Monday, February 28, 2011

KRI Clurit-641 Buatan PT. Palindo Marine Industries Perkuat Koarmabar

Menhan Purnomo Yusgiantoro tinjau ruang kemudi KRI Clurit. (Foto: Dispenarmabar)

28 Februari 2011, Tanjunguncang -- (Berita HanKam): Satu lagi Kapal Perang jenis Kapal Cepat Rudal (KCR) memperkuat jajaran Komando Armada RI Kawasan Barat (Koarmabar). Kapal yang diberi nama Kapal Republik Indonesia (KRI) Clurit-641 merupakan buatan PT.Palindo Marine Industries Tanjunguncang.

Produksi Kapal Cepat Rudal (KCR) hasil karya putra-putri Indonesia di Batam mendapat sambutan luar biasa dari kementerian pertahanan nasional (Menhan). Menhan Purnomo Yusgiantoro berjanji akan terus membangun kapal-kapal perang seperti KRI Clurit yang 100 persen pembuatannya di lakukan di PT Palindo Marine Industries, Tanjunguncang.

Menhan menyatakan suksesnya pembuatan kapal perang dengan kecepatan 30 knot serta dilengkapi dengan sistem persenjataan modern berupa Sensor Weapon Control (Sewaco) modern, Meriam kaliber 30 mm 6 laras sebagai Close in Weapon System (CIWS) serta peluru kendali itu adalah bukti kalau sistem pertahanan nasional bisa membangun seperti KCR tersebut.

Purnomo mengatakan kapal dengan panjang 44 meter berbahan aluminium itu sangat cocok untuk kegiatan patroli maupun penyerangan jika diperlukan di perairan kawasan Indonesia bagian barat (armabar).

Pasalnya kata mantan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) di kabinet Gotong Royong itu, laut di wilayah barat Indonesia termasuk laut yang tidak terlalu dalam dan sangat cocok untuk dilintasi kapal perang berukuran sedang yang tengah dibangun di dalam negeri.

“Laut-laut di kawasan barat memang cocok untuk kapal-kapal seperti KRI Clurit. Asalkan bisa untuk patroli dan bisa juga untuk melakukan suatu penyerangan,” ujar Purnomo Yusgiantoro disela-sela kunjungannya bersama Panglima Armabar Laksamana Muda Hari Bowo di PT Palindo Marine Industries, Tanjunguncang kemarin (27/2).

Dikatakannya, pemerintah akan terus membangun kapal-kapal perang dengan ukuran seperti KRI Clurit buatan Batam tersebut secara mandiri tanpa harus membelinya dari negara lain.

Ia mengaku sangat kagum dengan hasil karya putra putri terbaik bangsa ini yang telah menunjukan dedikasi, loyalitas dan nasionalismenya untuk merancang dan membangun kapal perang yang bisa mengangkut dan menembakan rudal sejauh 120 kilometer itu.

TNI AL telah memesan 22 kapal jenis KRI Clurit hingga 2014. (Foto: Berita HanKam)

Kapal perang yang akan dilengkapi 1 unit meriam 6 barel kaliber 30 mm, meriam anjungan 2 unit kaliber 20 mm dan peluru kendali 2 set Rudal C-705 itu kata Panglima Armabar Laksamana Muda Hari Bowo akan dilakukan uji penerimaan laut (sea acceptance test) dan uji penerimaan pelabuhan (harbour acceptance test) pada tanggal 25 Maret nanti.

Kapal Cepat Rudal ini kata Komandan Lanal Batam Kolonel laut (P) Iwan Isnurwanto, terbuat dari baja khusus High Tensils Steel pada bagian hulunya (lambung). Sementara untuk bagian atasnya, kapal ini menggunakan aluminium Alloy yang memiliki stabilitas dan kecepatan yang tinggi jika berlayar.

KCR yang berbahan baja-alumunium ini merupakan karya putra-putri terbaik Indonesia mulai dari desain dan pengerjaanya. Kapal dibangun di Batam sekitar satu tahun sejak tahun 2010 dan sukses diluncurkan di perusahaan pembuatnya yakni PT Palindo Marine Industries, Tanjunguncang, awal Februari lalu.

Kapal perang dengan kecepatan maksimum 30 knot, memiliki panjang 44 meter dan lebar 8 meter, serta tinggi kapal 3,4 meter. Draft kapal ini 1,75, dengan displacement 238 ton, yang mampu mengangkut bahan bakar 50 ton dan air tawar 15 ton.

Sumber: Dispenarmabar/Batam Pos
© Beritahankam.blogspot

2 comments:

  1. saya salut dan bangga dengan prestasi pembuatan kapal cepat berpeluru kendali ini,

    saya punya usulan kepada TNI AL untuk membentuk skadron torpedo boat, karena kapal tersebut sangat sesuai dengan kondisi alam Indonesia yang berpulau kecil dan besar, kapal torpedo boat tersebut berbobot berkisar puluhan ton atau torpedo boat ringan, kalau di Amerika kita bisa mengambil contoh PT 658 atau PT 109, untuk senjata utama bisa menggunakan torpedo SUT yang sudah diproduksi Indonesia, dengan jumlah 2 buah, sedangkan jika menggunakan torpedo lebih kecil bisa membawa sampai 4 unit dalam satu kapal, untuk senjata anti serangan udara bisa menggunakan meriam 40 mm di haluan dan 20 sampai 25 mm di buritan, dapat ditambah rudal SAM MISTRAL atau IGLA dengan satu unit peluncur kembar, senjata dapat lagi ditambah di anjungan berupa senapan mesin ringan, peran torpedo boat tidak dapat digantikan atau diisi oleh patroli cepat 28, PC 36 atau PC 40, karena menyangkut bobot dan dimensi besar kapalnya, kapal torpedo boat dapat masuk wilayah sangat dangkal seperti di sungai berukuran sedang serta di delta atau hulu sungai, sedangkan PC 28 dan PC 36 tidak bisa, fungsinya untuk strategi GERILYA PERAIRAN DANGKAL, dalam artian jika sudah menyerang dapat lari ke sungai menghindari pengejaran kapal musuh berukuran lebih besar, serta sungai dapat dijadikan tempat bersembunyi menunggu musuh, dan sudah pasti manuver torpedo boat di tempat relatif sempit sangat baik, walau kecil dan sangat ringan tapi punya daya pukul besar terhadap kapal besar musuh, TNI AL belum memiliki skadron torpedo boat sampai saat ini, dalam satu skadron torpedo boat terdiri dari 12 unit kapal, salah satu keunggulan torpedo boat ini sudah tentu adalah harga pembuatannya murah.
    semoga usulan saya dipetimbangkan pihak TNI AL untuk ditindaklanjuti demi kemajuan serta kejayaan TNI AL

    ReplyDelete
  2. saya mengusulkan agar kapal patroli PC 36 kelas BOA dan KOBRA dlengkapi dengan Rudal jarak pendek seperti C - 704, guna memberi daya detterence yang mumpuni menghadapi kapal sekelas atau lebih besar milik lawan, karena kapal PC 36 dioperasikan untuk menang bukan untuk ditenggelamkan lawan, semoga pihak TNI AL mempertimbangkan usulan saya demi kemajuan dan kejayaan TNI AL

    ReplyDelete