Friday, November 18, 2011

Amerika Serikat Proses Pembelian Jet Tempur F-16 untuk TNI AU Senilai 750 Juta Dolar

TNI AU memiliki 10 unit F-16A/B. (Foto: Lanud Iswahjudi)

18 November 2011, Washington (Berita HanKam): Defense Security Cooperation Agency (DSCA) telah mengirimkan permohonan ke Kongres penjualan 24 jet tempur F-16C/D Block 25 beserta peralatan, suku cadang dan dukungan logistik senilai 750 juta dolar dibawah Foreign Military Sale (FMS) pada Indonesia.

Pemerintah Indonesia telah mengajukan peremajaan dan upgrade 24 F-16C/D Block 25 serta 28 mesin F100-PW-200 atau F100-PW-220E. Paket pembelian termasuk LAU-129A/A Launchers, ALR-69 Radar Warning Receivers, ARC-164/186 Radios, Expanded Enhanced Fire Control (EEFC) atau Commercial Fire Control, atau Modular Mission Computers, ALQ-213 Electronic Warfare Management Systems, ALE-47 Countermeasures Dispenser Systems, Cartridge Actuated Devices/Propellant Actuated Devices (CAD/PAD), Situational Awareness Data Link, Enhance Position Location Reporting Systems (EPLRS), LN-260 (SPS version, non-PPS), dan AN/AAQ-33 SNIPER or AN/AAQ-28 LITENING Targeting Systems.

Pembelian F-16 untuk memodernisasi armada TNI AU dengan pesawat tempur berkemampuan beroperasi dibagian terluar wilayah kedaulatan Indonesia. Armada F-16 Block 15 yang dimiliki TNI AU tidak mempunyai kemampuan melakukan patroli hingga wilayah terluar serta untuk menggantikan peran jet tempur F-5 yang sudah menua.

Pembelian pesawat tempur ini tidak mengubah perimbangan kekuatan militer kawasan. Amerika Serikat memperoleh keuntungan dalam politik luar negeri dan keamanan dalam negeri dengan meningkatkan patner strategis dalam keamanan serta kepentingan kemajuan ekonomi di Asia Tenggara.

Pemerintah Indonesia meminta pengerjaan peremajaan pesawat dilakukan hanya di 309th Maintenance Wing, Hill Air Force Base, Ogden, Utah dan proses overhaul mesin di Pratt Whitney, East Hartford, Connecticut. Pembelian ini hampir dipastikan tidak ada kesepakatan alih teknologi maupun keterlibatan industri pertahanan Indonesia dalam proses peremajaan dan upgrade pesawat.

Sumber: DCSA

1 comment:

  1. Untuk banyak hal, Bung Karno salah. Karena dia bukan Nabi. Tapi dalam konteks aktual saat ini. Bung Karno benar. Konteks mana yang dimaksud? Merajalelanya negara adidaya seperti Amerika Serikat dalam menjalankan aksi polisi dunia. Dengan berbagai dalih, dia merontokkan Saddam Hussein…. Dengan berbagai dalih, dia melengserkan Hosni Mubarak…. Dengan berbagai dalih, dia menggoyang untuk menjatuhkan Moamar Khadafi.

    Yang masih terus dilakukan dan belum berhasil adalah “menjajah” Yaman dan Iran. Akan tetapi, boleh kita bertaruh… cepat atau lambat, dia akan memainkan hegemoninya di kedua negara itu. Apakah hanya itu? Tidak, dia akan memainkan peran yang sama kepada seluruh negara berdaulat di belahan bumi mana pun. Khususnya di negara-negara yang terdapat aset Amerika-nya. Itu artinya, termasuk Indonesia? Benar.

    Di mana letak “benar”-nya Sukarno? Dia menggalang kekuatan Asia-Afrika (AA). Dia menggalang kekuatan New Emerging Forces (NEFO). Dia melempar gagasan non-alignment… non blok. Sungguh, Sukarno tahu betul, tidak akan menjadi baik bumi ini, jika di atasnya hanya bercokol dua kekuatan… apalagi hanya satu kekuatan.

    Saat blok terpecah Barat dan Timur sekalipun, Sukarno enggan untuk berafiliasi kepada salah satunya. Bung Karno memainkan peran seimbang. Karenanya, dia pernah menerima bantuan dari Barat, pernah menerima bantuan dari Timur, tetapi dia juga bisa lantang meneriakkan, “Go to hell with your aid” manakala bantuan-bantuan asing itu ditunggangi berbagai kepentingan.

    Manusia Sukarno adalah musuh imperialisme, karenanya, dia harus dibinasakan. Begitu opini yang dikembangkan bangsa-bangsa imperialis. Terlebih ketika Bung Karno kampanye “berdikari” ke seluruh pelosok negeri, juga ke belahan jagat raya ini. Semangat berdikari, spirit berdiri di atas kaki sendiri, tekad tanpa ketergantungan kepada pihak mana pun.

    Dalam konferensi Asia Afrika di Aljazair Bung Karno menyerukan berdikari, berdikari… berdikari kepada seluruh rakyat di Asia dan Afrika. Bahkan di Bogor, dalam suatu kesempatan Bung Karno menegaskan, lonceng kematian imperialisme berbunyi… sebab het wezen atau inti daripada imperialisme adalah, membuat bangsa-bangsa tidak berdiri di atas kaki sendiri. Prinsip inti imperialisme ialah membuat bangsa-bangsa memerlukan barang-barang bikinan imperialis, memerlukan persenjataan pihak imperialis, memerlukan bantuan pihak imperialis.

    Untuk menggelorakan semangat berdikari, Bung Karno bahkan punya slogan yang sangat terkenal, “Nanti… ketika Banteng Indonesia, bersatu dengan Lembu Nandi dari India, Spinx dari Mesir, dan Barongsai dari China… saat itulah imperialisme akan mati!”

    Bisa kita bayangkan memang, jika negara-negara besar seperti Indonesia, Cina, India, Mesir bersatu… mau apa Amerika? Justru dalam keadaan terpecah… justru dalam keadaan tidak berdikari, imperialisme begitu merajalela. Khusus Timur Tengah, kondisi itu diperparah dengan ketidak-kompakan di antara bangsa Arab sendiri.sesungguhnya biang keladi ketidapastian ekonomi bangsa kita ialah ketika NKRI membiarkan diri seluruh aset dan kekayaan alamnya dirampok habis oleh bajingan-bajingan amerika serikat seperti PT NEWMONT, PT EXXON MOBIL OIL, PT FREEPORT MAC MORRAN, PT CONOCO, PT CALTEX, dan sederatan IBLIS IBLIS EKONOMI lainnya milik mereka, fenomena ini SAMA PERSIS KETIKA IBLIS-IBLIS VOC BELANDA YANG DATANG PADA AWAL MULA ABAD 15 DENGAN DALIH BERDAGANG REMPAH_REMPAH DAN HASIL BUMI LAINNYA DIBUMI NUSANTARA YANG KITA CINTAI BERSAMA INI LANTAS KEMUDIAN MENJAJAH HABIS SELURUH ASPEK KEHIDUPAN BANGSA INDONESIA, FANTASTIS !!!!!!!!!!!!! BUKAN MAIN HEBATNYA CARA MEREKA TELAH MEMPERBUDAK BANGSA INDONESIA !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

    Sungguh. Dunia butuh “Bung Karno" !!!!!!!

    ReplyDelete