Tim Forensik Mabes Polri melakukan olah TKP di lokasi ledakan di sebuah restoran hotel Ritz-Carlton. (Foto: reuters/Cahyo Bruri)
20 Juli 2009 -- Semakin kuat saja dugaan bahwa otak di belakang teror bom di JW Marriott dan Ritz-Carlton adalah Noordin Mohd Top. Bagaimana sebenarnya posisinya di jaringan Jamaah Islamiyah (JI)? Ciri -ciri Noordin yang selama ini dikantongi polisi adalah selalu mengenakan pakaian panjang karena mempunyai sejenis penyakit kulit yang membuat kulit putihnya seperti bersisik dan kudisan, serta bulunya sangat banyak dan panjang. Logatnya khas Melayu dan cedal.
”Boleh jadi, kini logatnya sudah hilang. Tapi, ciri-ciri lainnya masih,” kata seorang perwira yang telah mengejar buron teroris asal Malaysia selama enam tahun. Beberapa kali Noordin sempat terlacak. Mulai di Palembang, Boyololali, Semarang, dan sejumlah kota di Jawa Tengah lain. Noordin memang paling sering terlihat bergerak di kawasan Jawa Tengah. Menurut sumber tersebut, Noordin sebenarnya tidak terlalu istimewa dalam hal kemiliteran maupun soal bom. Dia cukup jago merekrut meski perwira tersebut mengatakan kepiawaiannya merekrut lebih disebabkan ”nama besarnya”.
”Karir” Noordin Mohd Top dimulai sejak menjadi mahasiswa di UTM (Universiti Teknologi Malaysia). Di sana dia bertemu sang teroris jenius matematika, Dr Azahari. Setelah direkrut Ali Ghufron alias Muklas, Azahari ganti merekrut Noordin. Teroris yang dihargai Rp1 miliar atas penangkapannya itu kemudian menjalani pelatihan di Kamp Hudaibiyah di Moro, Filipina. Setelah dua tahun menjalani pelatihan, pada 1998, Noordin masuk Indonesia melalui Ternate. Namun, yang mematangkan Noordin adalah konflik Poso dan konflik Ambon. ”Dua konflik itu menjadi sangat ‘menguntungkan’ bagi JI. Ada tempat latihan, simulasi, sekaligus menemukan kader-kader militan,” lanjutnya. Selanjutnya, pada akhir 1999, Noordin ke Jawa. Di sana dia terlibat proyek pengeboman gereja. Noordin kebagian tugas mengebom serangkaian gereja di Riau. Hasilnya, sukses besar.
Selanjutnya, Noordin menjadi kesayangan Dr Azahari. Kesamaan almamater dan kewarganegaraan membuat Azahari begitu dekat dengan Noordin. Ini pula yang kemudian melambungkan nama Noordin. ”Memang kemampuannya masih di atas rata-rata teroris jebolan Poso ataupun Ambon, tapi di level JI, Noordin masih tergolong ‘biasa-biasa’ saja,” tuturnya. Namun, Noordin adalah seorang ”master” dalam ”seni” meloloskan diri. Memburunya sejak lebih dari enam tahun, polisi selalu menangkap angin. Padahal, polisi sudah mempunyai semua yang dibutuhkan untuk bisa menangkapnya. Mulai kemungkinan nomor ponsel, e-mail, hingga frekuensi suaranya pun sudah di-locked. ”Sekali saja suaranya muncul di telepon, akan langsung terlacak,” lanjutnya.
Tapi, Noordin memang bukan teroris kemarin sore. Sejak empat tahun lalu Noordin tak pernah muncul di e-mail atau di saluran telepon. Suami Munfiatun tersebut benar-benar menghindari peranti elektronik. Cara berkomunikasinya pun menjadi manual. Dia pun membangun lapis pengaman. Untuk bisa bertemu dirinya, setidaknya harus melintasi empat kurir berbeda. Sejauh yang diketahui polisi, lapis terakhir sebelum bertemu Noordin adalah Tedi. Nama terakhir itu nyaris ditangkap polisi di kawasan Simpang Lima, Semarang, sesaat setelah penggerebekan Azahari di Batu pada 2005. Tapi, Tedi tetap nekat melawan, menembakkan pistol ke udara, dan kabur dengan naik motor GL Pro.
Tedi diduga kuat mengembangkan sel-sel baru untuk melapisi Noordin. Mereka mencari bibit baru untuk dikader menjadi ”mujahid”. ”Operasinya di organisasi Islam garis keras yang rata-rata anggotanya punya ghirah (semangat) beribadah tinggi. Jadi, mudah dibelokkan,” katanya. Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Pol Nanan Sukarnan sendiri mengakui bahwa Noordin memang cukup licin. ”Tentu saja, dia (Noordin, red) masih tetap menjadi daftar teratas buron teror yang kami kejar,” ucapnya. Untuk itu, Nanan berharap masyarakat cepat menginformasikan kepada petugas bila ada orang tak dikenal yang mencurigakan. ”Bantuan masyarakat sangat kami butuhkan,” tambahnya.
BATAM POS
No comments:
Post a Comment