14 Oktober 2010, Jakarta -- Anggota Komisi I DPR RI, Fayakhun Andriadi, mengatakan selain pembangunan armada laut yang tangguh berupa pengadaan kapal-kapal selam modern dan kapal perang mutakhir, TNI sangat memerlukan pesawat-pesawat intai, pemukul, serta angkut pasukan.
"Pembangunan TNI Angkatan Udara pertama-tama difokuskan pada kebutuhan pesawat angkut sejenis Hercules. Saat ini yang layak terbang hanya sekitar 10 unit, padahal kebutuhannya minimal 45 unit sebagai tulang punggung logistik," ungkapnya di Jakarta, Kamis.
Selain pesawat angkut sejenis Hercules, menurut dia, juga pengadaan pesawat intai perbatasan, dan pesawat tempur pemukul yang terdiri atas minimal tiga hingga lima skuadron, merupakan kebutuhan urgen.
"Dan saya optimis PT Dirgantara Indonesia (DI) mampu memproduksi sejumlah kebutuhan TNI AU, dengan bekerjasama dengan pemegang merek pesawat-pesawat yang dimaksud," ujar politisi muda Partai Golongan Karya (Golkar) ini.
Pembangunan kekuatan gatra udara ini, lanjutnya, harus berjalan seiring dengan penguatan di dua gatra lainnya (laut dan darat).
"Khusus di laut, saya pernah nyatakan urgensi pengadaan kapal-kapal selam dan kapal-kapal perang modern yang ditempatkan di titik-titik strategis untuk mengawal wilayah Nusantara sebagai `archupelagic state` (negara kepulauan terbesar) di dunia," katanya.
Di gatra darat, Fayakhun Andriadi menunjuk kebutuhan mendesak pengadaan roket-roket maupun Rudal canggih untuk melindungi keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
"Sekaligus untuk memberi efek getar kepada setiap lawan," katanya menambahkan.
Ia juga mengharapkan pemberian kepercayaan kepada semua industri strategis domestik berperan domionan dalam pemenuhan kebutuhan alat utama sistem persenjataan utama (Alutsista) TNI.
"PT PAL, PT Koja Bahari dan beberapa yang lain untuk kebutuhan gatra laut. Lalu PT DI untuk kebutuhan gatra udara, serta PT Pindad dan PT Krakatau Steel buat gatra darat. Kita sanggup kok," ujarnya.
Dengan pemenuhan semua kebutuhan tadi, ia optimistis, tujuan Swasembada Alutsista bisa tercapai pada akhir Rencana Strategis (Renstra) 2015.
"Bahkan, setelah itu harus mampu memasuki babak baru, yaitu mengekspor ke negara-negara sahabat. Apalagi saya sudah mendengar bahwa Vietnam, Kamboja, Filipina, Brunei, dan Thailand juga sangat berminat dengan produk-produk yang bisa diproduksi PT DI maupun PT Pindad tersebut," ujarya.
Fayakhun Andriadi juga optimistik, industri pertahanan Indonesia bisa menjadi BUMN yang prospektif dan memiliki keunggulan kompetitif di regional ASEAN.
ANTARA News
"Pembangunan TNI Angkatan Udara pertama-tama difokuskan pada kebutuhan pesawat angkut sejenis Hercules. Saat ini yang layak terbang hanya sekitar 10 unit, padahal kebutuhannya minimal 45 unit sebagai tulang punggung logistik," ungkapnya di Jakarta, Kamis.
Selain pesawat angkut sejenis Hercules, menurut dia, juga pengadaan pesawat intai perbatasan, dan pesawat tempur pemukul yang terdiri atas minimal tiga hingga lima skuadron, merupakan kebutuhan urgen.
"Dan saya optimis PT Dirgantara Indonesia (DI) mampu memproduksi sejumlah kebutuhan TNI AU, dengan bekerjasama dengan pemegang merek pesawat-pesawat yang dimaksud," ujar politisi muda Partai Golongan Karya (Golkar) ini.
Pembangunan kekuatan gatra udara ini, lanjutnya, harus berjalan seiring dengan penguatan di dua gatra lainnya (laut dan darat).
"Khusus di laut, saya pernah nyatakan urgensi pengadaan kapal-kapal selam dan kapal-kapal perang modern yang ditempatkan di titik-titik strategis untuk mengawal wilayah Nusantara sebagai `archupelagic state` (negara kepulauan terbesar) di dunia," katanya.
Di gatra darat, Fayakhun Andriadi menunjuk kebutuhan mendesak pengadaan roket-roket maupun Rudal canggih untuk melindungi keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
"Sekaligus untuk memberi efek getar kepada setiap lawan," katanya menambahkan.
Ia juga mengharapkan pemberian kepercayaan kepada semua industri strategis domestik berperan domionan dalam pemenuhan kebutuhan alat utama sistem persenjataan utama (Alutsista) TNI.
"PT PAL, PT Koja Bahari dan beberapa yang lain untuk kebutuhan gatra laut. Lalu PT DI untuk kebutuhan gatra udara, serta PT Pindad dan PT Krakatau Steel buat gatra darat. Kita sanggup kok," ujarnya.
Dengan pemenuhan semua kebutuhan tadi, ia optimistis, tujuan Swasembada Alutsista bisa tercapai pada akhir Rencana Strategis (Renstra) 2015.
"Bahkan, setelah itu harus mampu memasuki babak baru, yaitu mengekspor ke negara-negara sahabat. Apalagi saya sudah mendengar bahwa Vietnam, Kamboja, Filipina, Brunei, dan Thailand juga sangat berminat dengan produk-produk yang bisa diproduksi PT DI maupun PT Pindad tersebut," ujarya.
Fayakhun Andriadi juga optimistik, industri pertahanan Indonesia bisa menjadi BUMN yang prospektif dan memiliki keunggulan kompetitif di regional ASEAN.
ANTARA News