17 Maret 2009, Jayapura -- Polda Papua terus menindaklanjuti serangkaian kasus yang dilakukan kelompok separatis bersenjata (TPN/OPM), pimpinan Goliat Tabuni di Kabupaten Puncak Jaya, Papua. Bahkan tidak tanggung-tanggung, kini Polda Papua telah menetapkan sedikitnya 10 orang anggota TPM/OPM, masuk dalam daftar pencarian orang (DPO).
Seperti diketahui tiga bulan terakhir ini, aksi TPN/OPM di Puncak Jaya, terus meningkat. Sejak awal Januari 2009 lalu menyerang Pos Polisi hingga melakukan penghadangan dan penembakan warga sipil yang tidak berdoa, dan terakhir menembak mati Pratu Siaful Yusuf, anggota Pos TNI Yonif 745 di Gurage, Tingginambut, Kabupaten Puncak Jaya, Sabtu (14/3) akhir pekan lalu.
Polda Papua telah mengirimkan tim penyidik dari Reskrim untuk melakukan penyelidikan, terkait kasus tersebut. Polisi juga telah melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) terhadap penanganan kasus penembakan terhadap 2 orang tukang ojek hingga tewas dan 2 penumpangnya di Kali Semen, Puncak Senyum, Distrik Mulia, Puncak Jaya beberapa hari lalu.
Plh Kepala Bidang Humas Polda Papua, AKBP Nurhabri mengakui, dari olah TKP tersebut, polisi berhasil menemukan 4 selonsong peluru yang diperkirakan dimuntahkan dari senjata milik TPN/OPM, dimana 1 selonsong peluru diketahui jenis AK 47, 1 selongsong peluaru SS1 dan 2 selonsong peluru moser.
"Masih ada penemuan 3 selonsong peluru lagi di TKP, namun saya belum mendapatkan laporan dari Puncak Jaya jenis pelurunya tersebut. Yang jelas, peluru tersebut dimuntahkan dari senjata milik TPN/OPM pimpinan Goliat Tabuni dari hasil rampasan," ungkap Nurhabri kepada wartawan di ruang kerjanya, Senin (16/3) kemarin.
Terkait penembakan terhadap anggota Pos TNI 745 di Gurage, Ia mengungkapkan bahwa polisi saat ini masih melakukan pencarian terhadap pelaku dari kelompok bersenjata pimpinan Goliat Tabuni. "Jelas, kami akan melakukan penyelidikan dan pencarian serta berupaya melakukan penangkapan terhadap pelaku dalam upaya penegakan hukum terhadap mereka," ujarnya.
Meski demikian, dalam upaya pencarian terhadap pelaku kelompok bersenjata tersebut, polisi tetap melakukannya secara profesional dan tidak gegabah yang justru dapat merugikan masyarakat atau polri sendiri.
Nurhabri mengungkapkan, pelaku penyerangan dan penembakan terhadap anggota TNI Yonif 745 saat melakukan patroli di Gurage tersebut, diperkirakan berjumlah 10 orang.
Dalam kasus ini, Nurhabri menambahkan bahwa Polda Papua juga telah menyebarkan 10 orang yang menjadi DPO (daftar pencarian orang) di Puncak Jaya, dalam kunjungan Kapolda Papua beberapa hari lalu.
"Kami telah sebarkan 10 orang DPO yang diduga juga melakukan penyerangan terhadap 4 warga sipil hingga menewaskan 2 orang warga, penyerangan dan penembakan pos pol, pencabutan dan pembakaran bendera merah putih, penembakan terhadap anggota Pos TNI 745 di Gurage baru-baru ini," ujarnya seraya menambahkan bahwa jika ada yang menemukan salah satu diantara 10 orang tersebut, akan diberi hadiah sebesar Rp 10 juta.
Ulah TPN/OPM yang kembali melakukan penyerangan di Tingginambut Puncak Jaya dan kembali menewaskan seorang anggota TNI pekan kemarin, rupanya mendapat perhatian serius dari Wakil Ketua II DPR Papua Paskalis Kosay, S.Pd. "Selaku anak gunung, saya juga sangat menyayangkan itu dan merasa prihatin dengan kejadian itu," tukasnya kepada Cenderawsih Pos kemarin.
Tetapi legislator asal Pegunungan Tengah ini meminta semua pihak sementara menahan diri sembari mencari jalan keluar yang terbaik. Sebab bisa jadi menurut penilaian dia, sikap OPM yang kian menjadi - jadi itu dikarenakan mereka merasa tersudut dengan kecaman yang datang dari berbagai pihak khususnya pemerintah daerah kabupaten maupun provinsi yang cenderung sepihak. "Karena itu, pemerintah daerah juga saya minta sebaiknya jangan dulu mengeluarkan statemen - statemen seperti itu, karena itu sama dengan membakar emosi mereka sehingga mereka marah dan terus melakukan penyerangan," katanya.
Kosay mengatakan, sebenarnya kalau persoalan atau penyerangan pertama dapat ditangani secara baik dan bijaksana, maka ia yakin peristiwa penyerangan itu tidak akan terjadi. "Karena semua pihak saya lihat menyikapi masalah itu secara represif dan emosional, maka keadaan justru semakin runyam seperti sekarang," katanya tanpa bermaksud menyalahkan siapapun.
Karena itu kata dia penting bagi semua pihak untuk menahan diri dengan tidak melakukan tindakan represif dulu sehingga situasi dan kondisi di Puncak Jaya kembali pulih. Terkait dengan itu, diharapkan agar TNI /Polri , pemerintah daerah dan tokoh - tokoh adat dan masyarakat melakukan pendekatan - pendekatan kemasyarakatan atau sosial budaya maupun melakukan cara - cara persuasif. "Jadi sekali lagi jangan menyikapi keadaan ini dengan tindakan yang emosional, mari kita semua duduk bersama bicarakan persoalan ini dengan baik sehingga didapatkan jalan keluar," ujarnya.
Ia khawatir kalau hal itu disikapi secara represif dan emosional, maka justru korban akan semakin berjatuhan khususunya rakyat sipil. "Kita semua tidak ingin ada korban lagi, karena itu gunakan cara - cara yang lebih tenang dan bijaksana," ujarnya lagi.
Apalagi sekarang ini pesta demokrasi sudah diambang pintu, ia khawatir pelaksanaan Pemilu di Puncak Jaya akan rusak kalau sampai masalah ini tidak ditangani baik. Karena itu penting bagi semua pihak untuk menahan diri agar pelaksanaan Pemilu dan pembangunan di Puncak Jaya berjalan lancar.
"Jangan sampai karena peristiwa ini semakin runyam pesta demokrasi di Puncak Jaya menjadi rusak atau gagal, dan itu bisa saja terjadi, karena itu demi menjaga stabilitas keamanan di Puncak Jaya maka semua pihak diminta untuk menahan diri, lakukan konsolidasi dengan baik," katanya berulang - ulang.
Ia juga meminta pemerintah kabupaten maupun provinsi untuk tidak mengeluarkan statemen yang hanya membangkitkan emosi. "Mari kita lakukan langkah - langka yang lebih bijaksana dalam menangani masalah ini," tandasnya.(
Cendrawasih Pos)