ketinggian diubah hanya 500 kaki di atas tanah. Radar memang dapat dihindari, tetapi ada bukit-bukit yang menjadi halangan. Sementara sasaran harus secepat mungkin dibereskan.

”Pagi-pagi kami brifing dengan tutor, secara rinci manuver-manuver seperti apa yang harus dilakukan,” cerita Kapten Bambang Apriyanto. Sebelum bertemu tutor, ada brifing pangkalan untuk mengetahui jadwal latihan hari itu serta kondisi cuaca dan arahan dari Komandan Lanud Iswahjudi Marsekal Pertama TNI Bambang Samoedro.

Tes kesehatan

(Foto: KOMPAS/Riza Fathoni)

Sementara mereka berdiskusi, para teknisi sudah mempersiapkan pesawat. Ada sekitar 180 orang di Skuadron Udara 3 yang menjadi sistem pendukung dari para pilot itu. Diperlukan kira-kira satu setengah jam untuk before flight inspection dan preflight inspection.

Setelah brifing, saatnya cek kesehatan. Dokter jaga mengukur denyut nada dan tekanan darah serta mengajukan pertanyaan, mulai dari soal ”apakah sedang batuk atau pilek” hingga ”apakah sedang bermasalah dengan pasangan”. ”Kalau tidak memenuhi syarat kesehatan, ya tidak boleh terbang,” kata Kapten (Kes) dr Tri Supriyanto.

Tes kesehatan harian sama wajibnya dengan tes indoktrinasi latihan aerofisiologi (ILA) yang diadakan dua tahun sekali. Penerbang dimasukan ke ruang tertutup yang kondisinya sama seperti di ketinggian 25.000 kaki. Tes ini untuk melihat batas ketahanan akan hipoksia, yaitu keadaan di mana tubuh kekurangan oksigen akibat perubahan ketinggian. ”Kita disuruh menghitung dan simulasi gerakan pesawat, sampai di mana pikiran kita masih bisa mengambil keputusan,” cerita Letkol Fajar ”Redwolf” Adriyanto.

Seusai tes kesehatan, para pilot masuk ke ruang peralatan. Masing-masing memiliki helm yang memang dicetak khusus agar cocok dengan bentuk kepala pilot. Suhu di ruang peralatan ini sekitar 20 derajat celsius agar segala peralatan tetap kering. Di sinilah tersimpan G-suit serta tas berisi perlengkapan, seperti helm, sarung tangan, dan check list kondisi darurat. Dari sini, mereka telah siap berjalan ke hanggar tempat F-16 telah disiapkan.

Di hanggar, setelah menerima laporan dari penerbangan selanjutnya, lagi-lagi dilakukan cek terhadap pesawat. Selain cek instrumen, pesawat F-16 ini juga diraba dengan jari seluruh permukaan tubuhnya. Alasannya, agar bisa dengan mudah mendeteksi kebocoran.

Kalau semuanya beres, barulah mesin dinyalakan. Pada saat yang sama, di dispatch ada pilot lain yang memantau perkembangan. Pilot jaga ini minimal sudah mencapai posisi wingman agar bisa memberi masukan sesuai manual. Sebagai catatan, salah satu perbedaan penting antara Sukhoi dan F-16, pesawat asal AS ini memiliki buku manual yang lengkap, sementara Sukhoi semuanya ada di kepala perwakilannya sehingga ilmu itu baru keluar saat ditanyakan.

Penuh tekanan

(Foto: KOMPAS/Riza Fathoni)

Setelah semuanya siap, pesawat pun mengangkasa. Sekembalinya dari misi, para pilot beristirahat di Dragon Nest sambil makan siang. Sore hari, para dragon ini telah ada di ruang kebugaran dan bergantian mengangkat beban.

Tugas mereka memang penuh tekanan. Seperti yang diceritakan Mayor Setiawan ”Gryphon” yang mulai jadi pilot F-16 pada 1997. ”Kekhawatiran pasti ada, pernah saya mau terbang tiba-tiba ada masalah. Akan tetapi, yang penting semuanya kita harus siapkan dengan teliti,” katanya.

Salah satu keandalan F-16 adalah dalam pertempuran jarak dekat. Untuk itu, diperlukan keterampilan pesawat bermanuver. Secanggih apa pun pesawatnya, manusia tetap menjadi unsur terpenting. Dalam berbagai latihan dengan negara tetangga, Fajar memuji pilot-pilot dari Singapura yang disebutnya sangat profesional dalam segi keamanan dan brifing yang rinci. Ada cerita tentang pilot-pilot negara tetangga lain yang memiliki pesawat dengan kelas yang lebih tinggi dari F-16 Indonesia, sayangnya mereka minimalis dan tidak ingin mengeksplorasi kemampuan pesawatnya.

Sayangnya, kemampuan dan semangat juang di Indonesia sering tidak berbanding lurus dengan pendapatan. Letkol Fajar, misalnya, setelah sekitar 15 tahun menjadi pilot pesawat tempur, sesuai dengan pangkatnya, kira-kira mendapatkan gaji sebesar Rp 5 juta per bulan. Ada pendapatan tambahan sekitar Rp 400.000 per bulan karena ia memiliki brevet penerbang.

Coba bandingkan dengan nasib pilot tempur di Singapura yang menurut www.mindef.gov.sg mendapatkan gaji sekitar Rp 50 juta. Itu belum termasuk tabungan dan bonus dari negara. ”Ini pekerjaan berisiko tinggi. Memang terkadang kami merasa tidak terperhatikan oleh negara. Akan tetapi, sebagai prajurit kami tetap laksanakan tugas,” kata Fajar.

KOMPAS

12 Pulau Terluar Butuh Perhatian Khusus

Tim Eskpedisi Garis Depan Nusantara (GDN) melakukan persiapan untuk pemancangan tugu prasasti NKRI di Pulau Karaweira kecil, Kabupaten Kepulauan Aru, akhir minggu lalu. Karaweira merupakan pulau ke-77 yang dipasang tanda NKRI oleh tim ekspedisi dari 92 pulau terdepan nusantara. (Foto: ANTARA/Daniel Leonard/ss/nz/10)

25 Januari 2009, Yogyakarta -- Sebanyak 12 pulau terluar yang berada dalam wilayah NKRI perlu perhatian khusus karena rawan konflik kepemilikan dan konflik perbatasan. Pulau tersebut antara lain: Rondo di Nangroe Aceh Darussalam, Pulau Berhala di Sumatera Utara, Nipa dan Sekatung di Riau, Marore, Miangas dan Maranpit di Sulawesi Utara, Pulau Fani, Fanildo dan Bras di Papua serta Pulau Batek dan Dana di NTT

"Pengelolaan dan perhatian khusus perlu dilakukan karena di sana rawan. Baik kegiatan aksi teror maupun tindak kejahatan lain termasuk titik kegiatan ilegal," kata Kolonel Laut Rusdi Ridwan, Kepala Bidang Kerjasama Pertahanan Kementerian Polhukam RI di Yogyakarta, Sabtu (23/1).

Di dalam seminar nasional dengan tema "Manajemen Pulau-Pulau Terluar NKRI" di Fakultas Geografi UGM terungkap juga ada 92 pulau terluar yang sekitar 67 di antaranya berbatasan langsung dengan negara tetangga.

Profesor Riset Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional Aris Pobniman Kertopermono menyatakan, manajemen pulau terluar penting dijalankan. Apalagi belajar dari lepasnya dua pulau yaitu Sipadan dan Ligitan yang memberi kesadaran betapa pentingnya manajemen pulau terluar.

"Pulau terluar jadi titik dasar batas laut teritorial negara kepulauan seperti Indonesia," kata Aris.

Inventarisasi pulau seluruh Indonesia disebutkan selesai dilaksanakan dan kini pemerintah dalam waktu dekat segera menerbitkan peraturan pemerintah tentang jumlah, dan nama pulau di seluruh Indonesia.

Inventarisasi dilakukan melalui identifikasi peta yang tersedia, penafsiran citra penginderaan jauh, survei lapangan dan wawancara dengan penduduk setempat, termasuk verifikasi dengan camat dan kepala desa.

"Kami juga lakukan validasi oleh tim Pembakuan nama-nama pulau Indonesia. Pulau Rondo, di Provinsi NAD, merupakan pulau paling barat wilayah NKRI sedangkan Pulau Dana di provinsi NTT merupakan pulau paling selatan," kata Aris.

JURNAL NASIONAL

TNI Optimalisasikan Tugas OMSP

Panglima TNI Jenderal Djoko Santoso (tengah) didampingi KSAU Marsekal Madya Imam Sufaat, KSAD Jenderal George Toisutta , Kepala Staf Umum TNI Laksamana Madya Didik Heru Purnomo, KSAL Laksamana Madya Agus Suhartono (kiri-kanan) saat Rapat Pimpinan (Rapim) TNI 2010 di Mabes TNI Cilangkap, Jakarta, Senin (25/1). Rapim membahas mengenai program kerja TNI pada tahun 2010. (Foto: ANTARA/Prasetyo Utomo/mes/10)

26 Januari 2009, Jakarta -- Belajar dari pengalaman sepanjang tahun 2009, baik yang berdimensi politik, ekonomi, sosial budaya maupun pertahanan dan keamanan, serta antisipasi terhadap tantangan dan kerawanan pada tahun 2010 ke depan, mendekatkan pemikiran TNI untuk lebih meningkatkan atau mengoptimalisasikan tugas TNI di bidang OMSP (operasi militer selain perang).

Hal itu sejalan dengan kebijakan Presiden di bidang Politik Luar Negeri dengan prinsip seribu sahabat tanpa musuh atau seribu kawan terlalu sedikit, seorang musuh terlalu banyak. Untuk itu Presiden akan lebih mengedepankan upaya diplomasi dalam menyelesaikan persoalan bilateral atau multilateral, sebelum menentukan cara-cara yang lain.

Hal itu dikatakan Panglima TNI Jenderal TNI Djoko Santoso dalam amanatnya pada Pembukaan Rapim TNI 2010, di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, Senin (25/1).
Rapim yang diikuti 150 lebih Perwira Tinggi TNI, kemarin diisi dengan pembekalan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dilanjutkan oleh Menhan Purnomo Yusgiantoro. Sedangkan pelaksanaan Rapim dilakukan hari Selasa (26/1) ini.

Di hadapan para peserta Rapim TNI, Panglima TNI mengemukakan dalam mendukung kebijakan politik luar negeri tersebut, TNI harus lebih mengoptimalkan tugas OMSP, melalui peningkatan kerjasama militer atau pertahanan, serta lebih banyak terlibat dalam tugas-tugas pemeliharaan perdamaian dunia, sebagaimana yang diamanatkan oleh Konstitusi kita, UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Sedangkan dalam konteks dengan kehidupan dalam negeri, OMSP perlu kita optimalisasikan melalui tugas-tugas perbantuan TNI, baik kepada pihak Kepolisian dan Pemerintah Daerah maupun kepada institusi atau lembaga lain yang memintanya, sesuai kemampuan dan batas kemampuan TNI sendiri, kata jenderal bintang empat itu.

Terkait dengan optimalisasi tugas OMSP, TNI telah membentuk Pasukan Reaksi Cepat Penanggulangan Bencana (PRCPB). Pasukan yang memiliki kemampuan dan kesiapsiagaan penuh, sehingga dalam tempo 24 jam dapat dikerahkan untuk menanggulangi bencana yang terjadi di seluruh penjuru Tanah-Air, jelasnya.

Kepada seluruh Kotama Operasional TNI, khususnya Komando Kewilayahan (Darat, Laut, dan Udara); kata Jenderal TNI Djoko Santoso agar senantiasa berupaya mengoptimalkan OMSP, melalui peran aktif TNI dalam berbagai bidang pembangunan, seperti Gerakan Indonesia Kreatif, Gerakan Menanam Semiliar Pohon, dan lain-lain.

Di samping itu, saya juga berharap agar dioptimalkan tugas perbantuan kepada Polri dan Pemerintah Daerah, khususnya daerah yang berada di wilayah perbatasan, pulau-pulau terdepan, daerah rawan konflik, rawan sosial, rawan bencana, daerah terpencil, terbelakang, dan lain-lain, ucap Panglima TNI lagi.

PELITA

Monday, January 25, 2010

TNI AL Amankan Perairan Aceh

Kapal KRI Yos Sudarso yang berlabuh di Pelabuhan Krueng Geukuh, Aceh Utara, Minggu (24/1). Tujuan kapal perang ini singgah ke Aceh Utara sekaligus untuk mensosialisasikan tentang fungsi dan tugas TNI AL untuk pelajar dan sekaligus mengisi bahan bakar. (Foto: SERAMBI/Masriadi)

25 Januari 2010, Lhok Sukon -- TNI Angkatan Laut memberi perhatian serius terhadap perairan Aceh yang selama ini kerap mengalami gangguan dari para perompak. Jajaran TNI AL pun siap mengamankan perairan laut Aceh, termasuk Selat Malaka, guna memberikan rasa aman bagi para pengusaha, nelayan dan seluruh pihak yang menggunakan salah satu jalur perairan terpenting dunia ini.

Hal itu diungkapkan Kepala Staf Gugus Tempur Wilayah Barat (Guspurlaba), Kolonel Laut (P) Didin Zainal Abidin, didampingi Komandan KRI Yos Sudarso, Kolonel Laut (P) Suhartono, dan Mayor Laut (P) Ali Ridho di Pelabuhan Krueng Geukuh, Aceh Utara, Minggu (24/1). Didin menyebutkan, seperti diketahui selama ini aksi perampokan kerap terjadi di perairan Selat Malaka yang masuk dalam kawasan Idi dan Langsa, Aceh Timur. “Kita siap mengamankan perairan laut Aceh. Selain itu, kita tentu mengantisipasi gangguan asing di kawasan Selat Malaka,” kata Didin Zainal Abidin kepada Serambi, di atas Kapal KRI Yos Sudarso.

Komandan Kodim 0103 Aceh Utara Letkol Taufan Akrida (kedua kiri) berjabat tangan dengan Komandan KRI Yos Sudarso Kolonel laut Shartono (kedua kanan) saat penyerahan cendera mata diatas Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) Yos Sudarso Sudarso saat bersandar di Pelabuhan Kruenggeukuh Aceh Utara Propinsi Aceh. Minggu (24/1). (Foto: ANTARA/Rahmad/ss/pd/10)

Karenanya, kata Didin, TNI berharap masyarakat dan nelayan di Aceh memberikan informasi bila terjadi gangguan. Ia menyatakan, pihaknya akan langsung menindaklanjuti setiap laporan masyarakat mengenai gangguan di kawasan tersebut. “Selat Malaka menjadi selat sangat rawan. Karena, ini jalur internasional. Kita siap mengamankannya, melakukan patroli saban hari,” kata Didin Zainal Abidin. Menurutnya, kerja sama yang telah terbangun selama ini antara masyarakat dengan pihak TNI AL telah memberi dampak baik, di mana gangguan di perairan Aceh relatif menurun.

Pulau terluar

Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) Yos Sudarso Sudarso buatan Belanda yang difasilitasi kemampuan Multipurpose, anti udara,atas air dan perang bawah laut saat bersandar di Pelabuhan Kruenggeukuh Aceh Utara Propinsi Aceh. Minggu (24/1). Kedatangan KRI Yos Sudarso keperairan laut Aceh dalam rangka sosialisasi tugas pokok TNI AL bersama pergelaran operasi MSSP (Malacca Straits Sea Patrols). disepanjang laut Selat Malaka Aceh dari gangguan keamanan seperti perompakan, penyeludupan dan perambahan hasil laut oleh kapal asing yang menyusup keperairan laut Indonesia. (Foto: ANTARA/Rahmad/ss/pd/10)

Selain itu, Didin menyebutkan saat ini TNI AL juga bertugas mengamankan 92 pulau terluar (berbatasan langsung) dengan negara lainnya di Indonesia. Dari jumlah itu, 12 pulau diberikan pengamanan khusus dengan menempatkan satuan TNI AL di pulau tersebut. Khusus untuk Guspurlaba, memberikan perhatian serius pada lima pulau terluar yaitu Pulau Rondo, Berhala, Lipah, Jemur, dan Pulau Sekatung. “Ada 12 pulau yang kita berikan perhatian khusus. Untuk kawasan barat, ada lima pulau. Sisanya, ada di kawasan timur,” kata Didin.

Kehadiran KRI Yos Sudarso di pelabuhan Krueng Geukuh, sekaligus memperkenalkan tugas TNI AL pada sejumlah pelajar di Aceh Utara dan mengisi bahan bakar. KRI ini meninggalkan Krueng Geukuh, Minggu (24/1) sore dan akan singgah di Langsa untuk seterusnya melakukan patroli di kawasan barat laut Indonesia.

SERAMBI NEWS

2010, TNI Mantapkan Pembangunan Kekuatan

Panglima TNI Jenderal Djoko Santoso , KSAD Jenderal George Toisutta, KSAL Laksamana Madya Agus Suhartono , KSAU Marsekal Madya Imam Sufaat dan Kepala Staf Umum TNI Laksamana Madya Didik Heru Purnomo, (kiri-kanan) berbincang saat menunggu kedatangan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk mengikuti Rapat Pimpinan (Rapim) TNI 2010 di Mabes TNI Cilangkap, Jakarta, Senin (25/1). Rapim membahas mengenai program kerja TNI pada tahun 2010. (Foto: ANTARA/Prasetyo Utomo/Koz/mes/10)

25 Januari 2010, Jakarta -- Panglima TNI Jenderal TNI Djoko Santoso menyatakan pada 2010 pihaknya akan memfokuskan diri pada pembangunan kekuatan dan organisasi TNI.

"Tahun 2010 merupakan titik awal bagi TNI untuk memantapkan pembangunan kekuatan dan pengembangan organisasi," katanya, saat membuka Rapat Pimpinan TNI di Jakarta, Senin.

Panglima TNI menjelaskan, tahun 2010 merupakan titik awal pelaksanaan Rencana Strategis TNI Tahap II (2010-2014), khususnya pengembangan dan pembangunan TNI menuju terwujudnya kekuatan pokok minimum.

"Salah satu realisasi pengembangan dan pembangunan kekuatan serta organisasi adalah pembentukan Kodiklat, pemekaran Kodam serta peningkatan status satuan TNI Angkatan Laut dan Angkatan Udara di Kalimantan," katanya.

Djoko menambahkan, pengembangan organisasi itu tentu diikuti pengembangan sarana dan prasarana termasuk pemenuhan kebutuhan dan modernisasi alat utama sistem senjata.

Ia mengemukakan, pengembangan dan pembangunan kekuatan serta organisasi itu disesuaikan dengan perkembangan lingkungan strategis dan persepsi ancaman.

"Semua program yang akan kita laksanakan pada 2010 tentunya didasarkan pada evaluasi pada 2009, salah satunya menurunkan angka kecelakaan," katanya.

Djoko kembali menegaskan, koordinasi antara Kementerian Pertahanan (Kemhan) dan TNI dalam pengadaan alutsista sesuai petunjuk presiden bukan sebagai bentuk intervensi, tetapi untuk keterpaduan alutsista TNI, apalagi, hak kewenangan untuk menentukan spesifikasi alustsista tetap berada di tangan angkatan.

"Dengan demikian, setiap alutsista peralatan dan perlengkapan militer yang kita pilih, dipastikan dapat dioperasikan secara integratif, sinergis dan terpadu, antara yang satu dengan lainnya, baik interim angkatan maupun gabungan," imbuhnya.

Karena itu, pimpinan TNI mengambil kebijakan dengan membentuk Dewan Kebijakan Penentu (Wanjaktu) Alutsista TNI. Tugasnya, melakukan penilaian yang mendalam tentang efektifitas dan integrasi pengoperasian alustsista.

Rapim TNI 2010 dimeriahkan dengan pameran alat dan persenjataan TNI. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro dijadwalkan memberikan pengarahan.

ANTARA News

Presiden Minta TNI Modernisasi Diri

Rampimnas TNI 2010 ini dibuka oleh Presiden SBY. (Foto: detikFoto/Abror Rizki/Setpres)

25 Januari 2010, Jakarta -- Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menginstruksikan kepada Kementerian Pertahanan dan TNI untuk terus memodernisasi diri sehingga berkekuatan handal, kredibel, dan tangguh.

"Saya instruksikan kepada pimpinan TNI dan juga Kementerian Pertahanan untuk memodernisasi diri, sesuai hakekat ancaman yang dihadapi," katanya, dalam pengarahannya di hadapan para pewira tinggi dan menengah TNI pada Rapat Pimpinan TNI 2010 di Jakarta, Senin.

Kepala Negara menambahkan, modernisasi dilakukan terencana dan berkesinambungan serta terarah sesuai hakekat ancaman yang dihadapi, kondisi geografi, kemampuan negara, dan perkembangan dunia militer.

Selain memodernisasi diri, Presiden Yudhoyono juga menginstruksikan agar TNI dapat menjalankan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2009-2014 terutama yang berkaitan dengan tugas pokok TNI, dan ketiga TNI harus terus meningkatkan kesejahteraan pajurit.

Dalam pengarahannya sekitar satu jam itu, Presiden mengingatkan, TNI juga harus memiliki daya antisipasi, pemikiran strategis agar senantiasa siap menghadapi berbagia macam ancaman global, dengan membangunan postur pertahanan yang modern, handal, tangguh, kredibel.

"TNI juga harus menjaga kesiapsiagaannya sebagai bentuk strategis penangkalan juga kemampuan untuk mencapai kekuatan pokok minimum (minimum essential forces/MEF)," kata Yudhoyono menambahkan.

Pada kesempatan itu pula Kepala Negara meminta TNI membantu menciptakan situasi kondusif dalam negeri demi lancarnya pelaksanaan pembangunan nasional.

"Di negara mana pun, baik negara-negara barat, negara timur, negara maju, negara berkembang, stabilitas keamanan sangat diperlukan untuk mendukung pelaksanaan pembangunan nasional," tuturnya.

Karena itu, lanjut Yudhoyono, TNI harus membantu menciptakan lingkungan dalam negeri yang kondusif sesuai kewenangannya, untuk memastikan negara ini stabil dan aman.


Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memegang Senapan Serbu (SS) buatan PT Pindad saat meninjau pameran Alat Utama Sistem Persenjataan (Alutsista) disela Rapat Pimpinan (Rapim) TNI 2010 di Mabes TNI Cilangkap, Jakarta, Senin (25/1). Pameran yang diikuti sejumlah perusahaan dan pelaku bisnis militer tersebut menampilkan produk Alutsista buatan dalam negeri. (Foto: ANTARA/Prasetyo Utomo/Koz/mes/10)


Presiden SBY juga meninjau salah satu panser yang dimiliki TNI. (Foto: detikFoto/Abror Rizki/Setpres)

Usai memberikan pengarahan, Presiden didampingi Panglima TNI Jenderal TNI Djoko Santoso, Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro dan sejumlah menteri Kabinet Indonesia Bersatu II menyaksikan pameran alat pertahanan yang diiikuti sejumlah perusahaan industri pertahanan dalam negeri.

"Terima kasih, saya senang dengan apa yang ditampilkan, dengan inovasi yang ada. Selamat bertugas, " katanya, sesaat setelah menyaksikan seluruh alat dan perlengkapan pertahanan yang dipamerkan

ANTARA News

Pilot F-16, Berpikir Simultan dalam Sepersekian Detik

Pilot pesawat tempur bersiap menerbangkan pesawat F-16 dari hanggar Skuadron Udara 3 TNI Angkatan Udara di Pangkalan Udara Iswahjudi, Madiun, Jawa Timur, Rabu (30/12). (Foto: KOMPAS/Riza Fathoni)

25 Januari 2010 -- Dragon, begitu nama sebutan bagi para pilot F-16 Fighting Falcon di Skuadron Udara 3, Wing 3, Pangkalan TNI AU (Lanud) Iswahjudi ini. Konon, nama itu dipilih gara-gara naga dianggap bandel dan punya api. Dan begitulah kesan tentang mereka, militan bahkan bisa dibilang nekat.

Jangan tanya jumlah mereka, karena itu salah satu rahasia negara. Anggap saja jumlah mereka ada beberapa belas orang. Salah satu ruangan di Skuadron 3 ini juga tidak boleh dimasuki orang luar karena berisi tabel jadwal latihan mereka beserta manuver-manuver yang dilatih. ”Orang boleh tahu berapa jumlah pesawat kita. Akan tetapi, justru berapa jumlah pilot dan apa keahlian mereka masing-masing, nah itu sebenarnya kekuatan kita,” kata Letkol Fajar ”Redwolf” Adriyanto, Komandan Skuadron Udara 3 Lanud Iswahjudi.

Walaupun latihan mereka mengikuti silabus dengan program tertentu, setiap pilot memiliki kekhasan yang kemudian menjadi kekuatannya. Salah seorang pilot menggemari seni mahir dalam manuver-manuver rumit karena daya imajinasinya tinggi. Pilot yang tenang akan maju untuk penyerangan yang membutuhkan ketelitian tinggi seperti mengebom sasaran di darat.

Sekilas, ciri khas setiap pilot ini bisa dilihat dari call sign alias nama panggilan mereka. Nama itu biasanya diberikan komandan atau pelatih yang melihat karakteristik muridnya. Nama diambil dari nama hewan, seperti Letkol Ian ”Hyena” Fuadi, Mayor Ali ”Unicorn” Sudibyo, Mayor Setiawan ”Gryphon”, dan Mayor Firman ”Foxhound” Dwi Cahyono.

”Setiap hari rasanya seperti ujian,” kata Letda Ferry Rachman, siswa transisi angkatan terbaru. Walaupun menjadi salah satu lulusan terbaik Sekolah Penerbang, Ferry yang tahun ini genap berusia 25 tahun itu mengaku harus bekerja keras. Selain adaptasi, ada hal-hal yang baru seperti keterampilan basic fighter manuver atau air combat manuver dan kecepatan mengambil keputusan. ”Di sini harus lebih kerja keras, soalnya di sini semuanya sama hebatnya,” tuturnya di sela-sela makan malam di warung sop buntut kesukaannya di pasar di Madiun.

Selain sehat—termasuk tanpa gigi berlubang dan mata minus—prestasi akademik calon pilot F-16 harus unggul juga. Setelah lulus tentunya dengan nilai memuaskan dari Akademi Angkatan Udara, tahap berikutnya adalah Sekolah Penerbang. Hanya 5-10 lulusan terbaik Sekolah Penerbang yang boleh menjadi pilot pesawat tempur. Dari lulusan terbaik itu, biasanya tiap tahun peringkat pertama dan kedua masuk ke Skuadron 3 untuk dilatih menjadi pilot F-16. ”Di sini memang kawah candradimuka,” cerita Fajar.

Belajar dan bekerja keras

Hari-hari para dragon ini memang dipenuhi belajar dan bekerja keras. Pengetahuan awal yang harus dikuasai seorang pilot F-16 adalah karakteristik mesin pesawat yang akan ia gunakan. Setelah itu baru ilmu perang, manuver, dan hal-hal yang menyertainya, seperti penggunaan bahan bakar hingga faktor legal. ”Seperti waktu kita cegat pesawat tempur AS. Kita harus punya dasar legal dan tahu bahwa mereka tidak meratifikasi UNCLOS 1982,” kata Fajar.

Malam-malam, mereka harus mempersiapkan manuver yang akan dilaksanakan besok. Bagi siswa transisi seperti Ferry, keesokan harinya mereka mencoba pengetahuan barunya di simulator. Sering kali instruktur memberikan situasi darurat seperti mesin yang tiba-tiba mati. ”Yang penting adalah bagaimana bereaksi saat emergency,” kata Mayor Sondhi selaku kepala fasilitas latihan.

Setelah berbulan-bulan berlatih dengan simulator, saat yang paling ditunggu adalah ketika instruktur menyatakan pilot transisi sudah layak terbang dengan F-16. Tahap membanggakan selanjutnya adalah saat sudah boleh terbang solo dengan F-16. Tradisinya, telur akan dipecahkan di kepalanya setelah itu dia diguyur ramai-ramai. Butuh waktu bertahun-tahun untuk menjadi wingman hingga element leader, flight leader, instruktur penerbang, dan pilot tes yang masing-masing memiliki kemampuan untuk memimpin sejumlah pesawat.

Untuk membawa pesawat tentu dibutuhkan keahlian dan keterampilan. Namun, memimpin beberapa pesawat membutuhkan kemampuan yang kompleks. Algoritma berpikir jika A maka B bisa berlapis-lapis. Sebagai pemimpin, seorang pilot harus bisa memetakan di mana posisi pesawat timnya serta di mana mereka berada detik berikutnya. Ia juga harus mengenal karakter anggota timnya.

Itu harus dipikirkan, sementara sang pilot tengah mengalami tekanan sebesar 9 G alias sembilan kali gaya gravitasi. Ini belum termasuk memikirkan strategi untuk memenuhi misi, misalnya menembak sasaran berukuran 10 meter x 10 meter dari jarak beberapa kilometer. ”Toleransi meleset yang diterima itu 5 meter,” kata Mayor Firman ”Foxhound” Dwi Cahyono, Wakil Komandan Skuadron Udara 3.

Setiap hari, para pilot F-16 ini berlatih terbang dari pukul sembilan pagi hingga sore hari. Mereka juga harus menguasai terbang di malam hari. Pasalnya, ancaman di udara bisa datang tanpa mengenal waktu. ”Biasanya malah pas lagi libur tuh ada black flight (pesawat penyusup), makanya kami harus standby selalu,” tutur Fajar. (Edna C Pattisina)

KOMPAS

Pesawat Baru untuk Amankan Perbatasan

Super Tucano. (Foto: Embraer Defense Systems)

25 Januari 2010, Yogyakarta -- TNI Angkatan Udara membeli 16 pesawat Super Tucano dari Brasil tahun ini. Pesawat tersebut akan digunakan untuk patroli keamanan di daerah-daerah perbatasan. TNI AU juga membeli 3 pesawat Sukhoi untuk menggantikan pesawat jenis MK-53.

”Dengan pengadaan alat utama sistem persenjataan (alutsista) tersebut diharapkan target zero accident bisa tercapai. Selama ini peralatan kami masih ada beberapa yang kurang layak sehingga perlu diganti,” kata Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU) Marsekal Imam Sufaat seusai serah terima jabatan Gubernur Akademi Angkatan Udara di Yogyakarta, Sabtu (23/1).

Menurut Imam, Super Tucano menggantikan pesawat tempur taktis OV-10 Bronco North American Rockwell. TNI AU akan memanfaatkannya untuk pengamanan di daerah perbatasan. Pesawat juga dipakai untuk memantau penebangan liar, yang selama ini sulit terpantau. ”Di Brasil pesawat tersebut juga dipakai untuk pengamanan wilayah perbatasan,” tuturnya.

Super Tucano telah dipakai sejumlah negara, seperti Kolombia, Guatemala, dan Republik Dominika. Sebagaimana halnya OV-10 Bronco, Super Tucano juga didesain untuk serangan udara ringan, antigerilya, pesawat latih, dan patroli perbatasan dengan sistem senjata dan avionik yang lebih canggih.

Alutsista China

Indonesia juga akan menjajaki rencana pembelian alutsista asal China. Penjajakan itu disampaikan Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Djoko Suyanto saat menjawab pers seusai mengikuti sidang kabinet paripurna di Istana Wakil Presiden, Jakarta, Jumat malam.

Sebelumnya, Djoko Suyanto bersama Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa mendampingi State Councilor RRC (Menko Polhukam) Dai Bingguo menemui Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Kantor Presiden dan Wapres Boediono di Istana Wapres, Jakarta, Jumat.

Kunjungan Dai Bingguo beserta delegasi China ke Indonesia bertujuan untuk menindaklanjuti perjanjian kerja sama kemitraan antara Indonesia dan China yang sebelumnya ditandatangani Presiden Yudhoyono dan Presiden China Hu Jin Tao saat kunjungan kenegaraan Presiden di China.

”Kita memang pernah membeli alutsista China beberapa waktu lalu. Sekarang tidak lagi. Yang baru kita lakukan sekarang adalah penjajakan. Kita belum sampai kepada jenis alutsista seperti apa yang akan dibeli. Itu diserahkan kepada Kementerian Pertahanan dan TNI sendiri,” kata Djoko.

KOMPAS

152 Perwira Tinggi TNI Berkumpul di Cilangkap

Pameran senjata bertempat di Mabes TNI tahun lalu. (Foto: Antara)

25 Januari 2010, Jakarta -- Markas Besar (Mabes) TNI akan menggelar Rapat Pimpinan (Rapim) TNI Tahun 2010, tanggal 25-26 Januari 2010 bertempat di Aula Gatot Subroto, Mabes TNI Cilangkap, Jakarta Timur; kata Kapuspen TNI Marsda TNI Sagom Tamboen, SIP, Minggu (24/1).

Rapim TNI yang dilaksanakan setiap tahun merupakan sarana bagi para Pimpinan TNI untuk melakukan evaluasi terhadap kinerja tahun 2009 dan menyamakan pemikiran dan langkah tindak guna memperoleh hasil kinerja yang optimal dalam pelaksanaan program kerja TNI tahun 2010.

Rapim TNI Tahun 2010 ini mengusung tema Dengan meningkatkan kemampuan trimatra terpadu, TNI siap menegakkan kedaulatan negara, menjaga keutuhan wilayah NKRI dan keselamatan bangsa. Rapim TNI akan diikuti 152 orang Perwira Tinggi TNI dari Mabes TNI dan ketiga Angkatan serta pejabat dari kementerian/lembaga pemerintah nonkementerian yang berkaitan dengan tugas-tugas TNI.

Penyelenggaraan Rapim TNI Tahun 2010 ini dilatarbelakangi beberapa hal mendasar. Diantaranya kesiapan satuan TNI dalam pelaksanaan tugas pengamanan di daerah perbatasan dan pulau-pulau terdepan (utamanya di perbatasan yang memiliki potensi kerawanan terjadinya konflik), bantuan penanggulangan bencana alam serta terorisme, pembangunan kekuatan pokok minimum (Minimum Essensial Force) TNI yang mampu menjamin kepentingan strategis berdasarkan Renstra Pembangunan TNI Tahun 2010-2014, dan penyampaian kebijakan Panglima TNI sebagai pedoman pelaksanaan tugas.

Bersamaan dengan penyelenggaraan Rapim tahun ini, beberapa produsen/industri pertahanan akan menggelar pameran Alat Peralatan Pertahanan (Alpalhan). Antara lain Virtual Arms Solution (VAS) yang merupakan fasilitas/sarana berbasis komputer untuk melatih kemahiran prajurit TNI menembak, Air Defence Battle Training Simulator (ADBTS) yaitu seperangkat peralatan komputer yang digunakan untuk kepentingan Sishanudnas (Sistem Pertahanan Udara Nasional) terpadu, Allied Tactical Naval Positioning (ANTP) yang merupakan peralatan pendukung manuver taktis kapal saat melaksanakan operasi, Simulator Tactical Combat Management System (STCMS), dan Komunikasi Mobile (Komob).

Menurut rencana, Presiden RI H Susilo Bambang Yudhoyono akan hadir dan memberikan pengarahan kepada para peserta Rapim, selanjutnya akan meninjau demo dan pameran Alpalhan TNI.

Panglima TNI Jenderal TNI Djoko Santoso bersama Kepala Staf Angkatan dan pejabat teras Mabes TNI akan mengakhiri seluruh rangkaian kegiatan Rapim TNI Tahun 2010 dengan acara konferensi pers bertempat di Gedung I Ngurah Rai (Balai Wartawan Puspen TNI), Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur.

PELITA

Sunday, January 24, 2010

AL UEA Pesan 2 Kapal Perang Siluman Dari Italia

Disain kapal perang kelas Falaj milik UEA. (Foto: Fincantieri)

24 Januari 2010 -- Angkatan Laut Uni Emirat Arab (UEA) memesan dua kapal perang berkemampuan siluman Falaj 2. Kapal perang akan dibangun di galangan kapal Fincantieri Italia.

Kontrak pembelian termasuk opsi pembelian 2 kapal perang tambahan berikut alih teknologi ke perusahaan galangan kapal dalam negeri UEA . Kapal dijadwalkan diserahkan pada pertengahan tahun 2012.

Kapal mempunyai panjang 55 meter dan lebar 8,6 meter, kecepatan lebih dari 20 knot dengan jumlah awak 28.

Misi yang dapat diemban kapal mulai dari patroli hingga pengamatan dengan kemampuan menghadapi ancaman serangan dari udara maupun permukaan.

Korvet kelas Baynunah milik AL UEA dibangun di galangan kapal Abu Dhabi Shipbuilding (ADSB) sistem tempurnya dipasok dari Selex Sistemi Integrati salah satu anak perusahaan Finmeccanica, Italia.

Finmeccanica/@beritahankam

Jet Tempur F-7 AU Myanmar Jatuh

Jet tempur buatan Cina F-7 AU Pakistan. (Foto: PAF)

24 Januari 2010 -- Sebuah jet tempur kursi tunggal buatan Cina F-7 milik Angkatan Udara Myanmar jatuh di pangkalan udara Mingaladon saat melakukan latihan terbang, Jumat (22/1) menurut saksi mata petugas Bandara Internasional Yangon kepada Kantor Berita Reuters.

Menurut saksi mata pilot tidak dapat menyelamatkan diri, tewas ditempat kejadian. Insiden ini salah satu dari sepuluh insiden fatal yang menimpa pesawat militer AU Myanmar sejak 1999.

Pemerintah junta militer Myanmar tidak dapat membeli persenjataan dari negara barat karena dituduh melanggar HAM berat.

Myanmar melengkapi angkatan bersenjatanya dengan persenjataan buatan Cina, Rusia dan India.

Rusia dan Myanmar telah menandatangani pembelian 20 jet tempur MiG-29 senilai 572,2 juta dolar, setelah menyingkirkan jet tempur buatan Cina.

Rusia telah mengirimkan 12 MiG-29 ke Myanmar pada 2001.

REUTERS/@beritahankam

Prajurit TNI Latihan PHH di Libanon


23 Januari 2010, Lebanon -- Prajurit TNI yang tergabung dalam Satgas TNI Kontingen Garuda XXVI-B2 INDO Force Protection Company (FPC) misi perdamaian PBB di Lebanon, pimpinan Komandan Satgas Letkol Inf Fulad,melaksanakan latihan CRC Platoon (Crowd and Riot Control) / Pasukan Penanggulangan Terhadap Massa, dan Kekerasan yang dikenal dengan Pasukan Anti Huru Hara (PHH), di Sudirman Camp, Naqoura-Lebanon Selatan.

Pelatihan PHH di Sudirman Camp, Naqoura, Libanon tersebut berlangsung selama dua hari (21 – 22 Januari 2010), dipimpin oleh Kapten Psk Yoshafat (Perwira Seksi Operasi), Letda Inf Muhammad Rifqi (Wakil Komandan Tim), dan Serka Suprayitno (Bintara Seksi Operasi) Satgas Force Protection Company.

Latihan ini terbagi dalam dua tahap, yaitu pemberian materi tentang teori CRC di ruang kelas meliputi Organisasi Platoon CRC, Alat Perlengkapan, Formasi, dan Tindakan Keamanan serta pelaksanaan praktek latihan CRC di lapangan hitam Sudirman Camp.

Menurut Dansatgas Konga XXVI-B2 Letkol Inf Fulad, pelatihan PHH merupakan salah satu bagian dari tugas pokok Satgas FPC Konga XXVI-B2.

Diantaranya, mengendalikan keamanan di wilayah timur Markas Unifil ; mengatasi kendala ancaman terhadap Markas Unifil,menyiapkan pengawalan terhadap seluruh aset milik Komandan tertinggi Unifil (Force Commander) selama perjalanan melalui atau ke daerah operasi dengan melakukan koordinasi atas perintah Force Commander ; mendukung kekuatan Unifil lainnya di luar markas didalam hal mengatasi kesulitan yang dialami seperti mendapatkan serangan serta Melaksanakan tugas lainnya terkait pengamanan berdasarkan perintah Force Commander.

Latihan PHH yang direncanakan sebulan sekali ini dimaksudkan untuk membantu serta mengasah kemampuan yang telah dimiliki personel Satgas Force Protection Company dalam mendukung pelaksanaan tugasnya di Lebanon.

Disamping itu, untuk mengasah maupun memelihara kemampuan personel Satgas FPC dalam hal mengendalikan kerusuhan massa, khususnya mengatasi ancaman jarak dekat terhadap Markas Unifil, demikian Dansatgas.

PUSPEN TNI

AL India Belanjakan 1,5 Milyar Dolar Untuk Satuan Udaranya

Harrier AL India mendarat di dek kapal induk INS Viraat. (Foto: indiabuzzing.com)

24 Januari 2010 -- Saat pemerintah kita sibuk mengurusi dirinya sendiri, pemerintah India terus bekerja memperkuat pertahanan negaranya dari ancaman negara asing.

Pemerintah India akan membelanjakan 1,5 milyar dolar guna meningkatkan kekuatan udara Angkatan Laut India.

AL India merencanakan membeli 16 jet tempur baru MiG-29, setengah lusin helikopter ringan, pesawat nirawak dan helikopter serba guna. Tender akan dilakukan segera, ungkap pejabat India.

Pesawat maritim jenis anti peperangan kapal selam IL-38 milik AL India. (Foto: Indian Navy)

MiG-29KUB akan ditempatkan di kapal induk INS Vikramaditya (eks Admiral Gorshkov). (Foto: migavia)

AL India akan meningkatkan juga kemampuan jet tempur Sea Harrier, pesawat anti peperangan kapal selam IL-38, mengakuisisi lima helikopter patroli KA-31.

“Kami akan mengakuisisi jet tempur dan helikopter baru ….. untuk melengkapi kapal induk baru kami segera terima,” ungkap juru bicara AL India Commander PVS Satish di New Delhi, Kamis (21/1).

Saat ini satuan udara AL India terdiri dari jet tempur Sea Harrier ditempatkan di kapal induk Viraat (eks HMS Hermes), sedangkan MiG-29 akan ditempatkan di kapal induk INS Vikramaditya (eks Admiral Gorshkov).

India sedang membangun satu kapal induk dengan panjang 260 meter di galangan kapal dalam negeri Cochin, peletakan lunas dilakukan Februari tahun lalu . Pemerintah India merencanakan akan membangun lebih dari satu kapal jenis ini.

The Economic Times/@beritahankam

Jet tempur Eurofighter Typhoon Kandidat Pemenang Tender MRCA India

Jet tempur Eurofighter Typhoon milik Jagdbombergeschwader 31 "Boelcke" AU Jerman. (Foto: eurofighter)

24 Januari 2010 -- Jet tempur Eurofighter Typhoon berada diurutan pertama untuk memenangkan kontrak senilai 10,4 milyar dolar dari pemerintah India untuk pembelian 126 jet tempur dibawah program Medium Multi-Role Combat Aircraft (MRCA), dikatakan Duta Besar India untuk Italia Arif Shahid Khan kepada Kantor Berita Reuters, Jumat (22/1), setelah bertemu dengan seorang staf senior Perdana Menteri Italia Silvio Berlusconi.

Menurut sumber di Eurofighter rangkaian pengujian penerbangan selesai pada April, dan keputusan segera diambil.

Program MRCA diikuti oleh lima negara dan enam perusahaan pabrik pesawat, Amerika Serikat diwakili Boeing mengajukan F/A-18 Super Hornet dan Lockheed Martin F-16 IN, Perancis Dassault Rafale, Swedia SAAB JAS-39 Gripen, Rusia MiG-35 serta Konsorsium Eropa terdiri dari Aeronautic Defence and Space Company EADS N.V., BAE Systems plc, dan Finmeccanica SpA, Italia yang mengajukan Eurofighter Typhoon.

Dua jet tempur Typhoon AU Austria terbang di atas kota Zeltweg. (Foto: eurofighter)

Disain kapal jenis replenishment yang dipesan AL India. (Foto: fincantieri)

Dubes Khan mengatakan juga India akan membeli kapal perang jenis refueling dari galangan kapal Italia Finmeccanica senilai 200 juta dolar.

India salah satu importir senjata terbesar di dunia, pemerintah India merencanakan belanja senjata lebih dari 30 milyar dolar untuk meningkatkan pertahanan dalan lima tahun kedepan, guna menangkal potensi ancaman dari Pakistan dan Cina.

REUTERS/@beritahankam

AU Beli 16 Pesawat dari Brazil


23 Januari 2010, Yogyakarta -- TNI Angkatan Udara akan membeli pesawat tempur Super Tucano buatan Brazil untuk menggantikan pesawat OV-10, kata Kepala Staf Angkatan Udara (Ksau) Marsekal Madya TNI Imam Safaat, Sabtu.

"Kami berencana membeli 16 pesawat Super Tucano atau satu skuadron. Kami telah mengajukan anggaran pembelian pesawat tersebut kepada pemerintah, mudah-mudahan disetujui," katanya di Akademi Angkatan Udara (AAU) Yogyakarta.

Usai memimpin upacara serah terima jabatan Gubernur AAU dari Marsekal Muda (Marsda) TNI BS Silaen kepada Marsekal Pertama (Marsma) TNI Sru Artjarjo Andreas, ia mengatakan, pengadaan pesawat Super Tucano untuk menggantikan pesawat OV-10 itu merupakan program TNI AU pada tahun ini.

"Program itu sebagai upaya memperbarui alat utama sistem persenjataan (alutsista) TNI AU khususnya pesawat tempur dan menambah kekuatan dirgantara Indonesia," katanya.

Selain membeli peswat tempur Super Tucano dari Brasil, menurut dia, TNI AU pada tahun ini juga akan mendatangkan tiga pesawat tempur Sukhoi dari Rusia.

"Ketiga pesawat Sukhoi itu diharapkan tiba di Indonesia sebelum Oktober 2010. Dengan tambahan tiga pesawat itu TNI AU memiliki 10 pesawat tempur Sukhoi," katanya.

Ia mengatakan, untuk pengadaan pesawat Sukhoi, TNI AU mengajukan sebanyak 16 pesawat atau satu skuadron. Namun, untuk merealisasikannya masih membutuhkan waktu dan dana.

"Pengadaan pesawat Sukhoi membutuhkan dana yang tidak sedikit, karena harganya mahal. Namun, kami berharap pemerintah dapat merealisasikannya untuk menambah kekuatan udara Indonesia," katanya.

Disinggung tentang upaya mengantisipasi kecelakaan pesawat TNI AU, ia mengatakan, TNI AU sudah mempunyai road map zero accident sebagai upaya pencegahan agar tidak terjadi kecelakaan pesawat.

"Dengan road map zero accident, kami berharap kecelakaan pesawat tidak terjadi lagi. Namun demikian, yang penting adalah menerapkan budaya aman sehingga semua personel fokus dan `concern` pada keamanan dan keselamatan," katanya.

Mengenai dukungan pada pengamanan perbatasan negara, KSAU mengatakan, TNI AU sudah melaksanakan dukungan pengamanan di wilayah perbatasan dengan negara lain. "Tugas tersebut sesuai dengan perintah dari Mabes TNI," katanya.

ANTARA News