Berita Pertahanan dan Keamanan, Industri Militer Indonesia dan Dunia, Wilayah Kedaulatan NKRI serta Berita Militer Negara Sahabat
Saturday, February 2, 2013
F-5 Terbang Kembali Setelah Diperbaiki 10 Bulan
1 Februari 2013, Madiun: Setelah 10 bulan, menjalani perawatan akhirnya pesawat tempur F-5 Tiger II Skadron Udara 14 Lanud Iswahjudi dapat terbang kembali. Pesawat ini sempat digrounded sejak tahun 2012 lalu.
F-5 Tiger merupakan pesawat yang tergolong tua. Si Macan ini mulai memperkuat TNI AU sejak tahun 1980. Jika dihitung, pesawat produksi Northrop Co, Amerika Serikat ini sudah 30 tahun menjaga udara RI.
Pesawat dinyatakan layak terbang setelah menjalani tes flight oleh Komandan Skadron Udara 14 Mayor Pnb M Nurdin, Kamis (31/1). Demikian keterangan pers dari Pentak Lanud Iswahjudi.
Hal tersebut sangat membanggakan terutama bagi para teknisi, sehingga pesawat tempur F-5 dapat bergabung dengan temannya pesawat tempur F-16 Fihting Falcon dan Hawk MK-53, dalam menjaga kedaulatan NKRI.
Tes flight dilaksanakan langsung oleh Komandan Skadron Udara 14 Mayor Pnb M. Nurdin bersama Mayor Pnb Reza Muryadi, di aero drom Lanud Iswahjudi dan dipantau langsung oleh Komandan Lanud Iswahjudi Marsekal Pertama TNI Yuyu Sutisna.
Tes flight merupakan tes terbang bagi pesawat terbang setelah menjalani perawatan atau perbaikan karena mengalami kerusakan, sedangkan bagi penerbang yang melaksanakan tes flight adalah penerbang yang telah mendapatkan sertifikasi tes flight.
Sumber: Merdeka
Friday, February 1, 2013
Pangarmabar Tinjau Lokasi Pembangunan Batalyon 10 Marinr
31 Januari 2013, Jakarta: Panglima Komando Armada RI Kawasan Barat (Pangaramabar) Laksamana Muda (Laksda) TNI Arief Rudianto, melakukan peninjauan ke lahan yang rencanannya akan dialokasikan untuk pembangunan Batalyon 10 Marinir, di Setokok Batam, baru-baru ini.
Pangarmabar pada kesempatan tersebut didampingi Komandan Pangkalan Utama Angkatan Laut (Lantamal) IV Tanjung Pinang Laksamana Pertama (Laksma) TNI Agus Heryana, Komandan Gugus Keamanan Laut Koarmabar Laksma TNI Arusukmono Indra Sucahyo, Kepala Dinas Fasilitas Pangkalan Angkatan Laut (Kadisfaslanal) Laksma TNI Lefrand Tuelah.
Kunjungan Pangarmabar Laksda TNI Arief Rudianto, ke Setokok tersebut dilaksanakan dalam rangkaian kunjungan kerja ke wilayah pangkalan-pangkalan Angkatan Laut serta pos-pos Angkatan Laut yang berada di perbatasan atau pulau-pulau terluar.
Beberapa kegiatan Pangarmabar saat melakukan kunjungan kerja ke Tanjung Pinang diantaranya melaksanakan peninjauan Fasilitas Pemeliharaan dan Perbaikan (Fasharkan) Mentigi, Tanjung Uban dan meresmikan Gedung Hanggar Fasharkan Mentigi. Selain melakukan peninjauan Pangarmabar juga memberikan pengarahan kepada seluruh prajurit dan Pegawai negeri Sipil (PNS) jajaran Koarmabar Lantamal IV Tanjung Pinang yang berada di Fasharkan Mentigi, Satuan Kapal Cepat Koarmabar (Satkatarmabar), Satuan Kapal Ranjau Koarmabar (Satranarmabar) dan unsur KRI yang berada di Tanjung Uban.
Sumber: Dispenarmabar
Wednesday, January 30, 2013
F-16 Uji Coba Bom Anti Personel
Deretan bom produksi dalam negeri. (Foto: Berita Hankam)
30 Januari 2013, Madiun: Guna mengurangi ketergantungan terhadap produk-produk luar negeri dan sebagai wujud kemandirian terhadap industri pertahanan di tanah air, Dislitbangau mengadakan uji coba bom, dengan menggunakan pesawat tempur F-16/Fighting Falcon dari Skadron Udara 3 Lanud Iswahjudi, Rabu (30/1).
Uji coba Bom Blast Effect Anti Personel, direncanakan akan berlangsung selama 3 (tiga) hari tersebut diawali dengan paparan dari Dislitbangau oleh Mayor Tek Chaeruman dalam briefing pagi di ruang Tedy Kustari Lanud Iswahjudi, dilanjutkan dengan simulasi pemasangan Bom di pesawat F-16/Fighting Falcon dari Skadron Udara 3 Lanud Iswahjudi, disaksikan oleh Kadislitbangau Marsma TNI Edy Yuwono, Komandan Wing 3 Kolonel Pnb Tedy Rizalihadi, beserta Tim penilai lannya.
Dalam kesempatan tersebut Kadislitbangau, Marsma TNI Edy Yuwono, mengatakan, uji coba Bom ini merupakan upaya untuk mengurangi ketergantungan Alutsista negara produsen dari luar negeri, dan sesuai keinginan pemerintah mengenai kemandirian dalam produksi alat pertahanan dalam negeri, Dislitbangau sebagai Balakpus Mabes TNI AU telah melaksanakan beberapa kegiatan penelitian dan pengembangan khususnya di bidang Alutsista.
“Dengan ketersediaan Alutsista produksi dalam negeri yang memadai, dan tidak tergantung dengan negara produsen maka kemampuan operasional TNI Angkatan Udara dalam mempertahankan kedaulatan NKRI dapat terlaksana dengan baik”, ungkap Marsma TNI Edy Yowono.
Sementara di hari kedua tanggal 31 Januari, direncanakan dilaksanakan uji coba Bom dengan menggunakan pesawat tempur F-16, sedangkan sasaran pengeboman di Air Weapon Ring (AWR) Pandanwangi Lumajang, Jawa Timur, selanjutnya hari ketiga evaluasi terhadap hasil uji coba bom oleh Tim penilai yang telah ditunjuk.
Bom dengan berat 250 kilo gram, tersebut dirancang khusus untuk menghasilkan serpihan yang disesuaikan dengan sasaran, dibuat oleh Dislitbangau bekerjasama dengan Dewan Riset Nasional (DRN). Sedangkan Tim penilai dalam uji coba tersebut diantaranya Staf dari Srenaau, Sopsau, Slogau, Disaeroau, Dislambangjaau, Koharmatau, dan Depohar 60 Lanud Iswahjudi.
Sumber: PUSPEN TNI
30 Januari 2013, Madiun: Guna mengurangi ketergantungan terhadap produk-produk luar negeri dan sebagai wujud kemandirian terhadap industri pertahanan di tanah air, Dislitbangau mengadakan uji coba bom, dengan menggunakan pesawat tempur F-16/Fighting Falcon dari Skadron Udara 3 Lanud Iswahjudi, Rabu (30/1).
Uji coba Bom Blast Effect Anti Personel, direncanakan akan berlangsung selama 3 (tiga) hari tersebut diawali dengan paparan dari Dislitbangau oleh Mayor Tek Chaeruman dalam briefing pagi di ruang Tedy Kustari Lanud Iswahjudi, dilanjutkan dengan simulasi pemasangan Bom di pesawat F-16/Fighting Falcon dari Skadron Udara 3 Lanud Iswahjudi, disaksikan oleh Kadislitbangau Marsma TNI Edy Yuwono, Komandan Wing 3 Kolonel Pnb Tedy Rizalihadi, beserta Tim penilai lannya.
Dalam kesempatan tersebut Kadislitbangau, Marsma TNI Edy Yuwono, mengatakan, uji coba Bom ini merupakan upaya untuk mengurangi ketergantungan Alutsista negara produsen dari luar negeri, dan sesuai keinginan pemerintah mengenai kemandirian dalam produksi alat pertahanan dalam negeri, Dislitbangau sebagai Balakpus Mabes TNI AU telah melaksanakan beberapa kegiatan penelitian dan pengembangan khususnya di bidang Alutsista.
“Dengan ketersediaan Alutsista produksi dalam negeri yang memadai, dan tidak tergantung dengan negara produsen maka kemampuan operasional TNI Angkatan Udara dalam mempertahankan kedaulatan NKRI dapat terlaksana dengan baik”, ungkap Marsma TNI Edy Yowono.
Sementara di hari kedua tanggal 31 Januari, direncanakan dilaksanakan uji coba Bom dengan menggunakan pesawat tempur F-16, sedangkan sasaran pengeboman di Air Weapon Ring (AWR) Pandanwangi Lumajang, Jawa Timur, selanjutnya hari ketiga evaluasi terhadap hasil uji coba bom oleh Tim penilai yang telah ditunjuk.
Bom dengan berat 250 kilo gram, tersebut dirancang khusus untuk menghasilkan serpihan yang disesuaikan dengan sasaran, dibuat oleh Dislitbangau bekerjasama dengan Dewan Riset Nasional (DRN). Sedangkan Tim penilai dalam uji coba tersebut diantaranya Staf dari Srenaau, Sopsau, Slogau, Disaeroau, Dislambangjaau, Koharmatau, dan Depohar 60 Lanud Iswahjudi.
Sumber: PUSPEN TNI
Super Tucano Latihan Terbang Malam
(Foto: Pentak Lanud Abd. Saleh)
30 Januari 2013, Malang: Dalam waktu seminggu ini langit Malang Raya diwarnai gemuruh pesawat Super Tucano yang tengah melaksanakan operasi Latihan Terbang Malam. Bagi setiap Pilot terutama Pilot Tempur, kemampuan dan keahlian terbang malam harus betul-betul dikuasai dengan baik. Hal ini terkait dengan keberadaan Penerbang Tempur yang harus siaga setiap saat menerima tugas Pimpinan Atas untuk mengamankan wilayah NKRI. Rabu, (30/1).
Perintah Komando Atas ini tidak selalu diberikan pada siang hari, akan tetapi bila tengah malam perintah itu diturunkan, maka para Penerbang yang bertugas mengawal wilayah Dirgantara Nasional tersebut harus siap melaksanakan tugasnya. Oleh karenanya operasi Latihan Terbang Malam ini menjadi penting dan harus dilaksanakan dengan serius tanpa mengabaikan safety factor.
Kegiatan latihan operasi terbang malam yang digelar ini, bertujuan untuk meningkatkan profesionalisme baik skill (keahlian) maupun kemampuan terbang para penerbang dan seluruh crew pesawat dalam mengantisipasi kemungkinan akan terjadinya gangguan, ancaman serta pelanggaran wilayah udara Indonesia oleh pihak lain, baik yang datang pada siang hari maupun pada malam hari. Sedangkan bagi para penerbang tempur Skadron Udara 21 sendiri, meskipun terbang malam bukan merupakan sesuatu yang baru, namun latihan secara berkala harus dilakukan mengingat pelaksanaan terbang malam lebih sulit di banding terbang pada siang hari. Pada terbang mala mini seorang Pilot hanya mengandalkan instrument didalam kockpit disamping visual dengan alat bantu lampu penerangan yang ada di dua sisi landasan. Untuk itu para penerbang dituntut lebih teliti dan hati-hati dalam menerbangkan pesawat serta melakukan manuver-manuver tertentu.
Sebagai satu-satunya Skadron Udara yang mengawaki pesawat tempur di Pangkalan TNI AU Abdulrachman Saleh, Skadron Udara 21Lanud Abd Saleh harus siap operasional dalam melaksanakan tugas-tugas pertahanan udara. Selain kesiapan alutsista dan para penerbang yang mengawakinya, tentunya kesiapan seluruh komponen pendukung harus tetap terjaga termasuk para crew pesawat yang memiliki andil sangat besar dalam keberhasilan setiap operasi udara yang dilaksanakan, demikian disampaikan Danskadud 21, Mayor Pnb James Yanes Singal di sela-sela latihan terbang malam yang digelar Skadron Udara 21 Wing 2 Lanud Abd Saleh.
Sumber: Pentak Lanud Abd. Saleh
30 Januari 2013, Malang: Dalam waktu seminggu ini langit Malang Raya diwarnai gemuruh pesawat Super Tucano yang tengah melaksanakan operasi Latihan Terbang Malam. Bagi setiap Pilot terutama Pilot Tempur, kemampuan dan keahlian terbang malam harus betul-betul dikuasai dengan baik. Hal ini terkait dengan keberadaan Penerbang Tempur yang harus siaga setiap saat menerima tugas Pimpinan Atas untuk mengamankan wilayah NKRI. Rabu, (30/1).
Perintah Komando Atas ini tidak selalu diberikan pada siang hari, akan tetapi bila tengah malam perintah itu diturunkan, maka para Penerbang yang bertugas mengawal wilayah Dirgantara Nasional tersebut harus siap melaksanakan tugasnya. Oleh karenanya operasi Latihan Terbang Malam ini menjadi penting dan harus dilaksanakan dengan serius tanpa mengabaikan safety factor.
Kegiatan latihan operasi terbang malam yang digelar ini, bertujuan untuk meningkatkan profesionalisme baik skill (keahlian) maupun kemampuan terbang para penerbang dan seluruh crew pesawat dalam mengantisipasi kemungkinan akan terjadinya gangguan, ancaman serta pelanggaran wilayah udara Indonesia oleh pihak lain, baik yang datang pada siang hari maupun pada malam hari. Sedangkan bagi para penerbang tempur Skadron Udara 21 sendiri, meskipun terbang malam bukan merupakan sesuatu yang baru, namun latihan secara berkala harus dilakukan mengingat pelaksanaan terbang malam lebih sulit di banding terbang pada siang hari. Pada terbang mala mini seorang Pilot hanya mengandalkan instrument didalam kockpit disamping visual dengan alat bantu lampu penerangan yang ada di dua sisi landasan. Untuk itu para penerbang dituntut lebih teliti dan hati-hati dalam menerbangkan pesawat serta melakukan manuver-manuver tertentu.
Sebagai satu-satunya Skadron Udara yang mengawaki pesawat tempur di Pangkalan TNI AU Abdulrachman Saleh, Skadron Udara 21Lanud Abd Saleh harus siap operasional dalam melaksanakan tugas-tugas pertahanan udara. Selain kesiapan alutsista dan para penerbang yang mengawakinya, tentunya kesiapan seluruh komponen pendukung harus tetap terjaga termasuk para crew pesawat yang memiliki andil sangat besar dalam keberhasilan setiap operasi udara yang dilaksanakan, demikian disampaikan Danskadud 21, Mayor Pnb James Yanes Singal di sela-sela latihan terbang malam yang digelar Skadron Udara 21 Wing 2 Lanud Abd Saleh.
Sumber: Pentak Lanud Abd. Saleh
Indonesia dan Jepang Siap Tingkatkan Kerja Sama Militer
Presiden SBY menerima Kepala Staf Pasukan Beladiri Jepang atau Japan Grounds Self Defense Force (JGSDF), Eji Kamizuka, di Kantor Presiden, Selasa (29/1) siang. Pertemuan ini membahas tentang rencana peningkatan kerja sama Indonesia dan Jepang dalam bidang militer dan pertahanan. Kerja sama ini antara TNI Angkatan Darat dan Pasukan Beladiri Jepang. Dalam kerja sama militer tersebut, Presiden SBY menekankan lima hal utama, yakni pendidikan dan latihan (diklat), SDM, industri pertahanan, penanganan terorisme, dan manajemen penanggulangan bencana. (Foto: Laily/presidensby.info)
29 Januari 2013, Jakarta: Pemerintah Indonesia dan Jepang siap meningkatkan kerja sama militer dalam lima bidang utama, yaitu pendidikan dan latihan, peningkatan sumber daya manusia, industri pertahanan, kontra-terorisme, dan penanganan bencana.
"Prinsipnya itu, kalau dulu kerja sama Jepang dan Indonesia lebih banyak di bidang ekonomi nah sekarang mereka menekankan bahwa pemerintahannya juga melakukan kerja sama di bidang militer," kata Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro, di kompleks Istana Presiden, Jakarta, Selasa.
Menhan yang ditemui seusai mendampingi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menerima kunjungan kehormatan Kepala Staf Japan Grounds Self Defence Force (JGSDF) Jenderal Eji Kamizuka menjelaskan bahwa seiring dengan situasi keamanan di Asia Timur yang tidak menguntungkan Jepang telah memutuskan untuk mengembangkan pasukan bela diri mereka, yang berdasarkan konstitusi setelah Perang Dunia II dilarang untuk dikembangkan.
"Mereka menyampaikan kepada Indonesia rencana-rencana ke depan walaupun dulu setelah PD II menurut konstitusinya mereka tidak boleh membangun kekuatan, tapi situasinya dalam waktu dekat ini telah berubah," katanya.
Selain Jenderal Eji Kamizuka, delegasi Jepang yang hadir antara lain, Dubes Jepang untuk Indonesia Yoshinori Katori, Kepala Penelitian dan Divisi C4 Departemen Program dan Kebijakan JGSDF Kolonel Yoshihisa Nakano, dan Atase Pertahanan Jepang untuk Indonesia Kapten Toshiako Kondo.
Pada kesempatan tersebut, selain Menhan, Presiden didampingi antara lain oleh Menlu Marty Natalegawa, Staf Khusus Presiden bidang Hubungan Internasional Teuku Faizasyah, dan Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal TNI Pramono Edhie Wibowo.
Sumber: ANTARA News
29 Januari 2013, Jakarta: Pemerintah Indonesia dan Jepang siap meningkatkan kerja sama militer dalam lima bidang utama, yaitu pendidikan dan latihan, peningkatan sumber daya manusia, industri pertahanan, kontra-terorisme, dan penanganan bencana.
"Prinsipnya itu, kalau dulu kerja sama Jepang dan Indonesia lebih banyak di bidang ekonomi nah sekarang mereka menekankan bahwa pemerintahannya juga melakukan kerja sama di bidang militer," kata Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro, di kompleks Istana Presiden, Jakarta, Selasa.
Menhan yang ditemui seusai mendampingi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menerima kunjungan kehormatan Kepala Staf Japan Grounds Self Defence Force (JGSDF) Jenderal Eji Kamizuka menjelaskan bahwa seiring dengan situasi keamanan di Asia Timur yang tidak menguntungkan Jepang telah memutuskan untuk mengembangkan pasukan bela diri mereka, yang berdasarkan konstitusi setelah Perang Dunia II dilarang untuk dikembangkan.
"Mereka menyampaikan kepada Indonesia rencana-rencana ke depan walaupun dulu setelah PD II menurut konstitusinya mereka tidak boleh membangun kekuatan, tapi situasinya dalam waktu dekat ini telah berubah," katanya.
Selain Jenderal Eji Kamizuka, delegasi Jepang yang hadir antara lain, Dubes Jepang untuk Indonesia Yoshinori Katori, Kepala Penelitian dan Divisi C4 Departemen Program dan Kebijakan JGSDF Kolonel Yoshihisa Nakano, dan Atase Pertahanan Jepang untuk Indonesia Kapten Toshiako Kondo.
Pada kesempatan tersebut, selain Menhan, Presiden didampingi antara lain oleh Menlu Marty Natalegawa, Staf Khusus Presiden bidang Hubungan Internasional Teuku Faizasyah, dan Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal TNI Pramono Edhie Wibowo.
Sumber: ANTARA News
IPSC Ditargetkan Selesai 2014
(Foto: DMC)
29 Januari 2013, Bogor: Pembangunan kawasan Indonesia Peace and Security Center (IPSC) ditargetkan selesai pada semester pertama tahun 2014. IPSC merupakan kawasan “seven in one” yang meliputi Pusat Misi Pemeliharaan Perdamaian (Peace Keeping Center), Pusat Penanggulangan Terorisme (Counter Terrorism Traning Ground), Pusat Latihan Penanggulangan Bencana dan Bantuan Kemanusiaan (Humantarian And Disaster Relief Traning Center), Pusat Pasukan Siaga (Standby Force Center), Pusat Bahasa (Language Center), Universitas Pertahanan dan Pusat Olahraga Militer (Military Sport Center).
Demikian dikatakan Wakil Menteri Pertahanan (Wamenhan) Sjafrie Sjamsoddin, Selasa (29/1) dalam penekanannya saat meninjau dan memantau perkembangan pembangunan kawasan Indonesia Peace and Security Centre (IPSC) di Sentul, Bogor, Jawa Barat. Turut mendampingi Wamenhan antara lain Kepala Badan Sarana Pertahanan (Ka Baranahan) Kemhan Mayjen TNI Ediwan Prabowo dan Kepala Pusat Konstruksi Baranahan Kemhan Marsma TNI Marsma TNI Agus Purnomo W.
Lebih lanjut Wamehan mengatakan pembangunan IPSC yang awalnya diprakarsai oleh Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono saat ini dapat dikatakan telah menjadi proyek nasional, karena melibatkan berbagai sektor dan skala kepentingannya juga tinggi yaitu nasional dan internasional.
Oleh karena itu, Wamenhan yang juga selaku Ketua High Level Commite (HLC) pada peninjauan kali ini menekankan kepada satuan – satuan kerja dan semua pihak yang ikut serta dalam mendukung pelaksanaan pembangunan IPSC untuk tetap berpedoman pada tiga aspek yaitu aspek kualitas konstruksi, kedua aspek tertib administrasi anggaran dan ketiga aspek lingkungan.
Untuk aspek konstruksi , Wamenhan menekankan untuk dipastikan betul bahwa semua konstruksi yang dibangun sesuai dengan spesifikasi dan disertai dengan saran teknis yang berkaitan dengan konstruksi ataupun struktur tanah.
Kedua, pada aspek tertib administrasi anggaran, agar tidak terjadi kebocoran dan penyimpangan maka Wamenhan menekankan agar setiap perencanaan yang berkaitan dengan anggaran perlu disertai dengan konsultasi pengawasan yang berhubungan dengan akuntabilitas.
Sedangkan aspek ketiga aspek lingkungan, pembangunan IPSC juga harus disertai dengan pembangunan lingkungan baik itu penghijauan maupun prasarana jalan. Lingkungan ini terkait juga dengan bagaimana pemeliharaannya.
“Saya selaku HLC dari IPSC ini bertugas untuk mengawasi proses dari pembangunan ini dan pelaksanaannya secara fungsional itu diberikan kepada satuan satuan kerja yang berkopenten disitu. Jadi Kabaranahan yang bertugas untuk pembangunan ini betul - betul atensi terhadap hal -hal yang berhungan dengan konstruksi, anggaran dan”, pesan Wamenhan.
Menurut Wamenhan, sampai dengan saat ini apa yang sudah dilakukan masih berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Untuk itu lebih lanjut Wamenhan menyampaikan apresiasi kepada semua pihak yang ikut serta dalam mendukung pelaksanaan pembangunan IPSC. Menurutnya, hal ini merupakan wujud dari pada kerjasama dan sama -sama berkerja dari masing-masing fungsi yang terkait didalamnya.
Kawasan IPSC persisinya terletak di kawasan Santi Dharma yang terletak di Desa Sukahati, Kecamatan Citeureup, Sentul, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. IPSC dibangun di area seluas 261 hektar lebih, di ketinggian 450 meter di atas permukaan laut, di kawasan perbukitan Sentul telah diresmikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 19 Desember 2012 lalu.
Pembangunan Kawasan IPSC ini paling sedikit melibatkan lima kementrian dan lembaga non kementrian. Untuk pembangunan peace keeping center dibawah Kemhan. Language center itu dibawah Mendikbud, anti teror dibawah BNPT, penanggulangan bencana dibawah BNPB, dan jalan dibawah PU.
Untuk masterplant mikronya diserahkan ke masing-masing, namun untuk masterplant makro dari pembangunan Kawasan IPSC ini ada di Kemhan yang bertugas sebagai pengendali dari pembangunan IPSC secara keseluruhan.
Sumber: DMC
29 Januari 2013, Bogor: Pembangunan kawasan Indonesia Peace and Security Center (IPSC) ditargetkan selesai pada semester pertama tahun 2014. IPSC merupakan kawasan “seven in one” yang meliputi Pusat Misi Pemeliharaan Perdamaian (Peace Keeping Center), Pusat Penanggulangan Terorisme (Counter Terrorism Traning Ground), Pusat Latihan Penanggulangan Bencana dan Bantuan Kemanusiaan (Humantarian And Disaster Relief Traning Center), Pusat Pasukan Siaga (Standby Force Center), Pusat Bahasa (Language Center), Universitas Pertahanan dan Pusat Olahraga Militer (Military Sport Center).
Demikian dikatakan Wakil Menteri Pertahanan (Wamenhan) Sjafrie Sjamsoddin, Selasa (29/1) dalam penekanannya saat meninjau dan memantau perkembangan pembangunan kawasan Indonesia Peace and Security Centre (IPSC) di Sentul, Bogor, Jawa Barat. Turut mendampingi Wamenhan antara lain Kepala Badan Sarana Pertahanan (Ka Baranahan) Kemhan Mayjen TNI Ediwan Prabowo dan Kepala Pusat Konstruksi Baranahan Kemhan Marsma TNI Marsma TNI Agus Purnomo W.
Lebih lanjut Wamehan mengatakan pembangunan IPSC yang awalnya diprakarsai oleh Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono saat ini dapat dikatakan telah menjadi proyek nasional, karena melibatkan berbagai sektor dan skala kepentingannya juga tinggi yaitu nasional dan internasional.
Oleh karena itu, Wamenhan yang juga selaku Ketua High Level Commite (HLC) pada peninjauan kali ini menekankan kepada satuan – satuan kerja dan semua pihak yang ikut serta dalam mendukung pelaksanaan pembangunan IPSC untuk tetap berpedoman pada tiga aspek yaitu aspek kualitas konstruksi, kedua aspek tertib administrasi anggaran dan ketiga aspek lingkungan.
Untuk aspek konstruksi , Wamenhan menekankan untuk dipastikan betul bahwa semua konstruksi yang dibangun sesuai dengan spesifikasi dan disertai dengan saran teknis yang berkaitan dengan konstruksi ataupun struktur tanah.
Kedua, pada aspek tertib administrasi anggaran, agar tidak terjadi kebocoran dan penyimpangan maka Wamenhan menekankan agar setiap perencanaan yang berkaitan dengan anggaran perlu disertai dengan konsultasi pengawasan yang berhubungan dengan akuntabilitas.
Sedangkan aspek ketiga aspek lingkungan, pembangunan IPSC juga harus disertai dengan pembangunan lingkungan baik itu penghijauan maupun prasarana jalan. Lingkungan ini terkait juga dengan bagaimana pemeliharaannya.
“Saya selaku HLC dari IPSC ini bertugas untuk mengawasi proses dari pembangunan ini dan pelaksanaannya secara fungsional itu diberikan kepada satuan satuan kerja yang berkopenten disitu. Jadi Kabaranahan yang bertugas untuk pembangunan ini betul - betul atensi terhadap hal -hal yang berhungan dengan konstruksi, anggaran dan”, pesan Wamenhan.
Menurut Wamenhan, sampai dengan saat ini apa yang sudah dilakukan masih berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Untuk itu lebih lanjut Wamenhan menyampaikan apresiasi kepada semua pihak yang ikut serta dalam mendukung pelaksanaan pembangunan IPSC. Menurutnya, hal ini merupakan wujud dari pada kerjasama dan sama -sama berkerja dari masing-masing fungsi yang terkait didalamnya.
Kawasan IPSC persisinya terletak di kawasan Santi Dharma yang terletak di Desa Sukahati, Kecamatan Citeureup, Sentul, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. IPSC dibangun di area seluas 261 hektar lebih, di ketinggian 450 meter di atas permukaan laut, di kawasan perbukitan Sentul telah diresmikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 19 Desember 2012 lalu.
Pembangunan Kawasan IPSC ini paling sedikit melibatkan lima kementrian dan lembaga non kementrian. Untuk pembangunan peace keeping center dibawah Kemhan. Language center itu dibawah Mendikbud, anti teror dibawah BNPT, penanggulangan bencana dibawah BNPB, dan jalan dibawah PU.
Untuk masterplant mikronya diserahkan ke masing-masing, namun untuk masterplant makro dari pembangunan Kawasan IPSC ini ada di Kemhan yang bertugas sebagai pengendali dari pembangunan IPSC secara keseluruhan.
Sumber: DMC
TNI Capai Kekuatan Minimum 38% pada 2014
Prajurit TNI menyiapkan senjata mesin multi laras buatan Dislitbangad pada pameran alat peralatan pertahanan (Alpalhan) yang digelar bersamaan dengan Rapat Pimpinan (Rapim) TNI Tahun 2013 di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, Selasa (29/1). Rapim TNI yang digelar hingga Rabu (30/1) mengambil tema "Melalui Rapim TNI 2013, Kita Perkuat Komitmen dan Semangat Revitalisasi Alutsista TNI Guna Memantapkan Profesionalisme dan Eksistensi Peran Strategis TNI di Bidang Pertahanan. (Foto: ANTARA/Widodo S. Jusuf/Koz/pd/13)
29 Januari 2013, Jakarta: Upaya membangun kekuatan dasar minimum atau yang biasa disebut minimum esential force (MEF) terkait revitalisasi alat utama sistem senjata (alutsista) baru akan tercapai 38% pada 2014 atau saat Kabinet Indonesia Bersatu Jilid II berakhir.
Demikian ditegaskan oleh Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono dalam keterangan persnya pada acara Rapim TNI Tahun 2013 di Mabes TNI Cilangkap, Jakarta, Selasa (29/1).
Menurut Agus, target pencapaian 38% dari seluruh rencana strategis modernisasi alutsista sangat realistis dan bisa dicapai pada 2014. "Sampai 2012 kan kita berhasil mencapai 30% MEF. Diperkirakan sampai 2014, bisa tercapai 38%. Ini optimistis bisa kami capai," jelas Agus.
Ia menjelaskan, Rapim TNI yang kali ini secara khusus mengambil tema soal mengenai komitmen dan semangat revitalisasi alutsista TNI guna memantapkan profesionalisme dan eksistensi peran strategis TNI di bidang pertahanan.
"Maka itu, arahan dan komitmen yang didorong dalam rapim kali ini adalah konsisten jalankan rencana strategis (renstra) sesuai yang diprogramkan dalam Renstra 2010-2024. Kalau semua pihak memegang komitmen yang sama, tentu target MEF 38% di 2014 bisa tercapai, dan 100% di 2024," beber Agus.
Dalam seluruh proses itu lanjutnya, pemerintah tetap mengupayakan proses alih teknologi atau kerja sama produksi dengan negara-negara produsen sambil memberdayakan industri pertahanan dalam negeri untuk pengadaan alutsissta yang dimungkinkan pengadaannya.
"Semua kami tempuh. Tujuannya tentu selain modernisasi alutsista, juga pada saatnya bisa mandiri dalam proses pengadaannya karena industri pertahanan dalam negeri sudah mampu," papar Agus.
Sampai saat ini, modernisasi alutsista TNI yang sudah tercapai antara lain untuk matra TNI-AD berupa Panser APS-2 Pindad, Kendaraan Taktis Pendobrak, Heli Latih Dasar, Heli Serbu, Main Battle Tank 157 unit, Tank Support 10 unit, Meriam 155 MM Ceaser 37 Pucuk, Roket MLRS Astros II, dan Rudal Arhanud Mistral 8.
Untuk TNI-AL misalnya Kapal Patroli, Kapal Cepat Rudal, Kapal Bantu Cair Minyak, Sea Raider, Heli Angkut Sedang, bridge simulator, baterai kapal selam, meriam 30 mm 7 barel, meriam Kal 40 mm, Multy Launch Rocket System, Torpedo kasel diesel elektrik, dan kapal angkut tank.
Sementara untuk matra TNI-AU, yang sudah tercapai antara lain 24 pesawat F-16, pesawat pengganti AS-202 dan T-34C, pesawat C212-200, helikopter Nas-332, pesawat pengganti Hawk MK 53, pesawat pengganti OV-10, pesawat Sukhoi Su-27/30, pesawat transpor pengganti F-27, Helikopter Full Combat Sar, dan pesawat tempur taktis Super Tucano.
Sumber: Metrotv News
29 Januari 2013, Jakarta: Upaya membangun kekuatan dasar minimum atau yang biasa disebut minimum esential force (MEF) terkait revitalisasi alat utama sistem senjata (alutsista) baru akan tercapai 38% pada 2014 atau saat Kabinet Indonesia Bersatu Jilid II berakhir.
Demikian ditegaskan oleh Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono dalam keterangan persnya pada acara Rapim TNI Tahun 2013 di Mabes TNI Cilangkap, Jakarta, Selasa (29/1).
Menurut Agus, target pencapaian 38% dari seluruh rencana strategis modernisasi alutsista sangat realistis dan bisa dicapai pada 2014. "Sampai 2012 kan kita berhasil mencapai 30% MEF. Diperkirakan sampai 2014, bisa tercapai 38%. Ini optimistis bisa kami capai," jelas Agus.
Ia menjelaskan, Rapim TNI yang kali ini secara khusus mengambil tema soal mengenai komitmen dan semangat revitalisasi alutsista TNI guna memantapkan profesionalisme dan eksistensi peran strategis TNI di bidang pertahanan.
"Maka itu, arahan dan komitmen yang didorong dalam rapim kali ini adalah konsisten jalankan rencana strategis (renstra) sesuai yang diprogramkan dalam Renstra 2010-2024. Kalau semua pihak memegang komitmen yang sama, tentu target MEF 38% di 2014 bisa tercapai, dan 100% di 2024," beber Agus.
Dalam seluruh proses itu lanjutnya, pemerintah tetap mengupayakan proses alih teknologi atau kerja sama produksi dengan negara-negara produsen sambil memberdayakan industri pertahanan dalam negeri untuk pengadaan alutsissta yang dimungkinkan pengadaannya.
"Semua kami tempuh. Tujuannya tentu selain modernisasi alutsista, juga pada saatnya bisa mandiri dalam proses pengadaannya karena industri pertahanan dalam negeri sudah mampu," papar Agus.
Sampai saat ini, modernisasi alutsista TNI yang sudah tercapai antara lain untuk matra TNI-AD berupa Panser APS-2 Pindad, Kendaraan Taktis Pendobrak, Heli Latih Dasar, Heli Serbu, Main Battle Tank 157 unit, Tank Support 10 unit, Meriam 155 MM Ceaser 37 Pucuk, Roket MLRS Astros II, dan Rudal Arhanud Mistral 8.
Untuk TNI-AL misalnya Kapal Patroli, Kapal Cepat Rudal, Kapal Bantu Cair Minyak, Sea Raider, Heli Angkut Sedang, bridge simulator, baterai kapal selam, meriam 30 mm 7 barel, meriam Kal 40 mm, Multy Launch Rocket System, Torpedo kasel diesel elektrik, dan kapal angkut tank.
Sementara untuk matra TNI-AU, yang sudah tercapai antara lain 24 pesawat F-16, pesawat pengganti AS-202 dan T-34C, pesawat C212-200, helikopter Nas-332, pesawat pengganti Hawk MK 53, pesawat pengganti OV-10, pesawat Sukhoi Su-27/30, pesawat transpor pengganti F-27, Helikopter Full Combat Sar, dan pesawat tempur taktis Super Tucano.
Sumber: Metrotv News
Rapim TNI Bahas Revitalisasi Alutsista
Pangdam Jaya/Jayakarta Mayjen TNI E. Hudawi Lubis mengunjungi stan pameran Sritex di area pameran alat peralatan pertahanan (Alpalhan) yang digelar bersamaan dengan Rapat Pimpinan (Rapim) TNI Tahun 2013 di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, Selasa (29/1). Rapim TNI yang digelar hingga Rabu (30/1) mengambil tema "Melalui Rapim TNI 2013, Kita Perkuat Komitmen dan Semangat Revitalisasi Alutsista TNI Guna Memantapkan Profesionalisme dan Eksistensi Peran Strategis TNI di Bidang Pertahanan." (Foto: ANTARA/Widodo S. Jusuf/Koz/pd/13)
29 Januari 2013, Jakarta: Rapat Pimpinan Nasional TNI yang digelar di Markas Besar TNI Cilangkap, Jakarta Timu, Selasa (29/1/2013), mengangkat tema memperkuat komitmen dan semangat revitalisasi alat utama sistem persenjataan (Autsista) TNI guna memantapkan profesionalisme dan eksistensi peran strategis TNI di bidang pertahanan.
"Rapim ini merupakan sarana komunikasi, bertukar informasi para pimpinan agar tercapau satu kesatuan, tindakan serta evaluasi program kerja dan kinerja organisasi TNI," kata Kepala Pusat Penerangan TNI, Laksama Muda Iskandar Sitompul kepada wartawan.
Menurut Iskandar tujuan Rapim TNI yaitu untuk mengevaluasi pelaksanaan pembinaan kekuatan dan kemampuan serta gelar TNiu tahun 2012, menambah wawasn pengetahuan unsur pimpinan TNI tentang kondisi dan ketentuan yang berlaku, hal ini juga berkaitan dengan pelaksanaan tugas-tugas TNI 2013.
Turut hadir dalam Rapimnas Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Purnomo Yusgiantoro. Pada Rapimnas yang digelar selama dua hari ini, produsen senjata pertahanan juga akan menggelar peralatan pertahanan.
"Penyehatan akan dilakukan berdasarkan industri pertahanan. Itu akan kami lakukan dalam 3 tahun, berdasarkan dengan UU Industri Pertahanan dan itu akan kami lakukan, saya optimis itu akan bisa kita lakukan," tegas Purnomo.
Sumber: Tribun News
29 Januari 2013, Jakarta: Rapat Pimpinan Nasional TNI yang digelar di Markas Besar TNI Cilangkap, Jakarta Timu, Selasa (29/1/2013), mengangkat tema memperkuat komitmen dan semangat revitalisasi alat utama sistem persenjataan (Autsista) TNI guna memantapkan profesionalisme dan eksistensi peran strategis TNI di bidang pertahanan.
"Rapim ini merupakan sarana komunikasi, bertukar informasi para pimpinan agar tercapau satu kesatuan, tindakan serta evaluasi program kerja dan kinerja organisasi TNI," kata Kepala Pusat Penerangan TNI, Laksama Muda Iskandar Sitompul kepada wartawan.
Menurut Iskandar tujuan Rapim TNI yaitu untuk mengevaluasi pelaksanaan pembinaan kekuatan dan kemampuan serta gelar TNiu tahun 2012, menambah wawasn pengetahuan unsur pimpinan TNI tentang kondisi dan ketentuan yang berlaku, hal ini juga berkaitan dengan pelaksanaan tugas-tugas TNI 2013.
Turut hadir dalam Rapimnas Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Purnomo Yusgiantoro. Pada Rapimnas yang digelar selama dua hari ini, produsen senjata pertahanan juga akan menggelar peralatan pertahanan.
"Penyehatan akan dilakukan berdasarkan industri pertahanan. Itu akan kami lakukan dalam 3 tahun, berdasarkan dengan UU Industri Pertahanan dan itu akan kami lakukan, saya optimis itu akan bisa kita lakukan," tegas Purnomo.
Sumber: Tribun News
Sunday, January 27, 2013
Menhan Harapkan Rudal C-705 Dibuat di Indonesia
26 Januari 2013, Batam: Menteri Pertahanan RI, Purnomo Yusgiantoro berharap Rudal C-705 yang dipergunakan untuk Kapal Cepat Rudal (KCR) 40 KRI Beladau 643 dan kapal sejenisnya yang selama ini didatangkan dari China bisa dibuat di Indonesia.
"Kami sedang mengupayakan alih teknologi agar nantinya rudal tersebut bisa diproduksi di dalam negeri," kata Menteri pertahanan (Menhan) setelah serah terima KRI Beladau 643 dari PT Palindo Marine Sipyard Batam di Dermaga Selatan Pelabuhan Batuampar, Batam, Jumat (25/1).
Menteri mengatakan, bila rudal dengan jarak jelajah hingga 150 kilometer tersebut bisa diproduksi di dalam negeri maka banyak keuntungan yang didapat.
"Kami tengah berupaya menuju kemandirian alat utama sistem senjata (alutsista) dengan berbagai upaya yang telah dikembangkan didalam negeri. Termasuk pembuatan KCR 40 yang diserahterimakan hari ini," katanya.
Sebagai negara yang besar, kata dia, Indonesia membutuhkan tambahan alutsista baik untuk TNI Angkatan Darat, Laut, dan Udara.
Untuk TNI AL, kata menteri, hingga 2014 akan ada 16 kapal sejenis KRI Beladau 643 yang akan digunakan untuk mengamankan seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Pembangunan kapal ini merupakan upaya peningkatan alat utama sistem senjata (alutsista) yang tengah dibangun bagi seluruh angkatan.
Ia mengatakan produksi alutsista tidak akan berhenti pada KRC. Pemerintah akan terus melengkapi persenjataan TNI dengan beberapa kapal lain.Selanjutnya, akan dibuat kapal perusak dan kapal selam.
TNI AL, kata Menteri, membutuhkan kapal yang kuat hingga mampu hadir dan mengamankan perairan di laut jauh.
Untuk angkatan udara dan angkatan darat, kata dia, juga akan diserahterimakan beberapa alutsista baru untuk menjaga keamanan NKRI.
"Tahun ini anggaran untuk Kementerian Pertahanan dan TNI sekitar Rp81 triliun. Dengan anggaran tersebut, kami akan terus menambah alutsista sesuai dengan kebutuhan secara bertahap," kata Purnomo.
Sumber: Suara Pembaruan
Subscribe to:
Posts (Atom)