Saturday, December 17, 2011

Terlalu Dini Menilai Leopard Tidak Cocok


16 Desember 2011, Jakarta (ANTARA News): Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono mengatakan terlalu dini jika menilai Main Battle Tank (MBT) Leopard yang akan dibeli dari Jerman, tidak sesuai dengan kondisi geografis Indonesia. Harap diketahui, bobot tank besar ini dalam kondisi full gear sekitar 68 ton.

"Wilayah kita ini kan luas, bisa saja tidak cocok dengan kondisi geografis di Jawa tetapi sesuai dengan kondisi geografis di Kalimantan. Bisa saja kan itu terjadi...," katanya usai Rapat Paripurna TNI Manunggal Masuk Desa (TMMD) 2011 di Jakarta, Jumat.

Menurut anggota Komisi I DPR, Salim Mengga, MBT Leopard tidak sesuai dengan kondisi geografis di Indonesia. Dengan alam yang berbukit-bukit dengan sungai dan danau, Leopard yang berat itu tidak cocok. Leopard yang masuk kategori tank utama (berat) lebih cocok untuk kawasan gurun atau daerah yang rata.

Tank yang akan dibeli itu bekas Angkatan Darat Kerajaan Belanda yang sesungguhnya tidak pernah dipakai dalam misi perang sesungguhnya pun hanya sekali dua kali untuk berlatih di hutan Eropa Barat. Rencananya mereka melepas 150 Tank Leopard 2A6 yang dibuat pada 2003.

"Jadi, masalah cocok atau tidak, itu masih harus didiskusikan lagi antara TNI dan Komisi I DPR."

Pada kesempatan yang sama Kepala Staf Angkatan TNI-AD, Jenderal TNI Pramono Wibowo, mengatakan, pihaknya sudah membentuk tim yang khusus mengkaji dan menetapkan spesifikasi teknis dan kebutuhan operasional dari alat utama sistem senjata yang akan dibeli.

"Tim tersebut terdiri atas unsur kavaleri, arhanud dan lainnya. Mereka yang tahu secara teknisnya dan tentu tahu mengapa seperti itu," katanya menambahkan.

TNI-AD akan melengkapi sistem pertahanan dengan memborong arsenal dari lima pabrik di Eropa dan Amerika. Peralatan yang akan dibeli dengan dana APBN 2011 sebesar Rp 14 triliun itu dipastikan produk baru.

Dalam hal itu, kata Pramono, Indonesia diuntungkan dengan kondisi ekonomi Eropa yang tengah terbelit krisis sehingga banyak produk yang dihasilkan dijual dengan harga murah.

Alutsista yang akan dibeli tersebut, antara lain, main battle tank Leopard 2-A6 yang berbobot 62 ton. Indonesia akan membeli 100 unit tank yang sudah dipakai di 15 negara itu dengan harga per unit 280 juta dollar AS. TNI-AD juga akan membeli multiple launch rocket system untuk kekuatan 2,5 batalion.

Untuk meriam 155 buatan Perancis dan helikopter serang darat AH-64 Apache buatan Boeing, Amerika Serikat, TNI-AD juga mendapatkan harga khusus yang relatif murah. Khusus untuk delapan helikopter, Amerika Serikat memberikan diskon lima juta dollar AS sehingga harganya turun menjadi 25 juta dollar AS.

Pramono bersyukur karena dalam tiga tahun terakhir TNI-AD mendapatkan prioritas dalam hal pengadaan kebutuhan alutsista dan selalu mendapatkan anggaran berkisar Rp 14 triliun.

Sumber: ANTARA News

1 comment:

  1. Dg berdasarkan pd kemampuan pertahanan yg dimiliki negara tetangga,sekaligus utk menyetarakan kemampuan tsb, sudah seharusnya Indonesia memiliki tank sekelas MBT.

    Fungsi MBT selain sbg sarana bantuan tempur berupa artileri yg juga diperankan pasukan ARMED,namun juga berfungsi sbg sarana tempur di garis depan,khususnya utk menghadapi pertempuran tank lawan tank. Menghadapi pertempuran tank di garis depan,tentunya tdk akan cukup hanya dg menggelar pasukan infanteri,jelas peran MBT akan sangat signifikan hasilnya.

    Secara teknis,postur tank roda rantai dg roda mobil berbeda,terutama dlm hal penyebaran beban muatan. Pd roda rantai,beban muatan yg menimbulkan gaya kinetik di tanah/jalan tersebar merata n tdk tertumpu pd 1 titik. Sedangkan pd mobil,beban muatan hanya terkonsentrasi pd titik2 roda. Berdasarkan perbandingan tsb, tanah/jalan akan lebih mampu menopang beban kendaraan roda rantai dibanding roda biasa pd bobot muatan yg sama.

    Walaupun di daerah tropis spt Indonesia,MBT akan tetap bisa berfungsi dg baik walaupun berbobot 60 ton. Pada sisi lain,memang MBT dirancang utk medan berat.

    Berdasarkan beberapa pertimbangan di atas,kehadiran MBT layak digunakan oleh Indonesia.

    Kejadian penolakan Parlemen Belanda terhadap penjualan MBT ke Indonesia,sebaiknya dijadikan pendorong kemandirian produksi alutsista,khususnya tank,yaitu dg scr konsisten pengembangan industri setrategis, dg memberi kesempatan seluas2nya kpd anak bangsa. Namun,guna mendorong kemandirian rancang bangun juga membutuhkan waktu.

    Dg demikian,utk mengisi kekosongan hingga industri strategis kita mampu membuat tank,maka pengadaan MBT dari luar negeri masih tetap perlu dilakukan guna tercapai MEF.. Indonesia Jaya.. Indonesia pasti bisa..

    ReplyDelete