Presiden SBY dan Presiden AS Barack Obama saat menyampaikan keterangan pers bersama, seusai pertemuan bilateral, di BNDCC, Jumat (18/11) petang. (Foto: muchlis/presidensby.info)
18 November 2011, Nusa Dua, Bali (Presiden RI): Indonesia dan Amerika Serikat bersepakat meningkatkan kemitraan komprehensif di berbagai bidang. AS, antara lain, akan memberikan hibah pesawat F-16 dan dana millenium comprehensive partenrship senilai 600 juta dolar AS. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyampaikan hal ini dalam keterangan pers bersama Presiden AS Barack Obama, seusai pertemuan bilateral, di Bali Nusa Dua Convention Center, Jumat (18/11) pukul 18.45 WITA.
"Dalam pertemuan tadi, baik Indonesia maupun Amerika Serikat menyepakati peningkatakan kerja sama di bidang polhukam dengan berbagi jenis kegiatan, seperti dialog keamanan, kerja sama pelatihan militer, dan program hibah F-16," kata Presiden SBY.
Kedua negara juga banyak bersepakat dalam pembicaraan masalah ekonomi, seperti tentang investasi dan perdagangan. "Sementara itu, telah dilakukan satu dialog di bidang komersial. Ini juga penting karena menyangkut iklim investasi, energi bersih dan lingkungan, termasuk mengenai perubahan iklim," Presiden SBY menambahkan. Dalam pembicaraan ekonomi, dibahas pula persoalan usaha kecil, mikro, dan menengah (UMKM), kewirausahaan, dan kerja sama industri.
Indonesia, lanjut SBY, berterima kasih dengan telah diluluskannya millenium comprehensive partnership senilai 600 juta dolar AS. "Bantuan ini terkait dengan pembangunan yang ramah lingkungan," ujar SBY. Di bidang kesejahteraan rakyat, dibahas kerja sama pendidikan dan kesehatan.
"Itulah capaian konkret kerja sama bilateral setelah kemitraan komprehensif kami luncurkan," SBY menjelaskan.
Presiden SBY juga menyampaikan kepada Presiden Obama tentang harapan Indonesia dalam kemitraan stategis yang telah dibangun sejak tahun lalu. Kerja sama Indonesia-AS adalah kerja sama sebagai sesama negara demokrasi yang menghormati HAM, sesama negara yang peduli permasalahan kawasan Asia Tenggara, Asia Timur, dan Pasifik. "Yang sama-sama ingin membangun dan memperkuat ekonomi di kawasan dalam wujud investasi, perdagangan, dan kerja sama yang lain agar ekonomi di kawasan tumbuh makin kuat, namun perekonomian global yang makin berimbang," Kepala Negara menegaskan.
Menurut Presiden, partisipasi dan kontribusi AS dalam keseluruhan perkembangan ekonomi sangat penting. "Dan di situlah Indonesia sangat berharap untuk menjadi salah satu pilar dari kemitraan komprehensif Indonesia-Amerika Serikat di tahun-tahun mendatang," Presiden menandaskan.
Pertemuan bilateral RI-AS ini berlangsung sekitar 30 menit. Presiden SBY didampingi Menko Polhukam Djoko Suyanto, Menko Perekonomian Hatta Rajasa, Menlu Marty Natalegawa, Mendag Gita Wirjawan, dan Mensesneg Sudi Silalahi.
Sebelumnya, Presiden SBY bersama para pemimpin ASEAN mengadakan KTT ke-3 ASEAN-Amerika Serikat, di ruang lain di BNDCC. Presiden SBY yang memimpin pertemuan tersebut mengatakan, KTT ke-3 ini akan menjadi bagian penting untuk meningkatkan koordinasi kedua pihak.
"Tantangan yang dihadapi di Asia Pasifik sekarang ini memerlukan kerja sama yang baik dari semua pihak dan itu harus ditangani dengan cara yang efektif," kata Presiden saat membuka pertemuan. "Kerjasama antara ASEAN dan Amerika Serikat harus menjadi aspek penting dalam usaha bersama."
Sumber: Presiden RI
Berita Pertahanan dan Keamanan, Industri Militer Indonesia dan Dunia, Wilayah Kedaulatan NKRI serta Berita Militer Negara Sahabat
Saturday, November 19, 2011
Friday, November 18, 2011
Amerika Serikat Proses Pembelian Jet Tempur F-16 untuk TNI AU Senilai 750 Juta Dolar
TNI AU memiliki 10 unit F-16A/B. (Foto: Lanud Iswahjudi)
18 November 2011, Washington (Berita HanKam): Defense Security Cooperation Agency (DSCA) telah mengirimkan permohonan ke Kongres penjualan 24 jet tempur F-16C/D Block 25 beserta peralatan, suku cadang dan dukungan logistik senilai 750 juta dolar dibawah Foreign Military Sale (FMS) pada Indonesia.
Pemerintah Indonesia telah mengajukan peremajaan dan upgrade 24 F-16C/D Block 25 serta 28 mesin F100-PW-200 atau F100-PW-220E. Paket pembelian termasuk LAU-129A/A Launchers, ALR-69 Radar Warning Receivers, ARC-164/186 Radios, Expanded Enhanced Fire Control (EEFC) atau Commercial Fire Control, atau Modular Mission Computers, ALQ-213 Electronic Warfare Management Systems, ALE-47 Countermeasures Dispenser Systems, Cartridge Actuated Devices/Propellant Actuated Devices (CAD/PAD), Situational Awareness Data Link, Enhance Position Location Reporting Systems (EPLRS), LN-260 (SPS version, non-PPS), dan AN/AAQ-33 SNIPER or AN/AAQ-28 LITENING Targeting Systems.
Pembelian F-16 untuk memodernisasi armada TNI AU dengan pesawat tempur berkemampuan beroperasi dibagian terluar wilayah kedaulatan Indonesia. Armada F-16 Block 15 yang dimiliki TNI AU tidak mempunyai kemampuan melakukan patroli hingga wilayah terluar serta untuk menggantikan peran jet tempur F-5 yang sudah menua.
Pembelian pesawat tempur ini tidak mengubah perimbangan kekuatan militer kawasan. Amerika Serikat memperoleh keuntungan dalam politik luar negeri dan keamanan dalam negeri dengan meningkatkan patner strategis dalam keamanan serta kepentingan kemajuan ekonomi di Asia Tenggara.
Pemerintah Indonesia meminta pengerjaan peremajaan pesawat dilakukan hanya di 309th Maintenance Wing, Hill Air Force Base, Ogden, Utah dan proses overhaul mesin di Pratt Whitney, East Hartford, Connecticut. Pembelian ini hampir dipastikan tidak ada kesepakatan alih teknologi maupun keterlibatan industri pertahanan Indonesia dalam proses peremajaan dan upgrade pesawat.
Sumber: DCSA
18 November 2011, Washington (Berita HanKam): Defense Security Cooperation Agency (DSCA) telah mengirimkan permohonan ke Kongres penjualan 24 jet tempur F-16C/D Block 25 beserta peralatan, suku cadang dan dukungan logistik senilai 750 juta dolar dibawah Foreign Military Sale (FMS) pada Indonesia.
Pemerintah Indonesia telah mengajukan peremajaan dan upgrade 24 F-16C/D Block 25 serta 28 mesin F100-PW-200 atau F100-PW-220E. Paket pembelian termasuk LAU-129A/A Launchers, ALR-69 Radar Warning Receivers, ARC-164/186 Radios, Expanded Enhanced Fire Control (EEFC) atau Commercial Fire Control, atau Modular Mission Computers, ALQ-213 Electronic Warfare Management Systems, ALE-47 Countermeasures Dispenser Systems, Cartridge Actuated Devices/Propellant Actuated Devices (CAD/PAD), Situational Awareness Data Link, Enhance Position Location Reporting Systems (EPLRS), LN-260 (SPS version, non-PPS), dan AN/AAQ-33 SNIPER or AN/AAQ-28 LITENING Targeting Systems.
Pembelian F-16 untuk memodernisasi armada TNI AU dengan pesawat tempur berkemampuan beroperasi dibagian terluar wilayah kedaulatan Indonesia. Armada F-16 Block 15 yang dimiliki TNI AU tidak mempunyai kemampuan melakukan patroli hingga wilayah terluar serta untuk menggantikan peran jet tempur F-5 yang sudah menua.
Pembelian pesawat tempur ini tidak mengubah perimbangan kekuatan militer kawasan. Amerika Serikat memperoleh keuntungan dalam politik luar negeri dan keamanan dalam negeri dengan meningkatkan patner strategis dalam keamanan serta kepentingan kemajuan ekonomi di Asia Tenggara.
Pemerintah Indonesia meminta pengerjaan peremajaan pesawat dilakukan hanya di 309th Maintenance Wing, Hill Air Force Base, Ogden, Utah dan proses overhaul mesin di Pratt Whitney, East Hartford, Connecticut. Pembelian ini hampir dipastikan tidak ada kesepakatan alih teknologi maupun keterlibatan industri pertahanan Indonesia dalam proses peremajaan dan upgrade pesawat.
Sumber: DCSA
KRI Clurit Ikuti Latihan Perang Pertama Kalinya
16 November 2011, Jakarta (Dispenarmabar): Kapal Republik Indonesia (KRI) Clurit-641 salah satu unsur Jajaran Komando Armada RI Kawasan Barat (Koarmabar) yang dilibatkan dalam Manuver Lapangan (Manlap) Latihan Puncak TNI AL Armada Jaya ke-30 di Perairan Sangatta Kalimantan Timur, saat ini berlayar lintas laut di sekitar perairan Pulau Bawean.
Kapal yang memiliki persenjataan Sensor Weapon Control (Sewaco), meriam kaliber 30 mm 6 laras sebagai Close in Weapon System (CIWS), dan meriam anjungan 2 unit kaliber 20 mm sehari-hari di bawah pembinaan Satuan Kapal Cepat Komando Armada RI Kawasan Barat dengan Markas di Mentigi Tanjung Uban Riau.
KRI Clurit-641, dengan Komandan Mayor Laut (P) Gulkariansyah salah satu unsur kapal pemukul reaksi cepat di jajaran Koarmabar memiliki kemampuan pendadakan, mengemban misi menyerang secara cepat, menghancurkan target sekali pukul dan menghindar dari serangan lawan dalam waktu singkat .
Kapal perang produksi dalam negeri tersebut memiliki spesifikasi berukuran panjang 43 meter, lebar 7,40 meter, dan berat 250 ton ini memiliki sistem pendorong yang handal mampu berlayar dan bermanuver dengan kecepatan 27 knot, serta memiliki daya tembak/hancur yang besar karena dilengkapi persenjataan Rudal C-705.
Kapal KCR-40 ini mampu menampung bahan bakar 50 ton, air tawar 15 ton, 35 orang anak buah kapal (ABK) dan masih mampu memuat 13 personel Pasukan Khusus. Selain itu memiliki peralatan navigasi akurat dan dilengkapi peralatan komunikasi yang mampu digunakan untuk melaksanakan komunikasi antar kapal permukaan dan pesawat udara dalam satu kesisteman.
KCR-40 yang terbuat dari baja khusus High Tensile Steel dilibatkan bersama dengan tiga KRI jajaran Koarmabar lainnya diantaranya KRI Sutan Taha Syaifudin-376, KRI Cut Nyak Dien-375 dan KRI Teluk Celukan Bawang untuk memperkuat Latihan Puncak TNI AL Armada Jaya.
Sejak diresmikan masuk memperkuat jajaran TNI AL, keterlibatan KRI Clurit-641 yang baru pertama dalam manuvra Latihan Puncak Armada Jaya ke-30 mampu mengikuti kegiatan manuvra lapangan sejak dari pangkalan Jakarta menuju Pangkalan Utama TNI AL di Surabaya dan selanjutnya lintas laut di Alur Perairan Barat Surabaya (APBS), Laut Jawa, Selat Makassar, perairan Pulau Laut Kaltim, perairan Sangatta Kaltim, dan Laut Sulawesi, hingga puncaknya dilaksanakan operasi amfibi berupa pendaratan pasukan pendarat Marinir di Sangatta, Kalimantan Timur.
Sumber: Dispenarmabar
AL Mexico Terima CN235 MPA Pertama
18 November 2011, Jakarta (Berita HanKam): Angkatan Laut Mexico (Armada de México) menerima pesawat pertama dari empat unit CN235 Maritime Patrol Aircraft (MPA) yang dipesan dari Airbus Military. Kontrak pembelian dilakukan dengan EADS North America dibawah program Mérida Initiative, merupakan program kerjasama antara pemerintah Amerika Serikat dan Mexico.
Tiga pesawat lainnya akan diserahkan pada awal tahun 2012.
CN235 MPA dilengkapi teknologi terakhir untuk pengamatan diatas laut. Kombinasi sistem Forward Looking Infra Red (FLIR) dan radar pencari menjadi pesawat mampu melacak dan menentukan lokasi kapal-kapal saat sedang berpatroli. Pesawat juga dilengkapi dengan Automatic Identification System (AIS) and Fully Integrated Tactical System (FITS).
AL Mexico telah mengoperasikan tiga unit CN235 dan dua unit CN235 oleh Polisi Federal Mexico. AU Mexico mengoperasikan juga Sembilan C295 dan enam C212.
Sumber: Airbus Military
PT Dirgantara Indonesia Tangani Perawatan Air Asia
Helikopter NBO-105 TNI AL produksi PTDI. (Foto: Dispenal)
18 November 18 2011, Denpasar (Antara Bali) – PT Dirgantara Indonesia (PTDI) baru-baru ini mencatat sejarah penting, yakni mendapat kepercayaan penuh menangani jasa perawatan seluruh armada A320 milik maskapai penerbangan Air Asia Indonesia untuk selama lima tahun ke depan.
Informasi dari PTDI, Jumat menyebutkan, penandatanganan Ketentuan Umum Perjanjian (General Terms Agreement) tentang pengadaan jasa perawatan armada A320 Air Asia Indonesia itu dilakukan di Kantor Pusat PTDI di Bandung Jawa Barat pada 27 Oktober 2011.
Disebutkan, keputusan Air Asia Indonesia untuk merawat pesawat-pesawatnya di PTDI Bandung merupakan bukti kepercayaan maskapai penerbangan itu terhadap kesungguhan, kemampuan, dan pengalaman para karyawan PTDI dalam melakukan pekerjaan serupa sebelumnya.
Air Asia Indonesia merupakan salah satu airline yang telah memutuskan untuk menggunakan satu jenis pesawat saja dalam armada yang dimilikinya, yaitu Airbus A 320, kecuali untuk penerbangan di atas enam jam. Saat ini Air Asia menerbangkan 16 pesawat A320, dan dalam dua tahun ke depan diperhitungkan bertambah menjadi 35 pesawat.
Banyaknya pesawat A320 yang akan mendapat perawatan di PTDI tersebut akan menjadi pendapatan besar tersendiri bagi Direktorat Aircraft Services (ACS) PTDI yang berfungsi melayani perawatan pesawat (purna jual pesawat).
Rencananya pesawat- pesawat A320 milik Air Asia Indonesia akan mulai dirawat secara penuh setelah ACS PTDI mendapatkan approval (persetujuan) dari Badan Sertifikasi Keselamatan dan Kelaikan Udara Eropa Bersatu (European Airworthiness and Safety Association- EASA) tahun 2012 mendatang.
Sementara itu pada 26 Oktober 2011 PTDI menandatangani Perjanjian Perpanjangan Fasilitas Pendanaan dalam bentuk Bank Garansi/Stand By Letter Of Credit serta Penangguhan Jaminan Impor dan Perjanjian Fasilitas Pendanaan Baru dalam bentuk Kredit Modal Kerja dari BRI.
Penangguhan Jaminan Impor antara PTDI dengan BRI itu dilakukan guna mendukung penjualan helikopter Bell 412EP untuk heli serbu TNI AD dan heli angkut TNI AL serta Super Puma NAS332 tactical transport untuk TNI AU pada tahun 2011.
Penandatanganan Perjanjian ini dilakukan oleh Budiman Saleh selaku Direktur Aircraft Integration merangkap Direktur Keuangan PTDI dan Asmawi Syam selaku Direktur Bisnis BRI.
Disebutkan, pemberian fasilitas pendanaan dari BRI itu sangat berarti bagi PTDI yang saat ini tengah kesulitan mendapatkan modal kerja untuk dapat memproduksi helikopter yang sudah dipesan TNI AD, TNI AL dan TNI AU.
Sumber: ANTARA News
18 November 18 2011, Denpasar (Antara Bali) – PT Dirgantara Indonesia (PTDI) baru-baru ini mencatat sejarah penting, yakni mendapat kepercayaan penuh menangani jasa perawatan seluruh armada A320 milik maskapai penerbangan Air Asia Indonesia untuk selama lima tahun ke depan.
Informasi dari PTDI, Jumat menyebutkan, penandatanganan Ketentuan Umum Perjanjian (General Terms Agreement) tentang pengadaan jasa perawatan armada A320 Air Asia Indonesia itu dilakukan di Kantor Pusat PTDI di Bandung Jawa Barat pada 27 Oktober 2011.
Disebutkan, keputusan Air Asia Indonesia untuk merawat pesawat-pesawatnya di PTDI Bandung merupakan bukti kepercayaan maskapai penerbangan itu terhadap kesungguhan, kemampuan, dan pengalaman para karyawan PTDI dalam melakukan pekerjaan serupa sebelumnya.
Air Asia Indonesia merupakan salah satu airline yang telah memutuskan untuk menggunakan satu jenis pesawat saja dalam armada yang dimilikinya, yaitu Airbus A 320, kecuali untuk penerbangan di atas enam jam. Saat ini Air Asia menerbangkan 16 pesawat A320, dan dalam dua tahun ke depan diperhitungkan bertambah menjadi 35 pesawat.
Banyaknya pesawat A320 yang akan mendapat perawatan di PTDI tersebut akan menjadi pendapatan besar tersendiri bagi Direktorat Aircraft Services (ACS) PTDI yang berfungsi melayani perawatan pesawat (purna jual pesawat).
Rencananya pesawat- pesawat A320 milik Air Asia Indonesia akan mulai dirawat secara penuh setelah ACS PTDI mendapatkan approval (persetujuan) dari Badan Sertifikasi Keselamatan dan Kelaikan Udara Eropa Bersatu (European Airworthiness and Safety Association- EASA) tahun 2012 mendatang.
Sementara itu pada 26 Oktober 2011 PTDI menandatangani Perjanjian Perpanjangan Fasilitas Pendanaan dalam bentuk Bank Garansi/Stand By Letter Of Credit serta Penangguhan Jaminan Impor dan Perjanjian Fasilitas Pendanaan Baru dalam bentuk Kredit Modal Kerja dari BRI.
Penangguhan Jaminan Impor antara PTDI dengan BRI itu dilakukan guna mendukung penjualan helikopter Bell 412EP untuk heli serbu TNI AD dan heli angkut TNI AL serta Super Puma NAS332 tactical transport untuk TNI AU pada tahun 2011.
Penandatanganan Perjanjian ini dilakukan oleh Budiman Saleh selaku Direktur Aircraft Integration merangkap Direktur Keuangan PTDI dan Asmawi Syam selaku Direktur Bisnis BRI.
Disebutkan, pemberian fasilitas pendanaan dari BRI itu sangat berarti bagi PTDI yang saat ini tengah kesulitan mendapatkan modal kerja untuk dapat memproduksi helikopter yang sudah dipesan TNI AD, TNI AL dan TNI AU.
Sumber: ANTARA News
Kapal Perang Australia-Indonesia Latihan di Surabaya
HMAS Warramunga. (Foto: Australia DoD)
17 November 2011, Jakarta (ANTARA News): Para Komandan dan awak kapal perang Angkatan Laut Australia HMAS Warramunga dan HMAS Sirius akan disambut secara resmi di Dermaga Jamrud Utara, Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya, Jawa Timur, pada Minggu (20/11).
Menurut keterangan pers Kedubes Australia yang disampaikan di Jakarta, Kamis malam, kapal-kapal tersebut tiba di Surabaya dengan sekitar 250 awak kapal untuk suatu kunjungan empat hari (20 - 23 Nov), guna mengadakan latihan "Exercise New Horizon", latihan bilateral dua tahunan antara Angkatan Laut Australia dan TNI Angkatan Laut.
Kedua kapal akan bergabung dengan kapal-kapal TNI AL KRI Frans Kaisiepo dan KRI Abdul Halim Perdanakusuma untuk suatu latihan tiga-hari di laut, sebelum kembali ke Australia.
Perwira Komandan HMAS Warramunga, Komandan Michael Turner berujar Angkatan Laut Australia memperoleh manfaat dari latihan bersama TNI AL, dan sangat menantikan kunjungan mereka ke Surabaya.
"Hubungan antara Angkatan Laut Australia dan TNI AL sangat kukuh dan berdasarkan rasa hormat profesional dan persahabatan. Kesempatan untuk memperoleh pengalaman kemajemukan budaya dan keramahtamahan rakyat Indonesia maupun menyaksikan keindahan alam Indonesia, menambah daya tarik kunjungan kami," kata Turner.
Atase Pertahanan Australia untuk Indonesia, Brigjen Gary Hogan, berujar kerja sama antara kedua angkatan laut dalam bidang keamanan maritim merupakan unsur kunci perjanjian antara Indonesia dan Australia dalam Kerangka Kerja Sama Keamanan yang dikenal sebagai Perjanjian Lombok.
Kunjungan kapal dan latihan secara teratur memperkukuh hubungan dan memungkinkan kedua Angkatan Laut untuk beroperasi bersama secara lebih efektif.
"Tahun ini telah ditandai dengan kiprah tingkat tinggi antara angkatan laut Australia dan Indonesia dengan Kapal Perang Warramunga dan Sirius menjadi kunjungan kapal Angkatan Laut Australia ke Indonesia yang ke-30 dan ke-31 pada 2011. Ini dengan jelas memperlihatkan kematangan hubungan pertahanan kita dan tekad untuk terus bekerja sama guna memastikan keamanan timbal-balik kita," tutur Brigjen Hogan.
HMAS Warramunga adalah frigat Kelas Anzac, sedangkan HMAS Sirius adalah kapal perbekalan.
Sumber: ANTARA News
17 November 2011, Jakarta (ANTARA News): Para Komandan dan awak kapal perang Angkatan Laut Australia HMAS Warramunga dan HMAS Sirius akan disambut secara resmi di Dermaga Jamrud Utara, Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya, Jawa Timur, pada Minggu (20/11).
Menurut keterangan pers Kedubes Australia yang disampaikan di Jakarta, Kamis malam, kapal-kapal tersebut tiba di Surabaya dengan sekitar 250 awak kapal untuk suatu kunjungan empat hari (20 - 23 Nov), guna mengadakan latihan "Exercise New Horizon", latihan bilateral dua tahunan antara Angkatan Laut Australia dan TNI Angkatan Laut.
Kedua kapal akan bergabung dengan kapal-kapal TNI AL KRI Frans Kaisiepo dan KRI Abdul Halim Perdanakusuma untuk suatu latihan tiga-hari di laut, sebelum kembali ke Australia.
Perwira Komandan HMAS Warramunga, Komandan Michael Turner berujar Angkatan Laut Australia memperoleh manfaat dari latihan bersama TNI AL, dan sangat menantikan kunjungan mereka ke Surabaya.
"Hubungan antara Angkatan Laut Australia dan TNI AL sangat kukuh dan berdasarkan rasa hormat profesional dan persahabatan. Kesempatan untuk memperoleh pengalaman kemajemukan budaya dan keramahtamahan rakyat Indonesia maupun menyaksikan keindahan alam Indonesia, menambah daya tarik kunjungan kami," kata Turner.
Atase Pertahanan Australia untuk Indonesia, Brigjen Gary Hogan, berujar kerja sama antara kedua angkatan laut dalam bidang keamanan maritim merupakan unsur kunci perjanjian antara Indonesia dan Australia dalam Kerangka Kerja Sama Keamanan yang dikenal sebagai Perjanjian Lombok.
Kunjungan kapal dan latihan secara teratur memperkukuh hubungan dan memungkinkan kedua Angkatan Laut untuk beroperasi bersama secara lebih efektif.
"Tahun ini telah ditandai dengan kiprah tingkat tinggi antara angkatan laut Australia dan Indonesia dengan Kapal Perang Warramunga dan Sirius menjadi kunjungan kapal Angkatan Laut Australia ke Indonesia yang ke-30 dan ke-31 pada 2011. Ini dengan jelas memperlihatkan kematangan hubungan pertahanan kita dan tekad untuk terus bekerja sama guna memastikan keamanan timbal-balik kita," tutur Brigjen Hogan.
HMAS Warramunga adalah frigat Kelas Anzac, sedangkan HMAS Sirius adalah kapal perbekalan.
Sumber: ANTARA News
Amerika Serikat Borong 74 Harrier Bekas AL Inggris
Harrier GR9. (Foto: airforce-technology.com)
18 November 2011, London (Berita HanKam): US Navy dan Marine Corps menyetujui membeli 74 jet tempur Harrier beserta mesin dan suku cadangnya bekas pakai Royal Navy.
Marine Corps akan menerbangkan 74 Harrier hingga tahun 2025 dan akan digantikan oleh F-35B Joint Strike Fighter.
Royal Navy mengoperasikan Harrier GR9 dan 9A konfirgurasinya mirip AV-8B versi serangan malam milik Marine Corps. Pesawat dibuat antara 1980 dan 1995, masih layak dioperasikan.
Royal Navy mempensiunkan dini armada jet tempur Harrier GR-9, 9A dan Sea Harrier imbas dari pemotongan anggaran belanja pertahanan oleh pemerintah Inggris. Armada Harrier disimpan di Royal Air Force Base Cottesmore, Inggris dimana pesawat dirawat agar layak dioperasikan kembali. Pemerintah Amerika Serikat menyetujui pembelian suku cadang pesawat senilai 50 juta dolar, sedangkan harga pesawat masih dinegosiasikan.
Pemerintah Inggris selain mempensiunkan dini jet tempur berpangkalan di kapal induk, dipensiunkan juga kapal perang berbagai jenis, pesawat patroli maritim dan personil angkatan bersenjata.
Sumber: Navytimes
18 November 2011, London (Berita HanKam): US Navy dan Marine Corps menyetujui membeli 74 jet tempur Harrier beserta mesin dan suku cadangnya bekas pakai Royal Navy.
Marine Corps akan menerbangkan 74 Harrier hingga tahun 2025 dan akan digantikan oleh F-35B Joint Strike Fighter.
Royal Navy mengoperasikan Harrier GR9 dan 9A konfirgurasinya mirip AV-8B versi serangan malam milik Marine Corps. Pesawat dibuat antara 1980 dan 1995, masih layak dioperasikan.
Royal Navy mempensiunkan dini armada jet tempur Harrier GR-9, 9A dan Sea Harrier imbas dari pemotongan anggaran belanja pertahanan oleh pemerintah Inggris. Armada Harrier disimpan di Royal Air Force Base Cottesmore, Inggris dimana pesawat dirawat agar layak dioperasikan kembali. Pemerintah Amerika Serikat menyetujui pembelian suku cadang pesawat senilai 50 juta dolar, sedangkan harga pesawat masih dinegosiasikan.
Pemerintah Inggris selain mempensiunkan dini jet tempur berpangkalan di kapal induk, dipensiunkan juga kapal perang berbagai jenis, pesawat patroli maritim dan personil angkatan bersenjata.
Sumber: Navytimes
Thursday, November 17, 2011
Transfer Teknologi Alutsista Bekas Sulit Terwujud
Helikopter serbu rancangan PT DI. (Foto: Berita HanKam)
17 November 2011, Jakarta (SINDO): Pembelian alat utama sistem senjata (alutsista) bekas pakai negara lain akan memberikan manfaat bagi industri pertahanan dalam negeri apabila alat itu dijadikan bahan penelitian dan praktik.
Sebab,transfer of technology (ToT) lewat pembelian alutsista bekas sangat sulit diharapkan. Saat ini pemerintah sedang mengkaji rencana pembelian alutsista bekas negara-negara Eropa,di antaranya helikopter Apache.Padahal,dalam waktu bersamaan PT Dirgantara Indonesia juga sedang melakukan riset pembuatan helikopter, pengembangan dari jenis helikopter terdahulu.
Direktur Teknologi PT Dirgantara Indonesia Dita Ardoni Jafri mengungkapkan, pembelian helikopter baru saja sulit untuk mendapatkan ToT secara utuh, apalagi bekas.“ToT tidak bisa kita minta,tapi harus direbut.Saya tidak pernah percaya ada ToT. Mungkin memang ada, tapi itu sifatnya ke personel yang ikut pembuatan,” ujarnya kemarin.
Saat ini,PT DI sedang dalam proses riset pembuatan helikopter dengan mengembangkan helikopter jenis lama. Proyek rekayasa helikopter ini bekerja sama dengan Lapan. Namun, kendalanya tidak ada beberapa komponen helikopter yang dibutuhkan, yakni mesin,girboks, dan komponen dinamik.
Ketiga jenis komponen itu belum dapat diproduksi di dalam negeri sehingga harus mencari dari helikopter bekas jenis BO untuk selanjutnya dikembangkan ke dalam pembuatan helikopter jenis baru. Pengembangan itu memang bukan untuk helikopter serbu sebagaimana Apache karena PT DI belum memiliki chip-nya.
Namun proyek ini bisa menjadi rintisan karena komponen semua jenis helikopter relatif sama, kecuali kemampuan manuver dan avioniknya. “Sebenarnya asal ada pesanan yang tinggi,kita bisa karena pesanan yang tinggi itu otomatis mendorong kreativitas terus berkembang,”sebut Dita.
Dia melanjutkan, di beberapa negara seperti China, untuk membangun industri pertahanan dalam negerinya mereka rela “merusak” alutsista yang dibeli guna dipelajari di dalam negeri.Hal ini didukung dengan kebijakan pemerintahnya yang bersedia memesan dalam jumlah banyak meski itu baru proses belajar.
Rencana pembelian helikopter bekas oleh pemerintah ini di satu sisi bisa menguntungkan industri dirgantara.“Sebagai produsen, kita senang karena beli bekas itu artinya usia pakai lebih cepat rusak,”sebut dia. Wakil Ketua Komisi I DPR Tubagus Hasanuddin menuturkan, pembelian alutsista bekas juga tidak sesuai dengan rencana awal pemerintah untuk membangun industri pertahanan dalam negeri.
“PT DI kan sekarang juga sedang mengembangkan pembuatan helikopter, tapi malah akan membeli bekas dari luar negeri,” ungkapnya. Alutsista bekas juga merugikan karena memiliki usia pakai yang lebih pendek dan kesulitan mendapatkan suku cadang serta amunisi. Selain itu, alutsista bekas juga belum tentu cocok dengan kondisi geografis Indonesia, kecuali helikopter.
“Kita lihat F-16 yang katanya hibah, tapi ternyata harus keluar duit USD700 juta. Jadi, dihitung-hitung tetap mahal juga,”imbuhnya. Sebelumnya,Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro menegaskan,pemerintah mendorong agar setiap pembelian alutsista impor dilakukan dengan sistem government to government (G to G) sehingga akan didapat garansi yang lebih banyak untuk dapat memanfaatkan senjata itu dengan baik.
Pemerintah juga menolak membeli jika disertai persyaratan tertentu yang bakal menyulitkan di kemudian hari, misalnya membuka peluang ancaman embargo.Belajar dari pengalaman masa lalu, pemerintah pernah membeli alutsita yang ternyata barang itu tidak bisa digunakan.
“Belajar dari situ, kita sekarang tidak mau lagi melakukan pembelian, misalkan ada persyaratanpersyaratan yang menyulitkan kita.Itu clear,”ujarnya.
Sumber: SINDO
17 November 2011, Jakarta (SINDO): Pembelian alat utama sistem senjata (alutsista) bekas pakai negara lain akan memberikan manfaat bagi industri pertahanan dalam negeri apabila alat itu dijadikan bahan penelitian dan praktik.
Sebab,transfer of technology (ToT) lewat pembelian alutsista bekas sangat sulit diharapkan. Saat ini pemerintah sedang mengkaji rencana pembelian alutsista bekas negara-negara Eropa,di antaranya helikopter Apache.Padahal,dalam waktu bersamaan PT Dirgantara Indonesia juga sedang melakukan riset pembuatan helikopter, pengembangan dari jenis helikopter terdahulu.
Direktur Teknologi PT Dirgantara Indonesia Dita Ardoni Jafri mengungkapkan, pembelian helikopter baru saja sulit untuk mendapatkan ToT secara utuh, apalagi bekas.“ToT tidak bisa kita minta,tapi harus direbut.Saya tidak pernah percaya ada ToT. Mungkin memang ada, tapi itu sifatnya ke personel yang ikut pembuatan,” ujarnya kemarin.
Saat ini,PT DI sedang dalam proses riset pembuatan helikopter dengan mengembangkan helikopter jenis lama. Proyek rekayasa helikopter ini bekerja sama dengan Lapan. Namun, kendalanya tidak ada beberapa komponen helikopter yang dibutuhkan, yakni mesin,girboks, dan komponen dinamik.
Ketiga jenis komponen itu belum dapat diproduksi di dalam negeri sehingga harus mencari dari helikopter bekas jenis BO untuk selanjutnya dikembangkan ke dalam pembuatan helikopter jenis baru. Pengembangan itu memang bukan untuk helikopter serbu sebagaimana Apache karena PT DI belum memiliki chip-nya.
Namun proyek ini bisa menjadi rintisan karena komponen semua jenis helikopter relatif sama, kecuali kemampuan manuver dan avioniknya. “Sebenarnya asal ada pesanan yang tinggi,kita bisa karena pesanan yang tinggi itu otomatis mendorong kreativitas terus berkembang,”sebut Dita.
Dia melanjutkan, di beberapa negara seperti China, untuk membangun industri pertahanan dalam negerinya mereka rela “merusak” alutsista yang dibeli guna dipelajari di dalam negeri.Hal ini didukung dengan kebijakan pemerintahnya yang bersedia memesan dalam jumlah banyak meski itu baru proses belajar.
Rencana pembelian helikopter bekas oleh pemerintah ini di satu sisi bisa menguntungkan industri dirgantara.“Sebagai produsen, kita senang karena beli bekas itu artinya usia pakai lebih cepat rusak,”sebut dia. Wakil Ketua Komisi I DPR Tubagus Hasanuddin menuturkan, pembelian alutsista bekas juga tidak sesuai dengan rencana awal pemerintah untuk membangun industri pertahanan dalam negeri.
“PT DI kan sekarang juga sedang mengembangkan pembuatan helikopter, tapi malah akan membeli bekas dari luar negeri,” ungkapnya. Alutsista bekas juga merugikan karena memiliki usia pakai yang lebih pendek dan kesulitan mendapatkan suku cadang serta amunisi. Selain itu, alutsista bekas juga belum tentu cocok dengan kondisi geografis Indonesia, kecuali helikopter.
“Kita lihat F-16 yang katanya hibah, tapi ternyata harus keluar duit USD700 juta. Jadi, dihitung-hitung tetap mahal juga,”imbuhnya. Sebelumnya,Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro menegaskan,pemerintah mendorong agar setiap pembelian alutsista impor dilakukan dengan sistem government to government (G to G) sehingga akan didapat garansi yang lebih banyak untuk dapat memanfaatkan senjata itu dengan baik.
Pemerintah juga menolak membeli jika disertai persyaratan tertentu yang bakal menyulitkan di kemudian hari, misalnya membuka peluang ancaman embargo.Belajar dari pengalaman masa lalu, pemerintah pernah membeli alutsita yang ternyata barang itu tidak bisa digunakan.
“Belajar dari situ, kita sekarang tidak mau lagi melakukan pembelian, misalkan ada persyaratanpersyaratan yang menyulitkan kita.Itu clear,”ujarnya.
Sumber: SINDO
Satharmatbar Latih Cara Merawat Alutsista
16 November 2011, Jakarta (Jurnas.com): Kepala Dinas Pemeliharaan Kapal Komando Lintas Laut Militer (Kadisharkap Kolinlamil) Kolonel Laut (T) Rachmat Hartoyo membuka acara penyegaran Sistem Pemeliharaan Terencana (SPT) yang dilaksanakan oleh perwira Satuan Pemeliharaan Material Wilayah Barat (Satharmatbar) di Gedung Laut Sulu, Markas Kolinlamil, Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (16/11).
Acara penyegaran SPT tersebut dianggap sangat penting dilaksanakan, mengingat alutsista yang dimiliki oleh Kolinlamil saat ini sebagian besar sudah sangat tua. Oleh karena itu, diperlukan perawatan dan pemeliharaan secara sistematis dan terus-menerus oleh personel KRI selaku pengawak guna mencapai usia pakai yang optimal.
Seperti dilansir dalam siaran pers Dispen Kolinlamil, Rabu, Kadisharkap Kolinlamil menekankan kepada para ABK KRI terutama Kadepsin dan ABK yang mengikuti kegiatan tersebut untuk menyimak materi yang disampaikan oleh Tim penyegaran SPT dari Satharmatbar. Dengan demikian, kata dia, diharapkan kegiatan ini mencapai tujuan menghindari terjadinya kerusakan yang lebih berat dan material tetap siap pakai untuk mendukung tugas operasi yang akan dilaksanakan oleh Kolinlamil.
Tim Penyegaran SPT dipimpin oleh Kabag SPT Satharmatbar Letkol Laut (T) Singgih Adi Susanto. Materi yang akan disampaikan selama dua hari meliputi Ketentuan-ketentuan yang mengatur tentang pemeliharaan kapal, Pengantar SPT, SPT Kapal bidang Platform, Panduan Verifikasi dan Pengawasan Materiel Kapal bidang Platform.
Hadir pada acara pembukaan penyegaran SPT tersebut para perwira korps Teknik dari Staf Logistik, Dismatbek, Disharkap, para Kepala Departemen Mesin (Kadepsin) KRI jajaran Satlinlamil Jakarta serta anggota KRI Departemen Mesin.
Sumber: Jurnas
Wednesday, November 16, 2011
Tim Investigasi Kostrad Selidiki Jalur Latihan
Tank Scorpion TNI AD. (Foto: Kostrad)
16 November 2011, Jakarta (SINDO): Komando Cadangan Strategis TNI Angkatan Darat (Kostrad) telah menerjunkan tim investigasi untuk menguak penyebab kecelakaan tank Scorpion dalam latihan pertempuran di Dusun Ngrancang, Desa Bleberan, Kecamatan Playen, Gunungkidul, DI Yogyakarta, Senin (14/11).
Penyelidikan di antaranya mencakup jalur latihan, kemungkinan human error, juga kondisi tank. Kepala Penerangan Kostrad Letnan Kolonel (Kav) A. Sitompul mengatakan, tim investigasi akan mengumpulkan data- data di lapangan. penyelidikan itu diharapkan dapat mengungkap insiden tergulingnya tank Scorpion yang menewaskan prajurit Batalyon Kavaleri 8/2 Kostrad, Praka Lukman Hakim, dan melukai Serda Sugiyarto dan Pratu Nasbi.“ Sesegera mungkin hasil investigasi kami sampaikan.
Hasil investigasi harus kami sampaikan secara utuh,” kata Sitompul di Jakarta kemarin. Dia menjelaskan,tim investigasi juga akan melihat sejauh mana dampak dari latihan ini terhadap masyarakat. ”Akan ada investigasi setiap kerugian warga yang ditimbulkan akibat kegiatan militer ini,”ujar dia.
Perwira menengah ini menegaskan, pemilihan kawasan Wonosari di Gunungkidul, Yogyakarta sebagai lokasi latihan tempur telah berdasarkan hasil peninjauan oleh staf operasi divisi. Di antara kriteria lokasi adalah tidak boleh merugikan masyarakat. “Kalau ada permukiman sehingga tidak memungkinkan latihan digelar, tidak dilakukan (latihan),” sebutnya.
Latihan tank tersebut merupakan rangkaian dari jenis latihan lainnya. Latihan bersama Batalyon Tim Pertempuran (BTP) ini digelar melibatkan prajurit dari batalyon kavaleri dan infanteri.Sejauh ini proses evaluasi juga telah dilakukan secara harian dan pada akhir kegiatan dilakukan evaluasi. Sitompul menyatakan bahwa latihan tempur itu akan terus berlangsung hingga akhir.
Pantauan di lapangan kemarin, latihan militer yang diselenggarakan sejak 11 November tersebut untuk sementara dihentikan. Belasan tank Scorpion buatan Inggris terlihat terparkir di salah satu sudut area posko latihan di Kompleks Lanud GadingP layen.” Kami tidak bisa memberikan keterangan mengenai kecelakaan tersebut,” ucap seorang pelatih dalam latihan tempur tersebut, Lettu Dimas BP, kemarin.
Dia beralasan,insiden dalam latihan tempur itu berkaitan dengan rahasia negara sehingga tidak bisa begitu saja diungkap ke publik. ”Peralatan kita ini alutsita (alat utama sistem senjata). Jadi memang harus kita rahasiakan benar,apa yang kita miliki dan mengapa sampai terjadi insiden seperti kemarin,” kata dia.
Disinggung mengenai lokasi tergulingnya tank, Dimas menegaskan tempat kecelakaan masih dalam peta areal latihan.”Semua berada di jalur kok, tidak menyimpang sesuai dengan peta latihan kami,” kata dia. Wakil Ketua Komisi I DPR Tubagus Hasanuddin menilai, kecelakaan tank Scorpion tersebut merupakan kejadian biasa karena risiko selalu menyertai dalam setiap latihan militer.
Karena itu,tiap peserta harus mengikuti setiap prosedur latihan yang ada. “Kecelakaan menunjukkan perencanaan kurang baik. Jika terjadi dalam latihan, saya kira perwira operasi harus diperiksa,” katanya.
Sumber: SINDO
16 November 2011, Jakarta (SINDO): Komando Cadangan Strategis TNI Angkatan Darat (Kostrad) telah menerjunkan tim investigasi untuk menguak penyebab kecelakaan tank Scorpion dalam latihan pertempuran di Dusun Ngrancang, Desa Bleberan, Kecamatan Playen, Gunungkidul, DI Yogyakarta, Senin (14/11).
Penyelidikan di antaranya mencakup jalur latihan, kemungkinan human error, juga kondisi tank. Kepala Penerangan Kostrad Letnan Kolonel (Kav) A. Sitompul mengatakan, tim investigasi akan mengumpulkan data- data di lapangan. penyelidikan itu diharapkan dapat mengungkap insiden tergulingnya tank Scorpion yang menewaskan prajurit Batalyon Kavaleri 8/2 Kostrad, Praka Lukman Hakim, dan melukai Serda Sugiyarto dan Pratu Nasbi.“ Sesegera mungkin hasil investigasi kami sampaikan.
Hasil investigasi harus kami sampaikan secara utuh,” kata Sitompul di Jakarta kemarin. Dia menjelaskan,tim investigasi juga akan melihat sejauh mana dampak dari latihan ini terhadap masyarakat. ”Akan ada investigasi setiap kerugian warga yang ditimbulkan akibat kegiatan militer ini,”ujar dia.
Perwira menengah ini menegaskan, pemilihan kawasan Wonosari di Gunungkidul, Yogyakarta sebagai lokasi latihan tempur telah berdasarkan hasil peninjauan oleh staf operasi divisi. Di antara kriteria lokasi adalah tidak boleh merugikan masyarakat. “Kalau ada permukiman sehingga tidak memungkinkan latihan digelar, tidak dilakukan (latihan),” sebutnya.
Latihan tank tersebut merupakan rangkaian dari jenis latihan lainnya. Latihan bersama Batalyon Tim Pertempuran (BTP) ini digelar melibatkan prajurit dari batalyon kavaleri dan infanteri.Sejauh ini proses evaluasi juga telah dilakukan secara harian dan pada akhir kegiatan dilakukan evaluasi. Sitompul menyatakan bahwa latihan tempur itu akan terus berlangsung hingga akhir.
Pantauan di lapangan kemarin, latihan militer yang diselenggarakan sejak 11 November tersebut untuk sementara dihentikan. Belasan tank Scorpion buatan Inggris terlihat terparkir di salah satu sudut area posko latihan di Kompleks Lanud GadingP layen.” Kami tidak bisa memberikan keterangan mengenai kecelakaan tersebut,” ucap seorang pelatih dalam latihan tempur tersebut, Lettu Dimas BP, kemarin.
Dia beralasan,insiden dalam latihan tempur itu berkaitan dengan rahasia negara sehingga tidak bisa begitu saja diungkap ke publik. ”Peralatan kita ini alutsita (alat utama sistem senjata). Jadi memang harus kita rahasiakan benar,apa yang kita miliki dan mengapa sampai terjadi insiden seperti kemarin,” kata dia.
Disinggung mengenai lokasi tergulingnya tank, Dimas menegaskan tempat kecelakaan masih dalam peta areal latihan.”Semua berada di jalur kok, tidak menyimpang sesuai dengan peta latihan kami,” kata dia. Wakil Ketua Komisi I DPR Tubagus Hasanuddin menilai, kecelakaan tank Scorpion tersebut merupakan kejadian biasa karena risiko selalu menyertai dalam setiap latihan militer.
Karena itu,tiap peserta harus mengikuti setiap prosedur latihan yang ada. “Kecelakaan menunjukkan perencanaan kurang baik. Jika terjadi dalam latihan, saya kira perwira operasi harus diperiksa,” katanya.
Sumber: SINDO
KSAU: Pertahanan Udara Butuh Alutsista Modern & Profesional Personil
F-5 TNI AU. (Foto: Dispenau)
15 November 2011, Jakarta (Investor): Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Imam Sufaat, mengatakan, keberhasilan tugas pertahanan udara membutuhkan alat utama sistem senjata (Alutsista) modern serta dikelola oleh personil yang profesional.
"Pengelolaan secara profesional dalam pengoperasian dan pemeliharaan peralatan, maupun mekanisme komando dan pengendalian, harus dilaksanakan secara cepat dan tepat," kata KSAU saat memberi arahan pada upacara peresmian beroperasinya satuan radar 245 di Saumlaki, Kabupaten Maluku Tenggara Barat, Maluku, Selasa.
Pada kesempatan tersebut, KSAU juga melantik Letkol Lek Supriadi sebagai Komandan Satuan Radar 245 Saumlaki.
Upacara tersebut dihadiri para pejabat di jajaran TNI AU serta Bupati Maluku Tenggara Barat beserta muspida.
KSAU menjelaskan, kesiapan operasional merupakan modal utama untuk mencapai keberhasilan pelaksanaan tugas, karena itu upaya mewujudkan kesiapan operasional harus selalu menjadi prioritas utama.
Tuntutan kesiapan operasional tersebut, menurut dia, tidak hanya pada kesiapan peralatan, tapi juga kesiapan personil seperti fisik, mental, serta pemahaman tugas dan tanggung jawab masing-masing.
Pada kesempatan tersebut, KSAU meminta kepada para personil yang bertugas di satuan radar 245 Saumlaki agar menjalankan tugasnya secara profesional dan selalu sigap.
"Satuan radar memiliki fungsi sangat vital pada organisasi perang guna menjaga kedaulatan negara. Radar adalah mata yang tidak boleh tidur dan sangat berbahaya jika tidak mampu menjalankan tugasnya secara maksimal," katanya.
Hal tersebut jika tidak diwaspadai dan diantisipasi secara sungguh-sungguh, kata dia, akan berpengaruh terhadap kemampuan dan tingkat kesiapsiagaan operasionalnya.
KSAU menambahkan, pembangunan satuan radar 245 Saumlaki ini merupakan wujud dari program strategis untuk mengcover situasi dan kondisi serta kerawanan wilayah udara bagian timur Indonesia terhadap pelanggaran udara.
"Karena itu dibutuhkan, personil yang memiliki disiplin, dedikasi, motivasi, serta integritas dalam mengawaki alat utama sistem senjata radar," katanya.
Sumber: Investor
15 November 2011, Jakarta (Investor): Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Imam Sufaat, mengatakan, keberhasilan tugas pertahanan udara membutuhkan alat utama sistem senjata (Alutsista) modern serta dikelola oleh personil yang profesional.
"Pengelolaan secara profesional dalam pengoperasian dan pemeliharaan peralatan, maupun mekanisme komando dan pengendalian, harus dilaksanakan secara cepat dan tepat," kata KSAU saat memberi arahan pada upacara peresmian beroperasinya satuan radar 245 di Saumlaki, Kabupaten Maluku Tenggara Barat, Maluku, Selasa.
Pada kesempatan tersebut, KSAU juga melantik Letkol Lek Supriadi sebagai Komandan Satuan Radar 245 Saumlaki.
Upacara tersebut dihadiri para pejabat di jajaran TNI AU serta Bupati Maluku Tenggara Barat beserta muspida.
KSAU menjelaskan, kesiapan operasional merupakan modal utama untuk mencapai keberhasilan pelaksanaan tugas, karena itu upaya mewujudkan kesiapan operasional harus selalu menjadi prioritas utama.
Tuntutan kesiapan operasional tersebut, menurut dia, tidak hanya pada kesiapan peralatan, tapi juga kesiapan personil seperti fisik, mental, serta pemahaman tugas dan tanggung jawab masing-masing.
Pada kesempatan tersebut, KSAU meminta kepada para personil yang bertugas di satuan radar 245 Saumlaki agar menjalankan tugasnya secara profesional dan selalu sigap.
"Satuan radar memiliki fungsi sangat vital pada organisasi perang guna menjaga kedaulatan negara. Radar adalah mata yang tidak boleh tidur dan sangat berbahaya jika tidak mampu menjalankan tugasnya secara maksimal," katanya.
Hal tersebut jika tidak diwaspadai dan diantisipasi secara sungguh-sungguh, kata dia, akan berpengaruh terhadap kemampuan dan tingkat kesiapsiagaan operasionalnya.
KSAU menambahkan, pembangunan satuan radar 245 Saumlaki ini merupakan wujud dari program strategis untuk mengcover situasi dan kondisi serta kerawanan wilayah udara bagian timur Indonesia terhadap pelanggaran udara.
"Karena itu dibutuhkan, personil yang memiliki disiplin, dedikasi, motivasi, serta integritas dalam mengawaki alat utama sistem senjata radar," katanya.
Sumber: Investor
“Sangatta Kembali Kepangkuan Ibu Pertiwi”
16 November 2011, Sangatta (Dispenarmatim): TNI Angkatan Laut yang sedang melaksanakan latihan operasi pendaratan amfibi dengan sandi “Armada Jaya XXX/11” berhasil “merebut” kembali pantai Sekerat yang telah di kuasai oleh musuh, Jum’at (11/11). Daerah pantai itu berada di Sangatta Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur dan masuk dalam wilayah Kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Terjadi “pertempuran” sengit pada dini hari sekitar pukul 04.30 (Wita) ketika Pasukan Pendarat (Pasrat) Marinir TNI AL berusaha merebut kembali wilayah itu kepangkuan ibu pertiwi.
Panglima Komando Tugas Gabungan Amfibi (Pangkogasgabfib) Laksamana Pertama TNI Taufiqurrachman melalui siaran radio yang diakses oleh unsur kapal-kapal Kogasgabfib memerintahkan kepada seluruh pasukan pendarat untuk merebut pantai Sekerat yang telah dikuasai musuh. Dalam taklimatnya Pangkogasgabfib mengatakan “Daratkan Pasukan Pendarat”, kemudian dalam waktu singkat pasukan pendarat yang dipimpin oleh Komandan Pasukan Pendarat (Danpasrat) Kolonel Marinir Amir Faisol keluar dari Tank Deck KRI Surabaya-591 dan KRI Teluk Ende-517 meluncur ke daerah sasaran.
Pendaratan amfibi diawali dengan beberapa ledakan penghancuran (Demolisi) terhadap benteng pertahanan lawan oleh personel Komando Pasukan Katak (Kopaska) TNI AL yang sebelumnya telah melakukan infiltrasi penyusupan ke jantung pertahanan musuh di pantai Sekerat. Kemudian disusul ledakan-ledakan berikutnya yang berasal dari Bantuan Tembakan Kapal (BTK) oleh unsur-unsur kapal perang yang berada jauh di tengah laut. Tembakan artileri dari meriam kapal perang membuat konsentrasi musuh menjadi terpencah kemudian pasukan pendarat Marinir dapat berhasil mencapai titik pendaratan meskipun mendapat perlawanan sengit dari pasukan lawan yang berada di darat.
Pasukan Marinir melaksanakan pendaratan lintas pantai dengan barisan terdepan 5 buah Tank jenis Pallawa Tanka (PT) 76M dan 2 buah BVP 2 untuk melaksanakan tembakan perlindungan. Sedangkan yang lainnya menggunakan 12 unit Tank angkut personel Browne Transporter (BTR) dan 4 buah Kendaraan Amfibi Pengangkut Artileri (Kapa) serta 20 perahu karet. Begitu pasukan marinir tiba di pantai pendaratan langsung disambut dengan rentetan tembakan oleh musuh, dan terjadi pertempuran sengit untuk menguasi daerah itu. Dalam waktu singkat Pantai Sanggatta dapat dikuasai kemudian pasukan yang berada dibawah Komando Tugas Gabungan Pendarat Administrasi (Kogasbagratmin) melakukan pendaratan administrasi menggunakan dua buah kendaraan Landing Craft Utility (LCU) dari KRI Surabaya.
Untuk menghancurkan kekuatan musuh dilaksanakan tembakan penyapuan oleh 2 unit peluncur roket RM 70 Grad dan 2 pucuk meriam Howitzer kaliber 105mm. Namum pertempuran terus berkobar dimana-mana, selanjutnya pasukan Marinir TNI AL dan kendaraan tempurnya memburu sisa-sisa musuh yang bersembunyi di Obyek Vital Nasional (Obvitnas) dermaga Kaltim Prima Coal (KPC). Seluruh kekuatan musuh dapat dihancurkan dan Sanggatta kembali kepangkuan ibu pertiwi.
Operasi pendaratan amfibi itu merupakan puncak acara Latihan Armada Jaya XXX/11 yang digelar oleh TNI AL diwilayah Kalimantan Timur dengan melibatkan seluruh komponen Sistim Persenjataan Armada Terpadu (SSAT) TNI AL. Kekuatan tersebut adalah pangkalan, Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) yang terdiri dari Kapal-kapal Kombatan, kapal selam, kapal amfibi, kapal cepat rudal, buru ranjau, kapal patroli dan kapal bantu (Salvage) juga unsur Pesawat Udara (Pesud) yang terdiri dari pesawat Cassa dan helikopter.
Sedangkan pasukan Marinir mengerahkan satu Batalyon Tim Pendarat (BTP) marinir yang terdiri dari pasukan Infanteri, 5 unit PT 76M, 2 unit Tank BVP, 12 unit Tank BTR, 4 unit Kapa, 2 pucuk meriam Howitzer kaliber 105mm, 23 truck, 2 kendaraan taktis Tatra, 2 unit ambulan medis dan 20 perahu karet. Selain itu juga didukung kekuatan lainnya diantaranya dari adalah 2 tim Komando Pasukan Katak (Kopaska) TNI AL, Intai Para Amfibi (Taifib), Polisi Militer Angkatan Laut (Pomal), kesehatan, Search And Rescue (SAR) serta pandu gelombang dari Divisi Pantai.
Latihan tempur itu disaksikan langsung oleh Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana TNI Soeparno didampingi Panglima Komando Armada RI Kawasan Timur Laksamana Muda TNI Ade Supandi, S.E. selaku Direktur Latihan Armada Jaya XXX/11. Acara itu juga dihadiri beberapa tamu kehormatan dari Atase Pertahanan (Athan) negara sahabat diantaranya Athan Amerika Serikat, Australia, Singapura, Malaysia, Belanda dan Italia serta pejabat Muspida setempat.
Kegiatan latihan Armada Jaya XXX/11 diliput oleh seluruh media, baik cetak maupun elektronik yang berasal dari pusat Jakarta dan media lokal. Dalam konferensi persnya Kasal mengatakan “Latihan Armada Jaya XXX/11 merupakan puncak latihan TNI AL yang diselenggarakan setiap tahun”, tegas Kasal.
Sumber: Dispenarmatim
Korps Marinir Miliki Divisi Sorong-Papua pada 2012
KSAL Laksamana TNI Soeparno (kiri) didampingi Danpasmar I Brigjen TNI (Mar) Farid Washinton (kanan) memeriksa barisan prajurit pada HUT Korps Marinir ke-66 di Karangpilang, Surabaya, Jatim, Selasa (15/11). Pada HUT tersebut prajurit Marinir berikrar siap didaratkan dimanapun demi keutuhan NKRI. (Foto: ANTARA/Saptono/Spt/11)
15 November 2011, Surabaya (ANTARA News) - Korps Marinir akan memiliki divisi baru yakni Divisi III Sorong-Papua pada tahun 2012 untuk melengkapi Divisi I (Pasmar-1) di Surabaya dan Divisi II (Pasmar-2) di Jakarta.
"Embrionya sudah lama ada di Sorong, yakni satu batalyon di Papua, tapi nantinya akan ditingkatkan menjadi brigade dan akhirnya divisi," kata KSAL Laksamana TNI Soeparno di Surabaya, Selasa.
Ia mengemukakan hal itu setelah memimpin upacara HUT ke-66 Korps Marinir di Lapangan Tembak Lettu Anumerta FX Supramono, Kesatrian Marinir Karangpilang, Surabaya.
Didampingi Komandan Pasmar-1 Brigjen TNI (Mar) A Fariz Washington dan Komandan Pasmar-2 Brigjen TNI (Mar) Sturman Panjaitan, ia menjelaskan penataan itu akan mendorong adanya tiga divisi yakni Divisi I di Jakarta, Divisi II di Surabaya, dan Divisi III di Sorong-Papua.
"Jadi, pengamanan kawasan perbatasan Indonesia dengan negara lain tidak akan ditambah, karena sudah dianggap cukup. Apalagi Marinir memang bukan untuk pengamanan perbatasan laut," ucapnya.
Selain itu, Korps Marinir juga akan menambah tank BMP-3 F sebanyak 54 unit tank dengan 34 tank baru akan direalisasikan pada tahun 2012, sedangkan sisanya menyusul.
"Ke-54 tank baru itu akan ditempatkan di wilayah barat dan timur dengan sebagian tank merupakan produksi dalam negeri. Yang jelas, kalau alat tempur kita bisa dibuat di dalam negeri, ya kita beli di sini," ujarnya.
Kendati demikian, menurut KSAL, Korps Marinir itu bukan pasukan "ecek-ecek" (sepele). "Anda bisa lihat sendiri kesiapan personel dan materiil dari Divisi Infanteri 1 dan 2 dengan seluruh alat tempurnya yang didatangkan ke sini pada HUT ke-66 Koprs Marinir," katanya.
Sejumlah prajurit Korps Marinir melakukan penembakan dengan meriam Howitzer 105 mm pada HUT KE-66 Korps Marinir di Lapangan Tembak Lettu Anumerta FX Supramono, Kesatrian Marinir Karangpilang, Surabaya, Jatim, Selasa.(15/11). Dalam peringatan yang bertajuk "Korps Marinir TNI AL 66 Tahun Hadir di Setiap Palagan Mempertahankan NKRI" itu dimeriahkan dengan sejumlah keterampilan prajurit dan unjuk kesenjataan. (Foto: ANTARA/Saiful Bahri/ss/Spt/11)
Sejumlah prajurit marinir membawa senjata berat Howitzer dengan kendaraan amphibi ketika berparade pada HUT Korps Marinir ke-66 di Karangpilang, Surabaya, Jatim, Selasa (15/11). Pada HUT tersebut prajurit Marinir berikrar siap didaratkan dimanapun demi keutuhan NKRI. (Foto: ANTARA/Saiful Bahri/ss/Spt/11)
Upacara HUT ke-66 Korps Marinir yang diikuti 6.155 prajurit itu dimeriahkan dengn atraksi dari 12 tank PT-76 buatan Rusia yang dipakai dalam Pertempuran Trikora pada tahun 1960-an, tiga pucuk Launcher RPG yang pernah dipakai di Aceh dan Timtim, sekaligus demonstrasi terjun statik oleh 60 peterjun dan terjun "Freefall" oleh 11 peterjun yang turun secara bersamaan (bertumpukan).
Sebelumnya (14/11), istri Komandan Korps Marinir yang juga Ketua Gabungan Jalasenastri Korps Marinir, Ny Nita Alfan Baharudin, merayakan HUT Korps Marinir dengan mengunjungi anggota Marinir Wilayah Timur yang dirawat di Rumah Sakit Marinir, Gunungsari, Surabaya.
Sumber: ANTARA News
15 November 2011, Surabaya (ANTARA News) - Korps Marinir akan memiliki divisi baru yakni Divisi III Sorong-Papua pada tahun 2012 untuk melengkapi Divisi I (Pasmar-1) di Surabaya dan Divisi II (Pasmar-2) di Jakarta.
"Embrionya sudah lama ada di Sorong, yakni satu batalyon di Papua, tapi nantinya akan ditingkatkan menjadi brigade dan akhirnya divisi," kata KSAL Laksamana TNI Soeparno di Surabaya, Selasa.
Ia mengemukakan hal itu setelah memimpin upacara HUT ke-66 Korps Marinir di Lapangan Tembak Lettu Anumerta FX Supramono, Kesatrian Marinir Karangpilang, Surabaya.
Didampingi Komandan Pasmar-1 Brigjen TNI (Mar) A Fariz Washington dan Komandan Pasmar-2 Brigjen TNI (Mar) Sturman Panjaitan, ia menjelaskan penataan itu akan mendorong adanya tiga divisi yakni Divisi I di Jakarta, Divisi II di Surabaya, dan Divisi III di Sorong-Papua.
"Jadi, pengamanan kawasan perbatasan Indonesia dengan negara lain tidak akan ditambah, karena sudah dianggap cukup. Apalagi Marinir memang bukan untuk pengamanan perbatasan laut," ucapnya.
Selain itu, Korps Marinir juga akan menambah tank BMP-3 F sebanyak 54 unit tank dengan 34 tank baru akan direalisasikan pada tahun 2012, sedangkan sisanya menyusul.
"Ke-54 tank baru itu akan ditempatkan di wilayah barat dan timur dengan sebagian tank merupakan produksi dalam negeri. Yang jelas, kalau alat tempur kita bisa dibuat di dalam negeri, ya kita beli di sini," ujarnya.
Kendati demikian, menurut KSAL, Korps Marinir itu bukan pasukan "ecek-ecek" (sepele). "Anda bisa lihat sendiri kesiapan personel dan materiil dari Divisi Infanteri 1 dan 2 dengan seluruh alat tempurnya yang didatangkan ke sini pada HUT ke-66 Koprs Marinir," katanya.
Sejumlah prajurit Korps Marinir melakukan penembakan dengan meriam Howitzer 105 mm pada HUT KE-66 Korps Marinir di Lapangan Tembak Lettu Anumerta FX Supramono, Kesatrian Marinir Karangpilang, Surabaya, Jatim, Selasa.(15/11). Dalam peringatan yang bertajuk "Korps Marinir TNI AL 66 Tahun Hadir di Setiap Palagan Mempertahankan NKRI" itu dimeriahkan dengan sejumlah keterampilan prajurit dan unjuk kesenjataan. (Foto: ANTARA/Saiful Bahri/ss/Spt/11)
Sejumlah prajurit marinir membawa senjata berat Howitzer dengan kendaraan amphibi ketika berparade pada HUT Korps Marinir ke-66 di Karangpilang, Surabaya, Jatim, Selasa (15/11). Pada HUT tersebut prajurit Marinir berikrar siap didaratkan dimanapun demi keutuhan NKRI. (Foto: ANTARA/Saiful Bahri/ss/Spt/11)
Upacara HUT ke-66 Korps Marinir yang diikuti 6.155 prajurit itu dimeriahkan dengn atraksi dari 12 tank PT-76 buatan Rusia yang dipakai dalam Pertempuran Trikora pada tahun 1960-an, tiga pucuk Launcher RPG yang pernah dipakai di Aceh dan Timtim, sekaligus demonstrasi terjun statik oleh 60 peterjun dan terjun "Freefall" oleh 11 peterjun yang turun secara bersamaan (bertumpukan).
Sebelumnya (14/11), istri Komandan Korps Marinir yang juga Ketua Gabungan Jalasenastri Korps Marinir, Ny Nita Alfan Baharudin, merayakan HUT Korps Marinir dengan mengunjungi anggota Marinir Wilayah Timur yang dirawat di Rumah Sakit Marinir, Gunungsari, Surabaya.
Sumber: ANTARA News
TNI-AU Prioritaskan Pemantaun Udara di Indonesia Timur
15 November 2011, Jakarta (ANTARA News): Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU), Marsekal TNI Imam Sufaat, menegaskan, TNI AU memprioritaskan pemantauan wilayah udara di Indonesia bagian timur guna memperkuat sistem pertahanan udara.
"Pemantauan wilayah udara di bagian timur Indonesia akan ter"cover" seluruhnya setelah beroperasinya satuan radar 245 di Saumlaki Maluku serta satuan radar 243 di Timika Papua," kata KSAU saat memberi arahan pada upacara peresmian beroperasinya satuan radar 245 di Saumlaki, Kabupaten Maluku Tenggara Barat, Maluku, Selasa.
Upacara tersebut dihadiri para pejabat di jajaran TNI AU serta Bupati Maluku Tenggara Barat beserta muspida.
Menurut dia, pembangunan satuan radar 245 Saumlaki ini merupakan wujud dari program strategis untuk meng"cover" situasi dan kondisi serta kerawanan wilayah udara bagian timur Indonesia terhadap pelanggaran udara.
KSAU menjelaskan, radius jangkau satuan radar di Saumlaki sejauh 240 mil laut ini akan "over lapping" dengan dengan satuan radar 241 di Beraun Nusa Tenggara Timur (NTT) serta dengan satuan radar 243 di Timika Papua.
"Satuan radar 241 di Beraun sudah beroperasi, sedangkan satuan radar 243 di Timika dijadwalkan akan mulai beroperasi pada Februari 2012," katanya.
Setelah beroperasinya satuan radar di Saumlaki dan Timika, dia berharap seluruh wilayah udara di Indonesia bagian timur-selatan dapat ter"cover" oleh satuan-satuan radar yang saling "over lapping", yakni satuan radar 244 Merauke, satuan radar 243 Timika, satuan radar 245 Saumlaki, serta satuan radar 243 Beraun.
Dengan beroperasinya satuan radar 245 di Saumlaki, kata dia, maka gelar Komando Sektor Pertahanan Udara Nasional (Kosek Hanudnas) IV di wilayah Indonesia bagian timur terus dapat diwujudkan karena di wilayah ini terdapat sejumlah obyek vital nasional serta jalur penerbangan internasional.
Pada kesempatan tersebut, KSAU menjelaskan, beroperasinya satuan radar 345 Saumlaki merupakan rangkaian dari sistem pertahanan udara nasional yang dilaksanakan secara terencana, bertahap, berkelanjutan, dan saling terkait dengan sistem pertahanan udara di seluruh wilayah Indonesia.
"Dioperasikannya radar di sejumlah lokasi di wilayah Indonesia, guna tercapainya penguasaan dan pengendalian ruang udara nasional melalui operasi pertahanan udara berupa deteksi, identifikasi, penindakan, sekaligus menetralisir ancaman," katanya.
KSAU menambahkan, jika melihat dari kondisi kemampuan, kekuatan dan gelar radar, TNI AU dihadapkan pada luasnya wilayah udara nasional Indonesia, sehingga belum sepenuhnya mampu memenuhi kebutuhan yang diharapkan.
Hal ini, kata dia, karena masih terbatasnya jumlah radar yang dimiliki untuk mengcover seluruh wilayah udara nasional serta usia radar aktif yang relatif tua.
Dengan keterbatasan tersebut, menurut KSAU, maka pelaksanaan tugas pengamatan dan pemantauan seluruh obyek yang bermanuver di wilayah udar Indonesia, belum dapat dilaksankan secara maksimal.
KSAU juga mengakui, pembangunan satuan radar di wilayah timur Indonesia agak terlambat dibandingkan dengan wilayah barat dan wilayah tengah Indonesia, karena keterbatasan anggaran TNI AU.
Namun, kata dia, TNI AU bertekad bisa secepatnya membangun satuan radar di seluruh wilayah Indonesia terutama di wilayah timur Indonesia.
Dia berharap pertumbuhan ekonomi Indonesia terus meningkat atau minimal stabil seperti saat ini yakni 6,4 persen, sehingga anggaran untuk TNI juga bisa lebih baik guna lebih mengoptimalkan sistem pertahanan seperti satuan radar.
Pada kesempatan tersebut, KSAU Marsekal TNI Imam Sufaat beserta pejabat di jajaran TNI AU juga meninjau operasional satuan radar 245 Saumlaki.
Sumber: ANTARA News
Tuesday, November 15, 2011
Malaysia Borong 18 Su-30MKM Dilengkapi Rudal BrahMos
15 November 2011, Moskow (Berita HanKam): Kementrian Pertahanan Malaysia berencana membeli 18 jet tempur Sukhoi Su-30MKM ((Modernizirovannyi Kommercheskiy Malaysia), dipersenjatai rudal jelajah supersonik produksi Rusia-India BrahMos, diberitakan harian Rusia Izvestia Daily, Selasa (15/11).
Menteri Pertahanan Malaysia Zahid Hamidi direncanakan mengunjungi pabrik pesawat Irkut yang memproduksi jet tempur Su-30MKI untuk India, Selasa (15/11). Satu unit pesawat ditawarkan ke Malaysia sekitar 50 juta dolar termasuk perawatan, diberitakan Izvestia Daily.
Menhan Hamidi diharapkan meneken kontrak pembelian 18 Su-30MKM saat kunjungan.
Hamidi berencana juga mendiskusikan pemasangan instalasi rudal baru, termasuk BrahMos pada 18 Su-30MKM yang diterima Malaysia pada Agustus 2009 dibawah kontrak senilai 900 juta dolar pada 2003.
Tentera Diraja Udara Malaysia (TUDM) mengoperasikan juga jet tempur buatan Rusia MiG-29N Fulcrum, jet tempur buatan Amerika Serikat F/A-18D Hornet dan F-5.
Sumber: RIA Novosti
Kapal Selam dari Surabaya
4 November 2011, Jakarta (Humasristek): Perilaku buaya dalam menyelam, mengapung di permukaan, dan melayang untuk menyergap mangsa diadopsi menjadi Kapal Perang Crocodile-Hydrofoil. Kapal tiga mode ini dirancang Wisnu Wardhana, dosen Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya untuk pengamanan perairan.
Ini jenis kapal kombinasi yang pertama kali saya rancang. Sebelumnya, sudah puluhan kali merancang dan membuat kapal normal untuk kapal permukaan,” tutur Wisnu, saat ditemui pada hari Selasa (1/11), di bengkel kerjanya di Jurusan Teknik Kelautan, Fakultas Teknologi Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya.
Kapal Perang Crocodile-Hydrofoil (KPC-H) masih tahap pembuatan di tahun pertama selama tiga tahun berturut-turut. Proses saat ini mencapai 20 persen.
”Tahun ini sudah mendapat dua mesin kembar dan (kami) menyelesaikan tahap moulding atau pembuatan cetakan badan kapal,” kata dia.
Panjang kapal dirancang 12 meter dengan lebar maksimum 2,8 meter, dan tinggi 2 meter. Berat jenis kapal supaya mudah melayang di dalam air harus disesuaikan dengan berat jenis air.
”Cara menghitungnya, berat kapal dibagi volume kapal sama dengan satu. Karena berat jenis air itu satu,” kata Wisnu. Bobot KPC-H direncanakan 14,37 ton.
Perilaku Buaya
Karakter atau perilaku buaya dalam menyelam ditiru dengan maksud untuk mewujudkan kapal pertahanan dan keamanan yang menghindari radar. Oleh karena mesin kapal yang dipilih sebagai mesin diesel tak dilengkapi sistem baterai, kapal ini tak bisa menyelam dalam.
”Kemampuan menyelam dirancang 5 hingga 7 meter dengan cerobong udara tetap di atas permukaan air,” kata Wisnu.
Kapal selam yang mampu menyelam dalam, biasanya menggunakan sumber energi yang pembakarannya tidak membutuhkan udara. Energi yang lazim digunakan berupa sistem baterai, fuel cell (sel bahan bakar), atau nuklir.
”Kecepatan maksimum kapal saat menyelam sampai 20 knot (sekitar 36 kilometer per jam),” kata Wisnu.
Untuk karakter berikutnya, yaitu kemampuan mengapung seperti kapal normal. KPC-H dirancang berkapasitas penumpang 6-8 orang.
Untuk karakter melayang di atas permukaan dirancang sebagai mode berkecepatan tinggi. Sebagai kapal pertahanan dan keamanan, kemampuan kecepatan tinggi tersebut berguna untuk melarikan diri.
”Pada saat mode melayang, hanya bagian sayap kapal yang menyentuh permukaan airnya,” kata Wisnu.
Kecepatan maksimum KPC-H pada saat melayang di atas permukaan mencapai 40 knot atau sekitar 72 kilometer per jam untuk hitungan 1 knot sekitar 1,8 kilometer per jam.
Berbagai Fungsi
Wisnu memaparkan, dengan berbagai karakter buaya tersebut menjadikan KPC-H memiliki berbagai fungsi. Ketika menyelam, memberikan kemampuan kapal ini untuk penyamaran hingga tidak terdeteksi radar.
”Radar tidak akan bisa menembus air,” kata dia.
Kemampuan menyelam itu sekaligus bisa untuk menyusup atau mencegat kapal yang menjadi target. Kapasitas angkut penumpang juga membuat kapal ini bisa untuk melepas pasukan komando secara hening (silent deployment).
Selanjutnya, kapal bisa untuk menempatkan ranjau, menyerang atau menghindar dengan cepat, serta meningkatkan akurasi tembakan dengan karakteristik gerak yang lebih leluasa.
Kapal ini juga bisa digunakan untuk mendukung perekaman data meteorologi, seperti kondisi awan, kecepatan angin, dan gelombang laut. Wisnu mengatakan, KPC-H dirancang untuk meringankan tugas pengamanan wilayah perairan.
”Pengawasan dan penjagaan perbatasan laut secara rutin dapat dilakukan dengan KPC-H ini sehingga dapat mengurangi biaya operasional secara rutin dari kapal-kapal perang besar,” kata dia.
Kondisi geografis Indonesia didominasi kelautan menjadikan kebutuhan akan kapal penjaga perbatasan wilayah kian mendesak.
Penjagaan teritorial dengan KPC-H, di antaranya, bisa mengurangi pencurian ikan atau penyelundupan kapal-kapal asing yang masuk wilayah perairan Indonesia di luar prosedur.
Pemerintah, melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, mengalokasikan dana Rp 3 miliar untuk pembuatan prototipe kapal selam dengan tiga mode ini. KPC-H direncanakan selesai pada tahun 2013. Rencananya, akan diuji coba di Selat Madura, Jawa Timur.
Sumber: Ristek
Ini jenis kapal kombinasi yang pertama kali saya rancang. Sebelumnya, sudah puluhan kali merancang dan membuat kapal normal untuk kapal permukaan,” tutur Wisnu, saat ditemui pada hari Selasa (1/11), di bengkel kerjanya di Jurusan Teknik Kelautan, Fakultas Teknologi Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya.
Kapal Perang Crocodile-Hydrofoil (KPC-H) masih tahap pembuatan di tahun pertama selama tiga tahun berturut-turut. Proses saat ini mencapai 20 persen.
”Tahun ini sudah mendapat dua mesin kembar dan (kami) menyelesaikan tahap moulding atau pembuatan cetakan badan kapal,” kata dia.
Panjang kapal dirancang 12 meter dengan lebar maksimum 2,8 meter, dan tinggi 2 meter. Berat jenis kapal supaya mudah melayang di dalam air harus disesuaikan dengan berat jenis air.
”Cara menghitungnya, berat kapal dibagi volume kapal sama dengan satu. Karena berat jenis air itu satu,” kata Wisnu. Bobot KPC-H direncanakan 14,37 ton.
Perilaku Buaya
Karakter atau perilaku buaya dalam menyelam ditiru dengan maksud untuk mewujudkan kapal pertahanan dan keamanan yang menghindari radar. Oleh karena mesin kapal yang dipilih sebagai mesin diesel tak dilengkapi sistem baterai, kapal ini tak bisa menyelam dalam.
”Kemampuan menyelam dirancang 5 hingga 7 meter dengan cerobong udara tetap di atas permukaan air,” kata Wisnu.
Kapal selam yang mampu menyelam dalam, biasanya menggunakan sumber energi yang pembakarannya tidak membutuhkan udara. Energi yang lazim digunakan berupa sistem baterai, fuel cell (sel bahan bakar), atau nuklir.
”Kecepatan maksimum kapal saat menyelam sampai 20 knot (sekitar 36 kilometer per jam),” kata Wisnu.
Untuk karakter berikutnya, yaitu kemampuan mengapung seperti kapal normal. KPC-H dirancang berkapasitas penumpang 6-8 orang.
Untuk karakter melayang di atas permukaan dirancang sebagai mode berkecepatan tinggi. Sebagai kapal pertahanan dan keamanan, kemampuan kecepatan tinggi tersebut berguna untuk melarikan diri.
”Pada saat mode melayang, hanya bagian sayap kapal yang menyentuh permukaan airnya,” kata Wisnu.
Kecepatan maksimum KPC-H pada saat melayang di atas permukaan mencapai 40 knot atau sekitar 72 kilometer per jam untuk hitungan 1 knot sekitar 1,8 kilometer per jam.
Berbagai Fungsi
Wisnu memaparkan, dengan berbagai karakter buaya tersebut menjadikan KPC-H memiliki berbagai fungsi. Ketika menyelam, memberikan kemampuan kapal ini untuk penyamaran hingga tidak terdeteksi radar.
”Radar tidak akan bisa menembus air,” kata dia.
Kemampuan menyelam itu sekaligus bisa untuk menyusup atau mencegat kapal yang menjadi target. Kapasitas angkut penumpang juga membuat kapal ini bisa untuk melepas pasukan komando secara hening (silent deployment).
Selanjutnya, kapal bisa untuk menempatkan ranjau, menyerang atau menghindar dengan cepat, serta meningkatkan akurasi tembakan dengan karakteristik gerak yang lebih leluasa.
Kapal ini juga bisa digunakan untuk mendukung perekaman data meteorologi, seperti kondisi awan, kecepatan angin, dan gelombang laut. Wisnu mengatakan, KPC-H dirancang untuk meringankan tugas pengamanan wilayah perairan.
”Pengawasan dan penjagaan perbatasan laut secara rutin dapat dilakukan dengan KPC-H ini sehingga dapat mengurangi biaya operasional secara rutin dari kapal-kapal perang besar,” kata dia.
Kondisi geografis Indonesia didominasi kelautan menjadikan kebutuhan akan kapal penjaga perbatasan wilayah kian mendesak.
Penjagaan teritorial dengan KPC-H, di antaranya, bisa mengurangi pencurian ikan atau penyelundupan kapal-kapal asing yang masuk wilayah perairan Indonesia di luar prosedur.
Pemerintah, melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, mengalokasikan dana Rp 3 miliar untuk pembuatan prototipe kapal selam dengan tiga mode ini. KPC-H direncanakan selesai pada tahun 2013. Rencananya, akan diuji coba di Selat Madura, Jawa Timur.
Sumber: Ristek
Satuan Radar 245 Saumlaki Diresmikan
14 November 2011, Saumlaki (ANTARA News): Ambon, Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Imam Sufaat akan meresmikan satuan radar 245 di Saumlaki, Maluku, Selasa (15/11), guna memperkuat sistem pertahanan di wilayah timur Indonesia.
"Radar ini adalah sarana pemantauan udara yakni suatu sistem dari Kohanudnas (Komando pertahanan udara nasional) yang termonitor dari Jakarta," kata Imam Sufaat di Ambon, Senin malam.
KSAU menjelaskan, dengan beroperasinya satuan radar maka dapat melakukan pemantauan pesawat tempur, peluru kendali, pesawat komersial, maupun pemantauan lainnya seperti penangkapan ikan di laut.
Ia mencontohkan, dengan beroperasinya radar maka kecelakaan pesawat bisa segera termonitor lokasinya.
Satuan radar 245 di Saumlaki yang akan diresmikan pada Selasa (15/11), menurut dia, adalah satuan radar ke 18 dari target 32 satuan radar di seluruh wilayah Indonesia.
Menurut dia, setelah satuan radar 245 di Saumlaki, berikutnya juga akan segera diresmikan satuan radar di Timika, Papua, yang direncanakan pada Februari 2011, kemudian selanjutnya di Jayapura, Morowali, dan Kalimantan.
Sedangkan sebelumnya, kata dia, juga telah diresmikan beroperasinya satuan radar di Merauke, Papua.
Satuan radar lainnya yang telah beroperasi di wilayah timur Indonesia, menurut dia, adalah di Kupang Nusa Tenggara Timur serta di Biak, Papua.
"Jika satuan radar di Saumlaki dan Timika sudah resmi beroperasi maka tidak semakin menguatkan sistem pertahanan udara di wilayah Timur Indonesia. Tidak ada lagi blank spot karena seluruh wilayah timur Indonesia sudah tercover," katanya.
Pada kesempatan tersebut, KSAU mengakui, pembangunan satuan radar di wilayah timur Indonesia agak terlambat dibandingkan dengan wilayah barat dan wilayah tengah Indonesia, karena keterbatasan anggaran TNI AU.
Namun TNI AU, kata dia, bertekad bisa secepatnya membangun satuan radar di seluruh wilayah Indonesia terutama di wilayah timur Indonesia.
Dia berharap pertumbuhan ekonomi Indonesia terus meningkat atau minimal stabil seperti saat ini yakni 6,4 persen, sehingga anggaran untuk TNI juga bisa lebih baik, guna lebih mengoptimalkan sistem pertahanan seperti satuan radar.
Dalam rangkaian kegiatan peresmian satuan radar 245 di Saumlaki, Maluku, pada Selasa (15/11), sebelumnya KSAU juga menyempatkan diri melakukan kunjungan ke Landasan Udara Hasanuddin di Makassar Selawesi Selatan serta Landasan Udara Pattimura berikut mess prajurit TNI AU di Ambon Maluku, pada Senin.
Sumber : Antara News
Monday, November 14, 2011
Pakistan Tawarkan JF-17 di Dubai Air Show 2011
14 November 2011, Dubai (Berita HanKam): Angkatan Udara Pakistan berpartisipasi di Dubai Air Show yang dibuka oleh Perdana Menteri Uni Emirat Arab Sheikh Muhammad Bin Rashid Al-Makhtum, Minggu (13/11). Kasau Pakistan Marsekal Rao Qamar Suleman didampingi perwira tinggi AU Pakistan menghadiri upacara pembukaan dan dihadiri sejumlah delegasi dari berbagai negara.
AU Pakistan menampilkan jet tempur JF-17 Thunder, jet latih K-8 Karakorum dan pesawat latih Super Mashak. Kontingen Pakistan terdiri dari para pilot AU Pakistan dan teknisi.
Jet tempur JF-17 Thunder hasil kerjasama AU Pakistan dan CATIC serta diproduksi oleh PAC (Pakistan Aeronautical Complex) and CATIC (China Aero-technology Import Export Corporation).
JF-17 memulai debut pertama di Farnborough Air Show 2010 pada 19-25 Juli, dua JF-17 diterbangkan langsung dari Pakistan ke Farnborough, Inggris. Kedua jet tempur hanya ditampilkan secara statis dan kehadirannya menyedot minat pengunjung dan media internasional.
Tiga JF-17 diterbangkan ke Cina untuk mengikuti Zhuhai Air Show 2010 pada 16-21 November, dimana pertama kalinya melakukan terbang akrobatik di pameran dirgantara. Tiga JF-17 kembali berakrobatik dan pameran statis saat perayaan ulang tahun ke-100 AU Turki di Ankara pada 11 Juni 2011.
Lima negara di kawasan Timur Tengah sedang mengevaluasi kineja JF-17 Thunder. Kelima negara tersebut akan mengirimkan para pilotnya untuk mengujicoba jet tempur bermesin tunggal JF-17.
Komodor Udara Khalid Mahmood wakil ketua program JF-17, mengatakan potensi pasar sekitar 4000-5000 pesawat tempur untuk angkatan udara yang mencari pengganti Mikoyan MiG-21, MiG-23, MiG-29 dan Northrop F-5.
AU Cina terlibat dalam pengembangan JF-17 Thunder, tetapi menurut pengamat industri pertahanan AU Cina lebih tertarik menggunakan jet tempur J-10A, J-10B dan Shenyang J-11 dibandingkan JF-17.
AU Pakistan mengoperasikan dua skuadron JF-17 terdiri dari 16-18 pesawat setiap skuadronnya, sedangkan skuadron ketiga akan dioperasikan pada bulan depan. JF-17 telah menyelesaikan 10000 sorti di AU Pakistan. Pakistan berencana membeli 150 unit tetapi dapat mencapai 250 unit.
JF-17 merupakan jet tempur ringan segala cuaca, multi guna dirancang dengan konsep aerodinamis modern. Pesawat dilengkapi dengan sistem kontrol fly-by-wire digital, kokpit glass serta sistem avionik generasi kelima. Pesawat dapat membawa rudal udara-ke-udara BVRS, rudal anti-kapal dan rudal udara-ke-permukaan. Pesawat dapat lepas landas dan mendarat di landasan pendek.
Pakistan menawarkan JF-17 disertai alih teknologi ke Indonesia, dikabarkan pemerintah Indonesia tidak tertarik mengakuisisi JF-17 Thunder.
Sumber: APP
TNI Masih Pakai Senjata Buatan Tahun 1945
14 November 2011, Jakarta (KOMPAS.com): Hingga saat ini, sebagian anggota TNI masih menggunakan senjata peninggalan perang kemerdekaan buatan tahun 1945.
Begitu pula dengan kendaraan operasional, seperti jip, truk, dan bus, dan sepeda motor untuk operasional, masih di bawah jumlah standar dan dengan kondisi yang sudah tua. Belum lagi bicara tentang kondisi rumah dinas prajurit yang banyak sudah tidak layak huni lagi.
Ketua Komisi I DPR Mahfudz Siddiq, Senin (14/11/2011), menyatakan, dari kunjungan masa resesnya, dia menyempatkan berkunjung ke Markas Korem 063/Sunan Gunung Jati (SGJ) Cirebon, Jawa Barat. Dia disambut langsung oleh Danrem 063 Kolonel Ali Sanjaya bersama kepala kodim sewilayah Korem 063 yang meliputi Karawang, Purwakarta, Subang, Indramayu, Kota dan Kabupaten Cirebon, serta Kuningan dan Majalengka.
Dalam pemaparannya, Danrem menyatakan, luasnya wilayah kerja Korem 063 SGJ belum didukung sarana dan prasarana operasional yang memadai. Dari sejumlah senjata yang dimiliki, sebagian adalah peninggalan perang kemerdekaan buatan tahun 1945.
Karena itu, Danrem berharap agar kondisi ini mendapat perhatian yang serius dari DPR dan tentunya pemerintah.
Mahfudz mengaku prihatin dengan kondisi tersebut dan menyatakan akan menyampaikan aspirasi tersebut dalam rapat kerja dengan Kementerian Pertahanan dan Panglima TNI.
Meski demikian, Mahfudz juga menyampaikan kekaguman dan rasa hormat serta bangganya kepada setiap prajurit TNI karena tetap menjalankan tugas mengamankan bangsa ini dengan dedikasi yang tinggi. "Jangan sampai prajurit TNI mogok kerja karena menuntut perbaikan fasilitas dan penunjang kerja, bisa bahaya negara ini," ujar Mahfudz.
Sumber: KOMPAS
KRI Sultan Iskandar Muda Gelar Latihan Boardex
10 Nopember 2011, Laut Teritorial Lebanon ((Dispenarmatim): Boarding exercise (boardex) merupakan latihan yang bertujuan untuk melatih tim anjungan dan boarding party dalam melaksanakan prosedur pemeriksaan terhadap kapal-kapal yang mencurigakan (suspect) di area of maritime operation (AMO). Serial latihan ini dilaksanakan pada pukul 13.00 s.d 15.00 LT dimana KRI SIM-367 bertindak sebagai officer conducting serial (OCS) yang bertugas mengirimkan tim boarding ke FGS ENSDORF M-1094 selaku kapal suspect. Pada latihan ini disimulasikan kapal suspect setuju untuk dilaksanakan inspection terhadap kapalnya dimana pemeriksaan dan penggeledahan akan dilaksanakan secara kooperatif dan tidak menggunakan kekerasan yang bertujuan untuk menemukan benda illegal.
Pelaksanaan latihan diawali dengan prosedur hailing dimana KRI SIM-367 selaku unsur MTF dan MIOC di AMO memperoleh data yang mencurigakan terhadap kapal suspect. KRI SIM-367 kemudian melaksanakan koordinasi dengan MTFC yang selanjutnya diperintahkan untuk melaksanakan inspection terhadap kapal suspect. KRI SIM – 367 kemudian menurunkan 2 tim boarding party dan 2 RHIB (Rigid Hull Inflatable Boat) lengkap dengan senjata ringan dan alat deteksi untuk melaksanakan pemeriksaan terhadap ABK, Dokumen maupun kapal suspect. Latihan dinyatakan selesai setelah Tim Boardex menemukan barang terlarang (satu pucuk pistol) yang disembunyikan pada ruangan yang telah ditentukan. Selanjutnya Katim melaporkan dan diperintahkan kembali ke kapal dengan tetap mengantisipasi kemungkinan terjadinya tindakan perlawanan dari ABK kapal suspect.
Latihan ini mendapat perhatian yang sangat baik dari FSG ENSDORF M-1094 dimana Komandan FGS Ensdorf M-1094 memainkan peran langsung sebagai nahkoda kapal dibantu oleh enam orang anggotanya dengan menjalankan realistic scenario sebagai kapal suspect.
Sumber: Dispenarmatim
TNI AL Gelar MSSP di Selat Malaka Bersama TLDM dan RSN
14 November 2011, Jakarta (Dispenarmabar): Unsur-unsur Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) di bawah jajaran Komando Armada RI Kawasan Barat (Koarmabar) yang terlibat Patroli Terkoordinasi (Patkor) Malacca Straits Sea Patrol (MSSP) di Selat Malaka bersama Malaysia dan Singapura.
Dalam kegiatan patrol MSSP tersebut , unsur unsur kapal perang yang terlibat patroli dilengkapi dengan peralatan komunikasi berbasis data melalui satelit yang digunakan untuk memudahkan pemantauan unsur KRI jajaran Koarmabar maupun kapal perang dari Tentara Laut Diraja Malaysia (TLDM) dan Royal Singapure Navy (RSN) terhadap terjadinya tindak pelanggaran seperti pembajakan dan perompakan yang dialami kapal-kapal niaga yang melintas di Selat Malaka.
Dengan peralatan tersebut, selanjutnya unsur-unsur yang terlibat Patroli Terkoordinasi (Patkor) MSSP melaksanakan deteksi dini dan pemeriksaan terhadap kapal yang dicurigai serta tindakan represif melaksanakan pengejaran, penangkapan dan penyelidikan (Jarkaplid) terhadap kapal yang melakukan pelanggaran hukum. Patroli Terkoordinasi (Patkor) MSSP tersebut dilaksanakan di Perairan Selat Malaka dan Selat Singapura sebagai salah satu jalur pelayaran padat yang dilalui oleh kapal-kapal niaga dan kapal perang asing yang melintas di perairan kawasan tersebut.
Dengan dilaksanakan patroli tersebut diharapkan dapat menekan tindak pelanggaran dan diambil langkah-langkah antisipasi sedini mungkin oleh Angkatan Laut Indonesia, Malaysia dan Singapura dengan menghadirkan unsur-unsur kapal perang dimasing-masing wilayah secara terkoordinasi. Dalam pelaksanaan patrol terkoordinasi MSSP ini, TNI Angkatan Laut menggerakan unsur-unsur dibawah Jajaran Koarmabar yang mempunyai tugas pokok melaksanakan operasi patroli terkoordinasi mengamankan perairan selat untuk menangkal dan menindak pelanggaran hukum, pengamanan perbatasan laut di perairan Selat Malaka dan Selat Singapura selama 300 hari pada kurun waktu tahun 2011.
Unsur Koarmabar yang tergabung dalam Patkor MSSP- 11 antara lain terdiri dari kapal perang jenis Froch, Perusak Kawal/Parchim, Fast Patrol Boat/PR, PC, dan melibatkan unsur patrol udara maritim, Pangkalan Utama Angkatan Laut (Lantamal), Lanal dan Lanudal. Pelaksanaan Patkor MSSP ini dilaksanakan dalam empat periode sejak bulan Januari sampai dengan Desember 2011.
Koarmabar dalam Pelaksanaan Patkor MSSP-11 yang sudah memasuki pada periode keempat yang dilaksanakan sejak bulan Oktober ini mengerahkan sedikitnya empat unsur kapal perang di bawah kendali Gugus Tempur Laut (Guspurla) Koarmabar.
Sumber: TNI
Pangdam IV Diponegoro Lepas Ratusan Prajurit Yonzipur ke Kongo
14 November 2011, Semarang (ANTARA News): Panglima Komando Daerah Militer IV/Diponegoro Mayor Jenderal TNI Mulhim Asyrof melepas 130 prajurit Batalyon Zeni Tempur 4/Tanpa Kawandya dalam rangka tugas pemeliharaan perdamaian dunia di Republik Demokratik Kongo.
Upacara pemberangkatan pratugas prajurit yang tergabung dalam satuan tugas Kontingen Garuda XX-I/Monusca tersebut dipimpin Pangdam IV/Diponegoro dan berlangsung di markas Yonzipur 4/Tanpa Kawandya, di Banyubiru Ambarawa, Kabupaten Semarang, Senin.
Pangdam menjelaskan satuan tugas Kontingen Garuda XX-I/Monusca dengan jumlah total sebanyak 175 personel gabungan tersebut mempunyai tugas pokok menjaga stabilitas keamanan serta melaksanakan pembangunan atau rehabilitasi sarana dan prasarana wilayah di Kongo.
"Operasi luar negeri di bawah naungan bendera PBB ini merupakan bagian dari operasi militer selain perang sesuai Undang-undang Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2004 tentang TNI serta dilandasi oleh kebijakan politik luar negeri Indonesia yang bebas dan aktif," kata Pangdam.
Menurut Pangdam, prajurit Yonzipur 4/Tanpa Kawandya yang berangkat ke Kongo dituntut untuk senantiasa menjunjung tinggi kehormatan NKRI di mata internasional dalam setiap pelaksanaan tugas dan harus menjalin koordinasi serta hubungan yang baik dengan pemerintah setempat, termasuk pasukan perdamaian dari negara lain.
Lebih lanjut Pangdam menjelaskan, prajurit dari Yonzipur 4/Tanpa Kawandya yang menggantikan prajurit Yonzipur 10 dari Papua sebagai pasukan penjaga perdamaian sebelumnya, mendapat pembekalan fisik, mental, kesehatan, serta terkait pemasalahan teknis.
"Sebelum berangkat ke Kongo, para prajurit ini akan melakukan pematangan persiapan di pusat misi pemeliharan perdamaian (PMPP) di Mabes TNI bersama 45 prajurit dari kesatuan TNI yang lain," ujarnya.
Pangdam mengatakan, para prajurit Yonzipur 4/Tanpa Kawandya yang diseleksi secara khusus dari 600 prajurit itu juga telah dibekali dengan keterampilan di bidang seni seperti kesenian Reog dan Jatilan, tari Kecak, Tari Saman, serta rebana.
"Berbagai kesenian tersebut diharapkan dapat dikenalkan dan ditampilkan kepada warga negara Kongo pada saat ada perayaan nasional di negara setempat sebagai sarana untuk mengenalkan budaya Indonesia," kata Pangdam.
Sumber: ANTARA News
Sunday, November 13, 2011
TNI AL Siagakan Enam Kapal Perang
Sejumlah anggota Kopaska TNI AL melakukan patroli dengan menggunakan kapal Sea Raider di kawasan pelabuhan Benoa, Denpasar, Bali, Sabtu (12/11). TNI AL menempatkan tiga tim Kopaska dengan dilengkapi kapal tempur untuk mengamankan kawasan perairan pelaksanaan KTT ASEAN ke-19, pertemuan KTT terkait dan KTT Asia Timur ke-6 yang dimulai tanggal 17-19 November. (Foto: ANTARA/Ari Bowo Sucipto/hp/11)
12 November 2011, Nusa Dua (ANTARA News): TNI AL menyiagakan enam kapal perang untuk mengamankan pelaksanaan KTT ASEAN ke 19 yang akan berlangsung pada 17-19 November di Nusa Dua, Bali.
Komandan Lanal Denpasar Kolonel Laut (P) I Wayan Suarjaya, Sabtu mengatakan, kapal perang RI yang sudah merapat di Bali saat ini terus melakukan patroli pengamanan di setiap sudut pantai di Bali.
"Ada enam KRI yang sudah siaga sejak beberapa hari, dan terus melakukan patroli di wilayah Bali khususnya di kawasan Nusa Dua, sebagai pola pengamanan pintu masuk Bali," ujarnya.
Enam kapal perang tersebut yakni KRI KSP, KRI Sura, KRI Sri, KRI Banda Aceh, KRI Cendrawasih dan KRI Kerapu.
Di setiap masing kapal perang tersebut terdapat 150 personel TNI AL salah satunya dari Satuan Amfibi Armatim.
Seorang anggota Kopaska TNI AL memegang senapan mesin di atas kapal Sea Raider saat berpatroli di kawasan Nusa Dua, Bali, Sabtu (12/11). (Foto: ANTARA/Ari Bowo Sucipto/hp/11)
Sedangkan dari Lanal Denpasar, menyiagakan 150 personel TNI AL. Semua titik di pintu masuk pulau Bali pun mendapat pengamanan yang ketat, seperti pelabuhan Gilimanuk, Padangbai, pelabuhan Celukan bawang, dan pelabuhan-pelabuhan kecil lainnya menjadi pantauan.
"Semua titik pintu masuk dari laut diamankan, tetapi tetap terfokus di Nusa Dua," ujarnya.
Dari pengamatan di lapangan, sejumlah kapal besar tampak berlabuh dan beberapa tampak mondar-mandir di kawasan pantai Nusa Dua dan pantai Sanur.
Pengamanan KTT ASEAN di kawasan laut tersebut tidak hanya dilakukan oleh TNI AL, melain juga dilakukan oleh Polri yang telah menyiagakan dua kapal perang Polri, yakni Kapal Perang Bisma yang merupakan kapal tipe A2, dan Kapal Perang Kutilang tipe B.
"Selain itu juga dibantu dengan enam kapal patroli tipe C dengan panjang sekitar 10 meter, serta kapal-kapal kecil untuk menghalau kapal yang mencurigakan yang melintas di kawasan terlarang," jelas Dirpolair Polda Bali Kombes Pol Agoes Doeta Soepranggono saat dihubungi terpisah.
Jika Massa Merangsek, TNI dan Polisi Siap Hadapi
Beberapa anggota Komando Pasukan Katak (Kopaska) bergerak menuju pos tugasnya dalam gelar Pasukan TNI Pengamanan KTT ASEAN di Nusa Dua, Bali, Sabtu (12/11). Sekitar 15.000 aparat TNI dan Polri dari berbagai satuan dikerahkan untuk pengamanan selama KTT ASEAN yang puncaknya berlangsung 17-19 Nopember 2011. (Foto: ANTARA/Nyoman Budhiana/hp/11)
Pengamanan pelaksanaan KTT ASEAN dan KTT Terkait di Nusa Dua, Bali, dilakukan dalam tingkat maksimal. Mulai dari pemerikaan orang dan kendaraan, patroli di laut dan udara, hingga jika ada massa berdemonstrasi dan mencoba merangsek masuk ke arena.
Simulasi pengamanan dan penghalauan massa itu terjadi pada Minggu, di Perempatan Jalan Pratama, menuju kawasan Nusa Dua, Bali. Titik ini bisa dibilang sebagai "titik terakhir" sebelum masuk ke Kompleks Nusa Dua.
Ratusan personel gabungan TNI dan polisi, diskenariokan, menyekat dan menghalau para demonstran yang tidak setuju atas pelaksanaan KTT ASEAN dan KTT Terkait itu. Karena tidak bisa diajak bicara lagi maka tindakan tegas dilakukan, apalagi mereka bertekad menghalangi mobil-mobil kepala negara dan kepala pemerintahan yang akan masuk arena.
Semprotan meriam air bertekanan ekstra tinggi yang bisa membuat manusia dewasa mental dari posisinya berdiri itu juga diterapkan. Demikianlah kira-kira bentuk keseriusan pengamanan kelangsungan persidangan KTT ASEAN dan KTT Terkait kali ini.
Guna mencapai itu, Indonesia menerjunkan sekitar 15.000 personel TNI dari berbagai matra dan kesatuan serta korps, sebagaiman halnya juga dengan Kepolisian Indonesia. Hal itu akan bertambah lagi jika dimasukkan unsur kekuatan fisik dan arsenal milik TNI dan Kepolisian Indonesia.
Mereka digabung dalam satu gugus tugas pengamanan, yang jika dirinci meliputi 7.562 personel Komando Operasional Pengamanan TNI, 750 personel dari Satgas Pengamanan VVIP dan 2.563 personel dari Satgas Pengamanan Wilayah.
Masih 600 personel Satgas Pengamanan Laut, 300 personel Satgas Pengamanan Udara, 200 personel satuan intelijen,dan aparat Polri sekitar 1.799 personel.
Sumber: ANTARA News
12 November 2011, Nusa Dua (ANTARA News): TNI AL menyiagakan enam kapal perang untuk mengamankan pelaksanaan KTT ASEAN ke 19 yang akan berlangsung pada 17-19 November di Nusa Dua, Bali.
Komandan Lanal Denpasar Kolonel Laut (P) I Wayan Suarjaya, Sabtu mengatakan, kapal perang RI yang sudah merapat di Bali saat ini terus melakukan patroli pengamanan di setiap sudut pantai di Bali.
"Ada enam KRI yang sudah siaga sejak beberapa hari, dan terus melakukan patroli di wilayah Bali khususnya di kawasan Nusa Dua, sebagai pola pengamanan pintu masuk Bali," ujarnya.
Enam kapal perang tersebut yakni KRI KSP, KRI Sura, KRI Sri, KRI Banda Aceh, KRI Cendrawasih dan KRI Kerapu.
Di setiap masing kapal perang tersebut terdapat 150 personel TNI AL salah satunya dari Satuan Amfibi Armatim.
Seorang anggota Kopaska TNI AL memegang senapan mesin di atas kapal Sea Raider saat berpatroli di kawasan Nusa Dua, Bali, Sabtu (12/11). (Foto: ANTARA/Ari Bowo Sucipto/hp/11)
Sedangkan dari Lanal Denpasar, menyiagakan 150 personel TNI AL. Semua titik di pintu masuk pulau Bali pun mendapat pengamanan yang ketat, seperti pelabuhan Gilimanuk, Padangbai, pelabuhan Celukan bawang, dan pelabuhan-pelabuhan kecil lainnya menjadi pantauan.
"Semua titik pintu masuk dari laut diamankan, tetapi tetap terfokus di Nusa Dua," ujarnya.
Dari pengamatan di lapangan, sejumlah kapal besar tampak berlabuh dan beberapa tampak mondar-mandir di kawasan pantai Nusa Dua dan pantai Sanur.
Pengamanan KTT ASEAN di kawasan laut tersebut tidak hanya dilakukan oleh TNI AL, melain juga dilakukan oleh Polri yang telah menyiagakan dua kapal perang Polri, yakni Kapal Perang Bisma yang merupakan kapal tipe A2, dan Kapal Perang Kutilang tipe B.
"Selain itu juga dibantu dengan enam kapal patroli tipe C dengan panjang sekitar 10 meter, serta kapal-kapal kecil untuk menghalau kapal yang mencurigakan yang melintas di kawasan terlarang," jelas Dirpolair Polda Bali Kombes Pol Agoes Doeta Soepranggono saat dihubungi terpisah.
Jika Massa Merangsek, TNI dan Polisi Siap Hadapi
Beberapa anggota Komando Pasukan Katak (Kopaska) bergerak menuju pos tugasnya dalam gelar Pasukan TNI Pengamanan KTT ASEAN di Nusa Dua, Bali, Sabtu (12/11). Sekitar 15.000 aparat TNI dan Polri dari berbagai satuan dikerahkan untuk pengamanan selama KTT ASEAN yang puncaknya berlangsung 17-19 Nopember 2011. (Foto: ANTARA/Nyoman Budhiana/hp/11)
Pengamanan pelaksanaan KTT ASEAN dan KTT Terkait di Nusa Dua, Bali, dilakukan dalam tingkat maksimal. Mulai dari pemerikaan orang dan kendaraan, patroli di laut dan udara, hingga jika ada massa berdemonstrasi dan mencoba merangsek masuk ke arena.
Simulasi pengamanan dan penghalauan massa itu terjadi pada Minggu, di Perempatan Jalan Pratama, menuju kawasan Nusa Dua, Bali. Titik ini bisa dibilang sebagai "titik terakhir" sebelum masuk ke Kompleks Nusa Dua.
Ratusan personel gabungan TNI dan polisi, diskenariokan, menyekat dan menghalau para demonstran yang tidak setuju atas pelaksanaan KTT ASEAN dan KTT Terkait itu. Karena tidak bisa diajak bicara lagi maka tindakan tegas dilakukan, apalagi mereka bertekad menghalangi mobil-mobil kepala negara dan kepala pemerintahan yang akan masuk arena.
Semprotan meriam air bertekanan ekstra tinggi yang bisa membuat manusia dewasa mental dari posisinya berdiri itu juga diterapkan. Demikianlah kira-kira bentuk keseriusan pengamanan kelangsungan persidangan KTT ASEAN dan KTT Terkait kali ini.
Guna mencapai itu, Indonesia menerjunkan sekitar 15.000 personel TNI dari berbagai matra dan kesatuan serta korps, sebagaiman halnya juga dengan Kepolisian Indonesia. Hal itu akan bertambah lagi jika dimasukkan unsur kekuatan fisik dan arsenal milik TNI dan Kepolisian Indonesia.
Mereka digabung dalam satu gugus tugas pengamanan, yang jika dirinci meliputi 7.562 personel Komando Operasional Pengamanan TNI, 750 personel dari Satgas Pengamanan VVIP dan 2.563 personel dari Satgas Pengamanan Wilayah.
Masih 600 personel Satgas Pengamanan Laut, 300 personel Satgas Pengamanan Udara, 200 personel satuan intelijen,dan aparat Polri sekitar 1.799 personel.
Sumber: ANTARA News
Subscribe to:
Posts (Atom)