Saturday, November 6, 2010

Pramono Edhie Pantas Jadi Panglima

Letnan Jenderal Burhanudin Amin (kiri), KSAD Jenderal George Toisutta (tengah), dan Mayor Jenderal TNI Pramono Edhie Wibowo melakukan salam komando. (Foto: detikFoto/Didit Tri Kertapati)

6 November 2010, Jakarta -- Mayor Jenderal Pramono Edhie Wibowo dinilai oleh pimpinan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat pantas menjadi Panglima Komando Cadangan Strategis TNI AD. Penunjukannya sebagai Panglima Kostrad tidak ada kaitannya dengan berbagai hubungan lain.

”Enggak ada yang aneh bin ajaib,” kata Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) Jenderal George Toisutta, Jumat (5/11) di Jakarta, seusai acara serah terima jabatan Panglima Kostrad dari Letnan Jenderal Burhanudin Amin kepada Pramono Edhie Wibowo. Pramono Edhie sebelumnya menjabat Panglima Komando Daerah Militer (Kodam) III Siliwangi di Bandung.

Pramono Edhie pernah menjadi Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus (Kopassus) TNI AD. Ia seperti menggantikan ayahnya, Letjen (Purn) Sarwo Edhie Wibowo. Pada 1964-1967, Sarwo Edhie memimpin Kopassus, yang kala itu bernama Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD).

Tanpa ditanya wartawan, George pun menjelaskan lompatan Pramono Edhie yang adalah alumnus Akademi Militer tahun 1980 yang menggantikan Burhanudin, alumnus Akademi Militer tahun 1976. Lompatan empat angkatan itu bukan suatu keanehan.

”Edhie itu malahan termasuk tua, bukan muda. Seharusnya malah yang menjadi Panglima Kostrad itu angkatan 1981 atau 1982,” kata KSAD lagi.

Regenerasi itu keharusan

George menegaskan, TNI AD tidak memandang suku, agama, ras, dan golongan untuk penempatan perwiranya menduduki jabatan tertentu. Perhatiannya adalah profesionalitas.

Ia mengakui, regenerasi dalam tubuh TNI AD adalah sebuah keharusan. Saat ini tinggal satu orang lulusan Akademi Militer tahun 1978 yang menjadi panglima kodam, yaitu Panglima Kodam Jaya Mayjen Marciano Norman. Kodam lainnya diisi oleh lulusan di atas tahun 1980. ”Kodam Siliwangi angkatan 1981, Kodam IV Diponegoro (Semarang) angkatan 1980, dan Kodam V Brawijaya (Surabaya) adalah angkatan 1982,” kata George.

Saat ini Kostrad melakukan reorganisasi. Pasukan pemukul terbesar di TNI ini memiliki tiga divisi. Divisi tambahan itu adalah Lintas Udara. Ini adalah tambahan dari dua divisi infanteri yang ada sebelumnya.

George mengatakan, di setiap divisi itu juga disertakan raiders dan brigade mekanis. ”Ini untuk pembinaan sehingga Kostrad siap setiap saat. Harus ada sepertiga kekuatan Kostrad yang setiap hari siap,” ujarnya. Kostrad juga terlibat dalam penanganan bencana.

KOMPAS

1 comment:

  1. WAAAAH, ENAK NI SERAH TERIMA JABATAN BASAH,'''PROYEK PENGADAAN ALUT SISTA LAGI MENUNGGU TUH...SUDAH GAK HERAN RAKYAT MELIHAT PARA JENDRAL PUNYA MOBIL DAN RUMAH MEWAH DI SANA-SINI. BEDA DENGAN DULU JENDRAL SUDIRMAN BERJUANG DEMI NEGARA DAN BANGSA, SEKARANG REBUTAN JABATAN DEMI KORUPSI.

    ReplyDelete