Berita Pertahanan dan Keamanan, Industri Militer Indonesia dan Dunia, Wilayah Kedaulatan NKRI serta Berita Militer Negara Sahabat
Saturday, March 16, 2013
PT PAL Modernisasi KRI Karang Pilang-981
15 Maret 2013, Surabaya: Untuk mendukung blue print TNI Angkatan Laut tahun 2014 menuju Minimum Essential Force (MEF), Koarmatim melakukan modernisasi unsur-unsur yang berada dibawah jajarannya. Salah satu unsur tersebut adalah KRI Karang Pilang-981 yang berada dijajaran Satuan Kapal Bantu (Satban) Koarmatim. Modernisasi yang dilakukan meliputi penggantian sistem pendorongan (propulsi), perbaikan interior kapal serta persenjataannya dengan menambah dua pucuk meriam kaliber 20mm. Perbaikan ini dilakukan di Dock Ship Lift Divisi Kapal Perang PT. PAL.
Dalam perbaikan ini sistem permesinan KRI Karang Pilang yang tadinya menggunakan empat Mesin Pendorong Pokok (MPK) bertenaga Water Jet direvitalisasi menjadi dua MPK Shaft Propeler. Dengan adanya penggantian sistem pendorong pokok ini secara teknis dapat mengurangi laju kecepatan kapal, namun disisi lain dari segi operasional sangat positif dalam efisiensi bahan bakar. Memang dengan dua MPK Shaft Propeler kecepatan kapal akan turun dari 40 knot menjadi 18 knot, namun dari segi pemakaian bahan bakar dapat menghemat pemakaian dari 2 ton per jam menjadi 2 ton per hari.
Melihat sejarah KRI Karang Pilang-981, awalnya adalah kapal penumpang milik PT. Pelni dengan nama KM. Ambulu, dibuat pada tahun 1996 di galangan kapal Lurrsen Jerman. Kemudian pada tanggal 07 April 2006 kapal tersebut dihibahkan ke Angkatan Laut dan dipercayakan memperkuat jajaran Satban Koarmatim. Kapal perang ini sangat efektif dalam melaksanakan opersi tempur laut, hal ini disebabkan oleh bangunan kapal perang terbuat dari aluminium, yang sulit dideteksi oleh radar kapal perang musuh. Dominasi platform kapal dari alminium secara teknis jika terdeteksi radar kapal perang musuh, akan tampak samar. Hal itu dapat dijadikan sebagai sarana kamuflase dan pengelabuahan terhadap lawan.
Di jajaran Koarmatim, KRI Karang Pilang memilki fungsi sebagai Kapal Cepat Angkut Personel (KCP), diawakai sekitar 30 personel dengan Komandan Mayor Laut (P) Basuki Mulyo Wibowo. Kapal ini naik dock PT. PAL pada tanggal 19 Februari 2013, dan sempat ditinjau oleh Irjen TNI Letnan Jenderal TNI Gerhan Lantara, Rabu (13/3) kemarin.
Sumber: Dispenarmatim
PT DI Serahkan Enam Unit Helikopter Bell-412 EP ke TNI AD
Wakasad Letjen TNI Moeldoko (kiri), Brigadir Jenderal TNI Mochammad Afifuddin (kanan) dan Mayjen TNI Joko Sriwidodo (tengah) berada didalam Helikopter pada Serah Terima 6 Unit Helikopter Angkut Type Bell-412 EP di Hanggar Rotary Wing PT. Dirgantara Indonesia, Bandung, Jabar, Jumat (15/3). PT. DI menyerahkan 6 unit helikopter kepada Kementerian Pertahanan RI guna peningkatan kebutuhan Alutsista TNI. (Foto: ANTARA/Fahrul Jayadiputra/Koz/mes/13)
15 Maret 2013, Bandung, Industri pertahanan dalam negeri kembali membuktikan telah memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan Alutsista TNI. Hal tersebut dibuktikan dengan diserahterimakannya enam unit Helikopter Angkut tipe Bell-412 EP produksi PT Dirgantara Indonesia (DI) kepada TNI AD.
Proses serah terima ditandai dengan penandatanganan serah terima dan dokumen penyerahan enam unit helikopter angkut oleh Direktur Utama PT DI Budi Santoso kepada Kementerian Pertahanan dalam hal tersebut diwakili Kabarahanan Kemhan Laksamana Muda TNI Rachmad Lubis, Jum’at (15/3) di Hanggar Rotary Wing KP II PT DI, Bandung. Acara serah terima dihadiri sejumlah pejabat di lingkungan Kemhan, Mabes TNI dan Mabes TNI AD.
Selanjutnya dari Kemhan diserahterimakan kepada Mabes TNI yang diwakili Aslog Panglima TNI Mayjen TNI H. Hari Krisnowo, kemudian diserahkan kepada TNI AD yang diwakili Aslog Kasad Mayjen TNI P. Prastyanto, S.I.P., S.E., dan terakhir diserahkan kepada Danppuspenerbad Brigadir Jenderal Mochammad Afifudiing selaku pengguna enam unit helikopter.
Penyerahan enam unit Helikopter Angkut type Bell-412 EP didasarkan pada Kontrak Jual Beli enam unit Helikopter Angkut No. TRAK/145/PLN/III/2012/AD tanggal 6 Maret 2012, antara Kementerian Pertahanan RI dengan PT Dirgantara Indonesia (Persero) dengan sumber dana dari Fasilitas Kredit Ekspor TA 2009.
(Foto: DMC)
Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro yang tidak sempat hadir dalam acara tersebut dalam sambutan tertulisnya yang dibacakan oleh Kabaranahan Kemhan mengatakan, dengan telah diserahkannya enam unit Helikopter Angkut Bell-412 EP dari PT DI kepada TNI AD ini membuktikan bahwa kemampuan industri pertahanan dalam negeri khususnya PT DI ikut berperan memenuhi kebutuhan Alutsista TNI AD. Pengadaan helikopter ini juga merupakan kepercayaan dari pemerintah terhadap kemampuan PT DI dan merupakan bukti nyata komitmen pemerintah terhadap penggunaan produksi industri pertahanan dalam negeri.
Lebih lanjut Menhan mengungkapkan keyakinannya bahwa PT DI akan berupaya secara maksimal dengan komitmen yang tinggi untuk memproduksi kebutuhan Alutsista TNI AD sesuai rencana dan program yang telah ditetapkan. “Ke depan dalam rangka mendukung kemandirian produksi alutsista dalam negeri, pemerintah dalam hal ini Kementerian Pertahanan, tetap concern dan terus melakukan berbagai terobosan, termasuk melakukan penyiapan perangkat lunak peraturan perundang-undangan dalam mendukung pengembangan industri dalam negeri dalam rangka meminimalkan ketergantungan pengadaan Alutsista dari luar negeri”, ungkap Menhan.
Mengakhiri sambutannya, Menhan menyampaikan ucapkan terima kasih dan penghargaan yang tinggi kepada Direksi dan jajaran PT DI atas penyerahan 6 unit helikopter serbu Bell-412 EP kepada TNI AD.
Menhan berharap PT DI terus dapat memacu diri meningkatkan profesionalisme, sehingga pada masa yang akan datang PT DI dapat tumbuh menjadi industri kebanggaan bangsa yang mandiri dan mampu bersaing dengan industri pertahanan. Sedangkan kepada TNI AD, Menhan menyampaikan ucapkan selamat atas penambahan kekuatan Alutsista dengan berharap agar Alutsista tersebut dapat dioperasikan dan dipelihara dengan baik, sehingga mampu mendukung kegiatan satuan, khususnya kebutuhan operasi secara optimal.
Sementara itu, Dirut PT DI Direktur Utama PT DI, Budi Santoso berharap dengan penyerahan enam helikopter ini akan membawa pengaruh besar bagi kemampuan TNI, khususnya TNI AD dalam menghadapi tugas-tugasnya yang semakin berat.
Lebih lanjut dikatakan sejauh ini PT DI menyadari bahwa kebutuhan Alutsista bagi TNI akan terus meningkat. Hal ini tentu sejalan dengan tantangan yang semakin beragam sehingga upaya antisipasi harus terus dioptimalkan. PT DI, sebagai salah satu penyedia produk Alutsista, tentunya harus terus berupaya untuk dapat memenuhi tuntutan yang diminta.
Menurutnya, TNI AD selama ini merupakan pengguna terbesar helikopter-helikopter produksi PT DI, dan di masa yang akan datang, dan PT DI mengharapkan TNI AD akan tetap mempercayakan dan memprioritaskan pemenuhan kebutuhan helikopternya pada PT DI.
Helikopter type Bell-412 EP adalah merupakan helikopter serbaguna yang ditenagai oleh sepasang engine, Pratt & Whitney PT6T-3D, dengan 4 bilah rotor utama dan 2 bilah rotor ekor. Helikopter ini termasuk kelas menengah dan diawaki oleh 2 orang pilot dan ko-pilot serta mampu mengangkut 13 penumpang.
Sumber: DMC
15 Maret 2013, Bandung, Industri pertahanan dalam negeri kembali membuktikan telah memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan Alutsista TNI. Hal tersebut dibuktikan dengan diserahterimakannya enam unit Helikopter Angkut tipe Bell-412 EP produksi PT Dirgantara Indonesia (DI) kepada TNI AD.
Proses serah terima ditandai dengan penandatanganan serah terima dan dokumen penyerahan enam unit helikopter angkut oleh Direktur Utama PT DI Budi Santoso kepada Kementerian Pertahanan dalam hal tersebut diwakili Kabarahanan Kemhan Laksamana Muda TNI Rachmad Lubis, Jum’at (15/3) di Hanggar Rotary Wing KP II PT DI, Bandung. Acara serah terima dihadiri sejumlah pejabat di lingkungan Kemhan, Mabes TNI dan Mabes TNI AD.
Selanjutnya dari Kemhan diserahterimakan kepada Mabes TNI yang diwakili Aslog Panglima TNI Mayjen TNI H. Hari Krisnowo, kemudian diserahkan kepada TNI AD yang diwakili Aslog Kasad Mayjen TNI P. Prastyanto, S.I.P., S.E., dan terakhir diserahkan kepada Danppuspenerbad Brigadir Jenderal Mochammad Afifudiing selaku pengguna enam unit helikopter.
Penyerahan enam unit Helikopter Angkut type Bell-412 EP didasarkan pada Kontrak Jual Beli enam unit Helikopter Angkut No. TRAK/145/PLN/III/2012/AD tanggal 6 Maret 2012, antara Kementerian Pertahanan RI dengan PT Dirgantara Indonesia (Persero) dengan sumber dana dari Fasilitas Kredit Ekspor TA 2009.
(Foto: DMC)
Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro yang tidak sempat hadir dalam acara tersebut dalam sambutan tertulisnya yang dibacakan oleh Kabaranahan Kemhan mengatakan, dengan telah diserahkannya enam unit Helikopter Angkut Bell-412 EP dari PT DI kepada TNI AD ini membuktikan bahwa kemampuan industri pertahanan dalam negeri khususnya PT DI ikut berperan memenuhi kebutuhan Alutsista TNI AD. Pengadaan helikopter ini juga merupakan kepercayaan dari pemerintah terhadap kemampuan PT DI dan merupakan bukti nyata komitmen pemerintah terhadap penggunaan produksi industri pertahanan dalam negeri.
Lebih lanjut Menhan mengungkapkan keyakinannya bahwa PT DI akan berupaya secara maksimal dengan komitmen yang tinggi untuk memproduksi kebutuhan Alutsista TNI AD sesuai rencana dan program yang telah ditetapkan. “Ke depan dalam rangka mendukung kemandirian produksi alutsista dalam negeri, pemerintah dalam hal ini Kementerian Pertahanan, tetap concern dan terus melakukan berbagai terobosan, termasuk melakukan penyiapan perangkat lunak peraturan perundang-undangan dalam mendukung pengembangan industri dalam negeri dalam rangka meminimalkan ketergantungan pengadaan Alutsista dari luar negeri”, ungkap Menhan.
Mengakhiri sambutannya, Menhan menyampaikan ucapkan terima kasih dan penghargaan yang tinggi kepada Direksi dan jajaran PT DI atas penyerahan 6 unit helikopter serbu Bell-412 EP kepada TNI AD.
Menhan berharap PT DI terus dapat memacu diri meningkatkan profesionalisme, sehingga pada masa yang akan datang PT DI dapat tumbuh menjadi industri kebanggaan bangsa yang mandiri dan mampu bersaing dengan industri pertahanan. Sedangkan kepada TNI AD, Menhan menyampaikan ucapkan selamat atas penambahan kekuatan Alutsista dengan berharap agar Alutsista tersebut dapat dioperasikan dan dipelihara dengan baik, sehingga mampu mendukung kegiatan satuan, khususnya kebutuhan operasi secara optimal.
Sementara itu, Dirut PT DI Direktur Utama PT DI, Budi Santoso berharap dengan penyerahan enam helikopter ini akan membawa pengaruh besar bagi kemampuan TNI, khususnya TNI AD dalam menghadapi tugas-tugasnya yang semakin berat.
Lebih lanjut dikatakan sejauh ini PT DI menyadari bahwa kebutuhan Alutsista bagi TNI akan terus meningkat. Hal ini tentu sejalan dengan tantangan yang semakin beragam sehingga upaya antisipasi harus terus dioptimalkan. PT DI, sebagai salah satu penyedia produk Alutsista, tentunya harus terus berupaya untuk dapat memenuhi tuntutan yang diminta.
Menurutnya, TNI AD selama ini merupakan pengguna terbesar helikopter-helikopter produksi PT DI, dan di masa yang akan datang, dan PT DI mengharapkan TNI AD akan tetap mempercayakan dan memprioritaskan pemenuhan kebutuhan helikopternya pada PT DI.
Helikopter type Bell-412 EP adalah merupakan helikopter serbaguna yang ditenagai oleh sepasang engine, Pratt & Whitney PT6T-3D, dengan 4 bilah rotor utama dan 2 bilah rotor ekor. Helikopter ini termasuk kelas menengah dan diawaki oleh 2 orang pilot dan ko-pilot serta mampu mengangkut 13 penumpang.
Sumber: DMC
Thursday, March 14, 2013
Kopaska dan USN Seal Gelar Flash Iron 13-01
13 Maret 2013, Jakarta, Komando Pasukan Katak (Kopaska) TNI Angkatan Laut, bersama US Navy Seal, menggelar latihan bersama Flash Iron 13-01 Joint Combined Exchange Training (JCET). Latihan pasukan khusus Angkatan Laut dari Indonesia dan Amerika Serikat (AS) tersebut direncanakan berlangsung 21 hari, mulai 13 Maret hingga 2 April 2013, di Markas Komando (Mako) Satuan Komando Pasukan Katak (Satkopaska) Komando Armada RI Kawasan Barat (Koarmabar), Pondok Dayung, Jakarta Utara.
"Latihan bersama ini merupakan salah satu upaya untuk menjawab tantangan ke depan yang semakin kompleks," ujar Panglima Komando Armada RI Kawasan Barat (Pangarmabar) Laksamana Muda (Laksda) TNI Arief Rudianto, S.E., dalam amanatnya pada upacara pembukaan Flash Iron 13-01 JCET di yang dibacakan Komandan Komando Latihan (Dankolat) Koarmabar Kolonel Laut (P) Yudo Margono di Pondok Dayung, Jakarta Utara, Rabu (13/3).
Latihan bersama melibatkan dua tim dari Satkopaska Komando Armada RI Kawasan Timur (Koarmatim), dua tim dari Satkopaska Koarmabar dan satu tim dari US Navy Seal. Materi yang diujikan, meliputi teknis, taktis dan manuver di lapangan menggunakan metode latihan teori, drill dan praktek di lapangan dengan sifat latihan satu pihak dikendalikan.
Menurut Pangarmabar, perkembangan dinamika di lapangan sangat cepat bila dikaitkan dengan tingkat kompleksitas tugas dan tantangan yang dihadapi TNI Angkatan Laut. Oleh karena itu, keberhasilan tugas dan latihan bersama ini akan terkait erat dengan semangat, dedikasi, kekompakan dan rasa kebersamaan yang mendalam dari semua prajurit.
Sasaran yang akan diwujudkan pada latihan kali ini, adalah untuk meningkatkan ketajaman profesionalisme prajurit Satkopaska TNI Angkatan Laut dan US Navy Seal. Oleh karena itu, latihan bersama tersebut dilaksanakan untuk menguji kemampuan individu maupun tim serta memantapkan standar operasi prosedur (SOP) di lapangan.
"Jenis dan beban materi latihan telah disusun secara bertahap, berlanjut dan berkesinambungan, agar hasil latihan dapat dijadikan sebagai landasan untuk latihan berikutnya," jelas Pangarmabar.
Lebih lanjut Pangarmabar mengatakan, para penyelenggara latihan baik pelaku, pelatih maupun pengawas dan pengendali latihan harus memiliki kesamaan persepsi, rencana latihan jangka panjang serta sistem, dan metode latihan yang tepat bagi Kopaska dan US Navy Seal sehingga akan terbentuk suatu tim yang solid.
Diakhir amanatnya Pangarmabar menekankan kepada para Perwira Pelaksana beserta seluruh staf dan pelaku latihan untuk selalu menjaga keamanan baik personel maupun materiil dengan selalu mengacu pada standar prosedur keselamatan latihan.
Sumber: Koarmabar
Sunday, March 10, 2013
TB Hasanuddin Pertanyakan Presiden Borong Alutsista di Jerman
Presiden SBY dan Ibu Ani meninggalkan Jerman melalui Bandara Tegel, Berlin, untuk menuju Hungaria, Rabu (6/3) pagi. (Foto: abror/presidensby.info)
10 Maret 2013, Jakarta: Wakil Ketua Komisi I DPR RI Tubagus Hasanuddin mempertanyakan sikap dan tindakan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang memborong sejumlah alutsista saat melakukan lawatan ke Berlin, Jerman. Sebab, selama ini dalam pembahasan dengan Komisi I, Kemenhan tidak pernah menyinggung rencana pembelian alutsista dari Jerman ini.
"Sehingga kita pertanyakan, sumber pembiayaan itu akan diambil dari mana. Karena di APBN belanja alutsista dari Jerman itu belum dianggarkan. Kalau itu dibeli melalui pembiayaan pinjaman luar negeri, kan tetap saja mesti dibahas di DPR dulu," tukasnya di kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Rabu (6/3).
Menurutnya, tindakan itu tidak bisa dilakukan sepihak. "Kalau gitu buat apa ada DPR, kalau Pemerintah selalu memutus sepihak seperti itu," tandas Hasanuddin.
Politisi PDI-Perjuangan ini mengaku kawatir jika program pembangunan modernisasi postur pertahanan minimum yang sudah ditetapkan dan dijadwalkan bersama antara DPR dan pemerintah, akan meleset dari sasaran. Jika pihak pemerintah selalu mengambil keputusan sepihak, suatu saat jika bermasalah dan tidak bisa dipergunakan, jelas pertanggungjawabkan menjadi sulit. Termasuk pertanggungjawaban atas penggunaan anggarannya.
"Ini yang sesungguhnya kita kawatirkan. Karena kenyataannya pihak pemerintah telah beberapa kali memutuskan sepihak dalam belanja alutsista itu. Dan posisi Komisi I menjadi sulit, antara menyetujui atau menolaknya. Karena barang sudah dipesan dan kontrak pengadaan sudah jalan," tuturnya.
Adapun kontrak pembelian MoU yang dilakukan Presiden SBY di Jerman itu, kata Hasanuddin, terdiri dari pembelian 103 Tank kelas MBT, 50 Tank Marder (kelasnya di bawah MBT), dan 18 pesawat latih Grob.
Khusus pesawat latih, DPR ingin tau berapa harganya, dan sumber keuangannya dari mana. Karena Pemerintah baru saja memborong pesawat latih 1 skaodron dari Korsel T-50. Itu sudah selesai untuk Renstra (rencana strategis) sampai dengan 2014. Prinsipnya, yang dibeli itu tidak masuk dalam Restra, apakah itu telah sesuai dengan kebutuhan atau tidak.
Sebelumnya diberitakan, dalam kunjungan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Ibu Ani Yudhoyono ke Berlin, Indonesia menjajaki kerjasama alutsista dengan Jerman.
Menhan Purnomo Yusgiantoro mengatakan dalam waktu dekat, tambahan alutsista berupa Tank Marder dari Jerman akan segera tiba, untuk melengkapi 103 Leopard dari Jerman. Tank medium untuk pengangkut pasukan tersebut akan melengkapi alat-alat tempur pasukan Indonesia.
"Jadi dengan ini kita memiliki satuan yang lengkap, ada tank yang light (ringan), medium (sedang), dan main atau heavy (utama atau berat)," katanya.
Sumber: Jurnal Parlemen
10 Maret 2013, Jakarta: Wakil Ketua Komisi I DPR RI Tubagus Hasanuddin mempertanyakan sikap dan tindakan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang memborong sejumlah alutsista saat melakukan lawatan ke Berlin, Jerman. Sebab, selama ini dalam pembahasan dengan Komisi I, Kemenhan tidak pernah menyinggung rencana pembelian alutsista dari Jerman ini.
"Sehingga kita pertanyakan, sumber pembiayaan itu akan diambil dari mana. Karena di APBN belanja alutsista dari Jerman itu belum dianggarkan. Kalau itu dibeli melalui pembiayaan pinjaman luar negeri, kan tetap saja mesti dibahas di DPR dulu," tukasnya di kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Rabu (6/3).
Menurutnya, tindakan itu tidak bisa dilakukan sepihak. "Kalau gitu buat apa ada DPR, kalau Pemerintah selalu memutus sepihak seperti itu," tandas Hasanuddin.
Politisi PDI-Perjuangan ini mengaku kawatir jika program pembangunan modernisasi postur pertahanan minimum yang sudah ditetapkan dan dijadwalkan bersama antara DPR dan pemerintah, akan meleset dari sasaran. Jika pihak pemerintah selalu mengambil keputusan sepihak, suatu saat jika bermasalah dan tidak bisa dipergunakan, jelas pertanggungjawabkan menjadi sulit. Termasuk pertanggungjawaban atas penggunaan anggarannya.
"Ini yang sesungguhnya kita kawatirkan. Karena kenyataannya pihak pemerintah telah beberapa kali memutuskan sepihak dalam belanja alutsista itu. Dan posisi Komisi I menjadi sulit, antara menyetujui atau menolaknya. Karena barang sudah dipesan dan kontrak pengadaan sudah jalan," tuturnya.
Adapun kontrak pembelian MoU yang dilakukan Presiden SBY di Jerman itu, kata Hasanuddin, terdiri dari pembelian 103 Tank kelas MBT, 50 Tank Marder (kelasnya di bawah MBT), dan 18 pesawat latih Grob.
Khusus pesawat latih, DPR ingin tau berapa harganya, dan sumber keuangannya dari mana. Karena Pemerintah baru saja memborong pesawat latih 1 skaodron dari Korsel T-50. Itu sudah selesai untuk Renstra (rencana strategis) sampai dengan 2014. Prinsipnya, yang dibeli itu tidak masuk dalam Restra, apakah itu telah sesuai dengan kebutuhan atau tidak.
Sebelumnya diberitakan, dalam kunjungan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Ibu Ani Yudhoyono ke Berlin, Indonesia menjajaki kerjasama alutsista dengan Jerman.
Menhan Purnomo Yusgiantoro mengatakan dalam waktu dekat, tambahan alutsista berupa Tank Marder dari Jerman akan segera tiba, untuk melengkapi 103 Leopard dari Jerman. Tank medium untuk pengangkut pasukan tersebut akan melengkapi alat-alat tempur pasukan Indonesia.
"Jadi dengan ini kita memiliki satuan yang lengkap, ada tank yang light (ringan), medium (sedang), dan main atau heavy (utama atau berat)," katanya.
Sumber: Jurnal Parlemen
Subscribe to:
Posts (Atom)