Leopard 2A6 AD Belanda melintasi pantai setelah keluar dari HrMs Rotterdam. (Foto: Frank Baunach)
28 Januari 2012, Jakarta: Rencana TNI membeli tank Leopard 2A6 dari Belanda merupakan langkah yang tidak sesuai dengan kebijakan SBY. Dalam berbagai kesempatan, Presiden selalu menekankan agar kebutuhan alutsista TNI maupun Polri dipasok dari dalam negeri. Membangun sendiri industri pertahanan menurut SBY, merupakan hal sangat penting untuk direalisasikan.
Oleh karena itu,” "Pembelian tank Leopard ini tidak sesuai dengan perkataan SBY," ujar peneliti Ridep Institute Anton Ali Abas, di kantor Imparsial, Jumat (27/1).
Menurut Anton, memang diharapkan ada transfer teknologi jika mengimpor senjata dari luar, termasuk tank Leopard. Namun hal itu mustahil karena, menurut Anton, kondisi geografis dan infrastruktur Indonesia yang masih belum memadai.
"Dengan tank medium yang beratnya 32 ton saja jalanan Jakarta hancur, apalagi dengan beban tank Leopard 64 ton. Terus kalau jatuh di sawah pasti akan susah mengangkatnya. Lebih baik sediakan dulu infrastruktur yang bagus," sarannya.
Sejumlah LSM Minta Kementerian Fokus pada Kemandirian Industri Pertahanan
Sejumlah aktivis mendesak agar kementerian terkait fokus pada pembangunan industri pertahanan. Kebutuhan tank untuk penguatan TNI AD bisa dijadikan momen mendorong industri pertahanan dalam hal ini PT Pindad untuk mengembangkan pembuatan tank.
“Kalau dana untuk membeli Leopard ini diinvestasikan untuk proyek pengembangan tank ringan atau medium oleh PT Pindad malah lebih bagus. Ini juga akan mengurangi dampak politis seperti kemungkinan embargo,” Direktur Program Imparsial Al Araf, di Jakarta, Jumat (27/1).
Ia juga kembali menyatakan, pembelian tank tempur berat (MBT) Leopard ini tidak relevan dengan realitas geografis Indonesia. Menurutnya, Indonesia yang merupakan negara kepualauan tidak cocok menggunakan Leopard yang lebih banyak digunakan di negara-negara kontinental.
Perlu diketahui, sejumlah negara Eropa sangat mengandalkan kekuatan angkatan daratnya dengan tank jenis MBT termasuk Inggris dengan geografis kepulauan, yakni FV4034 Challenger 2. Adapun negara tetangga di Asia Tenggara sudah beberapa dekade yang lalu mengembangkan MBT, seperti Singapura (Leopard dan Centurion), Malaysia (PT-91M/Polandia), dan Thailand (Patton/Amerika Serikat).
Sumber: Indonesia Today/Jurnas
LSM...LSM... Ngemeng aja
ReplyDeleteel es em... kamu dibayar berapa sih sama broker..???
ReplyDelete"Lebih baik sediakan dulu infrastruktur yang bagus"... WTF..?? kalau jalanan mulus yang lewat Ferrari bukan MBT..
ReplyDeleteJgn digubris apa kata LSM yg kontra produktif. TNI n Kemhan hrs tetap konsisten dlm pembelian MBT,hal ini disadari bhw tank jenis tsb blm dimiliki oleh TNI,pd si2 lain bhw pd kenyataanx Industeri Dalam Neggeri blm mampu membuatx. Alasan LSM benar2 klasik tanpa dasar perhitungan keilmuan yg tepat. Mrk hanya melihat scr harfiah bhw Tank Leopard berbobot 62 ton,tapi tdk menghitung Ground Pressure dr tank.
ReplyDeletePd sisi lain, LSM hanya memahami pengertian tank dlm satu arti,mrk tdk memgahami bhw tank terdiri Light, Medium n Main Battle Tank yg mempunyai fungsi, tugas n kemampuan berbeda. Kehadiran MBT jelas nantix akan memperkaya kemampuan Pindad dlm pembuatan tank berbagai kelas,jd utk jangka panjang jika Pindad sudah mampu membuatx,maka qt tdk akan tergantung lagi pd negara lain.
Memang,Presiden kita scr konsisten akan mendorong kemandirian Industri dlm negeri utk jenis alutsista yg sudah mampu dibuat, tapi beliau juga menyampaikan bhw utk alutsista yg belum mampu utk dibuat dalam negeri tetap perlu dilakukan pengadaan dari luar negeri, termasuk MBT. Di samping itu,juga perlu dipahami bhw MBT juga telah masuk dlm Blue Print,jadi kebijakan ini tdk menyimpang dari bebijakan awal. Hanya kebetulan anggaran n peluang baru muncul saat ini, pd sisi lain bhw lingkungan strategis kita juga telah mengalami perubahan n perkembangan yg pesat. Jika kita tdk responsif, maka kita akan terus tertinggal.
Yg perlu kita pahami bahwa dalam perencanaan hrs responsif dg mengacu pd kekuatan, kelemahan, peluang n tantangan.. Jadi perencanaan tidak kaku yg berdampak pd ketertinggalan. Perencanaan hrs responsif,dinamis n konsisten..
Maju terus TNI.. Jayalah Indonesia..
LSM busuk.....bau sponsor, cuma bisa membela yang bayar....bangsat-bangsat penghianat dan penjual negara demi segepok dollar....bullshit, dogshit, catshit and many shit for all of you...!!!!!!
ReplyDeleteLSM nya ketahuan tu di sogok ama yang berkepentingan
ReplyDeleteLSM ....!!! tai lu jangan banyak omong gue yang bertempur dimedan perang nggak usah banyak omong.
ReplyDeletesaya setuju dengan alasan yang dikemukakan oleh Mas Ferry Cinta Indonesia.
ReplyDeleteselain itu, untuk mengembangkan MBT butuh minimal 30 tahunan (menurut seorang pengamat militer di acara AKI. dan ditambah belum ada industri di Indonesia yang bisa membuat blok mesin. Ini adalah dasar dari semua industri transportasi darat, laut dan udara. baik untuk kepentingan publik atau militer.
SEMOGA ke depan pemerintah mau mendanai riset pengembangan blok mesin.
Banyak oknum orang2 Indonesia yg jiwanya hanya hidup dibayar dollar, jiwanya kerdil merusak bangsa kita utk maju dan orang2 spt ini hrs diberikan pelajaran dg hukuman mati bila tertangkap tangan bahwa ia sbg intelejen asing.
ReplyDelete