Berita Pertahanan dan Keamanan, Industri Militer Indonesia dan Dunia, Wilayah Kedaulatan NKRI serta Berita Militer Negara Sahabat
Friday, December 30, 2011
Terbang Formasi Pesawat Angkut TNI AL
30 Desember 2011, Banyuwangi (ANTARA News): Tiga dari empat pesawat angkut Cassa NC212 milik Skuadron Udara 600 Wing Udara-1 Puspenerbal, melakukan terbang formasi, di atas Samudra Indonesia wilayah Banyuwangi, Jumat (30/12). Terbang formasi tersebut, merupakan satu kesatuan pergerakan pesawat angkut logistik dalam setiap Operasi Militer Perang (OMP) maupun Operasi Militer Selain Perang (OMSP), di wilayah NKRI. (Foto: ANTARA/Eric Ireng/pd/11)
Penyerapan Anggaran 2011 Kemhan 94,73 Persen
Menhan Purnomo Yusgiantoro (kiri) berbincang dengan Wamenhan Sjafrie Sjamsoeddin (kanan) sebelum memberikan keterangan pers rapat evaluasi akhir tahun 2011 di Kemenhan, Jakarta, Jumat (30/12). Menhan menyampaikan sejumlah hasil yang telah dilaksanakan Kemhan selama tahun 2011 diantaranya penyerapan APBN, pembentukan Komite Kebijakan Industri Pertahanan dalam merevitalisasi industri dalam negeri serta proses legislasi seperti RUU Revitalisasi Industri Pertahanan, RUU Kamnas dan RUU Rahasia Negara. (Foto: ANTARA/Widodo S. Jusuf/Koz/pd/11)
30 Desember 2011, Jakarta (ANTARA Jatim): Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengatakan penyerapan APBN 2011 khusus untuk belanja barang dan modal dari pagu setelah revisi sebesar Rp35,973 triliun terserap Rp34,076 triliun atau sekitar 94,73 persen.
"Sisanya Rp1,897 triliun atau 5,27 persen yang merupakan alokasi pinjaman dalam APBN Kemhan 2011 yang belum dipakai atau 'multiyears'," katanya dalam jumpa wartawan evaluasi akhir Kementerian Pertahanan di Jakarta, Jumat.
Ia mengatakan penyerapan anggaran yang tidak mencapai seratus persen itu dikarenakan belum adanya realisasi pembayaran baik berupa pinjaman dalam negeri maupun luar negeri.
"Jadi, meski kontraknya sudah ditandatangani, namun belum efektif artinya belum ada realisasi dari sumber dana baik pinjaman dalam dan luar negeri," ujar Menhan.
Namun, secara umum dari pagu Kemhan 2011 senilai Rp58,1 triliun yang terdiri atas belanja pegawai, belanja barang dan belanja modal maka penyerapan anggaran mencapai 96 persen.
"Tentu sisanya alokasi pinjaman anggaran yang belum dibayarkan, mungkin karena belum siap atau apa meski kontraknya sudah ditadatangani, termasuk penyelesaian L/C dan sebagainya," tutur Menhan.
Terkait pelaksanaan kerja Kemhan 2011, ia mengatakan difokukan padan pembangunan sistem pertahanan negara yang terintegrasi andal dan pro kesejahteraan.
"Terutama masalah kesejahteraan, kita sudah dapat tingkatkan kesejahteraan bagi TNI dan PNS Kemhan/TNI seperti tunjangan khusus bagi prajurit di perbatasan, renumerasi kinerja yaitu sekitar 40 persen dari gaji, kenaikan berkala, gaji ke-13, santunan dan tunjangan cacat prajurit yang baru saja terbit PP-nya untuk perbaiki aturan yang sebelumnya, agar lebih baik, rencana kenaikan uang lauk pauk," paparnya.
Secara umum, pelaksanaan kerja Kemhan selain kesejahteraan dilakukan pula penataan organisasi internal direktorat bela negara, Universitas Pertahanan, dan penyelesaian kompleks Pusat Keamanan dan Perdamaian Indonesia di Sentuk yang akan menjadi pusat berbagai kegiatan seperti Pusat Misi Pemeliharaan Perdamaian, Penanggulangan Bencana, Pusat Olahraga Militer dan lainnya, tukas Purnomo.
"Semua sudah dapat dilaksanakan dengan baik, termasuk dengan perkembangan Litbang yang semakin baik. Sedangkan untuk pengawasan komite tertinggi untuk pengadaan alutsita, dan tim peniadaan penyimpangan pengadaan barang dan jasa serta sistem manjemen akuntansi mengingat aset yang cukup besar yang dimiliki TNI, juga sudah mulai berjalan baik sesuai standar yang ditetapkan," ujarya, menambahkan.
Sumber: ANTARA Jatim
30 Desember 2011, Jakarta (ANTARA Jatim): Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengatakan penyerapan APBN 2011 khusus untuk belanja barang dan modal dari pagu setelah revisi sebesar Rp35,973 triliun terserap Rp34,076 triliun atau sekitar 94,73 persen.
"Sisanya Rp1,897 triliun atau 5,27 persen yang merupakan alokasi pinjaman dalam APBN Kemhan 2011 yang belum dipakai atau 'multiyears'," katanya dalam jumpa wartawan evaluasi akhir Kementerian Pertahanan di Jakarta, Jumat.
Ia mengatakan penyerapan anggaran yang tidak mencapai seratus persen itu dikarenakan belum adanya realisasi pembayaran baik berupa pinjaman dalam negeri maupun luar negeri.
"Jadi, meski kontraknya sudah ditandatangani, namun belum efektif artinya belum ada realisasi dari sumber dana baik pinjaman dalam dan luar negeri," ujar Menhan.
Namun, secara umum dari pagu Kemhan 2011 senilai Rp58,1 triliun yang terdiri atas belanja pegawai, belanja barang dan belanja modal maka penyerapan anggaran mencapai 96 persen.
"Tentu sisanya alokasi pinjaman anggaran yang belum dibayarkan, mungkin karena belum siap atau apa meski kontraknya sudah ditadatangani, termasuk penyelesaian L/C dan sebagainya," tutur Menhan.
Terkait pelaksanaan kerja Kemhan 2011, ia mengatakan difokukan padan pembangunan sistem pertahanan negara yang terintegrasi andal dan pro kesejahteraan.
"Terutama masalah kesejahteraan, kita sudah dapat tingkatkan kesejahteraan bagi TNI dan PNS Kemhan/TNI seperti tunjangan khusus bagi prajurit di perbatasan, renumerasi kinerja yaitu sekitar 40 persen dari gaji, kenaikan berkala, gaji ke-13, santunan dan tunjangan cacat prajurit yang baru saja terbit PP-nya untuk perbaiki aturan yang sebelumnya, agar lebih baik, rencana kenaikan uang lauk pauk," paparnya.
Secara umum, pelaksanaan kerja Kemhan selain kesejahteraan dilakukan pula penataan organisasi internal direktorat bela negara, Universitas Pertahanan, dan penyelesaian kompleks Pusat Keamanan dan Perdamaian Indonesia di Sentuk yang akan menjadi pusat berbagai kegiatan seperti Pusat Misi Pemeliharaan Perdamaian, Penanggulangan Bencana, Pusat Olahraga Militer dan lainnya, tukas Purnomo.
"Semua sudah dapat dilaksanakan dengan baik, termasuk dengan perkembangan Litbang yang semakin baik. Sedangkan untuk pengawasan komite tertinggi untuk pengadaan alutsita, dan tim peniadaan penyimpangan pengadaan barang dan jasa serta sistem manjemen akuntansi mengingat aset yang cukup besar yang dimiliki TNI, juga sudah mulai berjalan baik sesuai standar yang ditetapkan," ujarya, menambahkan.
Sumber: ANTARA Jatim
Kemhan Pastikan Membeli Enam Unit Jet Tempur Sukhoi dari Rusia
29 Desember 2011, Jakarta, DMC - Kementerian Pertahanan Republik Indonesia memastikan membeli enam unit jet tempur Sukhoi Su-30 MK2 dari Rusia sebagai bagian dari rencana strategis untuk memenuhi kekuatan udara pesawat tempur Sukhoi hingga satu skuadron atau setara 16 jet tempur.
Kepastian tersebut ditandai dengan penyerahan kontrak pengadaan Sukhoi Su-30 MK2 antara Kementerian Pertahanan Republik Indonesia dengan JSC Rosoboronexport Rusia, Kamis (29/12) di kantor Kementerian Pertahanan RI, Jakarta.
Dalam acara penyerahan kontrak tersebut, pihak Kemhan diwakili oleh Kepala Badan Sarana Pertahanan (Kabaranahan) Kemhan RI Mayjen TNI Ediwan Prabowo, sedangkan pihak Rosoboronexport Rusia diwakili oleh pejabat perwakilannya di Indonesia Vadim Araksin.
Hadir menyaksikan serah terima kontrak tersebut sejumlah pejabat di lingkungan Kemhan dan Mabes TNI AU antara lain Kepala Pusat Pengadaan Baranahan Kemhan Laksma TNI Ir. A. Djonie Gallaran, MM, Asrena Kasau Marsda TNI Rodi Suprasodjo, S.IP dan Kadisadaau Marsma TNI Achmad Zainuri. Hadir pula Duta Besar Rusia Untuk Indonesia Alexander A. Ivanov.
Pengadaan enam unit jet tempur Sukhoi Su-30 MK2 ini untuk melengkapi 10 Sukhoi yang kini sudah dimiliki TNI AU sehingga nantinya genap menjadi satu skuadron yang ditempatkan di Pangkalan Udara (Lanud) Hasanuddin, Makassar, Sulawesi Selatan.
10 Shukoi tersebut terdiri enam unit Sukhoi jenis Su-27 SKM dan empat unit Sukhoi jenis Su-30 MK2. Dengan penambahan enam unit jet tempur Sukhoi Su-30 MK2 tersebut diharapkan dapat menambah kekuatan tempur TNI AU dalam menjaga kawasan udara Indonesia.
Kabaranahan Kemhan RI dalam kesempatan tersebut menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak JSC Rosoboronexport Rusia yang telah menunjukkan kerjasama yang baik dan saling menguntungkan dengan Kementerian Pertahanan Republik Indonesia sehingga realisasi pengadaan Sukhoi Su-30 MK2 dapat terpenuhi.
Realisasi pengadaan Sukhoi Su-30 MK2 menjadi salah satu perkembangan positif dari hubungan kerjasama yang saling menguntungkan antara kedua negara di bidang pertahanan terutama kerjasama pengadaan Alat Utama Sistem Senjata (Alutsista).
Kabaranahan Kemhan RI berharap, di masa mendatang Pemerintah Indonesia dapat mencapai kebutuhan Alutsista khususnya pesawat tempur yang dapat menjaga wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dari ancaman baik internal dan eksternal.
Mengakhiri sambutannya, Kabaranahan Kemhan RI mengatakan, dengan telah diserahkannya kontrak pengadaan Sukhoi Su-30 MK2, maka kedepan kedua belah pihak memiliki tanggung jawab untuk melanjutkan proses pengadaan Sukhoi Su-30 MK2 seperti yang telah direncanakan dan Kemhan RI berharap dapat selesai tepat pada waktunya.
Sumber: DMC
Marinir Angkat Tiga Warga Kehormatan Baru
Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono (tiga kanan), Kapolri Jenderal Polisi Timur Pradopo (empat kanan), Kasau Marsekal TNI Imam Sufaat (Kanan) dan Kasad Jenderal TNI Pramono Edhie Wibowo (lima kanan), memakai baret ungu Korps Marinir, di Mangga Dua, Pusat Latihan Tempur Karangtekok, Situbondo, Jawa Timur, Kamis (29/12). Penyematan dan pengukuhan baret ungu untuk ketiga perwira tinggi berbintang empat sebagai warga kehormatan Korps Marinir TNI AL. (Foto: ANTARA/Seno S./Koz/mes/11)
31 Desember 2011, Situbondo (SINDO): Warga kehormatan Korps Marinir TNI Angkatan Laut (AL) bertambah. Kemarin, pasukan TNI AL baret ungu ini mengangkat tiga perwira tinggi dalam sebuah upacara di pusat latihan tempur Marinir,Karangtekok,Situbondo, Jawa Timur.
Ketiga warga kehormatan itu adalah Kapolri Jenderal Pol Timur Pradopo, Kasad Jenderal TNI Pramono Edhie Wibowo, dan Kasau Marsekal TNI Imam Sufaat. Secara bergantian ketiga jenderal ini menerima simbol kebesaran Marinir berupa baret ungu yang disematkan Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono dengan didampingi KSAL Laksamana TNI Soeparno.
Kepala Dinas Penerangan Angkatan Laut (Kadispenal) Laksamana Pertama TNI Untung Suropati mengatakan, pengukuhan ketiga perwira tinggi itu sebagai warga kehormatan Korps Marinir TNI AL karena beberapa pertimbangan. Pertama, kontribusi dan perhatian mereka terhadap kemajuan Korps Marinir TNI AL.
“Kedua adalah bentuk apresiasi atas keteladanan jiwa, sikap,semangat,dan komitmen tinggi yang diberikan kepada Marinir. Ini berarti sudah ada 29 warga kehormatan di satuan ini,”tegas Untung. Kapolri Jenderal Pol Timur Pradopo menilai, penerimaan sebagai warga kehormatan Marinir adalah bentuk apresiasi besar terhadap institusi Polri. “Kami melihat profesionalisme dan semangat yang begitu tinggi dari Korps Marinir dalam menjaga NKRI. Kami berharap, poin ini bisa tertular pada satuan kami,”ujarnya.
Hal senada disampaikan KSAD Jenderal TNI Pramono Edhie Wibowo. “Tiada kata yang bisa saya ucap selain saya bangga pada hari ini,” tegasnya. Adapun KSAU Marsekal TNI Imam Sufaat berharap, pengangkatan warga kehormatan tersebut menjadikan TNI dan Polri semakin solid dalam bertugas dan mengabdi pada negara.
Prosesi pembaretan ketiga warga kehormatan itu diawali dengan beberapa penerjun free fall Korps Marinir TNI AL dengan membawa baret ungu kebanggaan yang kemudian diserahkan kepada Panglima TNI untuk disematkan kepada Kapolri,KSAD, dan KSAU.
Sebelumnya, Kapolri dan ketiga kepala staf angkatan didampingi petinggi TNI bertolak dari Surabaya menggunakan helikopter dan mendarat di atas KRI Makassar-590 yang sedang bermanuver di perairan Banongan Situbondo.Mereka selanjutnya mengikuti prosesi pendaratan amfibi dengan menaiki kendaraan pendarat amfibi LVT-7.
Kendaraan tempur amfibi ini mengikuti manuver gelombang pendaratan kendaraan amfibi yang lain, terdiri atas lima unit PT 76, enam unit BTR 50,empat unit LVT-7,dan dua unit KAPA.
Setelah mendarat di pantai Banongan, Kapolri dan para kepala staf TNI meninjau stelling senjata multilaras RM 70 grad dan Howitzer 105 mm serta merasakan langsung uji tembak senjata tersebut.
Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono (kiri), Komandan Korps Marinir Mayjen TNI (Mar) M. ALfan Baharudin (dua kiri) dan Kapolri Jenderal Polisi Timur Pradopo berada diatas kendaraan amfibi LVT - 7, usai pendaratan di Pantai Banongan, Asembagus, Situbondo, Jawa Timur, Kamis (29/12). Pendaratan amfibi tersebut dalam rangka latihan Pemantapan Brigade Pendarat (Lattap Brigrat), latihan kesenjataan terpadu dan pembaretan atau pengangkatan Kasad Jenderal TNI Pramono Edhie Wibowo, Kasau Marsekal TNI Imam Sufaat, Kapolri Jenderal Polisi Timur Pradopo sebagai warga kehormatan Korps Marinir. (Foto: ANTARA/Seno S./Koz/mes/11)
Dua kendaraan tempur amfibi melakukan pendaratan di Pantai Banongan, Asembagus, Situbondo, Jawa Timur, Kamis (29/12). Pendaratan amfibi tersebut dalam rangka latihan Pemantapan Brigade Pendarat (Lattap Brigrat), latihan kesenjataan terpadu dan pembaretan atau pengangkatan Kasad Jenderal TNI Pramono Edhie Wibowo, Kasau Marsekal TNI Imam Sufaat, Kapolri Jenderal Polisi Timur Pradopo sebagai warga kehormatan Korps Marinir. (Foto: ANTARA/Seno S./Koz/mes/11)
Seorang prajurit Kops Marinir melakukan terjun static dari pesawat Casa NC212 dari Skuadron Udara 600 Wing Udara-1 Puspenerbal, di atas Puslatpur Korps Marinir TNI AL Baluran, Karangtekok, Situbondo, Kamis (29/12). Penerjunan 70 prajurit Korps Marinir tersebut, dalam rangka Latihan Kesenjataan Terpadu dan Pemantapan Brigade Pendarat Marinir serta Pembaretan KSAD, KSAU dan Kapolri sebagai Warga Kehormatan Marinir, yang digelar di Puslatpur Marinir Baluran Karangtekok Situbondo. (Foto: ANTARA/Eric Ireng/Koz/mes/11)
Sumber: SINDO
31 Desember 2011, Situbondo (SINDO): Warga kehormatan Korps Marinir TNI Angkatan Laut (AL) bertambah. Kemarin, pasukan TNI AL baret ungu ini mengangkat tiga perwira tinggi dalam sebuah upacara di pusat latihan tempur Marinir,Karangtekok,Situbondo, Jawa Timur.
Ketiga warga kehormatan itu adalah Kapolri Jenderal Pol Timur Pradopo, Kasad Jenderal TNI Pramono Edhie Wibowo, dan Kasau Marsekal TNI Imam Sufaat. Secara bergantian ketiga jenderal ini menerima simbol kebesaran Marinir berupa baret ungu yang disematkan Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono dengan didampingi KSAL Laksamana TNI Soeparno.
Kepala Dinas Penerangan Angkatan Laut (Kadispenal) Laksamana Pertama TNI Untung Suropati mengatakan, pengukuhan ketiga perwira tinggi itu sebagai warga kehormatan Korps Marinir TNI AL karena beberapa pertimbangan. Pertama, kontribusi dan perhatian mereka terhadap kemajuan Korps Marinir TNI AL.
“Kedua adalah bentuk apresiasi atas keteladanan jiwa, sikap,semangat,dan komitmen tinggi yang diberikan kepada Marinir. Ini berarti sudah ada 29 warga kehormatan di satuan ini,”tegas Untung. Kapolri Jenderal Pol Timur Pradopo menilai, penerimaan sebagai warga kehormatan Marinir adalah bentuk apresiasi besar terhadap institusi Polri. “Kami melihat profesionalisme dan semangat yang begitu tinggi dari Korps Marinir dalam menjaga NKRI. Kami berharap, poin ini bisa tertular pada satuan kami,”ujarnya.
Hal senada disampaikan KSAD Jenderal TNI Pramono Edhie Wibowo. “Tiada kata yang bisa saya ucap selain saya bangga pada hari ini,” tegasnya. Adapun KSAU Marsekal TNI Imam Sufaat berharap, pengangkatan warga kehormatan tersebut menjadikan TNI dan Polri semakin solid dalam bertugas dan mengabdi pada negara.
Prosesi pembaretan ketiga warga kehormatan itu diawali dengan beberapa penerjun free fall Korps Marinir TNI AL dengan membawa baret ungu kebanggaan yang kemudian diserahkan kepada Panglima TNI untuk disematkan kepada Kapolri,KSAD, dan KSAU.
Sebelumnya, Kapolri dan ketiga kepala staf angkatan didampingi petinggi TNI bertolak dari Surabaya menggunakan helikopter dan mendarat di atas KRI Makassar-590 yang sedang bermanuver di perairan Banongan Situbondo.Mereka selanjutnya mengikuti prosesi pendaratan amfibi dengan menaiki kendaraan pendarat amfibi LVT-7.
Kendaraan tempur amfibi ini mengikuti manuver gelombang pendaratan kendaraan amfibi yang lain, terdiri atas lima unit PT 76, enam unit BTR 50,empat unit LVT-7,dan dua unit KAPA.
Setelah mendarat di pantai Banongan, Kapolri dan para kepala staf TNI meninjau stelling senjata multilaras RM 70 grad dan Howitzer 105 mm serta merasakan langsung uji tembak senjata tersebut.
Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono (kiri), Komandan Korps Marinir Mayjen TNI (Mar) M. ALfan Baharudin (dua kiri) dan Kapolri Jenderal Polisi Timur Pradopo berada diatas kendaraan amfibi LVT - 7, usai pendaratan di Pantai Banongan, Asembagus, Situbondo, Jawa Timur, Kamis (29/12). Pendaratan amfibi tersebut dalam rangka latihan Pemantapan Brigade Pendarat (Lattap Brigrat), latihan kesenjataan terpadu dan pembaretan atau pengangkatan Kasad Jenderal TNI Pramono Edhie Wibowo, Kasau Marsekal TNI Imam Sufaat, Kapolri Jenderal Polisi Timur Pradopo sebagai warga kehormatan Korps Marinir. (Foto: ANTARA/Seno S./Koz/mes/11)
Dua kendaraan tempur amfibi melakukan pendaratan di Pantai Banongan, Asembagus, Situbondo, Jawa Timur, Kamis (29/12). Pendaratan amfibi tersebut dalam rangka latihan Pemantapan Brigade Pendarat (Lattap Brigrat), latihan kesenjataan terpadu dan pembaretan atau pengangkatan Kasad Jenderal TNI Pramono Edhie Wibowo, Kasau Marsekal TNI Imam Sufaat, Kapolri Jenderal Polisi Timur Pradopo sebagai warga kehormatan Korps Marinir. (Foto: ANTARA/Seno S./Koz/mes/11)
Seorang prajurit Kops Marinir melakukan terjun static dari pesawat Casa NC212 dari Skuadron Udara 600 Wing Udara-1 Puspenerbal, di atas Puslatpur Korps Marinir TNI AL Baluran, Karangtekok, Situbondo, Kamis (29/12). Penerjunan 70 prajurit Korps Marinir tersebut, dalam rangka Latihan Kesenjataan Terpadu dan Pemantapan Brigade Pendarat Marinir serta Pembaretan KSAD, KSAU dan Kapolri sebagai Warga Kehormatan Marinir, yang digelar di Puslatpur Marinir Baluran Karangtekok Situbondo. (Foto: ANTARA/Eric Ireng/Koz/mes/11)
Sumber: SINDO
Thursday, December 29, 2011
Lokasi Pemanfaatan Kapal Selam Belum Ditentukan
ROKS Chang Bogo (SSK 61). (Foto: U. S. Navy/Photographer's Mate 1st Class David A. Levy)
28 Desember 2011, Medan (Investor Daily): Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengatakan, pemerintah belum menentukan lokasi pemanfaatan tiga kapal selam yang diproduksi di Korea Selatan untuk mendukung kekuatan TNI Angkatan Laut.
"Masih dipikirkan lokasi penggunaannya," katanya ketika tiba di Bandara Polonia Medan, Rabu (28/12).
Menurut Menteri Pertahanan (Menhan), pihaknya telah memiliki beberapa pilihan lokasi untuk pemanfaatan tiga kapal selama itu.
Namun dalam perkembangan terakhir, pihaknya belum dapat memutuskan lokasi pemanfaatan kapal selam yang masih dalam proses pembahasan tentang mekanisme alih teknologi dalam pengadaan benda tersebut.
"Ada beberapa pilihan tetapi belum diputuskan," katanya tanpa menyebutkan lokasi-lokasi yang menjadi pilihan itu.
Mantan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral itu menyatakan, kapal selam yang diproduksi di Korea Selatan tersebut dipilih karena memiliki sejumlah kelebihan dalam mendukung kekuatan TNI Angkatan Laut.
"Kapal itu pengembangan lebih lanjut dari jenis U-209," katanya tanpa menjelaskan lebih rinci.
Sebelumnya, Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin menyatakan, pemerintah Indonesia dan Korea Selatan masih membahas mekanisme alih teknologi dalam pengadaan tiga kapal selam baru tersebut.
Ketika mengunjungi PT Pindad dan PT Dirgantara Indonesia, di Bandung, Selasa (20/12), ia mengatakan, proses pengadaan kapal selam tersebut telah selesai pada tahap penentuan produsen dan kontrak.
Dalam kontrak tersebut ada ketentuan mengenai mekanisme alih teknologi mulai dari awal hingga akhir pengadaan selesai seluruhnya.
Proses pengadaan tiga kapal selam tersebut diadakan dari Korea Selatan. Sebelumnya untuk pengadaan kapal selam TNI AL ada beberapa negara yang menjadi pilihan seperti Jerman (U-209), Korea Selatan (Changbogo), Rusia (Kelas Kilo), dan Prancis (Scorpen).
Setelah melalui tender dan disesuaikan dengan spesifikasi teknis dan kebutuhan operasional serta anggaran yang ada, akhirnya diputuskan pengadaan dilakukan dari Korea Selatan.
Sumber: Investor Daily
28 Desember 2011, Medan (Investor Daily): Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengatakan, pemerintah belum menentukan lokasi pemanfaatan tiga kapal selam yang diproduksi di Korea Selatan untuk mendukung kekuatan TNI Angkatan Laut.
"Masih dipikirkan lokasi penggunaannya," katanya ketika tiba di Bandara Polonia Medan, Rabu (28/12).
Menurut Menteri Pertahanan (Menhan), pihaknya telah memiliki beberapa pilihan lokasi untuk pemanfaatan tiga kapal selama itu.
Namun dalam perkembangan terakhir, pihaknya belum dapat memutuskan lokasi pemanfaatan kapal selam yang masih dalam proses pembahasan tentang mekanisme alih teknologi dalam pengadaan benda tersebut.
"Ada beberapa pilihan tetapi belum diputuskan," katanya tanpa menyebutkan lokasi-lokasi yang menjadi pilihan itu.
Mantan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral itu menyatakan, kapal selam yang diproduksi di Korea Selatan tersebut dipilih karena memiliki sejumlah kelebihan dalam mendukung kekuatan TNI Angkatan Laut.
"Kapal itu pengembangan lebih lanjut dari jenis U-209," katanya tanpa menjelaskan lebih rinci.
Sebelumnya, Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin menyatakan, pemerintah Indonesia dan Korea Selatan masih membahas mekanisme alih teknologi dalam pengadaan tiga kapal selam baru tersebut.
Ketika mengunjungi PT Pindad dan PT Dirgantara Indonesia, di Bandung, Selasa (20/12), ia mengatakan, proses pengadaan kapal selam tersebut telah selesai pada tahap penentuan produsen dan kontrak.
Dalam kontrak tersebut ada ketentuan mengenai mekanisme alih teknologi mulai dari awal hingga akhir pengadaan selesai seluruhnya.
Proses pengadaan tiga kapal selam tersebut diadakan dari Korea Selatan. Sebelumnya untuk pengadaan kapal selam TNI AL ada beberapa negara yang menjadi pilihan seperti Jerman (U-209), Korea Selatan (Changbogo), Rusia (Kelas Kilo), dan Prancis (Scorpen).
Setelah melalui tender dan disesuaikan dengan spesifikasi teknis dan kebutuhan operasional serta anggaran yang ada, akhirnya diputuskan pengadaan dilakukan dari Korea Selatan.
Sumber: Investor Daily
Tuesday, December 27, 2011
Korps Marinir Gelar Latihan Pemantapan Brigade Pendarat
26 Desember 2011, Jakarta (Dispenal): Korps Marinir TNI Angkatan Laut menggelar Latihan Pemantapan Brigade Pendarat (Lattap Brigrat), di Pusat Latihan Tempur Korps Marinir Baluran, Asembagus, Situbondo, Jawa Timur, mulai 26 hingga 29 Desember 2011.
Kegiatan yang berlangsung empat hari ini digelar dalam rangka meningkatkan kemampuan taktik dan tehnik serta keterampilan tiap-tiap kesenjataan dijajaran Korps Marinir, yang mana Latihan tersebut merupakan latihan gabungan seluruh unsur-unsur kesenjataan yang dimiliki oleh Korps Marinir TNI AL.
Sementara itu tujuan dari latihan yang melibatkan 3000 prajurit baret ungu ini untuk menjadikan setiap prajurit Korps Marinir TNI AL memiliki naluri lapangan yang tinggi dan memiliki kemampuan bertempur sesuai dengan kesenjataan masing-masing.
Kecuali melibatkan ribuan prajurit, latihan ini juga diikuti sejumlah material tempur yang dimiliki oleh Korps Marinir TNI AL diantaranya : 15 unit BMP-3F, 5 unit Tank PT-76, 32 unit BTR-50, 6 unit LVT-7, 4 unit BVP-2, 6 unit Roket Multi Laras (RM 70 Grad), 8 pucuk Howitzer 105 mm, dan 4 pucuk Meriam 57 mm. Selain itu juga melibatkan 7 pesawat udara (3 unit Heli, 4 unit Cassa 212), 3 buah Kapal Perang ( KRI Teluk Mandar, KRI Hasanudin, KRI Makassar), dan 4 unit Sea Raider.
Sumber: Dispenal
Monday, December 26, 2011
Persiapan Latihan Kesenjataan Terpadu Korps Marinir
25 Desember 2011, Situbondo (ANTARA News): Sejumlah kendaraan tempur Korps Marinir saat melintas di jalan raya Asembagus - Banyuwangi, Minggu, (25/12). Pergeseran kendaraan tempur Korps Marinir itu dalam rangka persiapan latihan kesenjataan terpadu (Latsendu) Korps Marinir yang akan dilaksanakan di Pusat Latihan Tempur Baluran, Situbondo, Jawa Timur, Kamis, 29 Desember 2011. (Foto: ANTARA/HO-Sertu Marinir Kuwadi/ed/NZ/11)
Sunday, December 25, 2011
Tiga Kapal Selam TNI AL US$ 1Miliar
ROKS Lee Sunsin (SSK 068) kapal selam kelas Chang Bogo/Tipe 209 milik AL Korea Selatan. AL Korsel mengoperasikan 9 unit kapal selam kelas ini. (Foto: ROKN)
23 Desember 2011, Jakarta (Jurnas.com): Tiga Kapal Selam keperluan TNI Angkatan Laut yang akan dibangun di Korea Selatan melalui perusahaan galangan kapal asal Korea Selatan Daewoo Shipbuilding Marine Enginering (DSME) bernilai US$ 1Miliar. Pembelian tersebut dilakukan dengan kesepakatan adanya alih teknologi untuk meningkatkan industri pertahanan dalam negeri.
“Berdasarkan kontrak yang sudah ditandatangani ketiga kapal selam itu seharga 1Miliar US$ atau Rp10 Triliun,”kata Kadispenal Laksamana Pertama Untung Suropati di Jakarta, Jumat (23/12).
Menurutnya, harga ini terhitung murah dibandingkan penawaran yang dilakukan perusahaan lain. Hal ini juga menjadi pertimbangan pengadaan kapal selam tersebut dilakukan di Korsel. “Pertimbangan membeli di DSME, dengan harga relatif sama, kita diuntungkan dengan teknologi yang lebih canggih,” jelasnya.
Sebelumnya, tambah dia, alokasi dana yang dimiliki pemerintah hanya cukup untuk membeli dua buah kapal selam. Namun setelah bekerjasama dengan Korsel Indonesia dapat membeli tiga kapal selam dengan tambahan biaya tak banyak.
“Kapal selam yang kami pesan adalah kapal selam sekelas 209, tapi dengan teknologi 214 yang memiliki sistem deteksi, persenjataan, sonar, komunikasi, semuanya jauh lebih baik,” imbuhnya.
Ditempat berbeda, Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Pertahanan Brigjen TNI Hartind Asrin mengatakan pengadaan kapal selam ini dilakukan dengan kesepakatan adanya alih teknologi. Dari tiga kapal selam yang dipesan, kapal selam terakhir akan dibuat di Indonesia dengan pengawasan teknisi Korsel.
Menurutnya, pembelian ini sudah sesuai dengan rencana strategis (renstra) dan blue print pertahanan untuk meningkatkan minimal essential forces yang pembayarannya dialokasikan dari anggaran 2010-2014.
“Uangnya sudah ada, alokasi anggarannya sudah ada,” kata Hartind.
Indonesia Butuh Lebih Banyak Kapal Selam
Kebutuhan Kapal Selam TNI AL dalam blue print pertahanan hingga tahun 2024 adalah delapan unit kapal selam. Jumlah ini sebenarnya masih jauh dari cukup untuk mengamankan laut Indonesia yang sangat luas.
“Sampai 2024 kami akan mengadakan delapan unit kapal selam,” kata Kepala. Dinas Penerangan TNI AL (Kadispenal) Laksamana Pertama Untung Suropati di Jakarta, Jumat (23/12).
Tiga kapal selam yang kontraknya ditandatangani antara Kemhan dan perusahaan galangan kapal asal Korea Selatan Daewoo Shipbuilding Marine Enginering (DSME) berada pada rencana strategis (renstra) pertama 2010-2014. Ketiga kapal selam tersebut diharapkan selesai dan berada di Indonesia berturut-turut pada 2015, 2016, dan 2018.
Untuk menambahkan, standar minimal kapal selam yang harus dimiliki Indonesia adalah 14 unit. “Standar minimal dalam konteks keamanan negara kepulauan adalah 14-18 unit,” ujar Untung.
Namun begitu Wakil Kepala Staf TNI Angkatan Laut Laksamana Madya TNI Marsetio sebelumnya mengatakan Indonesia perlu menambah 39 kapal selam untuk menjaga wilayah lautnya.
Kadispenal menjelaskan, untuk melakukan pengamanan terhadap Indonesia yang memiliki laut sangat luas memang dibutuhkan kapal selam sejumlah tersebut. Dia mencontohkan, Jepang dengan luas laut yang kecil memiliki 24 unit kapal selam. “Dengan pertimbangan luas wilayah, Indonesia memang harus ada menambah 39 kapal selam,” tambahnya.
TNI AL Bantah Pembelian Kapal Selam Korsel Barter dengan CN-235
TNI AL membantah tudingan pembelian kapal selam dilakukan dengan cara barter dengan pesawat CN-235 buatan PT Dirgantara Indonesia (PTDI). Korea Selatan memang membeli CN-235, tapi merupakan transaksi bisnis yang terpisah dengan pembelian kapal selam tersebut.
“Itu side effect dari kedekatan hubungan yang terbangun antara Indonesia-Korsel,” kata Kepala Dinas Penerangan TNI AL Laksma TNI Untung Suropati di Jakarta, Jumat (23/12). Menurutnya, memang banyak manfaat yang bisa didapatkan dari terjalinnya hubungan baik dua negara.
Untung mencontohkan pengadaan alutsista untuk TNI AL telah banyak dipenuhi oleh Korsel. “Pengadaan LPD (Landing Platform Dock), KRI Suharso juga kerja sama dengan Korea,” katanya. Sekedar diketahui, Korea Selatan telah menggunakan dua skadron CN-235 sejak 1994.
Untung menambahkan, produk alat utama sistem senjata (alutsista) buatan Korsel sudah teruji handal. “Kita juga harus sadar produk buatan korsel bagus,” katanya.
Sumber: Jurnas
23 Desember 2011, Jakarta (Jurnas.com): Tiga Kapal Selam keperluan TNI Angkatan Laut yang akan dibangun di Korea Selatan melalui perusahaan galangan kapal asal Korea Selatan Daewoo Shipbuilding Marine Enginering (DSME) bernilai US$ 1Miliar. Pembelian tersebut dilakukan dengan kesepakatan adanya alih teknologi untuk meningkatkan industri pertahanan dalam negeri.
“Berdasarkan kontrak yang sudah ditandatangani ketiga kapal selam itu seharga 1Miliar US$ atau Rp10 Triliun,”kata Kadispenal Laksamana Pertama Untung Suropati di Jakarta, Jumat (23/12).
Menurutnya, harga ini terhitung murah dibandingkan penawaran yang dilakukan perusahaan lain. Hal ini juga menjadi pertimbangan pengadaan kapal selam tersebut dilakukan di Korsel. “Pertimbangan membeli di DSME, dengan harga relatif sama, kita diuntungkan dengan teknologi yang lebih canggih,” jelasnya.
Sebelumnya, tambah dia, alokasi dana yang dimiliki pemerintah hanya cukup untuk membeli dua buah kapal selam. Namun setelah bekerjasama dengan Korsel Indonesia dapat membeli tiga kapal selam dengan tambahan biaya tak banyak.
“Kapal selam yang kami pesan adalah kapal selam sekelas 209, tapi dengan teknologi 214 yang memiliki sistem deteksi, persenjataan, sonar, komunikasi, semuanya jauh lebih baik,” imbuhnya.
Ditempat berbeda, Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Pertahanan Brigjen TNI Hartind Asrin mengatakan pengadaan kapal selam ini dilakukan dengan kesepakatan adanya alih teknologi. Dari tiga kapal selam yang dipesan, kapal selam terakhir akan dibuat di Indonesia dengan pengawasan teknisi Korsel.
Menurutnya, pembelian ini sudah sesuai dengan rencana strategis (renstra) dan blue print pertahanan untuk meningkatkan minimal essential forces yang pembayarannya dialokasikan dari anggaran 2010-2014.
“Uangnya sudah ada, alokasi anggarannya sudah ada,” kata Hartind.
Indonesia Butuh Lebih Banyak Kapal Selam
Kebutuhan Kapal Selam TNI AL dalam blue print pertahanan hingga tahun 2024 adalah delapan unit kapal selam. Jumlah ini sebenarnya masih jauh dari cukup untuk mengamankan laut Indonesia yang sangat luas.
“Sampai 2024 kami akan mengadakan delapan unit kapal selam,” kata Kepala. Dinas Penerangan TNI AL (Kadispenal) Laksamana Pertama Untung Suropati di Jakarta, Jumat (23/12).
Tiga kapal selam yang kontraknya ditandatangani antara Kemhan dan perusahaan galangan kapal asal Korea Selatan Daewoo Shipbuilding Marine Enginering (DSME) berada pada rencana strategis (renstra) pertama 2010-2014. Ketiga kapal selam tersebut diharapkan selesai dan berada di Indonesia berturut-turut pada 2015, 2016, dan 2018.
Untuk menambahkan, standar minimal kapal selam yang harus dimiliki Indonesia adalah 14 unit. “Standar minimal dalam konteks keamanan negara kepulauan adalah 14-18 unit,” ujar Untung.
Namun begitu Wakil Kepala Staf TNI Angkatan Laut Laksamana Madya TNI Marsetio sebelumnya mengatakan Indonesia perlu menambah 39 kapal selam untuk menjaga wilayah lautnya.
Kadispenal menjelaskan, untuk melakukan pengamanan terhadap Indonesia yang memiliki laut sangat luas memang dibutuhkan kapal selam sejumlah tersebut. Dia mencontohkan, Jepang dengan luas laut yang kecil memiliki 24 unit kapal selam. “Dengan pertimbangan luas wilayah, Indonesia memang harus ada menambah 39 kapal selam,” tambahnya.
TNI AL Bantah Pembelian Kapal Selam Korsel Barter dengan CN-235
TNI AL membantah tudingan pembelian kapal selam dilakukan dengan cara barter dengan pesawat CN-235 buatan PT Dirgantara Indonesia (PTDI). Korea Selatan memang membeli CN-235, tapi merupakan transaksi bisnis yang terpisah dengan pembelian kapal selam tersebut.
“Itu side effect dari kedekatan hubungan yang terbangun antara Indonesia-Korsel,” kata Kepala Dinas Penerangan TNI AL Laksma TNI Untung Suropati di Jakarta, Jumat (23/12). Menurutnya, memang banyak manfaat yang bisa didapatkan dari terjalinnya hubungan baik dua negara.
Untung mencontohkan pengadaan alutsista untuk TNI AL telah banyak dipenuhi oleh Korsel. “Pengadaan LPD (Landing Platform Dock), KRI Suharso juga kerja sama dengan Korea,” katanya. Sekedar diketahui, Korea Selatan telah menggunakan dua skadron CN-235 sejak 1994.
Untung menambahkan, produk alat utama sistem senjata (alutsista) buatan Korsel sudah teruji handal. “Kita juga harus sadar produk buatan korsel bagus,” katanya.
Sumber: Jurnas
Tim Pembuat Kapal Selam Indonesia Berangkat Januari
ROKS Jangbogo SS-61 kapal selam kelas U-209 milik AL Korea Selatan. (Foto: ROKN)
23 Desember 2011, Jakarta (Jurnas.com): Tim Indonesia yang akan mengikuti proses pembangunan kapal selam di Korea Selatan akan berangkat Januaru mendatang. Tim yang berjumlah 50 orang itu akan mempelajari pembangunan kapal selam agar bisa mengaplikasikannya di Indonesia.
“Diperkirakan tim yang terdiri dari 50 orang itu akan berangkat Januari,” kata Kepala Pusat Komunikasi Publik (Kapuskomblik) Kementerian Pertahanan Brigjen TNI Hartind Asrin di Jakarta, Jumat (23/12).
Dia menuturkan, pemberangkatan tim tersebut dalam rangka mengikuti proses alih teknologi sesuai kesepakatan dalam kontrak pengadaan kapal selam yang telah ditandatangani antara Kemhan dan perusahaan galangan kapal asal Korea Selatan Daewoo Shipbuilding Marine Enginering (DSME). Tim tersebut akan mengikuti keseluruhan proses pembangunan hingga selesai dan kapal selam siap dikirim ke Indonesia.
“Sekitar 56 bulan, hingga kapal selam selesai,”katanya.
Sebelumnya, Wamenhan Sjafrie Sjamsoeddin menyatakan pada tahap pengadaan kapal selam yang pertama, SDM Indonesia melalui PT PAL akan dikirimkan ke Korea untuk melihat langsung pembuatan kapal selam tersebut. Sebanyak 50 orang teknisi dengan masa kerja yang masih panjang akan mengikuti proses ini.
Pada pengadaan yang kedua, para teknisi ini direncanakan mulai terlibat dalam pembuatan kapal selam. Sehingga pada tahap ketiga para teknisi Indonesia sudah mampu memproduksi sendiri kapal selam.
Menurut Sjafrie, kebijakan dasar pengadaan alat utama sistem senjata (alutsista) harus memberi keuntungan dalam meningkatkan kemampuan industri pertahanan nasional salahsatunya dengan cara alih teknologi. Hartind menambahkan, pembelian kapal selam tersebut sudah sesuai dengan rencana strategis (renstra) dan blue print pertahanan untuk meningkatkan minimal essential forces.
Sumber: Jurnas
23 Desember 2011, Jakarta (Jurnas.com): Tim Indonesia yang akan mengikuti proses pembangunan kapal selam di Korea Selatan akan berangkat Januaru mendatang. Tim yang berjumlah 50 orang itu akan mempelajari pembangunan kapal selam agar bisa mengaplikasikannya di Indonesia.
“Diperkirakan tim yang terdiri dari 50 orang itu akan berangkat Januari,” kata Kepala Pusat Komunikasi Publik (Kapuskomblik) Kementerian Pertahanan Brigjen TNI Hartind Asrin di Jakarta, Jumat (23/12).
Dia menuturkan, pemberangkatan tim tersebut dalam rangka mengikuti proses alih teknologi sesuai kesepakatan dalam kontrak pengadaan kapal selam yang telah ditandatangani antara Kemhan dan perusahaan galangan kapal asal Korea Selatan Daewoo Shipbuilding Marine Enginering (DSME). Tim tersebut akan mengikuti keseluruhan proses pembangunan hingga selesai dan kapal selam siap dikirim ke Indonesia.
“Sekitar 56 bulan, hingga kapal selam selesai,”katanya.
Sebelumnya, Wamenhan Sjafrie Sjamsoeddin menyatakan pada tahap pengadaan kapal selam yang pertama, SDM Indonesia melalui PT PAL akan dikirimkan ke Korea untuk melihat langsung pembuatan kapal selam tersebut. Sebanyak 50 orang teknisi dengan masa kerja yang masih panjang akan mengikuti proses ini.
Pada pengadaan yang kedua, para teknisi ini direncanakan mulai terlibat dalam pembuatan kapal selam. Sehingga pada tahap ketiga para teknisi Indonesia sudah mampu memproduksi sendiri kapal selam.
Menurut Sjafrie, kebijakan dasar pengadaan alat utama sistem senjata (alutsista) harus memberi keuntungan dalam meningkatkan kemampuan industri pertahanan nasional salahsatunya dengan cara alih teknologi. Hartind menambahkan, pembelian kapal selam tersebut sudah sesuai dengan rencana strategis (renstra) dan blue print pertahanan untuk meningkatkan minimal essential forces.
Sumber: Jurnas
Subscribe to:
Posts (Atom)