Saturday, July 9, 2011

TNI Butuh Anggaran Rp50 Triliun

(Foto: Berita HanKam)

8 Juli 2011, Jakarta (Jurnas.com): Untuk mendorong percepatan pembangunan Minimal Essential Forces yang diharapkan tercapai pada tahun 2014, TNI membutuhkan dana Rp50 Triliun. "TNI membutuhkan Rp50 triliun dengan rincian, Rp11 triliun pada 2011, Rp12 triliun pada tahun 2012, Rp13 triliun pada 2013, dan Rp 14 triliun pada 2014,"kata Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono di Jakarta, Jumat (8/8).

Dikatakan Agus, dari harapan Rp11 triliun pada 2011, pemerintah hanya memberikan Rp2 triliun. "Kalau memang kemampuan negara saat ini hanya Rp2 triliun, kami optimalkan untuk kepentingan pengadaan alutsista," ujarnya.

Agus menegaskan, proyeksi terbesar dari dana tersebut dialokasikan untuk pengadaan Alat Utama Sistem Senjata (Alutsista). Pengadaan alutsista tersebut, jelas Agus, tidak bisa diprioritaskan untuk matra tertentu. Pengadaan alutsista harus berjalan bersama untuk tiap matra. "Karena pada dasarnya sudah ada program peta pembangunan kekuatan jadi tak bisa diprioritaskan antara matra yang satu dengan yang lain. Harus sama-sama supaya jalannya sama,"kata Agus.

Agus berharap, ada peningkatan alokasi anggaran agar bisa menutupi kebutuhan dan menjalankan program yang direncanakan. "Kalau 2011 hanya dapat Rp2 triliun dari harapan Rp11 triliun, tentu kami prioritaskan dalam konteks yang sudah kami buat. Mudah-mudahan ada peningkatan ditahun mendatang sehingga bisa menggeser kebutuhan di 2012,"ungkap Agus.

Sumber: Jurnas

Friday, July 8, 2011

Raja Brunei Kunjungi Stand Indonesia di BRIDEX


7 Juli 2011, Bandar Seri Begawan (Jurnas.com): Stan Indonesia di acara Brunai Darussalam International Defence Exibition 2011 (BRIDEX) dikunjungi Raja Brunei Darussalam Sultan Hasanah Bolkiah. Selain Raja Brunei, Wakil Menteri Pertahanan Letnan Jenderal TNI (Purn) Sjafrie Sjamsoeddin dan Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL)Laksamana TNI Soeparno juga mengunjungi Stand Indonesia tersebut. Brunai Darussalam International Defence Exibition 2011 (BRIDEX) itu sendiri dilaksanakan pada 6-9 Juli 2011 di Jerudong, Brunai Darussalam.

Acara yang diselenggarakan untuk memperingati ulang tahun emas angkatan bersenjata Brunai Darusalam tersebut dibuka oleh Raja Brunai Sultan Hassanah Bolkiah dan dihadiri oleh petinggi Militer dari negara-negara yang mengikuti pameran BRIDEX. Ditampilkan juga pada pembukaan BRIDEX, simulasi penanggulangan teroris dari angkatan bersenjata Brunai, demo pesawat tempur dari angkatan udara Brunai Darussalam, serta demo manuver dari panser produksi industri pertahanan Singapura dan panser industri pertahanan Indonesia oleh PT. PINDAD.

Panser Indonesia memamerkan kemampuan manuver dari panser Commando Anoa 1. Selain itu, dalam acara tersebut, Indonesia juga menampilkan replika dari Kapal TNI AL KRI Banjarmasin-592 produksi PT.PAL yang berjenis LPD. Kapal ini dapat dimanfaatkan dalam pergeseran personel dan material pameran pada event tersebut. Selain replika KRI Banjarmasin-592,Indonesia juga menampilkan replika kapal TNI AL seperti KRI Singa-651 dan KRI Lemadang-632, serta replika dari produk ke-6 industri pertahanan Indonesia yang mengikuti ajang tersebut.

Guna memamerkan produk industri pertahanan Indonesia, Kementerian Pertahanan RI mengikutsertakan industri pertahanan dalam negeri seperti PT.PINDAD, PT.PAL, PT.DI, PT.DAHANA, PT.Len Industri, serta PT. Palindo Marine yang juga memamerkan replika kapal TNI AL KRI Clurit.

Sumber: Jurnas

TNI AL, RAN dan US Navy Latihan di Laut Jawa

USS George Washington. (Foto: US Navy)

7 Juli 2011, Laut Jawa (SURYA Online): TNI Angkatan Laut dan Angkatan Laut Amerika Serikat melakukan selintas latihan bersama (passing exercises/passex) di perairan Laut Jawa, Kamis.

Latihan bersama itu melibatkan USN Ship 73 (USS George Washington), USN Ship 54 (Fregatte), USN Ship 63 (Fregatte), HMAS Darwin (04), sedangkan TNI Angkatan Laut mengerahkan KRI Diponegoro-365 dan KRI Slamet Riyadi-352.

Latihan itu disaksikan para pejabat angkatan laut kedua negara dari kapal induk USS George Washington. Hadir meninjau latihan itu Wakil Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana Madya TNI Marsetio dan pejabat kapal angkatan laut AS yang mengawaki kapal induk USS George Washington.

Materi latihan dalam Passing Exercise itu meliputi “Flash ex-Flaghoist”, “Manuver Tactical”, dan pertukaran perwira.

Dalam latihan bersama itu dilakukan pula demonstrasi Explosive Ordnance Disposal (EOD) oleh tim USS George Washington.

Kehadiran kapal induk USS George Washington dan jajarannya di Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) I dalam rangka “TF 70 Battle Ships” yang melintas dari perairan Indonesia dari arah Laut China Selatan ke arah Laut Natuna, Selat Karimata, Selat Sunda, serta Samudera Hindia menuju Australia untuk melakukan latihan bersama.

Wakasal Kunjungi USS George Washington

(Foto: (U.S. Navy/Mass Communication Specialist 2nd Class Adam K. Thomas)

Wakil Kepala Staf Angkatan Laut (Wakasal) Laksamana Madya TNI Marsetio berkesempatan naik kapal Induk AS USS George Washington yang saat ini berada di perairan Laut Jawa, kamis (7/7).

Wakasal beserta stafnya dijemput di Bandara Halim Perdanakusuma dengan menggunakan pesawat C2 US Navy VRC-30DET5 milik Amerika, kemudian take off menuju ke Kapal Induk USS George Washington.

Keberadaan Kapal Induk USS George Washington adalah dalam rangka kegiatan TF 70 Battle Ships yang melintas di ALKI-1 dari arah Laut China Selatan menuju Australia dalam rangka latihan.

Pada kesempatan tersebut, dimanfaatkan kegiatan Passing Exercises dengan unsur-unsur TNI AL yang melibatkan USN Ship 73 (USS George Washington), USN Ship 54 (Fregatte), USN Ship 63 (Fregatte), HMAS Darwin (04) dengan unsur TNI AL KRI Diponegoro-365 dan KRI Slamet Riyadi-352 di Selat Sunda, serta Demonstrasi EOD oleh tim USN di USS GWA. TNI AL mengirimkan 7 orang Perwira dalam Officers Exchange.

Turut hadir mendampingi Wakasal dalam peninjauan tersebut, Wakil Asisten Operasi (Waasops)

Kasal Laksamana Pertama (Laksma) TNI Ari Soedewo, serta Kepala Staf Armada Barat (Kasarmabar) Laksamana Pertama (Laksma) TNI Herry Setianegara.

Sumber: Surya/Jurnas

TNI AU Uji Coba UAV Peacock Buatan Indonesia

(Foto: BPPT)

7 Juli 2011, Bandung (Pentak Lanud Slm): Peacock merupakan pesawat tanpa awak buatan PT. Aviator Teknologi Indonesia yang mampu menjalankan misi autonomous dan way point following dalam radius 5 km dengan baik.

Hal ini dikatakan Presiden Director PT. Aviator Teknologi Indonesia, Rinda Syafrinda disela-sela demo terbang pesawat tanpa awak bertempat di shelter Runway Pangkalan TNI AU Sulaiman, Bandung. Rabu (6/7)

Ditambahkannya, pesawat jenis back pack dengan nama peacock ini merupakan pesawat terbang tanpa awak hasil rancang putra-putri dalam negeri sehingga permasalahan kesinambungan pengembangan teknologi dan layanan purna jual tidak akan menjadi kendala di masa yang akan datang. “Selain itu, kerahasiaan misi dan teknologi terjamin,” kata Rinda.

Hadir pada kesempatan tersebut Komandan Lanud Sulaiman Kolonel Pnb Elianto Susetio, S.IP, Wadan Korpaskhasau Kolonel Psk Harvin Ondeh, Aslog dan Aspers Makorpaskhasau, para pejabat dislitbangau, dan para pejabat dari Mabesau.

Sumber: TNI AU

Thursday, July 7, 2011

Pramono Edhie Janji Benahi Alutsista dan SDM

Mantan KSAD Jenderal TNI George Toisutta (kiri) dan KSAD baru Letnan Jenderal TNI Pramono Edhie melakukan salam komando saat upacara serah terima jabatan di Mabes AD, Jakarta, Kamis (7/7). Letjen TNI Pramono Edhie merupakan lulusan akademi militer tahun 1980, menggantikan Jenderal TNI George Toisutta yang memasuki masa pensiun. (Foto: ANTARA/Yudhi Mahatma/ed/mes/11)

7 Juli 2011, Jakarta (TEMPO Interaktif): Pejabat baru Kepala Staf TNI Angkatan Darat, Letnan Jenderal Pramono Edhie Wibowo, mengatakan akan meneruskan program-program yang telah disusun oleh pendahulunya, Jenderal George Toisutta. Dua bidang utama yang akan ia benahi adalah peningkatan kapasitas alat utama sistem persenjataan (alutsista) dan peningkatan sumber daya manusia (SDM).

"Seluruhnya akan dibenahi. Dua-duanya seiring," kata Pramono usai upacara serah terima jabatan KSAD di Markas Besar TNI Angkatan Darat, Jakarta, Kamis 7 Juli 2011. Menurut dia, pembenahan 2 aspek ini harus dilakukan bersamaan tanpa mendahulukan yang lain.

Pramono menjelaskan bahwa TNI Angkatan Darat memiliki alutsista modern. Tapi, tanpa didukung oleh kesiapan sumber daya manusia, hasilnya akan tetap tertinggal. Sebaliknya pun demikian. Bila sumber daya pasukan sudah siap tetapi tidak didukung alutsista yang modern, TNI tetap tidak mampu mengejar ketertinggalannya.

Adik ipar Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang sebelumnya menjabat Panglima Komando Cadangan Strategis TNI Angkatan Darat (Kostrad) ini mengakui tidak memiliki program-program tertentu yang baru. Ia hanya akan meneruskan program dan kebijakan yang sudah disusun oleh pendahulunya, Toisutta.

"Saya prinsipnya hanya meneruskan saja apa yang belum sempurna," kata Pramono lagi. Menurut dia, perkembangan TNI Angkatan Darat belum sampai akhir. Salah satu yang akan dia lakukan adalah menyelesaikan program-program TNI Angkatan Darat yang sudah disusun tahun ini. "Saya harus selesaikan tahun ini dan selanjutnya."

Soal rencana pengembangan alutsista, Pramono mengatakan sudah ada beberapa perjanjian dan program kerja yang dibuat dan diajukan ke Kementerian Pertahanan. Namun, ia tidak menjelaskan program apa saja yang direncanakan selesai tahun ini. "Sudah dibuat oleh Pak George. Jadi, bisa dilihat sebetulnya apa yang akan kita lakukan," katanya.

Sumber: TEMPO Interaktif

Kasau Buka Latma Elang Thainesia 15 di Thailand


7 Juli 2011, Bangkok (Pelita): Kepala Staf TNI AU (Kasau) Marsekal TNI Imam Sufaat SIP, bersama Kasau Royal Thailand Air Force (RTAF) Air Chief Marshal (ACM) Itthaporn Subhawong, secara resmi membuka latihan bersama antara TNI AU dan RTAF dengan sandi “ Elang Thainesia” ke 15 di Udon Thani, Thailand, Selasa (5/7).

Latihan bersama Elang Thainesia, bertujuan untuk meningkatkan kemampuan para penerbang kedua Angkatan Udara dalam melaksanakan operasi udara.

Pada kesempatan tersebut, Kedua Kepala Staf Angkatan Udara berharap, selama latihan berlangsung para peserta memperhatikan prosedur keselamatan terbang dan kerja (lambangja).

Dalam latihan bersama itu, TNI Angkatan Udara melibatkan sekitar 113 personel dan 5 pesawat tempur Hawk 100/200 dari Skadron Udara 12 Lanud Pekanbaru dan Skadron Udara 1 Lanud Supadio Pontianak, sedangkan RTAF melibatkan 5 pesawat tempur Alfa Jet.

Pada kesempatan tersebut Kepala Staf Angkatan Udara RTAF ACM Itthaporn Subhawong memberikan buku 30 tahun Anniversary Elang Thainesia “Everlasting Friendship RTAF-TNI AU” kepada Kasau Marsekal TNI Imam Sufaat dan perwira tinggi TNI AU lainnya.

Sementara itu, di hari yang sama, Kasau Marsekal TNI Imam Sufaat SIP, menerima tanda kehormatan dari pemerintah Thailand melalui Royal Thailand Air Force (RTAF) “Knight Grand Cross First Class of Nobel Honor in Thailand” yang diserahkan oleh Kasau RTAF Air Chief Marshal (ACM) Itthaporn Subhawong.

Tanda kehormatan tersebut diberikan atas jasa-jasanya memajukan dan meningkatkan hubungan kerjasama militer kedua Angkatan Udara dengan berbagai macam pencapaian meliputi Latma Elang Thainesia, pertukaran kunjungan perwira/Taruna, pertukaran siswa Sesko maupun Air War College serta intelijen exchange.

Sumber: Harian Pelita

Rp7,5 Triliun, Revitalisasi 3 BUMNIP

Seorang teknisi PT DI sedang mengerjakan pesawat patroli maritim CN-235 pesanan Korea Selatan. (Foto: Bisnis Jabar)

6 Juli 2011, Jakarta (Jurnas.com): Pemulihan tiga perusahaan BUMNIP agar dapat bangkit kembali, memerlukan dana Rp7,5 triliun. Ketiga perusahaan tersebut adalah PT DI, PT Pindad, dan PT PAL. "Untuk membangkitkan kembali 3 industri strategis Indonesia, butuh dana sebesar Rp7.5 triliun cash dan non-cash. Ini bisa diajukan ke Komisi VI DPR, tinggal nanti dibahas Komisi XI dan Badan Anggaran, serta Kementerian Keuangan tentunya," kata Menteri BUMN Mustafa Abubakar di Jakarta, Rabu (6/7).

Dana pemulihan tersebut, kata Mustafa, bisa tersedia dan tak perlu dikhawatirkan asalkan pasar ketiga perusahaan tersebut bisa terbuka jelas baik di dalam maupun di luar negeri. "Kami berharap bisa memanfaatkan kekuatan dari dalam karena di dalam juga banyak tawaran dana seperti dari forum komunikasi investasi, atau forum investasi BUMN. Atau juga dari kerja sama seperti PT DI dan Airbus Military ini. Ada Rp250 triliun-Rp300 triliun kemampuan pendanaan potensial yang bisa dipakai kalau proyek ini bisa jalan," kata Mustafa.

Hari ini Airbus Military dan PT DI menandatangani MoU kerja sama strategis yang difasilitasi Kementerian BUMN. Menurut menteri BUMN, Airbus Military akan membantu PT DI dalam memproduksi pesawat-pesawat baru, khususnya pesawat militer dengan misi damai. "Airbus akan mem-back up PT DI untuk produksi pesawat tipe baru seperti pesawat 212, N219. Untuk pesawat kemiliteran akan mendapat fully support dari mereka," katanya.

Airbus telah bekerja sama dengan PT DI dengan melakukan produksi spare part yang dipesan PT DI seperti sayap, ekor, dan bagian-bagian badan pesawat lainnya. PT DI saat ini tengah menyiapkan pesawat tipe N219. Pesawat 19 seat ini akan diproduksi sebanyak 20 unit pada 2015 yang merupakan pesanan Merpati Airlines.

Sumber: Jurnas

Mexico Beli 4 Pesawat Angkut C-27J

C-27J Spartan terbang perdana. (Foto: Alenia Aeronautica)

7 Juli 2011, Roma (Berita HanKam): Mexico dan Alenia Aeronautica meneken kontrak senilai 200 juta dolar untuk pembelian empat pesawat angkut taktis C-27J Spartan, diumumkan pada laman resmi Alenia Aeronautica, Rabu (6/7).

Kontrak diteken di SEDENA (Secreteria della Defensa Nacional), Mexico City, dihadiri Direktur Administrasi SEDENA Jenderal Augusto Moisés Garcìa Ochoa, KASAU Mexico Leonardo Gonzàlez Garcìa serta CEO Alenia Aeronautica Giuseppe Giordo.

Pesawat pertama akan diserahkan akhir 2011 dan selanjutkan akan dikirimkan bertahap hingga akhir 2012. Kontrak termasuk dukungan logistik, suku cadang dan GSE (Ground Support Equipment).

Alenia Aeronautica telah menjual 83 unit C-27J ke AU Italia, Yunani, Bulgaria, Lithuania, Rumania, Moroko, Amerika Serikat dan Mexico.

Alenia Aeronautica memperkenalkan C-27J pada petinggi TNI AU pada Maret 2011. TNI AU membutuhkan sedikitnya 6 pesawat angkut kelas menengah untuk menggantikan Fokker 27.

Sumber: Alenia Aeronautica

Wednesday, July 6, 2011

Airbus Military Bantu Revitalisasi PT DI

C295 AU Polandia buatan Airbus Military. (Foto: AIRBUS Military)

6 Juli 2011, Jakarta (Jurnas.com): Airbus Military telah menandatangani kesepakatan kerja sama strategis bersama PT Dirgantara Indonesia (PTDI), dimana Airbus Military akan membantu PTDI dalam merevitalisasi industri dirgantara nasional di Indonesia.

Kesepakatan ini ditandatangani oleh Presiden Direktur PTDI Budi Santoso, Presiden Direktur PT Perusahaan Pengelola Aset (Persero) Boyke W. Mukijat dan CEO Airbus Military Domingo Ureña Raso di Jakarta, Rabu (6/7).

Menteri BUMN Mustafa Abubakar turut hadir pada penandatanganan imi, mengkonfirmasi Nota Kesepahaman (MoU) pada Februari lalu. Fase pertama dari program revitalisasi ini akan berjalan selama 18 bulan. Selama periode ini, Airbus Military akan mendukung PTDI dalam mengoptimalkan proses industri dan efisiensi globalnya secara keseluruhan.

Kesepakatan ini dibangun atas hubungan manufaktur yang telah berlangsung lama antara Airbus Military dan pendahulunya CASA dari Spanyol, serta PTDI dan pendahulunya Nurtanio. Saat ini, PTDI adalah pemasok yang penting bagi Airbus Military untuk pesawat transpor ringan/medium C212 dan CN235, pesawat pemantau, serta bagi Eurocopter dan Airbus.

Selama beberapa tahun ke depan, Airbus Military bermaksud untuk meningkatkan jumlah manufakturnya dengan PTDI. Airbus Military juga berniat memberikan aktivitas industri yang nilainya semakin tinggi di rantai pasokan. "Kesepakatan dengan Airbus Military hari ini akan membantu Indonesia melakukan reformasi struktural, untuk memulihkan serta mengembangkan sektor dirgantara nasional. Adanya kesempatan untuk pengembangan baru dan dibukanya pasar-pasar baru bersama Airbus Military, akan membantu Indonesia melahirkan generasi yang memiliki insinyur, manajer, dan pekerja yang sangat terlatih. Mereka tentunya akan berkarya di industri dirgantara, namun juga mengubah sektor ekonomi lainnya di negara kita," katanya.

Domingo Urena Raso– CEO Airbus Military menambahkan, hubungan dirgantara antara Spanyol dan Airbus Military dengan Indonesia dan industri nasionalnya telah terjalin lama dan menguntungkan bagi kedua pihak. Hubungan ini juga mempunyai prospek masa depan yang positif.

Akan tetapi, industri dirgantara global saat ini semakin kompetitif, sehingga setiap pemain di industri ini harus terus memperbarui dan mengembangkan diri. "Airbus Military berkomitmen sepenuhnya untuk mendukung mitra kami di Indonesia, agar dapat terus mempertahankan perannya di panggung dunia," ujar Domingo.

Domingo menjelaskan, Airbus Military adalah satu-satunya produsen pesawat militer dan sipil yang membuat, mengembangkan dan menjual rangkaian pesawat berkapasitas muatan 3 hingga 45 ton. Sebagai anak perusahaan Airbus, Airbus Military bertanggung jawab atas program A400M, pesawat tanker, dan transport militer (military tanker transport) atau MRTT A330 dan pesawat militer lain yang merupakan turunan dari pesawat sipil Airbus.

Bersama dengan segmen pesawat ringan dan menengah C295, CN235 dan C212. Secara total,sebut Domingo, Airbus Military telah menjual lebih dari 1.000 pesawat kepada sekitar 130 pelanggan militer, sipil dan pemerintahan. Dari jumlah ini, lebih dari 800 pesawat telah dikirimkan. Airbus adalah bagian dari perusahaan EADS.

Sumber: Jurnas

KRI Diponegoro-365 “Bombardir” Pulau Gundul


5 Juli 2011, Laut Jawa (Koarmatim): Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) Diponegoro-365 “membombardir” Pulau Gundul yang berada di sekitar Kepulauan Karimun Jawa Sabtu (02/06). Sebanyak sembilan butir peluru dimuntahkan dari moncong Senjata Artileri jenis meriam laras tunggal super rapid dengan kaliber 76mm berhasil menghujam daratan Pulau tak berpenghuni itu. Pulau Gundul merupakan daerah latihan milik TNI AL kusus untuk gladi tempur penembakan senjata artileri kapal-kapal perang.

Meriam kaliber 76mm Otomelara yang terpasang di Geladak Haluan kapal ditembakkan secara otomatis melalui Pusat Informasi Tempur (PIT) didukung radar senjata jenis LIROD MK2 sebagai tracking sasaran. Selain menggunakan kendali penembakan otomatis melalut PIT juga dilakukan penembakan secara manual dengan Target Designation Sight (TDS). Jarak tembak dari KRI Diponegoro menuju sasaran kurang lebih 5 nautical mile (9,8km).

Akurasi penembakan meriam 76mm sangat tinggi karena didukung Module Combat System (MCS) terintegrasi dengan senjata ini, berupa radar LIROD yang mampu melakukan tracking video dan memberikan data kontrol senjata secara tiga dimensi mulai dari jarak, baringan dan ketinggian sasaran. Radar tersebut juga memiliki kemampuan mengunci sasaran udara secara manual dan otomatis.

Peluru yang ditembakkan dari laras meriam 76mm merupakan proyektil jenis Target Practice(TP). Meriam buatan Italia ini mampu memuntahkan peluru sebanyak 120 butir per menit dengan jarak jangkau maksimal 16 sampai 20 kilometer sesuai dengan jenis Amunisi yang ditembakkan. Untuk Amunisi jenis Semi Armour Piercing Otomonition Extended Range (Sapomer) dapat menjangkau sasaran dengan jarak maksimum 20km.

Serbuan pagi hari itu merupakan program latihan yang dilaksanakan oleh kapal perang yang berada di jajaran Koarmatim tersebut, saat melakukan perjalanan Lintas Laut (Linla) dari Pangkalan Surabaya menuju Jakarta dalam rangka akan mengikuti Latihan Bersama (Latma). Disamping itu kapal ini akan mendapatkan tugas patroli laut wilayah barat yang berada disekitar Kepulauan Karimun Jawa, Selat Sunda, Perairan Kepulauan Riau (Kepri), Selat Malaka dan Laut Cina Selatan.

Tujuan gladi tempur penembakan senjata Artileri atas air tersebut sebagai tolak ukur untuk melihat sejauh mana kemampuan operasional persenjataan serta piranti pendukung yang terintegrasi dengan senjata tersebut. Selain itu juga untuk meninggkatkan kemampuan dan profesionalisme prajurit dalam mengawaki dan mengoperasikan persenjataan yang dimiliki oleh KRI.

“Latihan penembakkan ini berhasil dengan baik, karena seluruh peluru yang ditembakkan mencapai target dengan akurat”, kata Komandan KRI Diponegoro-365 Letkol Laut (P) Antonius Widyoutomo.

Sumber: Koarmatim

Kemhan Promosikan Produk Industri Pertahanan di BRIDEX 2011


5 Juli 2011, Bandar Seri Begawan (Kemhan): Dalam rangka mempromosikan produk – produk industri pertahanan dalam negeri kepada negara – negara di kawasan ASEAN pada khususnya dan internasional pada umumnya, Indonesia melalui Kementerian Pertahanan RI bersama dengan Badan Usaha Milik Negara Industri Pertahanan (BUMNIP) mengikuti ajang Brunei Darussalam Internasional Defence Exhibition & Coference (BRIDEX) 2011 di Bandar Seri Begawan, Brunei Darussalam.

BRIDEX 2011 diselenggarakan oleh Kementerian Pertahanan Brunei Darussalam untuk yang ketiga kalinya dalam rangka memperingati ulang tahun emas Angkatan Bersenjata Kerajaan Brunei Darussalam. BRIDEX 2011 berlangsung selama empat hari dibuka tanggal 6 sampai dengan 9 Juli 2011.

Keikutsertaan Indonesia dalam ajang pameran industri pertahanan berskala internasional di Brunei Darussalam tersebut, yaitu dengan membuka satu Pavilium Industri Pertahanan Indonesia yang menyajikan beberapa miniatur dari produk - produk industri pertahanan dari dalam negeri baik BUMN maupun swasta nasional antara lain PT. Pindad, PT. PAL, PT. Dirgantara Indonesia, PT. Dahana, PT. LEN dan PT. Palindo Marine , PT.Sritex dan PT. Famatex.

Direktur Teknik Industri Pertahanan Direktorat Jenderal Potensi Pertahanan (Dirtekind Ditjen Pothan) Kemhan RI Brigjen TNI Agus Suyarso, Selasa (5/7) sehari sebelum pembukaan BRIDEX 2011 di Brunei Darussalam mengatakan, melalui keikutsertaan Kemhan RI bersama dengan BUMNIP dalam BRIDEX 2011 kali ini, diharapkan Indonesia dapat mempromosikan produk – produk industri pertahanan baik yang Alutsista maupun yang non Alutsista kepada negara – negara lain khususnya di kawasan regional ASEAN.

Dijelaskan Dirtekind, bahwa dalam event yang penting ini Kemhan berusaha untuk menampilkan yang terbaik untuk menunjukan bahwa Indonesia sudah mulai bangkit untuk mampu dan mandiri dalam memenuhi kebutuhan peralatan pertahanan.

PT. Pindad misalnya menampilkan Panser Anoa 6x6, Mobile Shooting Galery dan berbagai varian senjata untuk perorangan, PT. PAL menampilkan kapal jenis Landing Platform Dock (LPD), PT. Dirgantara Indonesia menampilkan pesawat CN 235 dan pesawat maritim patrol CN 235 dan sejumlah perusahaan industri pertahanan dalam negeri lainnya yang menampilkan produknya masing - masing.

Menurut Dirtekin, beberapa negara seperti Philipina dan Brunei Darussalam selaku tuan rumah menyatakan ketertarikannya untuk membeli sejumlah produk pertahanan buatan Indonesia. Brunei Darussalam telah menyatakan tertarik untuk membeli Panser Anoa 6x6 dan Mobile Shooting Galery produksi PT. Pindad.

Untuk itu, pada kesempatan BRIDEX ini, Panser Anoa 6x6 dan Mobile Shooting Galery produksi PT. Pindad mendapatkan kesempatan diujicoba untuk memastikan apakah performance-nya sesuai dengan kebutuhan dari Angkatan Bersenjata Brunei Darussalam.

Selain Panser Anoa 6x6 dan Mobile Shooting Galery, dalam event BRIDEX kali ini Indonesia juga mencoba secara khusus menawarkan kepada Brunai Darussalam beberapa produk pertahanan Alutsista lainnya seperti pesawat maritim patrol CN2 35 buatan PT. Dirgantara Indonesia dan juga produk pertahanan Non Alutsista misalnya pakaian untuk prajurit, helm, dan rompi anti peluru.

“Brunai sudah beli pesawat CN 235, kita mencoba tawarkan lagi untuk maritime patrolnya CN 235 mau beli baru atau mau retrovit menjadi maritime patrol”, jelas Dirtekin Ditjen Pothan Kemhan.

Menurut Dirtekind Kemhan berharap selain secara konsisten dipergunakan di dalam negeri, produk – produk pertahanan Indonesia juga dapat dipergunakan oleh negara-negara di kawasan ASEAN.

Dirtekind menyatakan optimis bahwa hal itu akan dapat tercapai karena disamping telah ada kesepatakan diantara negara - negara ASEAN tentang kolaborasi industri pertahanan, juga karena produk industri pertahanan Indonesia berkualitas dan banyak dibutuhkan oleh pasukan.

Sumber: Kemhan

TNI AU dan USAF Gelar Latihan Bersama di Lanud Abdul Rahman Saleh

6 Juli 2011, Malang (ANTARA News): Dua anggota Paskhas TNI-AU berkoordinasi dengan seorang personel United State Air Force (USAF) dalam melakukan operasi penyelamtan sandera pada latihan bersama di pangkalan TNI Lanud Abdul Rahman Saleh, Malang, Jawa Timur, Rabu (6/7). Latihan dengan kode operasi "Teak Iron" tersebut untuk melatih kesiapan dan kerjasama kedua satuan tempur tersebut. (Foto: ANTARA/Ari Bowo Sucipto/Koz/Spt/11)

6 Juli 2011, Malang - Pasukan TNI Angkatan Udara Pangkalan Abdulrachman Saleh, Kabupaten Malang, Jawa Timur, menggelar latihan udara bersama pasukan Air Force Amerika Serikat, Rabu.

Komandan Pengkalan Udara Abdulrachman Saleh, Marsekal Pertama Dwi Putranto mengatakan, dalam latihan ini TNI AU menurunkan sebanyak 150 prajurit dan Angkatan Udara Amerika Serikat menurunkan sebanyak 87 prajurit.

Dalam latihan udara bersama tersebut, kedua negara menerapkan konsep operasi dukungan udara, khususnya prosedur taktis.

Dalam simulasinya, pesawat tempur Pangkalan Udara Abdulrachman Saleh melakukan pendaratan darurat di daerah operasi, sebab di daerah itu ada lima awak pesawat telah disendera musuh.

"Untuk membebaskan para sandera, diturunkanlah tim gabungan Pasukan Khusus TNI AU bersama dengan US Air Force," katanya.

Sejumlah anggota Paskhas TNI-AU dan United State Air Force (USAF) menyelamatkan sandera pada latihan bersama di pangkalan TNI Lanud Abdul Rahman Saleh, Malang, Jawa Timur. (Foto: ANTARA/Ari Bowo Sucipto/Koz/Spt/11)

Marsekal Pertama Dwi mengatakan, sejumlah prajurit telah disebar di daerah musuh dengan mengepung daerah operasi dengan tujuan untuk melumpuhkan musuh.

"Operasi ini dilakukan dalam hitungan menit, dan tim gabungan berhasil melumpuhkan lima prajurit musuh serta menyita sejumlah pucuk senjata api, dan penyanderaan lima prajurit berhasil dibebaskan, dua diantaranya mengalami luka tembak," katanya.

Sedangkan dalam evakuasi prajurit yang disandera itu, TNI AU menurunkan pesawat angkut Hercules guna menuju rumah sakit lapangan yang telah disediakan.

Simulasi yang berlangsung selama 30 menit tersebut, TNI AU menurunkan dua Hercules dari Skadron Udara 32 serta Batalyon paskhas 464, sedangkan Angkatan Udara Amerika Serikat (USAF - US Air Force) juga menggunakan dua hercules.

"Latihan ini bertujuan untuk lebih mempererat dan memperkokoh kerja sama antara TNI AU dan US Air Force, dan memantapkan konsep operasi dukungan udara bersama, khususnya prosedur taktik, teknis serta aplikasinya dalam operasi dukungan udara dengan menggunakan pesawat C-130 Hercules," kata Dwi.

Dari latihan ini diharapkan bisa memantapkan konsep operasi dukungan udara bersama kedua negara.

Sumber: ANTARA News

Lanud Pekanbaru Latma ke Thailand

Sebanyak lima pesawat tempur Hawk 100/200 dari Skadrom Idara 12 Lanud Pekanbaru akan mengikuti latihan bersama (Latma) dengan Royal Thailand Air Forces (RTAF) Angkatan Udara Thailand yang berlangsung sejak 3 Juni hingga 14 Juni mendatang. (Foto: Pentak Lanud Pekanbaru)

6 Juli 2011, Pekanbaru (Pelita): Sebanyak 70 personel TNI AU dari Lanud Pekanbaru terbang menuju Negeri Gajah Putih, Thailand, akhir pekan lalu. Misi dari keberangkatan ini adalah untuk mengikuti latihan bersama (Latma) dengan Royal Thailand Air Forces (RTAF) Angkatan Udara Thailand.

Latihan bersama dengan sandi Elang Thainisia 2011 ini merupakan yang ke-30 dan bertujuan untuk saling tukar keterampilan maupun pengalaman diantara para penerbang tempur dari kedua Angkatan Udara. Latma kali ini difokuskan lebih menitikberatkan pada kerja sama dalam pertempuran dan penghancuran di darat.

Selain itu Latma tersebut juga untuk meningkatkan profesionalisme dan keahlian masing-masing penerbang dan juga untuk mempererat persahabatan serta kerja sama antara kedua Angkatan Udara, demikian disampaikan Komandan Lanud Pekanbaru, Kolonel Pnb Bowo Budiarto, SE.

Pelaksanaan Latma ini direncanakan berlangsung selama dua pekan mulai minggu (3/7) hingga (14/7) ke depan di Thailand, dan melibatkan lima pesawat tempur Hawk 100/200 dari Skadron Udara 12 Lanud Pekanbaru.

Sumber: Pelita

Malaysia Tertarik Panser Buatan RI

Presiden SBY menerima kunjungan kehormatan Panglima Angkatan Tentera Malaysia (ATM) Jeneral Tan Sri Dato Sri Zulkifeli bin Mohd Zin dan delegasi, di Kantor Presiden, Selasa (5/7) pagi. (Foto: abror/presidensby.info)

5 Juli 2011, Jakarta (Berita HanKam): Angkatan bersenjata Malaysia tertarik untuk membeli panser 6x6 buatan Indonesia, untuk melengkapi alat persenjataan militer negera tetangga tersebut.

Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono menyampaikan hal tersebut, usai mendampingi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menerima Panglima Angkatan Tentara Diraja Malaysia Jenderal Tan Sri Datuk Sri Zulkifli Mohd Zein, di Jakarta, Selasa.

"Tadi disinguung soal panser 6x6, Malaysia yang berkeinginan untuk membeli, akan terus dilanjutkan," kata Agus.

Ia menambahkan,"kalau komitmen panglimanya, dia ingin terus berupaya membeli dari kita."

Dalam pertemuan perkenalan Panglima Tentara Malaysia yang baru kepada Presiden Yudhoyono tersebut, Agus mengatakan tidak dibahas mengenai perbatasan.

Mengenai peningkatan kerja sama, Panglima TNI mengatakan kerja sama antara kedua negara akan terus ditingkatkan.

"Kalau program detilnya pasti ada di lingkungan TNI. Tapi tadi hubungan kerja sama yang ada selama ini, seperti pertukaran perwira, pelatihan bersama, itu senantiasa harus ditingkatkan," paparnya.

Selain Panglima TNI, juga mendampingi Presiden, Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro sejumlah pejabat lainnya.

Sumber: ANTARA News

Tuesday, July 5, 2011

Presiden Minta Malaysia Kembangkan Kesepahaman Kerjasama Militer

Presiden SBY, didampingi Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono, menerima Panglima ATM Jeneral Tan Sri Zulkifeli di Kantor Presiden, Selasa (5/7) pagi. (foto: abror/presidensby.info)

5 Juli 2011, Jakarta (ANTARA News): Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meminta Malaysia untuk terus mengembangkan kesepahaman kerjasama militer yang menguntungkan kedua negara dan memberi kontribusi pada keamanan kawasan.

Juru bicara Kepresidenan Julian Aldrin Pasha menyampaikan hal tersebut dalam keterangan pers di Kantor Presiden Jakarta, Selasa usai Presiden Yudhoyono menerima kunjungan kehormatan Panglima Angkatan Tentara Diraja Malaysia Jenderal Tan Sri Datuk Sri Zulkifli Mohd Zein.

"Dua hal yang disampaikan Presiden terkait hubungan antar kedua negara terutama dalam bidang keamanan adalah presiden berpesan pentingnya hubungan bilateral kedua negara Indonesia dan Malaysia yang didasarkan pada dua pilar militer to militer relations dan ekonomi bisnis relations," kata Julian.

Dalam pertemuan itu, kata Julian, Presiden menyampaikan meski Indonesia dan Malaysia merupakan negara yang dekat dan memiliki dinamika dalam hubungan keduanya yang penting untuk dijaga adalah kesepahaman, keeratan dan saling pengertian di kedua bidang itu.

Sementara itu Staf Khusus Presiden bidang hubungan Internasional Teuku Faizasyah, mengatakan dalam pertemuan itu tidak dibahas secara khusus mengenai beberapa kasus perbatasan antara kedua negara.

"Masalah konflik perbatasan bagian dari satu hal yang ditangani serius hubungan kedua negara ada beberapa batas wilayah yang dirundingkan, potensi memang masalah di lapangan muncul, maka antar unsur pimpinan militer dibangun hubungan yang baik sehingga potensi masalah tidak menjadi esklasi di lapangan," paparnya.

Ketika ditanya apakah Indonesia memberikan reaksi atas pembelian dua kapal selam oleh Tantara Laut Malaysia, Faiza mengatakan dalam mekanisme kerjasama menteri pertahanan negara-negara anggota ASEAN ada semacam "white paper" tentang informasi pertahanan masing-masing negara sebagai upaya transparansi.

"Sebagai negara tetangga menghormati upaya masing-masing negara untuk tingkatkan kapasitas militer masing-masing, imbasnya juga buat stabilitas keamanan di kawasan, kita lihat Singapura, Malaysia dan Indonesia bisa meningkatkan keamanan di Selat Malaka karena juga peningkatan kapasitas angkatan laut masing-masing. Kita sebagai negara tentu mengambil manfaat dari apa yang dilakukan Malaysia," kata Faizasyah.

Presiden dalam pertemuan yang berlangsung kurang lebih satu jam tersebut didampingi oleh Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono dan Menhan Purnomo Yusgiantoro.

Sumber: ANTARA News

Industri Pertahanan Dalam Negeri Perlu Ditingkatkan

Panser Anoa versi ambulance. (Foto: Berita HanKam)

4 Juli 2011, Jakarta (Jurnas.com): Pembangunan angkatan perang yang kuat harus diikuti dengan pembangunan industri pertahanan yang mapan. Konsumen dalam negeri seharusnya juga menggunakan produk dalam negeri agar pembangunan keduanya berjalan lancar. "Tidak mungkin membangun angkatan perang kalau nggak punya industri militer sendiri, jadi perlu perencanaan jangka panjang untuk perolehan alutsista yang akan dipakai, sekaligus untuk dikerjasamakan melibatkan industri pertahanan dalam negeri yang mau kita bangun," kata Direktur Teknologi dan Industri Pertahanan Kementerian Pertahanan Brigadir Jenderal TNI Agus Suyarso saat dihubungi, Senin (4/7).

Agus yang tengah menghadiri Brunei Darussalam International Defence Exhibition (Bridex) menambahkan, Indonesia tengah membangun industri pertahanan dalam negeri yang mandiri. "Tidak hanya jadi agen trading dari pabrik atau pemasok dari luar negeri. Makanya saat ini kami upayakan kalaupun mengambil barang dari luar negeri, ada transfer teknologi agar kita bisa belajar," katanya.

Dikatakan Agus, pemerintah tengah menyiapkan kebijakan untuk melakukan research and development (R&D) serta alih teknologi. Sedang diatur juga, kebijakan penyehatan cash flow dan neraca Badan Usaha Milik Negara Industri Pertahanan (BUMNIP). "Agar terwujud BUMNIP yang sehat dan meningkat kemampuan pendanaan BUMNIP dalam memenuhi kebutuhan alutsista dan almatsus," ungkapnya.

Alat Utama Sistem Senjata (alutsista) dan Alat Material Khusus (almatsus) sedang giat-giatnya dibangun pemerintah. Dalam acara Bridex di Brunei Darussalam, Indonesia ikut berpartisipasi memamerkan alutsista dan almatsus-nya. "Sekalian promosi produk-produk industri militer dalam negeri mulai panser, senjata, mortir, kapal hingga pesawat CN 235 yg mau dibeli Brunei dan negara-negara ASEAN," kata Agus.

Ditempat berbeda, Direktur Direktorat Pengembangan Bisnis dan Teknologi PT Dirgantara Indonesia (PT DI) Dita Ardonni Jafri mengatakan, PT DI termasuk perusahaan binaan pemerintah dalam penyehatan perusahaan.

Tapi menurut Donni, upaya ini tidak cukup jika tak disertai pembangunan citra perusahaan di mata konsumen. "Pakai dulu produk dalam negeri, nanti orang luar melihat produk kita pun unggul. Jangan seperti sekarang, orang luar melihat, orang Indonesianya saja tidak pakai, buat apa beli dari Indonesia," katanya.

Donni berharap pemerintah dapat merubah kepercayaan konsumen dengan memakai produk dalam negeri agar pembangunan industri pertahanan berjalan sesuai rencana. Hal ini, lanjut Donni, dapat mempercepat pembangunan angkatan bersenjata yang lebih andal.

Sumber: Jurnas

Pangkolinlamil: Pengadaan Alutsista Secara Bertahap


4 Juli 2011, Jakarta (Jurnas.com): Panglima Komando Lintas Laut Militer (Pangkolinlamil), Laksamana Muda TNI Didit Herdiawan menegaskan , pengadaan Alat Utama Sistem Persenjataan (Alutsista) tetap dilaksanakan secara bertahap sesuai anggaran yang dialokasikan oleh pemerintah melalui program minimum essential forces atau MEF (kekuatan pokok minimum). “Jadi sudah dimasukkan di dalam blue print yaitu MEF pengadaan alutsista tersebut secara bertahap ditingkatkan. Untuk alutsista yang sudah tidak layak operasi, itu dilaksanakan pemeliharaan peralatan saja. Namun demikian untuk pengoperasiannya sudah tidak dilaksanakan,” katanya usai bertindak sebagai Inspektur Upacara HUT ke-50 Kolinlamil di Markas Kolinlamil, Jakarta, Senin (4/7).

Didit menambahkan, Kolinlamil sudah mendapatkan tambah KRI tipe 2 LPD (Landing Platform Dock) yang merupakan generasi kapal angkut yang terbaru yang dibuat oleh PT PAL.

2 KRI jenis LPD itu ditempatkan di Surabaya dan Jakarta. Sedangkan untuk kedepan konservasi landing search tank KRI yang tua ini dilaksanakan peremajaan kembali. “Sekarang ini sedang ditata kembali untuk pengadaannya bagaimana pelaksanaan kegiatannya, bagaimana spesifikasi teknisnya sedang direncanakan untuk pengadaan Landing Ship Tank yang baru,” katanya.

Kolinlamil Tetap Mobilisasi Pasukan di Perbatasan

Panglima Komando Lintas Laut Militer (Pangkolinlamil), Laksamana Muda TNI Didit Herdiawan mengatakan Kolinlamil tetap mengutamakan mobilisasi atau pergeseran pasukan dan pergeseran peralatan tempur di wilayah-wilayah terpencil dan pulau-pulau terluar (terdepan, red) dan daerah perbatasan. Mobilisasi personel dan peralatan ini bertujuan untuk menjaga kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia sesuai dengan prosedur yang berlaku. “Dalam rangka HUT ke-50, Kolinlamil berperan melakukan pengawasan di daerah perbatasan dengan melakukan mobilisasi pasukan dan peralatan demi menjaga kedaulatan NKRI,” kata Didit usai bertindak sebagai Inspektur Upacara HUT ke-50 Kolinlamil di Markas Kolinlamil, Jakarta, Senin (4/7).

Pada upacara HUT Kolinlamil, Pangkolinlamil membacakan amanat Kepala Staf Angkatan Laut, Laksamana TNI Soeparno.

Menurut Pangkolinlamil, sesuai petunjuk dari komando atas yaitu Panglima TNI dan Kepala Staf Angkatan Laut tentang pergeseran pasukan, pergeseran peralatan dan personel tetap diutamakan. Jadi, pergeseran pasukan itu di wilayah-wilayah terpencil dan pulau-pulau terluar tetap dilakukan sesuai dengan prosedur dan berapa kali setahun itu tetap dilakukan. “Alhamdullilah, sampai sekarang ini kita bisa laksanakan dengan tertib, lancar dan aman,” kata Didit Herdiawan.

Menurutnya, mobilisasi tersebut tetap mengacu kepada proyek atau kegiatan yang dilaksanakan oleh pemerintah dalam kaitannya kegiatan Operasi Militer Selain Perang (OMSP) yang membantu kegiatan pengadaan personel di sana. Kekurangan-kekurangannya ditambahkan dan diangkut dari Kolinlamil.

Didit juga mengatakan, Kolinlamil tetap berkomitmen, termasuk di dalam rangka mendukung kegiatan operasi di luar pelaksanaan pergeseran pasukan di dalam negeri maupun di luar negeri seperti saat pelaksaan pembebasan WNI yang disandera oleh perompak di perairan Somalia. “Kita mengangkut juga pasukan khusus, peralatan tempur dan sebagainya untuk mendukung kegiatan operasi tersebut,” katanya.

Sumber: Jurnas

KSAL: Optimalkan Peran Angkutan Laut Militer


5 Juli 2011, Jakarta (Suara Karya): Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL), Laksamana TNI Soeparno meminta Komando Lintas Laut Militer (Kolinlamil) agar mengoptimalkan peran angkutan laut militer. Optimalisasi melalui profesionalisme Kolinlamil sangat dibutuhkan untuk mendukung Operasi Militer untuk Perang (OMP) dan Operasi Militera Selain Perang (OMSP).

"Dalam rangka kesiapan operasional untuk melaksanakan angkutan laut militer meliputi personel, alat peralatan dan perbekalan yang bersifat taktis, strategis dan administrasi diperlukan adanya pembinaan kemampuan dalam rangka penggunaan kekuatan," demikian amanat KSAL yang dibacakan Panglima Komando Lintas Laut Militer (Pangkolinlamil), Laksamana Muda TNI Didit Herdiawan pada upacara HUT ke-50 Kolinlamil di Jakarta, Senin (4/6).

Tampak hadir, diantaranya Komandan Jenderal Kopassus Mayjen TNI Lodowijk F Paulus, Koamandan Korps Brimob Irjen Pol Syafei Aksal, Kasdam Jaya Brigjen TNI Edi Susanto, Kepala Staf Kohanudnas Marsma TNI Chairudin Ray dan Kepala Staf Armada RI kawasan Barat, Laksamana Pertama TNI Herry Setianegara.

Peraturan Presiden RI Nomor 10 tahun 2010 tentang Susunan Organisasi TNI, Kolinlamil merupakan bagian integral dari TNI AL. Kolinlamil melaksanakan peran, tugas dan fungsi sebagai komando pelaksana utama pembinaan dan operasional. Tugasnya, menyelenggarakan operasi angkutan laut OMP maupun OMSP.

"Untuk meningkatkan profesionalisme, perlu melaksanakan latihan untuk meningkatkan kemampuan, kesiapsiagaan dan profesionalisme personel dan pengawak unsur-unsur KRI satgas Kolinlamil," kata KSAL.

Selain itu, KSAL menekankan perwujudan pengetahuan, pemahaman, ketrampilan para prajurit dalam melaksanakan angkutan laut militer. "Pembinaan kemampuan alutsista maupun angkutan laut militer guna kepentingan pertahanan dan keamanan negara dilaut dan membina kesiapan operasional untuk melaksanakan angkutan laut TNI," kata KSAL.

Sumber: Suara Karya

PT. DI akan Produksi Helikopter Fennec dan Ecuirrel

AS550 C3 AS550 C3 Fennec. (Foto: Eurocopter/Céline SIMONPAOLI)

4 Juli 2011, Jakarta (Kontan): PT Dirgantara Indonesia bakal mengembangkan dua helikopter baru untuk menggantikan NBO 105 yang produksinya bakal berakhir tahun ini. Pengembangan dua jenis helikopter itu merupakan hasil kerjasama dengan perusahaan asal Eropa, Eurocopter.

Juru bicara PT Dirgantara Indonesia, Rakhendi Triyatna mengatakan dua helikopter yang akan diproduksi masih sejenis dengan helikopter NBO 105. Kedua jenis helikopter yang akan diproduksi adalah Fennec dan Ecuirrel. "Kami sudah menandatangani kerjasama lanjutan dengan Eurocopter minggu lalu," kata Rakhendi, Senin (4/7).

Rakhendi mengatakan produksi NBO 105 yang berakhir tahun ini juga bekerjasama dengan Eurocopter sejak 1976. Hingga tahun 2011, PT Dirgantara Indonesia sudah memproduksi 123 unit NB 105. Dirgantara Indonesia juga bekerjasama dengan Eurocopter sejak 1982 untuk membuat helikopter Super Puma.

Selain itu, mereka juga bekerjasama dalam memproduksi helikopter EC 725 dan EC225, namun Dirgantara Indonesia hanya membuat badan dan ekor helikopter. Sedangkan perakitannya dilakukan oleh Eurocopter di Prancis.

Produksi dua helikopter terbaru menurut Rakhendi bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pasar di dalam negeri terutama untuk TNI. Demikian juga dengan dua helikopter terbaru yang akan diproduksi menurutnya akan memenuhi kebutuhan pasar baik TNI atau SAR. "Selain untuk kebutuhan dalam negeri, helikopter yang diproduksi juga akan dipasarkan ke negara tetangga," kata Rakhendi.

Rakhendi berharap produksi dua jenis helikopter terbaru dapat dilakukan secepatnya. Namun dia belum bisa memastikan waktunya karena pembicaraan yang dilakukan dengan Eurocopter masih tahap awal.

Kepala Pusat Komunikasi Publik (Kapuskom) Bambang S Ervan mengatakan Dirgantara Indonesia pasti sudah mempertimbangkan pasar dari dua jenis helikopter terbaru yang akan diproduksi. Namun jika helikopter itu merupakan pengembangan dari NBO 105, maka menurutnya akan cocok dengan kebutuhan pasar di Indonesia. "Selain untuk kebutuhan TNI dan SAR, bisa juga dipergunakan oleh perusahaan pertambangan dan kebutuhan pesawat charter," kata Bambang.

Sumber: Kontan

Monday, July 4, 2011

Aljazair Pesan Dua Korvet Kelas Tiger

RFS Soobrazitelny korvet kelas Steregushchy (Project 20380) tampil pertama kalinya di IMDS-2011. (Foto: RIA Novosti/Alexei Danichev)

4 Juli 2011, Moskow (Berita HanKam): Pemerintah Aljazair dan perusahaan kapal Rusia United Shipbuiding Corporation serta perusahaan eksportir senjata Rosoboronexport meneken kontrak pembuatan dua kapal perang jenis korvet kelas Tiger.

Kesepakatan diteken di pameran maritim dua tahunan International Maritime Defense Show 2011 (IMDS-2011) di St. Petersburg.

”Kami telah meneken dua kesepakatan dengan Rosoboronexport untuk penjualan dua korvet ke Aljazair dan tiga korvet ringan (Molniya) ke bekas Republik Sovyet,” ucap pimpinan USC Roman Trotsenko.

Jane’s mencatat Aljazair telah tertarik mengakuisisi korvet Tiger pada awal 2006. Aljazair mengkaji juga Project 11661 Gepard dan Project 11356. Saat tender internasional digulirkan Maret 2007, Aljazair tertarik pada frigate tipe 23 buatan BAE Systems dan frigate tipe FREMM DCNS, sebelum memutuskan korvet Tiger.

Korvet Tiger Project 20382 versi model Project 20380 kelas Steregushchy, merupakan korvet terbaru Angkatan Laut Rusia. Rusia berencana membeli sedikitnya 30 kelas Steregushchy. Korvet pertama dioperasikan Oktober 2008 oleh Armada Baltik, diberi nama RFS Steregushchy. Sedangkan korvet kedua RFS Soobrazitelny dijadwalkan tahun ini dioperasikan dan korvet ketiga RFS Boiky dalam proses penyelesaian.

Rusia pertama kalinya menampilkan kelas Steregushchy pada pameran maritim di IMDS-2011. Korvet Tiger dirancang mampu menghancurkan kapal permukaan, kapal selam dan pesawat udara serta mendukung tembakan artileri saat pendaratan pasukan di pantai.

Korvet berukuran panjang 105 meter dan lebar 13 meter, dipersenjatai sistem rudal anti-kapal permukaan Uran, sistem meriam/rudal anti-pesawat udara Kashtan, satu pucuk meriam 100 mm, dua pucuk meriam AK-630M 30 mm, torpedo 330 mm serta satu unit helikopter Ka-27 Helix.

Korvet berbobot 2000 ton digerakkan empat mesin diesel 16D49, jarak jelajah pada kecepatan 14 knot sejauh 4000 mil, kecepatan maksimum 27 knot. Korvet diawaki 100 orang berikut awak helikopter.

Menurut IISS Military Balance 2011, armada kapal permukaan AL Aljazair terdiri dari 3 frigate kelas Koni, 6 korvet, 22 kapal patroli, 3 kapal amphibi dan 3 kapal logistik dan pendukung.

Sumber: RIA Novosti

PT DI Butuh Kepercayaan


4 Juli 2011, Jakarta (Jurnas.com): Krisis yang dialami PT Dirgantara Indonesia (PT DI) bukan sekedar masalah keuangan. PT DI saat ini sangat memerlukan kepercayaan konsumen dalam negeri. Ini akan sangat membantu PT DI untuk keluar dari masalah yang membelitnya.

"Masalah yang utama sebenarnya kami butuh pekerjaan dan kepercayaan dalam negeri. Mau disuntik dana berapapun kalau tidak dibutuhkan sama saja, akhirnya hancur juga,"kata Direktur Direktorat Pengembangan Bisnis dan Teknologi Dita Ardonni Jafri saat dihubungi Jurnal Nasional di Jakarta, Senin (4/7).

Dia mengatakan, hingga saat ini PT DI masih mendapatkan proyek rutin dari luar negeri seperti Korea dan Turki. Namun begitu, kata Donni, ini tidak mencukupi kebutuhan PT DI sehingga diperlukan pasar yang lebih luas. "Dalam bussiness plan kami, kami terus lakukan penawaran ke luar negeri. Memang kami masih mendapatkan pekerjaan, tapi makin lama makin berkurang."

Hal ini dikarenakan konsumen dalam negeri pun tak menaruh kepercayaan terhadap PT DI. Dikatakan Donni, kebiasaan masyarakat Indonesia yang lebih percaya pada luar negeri telah membudaya dan menjadi akar masalah.

"Itu sudah jadi budaya. Orang sakit saja kan berobatnya ke Singapura. Mereka melihat, orang Indonesianya saja nggak pake, ngapain beli dari Indonesia. Jadi pasar kami makin berkurang,"jelasnya.

Padahal, menurutnya, pejabat pemerintah luar negeri seperti Korea dan Malaysia menggunakan produk PT DI. Minimnya kepercayaan dalam negeri pada PT DI, berpengaruh pada konsumen PT DI di luar negeri.

Untuk pemesanan dalam negeri, saat ini PT DI tengah mengerjakan pesawat CN 235 pesanan TNI Angkatan Laut. Sebelumnya, Kementerian Pertahanan mengumumkan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara kementerian pertahanan dengan beberapa industri pertahanan termasuk PT DI.

"Iya, tapi dari pengalaman sebelumnya, MoU itu cuma jadi MoU. Tapi mudah-mudahan kali ini tidak begitu,"kata Donni.

Masalah lain yang sedang dihadapi PT DI adalah persoalan pembukuan. Donni mengharapkan pemerintah membantu membereskan utang-utang lama PT DI. "Kalau utang-utang lama dibebankan pada kami semua tidak bisa. Kami mengharapkan pemerintah dapat membantu agar perusahaan tetap berjalan,"ungkapnya.

Sumber: Jurnas

Koarmatim Luncurkan Buku "Pengawal Samudera"

Sejumlah anggota Satuan Komando Pasukan katak (Sat Kopaska) Koarmatim, memperkenalkan satu dari beberapa jenis senjata, kepas seorang pengunjung, di sela-sela peluncuran buku foto Koarmatim di Grand City Surabaya, Minggu (3/7). Buku foto setebal 285 halaman yang berjudul 'Pengawal Samudera Di Wilayah Timur Indonesia' tersebut, berisikan profil Koarmatim yang dikemas dengan memperhatikan sisi humanis dari sosok prajurit TNI AL. (Foto: ANTARA/Eric Ireng/ed/pd/11)

3 Juli 2011, Surabaya (ANTARA): Komando Armada RI Kawasan Timur meluncurkan buku "Pengawal Samudera di Wilayah Indonesia Timur" sebagai wahana untuk lebih mengenalkan peran dan kekuatan TNI AL kepada masyarakat luas.

Buku berisi foto-foto berbagai kegiatan TNI AL di jajaran Koarmatim itu, diluncurkan secara resmi oleh Panglima Armada RI Kawasan Timur (Pangarmatim) Laksamana Muda TNI Bambang Suwarto di Grand City Mall Surabaya, Minggu.

Ketua Tim Penyusun buku "Pengawal Samudera" Kolonel Laut (P) Aan Kurnia mengatakan, pembuatan buku tersebut terinspirasi dari buku-buku milik angkatan laut negara lain yang sudah lebih dulu beredar di pasaran.

"Kalau angkatan laut negara lain bisa memiliki buku eksklusif seperti itu, kenapa TNI AL tidak bisa. Atas persetujuan Pangarmatim, kami kemudian membuat buku tersebut," kata Aan Kurnia yang juga Komandan Komando Latihan Koarmatim.

Ia mengatakan, pengerjaan buku setebal 280 halaman yang berisi sekitar 2.000 foto itu, diselesaikan hanya dalam waktu sekitar tiga bulan.

"Kami memiliki bank data yang menyimpan ribuan foto berbagai kegiatan TNI AL di Koarmatim. Sebagian besar foto adalah bidikan personel Koarmatim, ditambah foto karya sejumlah jurnalis yang biasa meliput kegiatan Koarmatim," ujarnya.

Beberapa foto menarik yang ditampilkan dalam buku tersebut, antara lain foto pelayaran kapal latih KRI Dewaruci keliling dunia, latihan tempur, kegiatan TNI AL di daerah perbatasan, dan sejumlah foto "human interest".

Pangarmatim Laksda TNI Bambang Suwarto mengatakan, tidak ada niat muluk-muluk dari pembuatan buku Pengawal Samudera, selain ingin lebih mengenalkan peran dan kekuatan TNI AL kepada masyarakat Indonesia maupun dunia internasional.

"Saya sendiri tidak menduga kalau ternyata banyak prajurit Koarmatim yang punya hobi fotografi dan sering mengabadikan kegiatan TNI AL. Daripada file fotonya hanya disimpan, kenapa tidak sekalian dibuatkan buku?," ujarnya.

Pada acara peluncuran buku Pengawal Samudera itu juga dipamerkan beberapa peralatan tempur dan senjata dari Pasukan Katak, pameran foto Koarmatim serta bedah buku yang menghadirkan sejumlah pembicara.

Sumber: ANTARA News

KRI Banjarmasin dan KRI Lemadang Tiba di Brunei

KRI Banjarmasin-592. (Foto: Dispenarmabar)

4 Juli 2011, Jakarta (Dispenal): Dua unsur kapal perang TNI Angkatan Laut masing-masing KRI Banjarmasin - 592 dan KRI Lemadang – 806 yang akan mengikuti kegiatan Brunei Darussalam International Defence Exhibition (BRIDEX) dan Brunei Darussalam Fleet Review (BFR) 2011, Sabtu (1/7) tiba dan sandar di dermaga Muara Kem, Pangkalan Tentara Laut Diraja Brunei (TLDB) dan langsung melaksanakan kegiatan debarkasi personel dan material dari Deck KRI Banjarmasin-592.

Selanjutnya, KRI Banjarmasin – 592 yang dikomandani Letkol Laut (P) Eko Jokowiyono dan KRI Lemadang-803 dengan Komandan Letkol Laut (P) Sumartono, pada tanggal 4 Juli 2011 menempati pada posisi lego jangkar di perairan Brunei dalam rangka persiapan mengikuti BFR.

Sumber: Dispenal