NC295. (Foto: KOMPAS/Banar Fil Ardh)
7 Oktober 2011, Jakarta (KOMPAS.com): Pemerintah telah mengalokasikan anggaran sebesar 325 juta dollar AS untuk pemenuhan kebutuhan alutsista TNI. Keterangan ini disampaikan oleh Wakil Menteri Pertahanan Letjen TNI Purn Sjafrie Sjamsoeddin di Lanud Halim Perdanakusuma, Jumat (7/10/2011). Sebelumnya, Sjafrie bersama anggota DPR komisi I, III, dan VI mengikuti demo terbang pesawat NC-295 dari Halim Perdanakusuma ke Astraksetra, Lampung, dan kembali lagi ke Halim.
Demo terbang juga diikuti oleh para wartawan pada rute kedua di sekitar ibu kota Jakarta dan Bogor dengan kecepatan 150 knot dan ketinggian di atas 2.500 kaki. Pesawat NC-295 ini akan melakukan tur demo selama 2 minggu setelah pesawat Airbus Military itu tiba di Halim dari Sevilla, Spanyol, Selasa (4/10/2011).
Sjafrie menjelaskan, pemerintah tengah menjajaki pembelian pesawat yang nantinya akan diproduksi PT DI berdasarkan lisensi EADS Military. "Kita mengalokasikan anggaran untuk angkutan sedang ini, tetapi kita mengikuti proses," ujar Sjafrie.
Menurut Sjafrie, proses ini mencakup pertimbangan dari pengguna (TNI), DPR, dan pengambil keputusan (pemerintah). Apabila Indonesia memutuskan untuk membeli pesawat ini, maka pertanyaan yang muncul adalah apakah nantinya pesawat angkut sedang ini akan bernasib sama dengan armada CN 235 TNI-AU yang sementara tidak aktif karena kerusakan mesin pesawat?
Pengamat penerbangan Dudi Sudibyo merasa yakin permasalahan di atas tidak akan terulang mengingat EADS Military, bekerja sama dengan Airbus selaku konsultan, tidak hanya akan menawarkan penjualan pesawat, tetapi juga manajemen produksi pesawat, pemasaran, berikut proses pemulihan performa PT DI.
"Tidak hanya penjualan pesawat yang ditawarkan, tetapi juga pembekalan berupa revitalisasi atau pemulihan performa PT DI," kata Dudi pada kesempatan yang sama.
Pernyataan Dudi ini juga diakui oleh Maggie Bergsma, Airbus Head of Media Relations Communications. "Kami akan mengadakan tinjauan performa PT DI berikut pembekalan manajemen PT DI sehingga memperkuat performa PT DI. Hal itu tidak hanya dalam memproduksi pesawat, tetapi juga dalam memasarkannya," ujar Maggie.
Performa Pesawat NC 295
C295 versi anti-kapal selam milik Portugis. (Foto: Airbus Military)
Sekitar pukul 09.00 WIB pesawat NC 295 dengan tim penerbang dari Airbus Military, yakni pilot kapten Alejandro Madurga Cruz, co-pilot Bernardo Saez de Benito,flight mechanic Yose Maria Gomez, flight test engineer Yuan Yose Baeza, take off membawa Wamenhan Sjafrie Sjamsoeddin beserta rombongan untuk bermanuver menuju Lampung di Skuadron 2, Lanud Halim Perdana Kusuma, Jakarta, Jumat (7/10/2011).
Rencananya, rombongan wartawan akan menjajal kemampuan pesawat transportasi militer tersebut pukul 13.00 WIB. Pesawat NC 295 yang diluncurkan pada 1996 merupakan pesawat transportasi militer taktis ukuran menengah.
Pesawat yang memiliki kecepatan terbang normal hingga 260 knot (480 kilometer perjam) adalah pesawat generasi baru dengan perangkat pendaratan yang retractable. Pesawat ini mampu membawa muatan hingga 9 ton dengan ditenagai dua mesin turboprop Pratt & Whitney Canada PW127G sehingga memiliki performa panas dan tinggi yang luar biasa, konsumsi bahan bakar rendah, dan jangkauan yang jauh.
Untuk proses memasukkan dan mengeluarkan palet kargo di daerah terpencil tanpa membutuhkan peralatan darat, pesawat ini memiliki sistem transfer palet kargo otomatis, yakni APTS (autonomous pallet transfer system).
Dengan performa tersebut tidak heran bila pesawat berukuran panjang 12,7 meter ini mampu mengangkut hingga 71 pasukan, 49 penerjun payung, dan satu penerjun utama.
Untuk sebuah konfigurasi evakuasi medis (MEDEVAC), NC 295 dapat membawa 24 tandu dengan 6 kursi petugas medis. Pesawat dengan desain sistem sederhana, kokoh, dan kemampuan yang multifungsi ini juga sudah berstandar keselamatan internasional termasuk persyaratan FAR 25.
Keandalan NC 295 juga telah terbukti sukses menjalankan misi, salah satunya mendukung perang global melawan terorisme di Irak dan Afganistan. Pada lawatannya selama 2 minggu ke Indonesia yang bekerja sama dengan AURI dan PT DI, pesawat NC 295 akan memeragakan kemampuan multimisi dan operasional untuk dioperasikan di lingkungan Indonesia dan menjawab kebutuhan Angkatan Udara Republik Indonesia.
Sumber: KOMPAS
Berita Pertahanan dan Keamanan, Industri Militer Indonesia dan Dunia, Wilayah Kedaulatan NKRI serta Berita Militer Negara Sahabat
Friday, October 7, 2011
Danguspurlatim Tutup Latma Flash Iron 11-02
7 Oktober 2011, Surabaya (Dispenarmatim): Komandan Gugus Tempur Laut Kawasan Timur (Danguspurlatim) Laksamana Pertama TNI Sulaiman Banjar Nahor. SE.MSc. Bertindak sebagai Inspektur Upacara (Irup) penutupan Latihan Bersama (Latma) Flash Iron 11-02 JCET antara Komando Pasukan Katak (Kopaska) TNI AL dengan US Navy Seal di gedung Pusat Latihan Kapal Perang (Puslat Kaprang) Kolat Koarmatim Ujung Surabaya, (07/10). Hadir dalam upacara penutupan itu para pejabat teras dan Kasatker dilingkungan Koarmatim serta peserta latihan dari Kopaska dan Navy Seal.
Penutupan latihan bergengi antara dua pasukan khusus dari dua negara itu diawali dengan laporan pelaksanaan latihan oleh Komandan Satuan (Dansat) Kopaska Koarmatim Kolonel Laut (P) Yeheskiel Katiandagho Pelaksanaan Latihan Bersama Flash Iron 11-02. Kegiatan latihan itu dilaksanakan selama 25 hari mulai tanggal 12 September sampai dengan 07 Oktober 2011 yang diikuti oleh peserta terdiri dari empat tim Kopaska TNI AL dan satu tim US Navy Seal serta para pendukung.
Penutupan Latihan ditandai dengan pelepasan tanda peserta latihan oleh Danguspurlatim terhadap dua orang perwakilan peserta latihan baik dari dari Kopaska maupun Navy Seal.
Panglima Komando Armada RI Kawasan Timur (Pangarmatim) Laksamana Muda TNI Ade Supandi. SE. Dalam amanatnya yang dibacakan oleh Irup antara lain mengatakan, latihan bersama yang dilaksanakan selama kurang lebih satu bulan ini, merupakan kebijakan antara Pemerintah Indonesia dengan Amerika Serikat, yang diwujudkan dalam bentuk kerja sama bidang militer.
Kebijakan ini secara makro bertujuan guna menyelaraskan kepentingan bersama serta saling membangun pengertian antar kedua negara. Oleh karena itu program latihan bersama ini memilki manfaat yang sangat positif serta bernilai strategis, sehingga diharapkan agar latihan ini dapat dilaksanakan secara berkelanjutan, terprogram dan berjenjang, disertai peningkatan materi ltihandan prinsip saling menghormati dan menguntungkan kedua negara.
Disisi lain, latihan ini merupakan salah satuprogram TNI AL dalam upaya pembinaan personel, khususnya peningkatan profesionalisme prajurit Kopaska TNI AL dalam melaksanakan peperangan laut khusus (Naval Special Warfare). Dengan menggelar latihan bersama ini, diharapkan dapat meningkatkan dan mengembangkan kemampuan teknik dan taktik baik perorangan maupun tim, sehingga akan membentuk prajurit yang profesional. Tegas Pangarmatim
Materi yang dilaksanakan dalam latihan itu antara lain meliputi penerjunan (Military Free Fall), kemampuan menembak (Markmanship), pengamanan VIP Personel Security Detail (PSD), pendaratan pantai Over The Beach (OTB), pertempuran hutan Jungle Warfare, kemampuan bertahan hidup dihutan (Junggle Survival), penanganan dan penjinakan ranjau (EOD/IEDD) serta penanggulanagan aksi kejahatan di laut Maritime Iterdiction Operation (MIO).
Sumber: Koarmatim
Kopaska Dan Navy Seals Latihan Demolisi
5 Oktober 2011, Karang Tekok (Dispenarmatim): Komando Pasukan Katak (Kopaska) TNI AL dan US Navy Seal melaksanakan latihan penghancuran sasaran menggunkan bahan peledak (Demolisi) bertempat di Pusat Latihan Tempur (Puslatpur) Marinir Karang Tekok Situbondo, Selasa (04/10). Kegiatan itu merupakan rangkaian Latihan Bersama (Latma) Flash Iron 11-02 JCET antara Kopaska TNI AL dan US Navy Seal.
Pasukan khusus negeri Paman Sam itu memaparkan tentang sistim, cara kerja dan prosedur pengamanan dan penggunaan bahan peledak yang mereka miliki kepada personel Pasukan Katak yang mengikuti kegiatan Latma tersebut. Mereka membawa peralatan demolisi yang tergolong canggih dan belum dimiliki oleh militer Indonesia yaitu bahan peledak berbentuk padat jenis C4.
Mesikipun sudah tidak asing dengan peralatan demolisi namun pasukan khusus TNI AL itu tetap memperhatikan setiap instruksi yang disampaikan oleh personel Navy Seal dengan seksama. Satu persatu personel Kopaska mendapat kesempatan untuk merakit bahan peledak jenis C4 secara langsung. Selanjutnya mereka memasang peledak itu di sebuah lembah yang berada di area perbukitan Puslatpur Marinir Karang Tekok kemudian meledakkanya dari jarak yang aman.
Gladi demolisi itu disaksikan langsung oleh Komandan Satuan (Dansat) Kopaska Koarmatim Kolonel Laut (P) Yeheskiel Katiandago yang terus memantau jalannya latihan bersama Flash iron 11-02. Hasil yang didapat dari materi latihan demolisi itu bagi prajurit yang baru masuk jajaran Kopaska adalah mendapat pengetahuan baru tentang perakitan bahan menggunakan C4.
Sumber: Dispenarmatim
Pangarmatim Resmikan Lanal Morotai
6 Oktober 2011, Morotai (Dispenarmatim): Panglima Komando Armada RI Kawasan Timur (Pangarmatim) Laksamana Muda TNI Ade Supandi, S.E meresmikan Pangkalan TNI Angkatan Laut (Lanal) Morotai di Kabupaten Pulau Morotai Propinsi Maluku Utara, Rabu (5/10).
Dalam peresmian tersebut dihadiri oleh Bupati Pulau Morotai Drs. Rusli Sibua, Komandan Lantamal IX Laksamana Pertama TNI Rahardjo Dwi Prihanggono, S.H, Danlanal Ternate Kolonel Laut (P) Untung Sukoco, Kabinda Maluku Utara Laksamana Pertama TNI Joko Hariyanto, Komandan KRI Slamet Riyadi Kolonel Laut (P) Eko Wahyono, Asintel Pangarmatim Kolonel Laut (P) Bambang Udoyo, Asrena Pangarmatim Kolonel Laut (P) Firman M, Asintel Danlantamal IX Kolonel Laut (P) Arif Sumartono, Aslog Danlantamal IX Kolonel Laut (T) Didik Joko Sukmono, Komandan Lanud Morotai Mayor Lek Damar Hari Sadewo, Dandim Tobelo serta pasukan upacara Perwira, Bintara, Tamtama, Polri, Pegawai Dinas Perhubungan serta siswa-siswi SMK dan SUPM Pulau Morotai.
Letkol Laut (P) Purwadi merupakan Komandan Lanal Morotai pertama yang mengemban tugas untuk memimpin Lanal Morotai. Lanal Morotai yang memiliki pintu masuk lalu lintas internasional melalui Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) III tentunya akan memicu munculnya kerawanan terhadap kemungkinan terjadinya tindak pelanggaran oleh kapal-kapal asing.
Dalam amanatnya Pangarmatim mengatakan, bahwa pembentukan Lanal Morotai merupakan salah satu realisasi kebijakan pemimpin tentang gelar pangkalan dalam rangka mewujudkan TNI AL yang dapat diandalkan dan dibanggakan oleh bangsa Indonesia. Pengembangan dan pembangunan TNI AL merupakan suatu tuntutan kebutuhan sebagai salah satu faktor pendukung dalam meningkatkan peran TNI AL sebagai alat negara di bidang pertahanan laut.
Pembentukan Lanal Morotai juga menandai semakin meningkatnya pemahaman masyarakat terhadap negara kepulauan, tergugahnya jiwa dan semangat bahari nasional, serta orientasi pemerintah yang menyangkut pembangunan nasional pada aspek kelautan yang telah mendorong kesadaran untuk memelihara kekuatan pertahanan laut yang kuat untuk menjalin kepentingan nasional di laut.
Pesatnya perkembangan dinamika global pada aspek maritim, lanjut Pangarmatim, khususnya peningkatan kuantitas kapal-kapal asing pengguna laut di ALKI serta perairan-perairan perbatasan, memerlukan kehadiran satuan operasi TNI AL secara terus menerus dalam rangka penegakan hukum dan menjaga keamanan di wilayah yuridiksi nasional. Oleh karena itu, kehadiran satuan operasional TNI AL harus didukung dengan gelar pangkalan yang efektif, agar mampu mendukung kesiapsiagaan dan ketahanlamaan operasi.
Laut Maluku bagian Utara merupakan pintu masuk lalu lintas internasional lewat ALKI III, hal ini tentunya menjadi kerawanan dan kemungkinan terjadinya tindak pelanggaran oleh kapal-kapal asing, baik dalam pelanggaran hukum di laut ataupun gangguan keamanan seperti perompakan, pembajakan serta penangkapan ikan secara ilegal ataupun kejahatan lintas negara (transnational crime). Untuk mengantisipasi potensi kerawanan yang timbul maka perlu adanya monitoring, pengawasan serta pengendalian yang intensif oleh unsur-unsur TNI AL guna melindungi kepentingan nasional.
Secara historis, pulau Morotai memiliki catatan bersejarah dalam perang dunia ke II, bahkan oleh Jendral Dauglas Mc Arthur, Morotai disulap menjadi Pusat Komando Tentara Sekutu dengan membangun 7 lapangan terbang dan pelabuhan militer yang besar di Tanjung Dahegila sehingga kapal-kapal besar dapat merapat di pelabuhan tersebut. Berangkat dari catatan sejarah tersebut serta hasil analisis dan studi kelayakan suatu pangkalan militer, posisi Pulau Morotai sebagai titik awal dukungan operasi dipandang sangatlah strategis, guna memberikan dukungan logistik kepada unsur-unsur operasional TNI AL dan melakukan Monitoring, Surveilance and Controlling di kawasan Laut Maluku sebagai pintu masuk Utara ALKI III. Sehubungan dengan pertimbangan tersebut, maka pembentukan dan peresmian Lanal Morotai menjadi suatu kebutuhan yang sangat kita harapkan bersama.
Keberadaan Lanal Morotai juga akan mampu mengamankan hasil-hasil pembangunan yang dilakukan oleh Provinsi, maupun daerah setempat khususnya aspek kelautan. Dalam konteks semangat otonomi daerah, peran Lanal Morotai dalam melaksanakan pemberdayaan wilayah pertahanan laut, hendaknya bersinergis serta menjadi pendorong bagi pelaksanaan pembangunan daerah sehingga mampu meningkatkan kemandirian daerah dan kesejahteraan rakyat. Terrealisasinya pembentukan Lanal Morotai tentu tidak terlepas dari dorongan, dukungan dan bantuan Gubernur Maluku Utara, Bupati Morotai, satuan TNI, instansi terkait serta segenap lapisan masyarakat.
Selain meresmikan Lanal Morotai, Pangarmatim juga melaksanakan peletakan batu pertama dilahan yang akan dipakai untuk pembangunan Mako Lanal Morotai. Selanjutnya dilaksanakan pembukaan selubung papan nama di gedung sementara Lanal Morotai dan pelaksanaan penanaman pohon Trembesi oleh Ibu Endah Ade Supandi di halaman Mako sementara Lanal Morotai.
Sumber: Dispenarmatim
Indonesia Siapkan USD 325 untuk Pembelian Pesawat Tempur
PT DI tawarkan helikopter AS565 MB Panther versi anti kapal selam ke TNI AL. (Foto: Eurocopter)
7 Oktober 2011, Jakarta (Pos Kota): Pemerintah menyiapkan dana sebesar USD 325 juta untuk pemenuhan kebutuhan pembelian pesawat tempur TNI Angkatan Udara (AU).
“Kita mengalokasikan anggaran 225 juta dolar AS untuk angkutan sedang ini, tetapi kita mengikuti proses,” ujar Wakil Menteri Pertahanan (Wamenhan) Letjen TNI Purn Sjafrie Sjamsoeddin di Lanud Halim Perdanakusuma, Jumat (7/10).
Sebelumnya bersama anggota DPR komisi I, III, dan VI, Wamenhan mengikuti demo terbang pesawat NC-295 buatan Spanyol dari Halim PK ke Lampung, dan kembali lagi ke Halim.
Menurut Sjafrie, proses ini mencakup pertimbangan dari pengguna yakni TNI, DPR, dan pengambil keputusan (pemerintah).
Sjafrie menjelaskan, pemerintah tengah menjajaki pembelian pesawat yang nantinya akan diproduksi PT DI berdasarkan lisensi EADS Military.
Maggie Bergsma, Airbus Head of Media Relations Communications mengatakan, pihaknya akan mengadakan tinjauan performa PT DI berikut pembekalan manajemen sehingga memperkuat performa PT DI. Hal itu tidak hanya dalam memproduksi pesawat, tetapi juga dalam memasarkannya,” ujar Maggie.
PT DI sendiri kini sudah mampu membuat pesawat sesuai kebutuhan TNI. Kebutuhan alutsista yang dapat dipenuhi PT DI dibagi dalam empat jenis. Pertama, produk pesawat terbang militer tipe CN235 MPA sebanyak 1 unit senilai Rp350 miliar per unit pada 2012 untuk TNI AU.
Selain itu, juga bisa dibuatkan CN235 Patroli Maritim sebanyak tiga unit seharga masing-masing 30 juta dolar AS untuk TNI AL. Terakhir, pesawat pengganti F-27 dan NC-212 sebanyak 8 unit senilai USD 325 juta untuk TNI AU tahun 2011.
Kedua, kelompok helikopter jenis Bell 412EP tipe serbu sebanyak delapan unit bernilai 85 juta dolar AS pada tahun 2011 dan 2012. Lalu Bell 412EP tipe angkut delapan unit senilai USD 85 juta .
Selain itu, bisa juga dibuatkan helikopter jenis AS-550 Fennec sebanyak delapan unit seharga USD 90 juta pada tahun 2011. Ketiganya ditawarkan kepada TNI AD.
Adapun helikopter yang ditawarkan ke TNI AU adalah helikopter jenis EC-725 Cougar Combat SAR sebanyak enam unit bernilai USD 200 juta dan helikopter NAS-332 Super Puma sebanyak dua unit senilai Rp.370 miliar.
Sementara helikopter yang ditawarkan kepada TNI AL adalah tiga unit Bell 412EP angkut sedang senilai USD 30 juta dan satu unit AS-565 Panther AKS sebesar Rp200 miliar.
Ketiga, PT DI juga siap menyediakan dua unit SUT Torpedo tipe 364 MKO untuk TNI AL senilai Rp60 miliar (untuk penjualan tahun 2013-2014).
Keempat, PT DI juga bisa menyediakan satu paket simulator terjun payung untuk TNI AD senilai Rp76 miliar.
Dengan demikian, total potensi pasar dalam negeri yang ingin digaet PT DI antara 2011-2014 adalah USD 905 juta plus Rp1,087 triliun. Itu setara Rp9,23 triliun.
Sumber: Pos Kota
7 Oktober 2011, Jakarta (Pos Kota): Pemerintah menyiapkan dana sebesar USD 325 juta untuk pemenuhan kebutuhan pembelian pesawat tempur TNI Angkatan Udara (AU).
“Kita mengalokasikan anggaran 225 juta dolar AS untuk angkutan sedang ini, tetapi kita mengikuti proses,” ujar Wakil Menteri Pertahanan (Wamenhan) Letjen TNI Purn Sjafrie Sjamsoeddin di Lanud Halim Perdanakusuma, Jumat (7/10).
Sebelumnya bersama anggota DPR komisi I, III, dan VI, Wamenhan mengikuti demo terbang pesawat NC-295 buatan Spanyol dari Halim PK ke Lampung, dan kembali lagi ke Halim.
Menurut Sjafrie, proses ini mencakup pertimbangan dari pengguna yakni TNI, DPR, dan pengambil keputusan (pemerintah).
Sjafrie menjelaskan, pemerintah tengah menjajaki pembelian pesawat yang nantinya akan diproduksi PT DI berdasarkan lisensi EADS Military.
Maggie Bergsma, Airbus Head of Media Relations Communications mengatakan, pihaknya akan mengadakan tinjauan performa PT DI berikut pembekalan manajemen sehingga memperkuat performa PT DI. Hal itu tidak hanya dalam memproduksi pesawat, tetapi juga dalam memasarkannya,” ujar Maggie.
PT DI sendiri kini sudah mampu membuat pesawat sesuai kebutuhan TNI. Kebutuhan alutsista yang dapat dipenuhi PT DI dibagi dalam empat jenis. Pertama, produk pesawat terbang militer tipe CN235 MPA sebanyak 1 unit senilai Rp350 miliar per unit pada 2012 untuk TNI AU.
Selain itu, juga bisa dibuatkan CN235 Patroli Maritim sebanyak tiga unit seharga masing-masing 30 juta dolar AS untuk TNI AL. Terakhir, pesawat pengganti F-27 dan NC-212 sebanyak 8 unit senilai USD 325 juta untuk TNI AU tahun 2011.
Kedua, kelompok helikopter jenis Bell 412EP tipe serbu sebanyak delapan unit bernilai 85 juta dolar AS pada tahun 2011 dan 2012. Lalu Bell 412EP tipe angkut delapan unit senilai USD 85 juta .
Selain itu, bisa juga dibuatkan helikopter jenis AS-550 Fennec sebanyak delapan unit seharga USD 90 juta pada tahun 2011. Ketiganya ditawarkan kepada TNI AD.
Adapun helikopter yang ditawarkan ke TNI AU adalah helikopter jenis EC-725 Cougar Combat SAR sebanyak enam unit bernilai USD 200 juta dan helikopter NAS-332 Super Puma sebanyak dua unit senilai Rp.370 miliar.
Sementara helikopter yang ditawarkan kepada TNI AL adalah tiga unit Bell 412EP angkut sedang senilai USD 30 juta dan satu unit AS-565 Panther AKS sebesar Rp200 miliar.
Ketiga, PT DI juga siap menyediakan dua unit SUT Torpedo tipe 364 MKO untuk TNI AL senilai Rp60 miliar (untuk penjualan tahun 2013-2014).
Keempat, PT DI juga bisa menyediakan satu paket simulator terjun payung untuk TNI AD senilai Rp76 miliar.
Dengan demikian, total potensi pasar dalam negeri yang ingin digaet PT DI antara 2011-2014 adalah USD 905 juta plus Rp1,087 triliun. Itu setara Rp9,23 triliun.
Sumber: Pos Kota
Kasal Terima Panglima Armada-7 Amerika
Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono, S.E. didampingi Wakil Kepala Staf TNI Angkatan Laut Laksamana Madya TNI Marsetio M.M., Asintel Panglima TNI Mayjen TNI Tisna Komara dan Wakapuspen TNI Brigjen TNI Avianto Saptono menerima kunjungan kehormatan Panglima Armada-7 USA, Vice Admiral Scott Swift di Mabes TNI Cilangkap Jakarta Timur, Jumat (7/10). Tujuan kunjungan tersebut adalah perkenalan Vice Admiral Scott Swift sebagai Panglima Armada-7 USA sekaligus silahturahmi kepada Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono, S.E. (Foto: Puspen TNI)
7 Oktober 2011, Jakarta (Dispenal): Panglima Armada-7 Amerika Serikat Vice Admiral (Laksamana Madya) Scott Swift mengadakan kunjungan kehormatan kepada Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Soeparno di Markas Besar Angkatan Laut (Mabesal), Cilangkap Jakarta Timur, Jumat (7/10).
Kunjungan orang pertama di Armada Ketujuh Amerika Serikat yang didampingi Atase Laut USA di Indonesia Kolonel Adrian Jansen ini dalam rangka memperkenalkan diri sehubungan Laksamana Madya Scott Swift baru saja dilantik menjadi Panglima Armada Ketujuh AS pada 7 September 2011 lalu.
Menurut Panglima Armada Ketujuh Amerika Serikat Laksamana Madya Scott Swift negaranya memandang bahwa Indonesia sebagai negara penting di kawasan Asia Pasifik. Karena kepentingan inilah Indonesia dijadikan negara pertama yang ia kunjungi dalam rangka perkenalan dirinya selaku pejabat baru.
Selain perkenalan, dibicarakan pula masalah keangkatanlautan kedua negara serta permasalahan maritim lainnya. Turut mendampingi Kasal pada penerimaan tersebut Wakasal Laksdya TNI Marsetio, M.M. dan Waasrena Kasal Laksma TNI Desi Albert Mamahit, M.Sc. Tampak Kasal Laksamana TNI Soeparno dan tamunya saat melaksanakan salam komando.
Sumber: Dispenal
7 Oktober 2011, Jakarta (Dispenal): Panglima Armada-7 Amerika Serikat Vice Admiral (Laksamana Madya) Scott Swift mengadakan kunjungan kehormatan kepada Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Soeparno di Markas Besar Angkatan Laut (Mabesal), Cilangkap Jakarta Timur, Jumat (7/10).
Kunjungan orang pertama di Armada Ketujuh Amerika Serikat yang didampingi Atase Laut USA di Indonesia Kolonel Adrian Jansen ini dalam rangka memperkenalkan diri sehubungan Laksamana Madya Scott Swift baru saja dilantik menjadi Panglima Armada Ketujuh AS pada 7 September 2011 lalu.
Menurut Panglima Armada Ketujuh Amerika Serikat Laksamana Madya Scott Swift negaranya memandang bahwa Indonesia sebagai negara penting di kawasan Asia Pasifik. Karena kepentingan inilah Indonesia dijadikan negara pertama yang ia kunjungi dalam rangka perkenalan dirinya selaku pejabat baru.
Selain perkenalan, dibicarakan pula masalah keangkatanlautan kedua negara serta permasalahan maritim lainnya. Turut mendampingi Kasal pada penerimaan tersebut Wakasal Laksdya TNI Marsetio, M.M. dan Waasrena Kasal Laksma TNI Desi Albert Mamahit, M.Sc. Tampak Kasal Laksamana TNI Soeparno dan tamunya saat melaksanakan salam komando.
Sumber: Dispenal
PT DI Rangkul CASA Produksi Pesawat Militer C295
Wakil Menteri Pertahanan Letjen TNI (Purn) Sjafrie Sjamsoeddin (kiri) berjabat tangan dengan Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia Budi Santoso (kanan) seusai mengikuti Demo Flight pesawat C-295 di Skadron Dua, Landasan Udara Halim Perdana Kusuma, Jakarta Timur, Jumat (7/10). Tujuan tur tersebut untuk memperagakan kemampuan multi misi dan karakteristik operasional pesawat C-295, untuk dioperasikan dilingkungan Indonesia dan menjawab kebutuhan Angkatan Udara Republik Indonesia. (Foto: ANTARA/M Agung Rajasa/Koz/pd/11)
6 Oktober 2011, Jakarta (Bisnis): PT Dirgantara Indonesia dan European Aeronautic Defense and Space (EADS)-CASA Spanyol akan bersinergi merancang pembuatan pesawat Airbus Military C295 guna menjawab kebutuhan Angkatan Udara Republik Indonesia.
Kedua pihak sepakat untuk membuat enam hingga sembilan pesawat di Indonesia. Sebagian pesawat lagi akan dibangun EADS-CASA di fasilitas pabrik pesawat terbang milik Airbus Military di San Pablo Sevilla Spanyol.
Head of Media Relation Airbus Military Maggie Bergsma mengatakan pesawat ini dapat mengangkut hingga 71 pasukan dan 49 penerjung payung dengan peralatan lengkap ditambah dengan satu orang penerjun utama.
Dengan konfigurasi evakuasi medis, Maggie mengungkapkan C295 dapat membawa hingga 24 tandu dengan 6 kursi tambahan untuk petugas medis."Ada banyak ragam kemampuan yang diusung oleh pesawat tersebut."
Wakil Menteri Pertahanan Letjen TNI (Purn) Sjafrie Sjamsoeddin (kiri) dan Komandan Wing 1 Lanud Halim Perdana Kusuma Kolonel Penerbang Tri Bowo Budi Santoso (kanan) berbincang usai mengikuti Demo Flight pesawat C-295. (Foto: ANTARA/M Agung Rajasa/Koz/pd/11)
C295, sambung Maggie, juga dilengkapi autonomous pallet transfer system, sebuah sistem transfer palet kargo otomatis yang dapat diletakkan di bagian belakang pesawat.
Menurut Maggie, APTS ini memudahkan proses memasukkan dan mengeluarkan palet kargo di daerah terpencil tanpa membutuhkan peralatan dukungan darat.
Pesawat C295 akan terbang ke berbagai daerah di Indonesia dan melakukan sejumlah demonstrasi seperti pendaratan pendek di landasan tidak beraspal, proses pemuatan kargo dengan berbagai macam peralatan, serta uji terbang dalam berbagai misi dan kondisi.
Sumber: Bisnis
6 Oktober 2011, Jakarta (Bisnis): PT Dirgantara Indonesia dan European Aeronautic Defense and Space (EADS)-CASA Spanyol akan bersinergi merancang pembuatan pesawat Airbus Military C295 guna menjawab kebutuhan Angkatan Udara Republik Indonesia.
Kedua pihak sepakat untuk membuat enam hingga sembilan pesawat di Indonesia. Sebagian pesawat lagi akan dibangun EADS-CASA di fasilitas pabrik pesawat terbang milik Airbus Military di San Pablo Sevilla Spanyol.
Head of Media Relation Airbus Military Maggie Bergsma mengatakan pesawat ini dapat mengangkut hingga 71 pasukan dan 49 penerjung payung dengan peralatan lengkap ditambah dengan satu orang penerjun utama.
Dengan konfigurasi evakuasi medis, Maggie mengungkapkan C295 dapat membawa hingga 24 tandu dengan 6 kursi tambahan untuk petugas medis."Ada banyak ragam kemampuan yang diusung oleh pesawat tersebut."
Wakil Menteri Pertahanan Letjen TNI (Purn) Sjafrie Sjamsoeddin (kiri) dan Komandan Wing 1 Lanud Halim Perdana Kusuma Kolonel Penerbang Tri Bowo Budi Santoso (kanan) berbincang usai mengikuti Demo Flight pesawat C-295. (Foto: ANTARA/M Agung Rajasa/Koz/pd/11)
C295, sambung Maggie, juga dilengkapi autonomous pallet transfer system, sebuah sistem transfer palet kargo otomatis yang dapat diletakkan di bagian belakang pesawat.
Menurut Maggie, APTS ini memudahkan proses memasukkan dan mengeluarkan palet kargo di daerah terpencil tanpa membutuhkan peralatan dukungan darat.
Pesawat C295 akan terbang ke berbagai daerah di Indonesia dan melakukan sejumlah demonstrasi seperti pendaratan pendek di landasan tidak beraspal, proses pemuatan kargo dengan berbagai macam peralatan, serta uji terbang dalam berbagai misi dan kondisi.
Sumber: Bisnis
Indonesia dan Brunei Jajaki Kerjasama Pembuatan Kapal Perang
6 Oktober 2011, Jakarta (DMC): Menteri Pertahanan RI, Purnomo Yusgiantoro, Kamis (6/10) di Kantor Kementerian Pertahanan RI menerima kunjungan kehormatan Panglima Angkatan Tentera Laut Diraja Brunei Darussalam, Laksamana Pertama (L) Dato Seri Pahlawan Haji Abdul Halim Bin Haji Mohd Hanifah SMB ndc, MA, psc.
Maksud kunjungan Panglima Angkatan Tentera Laut Diraja Brunei Darussalam kali ini adalah menyampaikan perkembangan kerjasama pertahanan, khususnya Angakatan Laut kedua negara. Selain itu dalam pertemuan tersebut juga di bahas peluang-peluang kerjasama bidang industri pertahanan dalam hal pembangunan kapal perang kedua negara.
Pada kesempatan kunjungannya itu, Laksamana Pertama (L) Dato Seri Pahlawan Haji Abdul Halim Bin Haji Mohd Hanifah juga menyampaikan rasa terima kasih kepada Pemerintah Indonesia khususnya Kementerian Pertahanan RI, sehubungan dengan keikutsertaannya dalam kegiatan BRIDEX 2011 yang lalu.
Saat menerima kunjungan Panglima Angkatan Tentara Laut Diraja Brunei Darussalam, Menhan didampingi oleh Wakil Kepala Staf Angkatan Laut (Wakasal), Laksamana Madya TNI Marsetio, M.M, serta sejumlah pejabat di jajaran Kemhan
Sebelum berkunjung ke Menhan, Panglima Angkatan Tentara Laut Diraja Brunei Darussalam telah bertemu dengan Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Soeparno, Kantor Mabes TNI Angkatan Laut, Cilangkap, Jakarta.
Sumber: Kemhan
TNI-Polri Kembali Gelar Latihan Antiteror
7 Oktober 2011, Jakarta (ANTARA News): Tentara Nasional Indonesia dan Polri kembali melakukan latihan gabungan antiteror pada akhir Oktober 2011, guna meningkatkan sinergitas dan koordinasi kedua institusi dalam penanggulangan teror.
Apel kesiapan latihan gabungan antiteror dengan sandi "Waspada Nusa III" di gelar di Markas Komando Komando Pasukan Khusus TNI Angkatan Darat (Kopassus) Cijantung, Jakarta, Jumat.
Apel kesiapan yang diikuti seluruh personel pasukan khusus TNI-Polri dipimpin Brigjen Pol Aries selaku Direktur Geladi (Dirgla) latihan bersama penanggulangan teror TNI-Polri Waspada Nusa III.
Brigjen Pol Aries dalam apel itu didampingi Wadirgla Brigjen TNI Doni Monardo yang sehari-hari menjabat Wakil Komandan Danjen Kopassus.
Latihan gabungan yang akan digelar pada 27 Oktober tersebut, menetapkan beberapa lokasi sebagai tempat simulasi penanganan terorisme, baik di darat maupun di laut.
Beberapa tempat itu antara lain Hotel Sultan, Gedung Bursa Efek Indonesia, Pelabuhan Peti Kemas Tanjung Priok dan Gedung TVRI, kata perwira penerangan Kopassus Susilo.
Latihan serupa sebelumnya telah digelar pada 2008 dan 2010, dengan mengambil beberapa lokasi simulasi yang sama pula.
Sebelumnya pada peringatan HUT ke-66 TNI, Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono mengingatkan kembali pentingnya keterlibatan TNI dalam penanggulangan terorisme.
"Meskipun masalah keamanan dan ketertiban masyarakat menjadi tanggung jawab kepolisian negara, namun TNI harus ikut serta dalam mencegah timbulnya aksi terorisme yang membahayakan rakyat tidak berdosa, serta gerakan separatis bersenjata yang mengancam kedaulatan negara," ujar Presiden.
Sumber: ANTARA News
Thursday, October 6, 2011
Taruna AAU Berlatih di Thailand dan Vietnam
6 Oktober 2011, Jakarta (KOMPAS.com): Sebanyak 124 Taruna (Karbol) Akademi Angkatan Udara berlatih di Thailand dan Vietnam (10-12 Oktober).
Para Karbol mendapat pembekalan Wakil Asisten Pengamanan (Waaspam) TNI AU Marsekal Pertama TNI Haryanto R di Jakarta, Kamis (6/10/2011).
"Kalian adalah duta bangsa dan berikan yang terbaik dalam tutur kata, tingkah laku dan penampilan. Kalian akan bergaul dengan kadet dari Thailand dan Vietnam," kata Haryanto.
Muhibah ini ditujukan mempererat hubungan antara Negara Negara yang di kunjungi dan memiliki Angkatan udara. Royal Thai Air Force (RTAF) dan TNI AU telah lama menjalin hubungan bilateral dengan tukar menukar kadet dan saling mengunjungi.
Sedangkan ke Vietnam baru kali ini dilakukan kunjungan guna menjalin hubungan yang baik kedua Negara terutama Angkatan Udara. Pengarahan di gedung GSM ini akan dilanjutkan dengan pembekalan yang dilakukan oleh Gubernur AAU Marsda TNI Bambang Samoedro.
Kepala Departemen Matra AAU juga akan memberikan pembekalan terkait hal-hal teknis yang harus dilakukan ketika di Thailand dan Vietnam.
Sumber: KOMPAS
Wamenhan Pimpin Rapat Pengambilan Keputusan Pengadaan Alutsista TNI
6 Oktober 2011, Jakarta (DMC): Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin selaku Ketua High Level Committee (HLC) memimpin rapat dalam rangka pengambilan keputusan tentang pengadaan Alutsista TNI melalui proses Clearing House, Jum’at (30/9) di kantor Kementerian Pertahanan, Jakarta. Rapat tersebut dihadiri oleh Kasum TNI yang diwakili Asrenum Panglima TNI Laksamana Muda TNI Among Margono, S.E, , Wakil Kepala Staf Angkatan Darat (Wakasad) Letjen TNI Budiman, Wakil Kepala Staf Angkatan Laut (Wakasal) Laksamana Madya TNI Marsetio,M.M, dan Wakil Kepala Staf Angkatan Udara (Wakasau) Marsekal Muda TNI Dede Rusamsi.
Sumber: Kemhan
Sumber: Kemhan
Danlantamal IV: Alutsista Perbatasan Perlu Ditingkatkan
5 Oktober 2011, Tanjungpinang (ANTARA News): Komandan Pangkalan Utama TNI Angkatan Laut IV/Tanjungpinang Laksamana Pertama TNI Darwanto mengatakan alat utama sistem kesenjataan TNI di daerah perbatasan perlu ditingkatkan sehingga cukup untuk menjaga keutuhan negara.
Kepulauan Riau merupakan daerah perbatasan dan perlu alat utama sistem kesenjataan (alutsista) yang cukup terutama bagi kapal TNI Angkatan Laut dalam menjaga kedaulatan negara, kata Darwanto usai menjadi inspektur upacara Hari Ulang Tahun TNI ke-66 di Lapangan Dewa Ruci Tanjungpinang, Rabu.
Peningkatan alutsista menurut dia juga sesuai dengan amanat Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono yang menyebutkan upaya modernisasi alutsista diperlukan untuk sistem pertahanan yang tangguh.
"Upaya peningkatan alutsista sesuai dengan kebutuhan wilayah masing-masing," katanya.
Menurut dia, wilayah laut di Kepulauan Riau (Kepri) cukup rawan penyelundupan orang maupun pencurian ikan sehingga perlu ditingkatkan terutama dengan patroli dan berkoordinasi dengan Gugus Keamanan Laut Armada RI Kawasan Barat.
"Kami juga tetap berkoordinasi dengan instansi terkait secara intensif untuk mencegah tindakan pelanggaran di laut," katanya.
Menurut dia, tindakan ilegal seperti pencurian ikan juga sudah jauh berkurang di wilayah Kepri dibandingkan tiga sampai empat tahun yang lalu.
"Sudah jauh berkurang, dibandingkan tiga atau empat tahun yang lalu mencapai 150 kapal asing yang kami proses per tahun karena mencuri ikan," kata Darwanto.
Perayaan HUT TNI ke-66 di Provinsi Kepri berlangsung sederhana, hanya ditandai dengan upacara militer yang dipusatkan di Lapangan Dewa Ruci Tanjungpinang.
Berbeda dengan tahun sebelumnya yang dimeriahkan dengan pertunjukan "marching band" dari siswa taruna militer serta aksi pasukan khusus TNI melumpuhkan teroris untuk menyelamatkan sandera pejabat negara.
Menurut Darwanto, pelaksanaan HUT TNI ke-66 yang sederhana bertujuan untuk lebih mendekatkan TNI dengan masyarakat.
"Di pusat sudah dilaksanakan kegiatan militer, kami lebih berupaya untuk mendekatkan diri dengan masyarakat biar nuansanya tidak terlalu militan," ujarnya.
Upacara tersebut juga dihadiri oleh Gubernur Kepri HM Sani, dan sejumlah kepala daerah serta pejabat pemerintahan dan militer serta anggota DPRD Kepri.
Bertindak sebagai komandan upacara Komandan Kodim 0315/Bintan, Letkol Inf Jimmy Watuseke.
Sumber: ANTARA News
TNI Harus Maksimalkan Alutsista Yang Ada
5 Oktober 2011, Madiun (ANTARA News): Komandan Batalyon Infanteri (Yonif) Lintas Udara (Linud) 501/Bajra Yudha Madiun, Letkol Infanteri Bambang S menyatakan Tentara Nasional Indonesia (TNI) tidak boleh menyerah dengan alat utama sistem persenjataan (alutsista) yang ada, tapi justru harus mampu memaksimalkan pemanfaatannya.
"Dengan alutsista yang ada, TNI harus bisa meningkatkan kemampuan dan profesionalitas dalam mengamankan negara," katanya usai pelaksanaan upacara HUT TNI ke-66 di alun-alun Kota Madiun, Rabu.
Menurut dia, kesatuannya harus mampu memaksimalkan alutsista yang ada. Sebagai kesatuan tempur di lini depan, kemampuan dalam berpatroli dan bertempur harus terus ditingkatkan meski alutsista yang ada terbatas.
"Senjata bukan segala-galanya, namun kemampuan yang kami miliki, baik dalam hal perorangan maupun kesatuan harus terus ditingkatkan," katanya.
Kemampuan yang dimaksud Lektol Infanteri Bambang S adalah tingkat kehandalan, solid, serta naluri dan kecepatan di lapangan. Hal-hal tersebut dapat dilatih melalui pelatihan-pelatihan seperti simulasi dan latihan menembak secara berkala.
"Meski amunisi dalam keadaan terbatas, jika latihan dilakukan dengan teratur, maka semuanya akan dapat digunakan dan tepat sasaran," ucapnya.
Ditanya tentang kemungkinan wajib militer dalam mengatasi ancaman terhadap kedaulatan negara dari luar maupun dari dalam, ia hanya menyatakan bahwa pihaknya hanya sebagai pihak pelaksana saja.
"Saat ini Departemen Pertahanan sedang membahas tentang komponen cadangan sebagai wajib militer setelah TNI. Kami sebagai TNI hanya tinggal menjalankannya saja setelah ada ketentuan pasti," katanya.
Karena itu, jika suatu saat kondisi negara dalam keadaan darurat, TNI merupakan lapis pertama untuk mengamankan negara, sedangkan lapis keduanya adalah komponen cadangan ini. Komponen cadangan ini antara lain meliputi Polri, Forum Komunikasi Putra Putri Purnawirawan/TNI-Polri (FKPPI), pramuka, dan lainnya.
Terhadap komponen cadangan ini akan terus dilakukan pemantauan. Pemantauan ini dilakukan oleh kesatuan masing-masing wilayah.
Ia menambahkan, bertepatan dengan HUT TNI ke-66 tahun ini, diharapkan kinerja TNI semakin baik dalam mengamankan negara.
Sumber: ANTARA News
Dubes dan Duta Pertahanan Korsel Kunjungi Markas Marinir
Aktor dan Model Korea selatan Hyun Bin (kiri) bersama Dankormar Mayjen TNI (Mar) Alfan Baharudin (tengah) ketika mengunjungi Brigade 2 Marinir di Cilandak, Jakarta, Kamis (6/10). Hyun Bin merupakan Duta Pertahanan Korsel untuk RI itu saat ini masih menjalani wajib militer sebagai anggota marinir Korsel. (Foto: ANTARA/Saptono/Spt/11)
6 Oktober 2011, Jakarta (Jurnas.com): Duta Besar Korea Selatan, Kim Young-Sun mengunjungi Markas Komando Marinir di Cilandak, Rabu (6/10). Menyambut kedatangan Kim, Marinir menyuguhkan demonstrasi kemampuan tempur serta alat utama sistem persenjataan (Alutsista) yang dimiliki.
Pasukan anti teror Angkatan Laut, Detasemen Jala Mangkara (Denjaka) menampilkan beladiri marinir serta kelihaian snipernya. Selain itu, dilakukan juga simulasi operasi pembebasan sandera oleh teroris. Operasi pembebasan ini mengerahkan pasukan dari laut, udara dan diperlihatkan kemampuan memanjat tembok.
Marinir juga menunjukkan kemampuan kendaraan tempur LVT-7 yang merupakan pemberian Korea Selatan. LVT-7 merupakan salah satu kendaraan tempur (ranpur) Marinir yang mempunyai kemampuan berjalan di air dan juga membelah track off road. LVT-7 tersebut berjalan menelusuri sungai dan membelah jalanan off road yang berada di komplek Mako Marinir.
Dalam kunjungan tersebut, Kim Young- Sun didampingi duta militer Korea Selatan sekaligus model dan aktor Korea Hyung Bin.
Aktor dan Model Korea selatan Hyun Bin bersama Dankormar Mayjen TNI (Mar) Alfan Baharudin (kanan) mencoba tank amphibi BMP-3F ketika mengunjungi Brigade 2 Marinir di Cilandak, Jakarta, Kamis (6/10).(Foto: ANTARA/Saptono/Spt/11)
Aktor dan Model Korea selatan Hyun Bin (kiri) didampingi Dankormar Mayjen TNI (Mar) Alfan Baharudin (kanan) mencoba senjata serbu M16 ketika. (Foto: ANTARA/Saptono/Spt/11)
Aktor dan Model Korea selatan Hyun Bin (kiri) bersama Dankormar Mayjen TNI (Mar) Alfan Baharudin (kanan) mencoba mencoba makanan masakan prajurit marinir. (Foto: ANTARA/Saptono/Spt/11)
Sumber: Jurnas
6 Oktober 2011, Jakarta (Jurnas.com): Duta Besar Korea Selatan, Kim Young-Sun mengunjungi Markas Komando Marinir di Cilandak, Rabu (6/10). Menyambut kedatangan Kim, Marinir menyuguhkan demonstrasi kemampuan tempur serta alat utama sistem persenjataan (Alutsista) yang dimiliki.
Pasukan anti teror Angkatan Laut, Detasemen Jala Mangkara (Denjaka) menampilkan beladiri marinir serta kelihaian snipernya. Selain itu, dilakukan juga simulasi operasi pembebasan sandera oleh teroris. Operasi pembebasan ini mengerahkan pasukan dari laut, udara dan diperlihatkan kemampuan memanjat tembok.
Marinir juga menunjukkan kemampuan kendaraan tempur LVT-7 yang merupakan pemberian Korea Selatan. LVT-7 merupakan salah satu kendaraan tempur (ranpur) Marinir yang mempunyai kemampuan berjalan di air dan juga membelah track off road. LVT-7 tersebut berjalan menelusuri sungai dan membelah jalanan off road yang berada di komplek Mako Marinir.
Dalam kunjungan tersebut, Kim Young- Sun didampingi duta militer Korea Selatan sekaligus model dan aktor Korea Hyung Bin.
Aktor dan Model Korea selatan Hyun Bin bersama Dankormar Mayjen TNI (Mar) Alfan Baharudin (kanan) mencoba tank amphibi BMP-3F ketika mengunjungi Brigade 2 Marinir di Cilandak, Jakarta, Kamis (6/10).(Foto: ANTARA/Saptono/Spt/11)
Aktor dan Model Korea selatan Hyun Bin (kiri) didampingi Dankormar Mayjen TNI (Mar) Alfan Baharudin (kanan) mencoba senjata serbu M16 ketika. (Foto: ANTARA/Saptono/Spt/11)
Aktor dan Model Korea selatan Hyun Bin (kiri) bersama Dankormar Mayjen TNI (Mar) Alfan Baharudin (kanan) mencoba mencoba makanan masakan prajurit marinir. (Foto: ANTARA/Saptono/Spt/11)
Sumber: Jurnas
Enam Panser Anoa Perkuat Kodam V/Brawijaya
Panser Anoa. (Foto: Berita HanKam)
5 Oktober 2011, Surabaya (ANTARA News): Kodam V/Brawijaya menambah enam unit alat utama sistem senjata (alutsista) berupa panser "Anoa" buatan dalam negeri atau PT Pindad Indonesia.
"Kami baru saja menambah alutsista panser bernama Anoa buatan PT Pindad Indonesia," ujar Pangdam V/Brawijaya Mayjen TNI Gatot Nurmantyo di sela peringatan HUT ke-66 TNI di Surabaya.
Dari enam panser "Anoa" yang dipesan, dua unit di antaranya sudah dipamerkan di hadapan para prajurit dan ribuan warga yang memadati lapangan upacara yang dipusatkan di Makodam V/Brawijaya, Surabaya.
"Empat lainnya juga dipamerkan, tapi tidak ikut dalam barisan defile. Semua itu kami fasilitasi untuk batalyon raider," tukas jenderal bintang dua tersebut.
Pangdam menegaskan, khusus untuk pengadaan dan pemesanan alutsista, pihaknya akan mengutamakan senjata buatan dalam negeri yang diproduksi oleh anak bangsa Indonesia.
Selain itu, kata dia, program tersebut merupakan kebijakan pemerintah pusat agar semua persenjataan utama di kalangan TNI menggunakan buatan dalam negeri.
"Perlahan tapi pasti, TNI akan menggunakan senjata buatan putra Indonesia sendiri. Ini juga kebijakan dari pemerintah," tukas Panglima Komando Garnisun Tetap III/Surabaya tersebut.
Selain memamerkan dua panser barunya, dalam peringatan HUT ke-66 TNI, juga dipamerkan 95 kendaraan dan peralatan tempur, di antaranya delapan unit mobil pertempuran jarak dekat dan 10 unit meriam 57 mm milik Arhanudse-8.
Ada pula, delapan unit kendaraan lapis baja milik Kaveleri serbu 3, tank AMX 10 milik Marinir TNI AL, empat unit tank Scorpion, meriam Howitzer 122 milimeter, serta tiga unit helikopter milik Puspenerbal.
Sumber: ANTARA News
5 Oktober 2011, Surabaya (ANTARA News): Kodam V/Brawijaya menambah enam unit alat utama sistem senjata (alutsista) berupa panser "Anoa" buatan dalam negeri atau PT Pindad Indonesia.
"Kami baru saja menambah alutsista panser bernama Anoa buatan PT Pindad Indonesia," ujar Pangdam V/Brawijaya Mayjen TNI Gatot Nurmantyo di sela peringatan HUT ke-66 TNI di Surabaya.
Dari enam panser "Anoa" yang dipesan, dua unit di antaranya sudah dipamerkan di hadapan para prajurit dan ribuan warga yang memadati lapangan upacara yang dipusatkan di Makodam V/Brawijaya, Surabaya.
"Empat lainnya juga dipamerkan, tapi tidak ikut dalam barisan defile. Semua itu kami fasilitasi untuk batalyon raider," tukas jenderal bintang dua tersebut.
Pangdam menegaskan, khusus untuk pengadaan dan pemesanan alutsista, pihaknya akan mengutamakan senjata buatan dalam negeri yang diproduksi oleh anak bangsa Indonesia.
Selain itu, kata dia, program tersebut merupakan kebijakan pemerintah pusat agar semua persenjataan utama di kalangan TNI menggunakan buatan dalam negeri.
"Perlahan tapi pasti, TNI akan menggunakan senjata buatan putra Indonesia sendiri. Ini juga kebijakan dari pemerintah," tukas Panglima Komando Garnisun Tetap III/Surabaya tersebut.
Selain memamerkan dua panser barunya, dalam peringatan HUT ke-66 TNI, juga dipamerkan 95 kendaraan dan peralatan tempur, di antaranya delapan unit mobil pertempuran jarak dekat dan 10 unit meriam 57 mm milik Arhanudse-8.
Ada pula, delapan unit kendaraan lapis baja milik Kaveleri serbu 3, tank AMX 10 milik Marinir TNI AL, empat unit tank Scorpion, meriam Howitzer 122 milimeter, serta tiga unit helikopter milik Puspenerbal.
Sumber: ANTARA News
Wednesday, October 5, 2011
Pramono: TNI Harus Modernisasi Alutsista
Sejumlah prajurit TNI berada di samping senjata berat ketika mengikuti HUT TNI ke-66 yang berlangsung di Lapangan PTC, Entrop, Jayapura, Papua, Rabu (5/10). Tema yang diusung pada HUT tersebut TNI bersama komponen bangsa siap menjaga dan menegakkan kedaulatan serta keutuhan NKRI. (Foto: ANTARA/Anang Budiono/Koz/Spt/11)
5 Oktober 2011, Jakarta (KOMPAS.com): Modernisasi alat utama sistem persenjataan atau alutsista di tubuh Tentara Nasional Indonesia (TNI) dinilai belum berjalan dengan baik. TNI didesak segera melakukan modernisasi mengingat besarnya anggaran yang didapat.
Demikian dikatakan Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Pramono Anung di Komplek DPR, Rabu (5/10/2011). Pramono dimintai tanggapan HUT ke-66 TNI.
Pramono menyoroti angkatan laut dan udara yang belum melakukan perbaikan alutsista. Pramono membandingkan kekuatan persenjataan TNI AU yang kalah kuat dibanding negara tentangga yakni Malaysia dan Singapura. Padahal, wilayah kedua negara itu jauh lebih kecil.
"Sederhana saja, pengadaan radar. Radar kita belum mencakup seluruh negara kesatuan. Jadi, kalau ada pesawat perang masuk, kita belum bisa mendeteksi secara keseluruhan. Harusnya moderinasi sudah dilakukan," ucap dia.
Meski demikian, Pramono menilai positif reformasi di internal TNI yang berjalan dengan baik. Hal itu terlihat dari permasalahan di tubuh TNI yang lebih kecil dibanding institusi lainnya.
"Sekarang TNI sudah bisa menempatkan diri sebagai penjaga pertahanan negara. Itu tentunya kita berikan apresiasi kepada TNI. Itu tidak gampang, tapi mereka bisa melakukan," pungkas politisi PDI-P itu.
Sumber: KOMPAS
5 Oktober 2011, Jakarta (KOMPAS.com): Modernisasi alat utama sistem persenjataan atau alutsista di tubuh Tentara Nasional Indonesia (TNI) dinilai belum berjalan dengan baik. TNI didesak segera melakukan modernisasi mengingat besarnya anggaran yang didapat.
Demikian dikatakan Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Pramono Anung di Komplek DPR, Rabu (5/10/2011). Pramono dimintai tanggapan HUT ke-66 TNI.
Pramono menyoroti angkatan laut dan udara yang belum melakukan perbaikan alutsista. Pramono membandingkan kekuatan persenjataan TNI AU yang kalah kuat dibanding negara tentangga yakni Malaysia dan Singapura. Padahal, wilayah kedua negara itu jauh lebih kecil.
"Sederhana saja, pengadaan radar. Radar kita belum mencakup seluruh negara kesatuan. Jadi, kalau ada pesawat perang masuk, kita belum bisa mendeteksi secara keseluruhan. Harusnya moderinasi sudah dilakukan," ucap dia.
Meski demikian, Pramono menilai positif reformasi di internal TNI yang berjalan dengan baik. Hal itu terlihat dari permasalahan di tubuh TNI yang lebih kecil dibanding institusi lainnya.
"Sekarang TNI sudah bisa menempatkan diri sebagai penjaga pertahanan negara. Itu tentunya kita berikan apresiasi kepada TNI. Itu tidak gampang, tapi mereka bisa melakukan," pungkas politisi PDI-P itu.
Sumber: KOMPAS
TNI Tambah Satu Batalyon Perbatasan di Kaltim
Sejumlah prajurit TNI melakukan atraksi beladiri dengan memecahkan guci berisi spanduk ucapan HUT TNI pada pada perayaan HUT TNI di halaman Markas Komando Resort Militer 091 Aji Suryanata Kesuma Samarinda, Rabu (5/10). Upacara peringatan HUT TNI ke-66 di Kaltim yang dipusatkan di Markas Korem 091 Samarinda dipimpin langsung Panglima Kodam VI/Mulawarman Mayor Jenderal TNI Tan Aspan yang dihadiri seluruh unsur Muspida Kaltim dan Samarinda. (Foto: Amirullah/ANTARA)
5 Oktober 2011, Samarinda (ANTARA News Kaltim): Tentara Nasional Indonesia (TNI) akan menambah satu batalyon atau sebanyak 700 hingga 1.000 personel untuk memperkuat pengamanan wilayah perbatasan Indonesia dengan Malaysia di Kalimantan Timur.
Panglima Kodam VI/Mulawarman Mayor Jenderal TNI Tan Aspan, kepada wartawan usai menjadi inspektur upacara pada peringatan HUT TNI ke-66 di halaman Markas Korem 091 Aji Suryanata Kesuma Samarinda, Rabu, mengatakan, satu batalyon personel tersebut akan ditempatkan pada dua pos pengamanan perbatasan yang akan dibangun di Kabupaten Malinau dan Kutai Barat.
"Kami merencanakan membangun dua pos perbatasan di Kabupaten Malinau dan Kutai Barat untuk menambah kekuatan pengamanan wilayah teritorial Indonesia. Setelah pos perbatasan selesai, kami akan menempatkan satu batalyon personel untuk menambah kekuatan pengamanan yang selama ini sudah ada," ungkap Tan Aspan.
Pembangunan pos perbatasan tersebut, kata Tan Aspan, masih menunggu anggaran.
"Saat ini kami masih mencari lokasi untuk pembangunan pos perbatasan tersebut. Jika anggarannya sudah tersedia tahun ini sudah bisa dilakukan," kata Tan Aspan.
Personel yang melakukan pengamanan perbatasan di Kaltim sepanjang 1038 kilometer kata dia saat ini mencapai 650 personel.
"Penambahan personel di wilayah perbatasan memang sangat penting sebab wilayah perbatasan kita di Kaltim dengan Malaysia cukup luas yakni sepanjang 1038 kilometer. Namun, kita juga harus menyadari banyak kekurangan dan hambatan pada pengamanan perbatasan tersebut tetapi sebagai prajurit itu bukan alasan untuk tidak menjalankan tugas," ungkap Tan Aspan.
Panglima Kodam VI/Mulawarman Mayor itu tidak memberikan rincian ketika ditanya jumlah pos yang dibutuhkan untuk melakukan pengamanan di wilayah perbatasan.
"Jika tidak melihat dari segi jumlah tetap letak geografisnya sebab ada beberapa tempat yang tidak perlu dibangun pos tetapi hanya dilakukan patroli," katanya.
Secara umum, katanya, pengamanan wilayah perbatasan sudah berjalan dengan baik berkat adanya bantuan dan dukungan dari pemerintah setempat termasuk kerjasama dengan tentara Malaysia.
Pengamanan wilayah perbatasan juga kata dia akan didukung rencana penambahan penambahan panjang landas pacu di tiga kabupaten yang berbatasan langsung dengan Malaysia yakni Kabupaten Nunukan, Malinau dan Kutai Barat.
"Landas pacu bandara di tiga kabupaten yang berbatasan langsung dengan Malaysia akan diperpanjang hingga 200 meter. Misalnya, bandara yang landas pacunya sepanjang 1. 200 diperpanjang hingga 1. 400 meter. Perpanjangan landas pacu ini dimaksudkan agar bisa didarati pesawat Hercules untuk mengangkut manusia dan mendistribusikan barang sehingga diharapkan harga sembako di wilayah perbatasan akan murah," ungkap Tan Aspan.
Sumber: ANTARA News Kaltim
5 Oktober 2011, Samarinda (ANTARA News Kaltim): Tentara Nasional Indonesia (TNI) akan menambah satu batalyon atau sebanyak 700 hingga 1.000 personel untuk memperkuat pengamanan wilayah perbatasan Indonesia dengan Malaysia di Kalimantan Timur.
Panglima Kodam VI/Mulawarman Mayor Jenderal TNI Tan Aspan, kepada wartawan usai menjadi inspektur upacara pada peringatan HUT TNI ke-66 di halaman Markas Korem 091 Aji Suryanata Kesuma Samarinda, Rabu, mengatakan, satu batalyon personel tersebut akan ditempatkan pada dua pos pengamanan perbatasan yang akan dibangun di Kabupaten Malinau dan Kutai Barat.
"Kami merencanakan membangun dua pos perbatasan di Kabupaten Malinau dan Kutai Barat untuk menambah kekuatan pengamanan wilayah teritorial Indonesia. Setelah pos perbatasan selesai, kami akan menempatkan satu batalyon personel untuk menambah kekuatan pengamanan yang selama ini sudah ada," ungkap Tan Aspan.
Pembangunan pos perbatasan tersebut, kata Tan Aspan, masih menunggu anggaran.
"Saat ini kami masih mencari lokasi untuk pembangunan pos perbatasan tersebut. Jika anggarannya sudah tersedia tahun ini sudah bisa dilakukan," kata Tan Aspan.
Personel yang melakukan pengamanan perbatasan di Kaltim sepanjang 1038 kilometer kata dia saat ini mencapai 650 personel.
"Penambahan personel di wilayah perbatasan memang sangat penting sebab wilayah perbatasan kita di Kaltim dengan Malaysia cukup luas yakni sepanjang 1038 kilometer. Namun, kita juga harus menyadari banyak kekurangan dan hambatan pada pengamanan perbatasan tersebut tetapi sebagai prajurit itu bukan alasan untuk tidak menjalankan tugas," ungkap Tan Aspan.
Panglima Kodam VI/Mulawarman Mayor itu tidak memberikan rincian ketika ditanya jumlah pos yang dibutuhkan untuk melakukan pengamanan di wilayah perbatasan.
"Jika tidak melihat dari segi jumlah tetap letak geografisnya sebab ada beberapa tempat yang tidak perlu dibangun pos tetapi hanya dilakukan patroli," katanya.
Secara umum, katanya, pengamanan wilayah perbatasan sudah berjalan dengan baik berkat adanya bantuan dan dukungan dari pemerintah setempat termasuk kerjasama dengan tentara Malaysia.
Pengamanan wilayah perbatasan juga kata dia akan didukung rencana penambahan penambahan panjang landas pacu di tiga kabupaten yang berbatasan langsung dengan Malaysia yakni Kabupaten Nunukan, Malinau dan Kutai Barat.
"Landas pacu bandara di tiga kabupaten yang berbatasan langsung dengan Malaysia akan diperpanjang hingga 200 meter. Misalnya, bandara yang landas pacunya sepanjang 1. 200 diperpanjang hingga 1. 400 meter. Perpanjangan landas pacu ini dimaksudkan agar bisa didarati pesawat Hercules untuk mengangkut manusia dan mendistribusikan barang sehingga diharapkan harga sembako di wilayah perbatasan akan murah," ungkap Tan Aspan.
Sumber: ANTARA News Kaltim
SBY: 2012, Anggaran Belanja TNI Meningkat 35 Persen
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (ketiga kiri) selaku Inspektur Upacara melakukan pemeriksaan barisan peserta upacara peringatan ke-66 Hari Tentara Nasional Indonesia (TNI) di Plaza Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, Rabu (5/10). (Foto: ANTARA/Widodo S. Jusuf/Koz/Spt/11)
5 Oktober 2011, Jakarta (TEMPO Interaktif): Seiring dengan tugas berat yang diemban, pemerintah berkomitmen meningkatkan anggaran bagi Tentara Nasional Indonesia (TNI). Menurut Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, pemerintah telah menyiapkan rencana untuk menaikkan anggaran belanja TNI pada 2012 hingga 35 persen. Peningkatan anggaran itu terutama untuk pengembangan alat utama sistem persenjataan (alutsista) TNI.
Pemerintah, kata SBY, akan mengalokasikan anggaran hingga Rp 64,4 triliun untuk TNI pada 2012, meningkat dari anggaran tahun 2011 sebesar Rp 47,5 triliun. "Mendorong dan pengembangan alutsista sangat penting," kata SBY dalam sambutannya di upacara HUT ke-66 TNI di Markas Besar TNI Cilangkap, Jakarta Timur, Rabu 5 Oktober 2011.
Pembaruan persenjataan, kata SBY, juga harus diiringi dengan kesiapan sumber daya manusia di jajaran TNI. Untuk meningkatkan kemampuan aparat TNI, SBY menilai perlu digelar latihan gabungan. Latihan gabungan juga perlu dilakukan bersama negara-negara lain.
SBY berharap tambahan anggaran nantinya juga bisa digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan prajurit. Menurut dia, pemerintah tetap memedulikan nasib para prajurit yang telah memberikan pengabdian kepada bangsa.
Dalam kesempatan tersebut Presiden juga menyampaikan terima kasihnya atas peran TNI dalam upaya pembebasan Kapal Sinar Kudus yang dibajak para perompak Somalia beberapa waktu lalu.
Dalam upacara itu Presiden SBY didampingi Ibu Negara Kristiani Herrawati, Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono, Kepala Staf TNI Angkatan Laut Laksamana Soeparno, Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal Pramono Edhie Wibowo, dan Kepala Staf TNI Angkatan Udara Marsekal TNI Imam Sufaat.
Peringatan ini dimeriahkan demonstrasi flypass pesawat tempur TNI Angkatan Udara, free fall, bela diri militer Yong Moodo, bela diri militer MAA, rampak bedug, dan tarian Papua. TNI juga memamerkan persenjataan, peluru kendali PORRAD Detasemen Artileri Pertahanan Udara, kendaraan taktis Anoa, roket multilaras 70 Grade Marinir, BMP-3 F, Howitzer, radar portabel Paskhas, dan helikopter TNI.
Sumber: TEMPO Interaktif
5 Oktober 2011, Jakarta (TEMPO Interaktif): Seiring dengan tugas berat yang diemban, pemerintah berkomitmen meningkatkan anggaran bagi Tentara Nasional Indonesia (TNI). Menurut Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, pemerintah telah menyiapkan rencana untuk menaikkan anggaran belanja TNI pada 2012 hingga 35 persen. Peningkatan anggaran itu terutama untuk pengembangan alat utama sistem persenjataan (alutsista) TNI.
Pemerintah, kata SBY, akan mengalokasikan anggaran hingga Rp 64,4 triliun untuk TNI pada 2012, meningkat dari anggaran tahun 2011 sebesar Rp 47,5 triliun. "Mendorong dan pengembangan alutsista sangat penting," kata SBY dalam sambutannya di upacara HUT ke-66 TNI di Markas Besar TNI Cilangkap, Jakarta Timur, Rabu 5 Oktober 2011.
Pembaruan persenjataan, kata SBY, juga harus diiringi dengan kesiapan sumber daya manusia di jajaran TNI. Untuk meningkatkan kemampuan aparat TNI, SBY menilai perlu digelar latihan gabungan. Latihan gabungan juga perlu dilakukan bersama negara-negara lain.
SBY berharap tambahan anggaran nantinya juga bisa digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan prajurit. Menurut dia, pemerintah tetap memedulikan nasib para prajurit yang telah memberikan pengabdian kepada bangsa.
Dalam kesempatan tersebut Presiden juga menyampaikan terima kasihnya atas peran TNI dalam upaya pembebasan Kapal Sinar Kudus yang dibajak para perompak Somalia beberapa waktu lalu.
Dalam upacara itu Presiden SBY didampingi Ibu Negara Kristiani Herrawati, Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono, Kepala Staf TNI Angkatan Laut Laksamana Soeparno, Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal Pramono Edhie Wibowo, dan Kepala Staf TNI Angkatan Udara Marsekal TNI Imam Sufaat.
Peringatan ini dimeriahkan demonstrasi flypass pesawat tempur TNI Angkatan Udara, free fall, bela diri militer Yong Moodo, bela diri militer MAA, rampak bedug, dan tarian Papua. TNI juga memamerkan persenjataan, peluru kendali PORRAD Detasemen Artileri Pertahanan Udara, kendaraan taktis Anoa, roket multilaras 70 Grade Marinir, BMP-3 F, Howitzer, radar portabel Paskhas, dan helikopter TNI.
Sumber: TEMPO Interaktif
TNI AU Ingin Terima Hibah F-16
(Foto: Lanud Iswahjudi)
5 Oktober 2011, Jakarta (Kompas): Terkait tawaran Pemerintah Amerika Serikat untuk menghibahkan pesawat tempur F-16, Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara dan pemerintah ingin menerimanya. Namun, Dewan Perwakilan Rakyat cenderung untuk membeli pesawat F-16 baru yang lebih canggih.
”Yang diinginkan TNI AU dan pemerintah adalah kita menerima hibah 30 pesawat F-16 dari Amerika Serikat (AS) itu. Nantinya, kemampuan 24 pesawat akan ditingkatkan menjadi blok 32 dan enam lainnya untuk cadangan,” kata Kepala Staf TNI AU Marsekal Imam Sufaat, Senin (3/10), dalam konferensi pers di Mabes TNI Cilangkap, Jakarta.
Imam mengatakan, dalam pertemuan terakhir dengan DPR dan pemerintah, belum dicapai kata sepakat. Rapat yang membahas perkembangan rencana hibah pesawat F-16 bekas dari Pemerintah AS itu digelar pada 21 September lalu.
Menurut Imam, dari segi efektivitas dan efisiensi, upgrade ke blok 52 akan memakan biaya yang sangat tinggi. Untuk itu, pilihan yang lebih baik adalah melakukan peningkatan kemampuan F-16 blok 32. Menurut catatan Kompas, 10 pesawat F-16 yang sudah dimiliki Indonesia adalah kategori blok 25.
Dari segi biaya, Imam memaparkan, harga satu skuadron pesawat F-16 blok 52 dari pabriknya, Lockheed Martin, mencapai sekitar 1,6 miliar dollar AS. Harga enam pesawat F-16 blok 52 adalah 720 juta dollar AS. ”Padahal, anggaran yang disediakan hanya 430 juta dollar AS,” kata KSAU lagi.
Menurut Wakil Ketua Komisi I DPR Tubagus Hasanuddin, dalam rapat internal fraksi-fraksi di DPR disimpulkan, dalam rencana strategis jangka pendek yang dimulai pada APBN tahun 2011, Kementerian Pertahanan dengan persetujuan Komisi I DPR memprogramkan pembelian enam pesawat tempur F-16 baru. Anggarannya dialokasikan 430 juta dollar AS. Alasannya, agar kehadiran pesawat tempur itu bisa menjadi efek getar dan daya tangkal yang cukup untuk menggantikan F-16 yang lama.
Sebaliknya, Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono menuturkan, rencana awal TNI AU memang membeli enam pesawat F-16 baru. Namun, sejak ada tawaran dari Pemerintah AS, dipikirkan pemakaian anggaran yang sedianya untuk membeli enam pesawat F-16 itu untuk biaya ongkos hibah dan peningkatan blok.
Menurut Hasanuddin, Komisi I DPR menilai, tawaran berupa pesawat yang tak terpakai lagi oleh AU AS itu adalah kesempatan yang baik bagi Indonesia dalam meningkatkan kuantitas pesawat tempur. Namun, DPR mengajukan dua syarat. Pertama, pesawat itu harus bisa ditingkatkan menjadi F-16 blok 52 sesuai rencana strategis. Kedua, peningkatan itu harus dilakukan di Indonesia dengan melibatkan tenaga ahli Indonesia.
Sumber: KOMPAS
5 Oktober 2011, Jakarta (Kompas): Terkait tawaran Pemerintah Amerika Serikat untuk menghibahkan pesawat tempur F-16, Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara dan pemerintah ingin menerimanya. Namun, Dewan Perwakilan Rakyat cenderung untuk membeli pesawat F-16 baru yang lebih canggih.
”Yang diinginkan TNI AU dan pemerintah adalah kita menerima hibah 30 pesawat F-16 dari Amerika Serikat (AS) itu. Nantinya, kemampuan 24 pesawat akan ditingkatkan menjadi blok 32 dan enam lainnya untuk cadangan,” kata Kepala Staf TNI AU Marsekal Imam Sufaat, Senin (3/10), dalam konferensi pers di Mabes TNI Cilangkap, Jakarta.
Imam mengatakan, dalam pertemuan terakhir dengan DPR dan pemerintah, belum dicapai kata sepakat. Rapat yang membahas perkembangan rencana hibah pesawat F-16 bekas dari Pemerintah AS itu digelar pada 21 September lalu.
Menurut Imam, dari segi efektivitas dan efisiensi, upgrade ke blok 52 akan memakan biaya yang sangat tinggi. Untuk itu, pilihan yang lebih baik adalah melakukan peningkatan kemampuan F-16 blok 32. Menurut catatan Kompas, 10 pesawat F-16 yang sudah dimiliki Indonesia adalah kategori blok 25.
Dari segi biaya, Imam memaparkan, harga satu skuadron pesawat F-16 blok 52 dari pabriknya, Lockheed Martin, mencapai sekitar 1,6 miliar dollar AS. Harga enam pesawat F-16 blok 52 adalah 720 juta dollar AS. ”Padahal, anggaran yang disediakan hanya 430 juta dollar AS,” kata KSAU lagi.
Menurut Wakil Ketua Komisi I DPR Tubagus Hasanuddin, dalam rapat internal fraksi-fraksi di DPR disimpulkan, dalam rencana strategis jangka pendek yang dimulai pada APBN tahun 2011, Kementerian Pertahanan dengan persetujuan Komisi I DPR memprogramkan pembelian enam pesawat tempur F-16 baru. Anggarannya dialokasikan 430 juta dollar AS. Alasannya, agar kehadiran pesawat tempur itu bisa menjadi efek getar dan daya tangkal yang cukup untuk menggantikan F-16 yang lama.
Sebaliknya, Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono menuturkan, rencana awal TNI AU memang membeli enam pesawat F-16 baru. Namun, sejak ada tawaran dari Pemerintah AS, dipikirkan pemakaian anggaran yang sedianya untuk membeli enam pesawat F-16 itu untuk biaya ongkos hibah dan peningkatan blok.
Menurut Hasanuddin, Komisi I DPR menilai, tawaran berupa pesawat yang tak terpakai lagi oleh AU AS itu adalah kesempatan yang baik bagi Indonesia dalam meningkatkan kuantitas pesawat tempur. Namun, DPR mengajukan dua syarat. Pertama, pesawat itu harus bisa ditingkatkan menjadi F-16 blok 52 sesuai rencana strategis. Kedua, peningkatan itu harus dilakukan di Indonesia dengan melibatkan tenaga ahli Indonesia.
Sumber: KOMPAS
Yonif 900 Raider Gelar Latihan Pembebasan Sandera
5 Oktober 2011, Denpasar (ANTARA News): Beberapa prajurit TNI Yonif 900 Raider Anti Teror melakukan demonstrasi operasi pembebasan sandera pada perayaan HUT ke-66 TNI di Denpasar, Bali, Rabu (5/10). Kodam IX Udayana menyiapkan sejumlah prajurit dan menggelar serangkaian latihan penanggulangan teror berkenaan dengan penyelenggaraan KTT ASEAN di Bali pada November 2011. (Foto: ANTARA/Nyoman Budhiana/ed/Spt/11)
Sumber: ANTARA News
Riwayat Dua Pesawat Terbang
C-212 TNI AL. (Foto: Berita HanKam)
5 Oktober 2011, KOMPAS: ”Dengan membeli, tak akan pernah bangsa Indonesia memiliki keterampilan apa pun di bidang teknologi pesawat terbang. Padahal, karena wilayahnya, bangsa Indonesia akan selalu hidup dengan pesawat terbang...”. (Teknologi di Indonesia, Subekti Dkk, Editor, 1993)
Pabrik pesawat IPTN di Bandung pada masa jayanya divisikan satu hari menjadi seperti ”Everett dari Timur”. Everett adalah lokasi pabrik pesawat terbang Amerika Serikat yang terkemuka, Boeing Co. Dikisahkan, bahwa setelah Prof BJ Habibie mengetuk kanan-kiri pabrik pesawat terbang di dunia, yang mau diajak bekerja sama hanya Construcciones Aeronauticas SA, Spanyol. Maka, melalui program lisensi, dirakitlah pesawat Aviocar atau mobil terbang CASA-212 di pabrik IPTN di Bandung mulai paruh kedua 1970-an.
Berikutnya pada tahap kedua dikembangkan rekayasa berdasarkan teknologi yang sudah ada, dan ini mewujud pada CN-235, yang masih dibuat bersama Construcciones Aeronauticas SA (CASA) melalui konsorsium Airtech. Tahap ketiga adalah rekayasa asli dengan teknologi baru, yang mewujud dalam pesawat N-250, yang kini menjadi besi tua. Tahap keempat yang belum terwujud diandaikan akan melibatkan riset dasar.
Dalam kesederhanaannya, C-212 setia melayani penerbangan di jalur perintis, baik di Indonesia timur maupun barat—sebagaimana dilakukan oleh PT Nusantara Buana Air di Sumatera Utara.
Selain untuk angkutan penumpang, PT Dirgantara Indonesia (sebagai kelanjutan IPTN) mengembangkan inovasi untuk pesawat seri 200 ini, menjadikannya sebagai pesawat intai laut (maritime surveillance) dan juga menjadi pesawat penjaga pantai (coast guard) yang dilengkapi dengan perlengkapan seperti radar hidung dan FLIR (forward looking infra-red).
Sebagai pesawat angkut perintis, C-212 harus diakui jasanya. Sudah ribuan orang diangkut oleh pesawat ini sejak mulai dioperasikan sejak lebih dari tiga dekade silam.
Alih-alih melangkah ke industri lebih modern, PT Dirgantara Indonesia makin hari justru makin kurang modal. Produk andalannya, CN-235, meski masih ada pembelinya, terasa makin menua dari segi desain, sementara CASA juga sudah membuat versi modern pesawat ini, yakni C-295.
Adapun C-212-200 yang masih dioperasikan semakin tua umurnya. Satu demi satu tipe ini akan memasuki usia pensiun.
Everett asli
Ketika mimpi Everett dari Timur buyar bak istana pasir, Everett asli di Negara Bagian Washington tampak semakin berjaya. Meski sebagai penjual pesawat badan lebar di dunia posisinya disusul oleh industri Eropa, Airbus, Boeing Co tak berhenti berinovasi.
Sementara produk larisnya—yakni seri 737-800 dan 777-300ER—kini terus mengalir ke maskapai penerbangan utama dunia, Boeing kini tengah berbunga-bunga. Karya terbarunya, yakni Boeing 787 yang dijuluki Dreamliner, setelah terlambat sekitar tiga tahun, mulai diserahkan kepada pembelinya. Yang pertama telah diserahkan kepada launch customer ANA (All Nippon Airways), 28 September silam.
Penerbangan perdana Dreamliner ANA juga menyediakan tiket undian amal. Dua di antaranya telah terjual melalui eBay seharga 32.700 dollar Australia. Penerbangan perdana Dreamliner akan berlangsung 26 Oktober mendatang dari Bandar Udara Narita, Jepang, ke Hongkong yang lamanya 3,5 jam (Australian Business Traveller, 3/10).
Hasil lelang kursi penerbangan perdana akan diserahkan untuk kegiatan pelestarian lingkungan di Jepang, yang sekaligus juga melambangkan karakter ramah lingkungan pesawat jet baru Boeing ini.
Dreamliner merupakan pesawat yang dalam berbagai seginya berbeda dibandingkan dengan pesawat sebelumnya. Memasuki pesawat ini, penumpang serasa tidak memasuki pesawat yang pernah dikenal sebelumnya.
Yang lebih fundamental, 787 mampu membuat penumpang terbang lebih nyaman. Rasa letih yang acap muncul karena berada di tempat tinggi, juga pusing, otot kaku, dan mual, telah ditanggulangi oleh Boeing.
Apabila sebagian besar pesawat penumpang mengeset tekanan kabin setara dengan tekanan udara di ketinggian 7.500-8.000 kaki (2.286 meter-2.438 meter) di atas permukaan laut, pada 787 tekanan udara di kabin dibuat setara dengan tekanan udara ketinggian 6.000 kaki (1.829 meter) sehingga mengurangi efek ketidaknyamanan.
Tampak ada kesenjangan yang luar biasa jauh antara C-212 dan B-787, baik secara teknologi maupun secara desain. C-212 seolah masa lalu, yang masih bersama kita, dan B-787 adalah masa depan yang kita belum yakin bisa memilikinya.
Impian Indonesia tentang pabrik seperti Everett datang sekitar tujuh dekade setelah Boeing. Wajarlah kalau Boeing telah mencapai tingkat kecanggihan setinggi seperti dicerminkan B-787. Yang kita khawatirkan adalah kalau untuk membuat penerus C-212 pun kita tak sanggup lagi. Everett dari Timur bukan saja akan terkubur, tetapi seterusnya kita hanya akan mampu terpesona oleh munculnya Dreamliner-Dreamliner baru dan selamanya akan menjadi pembeli setia pesawat terbang, sebagaimana layaknya pembeli setia mobil asing.
Sumber: KOMPAS
5 Oktober 2011, KOMPAS: ”Dengan membeli, tak akan pernah bangsa Indonesia memiliki keterampilan apa pun di bidang teknologi pesawat terbang. Padahal, karena wilayahnya, bangsa Indonesia akan selalu hidup dengan pesawat terbang...”. (Teknologi di Indonesia, Subekti Dkk, Editor, 1993)
Pabrik pesawat IPTN di Bandung pada masa jayanya divisikan satu hari menjadi seperti ”Everett dari Timur”. Everett adalah lokasi pabrik pesawat terbang Amerika Serikat yang terkemuka, Boeing Co. Dikisahkan, bahwa setelah Prof BJ Habibie mengetuk kanan-kiri pabrik pesawat terbang di dunia, yang mau diajak bekerja sama hanya Construcciones Aeronauticas SA, Spanyol. Maka, melalui program lisensi, dirakitlah pesawat Aviocar atau mobil terbang CASA-212 di pabrik IPTN di Bandung mulai paruh kedua 1970-an.
Berikutnya pada tahap kedua dikembangkan rekayasa berdasarkan teknologi yang sudah ada, dan ini mewujud pada CN-235, yang masih dibuat bersama Construcciones Aeronauticas SA (CASA) melalui konsorsium Airtech. Tahap ketiga adalah rekayasa asli dengan teknologi baru, yang mewujud dalam pesawat N-250, yang kini menjadi besi tua. Tahap keempat yang belum terwujud diandaikan akan melibatkan riset dasar.
Dalam kesederhanaannya, C-212 setia melayani penerbangan di jalur perintis, baik di Indonesia timur maupun barat—sebagaimana dilakukan oleh PT Nusantara Buana Air di Sumatera Utara.
Selain untuk angkutan penumpang, PT Dirgantara Indonesia (sebagai kelanjutan IPTN) mengembangkan inovasi untuk pesawat seri 200 ini, menjadikannya sebagai pesawat intai laut (maritime surveillance) dan juga menjadi pesawat penjaga pantai (coast guard) yang dilengkapi dengan perlengkapan seperti radar hidung dan FLIR (forward looking infra-red).
Sebagai pesawat angkut perintis, C-212 harus diakui jasanya. Sudah ribuan orang diangkut oleh pesawat ini sejak mulai dioperasikan sejak lebih dari tiga dekade silam.
Alih-alih melangkah ke industri lebih modern, PT Dirgantara Indonesia makin hari justru makin kurang modal. Produk andalannya, CN-235, meski masih ada pembelinya, terasa makin menua dari segi desain, sementara CASA juga sudah membuat versi modern pesawat ini, yakni C-295.
Adapun C-212-200 yang masih dioperasikan semakin tua umurnya. Satu demi satu tipe ini akan memasuki usia pensiun.
Everett asli
Ketika mimpi Everett dari Timur buyar bak istana pasir, Everett asli di Negara Bagian Washington tampak semakin berjaya. Meski sebagai penjual pesawat badan lebar di dunia posisinya disusul oleh industri Eropa, Airbus, Boeing Co tak berhenti berinovasi.
Sementara produk larisnya—yakni seri 737-800 dan 777-300ER—kini terus mengalir ke maskapai penerbangan utama dunia, Boeing kini tengah berbunga-bunga. Karya terbarunya, yakni Boeing 787 yang dijuluki Dreamliner, setelah terlambat sekitar tiga tahun, mulai diserahkan kepada pembelinya. Yang pertama telah diserahkan kepada launch customer ANA (All Nippon Airways), 28 September silam.
Penerbangan perdana Dreamliner ANA juga menyediakan tiket undian amal. Dua di antaranya telah terjual melalui eBay seharga 32.700 dollar Australia. Penerbangan perdana Dreamliner akan berlangsung 26 Oktober mendatang dari Bandar Udara Narita, Jepang, ke Hongkong yang lamanya 3,5 jam (Australian Business Traveller, 3/10).
Hasil lelang kursi penerbangan perdana akan diserahkan untuk kegiatan pelestarian lingkungan di Jepang, yang sekaligus juga melambangkan karakter ramah lingkungan pesawat jet baru Boeing ini.
Dreamliner merupakan pesawat yang dalam berbagai seginya berbeda dibandingkan dengan pesawat sebelumnya. Memasuki pesawat ini, penumpang serasa tidak memasuki pesawat yang pernah dikenal sebelumnya.
Yang lebih fundamental, 787 mampu membuat penumpang terbang lebih nyaman. Rasa letih yang acap muncul karena berada di tempat tinggi, juga pusing, otot kaku, dan mual, telah ditanggulangi oleh Boeing.
Apabila sebagian besar pesawat penumpang mengeset tekanan kabin setara dengan tekanan udara di ketinggian 7.500-8.000 kaki (2.286 meter-2.438 meter) di atas permukaan laut, pada 787 tekanan udara di kabin dibuat setara dengan tekanan udara ketinggian 6.000 kaki (1.829 meter) sehingga mengurangi efek ketidaknyamanan.
Tampak ada kesenjangan yang luar biasa jauh antara C-212 dan B-787, baik secara teknologi maupun secara desain. C-212 seolah masa lalu, yang masih bersama kita, dan B-787 adalah masa depan yang kita belum yakin bisa memilikinya.
Impian Indonesia tentang pabrik seperti Everett datang sekitar tujuh dekade setelah Boeing. Wajarlah kalau Boeing telah mencapai tingkat kecanggihan setinggi seperti dicerminkan B-787. Yang kita khawatirkan adalah kalau untuk membuat penerus C-212 pun kita tak sanggup lagi. Everett dari Timur bukan saja akan terkubur, tetapi seterusnya kita hanya akan mampu terpesona oleh munculnya Dreamliner-Dreamliner baru dan selamanya akan menjadi pembeli setia pesawat terbang, sebagaimana layaknya pembeli setia mobil asing.
Sumber: KOMPAS
TNI Kembangkan Satuan Baru
. Prajurit TNI di jajaran Kodam Iskandar Muda Provinsi Aceh menggunakan kenderaan militer saat melaksanakan gladi HUT TNI di lapangan Blangpadang, Banda Aceh, Selasa (4/10). HUT TNI ke-66 bertema dengan keterpaduan dan profesionalisme TNI bersama komponen bangsa siap menjaga dan menegakkan kedaulatan serta keutuhan NKRI itu akan dilaksanakan serentak pada Rabu (5/10). (Foto: ANTARA/Irwansyah Putra/Koz/11)
5 Oktober 2011, Jakarta (SINDO): Dalam kurun 2010–2014, Tentara Nasional Indonesia (TNI) akan mengembangkan kekuatan dengan membentuk armada, satuan, dan skuadron baru.
Pengembangan ini diharapkan berjalan dengan tidak sertamerta diikuti penambahan jumlah personel.Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono mengatakan, postur dan struktur yang dikembangkan ke depan bercirikan peningkatan profesionalisme TNI dengan memusatkan diri pada tugas-tugas pertahanan, baik dalam bentuk operasi militer untuk perang (OMP) maupun operasi militer selain perang (OMSP).
“Dalam konteks ini, fokus pengembangan sumber daya manusia dan pembangunan alutsista menjadi agenda mendesak,” katanya seusai geladi bersih peringatan HUT ke-66 TNI di Jakarta kemarin. Agus menyebut, hingga 2014 tersebut akan dibentuk armada laut, satuan angkatan darat, dan skuadron udara baru.
Untuk TNI Angkatan Laut diharapkan sudah terbentuk armada baru. “Dalam kurun waktu tersebut dibangun menjadi tiga armada (sebelumnya dua, timur dan barat) dan tiga Pasmar,”ujarnya. Adapun untuk TNI Angkatan Darat, diharapkan Kostrad menambah satu Divisi Lanud, satu Yonarmed,dua Brigif,dan dua Yonif.
“Di beberapa Kodam juga dibangun satuan tempur setingkat Brigade dan Batalion,” sebut dia. Sedangkan matra udara membentuk empat skuadron udara berbagai jenis pesawat dan helikopter. “Juga tiga satuan radar dan tiga detasemen khusus, serta mengembangkan Paskhas dan pembentukan beberapa Lanud,”bebernya.
Program-program pengembangan tersebut harus sesuai dengan rambu-rambu yang telah ditetapkan dalam setiap pembentukan satuan.“Pertama ada rezising, kedua adalah zero growth.Ini perlu dipegang, sehingga pembentukan satuan baru tidak serta-merta menambah jumlah personel.Tapi,relokasi sedemikian rupa sehingga jumlah personel kita pertahankan,” tegasnya.
Panglima menekankan, kedua rambu-rambu tersebut merupakan bagian dari upaya memperbaiki postur anggaran di tubuh TNI. Pihaknya menghindari adanya pembengkakan anggaran untuk keperluan belanja pegawai karena akan berdampak pada ketersediaan anggaran bagi belanja modal.
“Kalau sebagian besar untuk belanja pegawai, yang untuk perawatan dan penambahan alutsista jadi berkurang. Untuk kita konsisten dengan perencanaan kita, menambah satuan bisa, tapi tidak sertamerta mengembangkan jumlah personel,”tandas Agus.
Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana TNI Soeparno menuturkan, dengan adanya pengembangan armada, maka nantinya jumlah armada menjadi tiga setelah selama ini hanya ada dua,yakni Armada Barat dan Armada Timur.“Nanti ada Armada Tengah. Tapi, pelaksanaannya tidak bisa sulapan. Kami harus menyiapkan sarana dan prasarana, anggaran, juga penataan personel sesuai arahan Panglima TNI agar memerhatikan zero growhtdan rezising,”tuturnya.
Karena itu, lanjut dia, pihaknya harus menyiapkan segala keperluan yang dibutuhkan bagi pembentukan sebuah armada.“Alutsista yang ada akan dibagi rata sesuai dengan kebutuhan masing-masing, termasuk personel. Jadi, tidak ada penambahan personel, tidak ada penambahan alutsista secara signifikan. Kita atur alutsista itu bagaimana sesuai kebutuhan masing-masing,” terang Soeparno.
Dia menerangkan, ada beberapa hal yang mendasari pembentukan armada baru tersebut,yakni adanya daerah rawan di setiap armada, adanya tiga alur laut di Kepulauan Indonesia yang tiap alur akan diawasi oleh masing-masing armada. “Juga perbandingan luas laut tiap-tiap armada,dan jumlah alutsista untuk diversinya agar merata,”sebut dia.
Soeparno menambahkan, untuk markas komando Armada Barat nanti berada di Jakarta. Sedangkan Armada Timur dari semula di Surabaya menjadi Sorong, serta Armada Tengah di Makassar.“Tiga armada ini dibawahi oleh Komando Wilayah Laut RI atau Kowila. Diharapkan nanti perwira bintang tiga,”katanya.
Sebelumnya,Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengaku telah memperhitungkan berapa jumlah skuadron udara yang akan dibangun, termasuk di mana saja lokasinya. Namun, mantan menteri ESDM ini enggan untuk menerangkan secara lebih detail. “Cukup banyak, lebih dari tiga skuadron,”kata dia.
Sumber: SINDO
5 Oktober 2011, Jakarta (SINDO): Dalam kurun 2010–2014, Tentara Nasional Indonesia (TNI) akan mengembangkan kekuatan dengan membentuk armada, satuan, dan skuadron baru.
Pengembangan ini diharapkan berjalan dengan tidak sertamerta diikuti penambahan jumlah personel.Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono mengatakan, postur dan struktur yang dikembangkan ke depan bercirikan peningkatan profesionalisme TNI dengan memusatkan diri pada tugas-tugas pertahanan, baik dalam bentuk operasi militer untuk perang (OMP) maupun operasi militer selain perang (OMSP).
“Dalam konteks ini, fokus pengembangan sumber daya manusia dan pembangunan alutsista menjadi agenda mendesak,” katanya seusai geladi bersih peringatan HUT ke-66 TNI di Jakarta kemarin. Agus menyebut, hingga 2014 tersebut akan dibentuk armada laut, satuan angkatan darat, dan skuadron udara baru.
Untuk TNI Angkatan Laut diharapkan sudah terbentuk armada baru. “Dalam kurun waktu tersebut dibangun menjadi tiga armada (sebelumnya dua, timur dan barat) dan tiga Pasmar,”ujarnya. Adapun untuk TNI Angkatan Darat, diharapkan Kostrad menambah satu Divisi Lanud, satu Yonarmed,dua Brigif,dan dua Yonif.
“Di beberapa Kodam juga dibangun satuan tempur setingkat Brigade dan Batalion,” sebut dia. Sedangkan matra udara membentuk empat skuadron udara berbagai jenis pesawat dan helikopter. “Juga tiga satuan radar dan tiga detasemen khusus, serta mengembangkan Paskhas dan pembentukan beberapa Lanud,”bebernya.
Program-program pengembangan tersebut harus sesuai dengan rambu-rambu yang telah ditetapkan dalam setiap pembentukan satuan.“Pertama ada rezising, kedua adalah zero growth.Ini perlu dipegang, sehingga pembentukan satuan baru tidak serta-merta menambah jumlah personel.Tapi,relokasi sedemikian rupa sehingga jumlah personel kita pertahankan,” tegasnya.
Panglima menekankan, kedua rambu-rambu tersebut merupakan bagian dari upaya memperbaiki postur anggaran di tubuh TNI. Pihaknya menghindari adanya pembengkakan anggaran untuk keperluan belanja pegawai karena akan berdampak pada ketersediaan anggaran bagi belanja modal.
“Kalau sebagian besar untuk belanja pegawai, yang untuk perawatan dan penambahan alutsista jadi berkurang. Untuk kita konsisten dengan perencanaan kita, menambah satuan bisa, tapi tidak sertamerta mengembangkan jumlah personel,”tandas Agus.
Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana TNI Soeparno menuturkan, dengan adanya pengembangan armada, maka nantinya jumlah armada menjadi tiga setelah selama ini hanya ada dua,yakni Armada Barat dan Armada Timur.“Nanti ada Armada Tengah. Tapi, pelaksanaannya tidak bisa sulapan. Kami harus menyiapkan sarana dan prasarana, anggaran, juga penataan personel sesuai arahan Panglima TNI agar memerhatikan zero growhtdan rezising,”tuturnya.
Karena itu, lanjut dia, pihaknya harus menyiapkan segala keperluan yang dibutuhkan bagi pembentukan sebuah armada.“Alutsista yang ada akan dibagi rata sesuai dengan kebutuhan masing-masing, termasuk personel. Jadi, tidak ada penambahan personel, tidak ada penambahan alutsista secara signifikan. Kita atur alutsista itu bagaimana sesuai kebutuhan masing-masing,” terang Soeparno.
Dia menerangkan, ada beberapa hal yang mendasari pembentukan armada baru tersebut,yakni adanya daerah rawan di setiap armada, adanya tiga alur laut di Kepulauan Indonesia yang tiap alur akan diawasi oleh masing-masing armada. “Juga perbandingan luas laut tiap-tiap armada,dan jumlah alutsista untuk diversinya agar merata,”sebut dia.
Soeparno menambahkan, untuk markas komando Armada Barat nanti berada di Jakarta. Sedangkan Armada Timur dari semula di Surabaya menjadi Sorong, serta Armada Tengah di Makassar.“Tiga armada ini dibawahi oleh Komando Wilayah Laut RI atau Kowila. Diharapkan nanti perwira bintang tiga,”katanya.
Sebelumnya,Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengaku telah memperhitungkan berapa jumlah skuadron udara yang akan dibangun, termasuk di mana saja lokasinya. Namun, mantan menteri ESDM ini enggan untuk menerangkan secara lebih detail. “Cukup banyak, lebih dari tiga skuadron,”kata dia.
Sumber: SINDO
Duta Pertahanan Korsel Tiba di Jakarta
4 Oktober 2011, Jakarta (ANTARA News): Aktor yang juga model asal Korea Selatan Hyun Bin tiba di Jakarta, Selasa malam untuk menjalankan misinya sebagai duta pertahanan pemerintah negeri ginseng itu untuk Indonesia.
Juru Bicara Kementerian Pertahanan Hartind Asrin kepada ANTARA mengatakan, aktor yang terkenal dengan drama "Secret Garden" di Indonesia itu, tiba sekitar pukul 20.35 WIB.
Indonesia dan Korea Selatan memang sedang giat menjalin kerja sama di bidang pertahanan. Mulai 2011 kedua pemerintahan melakukan kerja sama pengembangan pesawat tempur Korean-Indonesia Fighter Xperiment (KIF-X).
Kedua negara juga sedang membicarakan rencana jual-beli pesawat latih T-50 Golden Eagle. Indonesia sendiri menawarkan pesawat angkut CN-235 buatan PT Dirgantara Indonesia.
Delegasi Kementerian Pertahanan baru-baru ini juga berkunjung ke Korea Selatan untuk membicarakan rencana kerja sama lain di bidang jaringan sistem keamanan.
Pemerintah Korea Selatan menunjuk Hyun Bin sebagai Duta Industri Pertahanan karena popularitasnya yang cukup tinggi di Tanah Air. Aktor berusia 29 tahun itu memperoleh beberapa penghargaan atas perannya dalam drama televisi Secret Garden yang disiarkan jaringan televisi SBS. Ia juga populer sebagai bintang iklan Samsung Smart TV.
Hyun Bin yang lahir dengan nama Kim Tae Pyung bergabung dengan program wajib militer sejak Maret lalu. Ia ditempatkan di divisi infanteri tempur Korps Marinir di Pulau Baeknyeong dan akan bertugas di sana selama dua tahun.
Selama di Indonesia, Hyun Bin juga akan mendapat Brevet Kehormatan Korps Marinir TNI Angkatan Laut.
Sumber: ANTARA News
Simulasi Pembebasan Sandera Raider Kodam Iskandar Muda
4 Oktober 2011, Banda Aceh (ANTARA News): Pasukan Raider Kodam Iskandar Muda (IM) Provinsi Aceh melaksanakan simulasi pembebasan sandera yang ditawan kelompok teroris di salah satu hotel berbintang di Banda Aceh, Selasa (4/10). Latihan rutin pasukan raider Kodam IM itu untuk meningkatan kemampuan prajurit menghadapi berbagai ancaman stabilitas keamanan negara. (Foto: ANTARA/Irwansyah Putra/ss/nz/11)
Tuesday, October 4, 2011
Indonesia Perlu Kapal Selam dan Fregat Baru
4 Oktober 2011, Jakarta (KOMPAS.com): Indonesia sedang menjajaki pembelian kapal selam dan kapal perang baru jenis fregat.
"Kemungkinan besar kita membeli dari negara Asia. Saat ini sudah dijajaki kapal selam buatan Korea Selatan," kata Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Suparno, Selasa (4/10/2011) di Jakarta.
Suparno menjelaskan, pihaknya tidak memilih kapal selam buatan Eropa Barat karena disesuaikan kemampuan keuangan. Menurut dia, tidak tertutup kemungkinan untuk membeli dari produsen lain di Asia, selain Korea Selatan.
Korea Selatan kini sedang memperbaiki kapal selam KRI Nanggala yang akan kembali beroperasi awal tahun depan di Indonesia. Sedangkan pengadaan fregat, menurut Suparno, diharapkan bisa diwujudkan sebanyak tiga unit.
"Pembangunan fregat direncanakan dalam bentuk kerja sama asing dan dalam negeri. Sebagian modul dibuat di dalam negeri," kata Suparno.
Selain persenjataan, Suparno menegaskan, sangat penting menyediakan perumahan dan perbaikan kesejahteraan prajurit TNI AL. Dengan memenuhi kebutuhan dasar prajurit, mereka akan lebih fokus dalam bertugas.
TNI AL Incar Helikopter Seawolf
TNI Angkatan Laut mengincar helikopter tempur Sea Wolf untuk masuk jajaran tempur memperkuat armada laut Indonesia.
Kepala Staf TNI AL Laksamana TNI Suparno di Jakarta, Selasa (4/10/2011), mengatakan, helikopter tersebut memiliki fungsi perang antikapal selam. "Kami merencanakan membeli satu skuadron Sea Wolf untuk mendukung operasi pengamanan laut dan juga mampu menggelar peran antikapal selam," kata Suparno.
Helikopter Sea Wolf buatan Amerika Serikat diketahui juga dapat berperan sebagai gunship atau dilengkapi senjata berat untuk memberi dukungan tembakan udara-permukaan.
Sebelumnya, sempat dikabarkan adanya rencana pembelian helikopter Lynx atau Super Lynx.
Sumber: KOMPAS
50 Persen Kapal TNI AL Uzur
KRI Multatuli.
4 Oktober 2011, Jakarta (KOMPAS.com): Sebanyak 50 persen dari 148 kapal perang TNI AL sudah berusia uzur. Direktur Program Imparsial Al Araf dalam jumpa pers menyambut Hari TNI, Selasa (4/10/2011), menjelaskan, armada KRI tersebut berusia 20 sampai 60 tahun.
"Banyak kapal yang sudah karatan di sana-sini. Saya baru pulang berlayar dengan KRI dan diberi data ini," kata Aal yang baru tiba dari perairan Ambalat, Kalimantan Timur.
Menurut Aal, idealnya TNI AL memerlukan 300 kapal perang untuk menjaga 7,9 juta kilometer persegi wilayah laut.
Menyambut HUT TNI, Imparsial mendesak pemerintah mengubah postur pertahanan negara kepulauan dengan memperkuat TNI Angkatan Laut.
Imparsial: Perkuat TNI AL
Imparsial menuntut pemerintah memperkuat TNI AL sebagai wujud komitmen reformasi TNI dan membangun postur pertahanan yang sesuai rencana nasional.
Direktur Eksekutif Imparsial Poengky Indarti, dalam jumpa pers 66 Tahun TNI di Jakarta, Selasa (4/10/2011), menjelaskan, Strategi Pertahanan Negara 2007 menjelaskan sejumlah sengketa perbatasan, seperti penetapan Zona Ekonomi Eksklusif di lautan dengan Thailand, Filipina, Palau, Timor Leste, dan Australia.
"Tetapi, postur pertahanan negara 2007 justru terbalik dan kontradiksi dari strategi pertahanan negara. Pengembangan pertahanan masih menitikberatkan pertahanan darat dan bukan penguatan Angkatan Laut dan Angkatan Udara, sebagai kekuatan pencegat (intercept). Ditambah lagi ada agenda restrukturisasi komando teritorial yang belum dilakukan hingga kini," ujar Poengky.
Imparsial menyimpulkan, sudah saatnya Indonesia secara serius membangun kekuatan maritim TNI guna mempertahanan kedaulatan wilayah Indonesia.
Upaya diplomasi dalam menyelesaikan sengketan perbatasan tidak akan berarti, tanpa kehadiran kekuataan nyata TNI menjaga wilayah teritorial Indonesia, terutama di lautan. Kehadiran TNI dengan alutsista modern akan mendukung kemenangan diplomasi Indonesia.
Sumber: KOMPAS
4 Oktober 2011, Jakarta (KOMPAS.com): Sebanyak 50 persen dari 148 kapal perang TNI AL sudah berusia uzur. Direktur Program Imparsial Al Araf dalam jumpa pers menyambut Hari TNI, Selasa (4/10/2011), menjelaskan, armada KRI tersebut berusia 20 sampai 60 tahun.
"Banyak kapal yang sudah karatan di sana-sini. Saya baru pulang berlayar dengan KRI dan diberi data ini," kata Aal yang baru tiba dari perairan Ambalat, Kalimantan Timur.
Menurut Aal, idealnya TNI AL memerlukan 300 kapal perang untuk menjaga 7,9 juta kilometer persegi wilayah laut.
Menyambut HUT TNI, Imparsial mendesak pemerintah mengubah postur pertahanan negara kepulauan dengan memperkuat TNI Angkatan Laut.
Imparsial: Perkuat TNI AL
Imparsial menuntut pemerintah memperkuat TNI AL sebagai wujud komitmen reformasi TNI dan membangun postur pertahanan yang sesuai rencana nasional.
Direktur Eksekutif Imparsial Poengky Indarti, dalam jumpa pers 66 Tahun TNI di Jakarta, Selasa (4/10/2011), menjelaskan, Strategi Pertahanan Negara 2007 menjelaskan sejumlah sengketa perbatasan, seperti penetapan Zona Ekonomi Eksklusif di lautan dengan Thailand, Filipina, Palau, Timor Leste, dan Australia.
"Tetapi, postur pertahanan negara 2007 justru terbalik dan kontradiksi dari strategi pertahanan negara. Pengembangan pertahanan masih menitikberatkan pertahanan darat dan bukan penguatan Angkatan Laut dan Angkatan Udara, sebagai kekuatan pencegat (intercept). Ditambah lagi ada agenda restrukturisasi komando teritorial yang belum dilakukan hingga kini," ujar Poengky.
Imparsial menyimpulkan, sudah saatnya Indonesia secara serius membangun kekuatan maritim TNI guna mempertahanan kedaulatan wilayah Indonesia.
Upaya diplomasi dalam menyelesaikan sengketan perbatasan tidak akan berarti, tanpa kehadiran kekuataan nyata TNI menjaga wilayah teritorial Indonesia, terutama di lautan. Kehadiran TNI dengan alutsista modern akan mendukung kemenangan diplomasi Indonesia.
Sumber: KOMPAS
PT DI-CASA Bangun C-295 di Indonesia
Kepala PT Dirgantara Indonesia Budi Santoso (kanan) bersama CEO Airbus Military Domingo Urena (kedua kanan), Dirut PT Perusahaan Pengelola Aset (PT PPA) Boyke Wibowo (kedua kiri), serta KaBid Komunikasi Publik Kemenhan Hartind Asrin (kiri) menunjukkan gambar pesawat militer, Jakarta, Selasa (4/10). Untuk meningatkan pertahanan dan keamanan, Pemerintah melalui Kemenhan bekerja sama dengan perusahaan pesawat Airbus Military untuk memproduksi pesawat militer jenis Transportasi Ringan C-295 yang mempunyai daya angkut lebih besar dari pendahulunya jenis C-235. (Foto: ANTARA/Yudhi Mahatma/ss/nz/11)
4 Oktober 2011, Jakarta (Jurnas.com): PT Dirgantara Indonesia dan European Aeronautic Defense and Space (EADS)-CASA Spanyol melakukan kerja sama pembuatan pesawat angkut militer ringan C-295. Kerja sama yang difasilitasi Kementerian Pertahanan RI ini akan menghasilkan 6-9 unit pesawat.
Sebagian pesawat akan dibangun EADS-CASA di fasilitas pabrik pesawat terbang milik Airbus Military di San Pablo, Sevilla, Spanyol. “Pesawat C-295 ini merupakan hasil pengembangan dari CN-235. Hanya saja badannya diperpanjang 3 meter, tapi wing-nya sama, dan memiliki engine yang lebih besar,” kata Direktur Utama PT DI Budi Santoso usai melakukan pertemuan dengan CEO Airbus Military dan Wakil Menteri Pertahanan di Kementerian Pertahanan, Selasa (4/10).
Pesawat CN-235 merupakan buah karya bersama PT DI kala masih bernama PT Nurtanio dengan CASA. Sedangkan untuk C-295 yang mengudara pertama kali pada 1998 berbobot 50 persen lebih tambun dari pendahulunya, termasuk dibekali mesin PW127G turboprop besutan Pratt & Withney.
Khusus untuk pembuatan C-295 ini, kata Budi Santoso, sebanyak tiga unit akan coba dikerjakan di pabrik pesawat terbang milik PT DI di Bandung, Jawa Barat.
Budi menjelaskan, varian C-295 memiliki daya angkut hingga 9,2 ton dan masuk kategori medium military lift. Pesawat C-295 ini lebih efisien dalam hal perawatan dan penggunaan bahan bakar, yaitu mampu terbang 5.300 kilometer dengan membawa bahan bakar hingga 4,5 ton.
Selain itu, EADS-CASA juga sudah berhasil mengembangkan varian C-295 MPA untuk patroli maritim dan C-295 AEWCS dengan kemampuan pesawat peringatan dini dilengkapi radar di badan pesawat yang mampu berputar 360 derajat. “Dengan model ini, kami bisa masuk ke pasar luar negeri. Karena kalau hanya mengandalkan di dalam negeri, tidak akan mencukupi (kebutuhan PT DI),” kata Budi.
Dia menambahkan, pesawat ini menjadi the best selling medium airlifter karena paling banyak diminati pasar.
Airbus Tawarkan Pesawat Versi Militer
Berangkat dari Sevilla sejak Rabu (28/9/2011), pesawat Airbus C295 versi militer akhirnya mendarat di Bandar Udara Halim Perdanakusuma pada Selasa (4/10/2011). Selama perjalanan, pesawat telah melalui 6.800 mil laut selama 32 jam dengan 5 pemberhentian.
Menurut rencana, pesawat akan melakukan tur demonstrasi selama dua minggu di Indonesia. Selama acara tersebut, pihak Airbus akan bekerja sama dengan TNI Angkatan Udara (AU) dan PT Dirgantara Indonesia. Pesawat ini merupakan penawaran Airbus untuk memenuhi kebutuhan TNI AU.
Pesawat ini dapat mengangkut hingga 71 pasukan, 49 penerjung payung dengan peralatan lengkap ditambah dengan satu orang penerjun utama. Dengan konfigurasi evakuasi medis (MEDEVAC), C295 dapat membawa hingga 24 tandu dengan 6 kursi tambahan untuk petugas medis.
Selanjutnya, C295 juga memiliki APTS (Autonomous Pallet Transfer System – sistem transfer palet kargo otomatis) yang dapat diletakkan di bagian belakang pesawat. APTS ini memudahkan proses memasukkan maupun mengeluarkan palet kargo di daerah terpencil, tanpa membutuhkan peralatan dukungan darat.
Selama tur, pesawat C295 akan terbang ke berbagai daerah di Indonesia dan melakukan sejumlah demonstrasi seperti pendaratan pendek di landasan tidak beraspal, proses pemuatan kargo dengan berbagai macam peralatan, dan uji terbang dalam berbagai misi dan kondisi. C295 generasi baru ini merupakan pesawat bisa dimanfaatkan untuk misi militer maupun sipil bagi masyarakat seperti misi kemanusiaan, pengawasan maritim dan pengawasan lingkungan.
Pesawat C295 merupakan bagian dari keluarga Airbus Military bagian pengangkut udara ringan dan medium, termasuk dengan pesawat yang lebih kecil seperti C212 dan CN235.
Sumber: Jurnas/KOMPAS
4 Oktober 2011, Jakarta (Jurnas.com): PT Dirgantara Indonesia dan European Aeronautic Defense and Space (EADS)-CASA Spanyol melakukan kerja sama pembuatan pesawat angkut militer ringan C-295. Kerja sama yang difasilitasi Kementerian Pertahanan RI ini akan menghasilkan 6-9 unit pesawat.
Sebagian pesawat akan dibangun EADS-CASA di fasilitas pabrik pesawat terbang milik Airbus Military di San Pablo, Sevilla, Spanyol. “Pesawat C-295 ini merupakan hasil pengembangan dari CN-235. Hanya saja badannya diperpanjang 3 meter, tapi wing-nya sama, dan memiliki engine yang lebih besar,” kata Direktur Utama PT DI Budi Santoso usai melakukan pertemuan dengan CEO Airbus Military dan Wakil Menteri Pertahanan di Kementerian Pertahanan, Selasa (4/10).
Pesawat CN-235 merupakan buah karya bersama PT DI kala masih bernama PT Nurtanio dengan CASA. Sedangkan untuk C-295 yang mengudara pertama kali pada 1998 berbobot 50 persen lebih tambun dari pendahulunya, termasuk dibekali mesin PW127G turboprop besutan Pratt & Withney.
Khusus untuk pembuatan C-295 ini, kata Budi Santoso, sebanyak tiga unit akan coba dikerjakan di pabrik pesawat terbang milik PT DI di Bandung, Jawa Barat.
Budi menjelaskan, varian C-295 memiliki daya angkut hingga 9,2 ton dan masuk kategori medium military lift. Pesawat C-295 ini lebih efisien dalam hal perawatan dan penggunaan bahan bakar, yaitu mampu terbang 5.300 kilometer dengan membawa bahan bakar hingga 4,5 ton.
Selain itu, EADS-CASA juga sudah berhasil mengembangkan varian C-295 MPA untuk patroli maritim dan C-295 AEWCS dengan kemampuan pesawat peringatan dini dilengkapi radar di badan pesawat yang mampu berputar 360 derajat. “Dengan model ini, kami bisa masuk ke pasar luar negeri. Karena kalau hanya mengandalkan di dalam negeri, tidak akan mencukupi (kebutuhan PT DI),” kata Budi.
Dia menambahkan, pesawat ini menjadi the best selling medium airlifter karena paling banyak diminati pasar.
Airbus Tawarkan Pesawat Versi Militer
Berangkat dari Sevilla sejak Rabu (28/9/2011), pesawat Airbus C295 versi militer akhirnya mendarat di Bandar Udara Halim Perdanakusuma pada Selasa (4/10/2011). Selama perjalanan, pesawat telah melalui 6.800 mil laut selama 32 jam dengan 5 pemberhentian.
Menurut rencana, pesawat akan melakukan tur demonstrasi selama dua minggu di Indonesia. Selama acara tersebut, pihak Airbus akan bekerja sama dengan TNI Angkatan Udara (AU) dan PT Dirgantara Indonesia. Pesawat ini merupakan penawaran Airbus untuk memenuhi kebutuhan TNI AU.
Pesawat ini dapat mengangkut hingga 71 pasukan, 49 penerjung payung dengan peralatan lengkap ditambah dengan satu orang penerjun utama. Dengan konfigurasi evakuasi medis (MEDEVAC), C295 dapat membawa hingga 24 tandu dengan 6 kursi tambahan untuk petugas medis.
Selanjutnya, C295 juga memiliki APTS (Autonomous Pallet Transfer System – sistem transfer palet kargo otomatis) yang dapat diletakkan di bagian belakang pesawat. APTS ini memudahkan proses memasukkan maupun mengeluarkan palet kargo di daerah terpencil, tanpa membutuhkan peralatan dukungan darat.
Selama tur, pesawat C295 akan terbang ke berbagai daerah di Indonesia dan melakukan sejumlah demonstrasi seperti pendaratan pendek di landasan tidak beraspal, proses pemuatan kargo dengan berbagai macam peralatan, dan uji terbang dalam berbagai misi dan kondisi. C295 generasi baru ini merupakan pesawat bisa dimanfaatkan untuk misi militer maupun sipil bagi masyarakat seperti misi kemanusiaan, pengawasan maritim dan pengawasan lingkungan.
Pesawat C295 merupakan bagian dari keluarga Airbus Military bagian pengangkut udara ringan dan medium, termasuk dengan pesawat yang lebih kecil seperti C212 dan CN235.
Sumber: Jurnas/KOMPAS
Airbus Versi Militer Terbaru Mendarat di Halim
4 Oktober 2011, Jakarta (KOMPAS.com): Pesawat angkut militer modern buatan Airbus tipe A400M mendarat di Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Selasa (4/10/2011).
Kepala Dinas Penerangan Lanud Halim Mayor (Sus) Gerardus Maliti menjelaskan, pesawat singgah beberapa hari di Jakarta. "Pesawat tersebut akan mengadakan demonstrasi dan joy flight yang dapat diikuti media yang dijadwalkan Kamis atau Jumat. Pesawat tersebut kini berada di Skuadron Udara 2 di Lanud Halim," kata Maliti.
Kementerian Pertahanan RI, siang ini, akan menandatangani kerja sama dengan pihak Airbus terkait rencana pengembangan pesawat transport militer yang mungkin dibangun bersama antara Airbus dan Indonesia. Saat ini, Airbus tipe A400M dioperasikan di banyak negara Eropa Barat sebagai pengganti pesawat angkut C-130 Hercules dan C-160 Transall yang sudah beroperasi sejak tahun 1960-an. Daya angkut A400M adalah dua kali kemampuan Hercules dan Transall.
Airbus A400M dapat terbang hingga ketinggian 37.000 kaki dengan kecepatan maksimum 0,72 kecepatan suara. A400M bermesin turboprop dengan penggerak delapan bilah di tiap baling-baling pesawat bermesin empat itu. A400M dapat mengangkut 116 pasukan para dan mampu mengisi bahan bakar di udara (air refueling).
Sumber: KOMPAS
C-295 Mendarat di Lanud Halim
4 Oktober 2011, Jakarta (ANTARA News): Seorang pilot duduk di ruang kendali pesawat C 295 usai mendarat dengan mulus di Landasan Udara (Lanud) Halim Perdana Kusuma, Jakarta Timur, Selasa (4/10). Kedatangan Pesawat C 295 di Lanud Halim Perdana Kusuma dalam rangka latihan terbang dan Terjun Payung serta kerjasama antara PT Dirgantara Indonesia dengan Airbus Military dalam memproduksi pesawat angkut C-295 mulai tahun ini dengan kapasitas 12 unit setahun. (Foto: ANTARA/M Agung Rajasa/Koz/pd/11)
Petugas mengarahkan pesawat C 295 usai pendaratan dengan mulus di Landasan Udara (Lanud) Halim Perdana Kusuma, Jakarta Timur, Selasa (4/10). (Foto: ANTARA/M Agung Rajasa/Koz/pd/11)
Pilot pesawat C 295 Madurga Cruz (kanan) berjabat tangan dengan Komandan Skadron Udara 2 Letkol Penerbang Muhammad Mujib (kiri) usai mendaratkan pesawat C 295 dengan mulus di Landasan Udara (Lanud) Halim Perdana Kusuma, Jakarta Timur, Selasa (4/10). (Foto: ANTARA/M Agung Rajasa/Koz/pd/11)
Petugas mengarahkan pesawat C 295 usai pendaratan dengan mulus di Landasan Udara (Lanud) Halim Perdana Kusuma, Jakarta Timur, Selasa (4/10). (Foto: ANTARA/M Agung Rajasa/Koz/pd/11)
Pilot pesawat C 295 Madurga Cruz (kanan) berjabat tangan dengan Komandan Skadron Udara 2 Letkol Penerbang Muhammad Mujib (kiri) usai mendaratkan pesawat C 295 dengan mulus di Landasan Udara (Lanud) Halim Perdana Kusuma, Jakarta Timur, Selasa (4/10). (Foto: ANTARA/M Agung Rajasa/Koz/pd/11)
Subscribe to:
Posts (Atom)